Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Jessica Veranda's Graduation: The Story Behind (Update Feb 2023)

Lanjutin gak nih?

  • Cukup Gan! Bosen baca fiksi Ve melulu. Mending bikin cerita yg baru

    Votes: 187 13,4%
  • Lanjut Gan! Ve harus ML sama cowok jelek lain

    Votes: 573 41,0%
  • Lanjutin! Asiknya Ve main bertiga sama cewek cantik lain

    Votes: 637 45,6%

  • Total voters
    1.397
Terima kasih updatenya.. akhirnya suhu kembali lagi sehat selalu ya, semoga di lancarkan urusan RL biar gak mandek updatenya suhu hehe
 
CHAPTER 11 B

Veranda menutup pintu kamar Alfi dengan jantung yang berdebar.

Ya… bagaimana pun juga, sesaat lagi Alfi akan bisa mendengar rekaman dirinya yang diperkosa di Jatinegara.

Hhhh… Ve masih merinding kalau mengingat malam itu. Gara-gara Abang memaksa Ve untuk mangkal di pinggir jalan, dia jadi dibawa pulang sama preman dan digenjot terus-terusan.

Bayangin aja, awalnya mereka bercinta di pinggir rel kereta jam 2 pagi. Dan Ve baru bisa kabur dari kontrakan Bang Reptil jam 5 sore! Seliar-liarnya petualangan seks Jessica Veranda, baru kali ini dia dipaksa melayani pria hingga berjam-jam.

Di akhir-akhir permainan mereka, Ve bahkan sempat pingsan kelelahan. Saat tersadar, Ve melihat Bang Reptil sedang tertidur lelap di sampingnya. Mungkin cowok bertampang seram itu pun akhirnya kehabisan tenaga juga.

Saat pertama kali membuka pintu untuk kabur dari rumah Bang Reptil, Ve kaget ternyata banyak warga sekitar yang tiba-tiba membubarkan diri. Mungkin mereka adalah orang-orang yang mengintip dan menguping pertempuran ranjang Ve dan Bang Reptil?

Melihat tatapan mata-mata buas yang ingin memangsa tubuh indahnya, Ve sempat was-was kalau dirinya akan digarap oleh preman-preman yang lain.

Untungnya Bang Reptil punya reputasi yang membuatnya disegani. Meski semua warga kampung melihatnya keluar dari rumah Bang Reptil dengan kondisi lemas dan acak-acakan, tapi tidak ada yang berani menyentuhnya.

Para wanita yang melihat Ve pergi hanya bisa merasa kasihan, gadis secantik dan sebening Ve harus melayani nafsu buas Bang Reptil yang jeleknya setengah mati.

Semetara para pria yang melihat kepergian Ve, hanya bisa merasa iri sama keberuntungan Bang Reptil yang bisa-bisanya menikmati kesempurnaan gadis secantik bidadari.

Ah, tapi kejadian itu sudah lewat. Sekarang mari fokus ke dua fans Ve yang berikutnya.




“Siapa mau pilih kamar yang tengah?” tanya Ve dengan nada ceria ke arah Kiki dan Boni. Kedua fansnya itu masih saja tegang.

“Pilihin aja Ve,” celetuk Abang.

“Gapapa nih kalau aku yang pilihin?” tanya Ve.

“Bebas kak, kita sih nurut aja hehe…” jawab Boni.

Cuma nurut aja? Hmm… Ve jadi menduga kalau Boni adalah anak baik-baik yang dikekang orangtuanya. Mungkin dialah kandidat paling tepat untuk mendengarkan konten audio di kamar tengah.

“Kalau gitu… Boni ikut aku yuk ke kamar tengah,” ajak Ve.

Saat Ve berjalan mengiringi Boni, gadis cantik itu bisa memperhatikan beberapa detail yang sempat terlewatkan dari Boni.

Bajunya bagus, tapi bukan branded. Aroma tubuhnya pun khas deodoran murah. Sepatu branded, tapi solnya sedikit terbuka akibat lem yang kurang rapih. Fix sepatu KW.

Ve bisa menebak kalau Boni cenderung mata duitan. Tipikal orang yang rela melakukan apa saja untuk mengejar uang, agar bisa tampil keren di depan orang-orang.

Ve jadi penasaran, bagaimana reaksi Boni kalau mendengar konten di kamar tengah.

“Oke… selamat menimati konten aku… dadah Boni…” ucap Ve saat menutup pintu kamar tengah.




Boni menatap pintu kamar hotel yang barusan ditutup oleh Ve. Berharap gadis cantik itu membukanya kembali lalu memeluknya, dan menciumnya, kemudian me… ah! Jadi berkhayal.

Boni menertawakan dirinya sendiri.

Bagaimana mungkin cewek seperti Ve bisa terpikat sama cowok seperti Boni? Semua yang menempel di tubuh Boni adalah barang palsu, sama palsunya dengan sifatnya yang sok pede tapi sebetulnya minder dan sulit bergaul.

Jangankan bisa mesra-mesraan di kamar hotel sama Jessica Veranda, untuk pacaran dengan cewek biasa saja dia tidak diijinkan orangtuanya.

Boni mengambil tablet yang berada di atas kasur dan menyalakannya. Foto cantik Jessica Veranda terpajang sebagai wallpapernya.

Boni membawa tablet itu ke kamar mandi. Boni berharap konten audio yang akan dia dengarkan berisi suara seksi Ve yang membangkitkan birahi. Tapi kalau pun kontennya membosankan, setidaknya Boni bisa coli sambil memandang foto cantik Ve di tablet ini.

Boni memasang kedua earphone lalu memutar file audio berjudul “The Morning, Oktober 2017”

“Hai”

Ah, ternyata konten audio yang Ve buat memang sukses mbangkitkan sensasi. Baru disapa dengan satu kata saja, Boni langsung merinding.

“Good morning….”

Hmmm… Kalau file audio ini sudah dirilis untuk umum, Boni bertekad untuk menggunakan bagian barusan sebagai alarm handphonenya!

“Bangun sayang….”

Wait? Sayang? Ooooo…. Veranda lagi pura-pura jadi pacar yang bangunin pacarnya nih? Wah bakalan seru hehehe… Kapan lagi bisa pacaran sama Jessica Veranda meski cuma bohongan?

“Cuph… bangun…”

Uhh… Boni memejamkan mata. Membayangkan dirinya sedang terlelap dan dibangunkan oleh kecupan mesra gadis idolanya.

“Mmhh.. Loh? Jess?”

Nah loh! Kok ada suara cowok? Ini siapa?

“Jess? Kok kamu ada di sini?”

“Ih lupa deh… Kan kemarin aku udah bilang mau ngomongin sesuatu?”

“Hah? Oohh… Iya… Mau ngomongin apa? Eh, tapi kamu kok bisa masuk kamar?”

“Ya kan ini rumah aku… Aku punya kunci semua kamar…”

“Tapi… nanti papa kamu…”

“Papa sama mama lagi pergi sama Aaron sampai sore..”

“Ngobrolnya di ruang TV aja yuk, om ga enak..”

Om? Ini suara omnya Ve? Ini bohongan kan? Masa iya Veranda nyelonong masuk ke kamar omnya? Cium-cium omnya?

“Justru aku ke sini karena ga mau ngobrol di ruang TV om…”

“Hah? Kenapa?”

“Ya… karena ga bisa. Yang mau aku omongin lumayan sensitif… aku takut ada yang denger terus lapor ke papa atau mama…”

Jantung Boni berdebar mendengar nada bicara Ve yang melemah. Seolah dia ikut menanggung beban yang Ve pikul diam-diam.

“Ada apa? Kamu kenapa sayang? Eh.. maaf”

“Hehe.. aku seneng kalau om panggil aku sayang…”

Damn! Boni langsung paham arah obrolan ini akan menuju kemana…

“Udah ah becandanya… Kamu mau cerita apa sama om? Hmm?”

“Hmm… tapi om jangan marah ya… janji?”

“Haduh…”

“Janji dulu…”

“Iya.. iya… om janji….”

“Hmm… sebenernya aku…. lagi butuh duit…”

“Duit? Berapa? Buat apa?”

“Hmm… butuh… agak banyak sih… 25 juta?”

“Hah? Buat apaan Jess?”

“Om ada kan? Duit segitu?”

“Bukan soal ada apa enggak… tapi kenapa kamu mintanya ke om?”

“Ya soalnya aku ga bisa minta ke papa atau mama…”

“Emangnya…. kamu butuh buat apa?”

“Hmm… buat ini om..”

“Apa itu Ve?”

“Test pack…”

“Test pack? Punya kamu?”

“Iya…”

“Jes… kamu hamil?”

Jantung Boni terasa berhenti mendadak. Konten audio ini terasa terlalu real untuk dianggap drama settingan.

Atau.. mungkin memang kualitas akting Ve sebetulnya sudah sehebat ini?

“Om jangan marahin aku….. hiks… Aku ga tau lagi harus minta tolong sama siapa….”

“Jesss…. kamu kenapa jadi begini sih?”

“Jangan dilepasin! Please om… biarin aku peluk om… huhuhu…”

“Iyaa… Yaudah silakan peluk om sepuas kamu… Om… ngerti kok kamu lagi depresi kan? Emang berat kalo punya beban tapi ga bisa diceritain ke siapa-siapa…”

“Hiks… hmmm… emangnya om tahu rasanya hamil di luar nikah?”

“Yaa… om kan laki-laki… selamanya ga mungkin tahu rah rasanya hamil gimana… tapi untuk situasi kayak gini… apa ya istilahnya? yaa… bisa ikut ngerasain lah beratnya kayak gimana…”

“Karena om pernah ditinggal nikah sama pacar om yang hamil ya?”

“Hah?”

“Ngaku deh… aku tahu kok ceritanya!”

“Cerita apa?”

“Cerita om sama mama….”

“Hah? Gimana?”

“Aku tahu kalo dulu pacar mama itu sebenernya om Heri kan? Bukan papa…”

“Jess… kamu tahu darimana?”

“Lepasin pelukan aku kalau emang ceritanya salah…”

“Jess…”

“Hihi… aku seneng deh dipeluk om kayak gini… rasanya nyaman…”

“Cerita itu emang bener… tapi itu kan masa lalu… om udah lupain itu…”

“Oya? Terus kok Om Heri ga nikah-nikah sampai sekarang?”

“Yaa… eng… belum ketemu aja jodohnya… Udah terlanjur tua… udah ga ada yang mau…”

“Banyak kali cewek muda yang seneng sama pria yang lebih tua….”

“Jess…”

“Kayak aku misalnya….”

“Jess… please lepasin sebentar…”

“Ga mau! Aku mau peluk Om Heri!”

“Jess…. lepasin dulu om mau ngomong sesuatu…”

“Ngomong ya ngomong aja… kan sambil pelukan juga bisa…?”

“Iya… tapi… om mau tatap mata kamu boleh?”

“hmm…”

“Boleh ya Jessica?”

“Aku takut… om…”

“Takut apa…?”

“Takut meleleh lagi…”

“Hah?”

“Aku mau lepasin pelukan om, tapi om janji harus lihat sesuatu!”

“Lihat apa? Bukan yang enggak-enggak kan?”

“Emang om mau lihat yang enggak-enggak?”

“Jes…”

“Hihihi…”

“Kamu godain om mulu daritadi…”

“Abis aku suka…”

“Yaudah sini kamu mau tunjukin om apaan? Lepasin pelukannya biar om bisa lihat…”

“Hmmmhhh… yaudah…”

“Fiuhh… akhirnya bisa lega. Ga dicekek lagi hehe…”

“Biarin aja nanti Om Heri aku cekek lagi sampe aku puas!”

“Dih, ngancem. Mana sini katanya mau nunjukin sesuatu?”

“Hmm… om jangan kaget ya…”

“Emang apaan?”

“Ini…”

“Hah?? Ini... siapa Jess?”

“Itu… mantan pacar aku…”

“Hah? Dia yang…?”

“Iya om… dia orang yang hamilin aku…”

“Jes… tapi dia…”

“Mirip sama om? Emang…”

“Jes...?”

“Om… lihat mata aku… bilang kalau aku bohong atau jujur…”

“Jes… Om… ga tau…”

“Cuphh…hmmm….. Ommhh….”

“Cuphhh… cuphh.. mhhhh… Jes…. ini salah… mmhhh….”

“Aku tau ommhh…. tapi…. Jessi sayang sama ommhhh…”

“Cuphh..ahhh.. Jess… ini salah…”

“Lebih salah lagi kalau aku minta tanggung jawab sama orang itu om… Dia sudah punya anak… punya istri… aku ga mungkin ngerusak kebahagiaan keluarganya dia…”

“Tapi Jes…”

“Apalagi aku sayang sama dia karena pelarian doang…”

“Pelarian?”

“Karena aku ga bisa sama om Heri…. aku jadi cari yang mirip…”

“Jess…”

“Tapi itu salah….”

“Jess… ahhh… tangan kamu kemana…?”

“Enak.. om?”

“Enakk Jes…”

“Lebih enak mana sama kocokan mama waktu masih muda?”

“Ahh… sama-sama enak…”

“Iya? Kalau cantiknya lebih cantik siapa? Cantikan aku apa mama waktu masih muda?”

“Ohh… Cantikan kamu sayang… cuphhmmmhh…”

“Cupphhh… Nikmatin tubuh aku ommhh…”

“Iya sayangnghhh…”

“Aku nakal ya ommhhh?”

“Nakal banget kayak mama kamuu..”

“Mama nakal ya omm? Malah selingkuh sama kakak pacarnya? Sampe hamil lagi?”

“Bukan itu aja sayang… cupphhmm…”

“Ada lagi?”

“Kamu pikir kenapa nama kamu Veranda?”

“Hah?”

“Veranda artinya apa?”

“Hnngg… beranda? Teras atau balkon gitu?”

“Nama itu dibuat berisi doa… atau… sejarah…”

“Sejarah?”

“Sejarah dimana anak itu dibuat..”

“Hah? Berarti papa sama mama bikin aku di….?”

“Makanya aku bilang mama kamu nakal banget.. cuphhhmmmm…”

“Mmmppphhhmmm… tapi kok om tau kalo mama ML di beranda?”

“Karena om lihat sendiri… sayangghhh…”

“Hah??”

“Om lihat mama kamu ngajak papa kamu keluar beranda terus ML di sana…”

“Hahh?? Emang ga diliatin orang-orang?”

“Subuh-subuh. Di villa, di puncak. Ga ada yang lihat. Kecuali om..”

“Om ngintip?”

“Enggak. Mereka tahu om lihat.”

“HAH?”

“Tapi mereka tetep aja ML di depan om…”

“Ya ampun om…”

“Makanya om bilang mama kamu nakal banget…”

“Om… cuphhhmm… maafin mama ya om…”

“Iya sayang.. cuphmm…”

“Sebagai gantinya… om boleh pakai aku… buat bales dendam…”

“Oya?”

“Anggep aku mama… perlakukan aku sesuka om…”

“Enggak mau…”

“Eh??”

“Om gak mau bales dendam dengan anggap kamu sebagai mama kamu…”

“Tapi om..”

“Aku mau bales dendam… dengan ngerusak anak yang mereka bikin!”

“Omm…mhhh… cuphhh…”

“Tapi kamu udah rusak…”

“Ommhh…”

“Kamu udah dihamilin orang lain…”

“Iya om… aku rusak… mhhh….”

“Berarti sebaiknya om apain kamu buat balas dendam?”

“Rusak aku lebih jauh om…”

“Hmmm?”

“Jangan kasih kesempatan aku untuk jadi cewek bener…”

“Gila kamu Jes….”

“Tapi itu kan yang om mau…?”

“betul sekali sayang… cupphhh…. buka baju kamu ya!”

“Ahhh… pelan-pelan lepasinnya om…”

“Di sini ada bayi?”

“Oomm… gelii… perut aku jangan digelitikinn…”

“Jawab sayang… di dalem perut rata kamu ini ada bayinya?”

“Iya om… di situ ada calon bayi…”

“Nanti perut kamu jadi tambah besar…”

“Iya om…”

“Tetek kamu juga nanti jadi tambah besar…”

“Owwhh… enak banget remasannya om…”

“Kalo tetek kamu makin besar…. kontol om bisa dijepit makin enak lagi… nngghhh…”

“Cupphh.. ahh.. ngghh… kontolnya om nakal ih… nyundul-nyundul mulut Jessi… hihihi…”

“AWW! Jangan dipelintir pentil Jessi!”

“Gemes abisnya! Pentil kamu imut banget… sluurrpphh…”

“Mmhhh… emut pentil Jessi yang kenceng oom…”

“Nanti pentil kamu gak warna merah muda lagi kayak sekarang…”

“Iya ommhh… kenyot terus pentil Jessi sampe hitam….”

“Kalo udah keluar susu, om boleh netek ya?”

“Boleh… semua buat om…”

“Oya? Nanti anak kamu dikasih minum apa?”

“Biarin aja minum susu kaleng om…”

“Jahat banget kamu Jes…”

“Kalau itu yang om mau… Jessi nurut om…”

“Hahaha… aku akan rusak kamu Jess!”

“Rusak aku om! Awh! Pelan-pelan copotin celananya!”

“Gila pantesan aja pacar kamu sampai bikin kamu hamil… Seksi banget kamu Jes…”

“Aku nakal ya om…?”

“Body kamu nakal banget! Cupphh…”

“Ahh.. Omm… enak banget jilatannya di situ…”

“Sluurpphh… mmhhh… enak? Kalo di sini?”

“Iyaaa…hhhhh… ituuu enak banget omm….”

“Slluurrrpppphh… sluurrppphh.. supphhhh…”

“Ahhh.. mau keluar om! Aku mau keluar! Kelu..aaarrrHHHHHH…..”

“Slluuurrpphhh… sluuurpphh…”

“Ahh… om udah… ahh.. ahh.. ahh.. aaaAAAHHH…..”

“Banyak banget keluarnya sampai nyembur..”

“Aahhh… Abisnya enak banget omm…”

“Emang pacar kamu ga bisa bikin kamu ngecrit kayak tadi?”

“Dia.. payah om… lebih cepet dia keluarnya daripada aku…”

“Aduh kasian banget sih… gadis secantik ini cuma dikasih anak doang tapi ga pernah dikasih enak?”

“Makanya enakin aku om…”

“Ga mau ah…”

“Please??? Masukin kontol om ke sini…. Jessi udah ga tahan…”

“Enggak ah… udah ada yang ngisi di dalem… udah ga seru lagi…”

“Makanya itu om… ****** aku pake kontol om…”

“Bangsat juga kamu Jes… hehehe…”

“Rusak aku sepenuhnya om…”

“Jangan salahin om ya! Mmh..”

“Iya om.. aku AAAAAHHHHhhhhh….”

“Hnggghh… hnggghhh… hnggghhhh….”

“Sakit om! Jangan langsung masuk gitu… aahhh…. hiksss…”

“Kenapa? Sakit? Biarin! Biar ancur memek kamu!”

“Aaaahhh… aahhhhhh… aaaahhhh…”

“Ngapain kamu Jess? hnnggghhh… hnggghhh Cari-cari bantal? Hhnggghhh… hmmmhhh…”

“Ommhh… ahhhh… jangan kencengggg-kenccc…aagghhh…”

“Yang kenceng-kenceng mah suara kamu! Hehehehe…”

“Iya pelan-pelan genjotnya, awhh.. bantalnya!”

“Kamu ga boleh nutupin mulut kamu hehehe… hngghhh… hnggghh…”

“Owwhhh.. ommhh… aaahhh… aaaaAAAHhhhh… hmmmm…”

“Seksi banget muka kamu Jes… hnggg… hngg… gigit-gigit sprei kasur gitu… hnggg… hnggg…”

“Ommh…. mmhhh… aanggghhh….”

“Yang kenceng Jes…. HNGGHH… HNGGHH..”

“OMMHH… AWHHH… ANGHHHHH….”

“Yang kenceng biar kedengeran bibi di bawah!”

“AMMMHHH…. ANGGGHHHHHHH….. IYASHHHH….”

“Yang kenceng sayang…. HNGGHHH… Biar image kamu rusak juga!”

“IYASSHHHH… OWSSHHHH MMHHHHHMMMMMMMM…..”

“Hahahaha… enak banget ya sayang? Sampe melengkung gitu punggungnya?”

“Ommmhh…… enakh….”

“Kita ganti gaya sini…Nungging!”

“Om… masukinn lagii….”

“Nagih ya? Hmm? Rusak banget kamu Jes…”

“Om jahattt…. godain aku melulu bikin aku makin binall.. ooohhh…”

“Cewek binal harus dihukum pake kontol. HNGGGHH!!”

“AAaahhh…. ommhh…. mentokkk..”

“Iya sayang… ohh… om goyang ya…. oohh…”

“Aaaahhh… Aaahhhh… iyasshhh….”

“Oommhh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Ommh… dalem banget nyodoknyaaahhh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Ommh… janin aku nanti ancur ommmh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Aaahhh… aaaahhh…. aaahhh…. yesshhh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Owwhh… ommhh… Jessi mau keluar laggg.. aaaahhhh….”

PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK

PLOPP!

“Aaahh… lepasshh..?”

“Dudukin kontol om Heri sayang?”

“Iya ommh… ahh…”

“Goyang sebinal mungkin Jes…”

“AAahhh.. iya ommhh… Jessi binall… Jessi nakall…”

“Ahh.. enak banget goyangan kamu sayang…”

“Iya.. omm… Om Heri jahat… mmhhh… ngerusak Jessi jadi gini…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Ooo… mmhhh.. enak omhh… ssshhhh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Kenapa sayang? Udah ga kuat hmm??”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Masih kuat kok omm… nih…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Ohh.. gila banget Jess… memek kamu bisa kedut-kedut gitu ahh…”

“Enak omm?”

“Enak sayang”

“Jessi juga enak…”

“Kamu suka kontol om?”

“Sukaa… ahhh… panjang banget sampe nembus ke rahim Jessi…”

“Pentokin terus sampe ujung sayang…”

“Iya omm…. aahhh…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Kamu ngapain remes-remes tetek gitu?”

“Aahh… biar cepet keluar susunya om…”

“Biar om bisa netek?”

“Iyaa… susunya buat om aja…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Anak kamu ga dikasih susu?”

“Gugurin aja ommmhhh….”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Kok jahat kamu Jes?”

“Abisnyangghhh… bukan anak ommhhh… keluar ommhh… Jessi mau keluaaAAARRRGGHHHnnggg”

“Wah… ngecritnya makin banyak aja kamu Jes…”

“MMhhhh… enakkhh… soalnnya ommh…”

PLOP!

“Kok dicabut ommhh?”

“Om mau coba lobang yang ini”

“Eh? Jangan! Itu kan bukan…”

“Ga usah panik gitu sayang…”

“Jangan om… Jessi takut sakit…”

“Sakitnya sebentar doang… kayak waktu kamu diperawanin… lama-lama enak kok…”

“Tapi omm…?”

“Ya? Mau ya dianal? Jessi sayang?”

“Engga maww…..AAAAGGHHHHH… OMMMHHKKKK…”

“Hahahahaha….. jerit yang kenceng sayang! Biar pembantu kamu tahu pantat kamu lagi dijebol!”

“Ommfffhhh… sakkkitttthhhhh….”

“Abis ini dijamin kamu jalannya ngangkang deh hahaha….”

“Jahatthhh…. ommhh… teggaa…”

“Ga usah sok suci lah! Kalo mau rusak ya rusak sekalian!”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Ammmfffhhhhh…. ammffffhhhhh…. anggffhhh….”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Jepitan pantat kamu lebih mantep daripada memek kamu Jess…”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Sekarang udah enak? Apa masih sakit? Jess?”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Pingsan hahahaha….”

Plokk-plokk-plokk-plokkk

“Mumpung pingsan… gue obrak-abrik pantat lo Jess!”

PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK

PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK

"Oh yeahhh..."

PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK-PLOK

PLOP!

“Balik! Aaagghhh……"

Croott!! Croott! Crottt!!

"Mantap! Skin care biar muka kamu glowing Jess hehehe… Uuhh... bibir kamu seksi bangett...”

"Hnnggghh... omm? Haapppphh..."

“Hahahaha…. Dia ngemut kontol bekas masuk bo’olnya sendiri hahaha…”

“Nngghh…. pwaahh... hoeeekkk!”

“Udah bangun sayang? Sini cium om dulu!”

“Hah? Omm… aahh… jangan…. ga mau…”

“Liat sini cantik! Duh itu mukanya belepotan peju sampe ke dagu hahaha…”

“Om.. sakitt…”

“Masih perih ya lobang pantatnya?”

“He’eh…”

“Kalo gitu om tambahin ya...”

“Ah? Om ngapain ngambil gesper? Omm… janggannn…”

CTAARR!!!

“AAAAA!!!! Oom… jangan cambuk pantat Jes…”

CTAARR!!!

“AAAaa!!!! sakittt!!!”

CTAARR!!!

“Hari ini om bakal rusak badan kamu Jess! Biar ga bisa jalan normal lagi!”

CTAARR!!!

“AAAAkkkhhh!!”

"Om bakal entot kamu di beranda kamar kamu! Biar papa kamu liat! Mama kamu liat! Semua orang liat! Hahahaha!"

"Jessi gak mauww... aaahhh!"

"Ga usah sok suci kamu! Mama sama anak sama aja binalnya!!!

"Om Heri Jahat!!!"

"Akhirnya hari ini om bisa balas dendam! Hahahaha..."

"Lepasinn..."

“Mau kemana kamu? Hah? Jangan kabur kamu Jess!”

“Oomm… lepasin tangan Jess… OOMmm.. aaaAAHHHKK!”

Piiip..

Dan konten audio itu pun berakhir.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd