Mashiro999
Guru Semprot
- Daftar
- 19 Nov 2022
- Post
- 571
- Like diterima
- 5.224
Episode 3
Aku tertidur. Aku bangun saat matahari terbit. Teman-temanku masih tidur di kapsul mereka. Githa sudah kembali ke kapsul , tidur berkelonan bersama Indra. Aku mendengar suara gaduh dari kapsul Dewa dan Maya jadi aku memilih menyingkir. Tidak mau tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana.
Aku berjalan ke arah barat. Saat aku mendarat aku melihat seharusnya ada pantai di sana dan aku ingin melihatnya dari dekat. Aku berjalan sambil membuat tanda agar aku dapat kembali dengan mudah . Tentu saja aku tidak mau tersesat. Aku melihat pantai itu dari kejauhan dan aku terus berjalan mendekat.
Pantai itu sangat panjang dan indah. Suasanya tenang , dengan suara ombak yang menenangkan batinku. Sangat indah sekali. Jauh lebih indah dari hologram , gambar dunia maya, bahkan pantai buatan sekalipun. Aku bisa saja membuat rumah di sini jika Dewi masih hidup.
“ ah-chu!”
Aku mendengar seseorang bersin. Aku menoleh ke arah timurku dan aku tidak sadar ada seorang wanita di sana. Wanita itu menoleh. Dan saat itu juga jantungku seolah berhenti berdetak. Waktu seolah berhenti. Suara ombak itu , seperti tak terdengar lagi di telingaku. Aku berusaha tegar , berusaha kuat , namun aku tidak bisa melakukannya. Air mataku pun terjatuh
“ Dewi “
Aku tidak percaya apa yang aku lihat tapi aku melihatnya. Berdiri di pinggir pantai dengan sebuah kain berwarna coklat. Ia menoleh ke arahku dan ia pun tersenyum lalu membungkuk memberi hormat. Aku berlari dan aku pun langsung memeluknya.
“ aku kira..... aku kira aku kehilangannmu “
Namun tiba-tiba ia mendorongku dan melarikan diri.
“ Dewi! Dewi tunggu!”
Ia terus berlari. Ia masuk ke dalam hutan dan aku mengejarnya. Namun ia seketika menghilang. Aku kehilangan jejak.
“ Dewi! Dewi!”
Aku memekik memanggilnya . Aku tahu itu bodoh. Aku sangat yakin itu nyata. Aku terus mencarinya hingga siang , sampai tak terasa , matahari mulai terbenam.
“ aku bersumpah aku melihat dia! Penglihatanku tidak mungkin salah!”
Aku berlari ke kapal untuk mengabari yang lain. Mereka melihatku dengan ekspresi kebingungan. Mereka mengenalmu sebagai orang yang cukup teliti dan konsentrasi , karena diasah bertahun-tahun melawan musuh. Mereka menjadi serba salah. Mereka mengira jika aku sudah gila , tapi kalau memang aku sudah gila , kenapa sangat tiba-tiba dan baru sekarang?
“ Hei Sakti. Kau makan apa pagi ini?” Celetuk Indra.
“ mana aku ingat bodoh! Apa menurutmu wajah ini wajah orang salah makan?!” bentakku
“ sudah Sakti sabar. Kau juga jangan asal bicara Indra. Tarik nafas , buang. Tarik nafas, buang. Sekarang jelaskan pelan-pelan di mana kau melihat Dewi? “ hanya Dewa yang menghadapiku dengan sabar.
Aku jelaskan jika pagi ini aku menemukan pantai tidak jauh dari lokasi kami mendarat dan di sana aku melihat Dewi. Lalu sampai ke aku memeluknya , lalu Dewi lari dan di sanalah aku kehilangan dia.
“ Baiklah. Kita sudah kenal lama dan aku tahu kau masih sangat waras. Jadi bukannya melangkahi kamu sebagai kapten , tapi bagaimana kalau kita ke pantai untuk menyelidiki apa yang kamu lihat hari ini “
Aku setuju. Aku dan Dewa berjalan ke pantai. Dengan mengenakan atasan sebut saja tank top dan celana pendek sebut saja hotpants, Githa menyusul kami. Aku tidak melarangnya tapi dia harus jaga diri sendiri. Menurutku dia cukup nekat , menjelajah planet asing tanpa perlengkapan seperti senjata bela diri minimal pisau , atau setidaknya masker oksigen atau helm.
Kami tiba di pantai. Aku menunjuk tempat di mana aku berdiri , lalu menunjuk di mana Dewi berdiri. Dewa lalu berkeliling dan mencari bukti apakah benar ada tanda-tanda orang di sana kecuali aku. Namun ilmunya sangat terbatas. Dewa melihat , menyelidiki tanpa membuahkan hasil. Sedangkan Githa , jongkok cukup lama di tempat di mana Dewi berdiri lalu ia mengatakan
“ kamu benar. Ada orang lain di sini “
Dan aku langsung memegang pundak Githa
“ benar kan?! Aku tidak bohong! Aku tidak gila!”
Githa tersenyum malu. Dewa lalu menghampiri kami berdua
“ iyaaaa Sakti... kamu gak gila “ sahut Githa sambil tertawa malu
“ Komandan Sakti! Tolong disiplin sedikit anak baru. Panggil yang lengkap“ bentak Dewa
“ Sudah Dewa. Santai saja. Dia anak baru “ sahutku. Aku lepaskan kedua tanganku dari pundak Githa dan bertanya
“ Githa , kamu bisa lacak ke mana dia pergi?”
“ ya aku coba dulu. Aku memang sering bermain permainan berburu. Tapi kan itu cuma permainan. Semacam simulasi dunia nyata. Belum tentu akurat.”
Tapi permainan itu membuat Githa mempunyai keahlian melacak jejak di dunia nyata. Ia melacak tepat sekali ke mana Dewi berlari dan kami mengikutinya. Kami masuk ke hutan, berjalan menyusurinya , lalu berhenti di sebuah pohon. Ia jongkok di dekat pohon itu dan menyelidiki cukup lama. Ia lalu menoleh
“ dia sembunyi di pohon ini cukup lama. Kamu mungkin gak lihat dia. “
“ Oi. Kamu yakin itu bukan jejak kaki Kapten Sakti kan? “
Githa tertawa geli. Ia lalu berdiri dan sambil menepuk-nepuk pipi Dewa. Ia berbisik
“ Dari ukuran kaki saja sudah beda jenius. Lagipula kamu lihat sendiri kapten Alim ini pakai sepatu. Sudah jelas jejaknya beda tuan pintar “
Dewa tampak tidak senang dengan nada bicara Githa
“ dasar kau...”
Aku langsung memotong
“ Dewa , sudah. Biarkan dia bertugas”
Dengan wajah genit , Githa lalu membungkuk dan memohon
“ Komandan , hamba mohon. Hamba tidak bisa bertugas jika ada orang ini “
“ kau ini!”
Dewa semakin kesal
“ sudah-sudah. Dewa , kamu boleh kembali ke kapal. Terima kasih telah membantu kami “
Dewa menurut dan mulai berjalan pulang ke kapal. Githa menunggu Dewa benar-benar pergi lalu tiba-tiba ia mencubit pipiku.
“ semalam kamu sange kan! Hayo ngaku! Sok jual mahal kamuh ya”
Astaga apa dia
“ kau mengintipku? Maksudku mengawasiku “
Githa mengangguk
“ kamu ini ternyata malu-malu kucing ya. Kamu tertarik denganku kan? Aku memang tidak cantic , tapi bodyku sempurna kan? Aku udah habiskan banyak uang buat badan sempurna ini lho”
Aku langsung mengalihkan pembicaraan
“ bisa kita lanjutkan Nona Githa?”
Githa masih asyik mencubit kedua pipiku
“ Ngaku dulu. Kamu tertarik kan dengan aku? Kamu tertarik dengan tubuhku kan kemarin malam?”
Aku akhirnya mengaku
“ tentu saja. Aku bukan homo. Aku berbohong. Tapi kamu harus ngerti , bukannya jual mahal tapi aku tidak terbiasa tidur dengan wanita lain sejak aku menikah, dan setelah Istriku meninggal. Aku , aku takut merasa bersalah. “
Dan wajahnya tiba-tiba berubah serius. Ia lepaskan kedua tangannya lalu ia memelukku. Aku tidak mencegahnya
“ Andai ada pria yang menyayangiku seperti itu. Biasanya pria yang kukenal , lihat yang bening-bening langsung tergoda. Aku tahu kau tergoda tapi kau menahannya. Demi wanita yang tidak ada lagi. Astaga Naga , kau bukan Cuma ganteng dan kekar , tapi romantis. KYAAAAAAA “
Aku diam dan tidak menjawab. Dia memang suka berlebihan. Ia melepas pelukannya lalu kami berdua kembali serius
“ ayo kita cari wanita yang kamu lihat. “
Kami kembali melacak jejak kaki Dewi. Cukup sulit karena jejak kaki itu sudah cukup lama. Mungkin berjam-jam yang lalu. Dewi berlari dari satu pohon ke pohon lain. Seolah , ia tidak ingin ditemukan. Langkahnya sangat sunyi namun cepat. Sunyi sehingga sangat sulit bagi orang untuk mendengar atau sadar. Cepat dan cekatan sehingga sulit untuk dilihat jika tidak teliti. Mungkin saja siang itu aku kehilangan konsentrasi dan tidak teliti.
“ kamu mungkin tidak percaya. Tapi dia ngikutin kamu kembali ke kapal.”
“ Apa?!”
Githa bilang Dewi mungkin mengikuti kembali ke kapal dan aku tidak sadar. Dia membuntutiku , mengawasiku dan aku tidak sadar. Itu pertama kalinya terjadi. Aku pernah memburu seorang kriminal yang terkenal sangat lihai mengendap dan sangat cepat namun aku berhasil menembak , melumpuhkan dan menangkapnya hidup-hidup karena aku dapat mendengar dan menebak langkah kakinya. Sungguh. Sepertinya kejadian siang itu membuat konsentrasiku menurun.
“ Dia bahkan melihat kapal kita dari kejauhan “
Dewi melihat kapal kami dari kejauhan. Ia diam cukup lama di atas sebuah pohon. Githa ikut memanjat pohon tersebut dan dia bilang dia belajar dari permainan video. Githa bahkan melihat batang-batang tersebut dan menyimpulkan jika Dewi sangat pintar memanjat. Githa lalu turun dan menerka jika Dewi dapat melompat dari satu pohon ke pohon lain , lalu ia melompat kembali ke tanah. Kami kembali mengikuti langkah kaki itu sampai kami berdua melihat sebuah pondok , rumah atau apa pun namanya , yang terbuat dari tanah liat dan beratap dedaunan.
“ itu dia. Dia di sana “
Bisik Githa.
Tidak jauh dari kapal kami. Aku ingin mendekat dan mencari tahu namun Githa mencegahku.
“ kita kembali nanti saja “
“ kenapa?”
Sahutku geram
“ ini sudah malam. Bagaimana jika kita kembali esok siang? “
Aku menggeleng kepala. Githa sadar jika ia tidak bisa mencegahku jadi kami pun mendekat. Ada asap dari rumah itu sehingga aku tahu ada orang di dalam. Githa menunggu di antara dedaunan dan ketika aku melihat ke dalam ,
Tidak ada siapa-siapa di sana.
Aku kembali menghampiri Githa dan menggeleng-geleng kepala.
“ terima kasih sudah membantuku. Dia tidak ada. “
Githa terkejut tak percaya.
“ bagaimana bisa? Apinya saja masih hidup “
Aku Cuma menggeleng-geleng kepala
“ kita kembali ke kapal.”
Kami melangkah kembali ke kapal. Aku sempat mengambil gambar. Ada tempat tinggal , ada api , sehingga ada peradaban di planet ini. Meskipun sangat awal. Aku tidak bertemu Dewi. Aku mulai berandai apakah yang kulihat itu nyata. Namun jejak-jejak kaki itu sudah cukup nyata. Entah apa yang terjadi malam itu.
Aku tidur di luar , kembali dengan jaket sebagai alas tidurku. Githa berbaring di pelukanku. Aku dekup dia lalu mengatakan
“ terima kasih sudah membantu dan percaya denganku malam ini. “
Ia tersenyum dan dengan genitnya menjawab
“ santai saja Komandan. Justru aku yang senang sudah bisa bantu kamu “
“ Aku senang kau di sini “
Dan Githa pun bingung
“ maksud kamu?”
“ aku sadar aku kesepian beberapa bulan ini. Mungkin aku terlalu menutup diri dengan orang lain “
Jawabku
“ kehilangan orang yang kita sayang bukan main-main sih. Jadi aku paham. “
“ terima kasih , Githa. Serius, terima kasih “
Githa kembali tertawa genit
“ apa Indra tidak cemburu kita berdua seperti ini ?”
Ia mencubit pipiku dan menjawab
“ santai saja Sakti. Seperti yang aku jelasin. Aku sama dia , itu gak ada apa-apanya. “
Dan aku langsung memeluknya. Githa terdiam. Entah apa yang ia rasakan namun ia tampak seketika gugup. Aku pun berdiri dan ia pun duduk di dekatku. Aku buka seluruh pakaianku dan ia pun terkejut.
Aku membuka pakaiannya dan ia hanya pasrah. Aku turunkan hot pants dan celana dalamnya dan ia semakin malu. Aku julurkan lidahku , lalu aku jilat bibir kemaluannya. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya namun malam itu , setelah sekian lama , aku memutuskan untuk menghibur diriku dengan melakukannya bersama Githa.
Githa mendesah sambil tertawa malu. Bibirku mencumbu kemaluannya dan tubuhnya mulai menggeliat. Ia remas kepalaku, dan sambil menggeliat mendongakkan kepalanya ke atas , ia semakin mendesah. Ia Jepit kepalaku dengan kedua pahanya dan ia pasrah menikmati permainan bibir dan lidahku.
Bibirku lalu naik menuju buah dadanya. Aku jilat perlahan putingnya dan dengan penuh perasaan , aku tusukkan jemariku ke lubang kemaluannya. Aku hisap buah dada itu sambil memainkan jemariku. Ia terbaring diatas tanah , menggeliat karena serangan jemari dan bibirku yang membuat tubuhnya serasa melayang. Ia meremas rumput dan pekikannya mulai mengeras. Jemariku bergerak keluar masuk semakin cepat dan tubuhnya semakin berguncang
Aku lepaskan bibirku dari buah dadanya , lalu aku tatap wajahnya. Kami saling bertatapan sedangkan di bawah sana jemariku terus mengguncang-guncang kemaluannya. Ia masih mendesah-desah. Kulahap lehernya , dan mempercepat gerakan jemariku. Kucumbu liar lehernya , dan ia pun mencapai puncak kenikmatannya.
Pipinya memerah dan ia orgasme cukup lama dan sangat deras. Ia berdiri tegak , dengan kemaluan mengacung. Ia pun duduk memposisikan wajahnya di dekat penisku , lalu ia genggam pedang panjangku dan mulai mengocoknya. Sambil memejamkan mata, Ia gosok-gosokkan penisku di pipinya , lalu ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala kemaluanku yang sudah memerah.
Pedangku semakin mengeras di tangannya. Kocokannya semakin cepat. Lidahnya meratakan air liurnya ke sekujur batang kemaluanku , dari kepala hingga ke buah zakar. Lalu ia buka bibirnya lebar-lebar dan mulai mengulumnya. Bibirnya semula pelan , mengulum penisku dengan irama yang nyaman , lalu mulai menyepat dan menyepat. Sesekali lidahnya meliuk-liuk memelintir ujung pedangku yang semakin memerah , sambil ia kocok batangnya dengan jemari lembutnya.
Ia lepaskan kulumannya dan kami siap untuk puncak dari malam tersebut. Aku tindih dia , aku tahan kedua tangannya dan kedua wajah kami bertatapan. Aku tusuk penisku perlahan-lahan dan ia pun mulai mendesah. Penisku menusuk makin dalam , dan aku pun mulai menggenjotnya. Aku lahap lehernya , menusuk-nusuk kemaluan Githa , mengguncang tubuhnya dengan kecepatan penuh.
“ komandan!! Ahh! Saktiii!! Ahh komandan! Ahhh ahh “
Pekikannya mewarnai malam yang sunyi. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya dan aku sangat menikmatinya. Aku sangat menikmati ketika kemaluanku keluar masuk lubang kenikmatannya dan aku seperti tidak ingin berhenti. Wajahnya menggeleng-geleng , dan jemarinya mendekup tubuhku erat-erat. Pipinya memerah. Ia memekik keras dan kami pun keluar bersamaan.
Aku bernafas terengah-engah di pelukan Githa. Aku cabut kemaluanku dan berbaring di sampingnya. Ia genggam penisku , lalu ia kembali mengulumnya, menelan sisa-sisa sperma dari penisku. Aku sangat puas. Ia kembali ke pelukanku dan aku pun berbisik
“ Terima kasih Githa. Rasanya nyaman sekali “
Aku tertidur. Aku bangun saat matahari terbit. Teman-temanku masih tidur di kapsul mereka. Githa sudah kembali ke kapsul , tidur berkelonan bersama Indra. Aku mendengar suara gaduh dari kapsul Dewa dan Maya jadi aku memilih menyingkir. Tidak mau tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana.
Aku berjalan ke arah barat. Saat aku mendarat aku melihat seharusnya ada pantai di sana dan aku ingin melihatnya dari dekat. Aku berjalan sambil membuat tanda agar aku dapat kembali dengan mudah . Tentu saja aku tidak mau tersesat. Aku melihat pantai itu dari kejauhan dan aku terus berjalan mendekat.
Pantai itu sangat panjang dan indah. Suasanya tenang , dengan suara ombak yang menenangkan batinku. Sangat indah sekali. Jauh lebih indah dari hologram , gambar dunia maya, bahkan pantai buatan sekalipun. Aku bisa saja membuat rumah di sini jika Dewi masih hidup.
“ ah-chu!”
Aku mendengar seseorang bersin. Aku menoleh ke arah timurku dan aku tidak sadar ada seorang wanita di sana. Wanita itu menoleh. Dan saat itu juga jantungku seolah berhenti berdetak. Waktu seolah berhenti. Suara ombak itu , seperti tak terdengar lagi di telingaku. Aku berusaha tegar , berusaha kuat , namun aku tidak bisa melakukannya. Air mataku pun terjatuh
“ Dewi “
Aku tidak percaya apa yang aku lihat tapi aku melihatnya. Berdiri di pinggir pantai dengan sebuah kain berwarna coklat. Ia menoleh ke arahku dan ia pun tersenyum lalu membungkuk memberi hormat. Aku berlari dan aku pun langsung memeluknya.
“ aku kira..... aku kira aku kehilangannmu “
Namun tiba-tiba ia mendorongku dan melarikan diri.
“ Dewi! Dewi tunggu!”
Ia terus berlari. Ia masuk ke dalam hutan dan aku mengejarnya. Namun ia seketika menghilang. Aku kehilangan jejak.
“ Dewi! Dewi!”
Aku memekik memanggilnya . Aku tahu itu bodoh. Aku sangat yakin itu nyata. Aku terus mencarinya hingga siang , sampai tak terasa , matahari mulai terbenam.
“ aku bersumpah aku melihat dia! Penglihatanku tidak mungkin salah!”
Aku berlari ke kapal untuk mengabari yang lain. Mereka melihatku dengan ekspresi kebingungan. Mereka mengenalmu sebagai orang yang cukup teliti dan konsentrasi , karena diasah bertahun-tahun melawan musuh. Mereka menjadi serba salah. Mereka mengira jika aku sudah gila , tapi kalau memang aku sudah gila , kenapa sangat tiba-tiba dan baru sekarang?
“ Hei Sakti. Kau makan apa pagi ini?” Celetuk Indra.
“ mana aku ingat bodoh! Apa menurutmu wajah ini wajah orang salah makan?!” bentakku
“ sudah Sakti sabar. Kau juga jangan asal bicara Indra. Tarik nafas , buang. Tarik nafas, buang. Sekarang jelaskan pelan-pelan di mana kau melihat Dewi? “ hanya Dewa yang menghadapiku dengan sabar.
Aku jelaskan jika pagi ini aku menemukan pantai tidak jauh dari lokasi kami mendarat dan di sana aku melihat Dewi. Lalu sampai ke aku memeluknya , lalu Dewi lari dan di sanalah aku kehilangan dia.
“ Baiklah. Kita sudah kenal lama dan aku tahu kau masih sangat waras. Jadi bukannya melangkahi kamu sebagai kapten , tapi bagaimana kalau kita ke pantai untuk menyelidiki apa yang kamu lihat hari ini “
Aku setuju. Aku dan Dewa berjalan ke pantai. Dengan mengenakan atasan sebut saja tank top dan celana pendek sebut saja hotpants, Githa menyusul kami. Aku tidak melarangnya tapi dia harus jaga diri sendiri. Menurutku dia cukup nekat , menjelajah planet asing tanpa perlengkapan seperti senjata bela diri minimal pisau , atau setidaknya masker oksigen atau helm.
Kami tiba di pantai. Aku menunjuk tempat di mana aku berdiri , lalu menunjuk di mana Dewi berdiri. Dewa lalu berkeliling dan mencari bukti apakah benar ada tanda-tanda orang di sana kecuali aku. Namun ilmunya sangat terbatas. Dewa melihat , menyelidiki tanpa membuahkan hasil. Sedangkan Githa , jongkok cukup lama di tempat di mana Dewi berdiri lalu ia mengatakan
“ kamu benar. Ada orang lain di sini “
Dan aku langsung memegang pundak Githa
“ benar kan?! Aku tidak bohong! Aku tidak gila!”
Githa tersenyum malu. Dewa lalu menghampiri kami berdua
“ iyaaaa Sakti... kamu gak gila “ sahut Githa sambil tertawa malu
“ Komandan Sakti! Tolong disiplin sedikit anak baru. Panggil yang lengkap“ bentak Dewa
“ Sudah Dewa. Santai saja. Dia anak baru “ sahutku. Aku lepaskan kedua tanganku dari pundak Githa dan bertanya
“ Githa , kamu bisa lacak ke mana dia pergi?”
“ ya aku coba dulu. Aku memang sering bermain permainan berburu. Tapi kan itu cuma permainan. Semacam simulasi dunia nyata. Belum tentu akurat.”
Tapi permainan itu membuat Githa mempunyai keahlian melacak jejak di dunia nyata. Ia melacak tepat sekali ke mana Dewi berlari dan kami mengikutinya. Kami masuk ke hutan, berjalan menyusurinya , lalu berhenti di sebuah pohon. Ia jongkok di dekat pohon itu dan menyelidiki cukup lama. Ia lalu menoleh
“ dia sembunyi di pohon ini cukup lama. Kamu mungkin gak lihat dia. “
“ Oi. Kamu yakin itu bukan jejak kaki Kapten Sakti kan? “
Githa tertawa geli. Ia lalu berdiri dan sambil menepuk-nepuk pipi Dewa. Ia berbisik
“ Dari ukuran kaki saja sudah beda jenius. Lagipula kamu lihat sendiri kapten Alim ini pakai sepatu. Sudah jelas jejaknya beda tuan pintar “
Dewa tampak tidak senang dengan nada bicara Githa
“ dasar kau...”
Aku langsung memotong
“ Dewa , sudah. Biarkan dia bertugas”
Dengan wajah genit , Githa lalu membungkuk dan memohon
“ Komandan , hamba mohon. Hamba tidak bisa bertugas jika ada orang ini “
“ kau ini!”
Dewa semakin kesal
“ sudah-sudah. Dewa , kamu boleh kembali ke kapal. Terima kasih telah membantu kami “
Dewa menurut dan mulai berjalan pulang ke kapal. Githa menunggu Dewa benar-benar pergi lalu tiba-tiba ia mencubit pipiku.
“ semalam kamu sange kan! Hayo ngaku! Sok jual mahal kamuh ya”
Astaga apa dia
“ kau mengintipku? Maksudku mengawasiku “
Githa mengangguk
“ kamu ini ternyata malu-malu kucing ya. Kamu tertarik denganku kan? Aku memang tidak cantic , tapi bodyku sempurna kan? Aku udah habiskan banyak uang buat badan sempurna ini lho”
Aku langsung mengalihkan pembicaraan
“ bisa kita lanjutkan Nona Githa?”
Githa masih asyik mencubit kedua pipiku
“ Ngaku dulu. Kamu tertarik kan dengan aku? Kamu tertarik dengan tubuhku kan kemarin malam?”
Aku akhirnya mengaku
“ tentu saja. Aku bukan homo. Aku berbohong. Tapi kamu harus ngerti , bukannya jual mahal tapi aku tidak terbiasa tidur dengan wanita lain sejak aku menikah, dan setelah Istriku meninggal. Aku , aku takut merasa bersalah. “
Dan wajahnya tiba-tiba berubah serius. Ia lepaskan kedua tangannya lalu ia memelukku. Aku tidak mencegahnya
“ Andai ada pria yang menyayangiku seperti itu. Biasanya pria yang kukenal , lihat yang bening-bening langsung tergoda. Aku tahu kau tergoda tapi kau menahannya. Demi wanita yang tidak ada lagi. Astaga Naga , kau bukan Cuma ganteng dan kekar , tapi romantis. KYAAAAAAA “
Aku diam dan tidak menjawab. Dia memang suka berlebihan. Ia melepas pelukannya lalu kami berdua kembali serius
“ ayo kita cari wanita yang kamu lihat. “
Kami kembali melacak jejak kaki Dewi. Cukup sulit karena jejak kaki itu sudah cukup lama. Mungkin berjam-jam yang lalu. Dewi berlari dari satu pohon ke pohon lain. Seolah , ia tidak ingin ditemukan. Langkahnya sangat sunyi namun cepat. Sunyi sehingga sangat sulit bagi orang untuk mendengar atau sadar. Cepat dan cekatan sehingga sulit untuk dilihat jika tidak teliti. Mungkin saja siang itu aku kehilangan konsentrasi dan tidak teliti.
“ kamu mungkin tidak percaya. Tapi dia ngikutin kamu kembali ke kapal.”
“ Apa?!”
Githa bilang Dewi mungkin mengikuti kembali ke kapal dan aku tidak sadar. Dia membuntutiku , mengawasiku dan aku tidak sadar. Itu pertama kalinya terjadi. Aku pernah memburu seorang kriminal yang terkenal sangat lihai mengendap dan sangat cepat namun aku berhasil menembak , melumpuhkan dan menangkapnya hidup-hidup karena aku dapat mendengar dan menebak langkah kakinya. Sungguh. Sepertinya kejadian siang itu membuat konsentrasiku menurun.
“ Dia bahkan melihat kapal kita dari kejauhan “
Dewi melihat kapal kami dari kejauhan. Ia diam cukup lama di atas sebuah pohon. Githa ikut memanjat pohon tersebut dan dia bilang dia belajar dari permainan video. Githa bahkan melihat batang-batang tersebut dan menyimpulkan jika Dewi sangat pintar memanjat. Githa lalu turun dan menerka jika Dewi dapat melompat dari satu pohon ke pohon lain , lalu ia melompat kembali ke tanah. Kami kembali mengikuti langkah kaki itu sampai kami berdua melihat sebuah pondok , rumah atau apa pun namanya , yang terbuat dari tanah liat dan beratap dedaunan.
“ itu dia. Dia di sana “
Bisik Githa.
Tidak jauh dari kapal kami. Aku ingin mendekat dan mencari tahu namun Githa mencegahku.
“ kita kembali nanti saja “
“ kenapa?”
Sahutku geram
“ ini sudah malam. Bagaimana jika kita kembali esok siang? “
Aku menggeleng kepala. Githa sadar jika ia tidak bisa mencegahku jadi kami pun mendekat. Ada asap dari rumah itu sehingga aku tahu ada orang di dalam. Githa menunggu di antara dedaunan dan ketika aku melihat ke dalam ,
Tidak ada siapa-siapa di sana.
Aku kembali menghampiri Githa dan menggeleng-geleng kepala.
“ terima kasih sudah membantuku. Dia tidak ada. “
Githa terkejut tak percaya.
“ bagaimana bisa? Apinya saja masih hidup “
Aku Cuma menggeleng-geleng kepala
“ kita kembali ke kapal.”
Kami melangkah kembali ke kapal. Aku sempat mengambil gambar. Ada tempat tinggal , ada api , sehingga ada peradaban di planet ini. Meskipun sangat awal. Aku tidak bertemu Dewi. Aku mulai berandai apakah yang kulihat itu nyata. Namun jejak-jejak kaki itu sudah cukup nyata. Entah apa yang terjadi malam itu.
Aku tidur di luar , kembali dengan jaket sebagai alas tidurku. Githa berbaring di pelukanku. Aku dekup dia lalu mengatakan
“ terima kasih sudah membantu dan percaya denganku malam ini. “
Ia tersenyum dan dengan genitnya menjawab
“ santai saja Komandan. Justru aku yang senang sudah bisa bantu kamu “
“ Aku senang kau di sini “
Dan Githa pun bingung
“ maksud kamu?”
“ aku sadar aku kesepian beberapa bulan ini. Mungkin aku terlalu menutup diri dengan orang lain “
Jawabku
“ kehilangan orang yang kita sayang bukan main-main sih. Jadi aku paham. “
“ terima kasih , Githa. Serius, terima kasih “
Githa kembali tertawa genit
“ apa Indra tidak cemburu kita berdua seperti ini ?”
Ia mencubit pipiku dan menjawab
“ santai saja Sakti. Seperti yang aku jelasin. Aku sama dia , itu gak ada apa-apanya. “
Dan aku langsung memeluknya. Githa terdiam. Entah apa yang ia rasakan namun ia tampak seketika gugup. Aku pun berdiri dan ia pun duduk di dekatku. Aku buka seluruh pakaianku dan ia pun terkejut.
Aku membuka pakaiannya dan ia hanya pasrah. Aku turunkan hot pants dan celana dalamnya dan ia semakin malu. Aku julurkan lidahku , lalu aku jilat bibir kemaluannya. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya namun malam itu , setelah sekian lama , aku memutuskan untuk menghibur diriku dengan melakukannya bersama Githa.
Githa mendesah sambil tertawa malu. Bibirku mencumbu kemaluannya dan tubuhnya mulai menggeliat. Ia remas kepalaku, dan sambil menggeliat mendongakkan kepalanya ke atas , ia semakin mendesah. Ia Jepit kepalaku dengan kedua pahanya dan ia pasrah menikmati permainan bibir dan lidahku.
Bibirku lalu naik menuju buah dadanya. Aku jilat perlahan putingnya dan dengan penuh perasaan , aku tusukkan jemariku ke lubang kemaluannya. Aku hisap buah dada itu sambil memainkan jemariku. Ia terbaring diatas tanah , menggeliat karena serangan jemari dan bibirku yang membuat tubuhnya serasa melayang. Ia meremas rumput dan pekikannya mulai mengeras. Jemariku bergerak keluar masuk semakin cepat dan tubuhnya semakin berguncang
Aku lepaskan bibirku dari buah dadanya , lalu aku tatap wajahnya. Kami saling bertatapan sedangkan di bawah sana jemariku terus mengguncang-guncang kemaluannya. Ia masih mendesah-desah. Kulahap lehernya , dan mempercepat gerakan jemariku. Kucumbu liar lehernya , dan ia pun mencapai puncak kenikmatannya.
Pipinya memerah dan ia orgasme cukup lama dan sangat deras. Ia berdiri tegak , dengan kemaluan mengacung. Ia pun duduk memposisikan wajahnya di dekat penisku , lalu ia genggam pedang panjangku dan mulai mengocoknya. Sambil memejamkan mata, Ia gosok-gosokkan penisku di pipinya , lalu ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala kemaluanku yang sudah memerah.
Pedangku semakin mengeras di tangannya. Kocokannya semakin cepat. Lidahnya meratakan air liurnya ke sekujur batang kemaluanku , dari kepala hingga ke buah zakar. Lalu ia buka bibirnya lebar-lebar dan mulai mengulumnya. Bibirnya semula pelan , mengulum penisku dengan irama yang nyaman , lalu mulai menyepat dan menyepat. Sesekali lidahnya meliuk-liuk memelintir ujung pedangku yang semakin memerah , sambil ia kocok batangnya dengan jemari lembutnya.
Ia lepaskan kulumannya dan kami siap untuk puncak dari malam tersebut. Aku tindih dia , aku tahan kedua tangannya dan kedua wajah kami bertatapan. Aku tusuk penisku perlahan-lahan dan ia pun mulai mendesah. Penisku menusuk makin dalam , dan aku pun mulai menggenjotnya. Aku lahap lehernya , menusuk-nusuk kemaluan Githa , mengguncang tubuhnya dengan kecepatan penuh.
“ komandan!! Ahh! Saktiii!! Ahh komandan! Ahhh ahh “
Pekikannya mewarnai malam yang sunyi. Sudah lama sekali aku tidak melakukannya dan aku sangat menikmatinya. Aku sangat menikmati ketika kemaluanku keluar masuk lubang kenikmatannya dan aku seperti tidak ingin berhenti. Wajahnya menggeleng-geleng , dan jemarinya mendekup tubuhku erat-erat. Pipinya memerah. Ia memekik keras dan kami pun keluar bersamaan.
Aku bernafas terengah-engah di pelukan Githa. Aku cabut kemaluanku dan berbaring di sampingnya. Ia genggam penisku , lalu ia kembali mengulumnya, menelan sisa-sisa sperma dari penisku. Aku sangat puas. Ia kembali ke pelukanku dan aku pun berbisik
“ Terima kasih Githa. Rasanya nyaman sekali “