Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Hai, Halo kak!

update nya 1 part setengah ya kak hehe :3

jadi..
yang jahat siapa ya?...

hmm...

selamat membaca kak :) jika berkenan silahkan tinggalkan komentar.



nb.
kayaknya beberapa part lagi kelar....

Yang jahat......
Yang jahat penulisnya, soalnya gak ada adegan ena2 nya :pandaketawa: :pandapeace:
 
Wa nambah peran baru lagi ni, Okta muncul kira2 dapet jatah exe ngak gan hhee, Wahhh anin kenapa kau jahat sekali
 
Yang jahat......
Yang jahat penulisnya, soalnya gak ada adegan ena2 nya :pandaketawa: :pandapeace:
sabar kak sabar :(

Kkkok anin jahat banget sih:galau:
marahin kak Anin nya, marahin~~

Sakit gak berdarah dong ini :hua:
tamanya berdarah darah kak :(

Ai ngapa si gendut jahat bat dah :(
gatau jahat banget nindutt

Wkwkwkwk. Mampus, makannya jangan napsuan jadi orang.
ampun kak ben~~

Press F to pay respect
*f*

Jangan bilang kalau pacarnya anin selingkuh sama puchi wakakaka
waduh....
gak gitu sih kak...

Up terus suhu Semangat :tegang::semangat:
ditunggu aja suhu update selanjutnya hehe

Wa nambah peran baru lagi ni, Okta muncul kira2 dapet jatah exe ngak gan hhee, Wahhh anin kenapa kau jahat sekali
okta? hmm mungkin cuman cameo sih kak hehehe

Yaampun, Anin tapi gapapa yang menang Puci hehe
jadi puci harusnya seneng ya kak?

Pacarnya Anin selingkuh sama Shania? :pandatakut:
BOLEH :((
 
Man... :pandatakut:
Eh, salah.
Anin! Kamu kok kasihan banget sih, udahlah sama ...... aja :pandaketawa:

NB: Ada Manda, ada Aurel?
Kok saya jadi keinget cerita legend di cerbung ya?
Tinggal nambahin satu nama lagi sih (yang kebetulan juga namanya itu mirip nama member juga :pandaketawa: )

Ayo suhu tama, tambahin devi kinal putri:beer: suhu H4n53n udah kode minta request :D
 
Echo PART 10;


2 Minggu semenjak hari itu.


Matahari pagi sudah terbit, namun sinarnya terhalang awan gelap yang menurunkan rintik hujan dari langit. Tanganku masih asik menari diatas keyboard, sesekali menggunakannya untuk mengambil beer dan meneguknya.

“Gak sehat tau alkohol terus.” Seorang gadis menyuarakan pendapatnya dari belakang. Aku masih melanjutkan ketikanku.

“Kan kalo nugas doang.” Jawabku sekenannya. Bisa kudengar jika gadis tadi menyeret sebuah kursi mendekat ke arahku.


Duk.



Benar saja, ia langsung duduk di sebelahku dan menaruh kepalanya di bahuku. Kulirik, ia masih asik dengan gawainya. Aku tersenyum simpul lalu melanjutkan paperku yang terbengkalai. Keheningan menyelimuti kami. Sebuah lagu dari girlband korea yang sedang naik daun di Indonesia, berjudul Boombayah mengalun dari komputerku.

“Dari kapan suka Blackpink?” tanya gadis itu kepadaku. Aku yang mulai penat mengerjakan paper itu kemudian menekan tombol simpan dan meregangkan otot-otot ku.

“Gatau, dari debut kali.” Jawabku singkat. Tanganku bergerak menggapai handphoneku yang tidak jauh dari keyboard. Banyak notifikasi yang belum aku baca. Aku yang hari itu sedang malas hanya melihat beberapa notifikasi lalu melempar handphoneku kembali.

“Laper gak?” aku bertanya kepada gadis itu. Ia hanya mengangguk perlahan dengan wajah memelas.

Gemes banget.

“Jalan yuk.” Aku bangkit dari kursiku, mengambil dompet dan handphoneku. Gadis itu mengikutiku. Kami berjalan bergandengan tangan hingga tiba di lantai dasar. Seorang satpam menyapaku yang langsung kubalas dengan senyuman. Kami berjalan dibawah gerimis. Hoodie yang gadis itu kenakan sangat lucu. Berwarna pink dengan motif polkadot berwarna putih yang memenuhi seluruh bagian hoodie itu. Ia masih terus menggandeng tanganku hingga kami tiba di sebuah fast food dengan maskot huruf M yang khas.

“Mbak, mau panas 2 nya 2, apple pie nya 1, pie mangga susu 1, mc flurry oreo 2, sama tambah cola yang medium satu no ice ya.” gadis itu menyebut makanan yang ia ingin pesan. Aku hanya tertawa mendengar apa yang ia pesan, lalu kami berdua mengeluarkan masing-masing satu lembar 50 ribu dan membayar. Ia melirik dompetku, dan memperhatikan sebuah foto yang ada di dalamnya.

“Ih, disitu Puput gendut banget anjir.” Puci menunjuk sebuah foto. Foto kami berdua didalam sebuah photo box. Aku tertawa mendengarnya.

“Mana ada gendut. Mbak, pacar saya gendut gak?” tanyaku iseng kepada pelayan resto tadi. Mbak-mbak itu tertawa.

“Nggak kok mas, malah cocok gitu kelihatan sama-sama berisi badannya.” Jawabnya sembari meletakan beberapa menu dari sekian banyak menu yang Puci pesan. Aku melirik Puci lalu memeletkan lidah. Puci memasang raut wajah gemas.

Kami berdua menikmati sarapan kami dalam diam. Kebiasaan kami memang. Setelah selesai makan, kami berdua kembali ke apartemenku.

Ohiya, seminggu lalu, Puci memutuskan tinggal bersamaku. Alasannya? Rumahnya terlalu jauh sehingga akan kelelahan jika selesai teater. Orangtuanya? Begitu tau jika apartemenku berada di daerah Kuningan, mereka hanya bilang ‘Kenapa tidak dari dulu aja?’.

Setibanya di apartemenku, aku langsung menjatuhkan badan ke kasur. Semalam, aku terlalu sibuk mengurus paper dari 3 mata kuliah yang berbeda, sehingga tidak mendapat tidur yang cukup. Hasratku untuk tidur menghilang ketika Puci juga menjatuhkan badannya tepat diatasku.

“Hmphh.. BERAT TAU!” aku sedikit kesal. Puci seolah-olah tidak mendengarkan. Ia malah asik mencolok-colok pipiku.

“Gemesin banget sih uwuwuwuwuwu~” ucapnya sembari memanyunkan bibirnya. Karena gemas dengan tingkahnya, aku iseng menyambar bibirnya yang sedikit tebal itu. Puci seperti kaget namun segera membalas ciumanku. Tanganku bergerak menuju pantatnya yang istilahnya adalah pas di remas.

“Hmmphh..” Puci masih bersemangat menciumku. Tanganku juga semakin bersemangat meremas bongkahan pantatnya itu. Hujan diluar terdengar semakin deras, ditandai dengan suara petir yang mengejutkan kami. Kami saling bertatapan lalu tertawa. Puci turun dari atas tubuhku, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Sementara aku melanjutkan menulis beberapa tugas yang ada.

.

Kenapa Pucchi? Semuanya sudah jelas bukan? Anin hanya menjadikanku pelarian.

Aurel? Ya, tetap. Ia hanya datang kepadaku saat sedang ‘ingin’. Toh, ia sudah punya pacar juga dan memang komitmen kami hanya sebatas partner sex.

Manda? Hmm. Masa lalu memang kadang selalu lucu jika diceritakan lagi, bukan?

.

Pucchi? Manusia absurd yang bisa kusebut wibu ini berhasil membuatku jatuh cinta untuk sekian kalinya. Berkat saran dari Okta juga kenapa aku memilih Puci. Okta bilang, ikuti kata hatimu.


Hati gue berhentinya di elu, put.


Klek

Pintu kamar mandi terbuka. Puci keluar hanya dengan handuk yang terlilit di tubuhnya. Aku segera bangkit mengambil handukku, lalu mandi.

Selesai segala urusan di apartemen, kami berangkat menuju fx. Iya, aku dan Puci kembali ke kehidupan kami sebelumnya, sebelum Anin hadir di hidupku. Untung saja tim Anin dan Puci berbeda.

“Semangat sayang kerjanya, jangan lupa makan ya.” Puci menghampiriku lalu mengecup pipiku. Aku tersenyum, lalu membalas mencium pipinya.

“Kamu juga, jangan terlalu semangat biar gak ada keseleo segala macem.” Ucapku. Puci tersenyum manis, lalu berjalan menjauh. Sementara aku berjalan menuju loker, yang langsung disambut dengan kehadiran seseorang.

“Ck.”

“Hei, bagaimanapun aku tetaplah ayahmu, Tama.” Ya, dia adalah ayahku. Sebal sekali siang hari seperti ini bertemu dengannya.

“Apalagi? Kerja siapa yang gak bener?” tanyaku dengan malas sembari mengganti seragamku.

“Pulang lah, adik kamu tuh, Azizi kesayangan kamu, udah ngerengek sama ayah buat nyuruh kamu pulang.”

“Gausah bohong. Zee aja dari dulu selalu minta aku buat bawa dia keluar dari rumah.” Aku tidak terlalu menghiraukan omongan ayahku. Karena memang faktanya begitu.

Oh, kaget? Tidak perlu.

Karena memang aku punya satu adik perempuan. Itulah kenapa aku diberi nama Tama. Anak pertama.

Adikku? Azizi Asadel.
44194001_295787101054593_6205913616157001465_n.jpg


Tidak usah kaget begitu.


Aku segera mengambil tas tool kit ku, lalu berjalan keluar. Ayahku masih diam di dalam loker. Aku tidak menghiraukannya lagi. Diluar, bos ku sudah menunggu. Ia segera memberikan sebundel gambar rangkaian. Mall ini rencananya akan melakukan renovasi di salah satu toko. Rangkaian nya banyak yang berubah, sehingga harus di gambar ulang. Perubahan meliputi letak lampu, kotak kontak, dan beberapa pendukung.

***

“Hmpphh.... enakk kaakk... aahhhh...” Puci mendesah sendu saat aku menggenjotnya. Vaginanya yang sudah becek tersebut membuat penisku dengan mudah bergerak keluar-masuk. Buah dadanya yang indah itu bergerak seiring dengan genjotanku. Perutnya basah oleh genjotanku.

“Enakk.... gaakk.. sayangg..??” tanyaku kepada Puci. Puci hanya mengangguk lemah. Tangannya bergerak melingkar di leherku, lalu menarik kepalaku kearahnya. Aku langsung melumat bibirnya dengan ganas.

“Hmpphh.... kak..... mmpphhh...”

Plok

Plok

Plok

Plok


Genjotan dan ciumanku semakin liar. Tanganku meremas toket Puci bergantian, sesekali memelintir putingnya yang membuat vaginanya terasa semakin menjepit penisku.

“Hmpph... mau...keluar.....eehhh...”

Mendengar itu, kupercepat genjotanku. Vaginanya terasa semakin sempit dan semakin becek.

“Kaakk.. TAMAAA....AARRGGHHH...AKUU.... AAHHH KELUAAAARRGGHHhhhh”

Aku tidak menurunkan tempoku. Cairan cintanya membasahi penisku. Hangat. Semburannya sampai mengenai perutku. Puci squirt. Aku yang merasakan bahwa aku juga akan sampai langsung mencabut penisku. Puci dengan sigap berlutut lalu melahap penisku.

“AAHH.. PUTIIII...... AAAHHHHH..”

Seluruh spermaku aku muntahkan di dalam mulutnya. Puci langsung menelan seluruh spermaku yang ada di dalam mulutnya, lalu ambruk kebelakang. Aku ikut ambruk diatas tubuhnya. Keringat kami mengucur deras. Nafasku dan Puci terengah-engah. Puci tersenyum menatapku, lalu mencium pipiku.

“Mandi?” ia bangkit dari tidurnya. Tubuhku berguling ke samping. Aku mengangguk lalu bangkit mengikutinya. Kami berdua masih dalam keadaan telanjang. Di kamar mandi, Puci berbisik sesuatu kepadaku.

“Se ronde lagi ya?” katanya, lalu ia melompat kearahku.

---


Aku meneguk jus jeruk buatan Puci. Langit diluar sudah gelap, mungkin menjelang pagi. Puci sedang bersandar ke bahuku. Kami berdua sedang asik duduk di balkon apartemenku. Sebuah lagu dari Maliq and d’Essentials yang berjudul Untitled mengalun pelan.

“Kak.” Puci memecah keheningan kami.

“Hm?”

“Dari sekian banyak, kenapa aku sih kak?” tanya Puci sembari mengucek matanya. Tanganku bergerak mengelus pucuk kepalanya. Puci mengeratkan pelukannya di lengan kiriku.

“Kamu tau alasan kenapa hujan selalu turun ke bumi?” Puci menggeleng pelan.

“Hujan selalu turun ke bumi tanpa sebuah alasan yang jelas, Puti. Hujan selalu memilih bumi diantara semua planet yang ada, tanpa sebuah alasan. Karena, hujan turun dengan tulus. Sepanjang apapun musim kemarau, ia tetap kembali dan memilih bumi sebagai tempatnya jatuh. Bumi tidak menolaknya, kan?”

Puci menggeleng. Aku tersenyum.

“Hujan itu aku, Pucchi. Dan, aku harap, kamu senantiasa menjadi bumi. Tempatku untuk kembali, tanpa alasan.” Jelasku. Pelukan Puci di lenganku semakin erat. Kurasakan lenganku mulai basah.

“Aku akan menjadi bumi, kak. Bumi tempat hujan kembali.” Puci berbisik sembari sesenggukan. Aku mencium pucuk kepalanya.

“Setelah ini, perjalanan kita masih panjang ya kak?” Tanyanya.

“Kamu siap?”

Pucchi mengangguk antusias. Aku tertawa kecil, lalu memeluknya erat.


Ya, perjalanan kita masih panjang, Puti Nadhira Azalia.

Mari kita mulai perjalanan kita.

Hal pertama yang harus kita lakukan :

Keluar dari bayangan masa lalu.










My only sunshine – season 1 – tamat..







 
Terakhir diubah:
Epilog



“Ini aku jarang ya pake mobil di Jakarta. Demi kamu nih.” Keluhku saat mobil yang aku dan Puci tumpangi mengarah ke bandara Soekarno-Hatta. Puci hanya tersenyum manja sembari mencolok-colok pipiku.

“Pacalku nda bole mala-mala~~”

Nadanya manja. Gmz aq tu.

Aku menghela nafas panjang. Setibanya di terminal kedatangan international, Puci langsung bergerak menuju gerombolan di pinggir lobby kedatangan. Aku duduk di area luar, karena tidak tahan panasnya.



“Perhatian. Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 879 dari Seoul, Korea Selatan, telah mendarat. Bagi para penjemput...”


Dari kejauhan terdengar pengumuman pesawat yang ditumpangi oleh teman lama Puci telah mendarat. Tadi pagi, Puci mendadak mengajakku menjemput teman lamanya dari Korea. Aku yang tidak tau apa-apa hanya iya-iya saja. Aku bahkan tidak bisa menebak siapa.

Selang 30 menit, Puci mencolek bahuku yang sedang asik bermain game.

“Kak, kenalin, ini temen aku.” Ucap Puci. Aku yang baru saja terbunuh di permainan, mendongakan kepalaku ke atas.

“Annyeonghaseyo, jeoneun momoibnida. Mannaseo bangabseub...”

Teman lama Puci yang berusaha berkenalan denganku tadi menghentikan kalimatnya. Aku kaget melihat gadis itu.

“Tam....”





“HIRAI MOMO?!”
9b9ce9c359163.jpg




-----
 
Hai, halo kak!

Ceritanya cukup sampai sini dulu ya kak :3
Ohiya, saya menulis apa yang saya senangi kak. jadi, mohon maaf kalo mungkin tidak satu selera dengan kakak-kakak semua~
Season 2 dipastikan tahun depan hehehe :3

terimakasih sudah setia menunggu update cerita saya selama ini ya kak~
mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan~
Tama dan Pucchi izin liburan sebentar~
see u soon~


best regards,
tatatama_a
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Ini kenapa banyak yang tiba-tiba tamat sih :kbocor:

Btw, kalo boleh nanya, ini judulnya kan 'My Only Sunshine', kok perumpamaan nya pake 'Hujan' dan 'Bumi'?

Alias

Selamat tamat, Tama (kok agak aneh ya, 'tamat, Tama' :pandaketawa: )
Dan ditunggu season 2 nya suhu :Peace::Peace::ampun::ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd