Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Fanny

Status
Please reply by conversation.
Chapter 1

Absensi Kehadiran

Matahari mulai meninggi dengan kecerahannya yang menerangi bumi, suasana tampak sejuk dengan hembusan angin yang menyegarkan jiwa, burung - burung ikut bersenandung diikuti oleh goyangnya rumput mengikuti irama yang memukau, kesibukan yang terjadi di kota Jakarta tak mereda walau sudah memasuki masa weekend, kendaraan tetap berlalu lalang dengan kebisingannya yang menganggu telinga, kemacetan melanda di setiap jalanan yang ada, suara klakson terdengar hampir di setiap sudut lampu merah, sesibuk itu kah semua orang ?

Tentu tidak, karena di salah satu sudut kamar kosan terdapat seseorang yang masih terlelap dengan nyaman, tubuhnya miring sambil memeluk benda lonjong nan panjang yang disebut guling, kepalanya ia sandarkan pada bantal berwarna putih yang cukup empuk, sebuah pulau besar terbentuk pada permukaan bantalnya yang lembut, tak terasa sinar mentari dengan tegas masuk melalui celah jendela untuk membangunkannya dari mimpi yang indah.

Tangannya reflek menutupi wajahnya yang ayu, perlahan gadis itu bangun dengan wajah yang cukup lesu, matanya terbuka namun fikirannya masih kosong selayaknya windows yang cukup loading dalam melakukan booting.

“Eeennngggkkhhhhh”

Ia mulai bangkit dan duduk di tepi ranjang, kain sprei berwarna merah tampak berantakan persis seperti rambutnya yang amburadul, ia mengulat demi menikmati indahnya pagi dan kedua tangannya ia renggangkan setinggi mungkin untuk melemaskan otot - ototnya yang kaku, tiba - tiba suara nada dering hape terdengar, ia bingung siapa yang menelponnya pagi - pagi ?

“Iya, haloo”

“eh Fann kamu dimana ? sebentar lagi perkuliahan mau dimulai loh”

“eh masa ? jam berapa sekarang ?”

Gadis itu buru - buru mengecek jam yang berada di telepon genggamnya, tak sadar jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih sepuluh menit, ia terkejut sehingga matanya nyaris meloncat keluar dan tangannya menutup mulutnya reflek tak percaya dengan cepatnya perputaran waktu yang terjadi.

“eh iya tunggu - tunggu, aku mau mandi dulu, bilangin dosen yah kalau ada absen Fanny lagi ada di kamar mandi”

Dengan segera Fanny mematikan panggilan teleponnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan diri, guyuran air mulai membasahi rambutnya yang memanjang, tubuhnya yang indah bagai sebuah biola telah terendam oleh butiran air yang menyegarkan, aura keindahan mulai tampak di wajahnya yang cantik, beberapa menit kemudian ia keluar dengan hanya mengenakan handuknya yang melilit membuat belahan payudaranya yang cukup besar terlihat oleh penghuni kamar kos lainnya, walaupun ia tinggal di kosan khusus wanita tak jarang ada penghuni kos lainnya yang mencibir keterbukaannya ini, beberapa ada yang mengkritik dan beberapa ada yang iri dengan kesempurnaan fisik yang Fanny miliki.


Satu persatu pakaian telah ia kenakan, bra berukuran 34C menutupi payudaranya yang indah, tanktop hitam ketat melapisi tubuhnya yang tercetak, sebuah kemeja kotak - kotak khas mahasiswi ia kenakan untuk melengkapi outfitnya , ia menatap ke arah cermin, rambutnya yang panjang ia ikat agar tidak menganggunya selama pengajaran di kelas, sebuah wewangian ia semprotkan untuk mengharumkan tubuhnya, ia tersenyum, sebuah jeans panjang ketat dengan sedikit lubang di lutut kirinya melapisi kaki jenjangnya, ditambah dengan tanktop yang memperlihatkan sedikit belahannya membuat ia percaya diri untuk menjalani hari.

“sip udah cantik, saatnya ngampus”

Ketika ia mengambil hapenya yang tergeletak, rasa kekhawatiran yang terulang kembali ia rasakan, tak terasa kini waktu sudah menunjukan pukul tujuh lebih dua puluh lima, tersisa waktu lima menit lagi baginya untuk masuk ke dalam kelas agar tidak terlambat.

“gawatttt”

Dengan terburu - buru ia berlari setelah mengunci pintu kamarnya, dengan sekuat tenaga ia berlari sekencang mungkin tak peduli dengan terik matahari yang menyengat, walau nafasnya telah ngos - ngosan dan peluh keringat mulai menghiasi wajahnya, ia tak ingin kembali merasakan hukuman akibat terlambat menghadiri sesi kelas, terlebih dosen untuk mata kuliah hari ini tergolong tegas.

Satu persatu anak tangga ia langkahi, ruangan kelasnya yang berada di lantai dua gedung D membuatnya harus mengeluarkan ekstra tenaga untuk bisa hadir tepat pada waktunya, akhirnya sebuah lorong panjang menjadi langkah terakhir baginya, kelasnya yang berada di ujung tempat membuatnya mau tak mau berlari cepat untuk dapat berpacu melawan waktu.

Orang - orang yang melihatnya berlari kencang heran, namun Fanny tak memperdulikannya, ia hanya tak ingin terlambat, setidaknya ada satu hari baginya untuk bisa menghadiri sesi kelas tepat pada waktunya.

“Selamat pagi teman - teemmm . . . .”

Fanny tak dapat menyelesaikan kalimatnya, karena tepat di hadapannya pak Broto tengah melotot sambil memegangi spidol hitam yang hendak ia coretkan pada papan tulis berwarna putih, seisi ruangan menatap Fanny dengan heran, kok bisa setiap hari dirinya selalu terlambat, padahal kosan tempat tinggalnya berada sangat dekat dengan kelas.

“Fanny, terlambat lagi ?”

“Iya pak Broto, hehe”

“Tunggu diluar kelas sampai bapak suruh masuk !” bentaknya membuat seisi kelas menertawainya.

Ibarat dejavu, kejadian yang sama terus terulang baginya, seolah menjadi rutinitas pagi, lagi - lagi dirinya dihukum karena terlambat dalam menghadiri sesi kelas pagi, suara tawa terdengar dari dalam karena menertawakan keterlambatannya.

“haaahhhhhhh”

Nafasnya ia hembuskan karena lelah, tubuhnya ia senderkan pada dinding kelas, keringat yang begitu deras membasahi diri membuat lelaki manapun yang melewati terpukau dengan parasnya yang menggugah birahi, Fanny terlihat sangat menggairahkan, ia mengambil tisu dari dalam tasnya untuk mengelap setiap butiran peluh yang ada di wajahnya.

“huffftt padahal baru mandi tapi udah keringetan lagi”

Ia heran, padahal semalam ia sudah tidur cepat tapi kenapa lagi - lagi telat ? apakah alarmnya tidak berfungsi ? saat dilihat di hapenya ternyata berfungsi hanya saja sudah dimatikan, siapa yang mematikannya ? apakah tangannya secara tak sadar mematikan alarm sebelum dirinya benar - benar bangun ?

Dengan wajah malu, dirinya berusaha cuek dengan tatapan - tatapan orang yang melihatnya berdiri didepan kelasnya, mungkin banyak orang heran karena hampir tiap pagi Fanny selalu berdiri di tempat yang sama, seolah dirinya sudah menjadi penunggu kelas di setiap pagi hari.

“Fannnyyy, Fannnyyyyyy”

“Iya pak , iya” Fanny membuka pintu kelas ketika dirinya dipanggil oleh pak Broto.

“Silahkan masuk, tapi tolong jangan diulang lagi yah !”

“Iya pak, saya usahakan, terima kasih banyak !”

Fanny bergegas masuk untuk mencari kursi kosong yang ada, wajahnya memerah karena rasa malu akibat seisi ruangan yang menatapnya, sebagian ada yang menatapnya heran dan sebagian lagi ada yang menatapnya kagum karena terpukau dengan kecantikannya yang terpancar dari aura wajahnya.

“Fannn sini”

Seorang wanita cantik memanggilnya dan memintanya duduk di kursi yang sudah ia sediakan kosong, Fanny tersenyum dan bergegas menduduki kursi tersebut, ia menaruh tasnya yang berwarna merah dan mengeluarkan satu buku catatan kosong bertuliskan notebook di covernya yang sudah sering ia bawa ketika pergi kuliah.

“Eh Dinda, makasih loh udah diingetin lewat telpon tadi, tapi kurang pagi Din, harusnya jam enam”

“Dasar, masa tiap pagi harus ditelpon dulu”

“Hehe kan kurang perhatian Din”

“Kurang perhatian ? apa kabar dengan Rendi ?”

“Aduh kaya gak tau aku aja kamu Din” wajah Fanny berubah menjadi tidak bersemangat.

“Huh dasar, mau sampai kapan diporotin terus uangnya ?”

“Hey hey, aku gak sejahat itu yah Din, lagipula aku udah sering nemenin dia jalan - jalan, nonton bareng di bioskop, makan dll gak semua orang bisa ngerasain pengalaman itu denganku”

“Emang ciuman udah ?” tanyanya.

“Udah”

“Pegang - pegangan ?” tanyanya lagi.

“Udah”

“Telanjang bareng ?” tanyanya lagi dan lagi.

“udah”

“Sex ?” tanyanya lagi, lagi dan lagi.

“dua kali”

“Ngamar bareng ?” tanyanya lagi, lagi, lagi dan lagi.

“Apasih Din, kok ngintrogasi aku gitu”

“Hihihi, soalnya aku heran, semua uang yang udah Rendi transferin aja udah bisa bikin kamu libur ngejob, makanya aku penasaran udah seserius mana sih hubungan kalian, udah ada plan nikah ?”

“Idih ogah ah, cakep sih Rendi tapi aku belum seserius itu, tau kan soalnya?”

“Iya deh Fan, maaf jangan cemberut gitu dong, yang terbaik aja deh yah” katanya menghibur hati Fanny yang baru saja digodanya habis - habisan.

Sebagai sahabatnya Dinda tahu betul bagaimana karakteristik Fanny, Fanny Adellia Putri merupakan nama lengkapnya, berusia 21 tahun, seorang gadis indo-china dengan tinggi 168 cm, berat 48 kg dan berdada 34C, ia merupakan wanita cantik yang memiliki lekuk tubuh indah bak biola yang ditunjang dengan kaki panjang dan jenjang, rambutnya berwarna hitam lebat dan memanjang lurus, kulitnya bening bagai lautan susu yang menyelimuti permukaan kulitnya, wajahnya sangat ayu dengan mata sipit khas panlok pada umumnya, ia berasal dari keluarga yang terpandang namun sayang karena pergaulan yang tak terkontrol serta kehidupan glamour yang ia miliki membuat hidupnya berantakan, tersebar isu dimana - mana bahwa wanita secantik dirinya merupakan mahasiswi bispak dan sering bergonta - ganti pacar, cara berpakaiannya yang terbuka menampakan lekuknya yag aduhai semakin menguatkan dugaan tersebut, beruntung tidak ada bukti yang cukup kuat untuk membuktikan semua rumor miring yang tertuduh kepadanya, atau mungkin karena Fanny sendirilah yang cukup mahir dalam menyembunyikan semua aib dirinya.


Sedangkan Dinda sebenarnya tak jauh berbeda dengan Fanny, sebagai sesama ayam kampus, sudah banyak lelaki beruntung yang telah menidurinya dengan iming - iming duit jutaan rupiah, baik itu yang tampan ataupun yang berantakan, yang kekar atau yang kekeringan, tua ataupun muda pokoknya semua jenis pria sudah pernah mencicipi mereka, bedanya kehidupan Dinda lebih teratur, ia jarang terlambat bahkan nilai kuliahnya cukup bagus, Dinda Dwi Lestari berusia 21 tahun dengan tinggi 170 cm, berat 46 kg dan berdada 34B, perbedaan yang tidak cukup jauh baik dari segi fisik ataupun wajah membuat mereka terkadang menawarkan paket bersama, tujuh juta semalam untuk bisa menikmati mereka berdua secara bersamaan, layak kah ?

“Tettttt, teeettttttt” tak terasa bel istirahat berbunyi, para mahasiswa berhamburan keluar ruangan karena merasa penat mengikuti kelas dari pak Broto yang membosankan, alih - alih ikut keluar Dinda dan Fanny memilih diam di kursi sambil mengobrol karena merasa lelah untuk pergi ke luar kelas, mereka bercerita banyak hal baik itu dari segi kehidupan sehari - hari, uang, belanjaan dll.

Tiba - tiba sesosok lelaki tampan dengan wajah khas asia timur mirip Park Chanyeol datang menghampiri mereka, Dinda yang sadar menyenggol lengan Fanny sambil tersenyum.

“Ehheemm”

“Eh, hay Dimas” sapa Fanny.

“Aduh perut aku mules, aku pergi kebelakang sebentar yah”

“Eh Din, jangan pura - pura kabur sini temenin”

Namun Dinda sudah buru - buru meninggalkan Fanny berdua dengan Dimas di dalam kelas, sementara Dinda tersenyum sambil mengintip mereka berdua dari luar kelas.

“Kenapa telat lagi Fan, ada apa sebenarnya ?” tanya Dimas tersenyum.

“Gapapa kok mas, aku aja yang teledor hehe” jawab Fanny malu - malu.

“Oh gitu, jangan diulangi lagi yah, aku perhatiin nilai kamu juga kurang bagus, apa perlu kita belajar bareng ?”

“Eh gak perlu mas, gak perlu , gak mau ngerepotin, lagipula Dinda udah sering ngajarin aku kok”

“Beneran ? yaudah kalau gitu, tetap semangat yah, jangan terlena dengan waktu luang, harus rajin belajar biar kita sekelas bisa wisuda bareng nanti” tangan Dimas mengepal memberikan semangat pada Fanny.

“Iya mas, terima kasih banyak” Senyum manis terpancar dari wajahnya, wajah Dimas pun tersipu, namun ia mempertahankan wajah datarnya dan meninggalkan Fanny dengan gaya Cool nya.

Dinda bersembunyi ketika membiarkan Dimas keluar dari kelas, kemudian ia mendatangi Fanny dan mulai menggodanya dengan kata - kata yang membuatnya malu.

“Cieeee ada yang lagi di PDKT-in kayaknya”

“Apa sih Din berlebihan deh, orang cuma nanyain kenapa aku telat mulu”

“Hihihi itu namanya perhatian loh, gak nyangka sahabatku ini bisa dapet perhatian ketua kelas yang ganteng”

“Halah kamu ini Din, tiap ada cowok deket aku aja langsung lebay”

“Eh tapi beneran deh, kayaknya si Dimas ini lebih cocok loh Fan daripada Rendi”

“Ah masa ? bagi aku sih sama aja, semua cowok cuma baik di awal doang, lagipula udah ada Rendi”

“Emang bakal serius ama Rendi ? katanya cuma buat pelarian aja”

“Ya ga tau deh, lagian aku yang udah penuh dosa ini gak layak buat Dimas yang berulang kali jadi juara kelas, IPK nya aja paling tinggi diantara kita, gambarannya aja paling bagus, beda ama aku yang gak terlalu pinter gambar, apa aku salah masuk kelas Arsitektur yah ?”

“Eh gak boleh merendah gitu Fan, lagipula kita gak mungkin selamanya berada di sisi gelap seperti ini, ada kalanya kita harus menyebrang ke sisi terang dan mungkin Dimas bisa membantu kamu loh Fan, kamu itu cantik cocok banget deh buat Dimas yang tampan, aku dukung pokoknya”

“Hihihi ada - ada aja kamu Din, gak tau deh pokoknya untuk sekarang lagi gak mau serius dulu dalam menjalin hubungan, aku mau fokus kuliah, absen aja banyak yang bolong, apalagi kelasnya pak Dahlan, nilai juga anjlok banget”

“Cieee ada yang mau berubah nih, apa karena Dimas yah ? hihihihhi”

“Ihh apaan sih Din ngeselin banget deh, awas yah”

Sesi satu istirahat pun dipenuhi oleh canda dan tawa dari sepasang sahabat, Fanny gemas berlari mengejar Dinda, karena lapar mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kantin untuk membeli sesuatu, dalam perjalanan Fanny tersenyum secara diam - daim dan jantungnya berdebar kencang tiap kali memikirkannya.

Hmmm Dimas yah ?

*-*-*-*​

Jam perkuliahan sudah berakhir sekitar pukul dua belas siang, wajah para mahasiswa sudah sangat kelelahan, mereka sangat menginginkan tidur siang untuk merefreshkan fikiran mereka yang sudah kusut, satu persatu mahasiswa meninggalkan kelas, Dimas, Dinda dan lainnya mulai meninggalkan Fanny sendirian, Fanny sudah bilang ke Dinda bahwa dirinya ingin menebus absen yang ia tinggalkan di kelasnya pak Broto.

Sebentar lagi UAS akan segera diselenggarakan dan sudah menjadi peraturan di kampus tersebut bahwa setiap mahasiswa tidak dapat mengikuti UAS apabila dirinya meninggalkan kelas selama lebih dari tiga kali tanpa izin, sedangkan Fanny sudah empat kali absen, setidaknya ia ingin menebus salah satu absen agar kelak dapat mengikuti UAS.

Kakinya melangkah maju, namun fikirannya terus merenung memikirkan cara untuk meluluhkan hati sang dosen, haruskah ia melakukannya dengan cara yang sudah - sudah seperti sebelumnya ? tapi baru kali ini dirinya mengikuti kelas pak Broto yang berarti untuk pertama kali ia harus menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati oleh dosen bertubuh gendut dengan kumis yang tebal menyeramkan itu.

“Bagaimana yah ?”

Tak sadar langkah kakinya sudah sampai di depan pintu ruangannya, berulang kali tangannya ragu untuk mengetuk pintu, namun ia berusaha untuk menguatkan hatinya, mau tidak mau ia harus melakukannya sapa tau ada cara lain baginya tanpa harus memberikan tubuh indahnya.

“Tokk tokk tokk, permisi”

“Silahkan , masuk !”


Fanny membuka pintu, pak Broto yang duduk di kursinya dapat melihat postur Fanny yang tinggi dengan kakinya yang jenjang, lehernya yang terbuka menampakan sebagian dadanya yang putih bersih membuat pak Broto menenggak ludahnya.

“Oh Fanny yah ? ada keperluan apa ?”

“Hehe mengenai absensi pak, saya ingin menebusnya”

“Tugas Estetika Bentuk yang bapak berikan sudah kamu kerjakan ?”

“Belum pak”

“Kalau itu saja belum kamu kerjakan, mau dengan cara apa lagi supaya bapak dapat mengabulkan keinginan kamu ?”

“Itu . . . “

“Tidak ada kan ? lebih baik kamu pulang dan kerjakan tugas tersebut baru kamu kembali lagi ke sini untuk menemui bapak” tegas pak Broto.

Fanny terkejut dengan ketegasan dosennya, otaknya mulai berfikir bagaimana caranya agar dosennya bisa langsung menurutinya tanpa harus mengerjakan tugas - tugas yang membuat otaknya pusing.

“Tapi pak, apa masih ada cara lain ? saya juga ingin menebus mata kuliah saya yang lainnya, saya gak punya banyak waktu pak” Fanny memohon dengan mendekati meja pak Broto dan meletakan kedua tangannya diatas mejanya membuat belahan dadanya semakin terlihat sebagian olehnya.

Mata pak Broto terbelalak ketika melihat belahan dada Fanny yang sintal, berulang kali ia kedapatan menenggak ludah sehingga jakunnya bergerak, Fanny tersenyum dalam hati ketika melihatnya masuk ke dalam jebakan yang telah ia buat, dengan sengaja ia menurunkan tanktopnya menggunakan salah satu jemarinya sehingga belahannya semakin terlihat jelas.

“Fanny, apa yang . . . ?”

“Apa masih belum cukup pak ?” Fanny tersenyum sambil membuka kemejanya sehingga bahu dan lengannya yang putih terlihat dengan jelas.

“Itu, itu . . . “

Pak Broto terpaku, ia tampak bingung dengan apa yang harus ia perbuatnya di depan mahasiswi cantik yang tengah menggodanya, nafasnya terasa sesak dan jantungnya semakin berdebar kencang, celana kainnya terasa sempit karena kerasnya benda tumpul yang bersembunyi di antara selangkangannya.

Kena deh.

Fanny tersenyum puas, ia menggenggam tangan pak Broto dan menatap matanya dengan penuh harap, jantung pak Broto semakin berdebar kencang, tak pernah terbesit dalam bayangnya bahwa akan ada mahasiswi cantik yang tengah menggenggam tangannya dan menatap matanya dengan penuh arti.

“Saya akan memberikan apa saja agar bapak mau berbaik hati pada saya”

“App-apppa ssaajjjaaa ?” jawab pak Broto dengan gugup.

Salah satu tangan pak Broto dituntunnya menuju payudara kirinya yang kenyal, nafas pak Broto memburu, tubuhnya sangat tegang, ia menghela nafasnya ketika untuk pertama kali mampu menyentuh payudara mahasiswi secantik Fanny, jemari pak Broto mulai aktif bergerak, ia meremasnya yang membuat Fanny mendesah nikmat.

“Ooouuhhhhhhh pakkk”

Suara lembutnya yang mendesah membuat tubuh pak Broto merinding mendengarnya, seperti terhipnotis tangan satunya terpanggil untuk bergabung bersama tangan lainnya untuk meremas payudara kanannya yang menganggur.

“Ugghhhh iya pak seperti itu” desah Fanny pasrah.

Pak Broto sudah kehilangan kesadaran, otaknya telah dikendalikan oleh nafsu kotor yang ingin segera melahap gadis sexy yang sedang ia remasi.

“Ugghhhh, ternyata benar yah kata orang - orang kalau kamu ini mahasiswi bispak” racau pak Broto.

Fanny tak menjawabya, ia justru menatap mata pak Broto dan tersenyum, ia mendekatkan wajahnya dan memejamkan matanya, pak Broto yang sudah dikuasai oleh nafsu mulai mendekat dan mengecup bibir tipisnya yang berwarna merah hati.

“Cupppppp”

Hawa nafsu telah mengusai fikiran pak Broto, ia tak menduga bahwa ada mahasiswi cantik yang mau merelakan tubuhnya hanya demi sebuah absen, nafasnya memburu selagi bercumbu pada wanita cantik ini, dipeluknya tubuh Fanny yang ramping, tangannya bergerak turun meremas bokongnya yang terbalut celana jeans ketat, tangan satunya bergerak untuk melepas ikat rambutnya hingga tergerai indah lalu turun bermain pada area dadanya dengan meremasi dan menggenggamnya kuat.

Mimpi apa aku semalam bisa menikmati bidadari seindah ini.

Membayangkan bahwa kesempatan ini hanya datang satu kali membuat pak Broto semakin bernafsu, bibirnya mendekat untuk melumat bibir Fanny, lidahnya bergerak aktif masuk ke dalam ingin bersilaturahmi, tangannya dengan kasar mencengkram dan meremas payudaranya, tangan satunya masuk ke dalam tanktop Fanny dan merabai kulitnya yang begitu halus dan lembut.


Suara desahan yang menggelora memenuhi ruangan mereka berada, kecupan mereka yang didasari oleh hawa nafsu hingga liur mereka turun mengalir keluar membasahi lantai, pak Broto pindah mendekati Fanny tanpa melepas cumbuannya, ia mengangkat tanktopnya hingga payudaranya yang tertutup bra terlihat, pak Broto menurunkan cup bra tersebut hingga putingnya yang berwarna merah muda terlihat mengacung tegak seolah ingin dihisap.

“Ugghhhhhh pakk Brotoo”

Pak Broto menghisap dan menjilati putingnya secara bergantian, perlahan hawa nafsu Fanny juga ikut naik, jilatannya pada putingnya membuat birahinya memuncak, Fanny memejamkan mata merasakan kumis pak Broto menggesek permukaan payudaranya dengan kasar, rasa geli akibat gesekan kumisnya, rasa nikmat yang ia rasakan pada jilatan putingnya membuat Fanny semakin memasrahkan tubuhnya untuk dipuasi oleh hawa nafsu dosennya.

Pak Broto menanggalkan satu persatu pakaiannya, tubuhnya yang bulat dengan perut yang maju terlihat jelas di depan Fanny yang masih berpakaian lengkap, hanya tanktopnya saja yang terangkat dengan kemejanya yang bergantung pada lengan bahunya, penis pak Broto yang belum terlalu mengejang terlihat jelas di depan matanya.

Fanny tersenyum, ia mendekati wajah dosennya, tangannya dengan gemulai menggenggam penisnya dan mengocoknya secara perlahan.

“Ouuhhh Fannnn, kammuu inii, ughhhh”

Mata pak Broto terpejam, mulutnya terbuka ketika merasakan rangsangan dari tangan Fanny yang lembut, baru pertama kali ini ia merasakan kelembutan dari tangan seorang gadis cantik, wajah Fanny mendekat ke dada pak Broto yang berlemak, mulutnya mengecup dan menjilati putingnya, pak Broto semakin mendesah menikmati semua rangsangan yang terlalu nikmat untuk diungkapkan.

Pak Broto pasrah membiarkan mahasiswinya merangsang tubuhnya dengan begitu hebat, seketika ia terkejut, matanya terbuka ketika merasakan apa yang baru saja ia rasakan, Fanny sudah berjongkok dengan mulut menganga yang sudah dijejali penis pak Broto yang berukuran 14 cm, pak Broto merinding merasakan nikmatnya, penisnya terasa begitu hangat dan lembap ketika berada didalam mulut manis sang mahasiswi, apalagi ketika Fanny mulai menggerakan kepalanya maju mundur, bibirnya mengatup mencekik penisnya, lidahnya bergerak bagai ular piton yang ingin melilit mangsanya.

Sesekali Fanny melepas kulumannya dan menjilati lubang kencingnya, tangannya juga aktif untuk terus mengocoknya ketika lidah Fanny sedang membersihkan kantung zakarnya, kemudian ia kembali mengulumnya dan memaksanya masuk hingga hidungnya menyentuh rambut di sekitar kemaluannya.

“Aahhhhhh Faannnnnn, Aaaahhhhhh” desa pak Broto sambil menjambak rambut Fanny.

Pak Broto menggila, baru pertama kali ini menikmati rangsangan yang luar biasa, bahkan bercinta dengan istrinya yang gendut saja tak sebanding dengan kenikmatan yang Fanny berikan padanya, padahal ia baru melakukannya dengan mulutnya , apalagi dengan memeknya ?

Ukuran penis pak Broto yang tak terlalu panjang namun besar membuat mulut Fanny mampu menelan semua penisnya, Fanny membenamkan seluruh wajahnya demi mencaplok keseluruhan penisnya, sontak pak Broto mengejang dengan wajah yang mengadah ke atas, matanya merem - melek merasakan nikmat yang tiada tara, tubuhnya merinding menggelinjang merasakan deepthroat dari mahasiswi cantiknya.

Pak Broto meminta istirahat karena khawatir dirinya akan kelepasan akibat rasa nikmat yang tak sanggup ia tahan, ia menurunkan celana jeans yang Fanny kenakan, senti demi senti kaki jenjangnya yang mulus terlihat di wajahnya, karena sudah sangat bernafsu pak Broto langsung menjilati pahanya dan mengecupnya, jilatannya naik dari pahanya menuju selangkangannya yang tertutup celana dalam berwarna merah.

Hidungnya mengendus - ngendus seperti anjing polisi yang baru saja menemukan petunjuk, Fanny memejamkan matanya menikmati jilatan yang pak Broto lakukan di luar celana dalamnya, tangan pak Broto mencengkram bongkahan pantatnya yang terawat sedangkan mulutnya terus ia benamkan untuk mengendus aroma kewanitaan di liang vagina gadis cantik yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Aromanya harum Fann, pasti sering kamu rawat yah ?”

Pak Broto menurunkan celana dalamnya dan terpampanglah sesuatu yang diidam - idamkan oleh seluruh lelaki yang berada di kampus tersebut baik itu mahasiswa, dosen atau bahkan karyawan kampus, karena tak sabar lagi lidah pak Broto langsung membelah vaginanya dan menjilati cairan kewanitannya yang manis.

“Uugghhhhhh, pak Brootttooo ennakk”

Kepalanya naik turun seiring jilatannya yang dilakukan, terkadang ia memasukan jemarinya untuk mengukur kedalaman vagina yang Fanny miliki, jemarinya bergerak masuk - keluar masuk - keluar membuat Fanny menggelinjang nikmat, pak Broto bangkit untuk kembali menyusu pada payudaranya, ia kembali menggigit putingnya sedangkan tangan satunya memainkan payudara yang lain, tangan satunya lagi terus merangsang vagina Fanny yang sudah semakin basah oleh rangsangan dosen tua nya.

Fanny tak kuat ketika ketiga titik sensitifnya diserang secara bersamaan, tubuhnya merinding seiring gigitan pelan yang pak Broto layangkan di putingnya, cengkramannya yang begitu kuat di payudaranya membuat darahnya semakin berdesir.

“Ouuhhh pakkkk, Fanny udah gak tahann”

Kaki Fanny mulai menghimpit tangan pak Broto yang sedang mengorek isi vaginanya, sadar bahwa sebentar lagi Fanny akan mendapatkan orgasme, pak Broto berpindah dengan cepat dan kepalanya masuk diapit oleh selangkangannya yang menjepit.

“Oooouhhhp pakk Brootttooo teruusssss,” desah Fanny mengepalkan kedua tangannya.

Pak Broto membenamkan wajahnya ke selangkangan Fanny dan lidahnya ia tanamkan sedalam - dalamnya di vagina Fanny, tak lama kemudian sebuah semburan dahsyat ia keluarkan yang membasahi lidah dan wajah pak Brotoo.

“Oooouuhhhhhhhhhhhh”

Creettt creettt creettt

Kaki Fanny melemas, orgasme dahsyat ia dapatkan akibat rangsangan dari mulut dosennya, kalau saja tidak ada pak Broto yang membantunya berdiri pasti Fanny sudah jatuh ke lantai, pak Broto yang sudah tak tahan lagi mengajak Fanny mendekat, ia duduk di kursinya dan meminta Fanny yang masih mengenakan tanktop + kemejanya untuk duduk menunggangi penisnya.

“Sebentarr pakk, istirahat duluu, saya capek”

“Gak ada waktu, cepat ayo duduk !” katanya yang sudah sangat bernafsu.

Fanny pasrah dan mengangkat salah satu kakinya untuk naik ke pangkuan pak Broto, Fanny memejamkan mata dan melenguh nikmat tatkala vaginanya tersentuh oleh ujung penisnya, baik Fanny ataupun pak Broto sama - sama merasakan nikmat hanya dengan sentuhan kelamin mereka.

“Ugghhhhhh bessaarrrnnyyaaa”

Sedikit demi sedikit penis pak Broto mulai terbenam masuk ke dalam liang kenikmatannya, kehangatan dan rasa sempit yang ia rasakan karena rapatnya vagina yang Fanny miliki membuat pak Broto berteriak begitu puas.

“Uggghhhhhhh” desah mereka berdua nyaris bersamaan ketika kelamin mereka telah bersatu,

Fanny yang sudah bernafsu menatap mata pak Broto dengan sayu, Fanny mendekat dan tangannya merangkul leher pak Broto dan wajahnya kian dekat untuk mencumbui bibir tuanya tak peduli dengan nafas bau yang ia miliki.

“Ummpphhhhh, ennggkkhh, sluurrpppp” kecapan lidah terdengar dari lisan mereka, nafsu yang tak terbendung membuat mereka melupakan sejenak perbedaan umur yang mereka miliki.

“Ummphh, slurrrppp, oouuhhhhhhhh” Fanny terkejut ketika pinggul pak Broto mulai bergerak.

Dalam pangkuannya Fanny bergerak naik turun sambil mencumbui dosennya yang bertubuh tambun, tak peduli dengan wajah jelek yang pak Broto miliki, tak peduli dengan aroma nafasnya yang bau, tak peduli dengan siapa ia melakukan Fanny sudah sangat bernafsu dan hanya ingin menuntaskan semuanya.

“Ahhh ahhhh, iiyyahhh, terrusss, lebbihh ceppattt”

Fanny bagai menaiki banteng yang ganas, pak Broto terus menggempuri Fanny hingga tubuhnya meloncat naik turun dan menusuknya dalam, pak Broto melepas kait bra yang menghalangi keindahan tubuh Fanny, bagai bayi yang kehausan pak Broto kembali menyusu dan menyeruput putingnya hingga Fanny menjerit penuh nikmat, lidah bergerak naik turun menjilati putingnya yang sangat menggoda iman.

Pak Broto mengganti gigi, tangannya memegangi pinggang Fanny dan pinggulnya bergerak lebih cepat daripada sebelumnya, pak Broto menghentakan giginya dan mengeluarkan semua energi untuk memompa naik - turun gadis cantik yang telah merelakan tubuhnya, Fanny pasrah, payudaranya bergoyang dengan indah, nafsu Fanny kembali naik seiring gempuran yang pak Broto lakukan padanya.

Pak Broto memegangi kedua tangan Fanny dan meletakannya di depan tubuhnya hingga payudara Fanny terapit, pak Broto mengecup bibirnya seiring hentakannya yang semakin cepat, Fanny ingin mendesah karena tak kuat menahannya namun mulutnya tersumpal oleh cumbuan pak Broto sehingga hanya lenguhan yang terdengar diantara mereka.

“Eeennkkkhhh, pakkkk pelllaannnnn”

Namun pak Broto tak memperdulikannya ia terus menggempurnya tanpa ampun hingga Fanny tak kuasa untuk terus mendesah, desahanya sangat keras tak memperdulikan apabila ada orang lain yang mendengar, sepuluh menit Fanny terus digempur seperti ini sebelum akhirnya pak Broto berhenti.

“ayo Faannn kita akhiri sekarang”


Fanny diminta untuk menungging dan bertumpu pada meja ruangan, pak Broto yang sudah diambang batas melepas kemeja yang tersangkut di lengan Fanny, akhirnya ia mampu melihat sisi punggung Fanny yang hanya tertutup tanktopnya saja, pak Broto mengangkat tanktopnya naik hingga ia semakin melihat punggungnya yang mulus.

“Aaahhhhhhhh” desah Fanny ketika penis pak Broto kembali memasuki vaginanya.

Kini tanpa menunggu lama, pak Broto langsung mengganti gigi menjadi gigi tujuh untuk menuntaskan syahwatnya yang sedang menggelora, tangannya bertumpu pada bokong Fanny yang terawat dan menamparnya dengan penuh nafsu hingga memerah.

Tubuh Fanny terhempas maju mundur seiring hentakan pinggul pak Broto yang dilandasi oleh hawa nafsu, lenguhan nikmat terus terdengar dari mulut manis Fanny, pak Broto mengatur nafasnya agar ia dapat mendapatkan orgasme yang maksimal, tangannya meraba punggung Fanny yang mulus dan terkadang meremasi payudaranya yang menggantung indah.

Hentakan yang begitu kuat yang ia terima dari dosennya membuat birahi Fanny kembali naik, matanya memejam dan dirinya cukup kewalahan dalam meladeni cara kasar yang dosennya lakukan padanya, caranya yang kasar dalam menikmati keindahan tubuhnya membuat birahi Fanny berkata bahwa sebentar lagi orgasme akan kembali ia dapatkan dari dosennya siang ini.

“Plokkk plookk plookkk” suara benturan antar pinggul terdengar cukup keras.

Fanny mendesah nikmat, sodokannya semakin terasa begitu dalam dan kuat, penisnya yang lebar telah memenuhi ruang dan waktu di dalam vagina Fanny, mereka berdua sudah berada di ambang batas, nafas mereka saling beradu, tubuh mereka sama - sama kejang karena menahan kenikmatan yang sudah tak tertahan, pak Broto mencengkram pinggang Fanny dengan kuat, hentakannya semakin dalam ia lancarkan, nafasnya sudah tak mampu ia atur lagi dan sudah saatnya baginya untuk menuntaskan semua hasrat yang tertahan di dalam tubuhnya.

“Ouuhhh pakk Broottooo, Ugghhhhhhhh”

“Ouuhhh fannnn, fannnn fannnnnn”

Crootttt crrootttt crrootttt.

Sebuah semprotan hangat terjadi di dalam liang kesenggamaan Fanny, tubuh mereka berdua mengejang merasakan kenikmatan yang tiada tara, terlebih Fanny, ia merasa bahwa rahimnya telah penuh akibat orgasme mereka berdua, mereka beristirahat sejenak dengan penis yang masih menancap, mereka saling melempar nafas, seperti berolahraga mereka sama - sama dipenuhi oleh keringat yang membasahi seluruh tubuh, barulah pak Broto melepaskan penisnya ketika dirasa sudah mengecil, ketika penis terlepaskan cairan sperma yang telah tercampur mengalir keluar bagai keran air yang baru saja dibuka.

“Ouuuhhhhhh” Fanny mendesah nikmat hingga kepalanya mengadah ke atas.

Fanny kelelahan, tubuhnya ia rebahkan di kursi yang tadi ia duduki ketika memohon pada pak Broto untuk melengkapi absen kehadirannya, pak Broto yang masih telanjang duduk di kursinya dan sedang mengelap keringat nya yang banyak dengan tisu di wajahnya.

“Hahhhh, haaahhhhh, baiklah Fannn” sepatah kata terucap dari mulut pak Broto yang sedang ngos - ngosan.


Fanny mulai menatap pak Broto, ia menurunkan tanktopnya untuk menutup payudaranya yang indah dan mengambil tisu yang diberikan oleh dosennya untuk mengelap sisa sperma yang berada di vaginanya.

“Kenapa gak dari dulu kamu mendatangi bapak, baiklah bapak kabulkan keinginan kamu, bapak sudah mengisi kehadiran kamu yang selama ini kosong”

“Benarkah ? terima kasih pak, terima kasih banyak”

“Tidak masalah Fann, lain kali kalau butuh apa - apa datangi saja bapak, apapun akan bapak penuhi” ucap dosen tambun kepadanya.

Fanny tersenyum, ia kembali mengenakan pakaiannya satu persatu dan segera meninggalkan ruangan itu dengan cepat, pak Broto masih tak percaya apa yang baru saja terjadi, ia menyeringai, wajahnya tak mampu menyembunyikan perasaan bahagia yang sedang ia rasakan.

Ahhh Fanny, kamu itu mahasiswi apa bidadari ?

Fanny melangkah keluar dengan langkah yang agak gontai, ia agak protes dengan cara pak Broto dalam menyenggamainya, caranya sangat kasar tapi entah kenapa ia cukup menikmati semuanya.

“Dasar cowok, dikasih daging mentah dulu baru baik, males deh kalau berurusan dengan mereka” Fanny mengomel - ngomel sendiri sepanjang hari mengomentari sikap pak Broto yang jauh berbeda dari sebelum dan sesudah ia menemuinya.

Saat ia melangkah pulang menuju kosannya, tiba - tiba ia melihat sesuatu yang mencurigakan dari kejauhan, kebetulan ruangan pak Broto ada di dekat basement parkir, saat itu ia melihat salah satu mahasiswi cantik yang terkenal bernama Ellen, Ellen merupakan anak dari pemilik toko emas yang terkenal akan gaya hidupnya yang begitu mewah dan sering mengenakan pakaian glamour namun tidak berlebihan, anehnya ia berjalan menuruti salah satu OB kampus yang terlihat menyeramkan, ada apa sebenarnya ? wajahnya terlihat ketakutan seolah ia dipaksa untuk melakukan sesuatu tapi Fanny tak peduli, saat ini ia hanya ingin beristirahat di kamar kosnya.

“Pak Broto sudah, jadi selanjutnya adalah pak Dahlan, kapan yah diriku bisa melengkapi semua absensiku yang bolong ini ?” gumam Fanny selama perjalanannya pulang.

Bersambung
Alhirnya bertemu juga pembaca dr Clan Shushaku... Hehehehhe
 
Mantap.....Request suhu...remake cerita sengsara membawa nikmat versi ani...dengan pak bejo dan maya....pasti seru
Ani...pak bejo dan maya ada cerita sengsara membawa nikmat seri 10 dan 11....ini kelanjutan dari cerita ranjang yang ternoda
Mohon maaf ke TS, OOT dikit.
Sengsara Membawa Nikmat mungkin bisa dibilang semacam fanfic ya?
Bukan sekuel resmi, karena memang RYT tidak ada sekuel resminya.
SMN sendiri juga baru di pertengahan menggabungkan cerita aslinya dan RYT.
Tapi saya juga suka baca kok SMN. Bagus juga.

Saya sih suka-suka aja kalo ada yang lanjutin RYT, tapi yang jelas bukan saya yang bakal lanjutin.
Sudah cukup sepuluh tahun bergulat dengan cerita ini.

Ga rencana meremake cerita legend lainnya? Andani citra?
Hayo siapa mupengers disini yg dulu terobsesi sampe nge email citra ngarep dapet jatah? Wahahaha.... waktu itu blm ada fs apalagi fb, msh pake email & yahoo group
Mr. KBB himself, gaes. The Boss.
Berkat beliau ini saya dulu gabung mailing-list KBB di yahoogroup dan mulai proyek RYT. Wkwkwk.


Tentang cerita ini sendiri... sangat membawa kenangan.
Penulisannya rapi, dapat dibaca dengan nyaman, dan punya gaya penulisan yang mengingatkan saya pada author lain di sini juga.
Membaca cerita ini berasa nostalgia dengan limpahan cerita-cerita KBB di masa lampau. Hehehe.
Kadang memang lebih enak baca daripada ngetik sendiri, termasuk saat membaca cerita ini.

Kalau dari NC ada beberapa victim Imron yang saya suka, seperti Bu Dosen Rania dan Diana.
Kalau yang paling ingat si Megan, karena dulu saya yang bantu editing episode itu. Wkwkwk.
Oke, good luck TS. Mudah-mudahan diselesaikan sampai tamat ya.
Kalau NC dulu lebih ke satu cerita selesai dan ganti victim per episode.
 
Mohon maaf ke TS, OOT dikit.
Sengsara Membawa Nikmat mungkin bisa dibilang semacam fanfic ya?
Bukan sekuel resmi, karena memang RYT tidak ada sekuel resminya.
SMN sendiri juga baru di pertengahan menggabungkan cerita aslinya dan RYT.
Tapi saya juga suka baca kok SMN. Bagus juga.

Saya sih suka-suka aja kalo ada yang lanjutin RYT, tapi yang jelas bukan saya yang bakal lanjutin.
Sudah cukup sepuluh tahun bergulat dengan cerita ini.


Mr. KBB himself, gaes. The Boss.
Berkat beliau ini saya dulu gabung mailing-list KBB di yahoogroup dan mulai proyek RYT. Wkwkwk.


Tentang cerita ini sendiri... sangat membawa kenangan.
Penulisannya rapi, dapat dibaca dengan nyaman, dan punya gaya penulisan yang mengingatkan saya pada author lain di sini juga.
Membaca cerita ini berasa nostalgia dengan limpahan cerita-cerita KBB di masa lampau. Hehehe.
Kadang memang lebih enak baca daripada ngetik sendiri, termasuk saat membaca cerita ini.

Kalau dari NC ada beberapa victim Imron yang saya suka, seperti Bu Dosen Rania dan Diana.
Kalau yang paling ingat si Megan, karena dulu saya yang bantu editing episode itu. Wkwkwk.
Oke, good luck TS. Mudah-mudahan diselesaikan sampai tamat ya.
Kalau NC dulu lebih ke satu cerita selesai dan ganti victim per episode.
Aihh rupanya banyak legenda KBB yang mampir di thread ini, jadi gak pede dengan cerita yang ane tulis, apalagi ada authornya langsung yang ngawasin :kaget:
Seru nih, ditunggu apdetnya hu
Tunggu aja lah yak, malam minggu kalau gak ada gangguan:ngupil:
 
Bimabet
Chapter 2

Demi Uang Jajan

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian intim yang dilakukan oleh Fanny di ruangan pak Broto, rasa ngilu yang dirasakan di selangkangannya perlahan mulai mereda, agak lucu memang ketika menyadari bahwa dahulu saat dirinya belum diberikan daging mentah oleh Fanny, pasti pak Broto selalu memarahinya ketika terlambat, tapi sekarang ? ia tak pernah memarahinya lagi, justru ia sering kali caper padanya berharap agar dirinya bisa disuapi daging mentah lagi, Fanny merasa risih namun ia tak memperdulikannya, selama urusan dengannya sudah selesai tak ada lagi yang harus diperbuat olehnya kepada dosen berwajah jelek, bertubuh tambun dan beraroma tanah tersebut.

Kebetulan saat itu pak Dahlan sedang mengajar di kelas dan setelah mata kuliah berakhir ia membacakan beberapa nama mahasiswa/i yang kedapatan belum melengkapi absensi kehadiran mata kuliahnya dan nama Fanny disebut, anehnya pak Dahlan mengabari bahwa harus janjian terlebih dahulu untuk bisa bertemu dengannya, beberapa yang sudah pernah datang berkata bahwa setiap mahasiswi akan diberikan jam dan waktu yang terpisah dengan alasan agar bisa lebih fokus dalam mengintrogasi kenapa bisa absen selama dirinya mengajar di kelas.

Ya namun Dinda tidak heran, Dinda berkata bahwa rumor pak Dahlan bisa disuap dengan daging mentah telah menyebar, kalau memang benar demikian maka langkah Fanny untuk melengkapi absensi kehadiran akan lebih mudah, tapi mungkin ia tidak akan melakukannya dalam waktu dekat karena ia masih merasakan sedikit nyeri di selangkangannya.

Tiba - tiba ada pesan masuk melalui aplikasi tele*ramnya yang bernama Miss Sugar Daddy, biasanya kalau ada pesan masuk melalui aplikasi ini menandakan ada seseorang yang memiliki harta melimpah ingin meminjam jasa Fanny untuk bisa bersenang - senang selama satu malam dengannya, umumnya orang yang baru pertama kali memboking Fanny akan memanggilnya dengan sebutan miss Sugar atau cukup dengan panggilan miss S, hanya beberapa orang tertentu saja yang mengetahui nama asli Fanny, biasanya orang itu tahu apabila sudah sering membokingnya lebih dari tiga kali.

“Pagi dek Fanny, berhubung om lagi di kota kamu selama tiga hari bisa gak malam ini kamu nemenin om ?”

“Aduh om, gimana yah ? aku masih agak sakit sih”

“Beneran ? wah sayang banget padahal om udah bersedia ngajak kamu jalan kemana aja loh”

“Eh beneran ?” Fanny mulai bimbang, haruskah ia memenuhi ajakan client nya ?

“Iya, mau belanja apapun terserah kamu dek, om yang bayarin”

“Wah makasih banget om, iyadeh nanti aku atur jadwal lagi yah, nanti ku kabarin”

“Sip ditunggu yah dek, om udah kangen kamu soalnya”

Fanny menutup pesan dengan memberikan emot kecup dan senyum, Dinda yang berada disebelahnya penasaran dengan raut wajah Fanny yang tiba - tiba berubah bahagia.

“Ada apa Fan, kok seneng banget kayaknya ?”

“Hehe, om Rudi ngechat aku Din”

“Ehh om Rudi yang kata kamu anggota DPR itu ?”

“Iya, dia minta ditemenin aku lagi”

“Waahhh kayaknya bakalan ada yang belanja banyak nih, nitip dong hihihi”

“Enak aja, minta ke client sendiri sana, wleek”

“Dasar pelit, awas aja kalau aku dapet yang lebih kaya”

“Terserah, client aku udah banyak kok” jawab Fanny bercanda.

Beruntung kondisi kelas sudah sepi sehingga mereka bisa bebas membicarakan hal yang tergolong tabu, sesi istirahat tengah berlangsung dan mereka berdua pergi bersama menuju kantin untuk mengisi perut yang keroncongan karena belum sarapan.

Selama perjalanan menuju kantin, banyak golongan dari kaum adam yang terpukau dengan kecantikan mereka berdua, beberapa ada yang sampai bengong karena takjub dengan keindahan mereka bagai sebuah pahatan yang bernilai dari seniman terkenal, Fanny mengenakan kemeja ketat berwarna cerah menampakan lekuknya yang aduhai serta celana jeans pendek berwarna biru menampakan pahanya yang mulus membuat para lelaki mupeng ingin merabanya, sedangkan Dinda mengenakan kaus bertuliskan yukensi berdada rendah dengan legging panjang yang mencetak kakinya yang jenjang, beberapa mahasiswa ingin datang untuk bergabung untuk duduk bersama mereka namun nyali mereka ciut karena tak pede juga merasa malu apabila obrolannya diabaikan, tidak hanya mahasiswa bahkan beberapa OB kampus yang berada di area sekitar serta penjual di kantin tersebut ingin mendekatinya walau hanya untuk mengajaknya mengobrol ringan, mereka tidak tahu baik itu Fanny atau Dinda sebenarnya mudah untuk didekati asal mereka memiliki pelicin yang banyak, kalau tidak punya ya jangan berharap lebih karena yang ada hanya makian yang akan didapatkan.

“Silahkan non, mau pesan apa ?”

“Ehmm apa yah, kamu mau apa Din ?”

“Aku nasi ayam aja deh, gimana kalau kita samain aja biar gampang bayarnya ?” tanya Dinda sambil menggerakan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sehingga payudaranya yang sedikit terlihat bergoyang menggoda mas-mas penjual jajanan kantin.

“Yaudah deh aku setuju, sama es teh nya dua yah mas” kali ini giliran Fanny yang menggodanya dengan melempar senyum ditambah dengan terbukanya kancing kemeja yang entah sejak kapan terjadi sehingga gundukan itu semakin terlihat indah.

Mata mas penjual kantin itu terpaku, pandangannya tak mampu ia alihkan dari pemandangan gunung kembar yang berada di hadapannya, tak cuma satu tapi dua bahkan empat gunung yang ingin ia daki sekaligus.

“Masss, helloowww” Fanny melambaikan tangan membangunkannya dari lamunan indah.

“Ehh maaf non, maaf, tadi mesen apa yah ? nasi kari ?” tanya si mas grogi.

“Huh dasar, Nasi ayam mas” jawab Dinda menyilangkan tangannya membuat payudaranya terangkat.

“Waowwww” kali ini si mas kantin tak mampu menyembunyikan ekspresinya lagi, wajahnya reflek kagum melihat gunung yang semakin tinggi seolah ingin menyundul langit.

Naas, ketika dirinya pergi untuk menyiapkan pesanan untuk dua gadis manis yang baru saja menggodanya, kakinya tersandung meja karena fokusnya buyar membayangkan dirinya mampu mendekap dan memegangi payudara indah milik mereka, ia terjatuh hingga merasa malu karena ditertawakan oleh staff kantin yang lain juga mahasiswa yang kebetulan melihat kejadian tersebut.

Fanny dan Dinda ikut tertawa karena puas menggodanya, setelah pesanan siap mereka mengambil dua porsi nasi ayam berserta es tehnya dan membawanya menuju kursi kosong, tak lupa mereka membayar sambil mengedipkan mata untuk kembali menggodanya.

“Terima kasih yah mas ganteng”

Mas kantin tak dapat menyembunyikan senyuman kebahagiaannya, ia terpaku sambil tersenyum mupeng ingin mengencani mereka berdua, akankah hal itu terwujud ? mustahil pastinya.

Mereka berdua memakannya dengan lahap, sebentar saja satu porsi nasi yang mereka makan nyaris habis, padahal mereka juga mengobrol sambil mengisi waktu yang ada sebelum sesi istirahat berakhir, dalam perbincangan mereka tawa dan senyum menjadi bumbu kenikmatan yang membuat obrolan mereka sulit untuk berhenti.

Tanpa mereka sadari seseorang yang mengenakan seragam OB dengan tampang yang menyeramkan dengan luka permanen di dada lewat sambil mengotak - ngatik cameraphone yang baru saja ia temukan, ia tersenyum mesum dengan pandangan menengok ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari seseorang.

Andai mereka berdua tahu bahwa orang tersebut memiliki kuasa yang kuat pada mereka di masa yang akan datang bagai Adolf Hittler di Nazi atau Benito Mussolini di Italy, mungkin mereka sudah melaporkannya ke pihak berwajib namun siapa yang tahu tentang masa depan ? sekarang mereka berdua hanya bisa tertawa sebelum orang itu berkuasa dan melakukan apapun yang ia inginkan demi memuaskan hasrat hewaninya.

*-*-*-*


Waktu sudah menunjukan pukul setengah tiga sore, waktu yang paling tepat untuk beristirahat terutama bagi mahasiswa yang memiliki jadwal padat, tapi tidak bagi Fanny, dirinya berias di depan meja, dirinya sangat cantik dengan kaus berlengan panjang berwarna merah ketat menonjolkan dadanya yang makmur, sebuah jeans panjang berwarna biru dengan sling bag berwarna hitam yang ia selendangkan di bahunya melengkapi penampilan indah Fanny yang terlihat seperti akan berkencan, apalagi sebentar lagi malam minggu, tapi tunggu dulu, ia tidak akan berkencan dengan Rendi pacarnya melainkan dengan om Rudi seorang anggota DPR yang kebetulan sedang pergi dinas ke kota yang Fanny tempati, bukan kali pertama tentunya bagi om Rudi untuk memboking ayam kampus favoritnya, mungkin sekarang sudah ke-empat kali baginya, wajah cantik yang Fanny miliki khas panlok Indonesia membuatnya begitu bernafsu untuk terus membokingnya kapanpun setiap ada kesempatan.

Walau bukan client favorit Fanny, tapi om Rudi sudah sering memanjakan Fanny dengan guyuran duit yang ia berikan untuk membahagiakan gadis yang sudah membuat hati om Rudi raib tercuri, mungkin untuk menyewa Fanny semalam hanya perlu dana sekitar dua jutaan rupiah, tapi bagaimana dengan pakaian yang ia berikan ? hape terbaru ? bahkan juga duit jajan untuk membuat Fanny bahagia ? total bisa sampai lima hingga tujuh juta untuk menyewa Fanny hanya untuk semalam, bagaimana kalau dua hari berturut - turut seperti yang sekarang om Rudi pinta ? apakah itu memberatkannya ? tentu tidak, gaji yang didapat om Rudi dari pengabdiannya pada rakyat membuatnya memiliki celengan lebih untuk menyedekahkannya pada Fanny yang membutuhkan.

Hal ini pula lah yang membuat Fanny rela mengalah walau sebenarnya ia masih merasakan ngilu di selangkangannya akibat permainan kasar pak Broto satu minggu yang lalu, segera ia keluar dari kamar dengan aroma parfum mahal yang didapatkan dari hadiah client sebelumnya, beberapa penghuni kosan lainnya yang dengki kembali mencibirnya.

“Pasti mau nyari om - om kaya lagi”

*-*-*-*​

Mobil grepe-car yang ia pesan melalui hapenya telah tiba, segera ia memasuki mobil tersebut dan meminta sopir untuk mengantarnya ke tempat tujuan yang sudah tertera pada aplikasi, Fanny tak henti - hentinya tersenyum memikirkan barang apa saja yang telah masuk dalam daftar waiting-list nya, sebuah pakaian atau tas dengan branded terkenal telah didaftarkan olehnya, tak lupa sebuah Iphone keluaran terbaru juga sudah masuk ke daftar tunggunya, sopir mobil yang melihat Fanny tersenyum penasaran ketika melihat penumpangnya begitu bahagia.

“Non Fanny kayaknya senyum terus nih, mau ketemu pacarnya yah ?”

“Iyyaaa pak, eh tapi kok bapak tau nama saya ?”

“Kan nama non tertera di aplikasi”

“Oh iya juga yah hehe”

“Pasti beruntung yah pacarnya bisa dapetin non yang cantik jelita ini”

“Aduh si bapak bisa aja” Fanny tersenyum malu hingga pipinya memerah.

“Tuh kan senyumnya juga manis banget, pasti lemes pacarnya kalau dikasih senyum manis seperti itu”

“Ah masa ? kalau bapak yang aku kasih senyum lemes juga gak ?” Fanny menatap kaca spion yang ada di tengah mobil sambil tersenyum.

“Aduh non, jadi senyum - senyum sendiri kan, cukup non nanti fokus saya jadi terganggu”

“Hihihi tuh kan, kena juga”

Pasti kena lah non, siiapa juga yang gak lemes digituin, apalagi kalau bisa ngerasain itu yang bulat - bulat nempel di dada non.

Sopir mobil tersenyum membayangkan Fanny tengah menungganginya dengan gaya woman on top, bayangan payudaranya yang meronta - ronta ingin digenggam membuatnya mupeng ingin segera menerkamnya, beruntung ia mampu meredam syahwatnya karena khawatir dirinya bisa dipidana karena memperkosa penumpangnya.


Sampailah Fanny di depan Mall x yang telah dijanjikan, ia menengok ke arah sekitar untuk mencari seseorang, seketika seseorang bertubuh bulat dengan perut yang membesar datang menghampirinya, rambutnya serta kumisnya berwarna putih sebagian, Fanny pun menghampiri dan memberikan pelukan hangat karena sebentar lagi ia akan diberi jajan oleh client yang baik hati, tidak sombong dan murah bersedekah.

Sang sopir yang melihat kejadian itu dari dalam mobilnya heran, itu pacarnya ? atau jangan - jangan . . . . ? seketika ia menyesal setelah menyadari bahwa penumpang yang tadi menaiki mobilnya adalah seorang gadis bispak, andai ia tahu minimal ia ingin meminta breast-fucking dengan menyelipkan penisnya di antara payudaranya yang aduhai, tapi semua sudah berlalu mungkin belum rezeki.

Selayaknya pengantin baru mereka berdua berjalan memasuki Mall tanpa merasa canggung sedikitpun, mereka bergandengan tangan dan saling melempar senyum, tak jarang om Rudi merangkul pundaknya dan menoel bongkahan pantatnya yang kencang.

Om Rudi mengenakan kaus polo berkerah serta celana jeans panjang dengan topi hitam sebagai pelengkapnya, orang - orang mengira mungkin mereka adalah pasangan ayah - anak padahal sebenarnya mereka hanyalah pasangan yang berlandaskan hawa nafsu yang telah menguasai diri, satunya bernafsu karena harta yang satunya bernafsu karena wanita.

Satu persatu barang yang Fanny inginkan telah terbeli, Fanny tak henti - hentinya tersenyum sambil membawa kantung berisi belanjaan yang baru saja ia dapatkan, kini mereka sedang mengobrol di café sambil menunggu malam tiba untuk melakukan check-in.

“Kamu pasti akan cocok dek dengan bodysuit yang baru kita beli”

“Ah masa ? tapi malu om, masa tipis gitu sih”

“Loh kok malu sih dek, orang biasanya aja buka - bukaan”

“hihihi, tuh kan jadi malu beneran jadinya” pipi Fanny memerah membayangkan apa yang sudah ia berikan pada om Rudi selama ia dibooking olehnya.

“Dek Fanny ini, kamu tuh cantik banget, beruntung om bisa bertemu dengan kamu”

“Masa sih aku cantik om ?”

“Iya apalagi itunya” om Rudi memandang buah dada yang tercetak jelas dibalik kaus berlengan panjangnya.

“Ih, dasar genit, oh yah buat pemanasan mau megang ini gak ?” Fanny membusungkan dadanya sambil melihat ke arah sekitar.

“Loh boleh disini ?”

“Boleh aja, kan om udah bayar, jadi udah ada stempel halalnya disini hihihi, jadi om bebas dong ngelakuin apa aja ke aku” goda Fanny sambil menunjuk puting di payudara kanannya.

Diam - diam tangan om Rudi mendekat, Fanny menatap sekitar untuk memantau keadaan, dirinya tak henti - hentinya tersenyum menanti remasan yang akan ia rasakan di tempat umum.

“Ahhhhhh” desah Fanny sebelum ia menutup mulutnya.

Om Rudi reflek menarik tangannya kembali sebelum orang lain tahu, benar saja, beberapa orang menatap ke arah mereka setelah mendengar desahan Fanny yang cukup keras, Fanny mencoba cuek dengan membuka hapenya, ia sangat malu namun tak memperdulikan reaksi sekitar, beginilah cara Fanny bekerja untuk memuaskan pelanggannya agar dirinya bisa mengantungi lembaran rupiah lebih banyak lagi.

“Kamu gimana sih dek, bikin om kaget aja”

“Hihihihi maaf om, aku juga kaget, lagian keras banget sih”

*-*-*-*​

Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, mereka berdua memasuki hotel tempat mereka akan menginap, Fanny merangkul mesra lengan om Rudi selama perjalanan tak peduli dengan reaksi sekitar yang menatapnya heran, om Rudi tampak bangga dengan memamerkan wanita bayarannya.

“Silahkan ini kunci kamarnya” ucap salah satu resepsionis hotel.

Sesampainya di dalam kamar, om Rudi langsung mengunci pintu dan tersenyum sambil memandangi Fanny, Fanny ikut tersenyum malu ketika dipandangi seperti ini, rupanya om Rudi sudah tak tahan langsung memeluk dan mencumbu bibir tipisnya, ia melumatnya dengan penuh nafsu, tangannya meremas payudaranya yang sedari tadi sudah menggodanya, sebuah lenguhan terdengar ketika mereka berdua baru memasuki kamar ini.

“Wahh maaf dek, om udah gak sabar buat nikmatin kamu”

“iya gapapa om, aku faham kok, aku kan terlalu cantik”

“Bener banget kamu dek, om mau mandi dulu yah, mau ikut ?”

“Om aja duluan , tadi aku udah mandi kok sebelum berangkat dari kos”

“Pantes kamu wangi dek, ingin rasanya punya istri seperti kamu, cantik, manis menggoda lagi”

“Makasih om, om juga ganteng, gede lagi itunya”

“Itunya ?”

“hihihi udah deh, aku mau ganti baju pake bodysuit yang udah kita beli”

“Yaudah yah, om mau mandi dulu”

Sebuah kecupan ringan kembali dilakukan oleh mereka berdua, om Rudi melangkah pergi ke kamar mandi sedangkan Fanny duduk di tepi ranjang sambil menonton acara televisi, raut wajah Fanny yang sedari tadi ceria berubah, dirinya mengambil tisu yang berada di dalam sling bagnya untuk mengelap bibirnya yang terkena banyak liur dari om - om yang sedang membokingnya.

“Dih liurnya banyak banget sih, dasar jorok, untung cuma semalam, enak aja jadi istri, kalau aja dia gak berduit ogah juga walau cuma nemenin jalan” omel Fanny dibelakang om Rudy.

Begitulah watak asli Fanny atau mungkin watak seluruh wanita yang ada di muka bumi, siapa juga yang mau merelakan dirinya sebagai pemuas nafsu kalau tidak diiming - imingi pelicin yang banyak, walau sudah banyak sekitar puluhan penis lelaki yang berbeda masuk ke dalam vaginanya, ada sedikit perasaan tidak suka yang ada didalam dirinya ketika ada pria berwajah buruk rupa yang membokingnya untuk menikmati tubuh indahnya.


Kebetulan tayangan drama korea tersaji di televisi tersebut, Fanny sudah mengganti pakaiannya, ia meresapi adegan romance dari drama yang sedang ia tonton, terlihat Lee Dong-Wook yang berperan dalam drama The Tale of a Gumiho hendak mencumbu lawan mainnya yang bernama Cho Bo-Ah dengan penuh penghayatan, seolah masuk ke dalam adegan Fanny dapat merasakan ketulusan dari Lee Dong-Wook dalam memperlakukan Cho Bo-Ah dengan penuh perhatian, adegan ciuman pun terjadi diantara mereka, terlihat percumbuan mereka yang dipadukan oleh rasa cinta yang telah tertanam menghasilkan kesan romantis yang tersaji di dalamnya.

“Andai cowok seperti itu ada di dunia nyata, sayang semua hanya mitos” keluh Fanny menyayangkan sikap semua lelaki yang hanya memandang nafsu pada dirinya, itulah yang membuat dirinya ragu dalam membuka hubungan dengan seorang lelaki manapun yang mendekatinya, ia sudah bosan dikecewakan dengan iming - iming janji bahwa kita akan terus bersama, ia tak bisa lagi percaya kepada lelaki yang dipenuhi oleh bualan janji, ia khawatir apabila ada wanita lain yang lebih cantik darinya pastilah lelaki itu akan berpaling darinya, posisi Rendi sebenarnya ibarat tameng bagi Fanny agar tidak ada lelaki lain yang terus mengejarnya karena tahu bahwa Fanny sudah memiliki pacar.

“Dasar cowok, bisanya cuma ngedepanin nafsu !”

Tak berselang lama om Rudi keluar dari dalam kamar mandi dengan lilitan handuk berwarna putih yang menutupi tubuhnya, Fanny sedari tadi ngomel - ngomel langsung tersenyum bak seorang artis yang sedang berperan, ia tersenyum manis dalam menyambut kedatangan pangeran buruk rupa yang sebentar lagi akan menikmati malam bersama dirinya.

“Sudah kuduga, kamu tampak cantik dengan bodysuit berwarna biru itu dek”

“Terima kasih, ini semua demi om Rudi”


Om Rudi merangkul punggung Fanny dan menatap matanya sebentar untuk menikmati momen kebersamaan yang sulit terulang, mereka berdua tersenyum, mata Fanny memejam ketika tangan om Rudi mendekap wajahnya yang cantik.

"Cuppppp"

Bibir mereka saling bersentuhan, nafas mereka saling berhembus untuk berbagi kehangatan, barulah om Rudi membuka mulutnya untuk memagut bibir atas Fanny.

"Ehmmppphhh"

Lenguhan nikmat tersaji diantara mereka, tangan mereka saling mengait, tubuh Rudi terus mendorong lawan mainnya hingga Fanny terduduk di tepi ranjang, mereka saling bertukar liur, bibir mereka saling basah oleh pagutan bibir yang terus dilakukannya tanpa henti.

"Ciumanmu membuat Om bergairah dek"

Dahi mereka saling bersentuhan dan senyum mereka kembali terpancar, om Rudi memegangi dagu Fanny dan memintanya untuk menatap matanya, Fanny tersenyum walau harus menatap wajah client nya yang jelek, Fanny mendesah nikmat ketika leher jenjangnya dijilati oleh pria tua yang telah membokingnya, sebuah lenguhan terucap dari bibir manisnya, sebuah jilatan di lubang telinganya semakin membuat Fanny melayang ke angkasa.

Empat kali sudah om Rudi memboking Fanny membuatnya tau di titik mana saja Fanny akan benar - benar takluk ketika dirinya terangsang, benar saja walau sebenarnya Fanny tak suka untuk membiarkan pemilik wajah jelek bernama om Rudi menikmati tubuhnya tapi rangsangan yang om Rudi berikan membuat birahinya memuncak, ia blingsatan merasakan jilatannya yang begitu hangat dan membuatnya merinding.

"Ouuhh ommm"

Tangan om Rudi mulai bergerak merangsang titik sensitif lainnya yang Fanny miliki, payudaranya yang besar dan kenyal di remasnya hingga Fanny menggigit bibirnya menahan kenikmatan yang ada, bodysuitnya yang transparan membuat om Rudi mampu melihat payudara Fanny yang teremas oleh remasannya, Fanny menggelinjang matanya memejam dan bibirnya mengatup menahan semua kenikmatan ketika diremas seperti ini.

Putingnya ia mainkan dengan memencetnya, kadang ia gesek dengan ibu jarinya, kadang ia gigit hingga Fanny berteriak pelan, Fanny pasrah hingga dirinya terbaring diatas ranjang, kedua payudaranya diremas dengan kuat membuat Fanny membuka mulutnya lebar - lebar untuk mendesah, om Rudi melumat bibirnya, kadang ia meludahi mulutnya yang langsung ditelan oleh Fanny karena telah dikuasi oleh hawa nafsu.

Sekuat apapun Fanny berusaha bertahan dari setiap rangsangan lawan mainnya, Fanny tetaplah wanita yang lemah ketika titik rangsangnya dirangsang, ia tak memperdulikan lagi siapa pria tua yang sedang memainkan birahinya, ia hanya ingin nafsunya terpuaskan sehingga malam ini ia bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah.

Om Rudi bergerak menuju selangkangannya, dibukanya celah agar vagina Fanny mampu bernafas, om Rudi tersenyum melihat mangsanya sudah sangat basah, jemarinya bergerak menyelinap masuk untuk membanjiri liang kenikmatan gadis cantik yang sedang terbaring di hadapannya.

Fanny menggelinjang hingga tubuhnya terangkat, ia terus meronta - ronta ketika vaginanya digesek dan dikorek oleh jemarinya yang berkulit kasar, ketika klitoris nya ditemukan oleh om Rudi, ia segera memencetnya dengan keras hingga Fanny lemas tak berdaya.

“Ooouuhhhhhhhh” desah Fanny hingga tubuhnya terangkat tinggi.

"Maaf dek, om terlalu bersemangat"

"Ugghhh om, om jahat, udah bikin aku lemes begini"

"Jangan dulu dong dek, om kan belum mantap - mantap sama kamu"

Kaki Fanny di kangkangkan nya selebar mungkin, om Rudi menjilati dan melumat lapisan bibir vaginanya dengan penuh nafsu, kumisnya yang tebal ikut menggesek klitorisnya hingga Fanny tak bisa diam selama dirangsang oleh clientnya.

"Sluurrppp, Ouhhhh, manis sekalii sluurppp"

Secara bergantian om Rudi menjilati dan menghisap vaginanya tanpa henti, jemarinya ikut aktif dalam membuka bibir vaginanya sehingga memudahkan lidah om Rudi untuk bergerak masuk menuju liang terdalam, mulutnya mengecap dan mencaplok sisi bagian atasnya, klitoris Fanny terjebak di dalam mulutnya tersapu oleh jilatan lidah yang mengguncang syahwatnya, klitorisnya ia gigit perlahan dan dihisap nya dengan kuat hingga birahi Fanny memuncak.

Fanny tak tahan lagi, baru jilatan yang ia lakukan pada vaginanya sudah membuatnya tak berdaya seperti ini, kaki Fanny mengatup menjepit kepala om Rudi yang terus menerus memainkan lidahnya untuk merangsang Fanny, om Rudi membenamkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada sisi dalam vagina Fanny, tangannya memencet klitorisnya sekuat mungkin dan bibirnya menghisap vaginanya dengan sangat kuat.

“Ouuhhh ommm, aku gak tahann lagii, ahhhhh uugghhhhhh”

Crroottt crroottt crroottttt

Kaki Fanny menjepit keras kepala om Rudi, cairan cinta yang berada dari dalam tubuh Fanny mengalir deras menyemprotkan permukaan bibir om Rudi yang langsung ia telan sebisa mungkin, Fanny mengejang perlahan merasakan sisa orgasme yang melanda dirinya, om Rudi masih sibuk membersihkan sisa - sisa orgasme yang belepotan membasahi bibir vaginanya.

“Ugghhh omm gelliiii, ahhhhh”

Fanny lemas, tangannya ia taruh pada dahinya yang berkeringat, padahal AC sudah dinyalakan tapi kenapa situasinya begitu panas hingga membuatnya bermandi keringat, puas menjilati vaginanya, om Rudi bangkit untuk menindihi sekaligus mencumbu bibir Fanny, Fanny merasakan rasa asin yang berasal dari mulut clientnya, tampaknya sisa - sisa orgasmenya masih menempel di mulut om Rudi yang membuat Fanny merasakannya sendiri bagaimana rasa dari cairan cinta yang tadi sempat mengucur deras menyirami clientnya.

Om Rudi melepas lilitan handuknya sehingga penisnya yang besar mengacung didepan wajah Fanny, Fanny terkejut karena seingatnya penis om Rudi tidak sebesar ini, tanpa menunggu komentar dari Fanny , om Rudi langsung memasukannya ke dalam mulut Fanny yang masih terbaring lemas.

“Uhhmmmppphh, ehhmmmm Unggkkkhuuu. Tunggkkhuu”

Om Rudi mengadahkan kepalanya ke atas menikmati hangatnya penis yang saat ini berada di dalam mulut Fanny, wajah ayunya terlihat lebih cantik dari atas ketika penisnya menyumpal masuk ke dalam mulutnya yang kecil, tanpa ampun om Rudi terus mendorong pinggulnya hingga Fanny nyaris tersedak, beruntung ia segera melepasnya yang membuat Fanny terbatuk - batuk hingga meneteskan liur yang ia buang ke tepi ranjang.

“Ayo dek, om udah gak tahan, kulum lagi”

Om Rudi duduk menyender pada dinding yang menempel pada ranjang, Fanny menungging ketika mengulum penisnya, posisi ini menguntungkan om Rudi karena mampu melihat bongkahan pantat Fanny yang membuatnya gemas ingin menamparnya dan meremasnya.

Fanny terdorong maju ketika bokongnya ditampar oleh om Rudi, penisnya yang memenuhi mulut Fanny nyaris menyodok kerongkongannya, rasa mual ia rasakan karena aromanya yang tidak enak tercium di hidungnya, terlebih dengan bulu - bulu halus yang lebat membuat dirinya merasa jijik karena harus mengulum penis yang sudah berkeriput ini.

“Ouhhhh, oouuhhh, oouhhh” Fanny mendesah ketika mulutnya bisa bernafas setelah cukup lama mengulum penisnya, kini giliran tangannya yang bertugas mengocok penis tersebut, Fanny berlutut ketika sedang mengocoknya membuat wajahnya mendekati wajah om Rudi yang bernafsu ingin bercumbu lagi.

“Sluurrppp, uhhmmppppp”

Kecapan lidah terdengar mengisi ruangan yang hanya ditempati mereka berdua, keintiman yang terjadi membuat ikatan mereka semakin terjalin, Fanny yang memiliki wajah ayu dengan kulit bening bertekstur halus sedang mencumbui om Rudi seorang pria tua berusia lima puluh tahunan dengan rambut yang sudah beruban dan kumis yang sebagian memutih, kepalanya yang bulat dengan tubuh bagai bola bowling raksasa sangat menikmati cumbuan dari gadis bermata sipit yang kehadirannya begitu di elu-elukan oleh seluruh lelaki yang berkuliah di kampusnya, lelaki mana yang tak ingin mendapatkan perhatiannya, seolah ia adalah wanita mahal yang sulit untuk didapatkan tetapi dengan segepok uang semua menjadi berbeda, ia hanyalah barang murah yang bisa dipakai oleh siapapun yang berduit, sungguh ironi yang memprihatinkan !

“Om udah gak tahan dek, masukin sekarang yah ?”


Fanny hanya mengangguk, dirinya diminta untuk bertumpu pada tepi ranjang, tubuhnya yang tinggi tak sebanding dengan postur om Rudi yang bulat pendek, ketika bongkahan pantat Fanny terpampang dihadapannya, tangannya gemas ingin merabanya membuat Fanny merasa geli, penisnya sudah menegak siap untuk tembakan menuju liang kenikmatan Fanny yang terlihat lembab, om Rudi menggesek permukaan penisnya di bibir vaginaya, baik Fanny ataupun om Rudi mendesah keenakan, om Rudi tak ingin cepat - cepat memasuki liang kenikmatan ini, dirinya memainkan birahi Fanny dengan memasukannya dan melepasnya kembali, kadang ia celupkan sebagian baru ia dorong sekencang mungkin, lalu ia lepas lagi dan mendorongnya sekuat tenaga hingga Fanny mendesah sebal.

Fanny yang kesal dipermainkan seperti ini membuat pinggulnya bergerak sendiri membiarkan penis om Rudi keluar masuk karenanya, om Rudi puas ketika gadis cantik seperti Fanny takluk tak berdaya membuatnya harus berusaha sendiri untuk mendapatkan kepuasan dari penis miliknya.

“Ouhhhh ommm, ayooo masukannn, akkuuu gakk tahann” desah Fanny.

Fanny menggerakan pinggulnya sendiri secara terus menerus sebelum akhirnya hentakan hebat dilakukan oleh om Rudi membuat Fanny terhempas jatuh pada ranjang dihadapannya.

“Ugghhh ommm, iyyaa seperti ini, yang cepatt, yang cepattt”

Harga diri Fanny telah hilang, dirinya yang sudah menjadi budak dari nafsunya sendiri tengah mengemis kepuasan dari seonggok penis tua yang sudah berkeriput, dadanya roboh diatas ranjang dengan kakinya yang masih berdiri tegak menungging dengan penis besar yang hendak menghancurkannya berkeping - keping.

Om Rudi menepuk - nepuk bokong Fanny dengan penuh nafsu, rapatnya serta seretnya vagina yang Fanny miliki akibat perawatannya yang mahal membuat nafsu om Rudi naik berlipat - lipat, om Rudi meraih tangan Fanny dan menariknya ke belakang hingga tubuh Fanny terangkat, hentakannya yang semakin kuat membuat penis om Rudi masuk begitu dalam menyundul rahimnya, pikiran Fanny melayang merasakan kenikmatan yang luar biasa ia dapatkan, matanya merem - melek seiring sodokan penis yang menggesek vaginanya.

“Ayo dek, kita ke kamar mandi”

“Eh, om tapi, tapi . . . “

Tanpa melepaskan penisnya, Fanny melangkah maju dengan sodokan yang terus ia terima di dalam rahimnya, dengan agak kesulitan ia terus berjalan sambil merapatkan bibirnya karena terlampau nikmat, sesampainya di kamar mandi om Rudi duduk diatas closet duduk membiarkan Fanny bergerak dengan sendiri untuk merangsangnya.

“Ouuhhhhh, ommmm ommmm” Fanny mendesah hebat, rambutnya sudah berantakan dengan membelakangi posisi om Rudi yang juga menikmati servis Fanny, tangan om Rudi bergerak mencengkram payudara Fanny yang bersembunyi di tengah ketatnya bodysuit berwarna biru yang Fanny kenakan.

“Ughhhh besarr bangettt ommm, besarr bangettt aku sukaaa, ouhhhh ouhhhh”

Pikiran Fanny sudah tak karuan, Fanny agak menungging agar dirinya semakin bebas menaik turunkan tubuhnya yang memukau, pinggulnya bergoyang naik turun kadang maju mundur, bergerak kiri kanan dan kadang tubuhnya memutar 360o secara horizontal semua jurus telah Fanny keluarkan demi mendapatkan kenikmatan yang hakiki.


Memang benar pepatah yang mengatakan bahwa kau tidak dapat membohongi usia, sebaik apapun om Rudi bertahan dirinya juga manusia lemah yang bisa merasakan orgasme, sepuluh menit telah berlalu ketika Fanny menaik turunkan tubuhnya membelakangi om Rudi di dalam kamar mandi ruangan hotel, om Rudi menurunkan bodysuit yang Fanny kenakan sehingga payudaranya kini dapat ia remas secara langsung, om Rudi meremasnya dan memilin putingnya, putingnya ia pencet dan menggeseknya dengan jemarinya yang membuat Fanny blingsatan karena nikmatnya.

“Ouuhhh ommmm Fanny mau keluarrr, ughhhh ughhhh”

“Sabar dek, om juga, ayo keluarin barenggggg”

Kini om Rudi yang bergerak menghujami vagina Fanny, ia mengeluarkan seluruh energinya untuk menyodok vagina Fanny dengan kuat, saking kuatnya kadang Fanny terhempas keatas dan jatuh begitu dalam menembus rahimnya, lima menit sudah berlalu mereka melakukan gaya seperti ini, baik Fanny ataupun om Rudi tak mampu menahan semuanya lagi, om Rudi menahan tubuh Fanny agar diam sehingga ia lebih leluasa untuk terus menyodoknya.

“Ahhhhh dekkk Fannyyy, ouhhh ouuhhhh om gak kuat lagiiiii, ahhhhhh”

Crotttt crrootttt crroottttt

Semburan hebat membasahi rahim Fanny hingga terasa hangat, tak lama kemudian giliran Fanny yang mendapatkan orgasme keduanya, Fanny ambruk, Fanny lemas hingga dirinya menyender tubuh om Rudi yang memintanya bercumbu kembali.

“uumpphhhhh, ummpphhhh, ummpphh, sluurrppp”

Om Rudi memeluk erat tubuh Fanny dan memainkan payudaranya yang indah, sedangkan bibirnya terus melumat bibir tipis Fanny, liur saling tertukar hingga jatuh menetes membasai payudaranya.

“Om sangat puas dek, terima kasih atas pelayanannya”

“Sama - sama om, aku juga” jawab Fanny sambil memeluk tubuh besarnya.

Fanny bangkit dari pangkuan om Rudi membuat sperma yang bersembunyi di liang senggamanya keluar begitu deras jatuh ke lantai dan sebagian mengenai paha om Rudi, Fanny lega akhirnya ia mampu melewati malam yang cukup panjang, ketika om Rudi kembali ke arah ranjang, ia melepas pakaiannya hingga telanjang untuk membersihkan diri agar sebentar ia dapat mengistirahatkan diri dengan nyenyak, diambilnya lah keran shower yang dapat ia siram kemanapun yang ia mau, ia mengarahkannya ke arah vaginanya untuk membersihkan sisa sperma yang masih menempel di dalam.

“Ih banyak banget sih keluarnya” keluh Fanny.

Tiba - tiba ketika ia sedang membersihkan diri seseorang diam - diam datang dan memeluk erat tubuh Fanny hingga membuatnya terkejut, ia memaksa Fanny untuk kembali menungging dan penis besar yang sudah keras menegak bersiap masuk untuk kembali menghujami vaginanya.

“Eh tunggu om, jangan lagi, aaahhhhh ahhhhh ahhhhhh”

Fanny yang sudah bertelanjang bulat kembali digempur oleh om Rudi yang sudah kembali mengeras, ia begitu menikmati tiap detik yang terlewat ketika penisnya keluar masuk menggempur vaginanya.

Untung tadi minum obat kuat sebelum main.

Malam nampaknya akan terasa sangat panjang bagi Fanny, sebaliknya malam akan terasa sangat cepat bagi om Rudi yang terus - menerus ingin menghujamkan penisnya ke arah vaginanya yang sempit, namun tak masalah, ia tersenyum karena sebenarnya masih ada satu malam lagi di hari esok untuk bisa menanam benih di dalam vagina gadis cantik tersebut.

“Aahhhh ahhhh ommmmm” wajah Fanny merintih merasakan nikmat yang dirasakan di vaginanya, ia menggigit bibirnya dan pasrah membiarkan lelaki tua ini terus menggempurnya hingga terbitnya fajar di sisi timur bumi.

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd