Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Wahhh gadis berperawakan tinggi dengan tahi lalat di dekat dagu, Shania kah hhee.... nice gan buat ceritanya alurnya juga oke, semoga next update ceritanya lebih seru ya.
 
Wah udah update aja ni cerita
Inilah contoh suhu yang rajin update gak kayak yang di sebelah lama updatenya di tunggu kelanjutannya hu

Itu di wattpad judul cerita/username nya apa hu kalau boleh tau soalnya pengen baca karya suhu di wattpad
Akun wattpad saya kebetulan lagi di private dulu suhu, berhubung satu dan banyak hal hehe :D

Wah ini, suhu idaman update nya rajin.
Cuman kebetulan bisa update aja om :(

Mantap suhu :adek::pantat:

Terimakasih kak :)

Bahaha wc lt 7 lagi

Hari minggu banyak yg update...

Hohoho F7 kembali beraksi

Waduh... toilet F7 kembali menjadi saksi bisu
Iya nih, kira kira bakal ada cerita apalagi di Toilet F7 yaa hmm...

Wahhh gadis berperawakan tinggi dengan tahi lalat di dekat dagu, Shania kah hhee.... nice gan buat ceritanya alurnya juga oke, semoga next update ceritanya lebih seru ya.

Wah Nju >_<

Ditunggu update suhu, jgn lama-lama ya
Semoga updatenya lancar ya kakak-kakak sekalian :D

Anenendhita
Terimakasih Ya Anin, Hehe.
 
Nambahin
*uhuk* Nikmatnya Liburan
*uhuk* As Elegant As Aurora
*uhuk* Nuenberg - Dua Kosong Satu Tujuh
*uhuk* juga cerita-cerita lainnya di luar forum ini *uhuk*

Wah, di luar forum ini emang ada di mana lagi hu? Ane baru tau ada di tempat lain
 
“Tam, smoke detector di toilet F7 katanya sempet error tadi pagi, gaada yang bisa ngerjain, coba lihat deh.” Bosku langsung memberi perintah setelah aku selesai ‘berkenalan.’ Aku mengangguk mengiyakan, lalu segera menuju F7.

Legendary indeed
 
Bagian ekse nya masih bisa di explore lagi lebih detail Dan mendalam
 
Bagian ekse nya masih bisa di explore lagi lebih detail Dan mendalam
 
printf(“~~PART4~~\n”);


Jam tanganku sudah menunjukan tepat tengah malam, namun aku masih berada disini bersama bosku. Kami berdua sedang menunggu seseorang yang berjanji untuk menemui kami hari ini. Sementara bosku menghisap rokoknya, aku masih memikirkan siapa gadis yang terang-terangan kabur dari toilet laki-laki tadi.


Krieett


Pintu ruangan terbuka, dua orang bodyguard dan satu orang berperawakan tinggi namun cenderung kurus datang. Bosku berdiri, sedikit membungkuk lalu berjalan keluar, sementara aku masih duduk diam. Orang tersebut duduk berhadapan denganku. Aku mendongak sedikit.

“Kenapa lagi?” tanyaku dengan ketus. Dia hanya tersenyum.
“Tama Arnes Andhika..” pria tersebut menyebut namaku dengan lengkap. Aku mulai risih.
“Masih betah jadi teknisi disini?”
“Tentu. Kenapa enggak?” jawabku sedikit ketus. Pria itu tertawa.
“Gimana kabarmu? Lama sekali aku tidak melihatmu.”
“Begini saja. Masih kerja. Masih kuliah.” Aku mulai kesal dengan orang ini.
“Baguslah.” Ia berdiri, mengambil topinya.

“Aku kira kau sudah keluar.” Tambahnya. Ia berjalan keluar diikuti bodyguardnya. Terlihat sebuah Rolls-Royce Wraith sudah menunggu diluar. Salah satu bodyguradnya membukakan pintu, dan orang tersebut masuk. Pintu ditutup, namun kacanya perlahan turun.

“Pulanglah. Orang-orang dirumah sudah rindu padamu sejak 4 Tahun lalu.” Ucap orang itu, diiringi dengan melajunya mobil tersebut keluar basement. Aku yang kesal segera menendang sebuah kaleng yang tergeletak dibawah kearah mobil tersebut sembari mendengus. Bosku hanya tertunduk diluar.

“Udah bos, tenang aja.” Ucapku sembari menepuk pundaknya. Ia hanya menghela nafas.

“Jujur ya, Tam. Gue juga bingung. Maksudnya, lu kan udah punya keluarga yang sebegitu kayanya, kok masih aja mau kerja capek-capek sambil kuliah di swasta.” Kata bosku sembari mengambil sebatang rokok dari sakunya. Aku terkekeh.

“Bos, kan yang punya duit dan semuanya itu keluarga saya, bukan saya. Ya saya masih harus tetep kerja untuk menghidupi saya sendiri dong bos.” Aku berjalan memasuki loker lagi, diiringi bosku.

“Ya, tapi gimana ya, Tam. Aneh aja gue liat anak bos gue sendiri kerja buat gue gitu.” Ia menggaruk kepalanya. Aku tertawa seraya mengganti seragamku dengan kaos.

“Bos, mau gimanapun, saya itu anak buah bos. Saya punya jobdesc yang tanggung jawabnya ke bos. Bos yang gaji saya. Saya masuk sini pun daftar biasa kan? Emang saya pernah pake nama keluarga saya di name tag?” aku menunjukan id card ku ke bosku. Disitu hanya tertulis “Tama Andhika” tanpa embel-embel nama keluarga.

“Kan dari awal juga bos udah tau saya anaknya Pa Arnes, kenapa masih gini aja? Ahahahaa.” Aku tertawa sembari mengambil helmku.

“Saya pulang duluan ya bos. Hati-hati dijalan.” Aku berlalu keluar menuju motorku. Seperti biasa, setelah berbincang sebentar dengan bang Afry, aku langsung pulang. Sesampainya di apart, aku langsung tidur karena cukup lelah.

**


Kiss and make, kiss kiss and make up~

Kiss and make, kiss kiss and make up~

Gawai yang aku letakkan di meja kerjaku berbunyi, namun deringnya seingatku bukanlah pertanda alarm. Ada telfon masuk. Aku berjalan semampuku menuju meja kerjaku.

“Kak Tamaaaa!!” suara penelfon diujung sana mengagetkanku. Aku menjauhkan gawaiku sedikit dari telinga, lalu mendekatkannya kembali.
“Berisik!” teriakku sedikit dengan suara tercekat. Sang penelfon hanya tertawa.
“Sombong ih gak nelfon-nelfon dari kemarin! Kemana ajaaa?!” penelfon itu kembali berbicara dengan nada sedikit berteriak.
“Aku sibuk kerja, sibuk kuliah juga. Di kampus aja kita masih sering ketemu juga ck. Kamu kayak gaada waktu lain buat nelfon aja ih!” ucapku sembari mengucek mataku, lalu menaruh gawaiku dan menghubungkannya dengan pengeras suara nirkabel yang ada. Gawaiku menyala, menampilkan identitas penelfon.

PUCCHI PAKE CAPSLOCK

“Di fx gapernah ketemu juga hu!” terdengar ia sedikit kesal diujung sana.
“Ya shiftku gak bareng sama jadwal kamu, kali.” Aku menjawab sembari berjalan mengambil sekaleng beer dengan perisa jeruk. Mataku melirik sebentar kearah luar.

Anjir masih gelap.

“Ada apa kamu bangunin aku jam segini?” tanyaku sembari meneguk beer tersebut.
“Ciee, diam-diam sama Anin nih cieee.” Nada mengejeknya terdengar. Aku kaget.
“Buset, tiba-tiba Anin dibawa-bawa.”
“Kemarin aku lihat tau di p1, aku pikir orang macam apa yang parkir moge di p1 kan, eh ternyata kakak. Tadinya mau aku isengin, eh bawa cewek. Eh ternyata Anin! HAHAHAHAH.” Ia tertawa. Menyebalkan tawanya.

Aku sibuk menegak beer, dan Pucchi hanya diam disana. Hening.

“Udah? Bilang itu doang?” tanyaku memecah keheningan antara kami.
“Nyanyi kak, puput gabisa tidur.” Suaranya melemah, tidak se antusias sebelumnya. Kulirik jam dinding yang tergantung, rupanya masih menunjukan pukul 3 pagi.
“Tolong ya dek Puput, itu gitar yang ada dikamar kamu itu gitar siapa.”
“Tolong dilihat juga ya kak Tam, itu gitar dibawah meja makan warna item yang ada tanda tangan spidol silvernya punya siapa.” Puci membalas.

Masih inget aja.

Aku menghela nafas, lalu mengambil gitar itu, menyetelnya sebentar.

“Puput masih bangun kan?” aku memastikan sebelum menghamburkan energi.
“Masihh~”
“Yaudah nih nyanyi.”

Aku menyanyikan sebuah lagu dari Raisa yang berjudul Kali Kedua. Selesai bernyanyi, tidak terdengar sahutan dari Puci.

“Puput.” Aku memanggilnya. Tidak ada jawaban, hanya ada dengkuran halus yang terdengar.
“Dasar. Selamat tidur~” ucapku menutup telfon lalu melangkah kembali ke kasur dan melanjutkan mimpi.

**

Mataku masih berat, namun alarmku sudah menyala. Komputerku yang tadinya hanya menampakan bayangan di monitornya, kini menyala, menampilkan apa yang harus aku kerjakan hari ini. Suara mesin cappucino di dapur juga terdengar. Dengan berat hati aku melangkah menuju kamar mandi. Selesai mencuci muka dan sikat gigi seadanya, aku mengambil gelas cappucino yang sudah terisi itu dan mengambil handphoneku. Terlihat sebuah notifikasi line muncul. Setelah kulihat ternyata sebuah pesan suara.

Playing voice message.

06.33

Selamat pagi, kak Tam! Pasti masih tidur nih, aku yakin. Rise and shine ya kak! Jangan lupa sarapan! Aku hari ini gak kemana-mana, yaa ngasih tau aja sih takutnya kak Tam nyariin. Hehehe. Hari ini harusnya ada kuliah ya kak? Hmm, semangat kuliahnya ya kak! Puput mau lari dulu, udah ditungguin temen Puput. Babay kak~


Ya, pesan itu dikirim oleh Puci. Aku hanya tersenyum mendengar pesan suara tersebut, lalu membalasnya.


09.49

Hai pagi put, iya baru bangun nih. Hehehe. Kamu juga ya, oke aku semangat soalnya cuman satu hahaha.

Setelah membalas, aku duduk di meja kerjaku, memandang semua pekerjaan yang harus aku kerjakan hari ini. Karena bosan, aku memutar sebuah lagu dari Armin van Buuren dan Trevor Guthrie yang berjudul This Is What it Feels Like. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi tentunya. Selesai mandi dan berganti pakaian seadanya, aku berangkat menuju kampus.


**


“Tam, gimana tugas lu?” seorang temanku mencolek bahuku yang tengah asik membaca novel. Aku menoleh.
“Udah kok, tinggal dikumpulin aja. Kenapa?”
“Dikumpulin aja, Bu Vio gak masuk, ada tugas pengganti aja buat minggu depan.” Temanku barusan, ketua kelasku, menagih tugas untuk mata kuliah Sistem Basis Data. Aku mengambil tugasku lalu menyerahkannya. Ketua kelas itu mengucapkan terimakasih, lalu berlalu. Karena hari ini hanya ada satu mata kuliah, ditambah hari ini hari Sabtu, aku memutuskan untuk pulang.

Belum sempat aku melangkah menjauh dari kelas, aku melihat seseorang tengah sibuk dengan gawainya, sepertinya menonton drama korea. Aku mendekatinya dan duduk disebelahnya. Ia masih tidak sadar saking seriusnya menonton. Aku sentil jidatnya.

“ISH! Nyebelin seperti biasa emang!” ucap gadis itu, lalu melepas penyuara telinga yang terpasang, lalu mencubit pipiku dengan gemas. Aku hanya tertawa.
“Ngapain disini?” tanyaku.
“Yee, kakak gatau ya kalo aku kuliah disini juga?” suaranya mengejek.
“Ya gatau, kamu gapernah cerita dan aku juga gapernah nanya kan.” Aku kembali tertawa. Gadis itu berdiri lalu menarik tanganku.
“Eh, tar dulu, mau kemana kita?”
“Anin pingin kemana gitu, keluar kota kek kemana kek.” Anin menggandeng tanganku hingga parkiran. Aku bingung.

“Bandung?” tanyaku setibanya kami di parkir motor. Anin menunjukan wajah sumringahnya.

“Yuk!” dia kegirangan. Senyuman terukir diwajahnya yang lucu. Aku menghela nafas sebentar, lalu menelfon bosku untuk izin dua hari ini.

***

Mobil yang kami kendarai berhenti di salah satu rumah di daerah Jl. Pajajaran. Setelah memarkirkan mobil, aku mengajak Anin keluar.

“Gak di hotel aja kak? Villa gini kan mahal banget.” Dia berbicara dengan nada yang kesannya menunjukan rasa tidak enak. Aku tersenyum, lalu mengambil kunci di atas KWh meter. Pintu rumah terbuka, dan Anin terbelalak melihatnya. Rumah kecil dengan sebuah garasi dan kolam renang dibagian belakangnya. Tidak banyak isi dari rumah ini, hanya 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, sebuah dapur dan meja makan, ruang keluarga, serta satu gudang.

“Ini rumah kakak?!” Anin masih tidak percaya. Lagi-lagi aku tersenyum. Hunian yang terletak di dekat pintu masuk utama kota Bandung ini dulunya adalah rumahku sebelum aku memutuskan hengkang, dan rumah ini tidak ditempati lagi. Hanya ada seorang penjaga yang setia membersihkan rumah ini. Kami berdua berjalan menuju kamar utama, alias kamarku dulu. Masih ada sebuah meja belajar lengkap dengan koleksi action figure Tinkerbell favoritku sejak SMP. Anin mengikutiku lalu menaruh tasnya diatas kasur.

“Kemana kita di Bandung ini?” tanyaku seraya menyalakan lampu kamar. Ia hanya tersenyum, lalu menarik tanganku hingga badanku menindih badannya.

“Kita disini dulu ya?” Anin tersenyum manis, dan kurasakan nafasnya mulai berat. Wajah kami perlahan mendekat. Nafasnya bisa aku rasakan di pipiku. Bibirnya menabrak bibirku, melahapnya dengan rakus. Lidahnya berusaha memasuki rongga bibirku yang sedikit lebih besar dari bibirnya.

Aku yang tidak mau kalah, ikut mencari lidahnya, hingga lidah kami saling bermain didalam mulut kami. Tangan kananku meraba toket kanannya, sementara tangan kiriku bergerak meraba pahanya yang masih terbungkus celana jeans.

“Emmhhh....” desah Anin perlahan. Ia melepaskan ciuman kami.

“I love you, kak.” Ucapnya dengan mata yang sayu dan suara yang sensual. Aku hanya membalas dengan senyuman lalu kembali menciumnya dengan ganas. Tanganku mulai menelusup masuk kedalam kaosnya.

“Errgghh, Kaaakk.....” desah Anin saat aku berhasil mencapai gumpalan daging itu lalu meremasnya dengan pelan. Anin dengan segera melepas sabukku dan menariknya dengan cepat. Mungkin nafsunya sudah berada di ujung. Aku menyentil hidungnya.

“Gak sabaran banget sih.”

“Biarin, pokoknya kakak buat aku aja!” jawabnya sembari melepas celana jeansku dengan terburu-buru. Tanganku mengangkat kaos yang ia kenakan. Anin membantuku dengan mengangkat sedikit badannya agar aku bisa melepasnya dengan mudah. Terlihatlah kulitnya yang putih mulus serta dua buah dadanya yang masih terbungkus bh berwarna kuning. Anin tesenyum sendu.

“You are mine.” Bisiknya, lalu melepas celana jeansku.


Kiss and make, kiss kiss and make up~

Kiss and make, kiss kiss and make up~



Sedang asik-asiknya, nada dering terdengar dari handphone yang aku letakkan di bawah kasur. Kami menghentikan permainan kami, lalu melihat nama penelfonnya.


Mama.




break;
 
Bimabet
writers note :

Terimakasih yang masih mau baca cerita saya, semoga terhibur dengan updatenya. Hmm, mendadak nama baru muncul nih, kira kira apa hubungannya ya dengan Tama?

By the way, sesuai yang saya bilang sebelumnya, berhubung saya sedang hectic-hecticnya di RL, mungkin akan tersendat sedikit kedepannya. Harap maklum ya suhu semua, karena saya cuman mahasiswa biasa:(


Terimakasih, selamat menunggu update selanjutnya~


tatatama_a
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd