Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cuckold Story: Mengubah Istriku [with epilog]

Dengan siapa Natalie enaknya melakukan Threesome Sex pertamanya?

  • Natalie vs. Nicko vs. Ricko

    Votes: 58 30,4%
  • Natalie vs. Nicko vs. Lelaki Lainnya

    Votes: 18 9,4%
  • Natalie vs. Ricko vs. Lelaki Lainnya

    Votes: 72 37,7%
  • Terserah TS aja deh, kita ngikut aja

    Votes: 43 22,5%

  • Total voters
    191
  • Poll closed .
Lah blm update ya hu? Ga sabar nih..
Mau 3s sama siapapun bolehlah.. Mau di gangbang jg bolehlah.. Mau selingkuh jg bolehlah.. Yg ga boleh itu klo ga lanjut ceritanya alias mandeg..
 
Selamat tengah malam para suhu sekalian, sebelumnya nubi mohon maaf atas keterlambatan update kali ini.
Semata-mata dikarenakan kesibukan hari ini. :ampun:
Nubi mulai meracik kata-kata untuk part ini baru tadi sore, dan ternyata belum bisa sesuai target karena berkembangnya
imajinasi ini sehingga Part 7 secara keseluruhan akan dibagi menjadi 3 bagian karena perikiraan nubi akan sangat panjang jika sudah jadi. Part selanjutnya masih dalam proses kreatif.

Malam ini nubi tanyangin dulu series Perjalanan Menuju Threesome bagian 7.a
Semoga tidak mengecewakan.:beer:




---------
Part 7.a
Perjalanan Menuju Threesome:
Perjalanan Penuh Adrenalin dan Lendir



Mulai part ini nubi akan menyebut nama daerah tidak lagi menggunakan nama samaran supaya pembaca bisa mengikuti dan merasakan kesan reality dari cerita ini, kecuali nama-nama tempat komersial yang mungkin nubi pakai di cerita ini. Dan juga siapa tau bisa jadi referensi pembaca ketika berkunjung ke kota yang nubi jadikan latar belakang cerita ini ditulis.



POV Natalie

Karena suamiku belum bisa dihubungi akhirnya kuputuskan untuk berangkat ke kawasan wisata di daerah Bandungan terlebih dahulu bersama dengan Ricko yang berjarak 45 menit perjalanan menggunakan mobil. Suasana pegunungan dipilih Ricko untuk mengisi waktunya selama berkunjung ke kota ini dengan alasan suasana yang lebih tenang dan sejuk. Nicko sebelumnya menawarkan dua opsi pilihan tempat refreshing kepada Ricko, pantai di kota Jepara atau ke kawasan sejuk Bandungan yang terletak di kaki gunung Ungaran. Ricko akhirnya memilih tempat yang sedang kami tuju ini setelah tertarik oleh informasi yang diberikan Nicko bahwa kawasan sejuk ini juga cukup terkenal dengan kehidupan malamnya.

Ketika mobil yang kami kendarai baru saja keluar dari kawasan perumahan kami yang terletak di wilayah barat kota ini, tiba-tiba ponsel milik Ricko yang diletakkan di konsol tengah antara kursi depan berbunyi dan langsung diraihnya kemudian mengkatnya.

"Haloo bro, gimana bro?"
"..........."
"Oh, gue kebetulan lagi di Semarang juga ini sekarang."
"Lagi main ke tempat temen lama gue di sini. Lo dimananya bro?"
".........."

Kudengar Ricko mulai mengobrol dengan lawan bicaranya di ponsel, tapi aku tidak tau apa yang mereka bicarakan karena aku tidak bisa mendengar juga apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu.

"Hahahaha... Mana gue tau lah!"
"Elo lagi, gue aja di sini kalo jalan diamterin temen gue terus kok."
".........."
"Eh, bentar Jeff"

"Eh Nat, kamu tau Hotel Zerrato? Semarang atas katanya" tanya Ricko tiba-tiba kepadaku.

"Iya, tau Rick" aku menjawab pertanyaan Ricko sambil menengok kearahnya.

"Iya Jeff, ini istrinya temen gue tau katanya." ucap Ricko melanjutkan pembicaraan di ponselnya itu.

Sejenak kuperhatikan wajahnya ketika dia sedang menelepon sambil menyetir. Kuakui wajahnya cukup menarik setiap mata wanita yang melihatnya termasuk diriku mungkin, dan pembawaannya yang terbilang santai membuat siapapun akan merasa nyaman ketika berbicara dengannya. Dan itu yang kurasakan ketika aku berinteraksi dengannya, sosoknya yang menarik dan bentuk tubuhnya yang gagah hasil latihan fisiknya di pusat kebugaran membuat wanita sepertiku bisa merasa nyaman dan ingin terus berlama-lama berada di dekatnya.

Seperti beberapa waktu belakangan ini, kuakui aku cukup mengagumi sosoknya itu. Sehingga membuat aku terbuai sampai aku rela menabrak norma yang tidak seharusnya kulanggar, dimana aku bercinta dengan sahabat dari suamiku sendiri. Aku tidak bisa membayangkan jika suamiku mengetahui perbuatanku di belakangnya, apakah aku masih pantas untuk dicintai olehnya?

Tapi aku melakukan semua itu tidak dengan paksaan sama sekali, setelah persetubuhan pertama yang mana justru aku yang memulainya. Dan pergumulan pagi tadi ketika aku sedang menelepon suamiku aku melakukannya dengan sadar dan juga tanpa paksaan, tapi sialnya aku mulai menikmati apa yang terjadi. Bahkan aku ingin lagi...

"Oke bro, ntar gue mampir sebentar ke hotel lo nginep"
"Yang penting proposalnya udah siap. Biar sekalian gue pelajarin langsung."
"............"
"Oke, siap boss!" ucap Ricko mengakhiri obrolannya dengan temannya di telepon.

"Natt, ntar gapapa kan kita mampir sebentar ke hotel temen gue? Sekalian mau ambil proposal kerjasama soalnya."
"Heh! Haloo...haloo... Natt! Kok malah bengong?" ucap Ricko tiba-tiba menyadarkanku dari kekaguman dan lamunanku tentang dirinya. Tangannya sampai dikibas-kibaskan di depan wajahku karena aku masih tidak merespon atas pertanyaannya barusan.

"Eh! Iya..? Gimana Rick?" ucapku masih dalam kondisi kaget.

"Kamu kenapa bengong sambil ngeliatin gue gitu?" tanya nya masih penasaran atas kelakuanku.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku merasa sangat malu terpergok olehnya ketika aku memperhatikan dirinya sampai terbengong seperti ini. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku untuk menutupi rasa maluku. Ihhh aku jadi kayak ABG yang lagi kasmaran gini.

"Heh.. Ditanya malah nunduk gitu kamu nih." ucapnya sambil menyentuh kepalaku dengan lembut.

Kurasakan mobil berhenti di traffic light. Lalu akupun menghadapkan wajahku kearahnya. Mulutku terasa berat ingin mengucapkan sesuatu kepadanya.

"Rick..." ucapku lirih sambil memandang ke wajahnya.

"Iya Nat?" Ricko membalas tatapanku.

Kugerakkan wajahku mendekat kearah wajahnya sambil tanganku memegang kedua pipinya. Lalu kucium dan kemudian kulumat bibirnya dengan penuh perasaan. Aku tidak khawatir orang diluar mobil ini melihat apa yang terjadi kepada kami berdua, karena aku tau bahwa kaca film mobil ini cukup gelap sehingga tidak terlihat dari luar. Dia yang menerima ciumanku secara tiba-tiba itu, sesaat kurasakan dia sedikit tidak siap lalu kemudian Ricko membalas lumatan bibirku. Selama lampu merah menyala selama kurang lebih 45 detik itu bibir kami terus saling melumat seakan ingin melahap satu sama lain, sampai terdengar kendaraan di belakang kami membunyikan klakson untuk meminta kami segera bergerak maju. Lalu kamipun melepas bibir kami dan Ricko mulai menjalankan mobil ini kembali.

"Belok mana nih Nat??!!" ucapnya dengan agak panik karena bingung akan kemana mengarahkan mobil ini.

"Kanan Rick!" ucapku dengan cepat kepada Ricko yang dengan sigap langsung membelokkan mobil yang kami kendarai mengikuti arahanku.

Setelah kami akhirnya berhasil memasuki Jalan M.T. Haryono yang menuju ke arah Semarang Atas dengan aman karena kuakui kami berbelok cukup mendadak. Sontak aku tertawa mengingat kekonyolan kami barusan. Ricko hanya kebingungan karena melihatku tertawa cukup keras.

"Kamu nih! Orang lagi panik malah ketawa"
"Lagian kenapa sih tadi tiba-tiba nyium kayak gitu. Ntar keliatan dari luar loh" ucapnya agak membentak dengan ekspresinya yang terlihat sebal dan tidak menyadari kondisi kaca film mobil ini sehingga dia nampak sedikit khawatir kalau saja aktifitas kami barusan terlihat dari luar. Aku yang melihatnya, malah memeluk lengan kirinya dengan manja sambil tetap tertawa kecil karena gemas karena ekspresinya justru terlihat lucu di mataku.

Kurasakan Ricko tidak mempermasalahkan aku berlaku seperti ini kepadanya. Dia hanya diam sambil tetap melihat ke depan. Ketika tangannya pun bergerak memindahkan persneling, aku tetap tidak melepaskan tangannya bahkan mengecup rambut di kepalaku dengan lembut. Aku semakin nyaman berada di dekatnya.

"Ini bener jalannya kan Nat?" Ricko bertanya apakah jalannya sudah benar.

"Iya lampu merah depan, lurus aja naik."
"Kita mau mampir ke Zerrato kan sebentar?" jawabku sambil tetap memeluk tangannya.

"Iya, ketemu temen gue dulu sebentar sekalian ambil proposal kerjasama." Ricko menjelaskan tujuan bertemu temannya itu.

"Kerjasama apaan sih Rick?"tanyaku sekedar ingin tau.

"Oh, enggak. Planning nya gue mau bikin peternakan ayam potong juga di sekitaran Semarang sini. Yaah, mungkin daerah pinggir-pinggirannya gitu deh. Nah, temen gue yang namanya Jeffry ini yang jadi advance team. Dia yang nyari lokasi ideal dan potensi areanya kayak gimana, termasuk SDM dan pemasaran termasuk juga proses technical mulai dari apprasial, izin, dan pembangunan sarana yang gue butuhin. Rencana sih nanti ini gue mao bahas juga sama Nicko, gue pengen dia yang jadi PIC site Semarang ini. Untuk awal sampai dengan BEP, Nicko bakal terima salary dan komisi penjualan. Nanti baru setelah BEP, baru nanti gue sistem bagi hasil 60:40 dari keuntungan bersih sama Nicko. Dia bagian 60nya, gue yang bagian 40nya." Ricko menjelaskan panjang lebar kepadaku sambil terus menyetir sesuai arah yang kutunjukkan tadi.

"Tapi kamu jangan bilang-bilang apapun dulu sama Nicko ya Nat."
"Gue mau pelajarin proposalnya dulu soalnya. Baru setelah gue liat perhitungan dan peluangnya masuk, gue bakal cerita ke Nicko." ucapnya lagi.

Aku menganggukkan kepalaku tanda aku mengerti keinginannya, pelukkanku di lengannya yang kekar ini belum juga kulepaskan, aku masih ingin bersandar di lengannya dan kulihat Ricko pun tidak merasa keberatan atas kelakuanku ini.

"Nat, ini kok tangan gue kayak nyentuh yang empuk-empuk deh." ucap Ricko tiba-tiba mengalihkan pembicaraan menjadi membahas susuku yang tengah menghimpit lengannya sedari tadi.

"Kenapa? Nggak mau dikasih yang empuk-empuk emangnya? Aku mulai berani menggoda nakal kepadanya.

"Wahh... Ya mau banget lah. Siapa juga yang nolak dikasih yang empuk-empuk gini. hehehhe" ucapnya membalas perkataanku.

"Buka dong Nat! Nggak enak kehalang kaos sama bra yang kamu pake nih." Ricko menginginkanku menyentuh langsung susuku sekarang.

Lalu Ricko berusaha melepaskan lengannya dari pelukanku dan mulai menyentuh susuku, dan melepas cardigan yang kupakai. Akupun hanya bergerak membantunya melepaskan cardiganku, lalu setelah cardiganku terlepas, dia menarik bahuku mendekat kearahnya dan menyusupkan tangan kirinya ke sela kaos di leherku. Dengan mudah tangannya meraih kedua susuku dan mulai meremasnya. Aku yang menerima perlakuannya itu terhadapku hanya mampu mendesah menikmatinya. Lalu ditarik kembali lengannya keluar dan mengarahkannya ke persneling mobil untuk berpindah gigi rendah karena jalanan yang kami lewati mulai memasuki kawasan bukit Gombel yang menanjak.

Setelah berhasil memindahkan persneling mobil, tangannya kembali meraih bawah kaos yang kukenakan berusaha melepaskannya dari tubuhku. Aku sebenarnya ingin meluluskan permintaannya, tapi aku lihat lokasi hotel yang ingin kami tuju sudah dekat di depan.

"Ahhh Rick. Udah mau sampe tau.. Itu di depan belok kiri. Tulisannya udah keliatan kan itu" ucapku sambil menahan tangannya di pinggangku.

"Ya elah, udah mau sampe ya. Orang lagi pengen enak gak bisa lanjut deh" ucapnya menyesali bahwa kami sudah akan tiba di tempat temannya menginap.

Setelah mobil kami masuk ke parkiran hotel. Ricko mengambil posisi parkir agak pinggir, dimana tidak terlalu banyak mobil diparkirkan disitu. Ketika mobil sudah berhenti, Ricko kemudian menarik handbrake dan menetralkan perseneling. Kulihat Ricko meraih ponselnya dan menghubungi temannya, tapi sebelum dirinya sempat tersambung dengan temannya itu. Aku langsung menarik wajahnya dan melumat bibirnya dengan penuh nafsu, aku ingin mengobati kekecewaannya karena aktifitasnya ketika sedang menikmati empuknya susuku terhenti.

Ricko mulai membalas lumatanku, dan tangannya mulai meraba tubuhku dengan bringas. Dia juga sudah sangat bernafsu kurasa. Sambil kedua bibir kami berciuman panas, tangannya semakin brutal meremasi kedua susuku dan punggungku sehingga kaos yang kukenakan menjadi sedikit acak-acakan. Aku juga menjadi semakin terpancing libidoku. Kueratkan kedua tanganku di lehernya menekan kearahku, kami sudah bertukar air liur dengan liarnya. Tangan kanannya yang tadi berada di punggungku, diarahkan ke selangkanganku dan mulai mengubek-ubek vaginaku dari sisi luar celana yang kupakai dengan kasarnya. Tubuhku semakin menggeliat dan mulutku mulai mendesah karena perbuatannya, kurasakan vaginaku mulai lembab. Tetapi ketika kami sedang panas-panasnya bergumul lidah dan nafsuku mulai meninggi karena aktifitas kami tiba-tiba ponsel Ricko berbunyi. Kami belum berhenti bergumul dan berusaha mengabaikan dering ponselnya itu, tapi dia akhirnya merasa terganggu juga karena suara ponsel Ricko tetap berdering.

"SHIIIIT..!" umpatnya sambil melepas tubuhku dan meraih ponselnya.

"Haloo iya bro." suaranya terdengar parau karena masih menahan nafsunya yang mulai meninggi.
"..............."
"Ini gue udah sampe di parkiran."
"..............."
"Eh! Masa boss. Salah kali lo!" ucapnya dengan ekspresi seperti kaget sambil melihat kearahku.
".............."
"Oh, oke kita ketemuan di lobby ya"
".............."
"Oke!" Ricko menutup sambungan telepon.

Dia menatapku sebentar seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ditahannya, masih terlihat wajahnya yang berusahan menetralkan nafsu yang baru saja bangkit namun terpaksa harus dihentikan karena temannya menelepon.

"Ya udah. Gue turun dulu. Kamu mau ikut apa mau nunggu di sini aja?" tanya nya kepadaku. Aku yang tidak mau menunggu sendiri memilih untuk menemaninya.

"Ikuut kamuu." ucapku manja.

"Ya udah, yuk!" katanya sambil membantu merapihkan pakaian dan rambutku. Setelah penampilanku sudah rapih kembali, lalu kami berdua pun turun menuju ke lobby.


POV Ricko

"SHIITT...!!!"umpat gue kesal karena aktifitas gue dan Natalie terganggu suara ponsel gue yang bunyi daritadi. Akhirnya setelah sesaat gue cuekin, karena gue masih ingin melumat bibir Natalie gue raih ponsel gue yang tadi terhempas jatuh di atas kursi pengemudi karena Natalie tiba-tiba mencium bibir gue.

"Haloo iya bro." ucap gue menjawab telepon dari Jeffry rekan bisnisku ini dengan agak serak karena berusaha menekan libido gue yang mulai naik karena ciuman gue dan Natalie barusan .

"Elo udah dimana posisi?" ucap Jeffry menanyakan keberadaan gue saat ini

"Ini gue udah sampe di parkiran." kata gue kepadanya.

"Eh bro, lo lagi ngapain diparkiran mobil? Kok gue kayak denger suara cewe ahh ohh gitu?" tanyanya ke gue karena ternyata dia bisa mendengar suara desahan Natalie waktu kami berciuman tadi. Gue masih bertanya-tanya darimana dia bisa denger suara deahan Natalie tadi. Setelah gue berpikir sejenak, gue baru sadar kalo pas tadi Natalie menarik wajah gue dan mencium bibir gue, gue sempet memencet tombol panggil tapi memang belum tersambung. Bodohnya gue gak menyadari itu, karena terlanjur tenggelam dalam lumatan ciuman panas yang diberikan Natalie.

"Eh! Masa bro. Salah kali lo!" kata gue berusaha menutupi kejadian barusan.

"Hahaha parah lo bro, siang-siang udah ngentotin anak orang. Ya udah gue tunggu di lobby bro, ajak sekalian cewe yang lo bawa. Kali-kali aja dia pengen gue entot juga." Ucap Jeffry asal mengomentari kejadian barusan.

"Oh, oke kita ketemuan di lobby ya" kata gue memutus pembicaraan.

"Oke. gue turun sekarang ya. Jangan lupa cewe lo ajak sekalian ya. Hehehe"
"Oke!" ucap gue menutup sambungan telepon.

"Ya udah. Gue turun dulu. Kamu mau ikut apa mau nunggu di sini aja?" tanya gue ke Natalie.

"Ikuut kamuu." ucapnya terlihat manja.

"Ya udah, yuk!" kata gue sambil membantu merapihkan pakaian dan rambutnya yang sudah mulai sedikt acak-acakan karena pergumulan singkat tadi.

Lalu kami berdua berjalan menuju lobi hotel untuk bertemu dengan Jeffry rekan bisnisku ini. Setelah kami masuk ke dalam Lobby yang bernuansa nyaman ini, gue pun mengambil ponsel di kantongku bermaksud mengabari Jeffry posisi kami. Tapi sebelum gue membuka ponsel gue, gue liat dia berjalan dari arah belakang menuju tempat kami berada.

Jeffry adalah rekan bisnisku sejak lama, kita ketemu waktu usaha gue sudah cukup menanjak dan karena kebutuhan gue akan pakan ternak ayam ini semakin meningkat gue akhirnya bertemu dia di Surabaya karena pada pembicaraan sebelumnya di telepon beberapa waktu sebelumnya, dia menyatakan siap untuk menyuplai pakan ternak ke beberapa sites peternakan ayam potongku yang terletak di luar pulau, dan gue ingin melihat langsung tempat produksi pakan ternak miliknya.

Semenjak itulah akhirnya kami semakin intens berkomunikasi dan akhirnya karena kami berdua merasa cocok bahkan sudah seperti teman dekat. Gue akhirnya mempercayakannya untuk membantu ketika gue butuh buka sites baru, dan hasil kerjanya cukup bagus menurut gue.

Jeffry umurnya masih dibawah gue, sekitar 26 atau 27 tahun kira-kira. Asli Jakarta namun menetap di Surabaya dan membangun bisnis di sana juga. Sedikit gambaran tentang dia, sifatnya hampir mirip kayak gue, orangnya santai tapi mempunyai otak yang cerdas dan gesit melihat kesempatan di depannya. Secara fisik tinggi badannya sekitar 170cm hampir sama dengan Nicko dengan perawakan sedang, tidak terlalu berotot tapi cukup tegap karena dia cukup menyukai olahraga khususnya sepakbola atau futsal, tapi karena dia tidak terlalu suka ngegym dan angkat beban maka dari itu tidak terlalu terlihat otot-otot tubuhnya tapi cukup kencang kulihat otot tipis yang terbentuk di tubuhnya. Wajahnya cukup awet muda kurasa orang tidak akan mengira dia sudah berumur 27 tahun, karena wajahnya cukup imut untuk pria seumur 27 tahun.

"Hoy..!! Rick!!" teriaknya kearah kami sambil melambaikan tangannya sambil membawa map berwarna merah di tangan satunya.

Gue yang melihatnya langsung menarik tangan Natalie berjalan kearah Jeffry. Ketika posisi kami sudah bertrmu, gue langsung menyapa dan menjabat tangannya. Tangan kiri gue masih menggandeng tangan kanan Natalie saat ini.

"Apakabar lo Jeff?"
"Muka lo nggak berubah ya? Masih imut-imut kayak dulu terakhir ketemu." ucap gue basa-basi kepadanya. Gue terakhir ketemu muka dengan Jeffry mungkin sekitar lebih dari setahun yang lalu. Kami berhubungan bisnis hanya lewat komunikasi telepon saja.

"Hahahah sial lo! Baru ketemu udah ngejek gue aja. Dasar Rickon..to..." ucap dia merespon ejekanku dengan ingin memanggil nama gue dengan panggilan Rickontol. Gue yang menyadari Jeffry ingin menyebut nama konyol yang biasa dia gunakan untuk mengejekku segera menyela sebelum dia menyelesaikan ucapannya itu.

"Eh, ini kenalin temen gue. Natalie" ucap gue seraya mengenalkan Natalie ke Jeffry.

"Oh iya, Jeffry"

"Natalie." sambut Natalie singkat menyebutkan namanya sambil mereka berdua berjabat tangan. Kulihat agak lama Jeffry menjabat tangan Natalie sambil terlihat seperti berpikir mengingat sesuatu.

"Oh iya. Gue inget! Lo Natalie istrinya Nicko kan? Nicholas Bramastyo?" ucapnya tiba-tiba sambil menyebutkan nama lengkap Nicko sahabatku.

Gue dan Natalie terkejut karena Jeffry ternyata juga mengenal Nicko. Kulihat Natalie seperti berpikir mengingat-ingat sesuatu juga. Tapi keterkejutan gue kalo Jeffry ternyata kenal dengan Nicko membuat gue cukup panik. Dia kenal sahabat gue Nicko, dan tadi dia mendengar suara desahan Natalie yang adalah istri Nicko di mobil tadi.

"Eh? Kamu Jeffry yang dulu temennya Nicko waktu jual-beli mobil itu kan?" Ucap Natalie yang ternyata juga mengenali Jeffry.

"Iya betul mbak." ucap Jeffry membenarkan pernyataan Natalie. Dia lalu melirik gue sesaat sambil raut wajahnya seperti ingin bilang "Parah lo Rick! Bini orang lo embat juga!"

"Nggak usah panggil mbak kali mas. Aku masih belom setua itu buat dipanggil mbak." ucap Natalie menolak dipanggil Jeffry dengan sebutan mbak dengan ekspresi tersenyum dengan sangat manis.

"Oh.. Kalo panggil sayang boleh?" Sambil tersenyum menggoda Jeffry mulai melancarkan godaan kepada Natalie dan dia hanya tertawa mendengar gombalan Jeffry. Wanita ini tidak tahu sebenarnya siapa orang yang bernama Jeffry ini, yang sedang berusaha menggodanya. Terlihat jelas oleh gue senyuman Jeffry ini memiliki maksud tertentu.

"Eh, mana proposal gue sini?" potong gue tiba-tiba ingin menghentikan Jeffry bertindak lebih jauh lagi. Lalu Jeffry melepaskan jabatan tangannya dan menyerahkan map merah itu ke gue.

"Sambil duduk situ aja yuk Rick, Natt. Biar enak ngobrolnya." kata Jeffry mengajak kami sambil menunjuk kursi yang disediakan di loby hotel ini ketika gue membuka map itu sambil membacanya sekilas. Gue melihat Natalie sebentar meminta pendapatnya, dan dia menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan Jeffry.

Dan kami bertiga pun berjalan kearah kursi lalu duduk disitu. Lalu Jeffry memanggil petugas yang berjaga di situ untuk memesan sesuatu.

"Kalian mau minum apa?" Tanya Jeffry kepada kami berdua.

"Gak usah Jeff. Kita cuma sebentar aja kok di sini. Abis ini kita mau lanjut perjalanan lagi." Tolakku atas tawaran Jeffry memesan minuman.

"Lah kalian mau kemana emang?" tanyanya ingin tau.

"Ke Bandungan. Mau ke Gedong Songo." Jawab gue sekenanya.

"Wihh.. Kalian kesana berdua doang?" dengan ekpresi terkejut dia bertanya.

"Enggak, nanti suami aku nyusul kok Jeff. Ini dia masih ada kerjaan makanya kita berangkat duluan kesana." Natalie juga menjawab pertanyaannya.

"Gue bareng kalian kesana boleh gak? Gue rencana mau kesana juga sih ntar malem bareng temen-temen gue, mau nyanyi-nyanyi. Tapi sama kalian berdua asyik juga kayaknya." ucapnya tersenyum menyiratkan sesuatu. Gue langsung memelototi Jeffry karena ucapannya itu, gue tau banget dia lagi nyindir gue yang mau pergi berdua bareng istri orang.

"Hahaha iyaa bro.. Iya... Gue gak bakal ganggu kalian seru-seruan deh."ucapnya tertawa karena menyadari gue sedang menatapnya dengan melotot.

Natalie hanya tertawa pelan melihat kelakuan kami berdua. Lalu gue putuskan buat pamit ke Jeffry untuk melanjutkan perjalanan gue.

"Oke bro, gue lanjut lagi ya, keburu siang. Entar lo gue kabarin lagi setelah gue pelajarin proposal lo. Untung aja lo bawa sekarang, jadi bisa cepet prosesnya"ucap gue sambil bangkit dari kursi.

"Siap bos! Oke selamat bersenang-senang ya kalian berdua."
"Nanti kontak-kontak ya Rick. Siapa tau gue bisa gabung sama kalian." ucapnya dengan ekspresi berharap.

"Oke deh. Ntar kontak-kontak lagi aja"kata gue menyerah melihat usahanya untuk ingin bergabung dengan kami.

"Sip! Nah gitu dong jadi temen. Mau seru-seruan kudu ngajak-ngajak. Iya gak Natt?" jawabnya sambil melihat kearah Natalie. Natalie hanya tersenyum tipis sambil mengangkat bahunya merespon ucapan Jeffry.

"Eh Jeff, sini toiletnya dimana ya?"
"Itu disana Natt."jawab Jeffry sambil menunjukkan arah toilet yang terletak di belakang.
"Aku ke toilet dulu ya Rick?" Natalie meminta ijin ke gue. Gue hanya menganggukan kepala dan Natalie pun melangkah kearah toilet yang dimaksud.

Setelah Natalie berjalan menjauh dari kami, Jeffry bergerak memepet tubuhku sampai tubuhku bergeser karena dorongan tubuhnya cukup kencang.

"Anjing lo Rick! Bini temen gue lo embat juga. Elo pasti mao ngentotin Natalie kan di Bandungan?" tanya Jeffry mencecar gue.

"Sialan lo! Pikiran lo gak jauh-jauh dari ngentot aja Jeff! Dasar penjahat kelamin lo."

"Hahaha kampret lo bro! Kayak elo enggak aja!"
"Gimana rasanya bro? Enak gak ngentotin Natalie"
"Gue pengen nyoba juga ngentotin cewe yang bodi semok kayak gitu Rick. Penasaran gue rasa jepitan memeknya."
"Pokoknya entar lu harus ngajak gue."
"Lo nginep dimana emangnya?" Cerocos Jeffry blak-blakan kepadaku ingin bergabung dengan kami juga.

"Gue nggak tau tempatnya. Natalie yang ngerti." jawab gue tidak tau

"Ya udah ntar elo share location aja. Ntar gue nyusul pokoknya!" kata Jeffry memaksa.

"Iyaa!" Jawab gue singkat tidak mau memperpanjang pembahasan.

Ketika gue dan Jeffry mengobrol barusan tiba-tiba muncul Natalie menghampiri kami, sepertinya dia sudah selesai.

"Yuk Rick, udah kan?" tanya Natalie kepadaku.

"Iya udah kok"
"Oke bro, gue lanjut jalan lagi ya." ucap gue ke Jeffry sambil menepuk pundaknya.

"Siap pak boss! Entar beneran loh kontak-kontak gue." sahutnya dengan mimik serius. Gue hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kawanku ini.

"Oke Nat. Selamat bersenang-senang yaa elo di sana sama Ricko, berdua!"ucapnya sambil menjabat tangan Natalie dengan menekankan intonasi suaranya ketika mengatakan 'berdua'. Sial nih anak, niat banget nyindir gue.

"Kalo aja gue boleh ikut kalian berdua Nat."
"Kira-kira gue boleh ikut elo nggak Nat?" lanjutnya bertanya kepada Natalie, gue ngerti maksudnya hanya untuk menggoda kami.

"Ya ayok ikut aja Jeff. Makin rame makin seru kali. Ntar kan Nicko nyusul juga." ucap Natalie malah mengijinkan Jeffry untuk bergabung dengan kami.

"Beneran elo ngebolehin gue ikut Nat? Asik.."
"Tapi lo bener Natt, makin rame makin seru!" Ucapnya kegirangan dengan kata-kata yang menjurus.

"Heh! Udah..udah.. nggak berangkat-berangkat nih jadinya." Sela gue ditengah kegirangan Jeffry. Gue liat wajahnya sedih dibuat-buat buat dan kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Oke Jeff, nanti kontak-kontak aja ya. Gue cabut dulu." ucap gue pamit kepadanya sambil menggandeng tangan Natalie menuju parkiran.

"Woy! Kalian kayak orang pacaran aja. Mesra bener gandeng-gandengan"
"Nat! Lo hati-hati sama si Ricko tuh. Maennya ganas dia!" Teriaknya usil kearah kami. Gue lihat dia semakin semangat tertawa melihat kami, sedangkan Natalie gue liat hanya tersenyum melihat kelakuan usil kawanku itu. Lalu kamipun berjalan mendekati mobil milik Nicko itu gue parkirkan, dan masuk kedalamnya.

Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil ini dan gue pun menyalakan mesinnya serta menghidupkan pendingin. Gue dan Natalie langsung mengenakan sabuk pengaman masing-masing bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami.

"Temen kamu gila juga ya anaknya. Masa kita dibilang lagi pacaran."
"Lagian kamu tuh, pake gandeng-gandeng tangan aku segala."
"Takut ilang pak?" Ucap Natalie mengomentari kelakuan Jeffry dan menggodaku sambil mencubit lenganku lembut.

"Agak stress itu anak. Gak usah dianggep serius omongannya."
"Hmm... Emang kamu mau kalo gue jadiin pacar, hah?" Tanya gue bermaksud menggodanya, dan gue liat ekspresinya kaget sebentar dan kemudian langsung tersipu malu mendengar pertanyaan gue barusan.

"Terus Nicko mau kamu kemanain? Dia kan suami aku!" Kata Natalie menjawab pertanyaanku dan kembali mencubit gue.

"Ya jangan sampe Nicko tau lah!" Ucap gue sambil meraih tangannya dan menarik tubuhnya pelan kearah gue.

"EH..!! EH..!!" Natalie tampak kaget menerima perlakuan gue namun tidak menolak ketika gue menarik tubuhnya lalu dengan cepat mengecup, lebih tepatnya melumat kembali bibirnya. Gue akui gue selalu ingin mendekap tubuhnya ketika berada didekatnya. Dan Natalie pun membalas lumatan gue di bibirnya dengan cukup responsif.

Tangan gue mulai meraba ke dadanya, dan ternyata gue rasakan dia tidak lagi memakai bra miliknya. Gue yang bingung, lalu melepas bibir gue darinya sambil bertanya tentang kondisinya yang tidak lagi memakai bra. Dia hanya menjawab pertanyaan gue dengan mengarahkan wajahnya kearah tasnya yang dia taruh di bawah dekat kakinya. Setelah gue liat, ternyata tidak cuma bra nya yang dia lepas, ternyata celana dalamnya pun juga berada disitu. Mungkin dia melepasnya ketika tadi ijin ke kamar mandi saat kami mengobrol di lobby hotel.

"Kamu nakal ya! Masa dalemannya di lepas semua?" Ucapku sambil mencubit hidungnya.

"Biarin! Nakal sama pacarnya sendiri ini. Weeekk!" katanya sambil memeletkan lidahnya menjawab pertanyaanku.

"Loh, jadi kita beneran pacaran nih?" gue bertanya balik kepadanya. Gue liat wajahnya tersipu juga tersenyum manis disaat bersamaan. Gue semakin nggak tahan melihat wajahnya yang manis itu. Lalu gue tarik wajahnya mendekat ke gue, dan kembali melumat bibirnya dengan cepat dan dalam. Natalie kembali mendesah menerima perlakuanku itu dan membalas lumatanku dengan tidak kalah panas.

Lalu tanganku bergerak melepas sabuk pengamannya lalu langsung meremasi dadanya menikmati empuk toketnya itu dengan lebih leluasa. Tubuhnya menggeliat namun tidak melepas bersatunya bibir kami. Lalu tangan gue bergerak menarik kausnya keatas sehingga bagian atas tubuhnya sekarang sudah tidak ada yang menutupinya, Natalie mengangkat tangannya keatas membantu gue melepaskan kausnya itu.

Setelah kausnya terlepas, gue mengarahkan ciuman gue ke toketnya. Gue jilatin dan hisap daging empuk itu tanpa mengenai putingnya. Dia hanya mendesah dan menengadahkan kepalanya keatas menerima perlakuanku di dadanya. Gue tau libidonya mulai terpancing tinggi.

"Rickooo.. ahhh udaah duluu ahh Rickk... Kita lagi diparkiran ini, nanti ada yang liaat ahhh..." ucapnya mengingatkan gue posisi kita sekarang. Lalu gue melepaskan lumatan gue di dadanya, dan memandangi wajahnya yang terlihat mulai tinggi libidonya.

"Hehehe... Kamu keliatan makin napsuin Nat kalo udah kayak gitu." Kata gue menggodanya.

"Dasar kamu nih, pacar sendiri ditelanjangin di parkiran. Nanti kalo ada yang ngeliat gimana hayo? Dasar Ricko mesum!" ucapnya kepadaku.

"Kalo ada yang ngeliat, ajak aja sekalian! Biar kamu digarap rame-rame! Hahaha.." kata gue kepadanya sambil tertawa.

"Dasar kamu nih. Masa aku mau digarap rame-rame sama orang. Bisa mati aku." ucap Natalie menjawab ucapan nakalku.

"Hahaha... Lagian nggak keliatan juga dari luar kok. Kan kacanya gelap sayaang.." kata gue kepadanya.

"Yeee panggil-panggil sayang. Udah mulai berani ya sayang-sayangan sama aku. Aku bilangin ke Nicko loh" Natalie berkata sambil mengambil kausnya sambil ingin mengenakannya kembali.

"Eh. kaosnya gak usah dipake lagi yang!" Ucap gue mulai memanggilnya dengan sebutan sayang sambil menahan tangannya mencegah dia memakai kembali kaosnya.

"Heh! Masa aku nanti di jalan telanjang begini?" ucapnya sambil melotot kearahku.

"Iya gapapa. Aku suka ngeliatnya. Kamu sayang sama aku nggak? Kalo sayang nurut sama aku dong." ucapku mulai menyebut diriku dengan panggilan 'aku' supaya dia merasa nyaman dan mau menuruti keinginanku.

"Dasar, punya pacar kok mesum gini sih. Iyaa deh, iyaa nggak aku pake lagi."
"Tapi cium dulu dong sini..." katanya sambil menunjuk-nunjuk pipinya meminta untuk kukecup. Lalu gue pun memenuhi permintaanya dengan mengecup pipinya.

"Yaudah jalan sekarang gih." ucapnya meminta gue untuk segera melanjutkan perjalanan.

Akhirnya gue menarik handbrake dan memundurkan mobil sedikit, lalu memasukan perseneling ke gigi satu dan mulai bergerak kearah pintu keluar. Dan berbelok kearah kiri memasuki jalan raya yang tidak begitu ramai. Selama perjalanan gue lihat Natalie hanya terdiam sambil merebahkan tubuhnya di kursi setelah tadi sandaran kursinya dimundurkan.

"Berapa jauh lagi yang tempatnya?" tanya gue kepadanya. Gue mulai memanggilnya dengan sebutan 'sayang' setelah tadi kami resmi 'berselingkuh'. Iyaa, sebenarnya kami mulai berselingkuh di belakang Nicko sahabatku dan suami dari selingkuhanku ini pada malam tadi ketika kami bercinta pertamakali di rumah sahabatku itu.

"Yaah.. Lumayan yang." jawabnya singkat, juga memanggil gue dengan panggilan yang sama.

"Kamu daritadi diem aja gitu, ngapain kek jangan diem aja kayak gitu." kata gue kepadanya.

"Lah emangnya sayang mau aku ngapain?" tanyanya kembali kepadaku. Gue mulai berpikir karena pertanyaannya itu.

"Hmm... Itu dong, celanamu buka sekalian yang." ucap gue memintanya untuk melepas celana pendek yang masih dipakainya. Dan diapun menatap gue sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar permintaan mesum gue, gue hanya nyengir melihat tatapan wajahnya itu. Lalu diapun menuruti permintaanku dengan mulai mengangkat pantatnya yang semok itu sambil menurunkan celananya kebawah kakinya dan berhasil melepasnya.

"Dasar Ricko mesum banget sih kamu yang!" ucapnya sambil melempar celananya kearah gue dan mengenai pundakku, lalu gue ambil celananya yang menyangkut di pundakku dan menghirup aromanya dalam-dalam.

"Hmm... Enak bener aromanya. Hahaha" ucap gue tertawa setelah menghirup aroma celananya itu.
"Mau nyium yang aslinya dong yang." ucapku sambil melihatnya yang sekarang sudah bugil di dalam mobil yang melaju ini.

"Jangan aneh-aneh deh. Nyetir yang bener nanti nabrak." katanya sambil membetulkan posisi duduknya. Gue langsung meraih kaki kanannya dan menariknya ke belakang, sehingga posisinya saat ini berputar kearah gue dengan kaki menopang di sisi kursi pengemudi. Memeknya yang tembem itu terekspos kearah gue, lalu tangan kiriku gue arahkan ke memeknya dan mengelusnya perlahan untuk mendapatkan cairan cintanya. Setelah jari gue sedikit basah karena cairannya yang menempel di jariku, gue langsung mengarahkan ke mulut gue dan menjilati cairan cintanya yang menempel di jari gue.

Ketika gue mengarahkan kembali tangan gue untuk menyentuh memeknya yang tembem, dia menahannya.

"Kamu tuh ya, konsen nyetir aja. Nanti nabrak beneran tau rasa loh."
"Ya kalo gitu bantuin."
"Bantuin apa?"
"Ambilin lendir yang ada di memek kamu terus kasih ke aku biar aku bisa konsen nyetirnya sayang."
"Hmmm... Iyaa...iyaa... Emang dasar cabul nih kamu. Oke yang penting kamu nyetirnya yang konsen ya."

Gue hanya menatapnya sambil nyengir melihat dia mau menuruti permintaanku itu. Dan Natalie pun mulai mengobel memeknya mencari lendir yang ada di sana untu diberikan ke gue. Jujur gue cukup suka aroma yang ada di bagian kewanitaan seorang cewek, karena menurut gue aromanya benar-benar memabukkan.

Setelah dirasa cukup lendir yang menempel di jarinya, lalu dia mengarahkannya ke mulut gue dan langsung gue hisap habis lendir yang ada di jarinya itu. Dia kembali memasukkan jarinya ke dalam lubang memeknya, tapi kali ini dia cukup lama mengobel memeknya sendiri, ternyata dia terangsang juga dan mulai bermasturbasi di bangku penumpang sana sambil menyandarkan tubuhnya di pintu dan satu kakinya disandarkan di dasboard dan yang satunya disandarkan di bangku pengemudi. Gue bisa melihat memeknya basah karena mulai memproduksi cairan lebih banyak.

"Anjrit!" umpatku dalam hati, napsu gue mulai naik ngeliat Natalie lagi mengobel memeknya yang tembem itu dan mulai mendesah menikmati kegiatannya itu. Suara desahannya menggema di dalam mobil ini dengan cukup keras mengalahkan suara audio yang disetel dengan suara lembut.

Sekilas gue liat di depan ada toko alat bantu seks yang biasa tersebar di pinggir jalan, lalu gue pun mempunyai ide mesum lainnya. Gue arahin mobil ini kesana dan berhenti tepat di depan toko tersebut untuk membeli sesuatu.

"Tunggu sebentar yang!" Kata gue kepadanya yang masih bermasturbasi di dalam mobil ini, lalu gue pun membuka pintu pengemudi dan berjalan kearah toko tersebut. Setelah gue memilih wireless vibrator, dildo getar, obat kuat, serta obat perangsang gue lalu membayar tanpa menawar dengan sejumlah uang yang disebutkan oleh penjualnya dan keluar menuju mobil yang gue parkir di depan toko tersebut.

Setelah gue masuk ke dalam mobil sambil membawa kantong berisi wireless vibrator dan dildo getar setelah gue sebelumnya mengambil obat kuat dan obat perangsang dan gue masukkan ke tas kecil milik gue yang gue bawa turun tadi.

"Kamu abis ngapain? Beli apaan sih yang?" tanyanya bingung sambil gue liat tangannya masih berada di memeknya itu.

"Beli ini!" sambil mengeluarkan kedua barang yang gue beli tadi. Lalu gue buka bungkusnya dan mengetesnya sebentar. Setelah gue pastikan berfungsi secara normal, gue serahkan wireless vibrator ke Natalie. Dia terlihat bingung tentang apa benda yang sedang digenggamnya itu.

"Taro di memek kamu yang! Pokoknya selama perjalanan sampe kita di villa nanti jangan kamu lepas ya!" kata gue meminta memasukkan benda itu ke memeknya. Dan diapun lagi-lagi menuruti permintaan gue.

"Kayak gini?" tanyanya memastikan bahwa dia sudah benar memasukan benda itu di memeknya.

"Sip! Pokoknya sampe kita nyampe di villa kamu gak boleh ngeluarin itu dari memek kamu ya!" kata gue kembali memperingatkannya supaya tetap memastikan benda itu tidak dilepas selama perjalanan.

"Iyaa pacar mesum!" Jawabnya singkat sambil memanyunkan bibirnya yang sexy itu.

Lalu gue pun kembali menjalankan mobil ini kembali, dan Natalie gue liat kembali mengelusi memeknya dan mendorong-dorong benda itu sedikit supaya tidak jatuh keluar dari lubang memeknya.

Gue lalu mengambil remote vibrator itu di atas dashboard dan mulai menyalakannya. Gue mulai dari getaran ringan dan terus menerus gue naikkan menjadi level medium. Natalie terlonjak kaget merasakan getaran yang disebabkan oleh benda itu di dalam memeknya.

"Ahhh... Rickkk... Iniii alatnya getar-getar di dalem yaang." Ucapnya kaget merasakan getaran di dalam memeknya.

"Jangan dikeluarin! Pokoknya kamu tadi udah janji." ucap gue memperingatinya untuk tidak mengeluarkan alat itu. Gue mulai melihat Natalie berusaha menahan rangsangan yang diakibatkan getaran vibrator itu. Melihat itu, gue menaikkan getarannya satu level ke angka 6. Tubuhnya bereaksi menerima penambahan getaran yang gue kontrol.

"Aaachh.... Memek akuu sayaang...Memek akuuuhh gateel.. Achhh" Natalie mulai meracau akibat rangsangan yang cukup hebat di lubang memeknya. Tangannya gue liat tetep berada di memek gemuknya itu menutupi lubangnya menjaga alat itu tetap di dalam sana. Tubuhnya mulai bergerak meliuk akibat napsunya mulai tinggi.

Gue kemudian menaikkan lagi level getarannya menjadi maximal di angka 10 indikator remote yang gue pegang ini. Dan reaksi yang ditimbulkan sungguh luar biasa. Tubuhnya langsung melonjak menerima getaran maksimal dari alat itu.

"Rickooo..ooh sayaaang aachhh...Memek aku banjiirrr... Aaach..." Natalie mendesah sambil berteriak. Lalu gue mengambil kaos miliknya yang ada di tengah dan menaruhnya di bawah memeknya yang benar-benar mulai becek. Gue nggak mau cairan memeknya tumpah di jok penumpang dan menimbulkan kecurigaan Nicko nanti. Perhatian gue saat ini sedikit terpecah, selain menikmati pemandangan yang menggairahkan tapi harus tetap memperhatikan kondisi jalan di depan, walaupun kondisi jalan tidak terlalu ramai tapi gue harus tetap waspada supaya tidak terjadi kecelakaan.

"Aaachhh.... Aku pengen kenciiing... Aaaachh keluaaarr sayaaang... Enaa...aaak aach..." Tubuh Natalie mengejang dan gue liat cairan memeknya mengalir sedikit di sela-sela selangkangannya. Kaos yang gue letakkin di bawah memeknya sedikit basah akibat tertumpah oleh cairan yang mengalir disana. Lalu gue menurunkan getaran alat itu melalui remote yang gue pegang ke level 2 dengan getaran yang lembut.

Natalie masih tersandar lemas di pintu yang berada di punggungnya setelah mencapai klimaks dan terhempas oleh gelombang orgasme yang diterimanya. Tubuhnya masih bergetar sesekali menikmati sisa-sisa orgasmenya. Gue tersenyum merasakan kepuasan melihat kondisinya saat ini.

Ketika gue liat dia mulai bisa menguasai kondisinya itu. Gue bertanya apakah masih jauh lokasi yang kita ingin tuju ini. Lalu dia sedikit melihat ke arah depan sebentar.

"Udah mau sampe, itu di depan puter balik yang." katanya mengarahkanku.

Lalu gue mengambil posisi di sisi kanan jalan untuk mengambil jalan berputar seperti yang diarahkan Natalie tadi. Gue liat di depan ada pak ogah yang mengatur jalur berputar itu. Dan timbul niat iseng gue, ketika gue mulai berputar gue menekan penuh tombol pengatur kaca yang ada di konsol samping kanan gue, sehingga kaca di sebelah gue membuka lebar sampai ke bawah dan memberikan sedikit uang koin kepada orang yang mengatur jalur putaran tersebut.

Ketika gue berhasil berputar, gue liat si pak ogah tersebut cukup kaget dengan apa yang dilihatnya di dalam mobil ini. Seorang wanita tengah telanjang dan mengangkang kearahnya, sampai-sampai orang itu terlihat seperti kehilangan konsentrasi sehingga uang koin yang ingin gue kasih tidak diambilnya. Lalu gue sedikit melemparkan itu kearahnya, dan gue mulai berjalan cepat karena gue sudah ada di jalur tengah yang sedikit menurun.

"Sayaang ahh kamu nakal banget sih! Aku lagi telanjang begini kaca malah kamu buka."
"Itu bapaknya sampe bengong gitu, kan kasian loh!" ucapnya masih terlihat lemas.

" Itu di depan belok kiri. Naik terus ambil kearah Sumowono ya. Nanti kalo udah ketemu pasar Bandungan bilang sama aku."
"Aku mau istirahat dulu sebentar."
"Ini udah boleh aku lepas belum?" ucapnya mengarahkan gue sambil bertanya tentang alat yang masih berada di dalam memeknya itu.

"Nanti aja kalo udah mau sampe baru kamu lepas!" jawab gue. Natalie hanya terlihat menarik nafasnya lalu menggeser posisi duduknya menghadap depan sambil memejamkan matanya meresapi sisa-sisa orgasme dan merasakan getaran-getaran lembut di memeknya.

Setelah gue melalui jalur yang menanjak dan berkelok, gue ngeliat di depan kami sudah tiba di pasar yang dimaksud Natalie dan gue liat papan penunjuk jalan dengan tujuan yang disebutkan Natalie tadi yang mengarahkan gue untuk berbelok kearah kanan. Setelah gue maju beberapa meter dari pertigaan tadi, gue lalu berbelok lagi ke kiri menuju arah Sumowono dan Candi Gedong Songo seperti yang tertera di papan penunjuk jalan tadi.

"Sayaang, aku udah arah Gedong Songo nih. Masih jauh nggak?" Tanya gue kepadanya karena gue mulai nggak ngerti harus menuju kemana.

"Kamu mau ke villanya dulu apa langsung mau liat candi?" Natalie berbalik tanya ke gue.

"Kayaknya kita ke villa dulu aja deh, kamu kayaknya masih lemes." ucap gue melihat kondisinya yang lemas bersandar di kursinya.

"Gara-gara siapa coba yang bikin aku jadi lemes begini?"' ucapnya sambil mendorong pelan lenganku. Aku hanya terkekeh pelan sambil tersenyum melihat kekasihku ini.

"Iyaa nanti aku pijitin lagi deh kayak tadi pagi." kata gue merayunya.

"Huuu... yang ada aku malah kamu garap lagi!"
"Heh lupa ya? Emangnya kamu itu sawah digarap segala."
"Hehehe... Iyaa sayangku yang mesum!"
"Yang ada aku malah kamu entot lagi, bukannya dipijet" ucapnya mulai mengikuti kemesuman gue. Gue hanya tertawa melihatnya berkata vulgar seperti itu.

"Nanti depan berhenti dulu yang. Aku pake baju dulu, nggak lucu kan kalo nanti nyampe villa yang jaga ngeliat aku bugil begini. Ntar aku dientot sama dia lagi." ucapnya sambil meraih tasnya di bangku tengah untuk mengambil pakaian untuk mengganti kaosnya yang sudah basah oleh lendirnya sendiri.

Setelah dia mengambil baju ganti dan memakainya dan ingin memakai celananya dia bertanya ke gue;
"Ini udah boleh aku lepas?" tanyanya apakah sudah boleh melepas vibrator yang masih tertanam di memeknya.
"NO! Belom boleh! Kamu langsung pake aja celananya. Alatnya biarin tetep disitu."
"huuftt... tadi katanya kalo udah mau sampe boleh dilepas.." Natalie membuang nafasnya sambil protes ke gue tapi tetap mulai memakai celana pendeknya dengan vibrator yang masih berada di dalam memeknya.

Lalu mobil kami berbelok ke kanan masuk kedalam gang yang sedikit menanjak dan tidak terlalu bagus. Mobil kami masuk sekitar beberapa puluh meter sampai kami tiba di bangunan villa yang ditunjukkan Natalie. Lalu akupun memencet klakson untuk memanggil penjaga villa tersebut. Tidak lama penjaga villa yang dimaksud keluar membukakan pintu gerbang sehingga mobil kami bisa masuk ke dalam.

Setelah Natalie mengobrol sebentar dengan penjaga villa tersebut, yang mengatakan agar tidak usah mengancing pintu gerbang depan karena masih ada yang akan datang menyusul nanti sore, dan kemudian menyerahkan sejumlah uang sewa kepada pria itu. Natalie berpesan kepada pria tersebut untuk membelikan makanan untuk kami. Kami sampai lupa membeli makan untuk bekal makan kami selama menginap disini karena sibuk dengan kegiatan yang memacu nafsu dan adrenalin selama perjalanan tadi.

Aku sedikit memperhatikan kondisi villa yang jadi tempat kami menginap malam nanti. Suasananya sangat asri, pohon-pohon tumbuh cukup rindang di halaman dengan pagar depan yang cukup tinggi, memberikan privasi yang baik kepada setiap orang yang menginap disini. Lalu kami menurunkan tas-tas bawaan kami membawa ke dalam villa dengan interior yang cukup bagus dan nyaman. Ruang tengahnya cukup lapang dengan beberapa sofa yang berada di dalam melingkari meja. Dan ada satu sofabed yang berada di depan televisi, cocok sekali untuk bersantai disitu. Bagian belakangnya bisa dengan jelas gue liat ada lagi taman kecil dengan kolam renang yang tidak terlalu besar, dilingkari oleh tembok yang cukup tinggi. Lebih tinggi dari tembok pagar yang ada di di depan.

Lalu gue pun menghempaskan badan gue yang terasa cukup lelah karena perjalanan tadi sambil menyalakan sebatang rokok dan sedikit beristirahat. Gue liat Natalie juga langsung menjatuhkan tubuhnya di sofabed dan menyalakan televisi, gue rasa dia juga kelelahan. Dan tidak lama kemudian gue liat dia tertidur karena benar-benar kelelahan setelah gue kerjain di perjalanan tadi. Dia tidur sambil vibrator itu masih bersarang di memeknya dengan getaran lembut.

Lalu gue pun tersenyum melihatnya sambil mengambil ponselku merencanakan sesuatu yang lebih seru dengan membuka aplikasi whatsapp ku dan mencari kontak salah satu kawanku lalu mengirimkan lokasiku saat ini kepadanya!


[to be continued]
 
Yezza..... 1st to read...... thanx ya....

Sama-sama suhu.. Semoga hidangan update kali ini tidak mengecewakan, karena waktu proses nulis berasa kayak dikejar hansip.. hahaha

Semoga update part 7.b nggak molor lagi, tapi nggak janji juga deh, soalnya tugas negara lagi padat juga. Paling bisa-bisa update jam seginian lagi.. hehehe

Indeks sudah diupdate juga yaa... Selamat menikmati... Ane mao tepar dulu...
 
The plot is well set.... biar natalie dibikin menyerah kepada jeffry.... hope jeffry pov is a triller to conquer bini kawan sindri.... mungkin ade elemen jelousy jeffry towards nicko in the past like nicko stole gf jeffry or something......
 
Bimabet
wah mantap suhu, natalie kyk nya dah bener2 takluk sma ricko. di tggu kelanjutan nya hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd