Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Bimabet
Waduh, Anin dan Pucchi...
Dua fantasi ane jadi satu cerita
Makasih atas updatenya, Suhu!
 
Wah, di luar forum ini emang ada di mana lagi hu? Ane baru tau ada di tempat lain

Legendary indeed
Masih di forum ini kak kalo judul cerita yang kakak quote, dicari aja hehehe :D

kirain ketemu lidya di f7 hahaha
waduh, Tama tidak se hits itu dimata teh Lids :(

Bagian ekse nya masih bisa di explore lagi lebih detail Dan mendalam
Siap kak, terimakasih masukannya :)

Sudah update kak, selamat membaca hehe :D
 
Tuh, kan pantesan Anin mau, anak horang kaya ternyata

Lah, kok bau bawang :pandaketawa:

Alias

Nice update suhu
 
Waduh ada pemeran baru ni, btw semoga mas tama ngak jadi seperti mas dimas atau mas yovie ya hhaa yang punya banyak pasangan....
 
Dok, rumah di Jalan Pajajaran cuma sedikit, gua kebayangnya cuma toko dan ruko, kalau mau yang agak masuk ke dalem gang tapi muat mobil, contohnya : jalan teluk buyung,
 
Waduh, Anin dan Pucchi...
Dua fantasi ane jadi satu cerita
Makasih atas updatenya, Suhu!
Wah, suatu kebenaran ya kak? Sama sama, ditunggu updatenya ya kak :)

Nais cerita.. Ditunggu lanjutannya ..


Wah, Nju udah nonggol aja
Ditunggu lanjutannya aja ya kak mweheheeh :p

Mantab ditunggu updatenya

Ntapsss suhu
Terimakasih sudah berkunjung kakak-kakak sekalian :)

Tuh, kan pantesan Anin mau, anak horang kaya ternyata

Lah, kok bau bawang :pandaketawa:

Alias

Nice update suhu
kan silent but deadly kak hehe :p
tiba-tiba terbesit nama puci di fikiran ini :v

Waduh ada pemeran baru ni, btw semoga mas tama ngak jadi seperti mas dimas atau mas yovie ya hhaa yang punya banyak pasangan....
Nggak kak, tama orang baik baik :(

wah bener kan tebakan ku ehehhe...
ah gre emang terbaik deh...

Mama kenapa kau jd cockblocker

Anakmu sedang menyiapkan cucu untukmu
kemudian mama menyahuti "Gak gue arepin, bangke" :(

Dok, rumah di Jalan Pajajaran cuma sedikit, gua kebayangnya cuma toko dan ruko, kalau mau yang agak masuk ke dalem gang tapi muat mobil, contohnya : jalan teluk buyung,
Yang kearah stasiun banyak kok kak, kalo pajajaran arah bandara sih iyaa hehehe
 
Nice update hu di tunggu kelanjutannya

Itu si puchi hubungan nya dengan tama apa ya
 
Numpang mangkal hu,
Banyak nih drama baru bermunculan, moga aja gk panen kentang
 
Paling gak kuat liat Anin!!! Khayalan gue udh jauh banget Ama dia.. Mangstap!! Semangat updatenya suhu
Wah terimakasih kak sudah berkunjung! :D

Tolong Pucchinya dikondisikan ya, hu...
Jangan dianggurin

Nice update hu di tunggu kelanjutannya

Itu si puchi hubungan nya dengan tama apa ya
Kita lihat dulu apa hubungan teh cap puci dengan kak tama ini hahahaha :D

Numpang mangkal hu,
Banyak nih drama baru bermunculan, moga aja gk panen kentang
Selamat datang kak, semoga ya kak hehehe :D
 
printf(“~~PART 5~~\n”);


“Halo, ma?” aku mengangkat telfon dari seseorang yang kontaknya aku simpan dengan nama “Mama” itu.

“Halo, Dhika?” mama menyauti disana. Dhika merupakan panggilan ‘kesayangan’ mama kepadaku.

“Iya, kenapa ma?” aku merubah posisiku menjadi duduk. Anin melingkarkan tangannya di perutku, dagunya ia taruh di pundak sebelah kananku.

“Kapan mau pulang?” selalu.

“Gatau.” Selalu juga.

“Ayo pulang, betah banget hidup sendiri.” Ucap Mama. Aku hanya menghela nafas, sementara Anin masih memelukku. Kulirik sebentar kearahnya.

Buset, telanjang aja bisa ketiduran ni anak.

“Iya ma. Nanti ya.” ucapku singkat. Terdengar mama menghela nafas diujung sana.

“Maafin lah papamu itu, sifatnya emang gitu.”

Aku diam. Begitu juga mama.

“Yaudah ya ma, dadahh.” Aku segera memutus sambungan telfon itu sepihak, lalu melempar gawaiku sembarang. Anin tertidur dengan tenang di pundakku, nafasnya teratur. Mungkin ia terlalu lelah setelah perjalanan kami kesini tadi. Aku baringkan ia di kasur, lalu menutupi badannya dengan selimut sehingga hanya nampak wajahnya yang lucu itu. Beberapa helai rambut jatuh di depan wajahnya. Aku bangkit lalu mengenakan celanaku kembali, dan berjalan menuju sebuah ruangan yang terletak di basement rumah ini.

Ruangan ini adalah sebuah garasi. Garasi yang selalu bersih, karena selalu dibersihkan. Kutekan saklar yang ada, dan semua lampu menyala. Terang. Aku merasa garasi ini mirip dengan ruangan di dalam sebuah kontainer dari film The Dark Knight. Di tengah-tengah garasi, ada 2 buah motor yang sudah lama tidak aku sentuh. Aku hanya mengingatkan penjaga untuk selalu memanaskannya, setidaknya 5 menit setiap hari, agar mesin dan kelsitrikannya tetap berfungsi dengan baik.

Sebuah Kawasaki Z900 Tahun 2017 berwarna dominan hijau dan Yamaha R6 Tahun 2016 dengan warna putih terlihat mengkilap tersorot lampu. Aku berjalan diantara kedua motor tersebut. Meskipun berbeda pabrikan dan kubikasi mesin, keduanya memiliki persamaan.

Sebuah polaroid berada di tengah-tengah speedometer kedua motor tersebut.

Latarnya adalah matahari terbenam pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi, lengkap dengan dua orang yang saling tersenyum dan saling merangkul.

Sang pria memegang puncak kepala sang wanita, seperti menganggap wanita tersebut lebih pendek darinya, dan sang wanita memeluk pria tersebut dari samping. Pria tersebut adalah aku.


Dan wanitanya,


Adalah Pucchi.


***


6 Bulan lalu...


“SUNSEETT!” Pucchi berteriak mengagetkanku yang sedang memotret seorang peselancar. Ia bergegas menarik tanganku.

“Sunset kak!” Pucchi menunjuk matahari terbenam, aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

“Ayo foto!” Ia menggoyang-goyangkan tanganku, seperti merengek. Aku hanya tertawa.

“Sana nge-gaya, Om fotoin.” Ayah Pucchi mengambil polaroid dari tas Pucchi, sementara aku hanya menurut saja. Kami lalu mengambil posisi. Pucchi mendadak memelukku dari samping, sementara aku reflek menaruh tangan kananku diatas kepalanya. Tangan kiriku membentuk angka 2.

“Satu... Dua...”



Jepret!


“Sekali lagi ya. Gausah ganti gaya biar cepet.” Ayah Pucchi memberi instruksi dan kami berdua mematuhinya.

“Satu... Dua...”



Jepret!


Kami langsung menghampiri beliau dan melihat hasilnya.

“Lucu banget kalian, jadi inget masa muda.” Beliau tersenyum melihat kami yang tersenyum memandang hasil jepretannya.

“Yaudah sana balik ke hotel, mama nungguin tuh huu.” Ucap Pucchi sambil menjulurkan lidahnya. Beliau hanya tertawa, lalu menyerahkan kamera tersebut kepada Pucchi.

“Kalian jangan malem-malem baliknya, airnya mulai pasang tuh.” Beliau berlalu meninggalkan kami. Kami hanya saling tertawa melihat tingkahnya. Kami berjalan menuju motorku yang aku parkirkan di depan sebuah warung, lalu memacu motorku kembali ke hotel yang posisinya cukup unik. Seperti berada diatas karang.

Ohiya, hampir lupa. Kemarin, Pucchi menelfonku, mengabariku bahwa ia sedang berada di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Mulanya, aku tidak ingin menyusulnya, karena aku sedang menata ulang rumahku di daerah Cianjur. Namun tiba-tiba, ayah Pucchi, yang juga merupakan teman dekat Papaku, memaksa. Ia bilang, Pucchi tidak ada teman bermain. Dengan segala daya upaya, akupun bergegas menuju tempat tersebut. Aku mengira bahwa aku harus kembali memesan kamar untukku. Namun, saat tiba, ayah Pucchi langsung mengatakan bahwa ia sudah memesankan kamar untukku. Sebuah kamar standart untuk 2 orang. Beliau berkata bahwa tidak ada bungalow yang tersisa, sehingga mereka mengatur 2 kamar untuk 4 orang. Dengan begitu, sudah jelas bahwa aku tidur bersama Pucchi.


Otak mesumku mulai bergerilya mendengar ucapan beliau. Dia langsung mengantarku membayangkan tubuh telanjang Pucchi. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan nya.


Baiklah, kembali ke hari ini.


Kami tiba di kamar kami. Pucchi lansung menuju kamar mandi untuk mandi, sementara aku menyalakan water heater untuk membuat kopi. Setelah menyeduh kopi bungkusan tersebut, aku berjalan menuju meja rias yang aku ubah menjadi tempatku menaruh laptopku. Aku memeriksa surel yang masuk dan sedikit mencari referensi untuk tugas kuliahku. Sedang asik-asiknya membaca, tiba-tiba sepasang tangan memelukku dari belakang. Ketika aku menoleh, Pucchi langsung melumat bibirku. Aku yang kaget berusaha mengatur debar jantungku lalu membalas ciumannya. Tidak nyaman, aku mendorong Pucchi keatas kasur, lalu menindih badannya yang masih telanjang itu. Tangan Pucchi mengangkat kaosku, sementara tanganku mulai menjamah dua buah dadanya yang pas di genggam tersebut.

“Aahhh... Kak Tam....” desah Pucchi lembut saat tanganku meremas kedua buah dadanya dengan lembut. Putingnya sedikit aku plintir.

“Emmhh... Enak kak...” Pucchi kembali mendesah manja. Matanya sayu. Indah.

Tangan Pucchi bergerak menuju celanaku, lalu berusaha melepaskannya. Aku membantunya dengan sedikit mengangkat pinggangku, sementara bibir kami masih saling beradu dengan mesranya. Setelah kami berdua sama-sama telanjang, ciumanku turun ke lehernya.

“Ahh... Kak Tam... Gelii... ENgghh..” Pucchi kembali mendesah saat aku menciumi lehernya yang putih itu. Wangi lemon dari sabunnya masih tercium di hidungku. Tangan kiriku bergerak kebawah menuju vaginanya. Vaginanya bersih dari bulu, mungkin Pucchi baru mencukurnya. Aku gerakkan jariku memasuki liang vaginanya.

“AAHHHH.....” Pucchi sedikit berteriak saat jariku berhasil menelusup masuk kedalam vaginanya. Aku menggerakan jariku di vaginanya maju-mundur, mengocoknya dengan perlahan namun pasti. Tangan Pucchi tidak tinggal diam, tangan kananya berusaha menggapai penisku yang sudah tegang maksimal.

“Errhh... Enaakk... Aaahhh.. Kakk.....” racau Pucchi saat kocokan jariku di vaginanya makin cepat. Tangan Pucchi mulai mengocok penisku dengan sedikit kasar. Enak sekali rasanya.

“Aaahhh... Kakk.. Puput mau..... aaAARRHHHHhh..” Pucchi menggapai orgasmenya yang pertama. Jari telunjukku terasa hangat oleh cairan cintanya. Badannya sedikit menegang tetapi langsung melemas kembali.

“hah... enak... kak..” nafas Pucchi tersenggal. Aku hanya tersenyum, lalu mengarahkan telunjukku tadi kearah mulutnya. Pucchi menjilatinya dengan ekspresi sensualnya. Tangannya berhenti mengocok penisku.

“Masukin kak... Puput udah gatel bangett...” ia melumuri bibir vaginanya dengan liurnya, lalu dengan segera mengarahkan penisku menuju vaginanya.


Slep..


Penisku berhasil masuk seluruhnya. Pucchi hanya menggigit bibir bawahnya sembari memejamkan matanya. Aku mulai memaju-mundurkan pinggulku.

“Emmhh... iya kakk.... aahh... gituuu....” racau Pucchi tak karuan. Aku yang semakin bernafsu mulai mempercepat tempo genjotanku.

Plokk...

Plokk....

Plokk...



Suara benturan selangkangan kami terdengar.

“Emmhh.. Aaahhh.. Aku.... Ahhhh... sayangg kakak..... erghhh....”

“Aku.. juga... eergghh... sayang Puput.... egghh...”


Plok..

Plok....

Plokk...



“aahh.. kaakk... taamm.. AAhHHHHHhhhh..” Pucchi kembali mendapat orgasmenya yang kedua. Aku yang juga sudah meraskan spermaku berada di ujung semakin mempercepat genjotanku, lalu mencabut penisku sebelum semuanya terlambat.


Crot

Crot

Crot

Crot

Crot



5 semburan spermaku mengenai perut dan toketnya. Pucchi mencolek sedikit sperma tersebut, lalu menjilati jarinya sendiri. Sungguh pemandangan sensual sekali.

“Jadinya Puput harus mandi lagi kan.” Ia bangkit lalu mengelap sperma di badannya dengan baju kotornya.

“Gapapa, biar bersih kan?” aku berdiri lalu menyeruput kopi yang tadi sudah aku buat.

“Dasar wuuu” ia melempar kaos yang ia gunakan untuk mengelap sperma tadi kearahku, dan berhasil aku hindari. Kami berdua tertawa. Aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Namun, sebelum aku meraih gagang pintu kamar mandi tersebut, Pucchi loncat memeluk punggungku. Aku yang sedikit reflek, langsung menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

“Sekali lagi ya?” bisiknya lembut, lalu mengecup pipiku.

“Yakin cuman sekali?” balasku sembari menengok kearahnya. Ia hanya tersenyum kearahku, lalu aku masuk kedalam kamar mandi.


***

Aku menggelengkan kepala. Ingatan itu kembali muncul di benakku. Aku hanya tersenyum memandangi polaroid itu, lalu mengambil kunci R6 dan membuka tangkinya.

“Masih ada nih, cukup lah.” Gumamku, lalu berjalan keatas menuju kamar. Kulihat Anin masih tidur pulas, bahkan kini ia memeluk guling yang ada. Terdengar sedikit dengkuran dari sana. Karena tidak tega membangunkannya, aku berjalan menuju dapur untuk membuat makan malam. Rencana kami adalah tiba di Bandung sekitar pukul 3 sore, karena jarak Jakarta-Bandung via Cipularang sejatinya hanya beberapa jam. Namun, macet parah di Gerbang Tol Pasteur yang tidak dapat kuhindari membuat kami tiba sekitar pukul 7 malam.

Tidak banyak bahan yang bisa aku masak. Hanya ada telur dan beberapa potong sosis yang sepertinya baru dibuka.


Pasti dia kemarin-kemarin kesini.


Aku berjalan keluar rumah menuju warung nasi di dekat sini, dan membeli 4 porsi nasi putih. Kenapa 4 porsi? Aku lihat Anin sangat tanggap dalam hal makan. Sehingga, mungkin lebih baik jika aku lebihkan sedikit. Aku kembali ke rumah, lalu menggoreng telur dan sosis yang ada. Setelah matang, aku duduk dan menikmati hasil racikanku tadi, sembari berusaha menghubungi seseorang.

“Halo, Kang.” Ucap seseorang disana.

“Halo, kang Abi.” Balasku sembari mengunyah.

“Walah, juragan muda. Kemana wae atuh kang?”

“Ah, ada kang. Biasa, sibuk kuliah hahaha.”

Ya, penjaga rumahku ini bernama kang Abi. Dulunya, ia seorang supir keluarga. Namun, imbas dari ‘perpecahan’ yang terjadi, ia tidak lagi menjadi supir. Tetapi ia bersedia untuk mengurus rumah ini, sehingga meski tidak ditempati, rumah ini selalu terawat. Sedikit basa-basi, kang Abi tiba-tiba memberitahu sesuatu.

“Oh, iya kang, seminggu yang lalu teh ada anak temennya bapa tea kang kesini, sempet nginep juga kang. Bilangnya sih kangen akang, cuman saya bilang weh akangnya lagi di Jakarta sekarang. Namanya teh... neng Putri gitu kang, eh, Puti kang, neng Puput tea.” Ujarnya. Aku menghentikan makanku, lalu tersenyum.


Tuhkan.


**


“Ahh... Kaakkk...” Anin mendesah tak karuan. Tempo genjotanku aku percepat.

Plok...

Plokk..

Plokk..

Suara pahaku dan pantat Anin yang saling bertabrakan terdengar. Punggungnya mengkilat karena keringat. Tanganku menggapai toketnya yang bergoyang-goyang seiring genjotanku.

“aaAAHHHHhhh.. kaakk... Tammmaaa... Teruss.... hosh... enaakk...” Anin makin tak karuan saat genjotanku semakin cepat. Kurasakan spermaku mulai bergerak ke ujung penisku. Tiba-tiba badan Anin menegang.

Serr...

Serrr...

Serr..



Penisku terasa hangat oleh cairan cintanya, namun tidak mengendurkan genjotanku. Sesaat setelah spermaku berada di ujung, aku segera mencabutnya.


Crot

Crot

Crot

Crot


Spermaku membasahi punggunya, beberapa tetes sampai di rambutnya. Nafas kami berdua tersenggal. Anin ambruk ke kasur sementara aku ambruk diatasnya. Setelah nafas kami teratur, Anin menatapku.

“Jangan tinggalin Anin ya kak..” ujarnya lalu membuang tatapannya dari mataku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman, lalu mengecup jidatnya.

“Yuk mandi. Kamu belum pernah ke Lembang malem-malem pake motor kan?”

“Belum kak. Yuk mandi!” ia menyeretku kedalam kamar mandi. Selama proses mandi ini, kami benar-benar mandi tanpa ada hal-hal aneh didalamnya. Selesai mandi, aku bergegas menuju garasi, lalu mengambil kunci R6 ku. Sesaat, sebelum aku arahkan motor ini keluar, aku kembali tersenyum melihat polaroid di tengah-tengah speedometerku ini, dan mencabutnya secara perlahan, lalu menaruhnya diatas Z900 ku. Motorku arahkan keluar dan kami berdua melaju menuju tempat sakral bagi para Sunmori Warrior di Bandung. Lembang.

break;
 
writer note :

Hai Halo Kak!
Melihat beberapa suhu update, kok saya jadi pingin ikutan update ya hehehe~

Sudah mulai terasa hubungan pucchi dengan tama sebenernya apa nih...
Terus, gimana dong kalo Anin nyatanya sayang ke Tama?
Hm....

By the way,
sehubungan dengan beberapa paper yang sudah meronta untuk di kerjakan di minggu-minggu ini, mungkin update selanjutnya sedikit tersendat kak :(

Selamat membaca dan menunggu update ya kak~


tatatama_a
 
Wih, ada lagi yang update. Bahagia hati ini :panlok4:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd