Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Panggil aku senpai SEASON 2 (Update Chapter 2)

Jadi kamu #TeamErika #TeamAriel atau #TeamAmel ?

  • #TeamAmel

    Votes: 41 21,0%
  • #TeamAriel

    Votes: 54 27,7%
  • #TeamErika

    Votes: 48 24,6%
  • #TeamGita

    Votes: 27 13,8%
  • #TeamVivi

    Votes: 25 12,8%

  • Total voters
    195
Part 12

Erika membangunkanku dari tidur singkatku. Kami telah bermain cukup lama hingga aku benar-benar kewalahan. Apalagi malam sebelumnya aku sudah bermain bersama Shania. Erika menyuruhku untuk mandi dan segera bersiap-siap karena kami harus mengejar kereta ke Jakarta sore itu dari stasiun Bandung.

Setelah mengantarkan Erika sampai gerbang kost, aku merebahkan tubuhku di ranjang kamarku sendiri. Apartemenku berantakan setelah kutinggal selama akhir pekan. Terlihat beberapa gelas dan piring kotor yang belum dicuci bekas dipakai oleh Eril. Eril memang sebelumnya meminta izin padaku untuk menggunakan apartemenku ini bersama teman-teman member. Aku tidak tanya generasi berapa dan tim apa, karena toh eril sudah punya kunci apartemenku.

Di ranjang, pikiranku menerawang. Fakta bahwa erika akan meninggalkanku benar-benar sangat mendadak. Semendadak perasaanku padanya datang dan sekarang mau tidak mau aku harus merelakannya. Momen terakhir kami pun dihabiskan dengan sangat emosional, hingga mungkin tidak akan terulang lagi. Aku terlelap namun pikiranku masih melayang diatas langit malam ibukota.

****

Seminggu telah berlalu, Amel dan Eril berjanji untuk menghabiskan akhir pekan di apartemenku. Katanya sih untuk menemaniku yang gundah gulana. Aku sih setuju-setuju saja, toh memang tidak ada agenda juga. Aku memilih untuk memesan makanan lewat GoFood karena aku malas memasak. Kalau diingat-ingat, terakhir ada kegiatan masak-memasak di apartemen ini adalah ketika ada Erika disini.

***

Gelap, bagaimana bisa? Aku ingat sudah menyalakan lampu. Oh ya, aku tertidur bahkan sebelum Amel dan Eril datang. Astaga, jam berapa ini?

Oh tidak, aku tidak bisa menggerakkan tanganku. Rupanya badanku terasa kaku. Lengan dan kakiku serasa tertarik. Aku mencoba berteriak dan ternyata mulutku disumpal. Aku meronta dan coba berteriak. Seketika badanku ditindih.

Tuhan, apakah aku mengalami eureup-eureup (sleep paralysis) ?

Tiba-tiba ada yang mengelus penisku. Saat itu juga aku yakin aku tidak mengalami eureup-eureup.

Akhirnya aku bisa melihat. Rupanya mataku ditutup. Dan yang pemandangan pertama yang kulihat adalah Amel.

Telanjang.

Sedang menindihku.

Imle1Ul.jpg


Ia tersenyum sedikit, kemudian beranjak dari atas tubuhku. Kemudian aku melihat eril disamping kananku.

Yang juga sama-sama telanjang.

Mereka berdua berdiri berdampingan sambil tersenyum. Kemudian berbicara secara bersamaan

"Terimalah persembahan kami, untuk senpai yang patah hati." lalu mereka berdua mulai menari telanjang.

Tarian erotis mereka sukses membuat penisku melonjak kaget. Yang lebih mengagetkan lagi adalah rupanya aku tidak pakai celana. Kedua gadis itu tertawa geli melihat penisku yang konak.

"Ahahahahaha" eril tertawa dengan logatnya yang khas

"Yaampun lucu banget" amel berkata sambil tersenyum memamerkan lesung pipinya.

Kedua perempuan itu masih meliuk-meliuk tanpa busana. Aku yang semakin tegang hanya bisa bernapas cepat-cepat dan mencoba untuk mengelap liur yang menetes.

Paha amel yang mulus dan payudaranya yang kecil namun menantang

Payudara eril yang padat berlemak dan pinggulnya yang ramping

Yaampun, sungguh kenikmatan dunia.

Dan entah bagaimana, terdengar suara musik yang entah sejak kapan berbunyi.


I'm never gonna dance again
Guilty feet have got no rhythm
Though it's easy to pretend
I know you're not a fool


Careless Whisper - George Michael

Secara perlahan mereka berdua berjalan mendekatiku. Amel ke sebelah kiri dan Eril ke sebelah kanan.

Eril meniup pelan kupingku sementara amel menjilat kuping kiriku sambil berbisik "buat kami pingsan, senpai~"

Aku bergidik menerima rangsangan dari kedua sisi. Tanpa aba-aba, amel memelintir putingku. Eril menodongkan payudaranya ke wajahku. Seketika aku merasa sesak napas.

Amel mulai menjilati puting susuku dan tangannya menggerayang nakal. Eril tidak kalah liar, ia menampar-nampa wajahku dengan payudaranya. Disini aku merasa mereka berdua amat jahat.

Pertama, mereka sama sekali tidak menyentuh penisku walaupun mereka merangsangku habis-habisan. Kedua, mereka mengikatku hingga aku tak berdaya dan hanya bisa bergerak-gerak gelisah. Ketiga, mereka menyumpal mulutku sehingga aku kesulitan untuk mendesah dan membalas ciuman atau apa. Rupanya itu yang mereka incar.

Amel mengusap penisku dengan secarik tisu. Yang aku yakin betul adalah tisu magic.

"Malam ini akan sangat panjang, senpai~" kata amel seduktif sambil mengambil posisi untuk mengurut penisku dengan kedua payudaranya.

***

Aku berdiri di pelataran Bandara Soetta Terminal 2 bersama dengan troli penuh barang-barang Erika. Hadir pula bersamaku saat itu adalah Amel, Eril, dan 2 orang member gen 6 yang kuketahui namanya adalah Gita dan Tasya. Mereka berempat rupanya memang sudah tidak memiliki jadwal sekolah sehingga memiliki waktu yang cukup fleksibel. Saat berangkat tadi, Eril, Tasya dan Gita menumpang di Mobilku dan kami sempat menjemput Koko (pelatih koreo dan "bapak" member generasi 6). Sementara Amel naik mobil online bersama Erika dan Ayahnya Erika yang datang menjemput.

Setelah makan siang bersama dan sedikit ramah tamah, tiba saatnya untuk mengucapkan perpisahan. Eril terlihat menahan isak tangis. Tasya sudah banjir. Amel? Jangan tanya. Ia menangis tersedu-sedu sambil berteriak.

Yang sukses membuat semua orang menoleh kearah kami.

"Amel, udah.. udah.. biasa aja doong gausah gitu.." Erika salah tingkah mencoba menenangkan Amel.

Diantara para gadis itu, terlihat hanya Gita yang tidak meluapkan kesedihan secara berlebih. Walaupun sama-sama bergenang air mata dan terisak, Gita tidak berisik dan mencoba tetap tegar. Aku sendiri bingung, aku harus merasa bagaimana? Sedih? Kehilangan? Yang jelas, aku bingung.

Ketika flight erika sudah diumumkan, Erika bergegas untuk boarding. Ia memeluk rekan-rekan segenerasinya satu persatu, termasuk Koko. Ketika tiba di depanku. Kami berdua saling menatap cukup lama. Aku memandang matanya dengan tak berkedip. Mencoba menyampaikan semua perasaanku melalui tatapan mata kami yang berlangsung seakan seabad. Akhirnya aku mengangkat tangan dan mengajak hi-touch. Erika nyengir lebar dan agak melompat untuk melakukan hi-touch denganku secara bersemangat.

"Kita mungkin gak akan ketemu lagi," Erika melanjutkan, "tapi aku sangat bersyukur kamu pernah menolongku saat aku benar-benar berada di masa sulit. Aku akan selalu ingat semua perbuatan baikmu, untuk menjadi acuan bahwa aku harus bisa berbuat hal yang sama untuk lingkungan sekitarku."

Aku hanya tersenyum sambil mengacak sedikit rambutnya, "jaga diri baik-baik ya, aku gak akan bisa nolongin kamu kalau ada kuli proyek yang jahil." kataku sambil tertawa. Kemudian ia memelukku.

"Thanks for everything, senpai." katanya berbisik sambil melepas pelukan. Aku melihat sedikit linangan air mata saat kami melepas pelukan.

Erika pun berjalan menuju pintu boarding bersama Ayahnya. Kami melambai bersamaan, Amel masih meneriakkan namanya. Erika tersenyum lebar sambil membalas lambaian kami. "Kalian semua sahabat terbaik aku di Indonesia, kalian aku pastikan akan hadir di hari pernikahanku nanti!" Erika kemudian melebur ke pintu boarding.

"Bon voyage." kataku. Rombongan kami pun berbalik badan dan berjalan kembali ke dunia nyata.

***

Aku pertama-tama mendrop Koko dan Tasya di Apartemen Taman Anggrek, dimana Koko tinggal dan mobil Tasya diparkir. Kemudian menurunkan Eril di daerah Kebon Kacang di depan rumahnya. Aku kemudian melihat sisa rombonganku adalah Amel dan Gita.

"Gita mau di drop dimana?" tanyaku.

"Hmm.. di FX aja kayaknya.." Gita menjawab.

"Sampe rumah aja git, senpai akan anter kamu sampai depan rumah, sama seperti yang lain. Karena dia memang orangnya begitu, tanggung jawab." kata Amel masih agak terisak.

"Terus ngapain nanya drop dimana?" kata Gita

"Ya kan dia gatau rumah kamu dimana! Belum pernah juga kan anter kamu! Ya kamu kasih taulah!" amel menjawab dengan nada agak tinggi.

"Hush, udah-udah gausah teriak gitu ah sama temen sendiri." kataku.

"Oh gitu, di Jakarta Timur, Kebon Pala." gita menjawab santai, sepertinya dia sudah biasa menghadapi amel yang agak emosional.

"Oke kalau gitu kita ke bonpal~" kataku mencoba riang. Namun amel tiba-tiba menyetop tanganku.

"Drop aku dulu aja, aku engga mood lagi jalan sejauh itu ke rumah Gita. Aku capek." kata Amel tegas tapi pelan. Aku yang menyadari kondisinya pun mencoba memahami. Walaupun aku agak canggung juga jika harus mengantar Gita sendirian, karena kami baru bertemu hari ini.

"Please.." Amel memohon.

Aku menengok ke belakang ke arah Gita. Ia mengangguk pelan, dan kami pun melaju ke arah kosan Amel di Rawabelong yang sebetulnya memang sudah dekat dari sini.

***

"Nanti disana belok kiri, rumahku masih sekitar 1 km setelah belok." kata Gita. Aku mengangguk singkat. Selama perjalanan, kami tidak banyak bercakap-cakap. Aku sibuk tenggelam dalam pemikiranku sendiri.

*Kruyuuk*

Eh?

"HAHAHAHAAHA" aku terkaget mendengar suara tawa. Rupanya gita tertawa cukup nyaring. Suara tawanya membuyarkan lamunanku.

"Laper ya? Yaampun hahaha" gita terus tertawa. Aku menyadari apa yang membuatnya tertawa, rupanya perutku berbunyi cukup nyaring. Aku hanya mencoba tersenyum salah tingkah.

"Haha iya ternyata, perjalanan jauh dari Bandara ke Kebon Pala bikin laper, mana macet lagi.." kataku salah tingkah.

"Hahaha, yaudah mampir dulu aja ya? Sebentar lagi nyampe sih, engga akan keburu juga kalo nyari yang jualan makanan." kata Gita.

"Yaampun, gausah repot-repot git, serius deh.." aku berusaha menghindari ajakan formalitasnya tersebut.

"Santai aja, daripada ribet nanti cari makan dijalan pulang, macet lagi lho entar." kata Gita.

"Err..." belum sempat aku menjawab, kami sudah tiba di depan rumah Gita. Gita turun untuk membuka pagar rumah, ibunya keluar rumah dan menyambut kami.

"Eh, ada temannya Gita, ayo mas, masuk dulu.." ujar ibunya ramah.

Aku buru-buru turun dari mobil dan bergegas menyalami ibunya Gita. "Engga usah tante, ngerepotin, saya mau langsung pulang aja, udah jam 7 malem ini soalnya, engga enak bertamu malam-malam." kataku cepat.

"Ooh gitu, semoga nanti ada waktunya bisa main kesini, nanti tante masakin!" ujar ibunya Gita bersemangat.

"Yaampun hahaha iya tante, next time ya tante.."

"Yaudah hati-hati dijalan ya mas, makasih banyak sudah repot-repot anterin Gita sampai rumah.. tante masuk duluan ya, gabisa ninggalin pesenan lama-lama.. mari mas.." ibunya Gita ngeloyor masuk ke dalam rumah. Aku pun berpamitan pada Gita.

"Pamit ya git," kataku sambil masuk ke mobil. Gita berdiri di samping mobil, tangannya memegang pagar.

"Hati-hati dijalan ya mas.. makasih banyaak!"

Aku melambai singkat kemudian memacu mobilku dalam kecepatan sedang dan keadaan perut yang lapar.

Hampir setengah jam menit berlalu, perut laparku yang tidak bisa diajak berkompromi semakin nyaring berbunyi. Akhirnya aku menemukan warung makan sekitar 10 meter di depanku. Aku bergegas memarkirkan kendaraanku dan segera masuk ke restoran dengan plang "SATE KAMBING PAK GINO". Aku pun langsung memesan seporsi sate kambing, nasi, dan es jeruk. Lapar sekali rupanya diriku.

Sambil menunggu pesanan makananku, aku mengecek HP yang sedari tadi tidak sempat kupegang karena menyetir. Terdapat banyak notifikasi email dan WAG kantor. Namun yang menarik, ada 2 notifikasi panggilan tidak terjawab dan 1 pesan chat dari Amel.

Aku mengecek panggilan tidak terjawab yang berasap dari penelepon yang tidak asing.

"Yusa Wota"

Aku menghiraukannya sejenak, urusan dengan Yusa biasanya hanya sebatas project-project idol. Aku membuka pesan dari Amel.

"Senpai, sekarang kita udah bisa resmi pacaran kan?"

Eh?

Belum hilang kagetku, tiba-tiba Yusa menelepon. Aku yang agak kesal langsung menjawab tanpa mengucap halo.

"Apa?" sergahku kasar.

"Mobil gua ilang, gua dipukulin preman." terdengar suara Yusa yang lemas.

"Posisi?" tanyaku santai

"Restoran tempat magang." balasnya.

"Oke, gua makan dulu ya." kataku sambil menutup telepon.

"Tolongin gua sekarang plis.." suara lemasnya tidak terdengar karena pesanan makananku sudah datang. Aku segera menutup telepon dan bersiap makan.

Sebelum menyuap makanan, aku mengetik balasan singkat untuk Amel.

"Ya, i'm yours." jawabku singkat, kemudian melahap makananku.

Tamat
 
Terakhir diubah:
Terima kasih untuk para pembaca kisah senpai, mohon maaf jika selama ini ada kekurangan, sampai ketemu di lain kesempatan 🙏
 
Etdah ada yusa juga wkwkwk
Ini kalo tiap pemeran cerbung fiksi digabungin bisa nyaingin avengers nih wkwkwkwk
 
Di cerita Yusa juga berapa kali ada senpai kok.

Alias udah ditelfon gak dateng malah asik makan, untung ada Feni yg nyamperin :(
 
Di cerita Yusa juga berapa kali ada senpai kok.

Alias udah ditelfon gak dateng malah asik makan, untung ada Feni yg nyamperin :(
Yup, beberapa kali senpai dicatut di cerita legendaris Yusa. Waktu event HS di Surabaya, sama waktu Yusa mau digebukin Wota gara-gara Blacklist
 
Jadi kelar nih?

lanjut ke sisen berikutnya ya... banyak mantan nih disini, owe suka keke
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd