Kumohon
Maafkanlah cinta kita ini
Yang tak terkabul
Sembunyikan dalam hati
Kumohon
Kepada takdir yang kejam ini
Berserah diri
Kita berdua yang terlarang
“Halo Beb, lagi dirumah? Aku udah sampai didepan rumah lo ini”
Begitu tau dia sudah sampai didepan rumah, aku langsung membukakan pintunya.
“Maaf banget ya minta cepet-cepet dateng kesini, hehe”
“Ada apa sih Beb? Kok tumben banget? Masalah sama si Ivan?”
“Iya” kataku dengan lesu
“Memang ada apa sih? Sampai Beby yang biasa terlihat tegar bisa lesu dan nangis seperti ini?” pandangnya dengan menekuk lehernya dan ekspresi seperti orang bingung
“Ya begitu lah, duduk dulu, mau minum apa?”
“Biasa, sirup merah aja, aku butuh yang manis-manis Beb biar manisku tetap terjaga” jawabnya dengan tawa khasnya
“Sumpah ya, ini sirup langsung melayang ke mukamu ntar” kataku dengan sedikit kesal
Dia adalah Gabriela Margareth Warouw yang merupakan sahabat dekatku sejak pertama aku masuk di JKT48. Bisa dibilang kami dekat sejak pendaftaran karena nomor urut pendaftaran kami tidak begitu jauh.
“Gimana, udah mau cerita?” katanya
“Yaudah aku mulai ya, jadi gini entah kenapa Ivan sekarang mulai berubah Gab. Kelakuannya sedikit berbeda dengan yang dulu. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan ke aku, pernah aku tanya, tapi dia jawabnya gak ada yang disembunyikan, aku malah curiga Gab” kataku dengan sedikit isak tangis
“Udah gak usah nangis, menurutmu berubah seperti apa? Apa dia mulai jarang menghubungimu? Apa dia mulai jarang ajak kamu jalan? Ato dia mulai menjauh?”
“Dia masih menghubungiku kok Gab, masih ajak aku jalan juga kalau aku senggang, kalau
menjauh gak kok, masih seperti biasa”
“Lalu? Apa hal yang mengganggumu?”
“Ya dia terasa beda aja, dari caranya berbicara sedikit berubah, tidak santai seperti biasanya, seperti menyembunyikan sesuatu dariku”
“Hhhmmmm… Aku masih belum dapat menyimpulkan, dia berubah sejak kapan?”
“Menurutku dia berubah sejak …..” aku tidak mau menyelesaikan kata-kataku.
“Sejak kapan?”
“Apa aku ini kurang menarik sih Gab? Apa aku ini masih kurang menurutnya? Aku sudah sering menurutinya, aku sudah sering “bermain” dengannya” kataku dengan gerakan 2 jari menekuk seperti tanda petik.
“Sepertinya aku mulai mengerti. Kamu takut dia punya cewek lain yang lebih menarik dan mau diajak sex dari pada kamu Beb?”
Aku hanya mengangguk pelan.
“Gini ya,
relationship goal itu gak bisa diukur dengan kegiatan sex yang sering kalian lakukan, itu udah bukan cinta lagi namanya Beb, itu nafsu, sepertinya kamu sedikit salah mengerti”
Aku hanya terdiam dan menunduk.
“Yang lebih sering mengajak siapa? Kamu atau dia?”
“Dia” jawabku singkat
“Begitu rupanya. Jadi begini Beb, aku takutnya dia cuma memiliki nafsu, bukan cinta kepadamu”
“Jadi awalnya gini sih Gab”
Aku bercerita saat pertama kali aku menyerahkan keperawananku kepada Ivan. Aku menceritakan semuanya kepada Gaby hubunganku dengan Ivan hingga sekarang.
“Jadi begitu, kalau menurutku sih seperti itu Beb, aku takutnya dia cuma nafsu kepadamu. Mungkin memang dia awal-awal merasakan cinta, mungkin cinta itu lebih berubah menjadi nafsu saja, bukan cinta sejati yang dirasakannya”
“Jadi kalau menurutmu?”
“Lebih baik putus saja Beb, daripada kamu sendiri tersiksa seperti ini, punya perasaan yang bertepuk sebelah tangan”
“Mungkin aku belum siap apabila putus sekarang Gab, atau kamu mungkin mau membantuku dengan mencari informasi ke Ivan”
“Caranya?” katanya dengan ekspresi bingung
“Coba kamu dekatin dia, apakah dia akan memperlakukan yang sama dengan diriku atau beda lagi”
“Bagaimana ya, aku baru saja putus dengan pacarku seminggu yang lalu, dan seperti sudah memiliki pacar lagi, tapi demi sahabatku aku mau deh membantu”
“Beneran? Makasih lho Gab. Kamu memang sahabat terbaikku.”
POV Gaby
“Van hari ini aku disuruh Beby balik bareng lo, gimana? Mau kan mau?”
“Emang dia kemana?” tanyanya singkat
“Dia mau nginep dirumah kak Kinal sama yang lainnya, ngeliat gue yang susah balik dan ada lo disini dia bilangnya suruh dianterin lo aja”
“Gimana ya, tapi kalo emang lo jujur sih gak masalah”
“Ayo lah ayo, keburu malem soalnya”
“Yaudah lah ayo”
Hari ini aku mencoba membantu sahabatku. Aku mencoba mencari kebenaran mengenai hubungannya dengan Beby. Entah kenapa langit begitu mendung sepertinya akan hujan. Sepertinya aku bisa mengintrogasinya dirumahku apabila hujan.
Saat aku diboncengnya, aku mencoba memeluknya sedikit sambil menempelkan dadaku dipunggungnya. Bagaimana reaksinya ya? Ahaha, teringat mantanku yang pertama kali ku goda dengan cara yang sama.
Singkatnya aku sudah sampai dirumah. Ternyata benar, hujan deras mengguyur.
“Van masuk dulu aja, daripada kehujanan kan? Ntar lo sakit kagak bisa anter Beby lagi”
“Yaudah gue masuk ya, sorry kalo ntar ngerepotin”
Dia mau masuk kerumah, sepertinya jebakanku berhasil.
“Mau minum apa? Teh anget mungkin? Atau lo mau ngopi?”
“Teh aja deh Gab, hujan-hujan gini enak kalo cari yang anget-anget”
“Oke, bentar ya”
Aku membuatkannya teh hangat dan menyediakan sedikit cemilan yang bisa menemani teh yang disajikan.
“Ini ya, gue taruh meja sini aja”
Aku menaruhnya di meja dekat sofa depan tv. Sebenarnya tidak jauh dari ruang tamu sih, sengaja agar dia bisa masuk ke jebakanku. Dia berjalan menuju sofa dan duduk disebelahku.
“Van, sebenernya lo ama Beby lagi ada masalah apa? Dia cerita dikit”
“Gue gak lagi ada masalah sama Beby kok Gab, dia cerita apaan emang?”
“Rahasia lah, apa lo selingkuh dari Beby?”
“Gak mungkin lah, di hati gue cuma ada Beby seorang”
“Jiah gombal, gombalan lo kagak laku buat gue”
“Eh gue bilangnya Beby ya bukan Gaby, tolong telinga dikondisikan”
“Atau jangan-jangan lo ada sesuatu yang dipendam? Sesuatu yang harus dikeluarkan mungkin? Seperti uneg-uneg?”
“Tunggu, kalimatmu sedikit ambigu ini, gue takut ada apa-apa”
“Kalau memang ada yang mau dikeluarin gue gak masalah kok Van”
Aku sedikit mengelus pahanya.
“Bentar Gab, gue takut lo ada apa-apa ke gue”
“Gue bukan ada apa-apa ke lo, gue pengen apa-apa ke lo”
“Gab, jangan mancing gue Gab, pliss”
“Kalaupun kepancing gak masalah kok”
Aku mendekatkan wajahku ke depannya. Aku mencium bibirnya. Dia tidak membalas.
“Van, lo termasuk orang yang nafsuan gak sih?” aku melepaskan ciumanku dan mulai bertanya padanya.
“Ya kalau ada umpan yang enak kenapa tidak ku ambil? Logikanya seperti itu saja sih” katanya datar
“Berarti kalo gue ngasih umpan lo mau ambil?”
“Selama tidak merugikan ya gue ambil” katanya sambil memajukan wajahnya.
“Tunggu Van, apakah lo pacaran sama Beby cuma karna nafsu doang?”
“Gue emang cinta ke Beby Gab, cuma cinta itu lebih banyak nafsu akhir-akhir ini”
Tiba-tiba dari arah belakang ada tangan yang mendaratkan di pipi Ivan
“Jadi bener ya Van, lo cuma manfaatin tubuh gue? Lo cuma sebatas nafsu ke gue?”
“Bukan gitu Beb maksudnya, bukan, aku bisa jelasin Beb”
Aku sedikit menyingkir dari perdebatan mereka.
“Jelasin apa? Semua yang lo ceritain udah cukup Van, cukup. Gue udah gak kuat lagi”
“Tunggu Beb, bukan gitu, aku bisa jelasin semuanya”
“Jelasin apa? Lo udah sama Anin juga, kenapa sih masih sama gue” Beby mulai menangis
“Rahma kan udah pernah aku jelasin Beb, itu semua hanya karna kontrak, gak lebih” sebentar, Anin? Ada apa dengan Anin?
“Alah paling ujung-ujungnya kamu bakal jadian sama Anin, klasik Van klasik”
“Gak akan Beb, aku tetep masih sayang sama kamu”
“Gak mungkin, gue udah gak mau lagi ada hubungan ama lo, kita PUTUS, pulang sana, gue gak mau ngeliat muka lo hari ini” kata Beby sedikit teriak. Dia berlari menuju kearahku sambil menangis.
Kulihat Ivan hanya menunduk terdiam dan menuju ke pintu untuk keluar rumah. Dia keluar tanpa berpamitan padaku atau Beby yang sedang menangis.
Seharian itu Beby hanya menangis dirumahku. Aku hanya berusaha menenangkannya agar berhenti menangis dan melupakan semua ini. Aku hanya berpesan apabila dia bertemu dengannya lagi maka dia harus tetap baik atau minimal akur lah, tidak marah lagi kepada Ivan.