Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Penjelajah Samudra S4

Bimabet
Episode 3

Aku tertidur. Aku bangun saat matahari terbit. Teman-temanku masih tidur di kapsul mereka. Githa sudah kembali ke kapsul , tidur berkelonan bersama Indra. Aku mendengar suara gaduh dari kapsul Dewa dan Maya jadi aku memilih menyingkir. Tidak mau tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana.



Aku berjalan ke arah barat. Saat aku mendarat aku melihat seharusnya ada pantai di sana dan aku ingin melihatnya dari dekat. Aku berjalan sambil membuat tanda agar aku dapat kembali dengan mudah . Tentu saja aku tidak mau tersesat. Aku melihat pantai itu dari kejauhan dan aku terus berjalan mendekat.





Pantai itu sangat panjang dan indah. Suasanya tenang , dengan suara ombak yang menenangkan batinku. Sangat indah sekali. Jauh lebih indah dari hologram , gambar dunia maya, bahkan pantai buatan sekalipun. Aku bisa saja membuat rumah di sini jika Dewi masih hidup.



“ ah-chu!”



Aku mendengar seseorang bersin. Aku menoleh ke arah timurku dan aku tidak sadar ada seorang wanita di sana. Wanita itu menoleh. Dan saat itu juga jantungku seolah berhenti berdetak. Waktu seolah berhenti. Suara ombak itu , seperti tak terdengar lagi di telingaku. Aku berusaha tegar , berusaha kuat , namun aku tidak bisa melakukannya. Air mataku pun terjatuh



“ Dewi “



Aku tidak percaya apa yang aku lihat tapi aku melihatnya. Berdiri di pinggir pantai dengan sebuah kain berwarna coklat. Ia menoleh ke arahku dan ia pun tersenyum lalu membungkuk memberi hormat. Aku berlari dan aku pun langsung memeluknya.





“ aku kira..... aku kira aku kehilangannmu “



Namun tiba-tiba ia mendorongku dan melarikan diri.



“ Dewi! Dewi tunggu!”



Ia terus berlari. Ia masuk ke dalam hutan dan aku mengejarnya. Namun ia seketika menghilang. Aku kehilangan jejak.



“ Dewi! Dewi!”



Aku memekik memanggilnya . Aku tahu itu bodoh. Aku sangat yakin itu nyata. Aku terus mencarinya hingga siang , sampai tak terasa , matahari mulai terbenam.



“ aku bersumpah aku melihat dia! Penglihatanku tidak mungkin salah!”



Aku berlari ke kapal untuk mengabari yang lain. Mereka melihatku dengan ekspresi kebingungan. Mereka mengenalmu sebagai orang yang cukup teliti dan konsentrasi , karena diasah bertahun-tahun melawan musuh. Mereka menjadi serba salah. Mereka mengira jika aku sudah gila , tapi kalau memang aku sudah gila , kenapa sangat tiba-tiba dan baru sekarang?



“ Hei Sakti. Kau makan apa pagi ini?” Celetuk Indra.



“ mana aku ingat bodoh! Apa menurutmu wajah ini wajah orang salah makan?!” bentakku



“ sudah Sakti sabar. Kau juga jangan asal bicara Indra. Tarik nafas , buang. Tarik nafas, buang. Sekarang jelaskan pelan-pelan di mana kau melihat Dewi? “ hanya Dewa yang menghadapiku dengan sabar.



Aku jelaskan jika pagi ini aku menemukan pantai tidak jauh dari lokasi kami mendarat dan di sana aku melihat Dewi. Lalu sampai ke aku memeluknya , lalu Dewi lari dan di sanalah aku kehilangan dia.



“ Baiklah. Kita sudah kenal lama dan aku tahu kau masih sangat waras. Jadi bukannya melangkahi kamu sebagai kapten , tapi bagaimana kalau kita ke pantai untuk menyelidiki apa yang kamu lihat hari ini “



Aku setuju. Aku dan Dewa berjalan ke pantai. Dengan mengenakan atasan sebut saja tank top dan celana pendek sebut saja hotpants, Githa menyusul kami. Aku tidak melarangnya tapi dia harus jaga diri sendiri. Menurutku dia cukup nekat , menjelajah planet asing tanpa perlengkapan seperti senjata bela diri minimal pisau , atau setidaknya masker oksigen atau helm.



Kami tiba di pantai. Aku menunjuk tempat di mana aku berdiri , lalu menunjuk di mana Dewi berdiri. Dewa lalu berkeliling dan mencari bukti apakah benar ada tanda-tanda orang di sana kecuali aku. Namun ilmunya sangat terbatas. Dewa melihat , menyelidiki tanpa membuahkan hasil. Sedangkan Githa , jongkok cukup lama di tempat di mana Dewi berdiri lalu ia mengatakan



“ kamu benar. Ada orang lain di sini “



Dan aku langsung memegang pundak Githa



“ benar kan?! Aku tidak bohong! Aku tidak gila!”



Githa tersenyum malu. Dewa lalu menghampiri kami berdua



“ iyaaaa Sakti... kamu gak gila “ sahut Githa sambil tertawa malu



“ Komandan Sakti! Tolong disiplin sedikit anak baru. Panggil yang lengkap“ bentak Dewa



“ Sudah Dewa. Santai saja. Dia anak baru “ sahutku. Aku lepaskan kedua tanganku dari pundak Githa dan bertanya



“ Githa , kamu bisa lacak ke mana dia pergi?”



“ ya aku coba dulu. Aku memang sering bermain permainan berburu. Tapi kan itu cuma permainan. Semacam simulasi dunia nyata. Belum tentu akurat.”



Tapi permainan itu membuat Githa mempunyai keahlian melacak jejak di dunia nyata. Ia melacak tepat sekali ke mana Dewi berlari dan kami mengikutinya. Kami masuk ke hutan, berjalan menyusurinya , lalu berhenti di sebuah pohon. Ia jongkok di dekat pohon itu dan menyelidiki cukup lama. Ia lalu menoleh



“ dia sembunyi di pohon ini cukup lama. Kamu mungkin gak lihat dia. “



“ Oi. Kamu yakin itu bukan jejak kaki Kapten Sakti kan? “



Githa tertawa geli. Ia lalu berdiri dan sambil menepuk-nepuk pipi Dewa. Ia berbisik



“ Dari ukuran kaki saja sudah beda jenius. Lagipula kamu lihat sendiri kapten Alim ini pakai sepatu. Sudah jelas jejaknya beda tuan pintar “



Dewa tampak tidak senang dengan nada bicara Githa



“ dasar kau...”



Aku langsung memotong



“ Dewa , sudah. Biarkan dia bertugas”



Dengan wajah genit , Githa lalu membungkuk dan memohon



“ Komandan , hamba mohon. Hamba tidak bisa bertugas jika ada orang ini “



“ kau ini!”



Dewa semakin kesal



“ sudah-sudah. Dewa , kamu boleh kembali ke kapal. Terima kasih telah membantu kami “



Dewa menurut dan mulai berjalan pulang ke kapal. Githa menunggu Dewa benar-benar pergi lalu tiba-tiba ia mencubit pipiku.



“ semalam kamu sange kan! Hayo ngaku! Sok jual mahal kamuh ya”



Astaga apa dia



“ kau mengintipku? Maksudku mengawasiku “



Githa mengangguk



“ kamu ini ternyata malu-malu kucing ya. Kamu tertarik denganku kan? Aku memang tidak cantic , tapi bodyku sempurna kan? Aku udah habiskan banyak uang buat badan sempurna ini lho”



Aku langsung mengalihkan pembicaraan



“ bisa kita lanjutkan Nona Githa?”



Githa masih asyik mencubit kedua pipiku



“ Ngaku dulu. Kamu tertarik kan dengan aku? Kamu tertarik dengan tubuhku kan kemarin malam?”



Aku akhirnya mengaku



“ tentu saja. Aku bukan homo. Aku berbohong. Tapi kamu harus ngerti , bukannya jual mahal tapi aku tidak terbiasa tidur dengan wanita lain sejak aku menikah, dan setelah Istriku meninggal. Aku , aku takut merasa bersalah. “



Dan wajahnya tiba-tiba berubah serius. Ia lepaskan kedua tangannya lalu ia memelukku. Aku tidak mencegahnya



“ Andai ada pria yang menyayangiku seperti itu. Biasanya pria yang kukenal , lihat yang bening-bening langsung tergoda. Aku tahu kau tergoda tapi kau menahannya. Demi wanita yang tidak ada lagi. Astaga Naga , kau bukan Cuma ganteng dan kekar , tapi romantis. KYAAAAAAA “



Aku diam dan tidak menjawab. Dia memang suka berlebihan. Ia melepas pelukannya lalu kami berdua kembali serius



“ ayo kita cari wanita yang kamu lihat. “



Kami kembali melacak jejak kaki Dewi. Cukup sulit karena jejak kaki itu sudah cukup lama. Mungkin berjam-jam yang lalu. Dewi berlari dari satu pohon ke pohon lain. Seolah , ia tidak ingin ditemukan. Langkahnya sangat sunyi namun cepat. Sunyi sehingga sangat sulit bagi orang untuk mendengar atau sadar. Cepat dan cekatan sehingga sulit untuk dilihat jika tidak teliti. Mungkin saja siang itu aku kehilangan konsentrasi dan tidak teliti.





“ kamu mungkin tidak percaya. Tapi dia ngikutin kamu kembali ke kapal.”



“ Apa?!”



Githa bilang Dewi mungkin mengikuti kembali ke kapal dan aku tidak sadar. Dia membuntutiku , mengawasiku dan aku tidak sadar. Itu pertama kalinya terjadi. Aku pernah memburu seorang kriminal yang terkenal sangat lihai mengendap dan sangat cepat namun aku berhasil menembak , melumpuhkan dan menangkapnya hidup-hidup karena aku dapat mendengar dan menebak langkah kakinya. Sungguh. Sepertinya kejadian siang itu membuat konsentrasiku menurun.



“ Dia bahkan melihat kapal kita dari kejauhan “



Dewi melihat kapal kami dari kejauhan. Ia diam cukup lama di atas sebuah pohon. Githa ikut memanjat pohon tersebut dan dia bilang dia belajar dari permainan video. Githa bahkan melihat batang-batang tersebut dan menyimpulkan jika Dewi sangat pintar memanjat. Githa lalu turun dan menerka jika Dewi dapat melompat dari satu pohon ke pohon lain , lalu ia melompat kembali ke tanah. Kami kembali mengikuti langkah kaki itu sampai kami berdua melihat sebuah pondok , rumah atau apa pun namanya , yang terbuat dari tanah liat dan beratap dedaunan.



“ itu dia. Dia di sana “



Bisik Githa.



Tidak jauh dari kapal kami. Aku ingin mendekat dan mencari tahu namun Githa mencegahku.



“ kita kembali nanti saja “



“ kenapa?”



Sahutku geram



“ ini sudah malam. Bagaimana jika kita kembali esok siang? “



Aku menggeleng kepala. Githa sadar jika ia tidak bisa mencegahku jadi kami pun mendekat. Ada asap dari rumah itu sehingga aku tahu ada orang di dalam. Githa menunggu di antara dedaunan dan ketika aku melihat ke dalam ,



Tidak ada siapa-siapa di sana.



Aku kembali menghampiri Githa dan menggeleng-geleng kepala.



“ terima kasih sudah membantuku. Dia tidak ada. “



Githa terkejut tak percaya.



“ bagaimana bisa? Apinya saja masih hidup “



Aku Cuma menggeleng-geleng kepala



“ kita kembali ke kapal.”



Kami melangkah kembali ke kapal. Aku sempat mengambil gambar. Ada tempat tinggal , ada api , sehingga ada peradaban di planet ini. Meskipun sangat awal. Aku tidak bertemu Dewi. Aku mulai berandai apakah yang kulihat itu nyata. Namun jejak-jejak kaki itu sudah cukup nyata. Entah apa yang terjadi malam itu.



Aku tidur di luar , kembali dengan jaket sebagai alas tidurku. Githa berbaring di pelukanku. Aku dekup dia lalu mengatakan



“ terima kasih sudah membantu dan percaya denganku malam ini. “



Ia tersenyum dan dengan genitnya menjawab



“ santai saja Komandan. Justru aku yang senang sudah bisa bantu kamu “



“ Aku senang kau di sini “



Dan Githa pun bingung



“ maksud kamu?”



“ aku sadar aku kesepian beberapa bulan ini. Mungkin aku terlalu menutup diri dengan orang lain “



Jawabku



“ kehilangan orang yang kita sayang bukan main-main sih. Jadi aku paham. “



“ terima kasih , Githa. Serius, terima kasih “



Githa kembali tertawa genit



“ apa Indra tidak cemburu kita berdua seperti ini ?”



Ia mencubit pipiku dan menjawab



“ santai saja Sakti. Seperti yang aku jelasin. Aku sama dia , itu gak ada apa-apanya. “



Dan aku langsung memeluknya. Githa terdiam. Entah apa yang ia rasakan namun ia tampak seketika gugup. Aku pun berdiri dan ia pun duduk di dekatku. Aku buka seluruh pakaianku dan ia pun terkejut.



Aku membuka pakaiannya dan ia hanya pasrah. Aku turunkan hot pants dan celana dalamnya dan ia semakin malu. Aku julurkan lidahku , lalu aku jilat bibir kemaluannya. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya namun malam itu , setelah sekian lama , aku memutuskan untuk menghibur diriku dengan melakukannya bersama Githa.



Githa mendesah sambil tertawa malu. Bibirku mencumbu kemaluannya dan tubuhnya mulai menggeliat. Ia remas kepalaku, dan sambil menggeliat mendongakkan kepalanya ke atas , ia semakin mendesah. Ia Jepit kepalaku dengan kedua pahanya dan ia pasrah menikmati permainan bibir dan lidahku.



Bibirku lalu naik menuju buah dadanya. Aku jilat perlahan putingnya dan dengan penuh perasaan , aku tusukkan jemariku ke lubang kemaluannya. Aku hisap buah dada itu sambil memainkan jemariku. Ia terbaring diatas tanah , menggeliat karena serangan jemari dan bibirku yang membuat tubuhnya serasa melayang. Ia meremas rumput dan pekikannya mulai mengeras. Jemariku bergerak keluar masuk semakin cepat dan tubuhnya semakin berguncang



Aku lepaskan bibirku dari buah dadanya , lalu aku tatap wajahnya. Kami saling bertatapan sedangkan di bawah sana jemariku terus mengguncang-guncang kemaluannya. Ia masih mendesah-desah. Kulahap lehernya , dan mempercepat gerakan jemariku. Kucumbu liar lehernya , dan ia pun mencapai puncak kenikmatannya.



Pipinya memerah dan ia orgasme cukup lama dan sangat deras. Ia berdiri tegak , dengan kemaluan mengacung. Ia pun duduk memposisikan wajahnya di dekat penisku , lalu ia genggam pedang panjangku dan mulai mengocoknya. Sambil memejamkan mata, Ia gosok-gosokkan penisku di pipinya , lalu ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala kemaluanku yang sudah memerah.



Pedangku semakin mengeras di tangannya. Kocokannya semakin cepat. Lidahnya meratakan air liurnya ke sekujur batang kemaluanku , dari kepala hingga ke buah zakar. Lalu ia buka bibirnya lebar-lebar dan mulai mengulumnya. Bibirnya semula pelan , mengulum penisku dengan irama yang nyaman , lalu mulai menyepat dan menyepat. Sesekali lidahnya meliuk-liuk memelintir ujung pedangku yang semakin memerah , sambil ia kocok batangnya dengan jemari lembutnya.



Ia lepaskan kulumannya dan kami siap untuk puncak dari malam tersebut. Aku tindih dia , aku tahan kedua tangannya dan kedua wajah kami bertatapan. Aku tusuk penisku perlahan-lahan dan ia pun mulai mendesah. Penisku menusuk makin dalam , dan aku pun mulai menggenjotnya. Aku lahap lehernya , menusuk-nusuk kemaluan Githa , mengguncang tubuhnya dengan kecepatan penuh.



“ komandan!! Ahh! Saktiii!! Ahh komandan! Ahhh ahh “



Pekikannya mewarnai malam yang sunyi. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya dan aku sangat menikmatinya. Aku sangat menikmati ketika kemaluanku keluar masuk lubang kenikmatannya dan aku seperti tidak ingin berhenti. Wajahnya menggeleng-geleng , dan jemarinya mendekup tubuhku erat-erat. Pipinya memerah. Ia memekik keras dan kami pun keluar bersamaan.



Aku bernafas terengah-engah di pelukan Githa. Aku cabut kemaluanku dan berbaring di sampingnya. Ia genggam penisku , lalu ia kembali mengulumnya, menelan sisa-sisa sperma dari penisku. Aku sangat puas. Ia kembali ke pelukanku dan aku pun berbisik



“ Terima kasih Githa. Rasanya nyaman sekali “
 
Episode 4

“ sama-sama komandan. Selanjutnya , apa lagi tugasku?”



Kami tidur berpelukan berlapis selimut di bawah cahaya galaksi yang sangat indah. Kami tertidur pulas sampai-sampai kami tidak sempat mengenakan pakaian kami kembali. Aku tidur dengan wanita lain sejak sekian lama. Aku sangat lemas karena sudah lama sekali aku tidak melakukannya.



Kami bangun di pagi hari. Kamar mandi kapal itu sangat sempit bahkan lebih mirip kamar mandi darurat. Namun kami mandi bersama dan kembali bersenggama di dalamnya. Aku duduk memangkunya diatas kloset , menggenjot-genjot lubangnya di bawah guyuran air hangat. Aku remas buah dadanya dari belakang dengan nafsu dan kemaluanku berkedut-kedut hebat , memuntahkan air mani sederas-derasnya di dalam lubang kemaluan Githa.





“ Hei. Kamu denger gak tadi pagi? Kayaknya Komandan sama Githa ‘begituan’ di kamar mandi “

Rama berbisik dengan Dewa. Aku pura-pura tidak mendengar



“ entahlah. Bisa jadi bisa gak “ jawab Dewa yang masih berbaring di Cargo pesawat.



“ memangnya , semalam apa yang terjadi? “ tanya Rama



“ bukannya kamu sama mereka semalam? Jadi bagaimana soal Dewi ?”



“ Mana aku tahu! “



Dewa lalu bangkit dan berjalan keluar meninggalkan Rama kebingungan. Saras lalu keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragam.



“ Sayang , cepat bangunkan Indra di kapsulnya “



Rama segera membangunkan Indra. Githa sudah kembali kepelukan Indra. Maya telah selesai menyiapkan sarapan dengan kompor listrik dan kami pun mulai menyantapnya. Sarapan dari dunia kami sangat berbeda dengan di dunia kalian. Mungkin kurang lebih mirip seperti mie di dunia kalian dengan sedikit daging udang. Hampir tidak menggunakan bumbu atau dalam bahasa sehari-hari , Hambar. Makanan seperti itu sudah dianggap cukup mewah bagi rakyat jelata seperti kami. Kebanyakan rakyat jelata memakan ransum yang merupakan campuran nasi dan tumbuhan hidroponik. Daging sangat jarang di konsumsi karena langka dan mahal.



Dengan mengenakan seragam , aku berjalan ke pantai setelah menyelesaikan sarapan. Aku berjalan sendirian sedangkan yang lain masih menyantap sarapan mereka. Tidak ada Dewi . Dia tidak di sana malam itu. Aku diam di sana cukup lama , berharap aku melihatnya. Aku berjalan ke gubuk yang kami temukan semalam. Aku berjalan dengan hati-hati dan siaga , agar dia tidak tahu keberadaanku di sana. Namun ketika aku tiba di sana , sama seperti semalam , tidak ada seorang pun di sana.



Api di dalam rumah itu telah mati. Mereka memasak dengan kayu bakar. Primitif tapi sangat kreatif. Energi ramah lingkungan dengan radiasi minimal. Aku juga menemukan sebuah pisau yang terbuat dari batu. Ada sidik jari wanita tapi bukan sidik jari Dewi. Ada sidik jari wanita itu di mana-mana tapi sekali lagi , tidak ada sidik jari Dewi. Sayangnya alat yang aku gunakan belum sanggup mendeteksi jejak kaki. Hanya sidik jari.



Aku keluar dari rumah itu dan aku tiba-tiba saja merasakan seseorang seperti meniup telingaku. Aku keluarkan senjataku dan membidik ke segala arah. Aku berjalan dengan hati-hati dan terus membidik ke seluruh penjuru. Sampai aku melihat seorang gadis remaja berdiri menatapku dengan tatapan heran.



“ kau sedang apa?”



Aku terkejut seperti melihat Hantu. Anak itu mungkin masih remaja. Kurasa sekitar 18 tahun umur manusia. Tubuhnya berlekuk dan sexy , seperti Githa namun lebih natural. Ia sama sekali tidak mirip dengan Dewi jadi tidak mungkin aku salah melihat karena ia jauh lebih tinggi. Tapi aku akui wajahnya sangat manis , jauh lebih manis dari manusia paling manis sekalipun.



“ Astaga kau tinggi sekali . Pakaian macam apa ini? “



Ia memegang seragamku dengan heran. Berbeda dengan Dewi yang kemarin mengenakan kain terusan berwarna coklat , atau sebut saja kemben, gadis ini mengenakan kain coklat tipis selutut yang ia lilit di pinggang, serta kain kulit yang ia lilit menutupi buah dadanya



“ hey , kau mengintip payudaraku ya?”



Dan aku tersadar dari lamunanku



“ dasar genit! Aku minta kau menikahiku sekarang! Aku merasa dinodai!”



Wah aku tidak keberatan menikahi gadis semanis ini. Tidak ! Tidak , konsentrasi.



“ kau mengerti bahasa Sansekerta? Cepat perkenalkan dirimu! “



Dan gadis itu seketika kesal.



“ wah wah wah. Kenapa jadi aku harus memperkenalkan diri? Lagipula Sansekerta , bahasa macam apa itu? Kau mengerti bahasa kami kan?”



Dan keganjilan terjadi. Ditelingaku gadis itu berbicara bahasa Sansekerta tapi di telinganya aku lah yang berbicara bahasanya. Apa yang terjadi? Hingga sekarang aku tidak tahu bagaimana aku mengerti bahasa mereka dan mereka mengerti bahasa kami



“ sudahlah , namaku , MELATI “



Akhirnya seorang gadis dengan nama seaneh diriku



“ hai Nona Melati. Namaku Sakti “



Ia melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu ia kembali menatapku dengan tatapan judesnya , seraya membentak



“ sedang apa kau di sini? Kau mau mengintip kan? “



“ maaf Nona , bukan begitu. Aku ingin bertemu pemilik rumah ini “



Ia mengintip ke dalam rumah dan tentu saja tidak ada siapa-siapa di sana.



“ sepertinya dia lari karena ketakutan. Gayamu mirip seperti iblis tahu “



Sahutnya jutek



“ apa kau pernah melihat seseorang berseragam seperti ini sebelumnya ? “



Tanyaku serius.



“ Tidak “



Jawabnya kesal



“ maaf jika tadi aku kurang ajar. Aku tidak bermaksud begitu “



Dan gadis itu pun heran



“ jadi kau tidak mau menikahiku? Hah sudah kuduga tidak ada yang mau denganku. Aku tidak punya bulu , kulit pucat , kurus. Kurasa aku akan mati sebagai seorang gadis . Huaaaaaaaa ibu”



Dan tiba-tiba dia menangis



“ Nona Melati. Saya mohon tenang dulu”



Dan dia semakin menangis seperti anak sekolahan



“ huaaaaaa Ibuuuuuuu Paman ini kurang ajar dan jahat sama aku . Huaaaaaaa “



Lagipula sejak kapan berbulu menjadi standar kecantikan? Apa di planet ini manusia berbulu di anggap cantik. Aneh



“ sadar Nona Melati. Kau ini cantik sekali. Lihat !”



Aku memperlihatkan gambar wajahnya dari cerminku, agar dia melihat jelas wajahnya.



“ wow. Apa itu aku? Ini lebih jernih dari pantulan air.“



Dan akhirnya dia berhenti menangis



“ kau tidak bilang kau ini penyihir! HUAAAAA TOLONG ADA PENYIHIR! KUBUR DIA HIDUP-HIDUP huaaaaaa“



Penyihir katanya?



“ ini bukan sihir Nona. Ini namanya Ilmu pengetahuan. “



Ia tersenyum manis. Aku pun ikut tersenyum. Aku akui gadis ini cukup menarik dan susah ditebak



“ terima kasih sudah memujiku. Aku jadi makin percaya diri lho . Apa menurutku aku bisa jadi selir kepala suku ? atau istri juragan kampung?”



Tunggu kepala suku apa itu artinya



“ apa kau tinggal di desa atau semacamnya?”



Ia menggeleng kepala



“ oh iya aku lupa. Aku ini gadis pengasingan. Aku tinggal sendirian di pinggir pantai. huft“



Itu artinya memang ada peradaban di planet ini. Meskipun bukan peradaban maju. Yang pasti planet ini berpenghuni dan setidaknya lebih dari 1000 orang.



“ apa kau bisa tunjukkan di mana desanya? “



Gadis itu bilang ada desa kecil desa para pemburu di dekat pantai ini. Namun mereka tidak bisa datang karena mereka orang pengasingan. Ia juga tahu ada desa kepahiang , desa kelahiran gadis ini sekitar dua hari jalan kaki dari pantai ini. Ia tinggal sendiri sedangkan ia tidak cerita di mana kedua orang tuanya tinggal. Kami berjalan meninggalkan rumah itu dan dia membawaku ke rumahnya yang hampir sama seperti rumah gadis misterius sebelumnya.



“ kau mau pisang? “



Ia menawariku buah-buatan segar.



“ tentu , terima kasih “



Aku menerimanya. Ia menanam sendiri tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan di dekat rumahnya. Menandakan jika ia memiliki pengetahuan tentang bercocok tanam , tidak seperti manusia gua. Orang-orang di planet ini sepertinya bercocok tanam di tanah , karena tanah dan atmosfer mereka mendukung . Sedangkan di dunia kami , bercocok tanam dilakukan dengan metode hidroponik. Perusahaan besar didampingi angkatan bersenjata memonopoli distribusi hasil panen agrikultural di dunia kami sehingga melahirkan semacam mafia Pangan yang mengatur harga persediaan agrikultural di dunia kami.



“ kenapa melamun? Pisangnya sudah busuk ya?”



Dan lagi-lagi dia memergokiku melamun.



“ Tidak. Pisangnya lezat sekali. “



Jawabku. Ia lalu mengambilkan setandan pisang dan memberikannya kepadaku.



“ ini , ambil saja “



“ terima kasih Nona Melati “



Aku menerima pemberiannya karena aku pikir tidak sopan jika aku menolak



“ kau tinggal di mana?”



“ kapalku mendarat tidak jauh dari pantai ini . Teman-temanku menunggu di sana sekarang. Mereka jarang sekali jalan-jalan terlalu jauh “



Melati terdiam cukup lama



“ kapal? Aku tidak melihat kapal atau perahu di pantai ini. Lagipula siapa orang gila yang berani mengarungi ombak setinggi itu? “



“ ah maaf . Maksudku kapal Antariksa . Kapal bintang . Kapal yang dapat terbang dan menjelajah lautan antariksa. Kau mengerti ?”



Melati memikir keras. Namun sepertinya ia tidak menangkapnya



“ bukannya seharusnya kapal berlayar di lautan? Kau ini kurang waras ya?“



Aku hanya tersenyum dan menjawab



“ nanti kamu akan melihat sendiri “



Aku pun berdiri dan rencananya aku ingin pamit dan kembali ke kapal.



“ kau mau ke mana? Istirahat saja di sini. Kau mau aku pijat? Biar tambah ganteng lho“



Dengan halus aku menolaknya



“ tidak usah Nona Melati. Aku harus kembali ke teman-temanku. Aku akan ceritakan mereka tentang Nona “



Wajah gadis itu pun berubah sendu.



“ Selain Bintang , aku jarang bertemu orang lain. Tinggallah lebih lama lagi. Atau aku nangis! HUAAAAAAAA IBUUUUUUU“



“ bintang? Maksud Nona ?”



Aku kira ia membicarakan bintang di langit.



“ Bintang itu gadis yang tinggal di rumah itu “



Jadi gadis misterius itu namanya Bintang. Aku kira aku menemukan Dewi lagi di planet ini. Planet ini mungkin indah seperti surga , namun sepertinya bukan surga di mana kita dapat bertemu orang yang telah meninggalkan kita. Aku seketika sedih.



“ kenapa kau ikut muram seperti itu? “



“ tidak. Tidak apa-apa “



Melati pun mendekat. Ia menatapku serius dan mengatakan



“ wajah itu. Bukanlah wajah orang yang baik-baik saja. Kau mau menceritakannya?”



Aku pun duduk di kasur yang ia buat batang bambu. Ia duduk di sampingku. Aku tidak tahu kenapa tapi aku lalu ikut menceritakan masalahku kepada Melati, gadis yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu



“ aku baru kehilangan istriku. Ceritanya panjang. Aku di sini karena aku mencoba beranjak dari kesedihanku. Namun kemarin, aku melihat seorang gadis yang mirip sekali dengannya di pantai itu. Aku kehilangan kendali , lalu aku memeluknya dan gadis itu lari “



Melati hanya diam. Aku juga diam. Rumah itu sempat sunyi dan hanya suara api dan tiupan angin di luar yang terdengar. Lalu ia pun menjawab



“ aku turut berduka. Tapi hanya ada dua gadis di pantai ini. Aku , dan Bintang. Kami sudah tinggal berdampingan bertahun-tahun. “



Aku pun kembali berdiri



“ maaf aku jadi mencurahkan masalahku dengan Nona. Aku permisi dulu “



“ hei Tunggu! “



Aku memberi salam lalu melangkah keluar. Melati mengejarku , sepertinya hendak mencegahku pergi lebih dulu. Aku keluar dari rumah itu dan saat itulah, aku melihat dia lagi. Dia berdiri di depan rumah itu , dengan pakaian persis seperti yang ia kenakan kemarin. Aku terdiam. Ia benar-benar mirip seperti Dewi. Mataku kembali berkaca-kaca



“ kamu....”



Lirihku



Ia perlahan berjalan mundur. Aku harus sadar jika gadis yang kulihat bukanlah Dewi. Tapi dia, dia sangat identik dengan Dewi. Dari matanya , rambutnya , bibirnya , perawakannya, astaga , aku seperti melihat Dewi kembali. Aku hanya tersenyum. Dan aku pun mulai memperkenalkan diri



“ Namaku Sakti. Maaf jika kemarin , aku kurang sopan “



Ia menghentikan langkahnya. Ia sempat terdiam lama. Dengan senyum malu-malu, ia pun mulai berbicara.



“ Bintang. Namaku Bintang “
 
Apa alur ceritanya masih sama atau di buat beda?
Season 1 Sama hu, yang masih di bumi. Nanti season 2 sampe 4 beberapa adegan aja nanti dibuat beda. Seperti adegan perang antariksa nanti. Sama reaksi Bintang dan Melati waktu di pindah planet
 
Episode 5

“ kau tinggi sekali. Seperti Raksasa. Kulitmu putih Sekali. Apa kau ini keturunan Dewata?“



Dewi juga pernah mengatakan itu ketika kami berdansa di Indahpura. Aku terlahir dari Ras Arya , seperti Ayah dan Ibuku. Ras yang nantinya akan menjadi cikal bakal ras kulit putih di dunia kalian. Teman-temanku juga dari Ras Arya kecuali Githa dan Maya yang merupakan keturunan kulit kuning seperti Dewi. Wajar saja jika kami semua tinggi seperti Raksasa



“ kau , cantik sekali “



Persis seperti Dewi. Ia berhasil mencuri perhatianku



“ terima kasih “



Sahutnya sambil menunduk malu



Kami berdua saling berpandang-pandangan. Ia melihat wajahku dengan wajah polosnya , dan jantungku serasa berhenti. Aku menikmati setiap detik ketika aku melihatnya. Rasanya seperti anugerah. Rasanya aku seperti mendapat kesempatan melihat Dewi sekali lagi. Melati melihat kami berdua dan dia menjadi kebingungan



“ kalian berdua kenapa?”



Kami pun tersadar dari lamunan kami.



“ Melati. Tadinya aku ke sini untuk mengantarkan ikan asin. “



Ucap Bintang. Ia raih bakul di sampingnya itu lalu ia serahkan kepada Melati. Ia sedikit lebih kecil dari Melati , yang artinya ia memiliki tinggi yang sama dengan Dewi



“ ah iya. Aku sudah siapkan buahnya “



Mereka bertukar persediaan. Uang belum dikenal di planet ini , namun mereka mengenal sistem barter.



“ Kalau begitu aku permisi dulu “



Bintang pun pamit. Aku pun melangkah maju



“ apa Nona ingin saya antar “



Bintang menggeleng kepala sambil tersenyum



“ Tidak usah, aku Kenal daerah sekitar sini “



Sahutnya. Dan ia pun pergi. Aku masih berdiri di rumah Melati. Aku melihat dia pergi lalu aku hanya termenung, terdiam di tempat. Melati kembali melihatku dengan wajah herannya.



“ kau masih di sini?”



Tanyanya heran



“ kalau begitu aku permisi dulu “



Aku pun pamit. Ia tersenyum dan kami pun berpisah. Aku berjalan kembali ke kapal. Dengan satu sisir pisang pemberian dari Melati. Sungguh gadis yang manis dan baik hati. Mereka sangat pemberani karena tinggal sendirian di alam bebas seperti ini. Aku mendengar suara gaduh dari tepi pantai. Aku berjalan ke sana dan aku terkejut sekaligus kesal dengan apa yang kulihat.



“ ngiiing ngiiing “



“ wuuhuuu Dewa! Dewa! “



“ Ayo Indra!”



“ Permirsa! Kami persembahkan , balapan legendaris tahun ini , Antara dua pembalap nomor satu di galaksi , Indra dan Dewaaaa”



Maya dengan bikini yang sangat minim berlagak sebagai pembawa acara dari balapan itu. Mereka berdua berbaris dengan kereta balap dan siap untuk balapan di tepi pantai. Apa yang mereka lakukan tentu saja merusak alamapalagi kereta itu menggunakan bahan bakar fosil. Setidaknya mereka merusak tumbuh-tumbuhan di hutan dengan roda mereka



“ Tiga ! Dua ! Satu!”



Balapan itu di mulai. Sebuah balapan drag face di tepi pantai. Indra memimpin dan tak lama mencapai garis finis yang ditandai dengan dua buah batu. Indra menghentikan keretanya dan melompat keluar



“ yaaaahoooo! Aku menang ! Threesome dengan Githa dan Maya ”



Teriaknya . Ia melompat keluar dari kapalnya dan berjoget-joget seperti orang gila. Ia berlari menerkam Githa lalu ia menciumnya liar.



“ sial “



Gumam Dewa



“ ehm “



Aku memotong kesenangan mereka. Maya pun berdiri. Githa langsung mendorong Wajah Indra yang sedang asyik mencumbu-cumbu bibirnya.



“ Komandan “



Ucap Maya sambil membungkuk



“ Oi Saktiiiii “



Indra berteriak memanggilku. Githa hanya menunduk malu.



“ jadi Ide siapa balapan ini?”



Tanyaku serius



“ tentu saja ideku. Kami bosan “



Sahut Indra dengan raut wajah tanpa dosa. Aku berjalan mendekat sambil menggeleng-geleng kepala. Indra masih berteriak kegirangan , seperti tidak sadar apa yang mereka lakukan. Dewa keluar dari keretanya



“ aku pikir tidak ada salahnya mencoba kemampuan kendaraan ini di pantai “



Celetuknya



“ Planet ini berpenghuni. Jadi kita tidak boleh merusaknya “



Indra tertawa terbahak-bahak. Dewa hanya diam mendengar ucapanku



“ aku serius. Ada peradaban di planet ini walaupun tidak banyak. Mereka masih sangat primitif “



Aku lalu menunjukkan pisang yang kupegang sebagai bukti ya. Indra masih tertawa sementara yang lain hanya diam



“ Ya kita biarkan saja. Bukankah lebih baik jika tidak saling mengganggu?”



Aku berbalik membelakangi mereka dan berkata



“Cepat kembalikan kereta ini ke kapal sekarang “



“ siap komandan “



Sahut Dewa



“ Ya tidak seru “



Gumam Indra kesal



“ sudahlah Indra “



Celetuk Dewa



“ lain kali jika kalian ingin santai di pantai , jalan kaki saja “



“ siap Komandan “



Indra dan Dewa masuk kembali ke kapalnya. Maya dan Githa mengenakan kembali seragam mereka , lalu kembali ke kapal. Indra dan Dewa menggunakan kereta untuk kembali , dengan jalur yang sama seperti mereka pergi. Mereka memasukkan kembali kedua kereta itu ke dalam muatan kapal .



“ aku baru sadar kau bawa sesuatu “



Dewa melihatku membawa sesisir pisang. Kami juga ada pisang di dunia kami , hanya saja berbeda jenisnya.



“ Begitulah. Seperti yang kubilang, planet ini berpenghuni , dan mereka memberiku buah-buahan ini “



Sahutku sambil menunjukkan pisang itu kembali kepada Dewa



“ Jadi mereka mengerti bahasa kita? Atau kalian berbicara dengan bahasa isyarat?”



“ mereka mengerti bahasa kita. Kami berbicara cukup lama. “



Awalnya aku kira begitu karena aku belum bisa menjelaskan keganjilan yang terjadi di mana aku dapat mendengar mereka berbicara dengan bahasaku. Kami duduk di bawah sebuah pohon dan mulai menyantap pisang itu



“ hmm lumayan lezat “



Gumam Dewa. Pisang itu masih sangat manis dan segar. Aku lalu mengambil satu pisang lagi dan kembali melahapnya. Saras lalu mendekat dan menggeleng-geleng kepala



“ kalian yakin buah itu sehat hah? Bagaimana kalau ada penyakit di dalamnya? Mungkin Virus atau Bakteri “



Dewa tertawa mendengar ucapan Saras. Aku hanya diam tidak berkomentar



“ begini saja , kalau kami mati, berarti buah ini beracun “



Sahut Dewa sambil tertawa geli



“ hey Teman-teman, boleh aku minta buah itu? “



Dan tak lama Indra ikut bergabung. Lalu Maya dan Githa ikut bergabung sehingga hanya Rama dan Saras yang tidak memakan buah itu. Kami semua istirahat siang di bawah pohon. Mereka berkelonan dengan pasangan mereka masing-masing-masing sedangkan aku tidur sendirian.



Aku terbangun di sore hari itu. Mereka semua masih tertidur di bawah pohon. Aku lalu sadar jika Dewa dan Maya menghilang. Aku bangkit dan ketika berjalan sebentar, aku mendengar suara desahan Maya.



“ ahh ahh mmmhh terus “



Aku bahkan dapat mendengar suara tepukan selangkangan mereka. Aku mengintip sedikit , melihat Dewa yang sedang asyik menggenjot tubuh indah Maya dengan posisi Misionaris. Ia terus menggenjot-genjot Maya dari atas , dengan sangat liar sambil meremas-remas kedua buah dada Maya.



“ sudah kuduga “



Aku membiarkan Maya dan Dewa bersenang-senang. Setidaknya mereka tidak melakukannya di depan umum seperti Githa dan Indra. Tapi aku tersenyum karena aku juga ingat aku menggenjot Githa di ruang terbuka hanya saja tidak ada yang melihat kami berdua bersenang-senang. Bersenggama , bercinta dengan Githa tidaklah buruk. Dan dia juga gadis yang cukup menyenang. Namun aku putuskan untuk tidak terlalu dekat.





Aku berjalan ke arah yang belum aku telusuri sebelumnya. Aku berjalan selama beberapa menit , mungkin hampir setengah jam , hingga aku tiba di sebuah telaga. Aku menghentikan langkahku saat aku sadar ada seseorang di telaga itu. Aku melihat dari kejauhan dari aku melihat seseorang membuka pakaian , lalu menggantungkannya di sebuah pohon.



Aku melihat Melati, berendam di dalam telaga , dengan tubuh polos tanpa busana. Ia baru saja membuka pakaiannya sehingga aku disuguhkan pemandangan tubuh indahnya. Aku melihat punggungnya indahnya , pinggulnya , kulit mulusnya yang putih bersih , dan ketika ia berbalik , aku melihat buah dadanya yang indah. Ia masih remaja tapi tubuhnya sangat sempurna. Aku sangat menyukai apa yang aku lihat.



Ia menceburkan tubuh indahnya ke dalam telaga. Ia mulai membasuhnya. Ia usap lengannya , dadanya , lalu kepala dan rambutnya hingga semuanya basah. Ia pejamkan matanya dan terus membasuh leher , tangan , buah dada , lalu ia keluarkan sedikit betisnya dari air dan mulai membasuhnya juga. Ia menggunakan berbagai macam tumbuhan , mungkin sebagai perawatan tubuh indahnya.



Ia basuh kepalanya , rambutnya lalu ia celupkan seluruh tubuhnya ke dalam air. Ia berendam cukup lama sampai ia muncul kembali di telaga itu. Ia lalu duduk termenung di dalam telaga itu , dan melamun cukup lama. Telaga itu berada jauh dari rumahnya jadi ia pasti berjalan cukup jauh



“ hei , apa yang kulakukan di sini “



Gumamku dalam hati.



Aku pun berbalik dan berjalan meninggalkan telaga itu. Aku suka apa yang kulihat sore itu, aku juga sangat menikmatinya tapi aku sadar aku harus pergi sebelum hal yang diinginkan terjadi. Tentu saja aku tidak ingin ia menangkap basah aku ketika sedang asyik mengintipnya. Tentu saja itu akan terlihat konyol.



Namun tiba-tiba aku merasa seperti seseorang sedang mengawasiku. Aku berbalik kembali. Aku melihat ke telaga itu memastikan ia masih di sana dan tidak sedang melihat ke arahku. Melati masih diam melamun di telaga itu. Aneh. Untuk sekejap aku merasa seperti dia bangkit lalu melihatku , mengawasiku dari kejauhan. Namun ternyata ia bahkan tidak bergerak sedikit pun dari posisinya. Aku pun pergi meninggalkannya dan berjalan ke arah pantai.



Aku tiba di pantai tepat saat Matahari terbenam. Dewa dan Maya mungkin masih bersenggama di hutan . Aku sendirian di sana , duduk termenung setelah asyik mengintip gadis perawan mandi si telaga. Itu menyedihkan. Aku tersenyum malu seolah menertawakan diriku sendiri. Namun ketika aku melihat ke arah lautan, aku tidak sadar jika pemandangan matahari terbenam di pantai ini sangatlah luar biasa. Aku keluarkan cerminku untuk mengabadikan gambar. Aku tidak tahu kepada siapa gambar itu akan kutunjukkan. Jika Dewi masih hidup , kurasa ia akan sangat menyukai pemandangan ini.



Aku berguling di pinggirnya. Tidak ada yang lebih nyaman selain berguling di pinggir pantai sambil memandangi pemandangan matahari terbenam. Aku sering melihat matahari terbenam sebelumnya namun ini pertama kalinya aku menikmatinya di pantai.



“ kau menunggu bintang? Dia tidak ke sini. Dia mencari kayu bakar seharian “



Dan Melati tiba-tiba muncul. Aku harap dia tidak tahu jika aku mengintipnya mandi di telaga. Aku menoleh dan menjawab



“ Tidak , aku hanya menikmati pemandangan “



Jawabku. Ia pun duduk di sampingku.



“ Yang benar? Kau tidak bohong kan? Iya kan? “



Aku menggeleng kepala. Melati mengambil batu dan melemparnya ke pantai.



“ kau mau bertanding melempar batu? “



Aku hanya diam. Untuk sekejap ia menjadi gadis yang sangat menggairahkan di telaga itu , dan sekarang ia sudah menjadi dirinya sendiri. Seorang remaja bawel pecicilan yang gemar bertingkah seperti anak kecil. Ia menggambar sesuatu di pasir. Ia menggambar pemandangan matahari terbenam namun sayang sekali gambarnya persis seperti gambar yang dibuat manusia gua



“ lihat , aku menggambar matahari terbenam lho “



“ wow , gambarmu lumayan”



Aku berpura-pura memujinya agar ia senang. Ia pun tersenyum



“ benarkah ? Kau manis sekali. “



Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendengarnya. Aku ikut tersenyum. Ia tertawa geli dan aku , tiba-tiba saja ikut tertawa. Aku tertawa sangat lepas. Rasanya lega dan menyenangkan. Aku pernah berpikir aku lupa cara tertawa . Tapi dia , gadis remaja itu , berhasil membuatku tertawa setelah sekian lama.



“ tertawamu lucu “



Celetuk Melati



“ oh ya?”



Aku tatap wajahnya serius, berpura-pura kesal di depannya. Raut wajahnya berubah dari kegelian menjadi ketakutan. Ia memundurkan wajahnya perlahan. Ia ragu antara ingin bangun atau tetap duduk. Kutatap ia tajam lalu bertanya



“ memangnya apa yang lucu”



“ ah .... maksudku... maksudku... ya ... lucu “



Ia seketika gagu. Aku tertawa terbahak-bahak. Ia menatapku heran dan tak lama ia pun ikut tertawa terbahak-bahak.



“ kau mengerjaiku hah? Kemari! “



Ia hendak memukulku. Namun tiba-tiba tak sengaja ia terpeleset sehingga tubuhnya mendorongku dan ia pun tiba-tiba mendarat tepat di atasku. Wajahnya berada hanya beberapa jari di atasku dan kami pun saling bertatapan.



Saat kujumpa dirinya , di suatu suasana , terasa getaran dalam dada

Kucoba mendekatinya, kutatap dirinya , oh dia sungguh mempesona




Ia pun segera duduk kembali dan pipinya pun memerah



Ingin daku menyapanya, menyapa dirinya , bercanda tawa dengan dirinya

Namun apa yang kurasa , aku tak kuasa, aku takt ahu harus berkata apa




Kami duduk berdua di pantai itu , menikmati keindahan matahari terbenam bersama-sama. Hanya saja , aku lebih berharap Dewi berada di sampingku. Tapi gadis ini berhasil memberikan kenangan baru .



inikah Namanya cinta ,oh inikah cinta , cinta pada jumpa pertama



Hari pun hampir gelap. Ia pun berdiri , membersihkan pasir di sekujur tubuhnya



“ sudah hampir gelap , sudah saatnya aku pulang “



Ucapnya. Aku pun ikut berdiri



“ baiklah. Mau aku antar?”



“ Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok . Dadah “



Kami berpisah di pantai itu. Ia berlari secepat kilat dan ketika cukup jauh, ia kembali menoleh dan melambaikan tangannya. Aku lambaikan tanganku dan ia pun berlari ke arah rumahnya. Aku berjalan menuju kapalku dan ketika aku sampai matahari akhirnya terbenam dan malam pun tiba
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd