Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

“Jangan gitu kak Ads, si Eno lagi berkabung karena Roman ngejual chelsea”
Eno sekarang fokus satu klub kok
Eh situ punya akun oranye gak sih ads??
punya.
mengsyedih
syedih
Pusing juga baca orang main futsal
tenang, kedepannya bakal ada episode futsal lagi kok, wkwk
BTW makasih ADS
sama-sama
Disini juga masih setia menunggu bang
Setia? Suka Charly berarti ya
Bisa kali sebelum puasa
bisa kali pas bulan puasa
Abis buka puasa, cba kesini...
coba lagi
Monggo dilanjutken
okay
Ads masih sibuk dengerin curhatannya Bebek yak??
tauk tuh, udah dapet jamet masih curhat aja..
Ternyata searah karna mau jemput si mbul itu mas mas ahahaha
Mas Shandy memang baik, mau ngasih tumpanga wkwk
Jadi siapakah si mbul itu?
ya mbul
Gila baru update setelah 8 bulan lebih.
wkwk
harusnya 8 tahun ya
Asikk full senyum
asikk
Standby nyimak
okeh
Pusing juga baca orang main futsal
Saya juga pusing kok nulisnya. Sans
BTW makasih ADS
sama-sama
Disini juga masih setia menunggu bang
okeh
Bisa kali sebelum puasa
bisa kali pas bulan puasa
 
Terakhir diubah:
Part 61: Adik Impian


Weekend tapi tetap harus datang ke kampus, itu adalah hal yang paling mengesalkan. Seperti sekarang ini, aku sedang berada di kampus. Tapi masih di parkirannya sih.

Oh iya, aku di kampus bukan karena harus mengikuti pelajaran tambahan atau semacamnya ya. Mana mungkin juga aku melakukan hal seperti itu.

Aku baru sampai, baru memarkirkan mobilku. Tak lama datanglah mobil lain yang langsung mengambil tempat tepat di samping mobilku. Padahal masih ada banyak tempat lain karena hari ini memang tempat parkir kampus sedang sepi.
Begitu aku keluar dari mobil, orang yang ada di dalam mobil yang baru datang itu juga ikut keluar.

"Lo dateng juga?" tanyanya saat melihat ke arahku.

"Lo dateng?" aku bertanya balik. "Berarti bakal ada rapat" aku menarik kesimpulan.

"Berarti ada yang urgent sampe kita dijebak buat dateng rapat" balasnya.

"Emang ada yang urgent kan" tambahku.

TING!!

TING!!

Hape kami berbunyi di saat yang hampir bersamaan. Setelah memeriksa hape, kami pun saling tersenyum kecut karena tahu kalau inti dari pesan yang baru masuk itu pasti sama. Sudah terlanjur disini, mau pulang, malas..
Akhirnya kami berdua pun berjalan bersama ke tempat dimana kami akan mengadakan 'rapat'. Begitu sudah hampir sampai di tempat yang kami tuju, aku bisa melihat kalau di luarnya sudah ada beberapa orang yang sampai. Dari jumlahnya, sepertinya kami yang terakhir.

"Kebiasaan.. dateng selalu paling terakhir" omongan orang ini abaikan saja. Tidak penting.

"Eh, Adrian dateng??" tanya Sasha yang nampaknya seperti tak percaya.

"Kan aku udah bilang kalo dia bakal dateng, kita bakal lengkap hari ini" sahut Samuel. Ini, ini dia si tukang jebak. Aku sedang tidak ingin bicara dengannya.

"Kalo udah lengkap gini.. Langsung masuk aja yuk" ajak Aisyah yang juga berada di tempat ini. Disebelahnya Dilla hanya manggut-manggut saja. Lucu.

"Bukannya kita disuruh nunggu dulu ya" Silvi membetulkan posisi kacamatanya.

"Disuruh nunggu lengkap" balas Mia santai. "Ya udah, ayok masuk"

"Iya, mending kita selesaiin lebih cepet.. Biar gue bisa langsung ke mall" Elsa menanggapi dingin. Memang Ratu Frozen.

Setelah cukup mendengar ocehan mereka, aku langsung saja membuka pintu ruangan dan segera masuk ke dalam disusul yang lainnya. Di dalam ruangan sudah ada seorang bapak-bapak yang duduk di atas kursi besar di balik meja. Di depannya sudah ada sepuluh kursi yang diatur membentuk setengah lingkaran.

Kalian sudah mendapat banyak petunjuk, sudah bisa menebak apa yang akan terjadi?

Ngomong-ngomong yang aku temui di temui di tempat parkir tadi adalah Kevin.

Ya, benar sekali kami akan mengadakan rapat TOP TEN. Karena tidak ada BEM di kampus ini, jadinya kami para sepuluh peringkat teratas yang harus membantu sang rektor dalam mengambil keputusan terkait hal-hal yang berkaitan dengan kampus tentunya.

"Aku tidak menyangka kalau kalian datang seawal ini" balas si bapak itu. "Dan dalam formasi lengkap"

Memang, aku jarang untuk ikut dalam rapat seperti ini. Dan dari obrolanku bersama Kevin tadi, bisa ditarik kesimpulan kalau dia juga jarang datang. Ini pun kami datang karena dijebak.

"Silahkan duduk, kita langsung mulai rapatnya" kami pun langsung duduk di kursi masing-masing.

Sebenarnya ini seperti ruangan kelas yang lain, hanya saja sedikit lebih luas dan kursinya jelas lebih nyaman untuk diduduki.

"Sebelum, izinkan saya bertanya beberapa hal terlebih dahulu, Adriansyah, Kevin Abraham, Danial Fubuki.. Kenapa selama ini kalian tidak pernah datang rapat?"

"Saya dateng dulu, pas awal-awal" jawabku cepat.

"Setelahnya?"

"Males. Kebanyakan yang dibahas tidak penting" jawabku lagi.

"Kevin?"

"Adrian" kenapa dia malah menyebut namaku. "Jika dia tidak datang, saya rasa saya juga tidak perlu datang"

"Danial?"

"Aku kira selama ini ada yang selalu datang" jawabnya. Yang aku paham betul apa maksudnya.

Tapi tunggu.. Tunggu sebentar.
Yang ditanya hanya tiga orang. Jadi artinya selama ini, Samuel benar-benar menjadi raja Harem?

"Pak, bisa kita langsung mulai aja?" Elsa tak sabaran.

"Baiklah, agenda pertama rapat. Seperti biasa, soal pengurangan jumlah mahasiswa. Jadi--"

"Tunggu" potong Danial. "Apa itu maksudnya?"

"Makanya jangan bolos kalo ada rapat" sahut Samuel.

"Bener" tambahku.

"Gue nggak mau denger itu dari lo ya!!"

"Nomor 10 banyak omong ya" sindir Kevin.

"Lanjutin, pak" sambungku. Abaikan saja si nomor 10 itu.

"Jadi setiap selesai ujian, baik UTS maupun UAS, beberapa mahasiswa yang nilainya di bawah rata-rata, akan dikeluarkan dari kampus" pak rektor menjelaskan. "Jadi ada berapa mahasiswa yang akan dikeluarkan setelah UTS bulan depan?"

Apa-apaan rapat ini?
Pantas saja semakin lama aku kuliah disini, kampus semakin terasa sepi. Jadi karena selama ini selalu ada semacam sistem eliminasi seperti ini?

"Ini yang gue maksud, Tedi dalam bahaya" celetuk Samuel pelan sembari melirik ke arahku. "Bisa-bisa dia dikeluarin dari kampus kali ini"

Itu masuk akal. Jika ada sistem eliminasi seperti ini, lama kelamaan mahasiswa yang sebenarnya biasa-biasa saja bisa jadi ikut terancam. Hanya tinggal menunggu waktu.

"Jumlahnya terserah, pak. Saya ngikut aja, baru ikut rapat lagi ini" aku menjawab pertanyaan pak rektor.

"Eh!?? Yan?"

"Kita bantuin aja dia belajar" ucapku pada Samuel.

"Harusnya lebih sedikit dari sebelumnya sih" Silvi membolak-balik buku catatannya. "Harusnya nggak sampe 50 orang, pak"

Itu masih banyak dong.
Terus sebelumnya berapa memang??

"Baiklah, kita tentukan lagi jumlah pastinya setelah UTS nanti" ucap pak rektor. "Itu pun kalau kalian semua nanti masih bisa berada disini" kalimat tambahannya mencurigakan.

"Agenda berikutnya masih seputar pengeluaran mahasiswa" nada bicaranya lebih dingin dari sebelumnya. "Untung kalian semua datang, saya ingin bertanya pada kalian berempat tentang Iwan Simanullang"

4 orang yang dimaksud jelas adalah aku, Kevin, Samuel dan si nomor 10.

Kita harus flashback terlebih dahulu untuk lebih jelasnya.

• Flashback •

"Misi, Yan.." Jose tiba-tiba saja mengambil tempat di sebelah kiriku persis.

"Di sebelah banget nih?" tanyaku. "Ini juga.." giliran Kevin yang mengambil tempat di sebelah kananku.

"Kita juga mau kencing!!" dan berikutnya Tedi, Samuel juga Rafli ikutan.

Oke, waktunya penjelasan. Sbelumnya aku dan yang lain seperti biasa nongkrong bareng di salah satu sudut kampus setelah kami selesai dengan kelas masing-masing. Karena merasa kebelet, aku pun pamit untuk ke toilet. Taunya mereka menyusul dan sekarang kami jadinya seperti ini, kencing bersama.

"Punya lu cuma segitu, Raf?" Tedi memulai sesuatu yang tak perlu.

"Yang penting staminanya!!" Rafli berbangga diri. "Kalo nggak percaya, tanya aja sama Sarah yang udah klepek-klepek sama ini" harus banget diperjelas ya? Kan jadi membayangkan. Membayangkan Sarah ya. "Lagian masih mending gue lah daripada punya lo" bayanganku langsung buyar. "Itu apa'an??" Rafli terdengar kaget.

"Batman, bro" jawab Jose.

"Pantesan kalo di klub malem lo bisa nemu aja cewek yang cakep" sindir Rafli lagi. "Ada nightvision nya ternyata"

"Yo'i"

"Selama ini lo nyembunyiin itu dimana, Vin?" orang yang berada di sebelah Kevin ikut berkomentar.

"Ngapain sih lo?" Kevin pun buru-buru menyelesaikan kencingnya dan ke wastafel untuk cuci tangan. Segera kabur.

Jujur, aku sendiri juga tidak menyangka dia akan mengatakan hal seperti itu. Dan sekarang kenapa dia melihat ke arahku.

"Apa? Mau liat punya gue juga?" aku geli dilihat seperti itu. "Tanya aja sama cewek lo sana"

"Pffftt" langsung bisa kudengar tiga orang di kiriku berusaha menahan tawa.

"Wei!! Udah dong, jangan ribut disini" Samuel yang ada di paling kiri angkat bicara.

"Sam..." suara Tedi kembali terdengar. "Itu yang bikin Mia neriakin nama Adrian? Biasa aja tuh, nggak gede-gede amat.."

Hah?? Apa tuh maksudnya?

"Wei!! Si ******!" Samuel buru-buru menaikkan kembali resletingnya.

"Jadi itu yang bikin lo putus sama Mia"

"Diem!! Lo juga bisa aja nanti Manda ngelakuin hal yang sama"

Kenapa kesannya semua jadi salahku ya?

BRUK!!!
Tiba-tiba terdengar seperti ada sesuatu yang jatuh dengan keras. Suaranya dari salah satu bilik toilet yang ada disini.

"Periksa, Ted" aku sudah menaikkan resleting celana, begitu juga dengan yang lainnya. "Ketiga dari kiri"

Tedi pun segera melakukan apa yang kukatakan.

"Dikunci"

"Dobrak aja" sahut Jose.

BRAAK!!

"Kelamaan" Samuel langsung mendobrak pintu bilik toilet itu. "Iwan.." katanya lalu beralih memandang ke arah kami.

Otomatis kami semua pun ikut memeriksa dan ternyata benar apa yang dikatakan Samuel, di dalam bilik toilet tersebut ada Iwan tergelatak jatuh di samping kloset dengan mulut berbusa.

"Apa tuh??" Rafli menunjuk ke arah lengan Iwan.

"Si ******" kata Samuel setelah memeriksa Iwan, tepatnya pada lengannya yang ditunjuk Rafli tadi.

"Masih nafas, Sam?" tanyaku.

"Masih.."

"Raf, ambil mobil lo. Cepet"

Selagi Rafli berlari untuk mengambil mobilnya di parkiran, aku dan yang lainnya menggotong Iwan keluar dari dalam sana. Lalu segera memasukkan Iwan ke dalam mobil untuk segera diantar ke rumah sakit. Yang berangkat hanya Rafli, Samuel, Tedi dan Danial.

Sedangkan sisanya, aku, Kevin, dan Jose tetap tinggal. Kami ditanyai oleh beberapa dosen yang pada saat itu kebetulan ada di dekat tempat kejadian.

• Flashback •selesai​

Masih belum paham apa yang terjadi?

Iwan overdosis memakai narkoba.
Begitulah anak orang kaya kalau tidak tahu uangnya mau dipakai untuk apa. Mungkin memang tidak selamanya uang bisa memberi kebahagiaan. Maksudku kebahagiaan yang sesungguhnya.

Dari yang kudengar Iwan masih selamat, hidupnya masih aman. Tapi ini, pendidikannya. Ada kemungkinan dia akan dikeluarkan dari kampus. Dan itu sudah hampir pasti.

Hmm.., setelah dipikir-pikir pantas saja Iwan setiap futsal staminanya tak habis-habis. Pakai doping ternyata. Mungkin itu juga alasan dia selalu pulang duluan, karena pasti kan ada efek sampingnya juga dari pemakaiannya itu.

"Keluarin aja, pak" Aisyah yang pertama memberi respon. "Dia emang nggak pantas kuliah disini"

"EEHH!!?"

Hampir semua yang berada di dalam ruangan ini merasa terkejut. Bagaimana tidak, Aisyah yang biasanya tenang tiba-tiba saja seperti itu. Apa yang terjadi padanya selama dia cuti kuliah?

"Ada yang mau memberi pendapat lain?" tanya pak rektor lagi.

Aku langsung mengangkat tangan.

"Ya, Adrian?"

"Bapak sebentar lagi bakal nyuruh kami buat voting kan" ucapku. "Sebelum itu, ijinkan saya untuk bicara"

"Silahkan"

"Seorang pengguna obat-obatan itu bukan pelaku kriminal.." aku mulai bicara.

"Adrian!!"

"Ai, aku belum selesai ngomong. Kamu kenapa sih? Nggak kayak biasanya" aku baru melanjutkan omonganku ketika Aisyah mulai kembali tenang. "Pengguna obat-obatan itu bukan pelaku kriminal, karena mereka tidak merugikan orang lain, yang paling rugi justru diri mereka sendiri. Yang mereka lakukan itu bukanlah tindakan kejahatan, melainkan tindakan kebodohan. Jadi kesimpulannya, apakah orang bodoh pantas untuk berada di kampus ini?"

"Past is past. Iya kan" ucap Kevin sambil menengok ke arahku. "Yang terpenting adalah apa yang kita lakukan hari ini dan kedepannya"

"Apakah tidak ada yang mau bicara lagi? Kalau tidak, kita lakukan voting seperti biasa. Kalian semua tutup mata.. Yang setuju Iwan dikeluarkan, angkat tangan kanan, dan yang tidak setuju, angkat tangan kiri"

Aku segera melakukan apa yang dikatakan oleh pak rektor. Tapi aku tidak tahu dengan yang lain, kan mataku tertutup.
Melakukan voting dengan mata tertutup. Cara yang klasik, agar kami semua tak tahu pilihan satu sama lain, agar tak ada yang terpengaruhi oleh pilihan orang lain. Tapi kurasa perkataanku sebelumnya bisa mempengaruhi hasil voting.

"Baiklah, sekarang turunkan tangan kalian dan buka mata" setelah menunggu beberapa saat, akhirnya aku membuka mata lagi. "Hasil yang..., sebenarnya tak terduga. Tapi mengingat apa yang terjadi sebelumnya, itu wajar. Kalian cukup cerdas karena sepertinya tak terbawa perasaan, dan lebih berfikir secara logis.. Terimakasih untuk Adrian"

Benar kan apa kataku.

"10 orang setuju. Iwan Simanullang akan dikeluarkan dari kampus"

10 orang setuju?
Apa-apaan ini? Kenapa kami semua kompak.

"Lo juga setuju? Bukannya dia temen deket lo ya?" Elsa bertanya pada makhluk di sebelahnya. "Atau karena akhir-akhir ini udah dapet temen-temen baru?" aku merasa dia sekarang melirik ke arahku. Najis.

"Kenapa emang? Bukannya lo seneng mantan lo sekarang bakal dikeluarin?" makhluk itu ternyata bisa membalas.

"Atau lo 'terpengaruh' sama omongannya Adrian?" si ratu Frozen masih tak mau kalah. "Denger-denger kalian sering futsal bareng kan"

"Kami nggak satu tim ya" secara tidak langsung dia mengiyakan dong.

"Futsal? Aku pengen liat.." Dilla yang duduk di samping kananku tiba-tiba merasa antusias. Dia bahkan sampai menarik-narik lenganku.

"Futsal? Kamu juga ikutan? Kok aku nggak pernah kamu ajak" Sasha yang ada di samping kiriku protes pada seseorang yang duduk berjarak satu bangku di samping kirinya.

"Emang udah aturannya, jangan bawa cewek.. Biar fokus mainnya. Nggak sekedar pamer skill" jawab Samuel pada kekasihnya.

Tidak. Itu aturan yang mereka, Samuel, Tedi, Rafli, Jose sepakati sendiri. Tanpa adanya aku.
Mereka hanya takut jika membawa kekasih masing-masing, malah justru aku yang mendapat semua perhatian.

"Bisa nggak usah bahas futsal nggak?" sesosok makhluk di pojok kiri mengeluarkan suara lagi.

"Kenapa? Kalah ya sama Adrian?" Silvi ikutan.

Makhluk itu langsung seperti ingin menerkam Silvi tapi berhasil dihalangi oleh Elsa.

Oh iya, untuk urutan tempat duduk kami memang berdasarkan peringkat kami juga. Bagi yang mungkin lupa dengan urutannya..,

1. Kevin Abraham
2. Aisyah Hasanah
3. Aldilla Fatmawati
4. Adriansyah
5. Sasha Meyliana
6. Mia Oktavia
7. Samuel Collins
8. Silviana Agustin
9. Elsa Angelista
10. Danial Fubuki

BTW kasihan Mia ya karena harus diapit oleh Sakura dan Sasuke.

"Kalo penasaran, gue bisa ceritain sih gimana futsalnya" tiba-tiba Kevin menyahut tapi dengan malas-malasan. Bahkan posisi duduknya sudah seperti orang yang kehabisan energi. "Tapi males.."

Melihat hal itu aku segera berdiri dari tempat dudukku untuk selanjutnya berjalan ke arah salah satu sudut ruangan yang adalah semacam mini bar karena menyediakan minuman dan makanan untuk kami.

"Posisi lo paling deket bangsat!! Tinggal ambil sendiri males bener, gue kepret juga lo" ucapku ketika melewati tempat duduk Kevin yang orangnya kini sedang tersenyum-senyum.

"Coklat ya, hehehe"

"Berapa?" tanyaku ketika sudah sampai di mini bar ini.

Sebagai jawaban Kevin hanya mengacungkan dua jarinya seperti tanda peace. Langsung ku lemparkan dua bungkus coklat ke arahnya yang berhasil ia tangkap dengan kedua tangan.

"Yan!! Gue juga.." teriak Samuel.

"Berapa?"

"Tangan gue dua sih"

"Kalo yang satunya buat cewek lo, gue ogah ya"

"Ayolah.."

Kulemparkan lagi dua bungkus coklat, kali ini ke arah Samuel. Dia juga bisa menangkapnya. Tapi berikutnya aku melemparkan beberapa bungkus lagi ke arahnya, dan kali ini bukan hanya coklat.

"Woi!!"

"Bagiin"

Ini jangan ditiru ya.
Lempar-lempar makanan itu tidak baik. Kecuali yang melempar dan yang menangkap sama-sama tangkas.

Setelah kurasa cukup, aku segera kembali ke tempat dudukku dengan membawa beberapa minuman yang kubagikan juga pada yang lain.

"Buat gue mana woi!!!" terdengar suara protes dari pojok sebelah kiri ketika aku baru kembali menempelkan pantatku ke kursi.

"AMBIL SENDIRI..!!!" beberapa gadis seperti Elsa, Silvi, Sasha dan Dilla tiba-tiba menjadi kompak.

"Atau minta bokap lo sana" sindirku sambil melirik ke arah pak rektor ketika Danial berjalan hendak mengambil cemilannya.

"Siapa yang menyuruh kalian makan di tengah rapat seperti ini?" sepertinya sindiranku barusan terlalu berlebihan.

Danial yang sudah setengah perjalanan pun berbalik arah dan kembali duduk di kursinya.

"Bukannya kita udah selesai ya rapatnya?" tanya Mia.

"Iya.. apa lagi yang perlu dibahas, pak?" tanya Silvi yang kemudian kembali mengunyah.

"Siapa bilang.. Masih ada beberapa hal yang perlu dibahas" si rektor pasti akan mengusulkan sesuatu yang merepotkan. "Ini mengenai sikap kalian yang seperti ini. Jadi, bagaimana kalau kita rombak formasi TOP TEN"

"Setuju, kita jadiin sembilan aja" Dilla yang pertama menanggapi.

"Wei!!" orang yang tak dapat cemilan langsung protes.

"Takut.." tapi harusnya tidak perlu sambil memegangi lenganku. Aku yang ingin memakan cheetos jadi susah kan.

"Kalian semua dari jurusan yang berbeda, bukan. Yang artinya kalian mewakili setiap jurusan" ya, aku yakin dia akan mengusulkan sesuatu yang gila. "Kalau dalam UTS selanjutnya kalian tidak menjadi peringat satu di jurusan masing-masing, kalian akan kehilangan posisi kalian saat ini"

"Ya, terserah.. Kami juga--"

"Semuanya" potong pak rektor. "Jika ada salah satu saja dari kalian yang tidak berhasil, maka posisi kalian semua akan digantikan"

"Ya, terserah.. Tidak ada untungnya juga berada di TOP TEN"

"Lalu yang kalian makan itu apa?"

"Eh!?" kedua kalinya kami kompak. Hal yang sangat jarang, apalagi di hari yang sama.

"Tapi cemilan ini juga--"

"Enggak. Ini cemilan favorit kita semua. Masing-masing.." sahut Silvi. "Chocolatos, Tricks, Tao Kae Noi, Cheetos, Mister Potato, Sponge Crunch, Chitato, Matoh Cassava Chips, Nuts Holic Almond, Springles"

Sebutin aja semuanya!!!
Mereka tidak ada yang endorse lho..

"Belum lagi coklat-coklatnya kayak Kinder Joy, Silverqueen, Cadbury, Toblerone, Magnum Signature, Hershey’s, Ritter’s Sport, Cavalier Belgian, Whittaker’s..." masih dilanjut lho.

"....Chocolajit Green Tea,
Lindt Excellence Cocoa 99%" Elsa pun ikutan.

"Seriusan, kalian cuma peduli soal makanan?" tanya Sasha.

"Dan favorit kita semua..., Guylian Belgian Chocolate sama T24 Diamante"

"Kita harus pertahanin posisi kita!!" cepat sekali Sasha ini berubahnya.

"Bukankah sebagai siswa berprestasi, kita seharusnya mendapatkan yang lebih dari sekedar cemilan yang hanya bisa kita nikmati saat rapat" ujar Samuel. "Beasiswa contohnya"

"Bukannya kita semua udah dapet beasiswa ya?" celetuk Kevin yang tentu saja membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Dari orangtua masing-masing" dia nyengir.

"Kebanyakan nongkrong sama Adrian ya" sindir Aisyah.

Kenapa jadi aku juga yang kena?

"Baiklah jika itu mau kalian.." pak rektor kembali bicara. "Selama sisa semester kalian, yang artinya 3 semester lagi. Itu akan ditanggung oleh kampus"

"Tiga semester?" tanya Elsa. "Kita disuruh lulus 1,5 tahun lagi?"

"Jika kalian memang TOP TEN harusnya kalian bisa melakukannya"

"Enggak, pak.. Bukan itu masalahnya" potongku. "Kita masuk ke kampus ini susah lho, masa disuruh keluar cepet-cepet?"

"Ya, biarkan kami lulus seperti mahasiswa pada umumnya, dalam kurun waktu 8 semester" sambung Samuel.

"Kebanyakan mahasiswa lulus dalam kurun waktu lebih lama sih" celetuk Kevin.

"Begini saja, berikan kami beasiswa selama 3 tahun lagi" ucapku. "Jangan beri kami beban lebih banyak dengan memberi tenggat waktu lulus yang singkat, biarkan kami lulus dengan normal. Dan jika ada diantara kami yang tidak berhasil lulus 2 tahun dari sekarang, berikan kami waktu tambahan 1 tahun lagi. Setelah itu terserah bapak"

"Hmm..., menarik. Tapi--"

"Lagipula aku yakin tidak akan ada diantara kami yang akan menghabiskan waktu lebih dari dua tahun lagi di kampus ini" ucapku lagi. "Seperti yang saya bilang tadi, jangan beri kami beban tambahan.. Kami sudah pasti akan lulus secepat mungkin yang kami bisa. Karena kalau kelamaan juga, kami malu"

"Baiklah, itu masuk akal"

"Tapi bagi orangtua kami yang merupakan d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) di kampus ini, sama saja dong" sahut Elsa tiba-tiba. "Kayak orangtua aku, Silvi, Mia, terus Kevin"

"Dan Adrian" pak rektor menambahkan.

"Hah??"

"Sejujurnya orangtua kalian semua adalah d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain)"

"Tunggu, ada yang mau aku tanyakan" ada yang mengangkat tangannya. "Tadi bilang akan ada perombakan kan"

"Daritadi kita emang ngomongin itu, lo kemana aja sih?" balas Elsa yang ada di sebelahnya.

"Anggap saja kami semua berhasil menjadi peringkat satu di jurusan masing-masing dan mempertahankan posisi kami disini" ayah dan anak sama-sama menyebalkan. "Apakah posisi duduk kami akan tetap seperti ini?"

"Kalau begitu kita tinggal melakukan tes lagi" ternyata memang sifat menyebalkannya itu turunan.

"HAH???"

"Ngerepotin dong, pak.."

"Masa habis UTS kita harus ngadepin soal-soal lagi"

Mayoritas menolak.

"Kenapa? Kalian takut?" makhluk itu kembali bicara. "Untuk aku yang ada di 'posisi terakhir' ini, tidak ada rasa takut untuk turun. Justru aku lebih banyak kesempatan untuk naik. Tapi kalian..,"

Hampir semuanya langsung terdiam. Tapi aku..., "Vin, jagain kursi yang bakal gue dudukin itu ya. Jangan dikotorin, jangan dirusak"

"Hehehe.. Sayangnya gue bakal pertahanin kursi ini sih" jawab Kevin.

"Gue pengen nyoba ngerasain duduk di sebelah Aldilla atau Aisyah sih" Samuel tersenyum-senyum. Dasar Playboy.

"Sasuke!!" Sakura pun marah.

"Kalian para cowok-cowok jangan seenaknya ya" Dilla berdiri dari tempat duduknya.

"Iya, kita para cewek-cewek yang bakal ada di peringkat 1-6" Mia menanggapi.

"Jangan ngasih beban dong, Mi" Sakura khawatir.

"Aku di peringkat mana aja. Terserah sih" ujar Silvi.

"Tanda kalo lo yang bakal di peringkat terakhir sih itu" balas Elsa.

"Semakin menarik" apa lagi yang akan dilakukan rektor kurang ajar ini. "Setelah perombakan nanti, bagi yang ada di peringkat atas, akan mendapatkan jatah camilan lebih banyak"

"Aku bakal ada di peringkat 1!!!" aku baru tahu kalau Silvi bisa seperti ini. Kerasukan Sasha?

"Kalo kamu ada di peringkat 1, aku bakal ada di peringkat 2. Biar cuma aku yang bakal ada di samping kamu" Dilla menunjuk ke arahku.

"Eh?!"

Kurasa tidak ada yang mendengar hal itu selain aku karena Dilla seperti berbisik tadi. Tapi kulihat Aisyah sedikit melirik kesini.

"Baiklah, sepertinya rapat kali ini cukup sampai disini saja. Kalian bisa bubar"

Meskipun rektor bilang seperti itu, tapi sebagian besar dari kami justru berkumpul menuju mini bar untuk menghabiskan semua yang ada disana. Sebelum ada pembatasan jatah camilan, akan kami habiskan yang ada sekarang.

"Kecuali Danial. Ada yang ingin saya bicarakan" ucap pak rektor saat kami selesai membawa 'bekal' dan sudah membuka pintu hendak keluar. "Oh iya, buat kalian.. Dua minggu lagi akan ada event-event yang diadakan di kampus, kalian yang bertanggungjawab ya"

"PAAAAKK!!!"

Hattrick. Kami tiga kali kompak pada hari ini.
Untuk yang satu ini, kami memang selalu kompak.

"Sudah, sana!!" kami pun diusir.

Dan sialnya mereka ini, kalau tadi aku yang pertama masuk, sekarang aku yang terakhir keluar. Kecuali Danial yang sepertinya akan diberi petuah oleh ayahnya. Dan karena hal itu, karena aku terakhir keluar, aku jadi bisa mendengar..,

"Kamu tadi memilih setuju karena sekarang sudah mendapatkan teman-teman yang lebih baik kan?"

Aku tidak mau kepedean sih. Tapi..., Najis!

Kemudian aku sedikit berjalan menjauh dari yang lain karena mendapat panggilan telefon dari Shani.

"Iya, Shan? Udah.. Udah selesai. Kenapa? Ya udah, habis ini aku langsung kesana? Kamu shareloc aja ya"

Setelah selesai, panggilan telfon itu langsung terputus.

"Shan? Shania?" tanya Kevin.

"Shani" balasku singkat.

"Iya, Shania.."

"Lo kok ngeyel sih"

"Siapa itu? Habis nerima telfon dari siapa?"

"Lo kok kepo sih, Ai?"

"Oh iya, gue baru kepikiran.. Emang ada ya, yang bisa gantiin posisi kita? Kalo seandainya emang kita bakal dirombak?" celetuk Samuel sambil meletakkan kedua tangannya di kepala.

"Anak-anak maba tahun ini mungkin" jawab Silvi. "Yang aku denger, ada beberapa dari mereka yang dapet undangan sih. Kayak kita dulu.."

"Cakep-cakep nggak?" tanya Sasuke yang seketika mendapat jeweran dari Sakura.

"Kabarnya bakal dibuat TOP TEN yang baru, tapi karena ada satu orang yang akhirnya milih buat kuliah di kampus lain, jadinya batal dibuat.."

"Siapa? Sombong banget" balas Elsa.

"Siapa ya nama lengkapnya?" Silvi bergumam. "Namanya mirip-mirip sama Adrian, tapi nama belakangnya itu siapa ya? Ada Axl-Axl nya gitu. Atau Axel ya?"

"Nggak kayak yang gue pikirin kan" gumam Kevin sambil menyenggol lenganku.

"Dia di Jakarta?" tanyaku balik.

~~~​

"Masuk, kak.."Michelle yang membukakan pintu langsung mempersilahkan aku untuk masuk. "Duduk dulu, mau minum apa?"

"Nggak usah ngerepotin, tapi kalo bisa yang seger-seger" balasku yang sudah duduk di sofanya.

Aku memang sedang berada di rumah Michelle. Tadi itu Shani menelfonku setelah menerima telfon dari Michelle yang bilang kalau dirinya butuh bantuanku untuk mengerjakan salah satu tugas kuliahnya. Karena Shani yang meminta, makanya setelah rapat tidak penting tadi aku langsung kemari. Sekali lagi, karena Shani yang meminta.

Tak butuh waktu lama, Michelle telah kembali dengan membawa segelas es teh manis yang diberikannya padaku.

"Jadi perlu bantuan soal tugas apa?" tanyaku setelah meminum setengah gelas es teh itu. "Tapi bukannya jurusan kita beda ya?"

"Kok nggak peka sih, kak?" balas Michelle dengan memangkas jarak duduk diantara kami. "Itu cuma alesan aja biar kakak dateng ke rumah aku yang kebetulan hari ini lagi sepi"

Harusnya aku sudah langsung menyadarinya ketika dia membukakan pintu tadi. Pakaian Michelle yang cukup memprovokasi pasti memiliki maksud terselubung. Memang wajar jika seorang gadis hanya memakai tanktop dan celana pendek saja di rumahnya sendiri, tapi disaat mengetahui kalau dirinya akan menerima tamu seorang laki-laki dan masih memakai pakaian seperti itu, sudah bisa dipastikan kalau dia memiliki maksud lain. Apalagi Michelle juga telah menyebutkan kalau rumahnya sedang sepi hari ini. Jadi yang perlu kulakukan adalah...,

"Jadi mau lo apa sebenernya?" aku meraih pinggang Michelle lalu menariknya agar duduk di pangkuanku. "Ngomong aja?"

Aku menempelkan punggungku ke sandaran sofa, menunggu jawaban dari gadis yang telah memerah pipinya ini.

"Kak?"

"Gue bukannya nggak peka, cuma perlu lebih jelas aja.. Biar nggak ada salah paham, nggak salah langkah" ucapku. "Jadi lo mau apa, Syel?"

"Aku--"

Kali ini aku menarik tubuhnya lalu merebahkannya di atas sofa dan kemudian menindihnya.

"Lo pengen seneng-seneng kan.." ucapku lagi. "Gue nggak tahu kenapa lo kayak gini ya, tapi hayuk!"

Michelle memejamkan matanya ketika wajahku mendekat. Sampai akhirnya...,

"Jangan ngelakuin hal kayak gini lagi" bisikku di dekat telinganya.

Karena terkejut, Michelle lalu membuka matanya dan aku sendiri sudah berdiri dan bersiap untuk pergi dari sini. Tapi sebelumnya aku menghabiskan terlebih dahulu es teh ku. Ini namanya sopan santun, kan sudah disuguhkan.

Berdasarkan pengalamanku dengan Julie, memang ada baiknya ketimbang menjadi salah tingkah, lebih baik melakukan serangan balik. Dan sampai saat ini, hal itu terbukti ampuh dan cukup efektif.

"Nggak usah aneh-aneh deh, Syel.. kalo nakal lo masih nanggung" pesan terakhirku sebelum membuka pintu bersiap untuk keluar.

"Stefi" Michelle tiba-tiba menyebutkan satu nama. "Selama dia ke Jepang, aku dimintain tolong buat gantiin peran dia"

Tentu aku terdiam beberapa saat di depan pintu ketika mendengar hal tersebut.

"Peran dia sebagai partner sex kakak"

~~~​

Adik kurang ajar!!!
Maksudnya mungkin baik, tapi jangan seperti itu dong. Itu sama saja membongkar rahasia kami. Dan kenapa harus Michelle sih yang dia pilih? Tidak ada yang lain apa?
Maksudku bukan berarti Michelle tak menarik ya, tapi masih ada yang lain yang lebih menarik menurutku, hehe.

Aku cukup beruntung karena Michelle tak memasukkan sesuatu yang aneh di minumanku tadi. Ya, siapa tahu tadi dia sengaja memasukkan sesuatu seperti obat perangsang atas semacamnya agar aku tergoda dengannya. Kan repot.
Eh, tapi memangnya hal seperti itu ada ya? Aku tidak pernah mengetahuinya secara langsung sih. Hanya mendengar saja, entah itu nyata atau hanyalah sebuah mitos.

Namun untuk berjaga-jaga, aku tidak langsung pulang ke rumah. Siapa tahu ternyata memang dimasukkan sesuatu, lalu efeknya baru muncul ketika aku sedang ada di rumah, saat hanya bersama dengan Shani. Kan berbahaya.
Jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan sejenak. Aku memilih ke toko buku, untuk mengalihkan pikiranku dari hal-hal yang tidak seharusnya aku pikirkan.

"Volume yang baru, bulan depan rilisnya" petugas toko buku ini memang suka menyapa dengan cara yang agak berbeda.

"Gue cuma mau baca, biar kesannya toko ini ada pengunjungnya" balasku cuek.

Ya, aku sudah tahu kalau komik yang biasanya aku baca baru akan rilis bulan depan untuk volume teranyarnya. Aku kesini memang hanya untuk membaca buku gratisan yang cover plastiknya sudah dirobek. Kalau ada yang ingin kubaca tapi belum dirobek ya, tinggal robek saja. Eh, jangan.. Jangan ditiru ya.

Baiklah, sepertinya aku salah sudah membaca ini. Gara-gara melihat Nami dan Carrot mandi bersama dalam satu bak, pikiranku jadi kemana-mana lagi. Membayangkan kalau seandainya Shani berambut oranye dan Gracia memakai telinga kelince...,

Oke, cukup.
Sepertinya juga aku harus segera pergi dari sini. Karena sejak sekitar 5 menit yang lalu, aku diawasi oleh seseorang. Tapi sepertinya bukan pegawai toko buku ini. Seorang gadis.

Kuletakkan kembali komik itu di tempatnya lalu berpura-pura menengok ke arah orang tersebut yang nampaknya kaget dan langsung bersembunyi saat tiba-tiba aku menoleh. Kesempatan itu aku gunakan untuk menghilang dari penglihatannya.

"Lho, kemana ya?"

"Nyari siapa, Nin?" tanyaku yang kini sudah ada di belakang gadis itu.

"EH!!?? HUWMMMPPHH"

"Jangan teriak dong" ucapku yang sudah membungkam mulutnya dengan tanganku.

Orang itu mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Ngapain ngeliatin gue?" tanyaku lagi yang sudah melepaskan tanganku.

Tapi bukannya menjawab, gadis itu justru berniat kabur. Aku yang sudah bisa menduga akan hal itu cepat-cepat mencegahnya dengan memegangi tangannya.

"Mau kemana? Jawab dulu dong"

Kruyuk~

"Boleh aku jawab sambil makan nggak, kak?" akhirnya dia menjawab.

"Mau makan apa?"

"Sushi Tei..!!!!"

Sial.

~~~​

"Mmm..."

Gadis itu terlihat sangat lahap menyantap sushi nya. Pipinya yang gembil terlihat semakin menggembung saat mulutnya penuh. Sesekali badannya juga ikut bergoyang-goyang saat merasakan nikmatnya makanan yang ia santap. Khas perempuan sekali.
Sepertinya sushi memanglah makanan favoritnya.

Kenapa? Kalian masih bingung siapa gadis ini?
Pipi gembil, penyuka sushi.
Benar sekali, dia adalah Anin. Aninditha Rahma Cahyadi.
Sebelumnya juga sudah aku sebut namanya kan.

"Nggak dimakan, kak?" tanya Anin melihatku belum menyentuh makananku.

"Iya, ini..."

"Nggak bisa pake sumpit ya?" dia malah menuduh.

"Bisa kok" bantahku cepat.

"Terus?"

"Eeehhh..."

"Tenang, ini aku pesenin yang pasti kakak suka kok.. Coba dulu"

Akhirnya kucoba memasukkan satu ke dalam mulutku dan mulai mengunyahnya.
Hmm..., yaaaahh rasanya tak terlalu buruk.

"Ini nama menunya apa, Nin?" tanyaku setelah berhasil menelan makanan itu. "Biar gue bisa pesen sendiri kapan-kapan"

"Biar aku aja yang pesenin.." balasnya sambil tersenyum.

"Tujuan lo apa sih? Tadi ngikutin gue, sekarang ngegodain gue" seperti sebelumnya, jangan salah tingkah. Serang balik!

"Bercanda, kak.. Maaf" ekspresinya cemberut, manyun, lucu. "Tapi beneran deh, aku mau kok kita kapan-kapan makan bareng sama ci Shani, sama Gracia juga. Maksud aku cuma sebagai temen aja kok, kak.. Bukan ada maksud apa-apa"

"Ada maksud apa-apa juga gapapa kok"

"Eh?!!" serang balik.

"Sekarang lo jawab, kenapa lo ngikutin gue?" tanyaku sekali lagi.

"Aku tadi nggak sengaja ngeliat kakak masuk ke Gramedia" sebutin aja, sebutin semua!!! "Terus aku ikutin kakak deh.. Tapi aku bingung mau nyapa duluan, hehe" dia cengar-cengir. "Sebenernya ada yang mau aku omongin, kak"

"Tentang apa?" aku jadi penasaran.

"Lukman"

"HEH?!!" aku hampir tersedak mendengarnya.

"Iya, aku tahu.. Kakak mungkin kaget tiba-tiba aku mau ngomongin ini" Anin mulai menjelaskan. "Tapi--"

"Eh, apa maksudnya? Gue nggak paham" balasku pura-pura polos sambil meminum air.

"Nggak usah ngelak, kak" balas Anin. "Kenzo-san udah cerita semuanya kok" dasar bangKe. "Ya, meskipun harus aku paksa-paksa dulu sih. Jadi, kak.. Aku--"

"Nin, cukup.. Nggak seharusnya kita ngomongin ini di tempat umum" potongku. "Ini menyangkut harga diri lo juga kan"

Anin menengok kanan-kiri terlebih dahulu seperti hendak menyeberang jalan, sebelum akydia kembali berucap.., "Ya udah, kalo gitu anterin aku pulang"

Sudah mulai gelap juga karena mendung. Mungkin tak ada salahnya jika aku mengantarkannya pulang. Sekalian jika ada yang mau dia bicarakan, bisa dibicarakan di mobil.

~~~​

Tapi ternyata Anin hanya diam sepanjang perjalanan. Aku sendiri baru sadar ketika kami sudah sampai di depan kostnya gara-gara tadi fokus menyetir.

"Masuk dulu, kak.. Kita lanjutin obrolan yang tadi di dalem aja. Di kamar kost aku" ajak Anin.

"Hah? Eeehhh...."

Jadi ini tujuannya?
Ternyata aku salah perhitungan.

"Udah, ayok"

Pada akhirnya Anin berhasil juga membawaku masuk ke dalam kamar kostnya setelah dia mengeluarkan bujukan-bujukannya. Tenang saja, jika ada sesuatu yang tidak baik, aku tinggal melakukan serangan balik seperti sebelum-sebelumnya saja.

"Duduk dulu, kak.. Aku ambilin minum ya"

Tidak seperti sebelumnya.. Jika di rumah Michelle aku duduk di sofa, kali ini aku duduknya di lantai. Namanya juga kost.

"Nih, kak.." Anin membawa dua gelas jus jeruk yang satunya dia berikan padaku.

Tapi setelah meletakkan jus jeruk itu, bukannya langsung duduk, Anin justru pamit lagi hendak menelfon seseorang yang entah siapa.

Nah, sekarang ini.
Aku dipaksa untuk kembali curiga dengan minuman, sama seperti tadi. Untungnya kali ini ada dua, jadi... aku tinggal menukarnya saja. Jadi kalau memang ada apa-apa pada minumannya, yang kena biar Anin sendiri.

"Diminum, kak" Anin sudah kembali dan duduk di hadapanku.

"Eh, iya.." aku meminum jus itu bersama dengan Anin juga.

"Jadi sekarang kita bahas lagi soal Lukman" ucapnya dengan nafas berat. Sepertinya dia juga tidak sudi menyebut nama itu.

Baiklah, sebelum berlanjut lebih jauh.. Aku beri sedikit gambaran dulu siapa itu Lukman.
Bukan, yang dimaksud disini bukanlah gitaris Noah.
Lukman yang dimaksud disini adalah seorang mantan staff jeketi yang sudah 'merusak' beberapa member. Mantan staff yang memanfaatkan posisinya dan juga kelemahan dari beberapa member untuk menjadikan mereka sebagai tempat pelampiasan nafsunya.

Mungkin kalian ada yang mengingat, jika lupa.. ingat-ingat lagi. Aku sedang malas menjelaskan lebih panjang.

Yang aku bingungkan saat ini adalah, kenapa Anin tiba-tiba mengajak untuk membicarakan orang itu. Orang yang bisa dibilang sudah merusak hidupnya, bahkan mungkin sampai memberikan trauma. Entahlah.

"Kakak mungkin kaget tiba-tiba aku mau ngomongin ini" lanjut Anin. "Tapi, aku belum sempet ngucapin makasih ke kakak kan.."

Aku menatap matanya, Anin terlihat memang benar-benar hanya ingin berterimakasih padaku.

Si mantan staff itu memang telah melakukan tindak kejahatan, tapi aku berhasil membongkar kedoknya. Sayangnya dia berhasil lolos dan menghilang.
Meskipun aku membongkarnya juga secara tidak sengaja. Suatu hari ada sebuah paket di depan rumah yang saat kubuka isinya berupa sebuah hard disk dan sebuah catatan yang berbunyi..., Lakukan tindakan yang benar.

Saat kulihat isi hard disk tersebut, isinya adalah puluhan foto dan video beberapa member yang..., ya kalian tahulah. Aku tidak bisa menyebutkan siapa-siapa saja membernya, tapi Anin salah satunya.
Lalu kemudian isi hard disk itu aku pindahkan ke sebuah flash disk (kan lumayan hard disk nya) lalu ku serahkan pada salah satu staff yang bisa kupercaya.

Sebelumnya aku memang sudah punya firasat kalau ada sesuatu yang tidak beres pada manajemen, karena aku sempat secara tak sengaja melihat si mantan staff itu masuk ke satu buah hotel bersama dengan salah seorang member tapi member itu kelihatan seperti tidak suka akan hal itu. Kasihan kak Naomi pada saat itu. *ups

"Sekali lagi makasih ya, kak.. Kalo semisal kakak nggak ngelakuin sesuatu yang bener, nggak tau deh nasib aku sama temen-temen aku gimana nanti" Anin tertunduk. "Maksud aku, bisa aja dia manfaatin aku buat ngejebak yang lainnya juga kan"

"Udahlah, Nin.. Udah lama juga, gue juga nggak begitu inget detailnya" balasku.

"Tapi kakak nggak ada copy-an nya kan" dia curiga.

"Hah? Enggak" balasku cepat.

"Hihihi, nggak usah panik gitu dong kak.." dia cekikikan. "Tapi udah sempet liat semuanya ya"

"Iya.. Eh?!! Nin!!!"

"Aku udah ngucapin makasih, sekarang aku mau minta sesuatu ke kakak"

"Apa?"

"Tanggungjawab" balas Anin dengan sorot mata sayu. "Aku minta pertanggungjawaban kakak" dia mulai merangkak ke arahku. "Emang sih waktu itu aku terpaksa ngelakuin hal semacam itu karena diancem.. Tapi gara-gara itu, gara-gara kakak, sekarang aku nggak bisa ada pelampiasan buat...,"

"Enggak, Nin!!" tolakku yang langsung berdiri dan bersiap untuk pergi meninggalkannya.

Anin tak berusaha mengejarku, tapi langkahku goyah saat mulai berjalan. Ada sesuatu yang salah pada tubuhku, nafasku terasa berat, detak jantungku menjadi lebih cepat, suhu tubuhku sepertinya meningkat dan... selangkanganku terasa tak nyaman, terasa sesak.
Apakah benda bernama obat perangsang itu benar adanya?

"Apa yang lo masukin ke minuman gue, Nin?" Tapi bukankah aku sudah menukar minuman kami.

"Minuman kita, kak" jawab Anin yang nafasnya juga terasa berat.

Jadi begitu, dia memasukkannya pada kedua minuman kami?
Sia-sia dong aku menukarnya tadi.

Yang pasti aku harus segera pergi dari sini.

"Mau kemana, kak?" tanya Anin yang mengetahui niatku. "Pulang? Ketemu ci Shani? Dilampiasin ke ci Shani?"

Benar juga, jika aku pulang sekarang dan bertemu Shani.. Bisa-bisa aku justru melampiaskan hal ini pada Shani. Apakah aku harus pergi ke rumahnya Gracia saja?
Tapi apa itu tindakan yang benar, tiba-tiba melampiaskannya pada gadis yang tak tahu apa-apa.

"Nin, gue.."

Saat aku membalik badan, Anin sudah berlutut di depanku. Kedua tangannya melucuti celanaku dan langsung menggenggam batang penisku dengan mata berbinar. Kemudian ia mulai menciumi, terus menjilati batang penisku, kedua buah zakarku di bawahnya juga dijilati olehnya. Setelah itu mulutnya yang kecil mengulum batang penisku yang besar itu, mungkin karena ukurannya sehingga tidak bisa masuk seluruhnya. Anin semakin bernafsu melakukan servis oralnya dengan menjilati sekujur batangku yang berurat.

"Gede banget, kak.. Panjang.. Keras... Paling besar yang pernah aku pegang" Anin mereview penisku. "Aku nggak sabar dimasuki ini"

Sepertinya saat ini sebaiknya aku memang lebih baik menikmati ini saja. Hanya untuk kali ini.
Ini karena aku terpaksa lho ya..

"Uuhhh..., Nin.." desahku sambil mengelus rambut indah Anin. "Pengalaman emang nggak bisa bo'ong ya, lo ahli banget"

Lalu Anin menggerakkan tangan menggenggam penisku lalu mulai mengocok batangku.

"Ohhh... Nin, enak banget!!" desahku sambil membelai rambut gadis ini.

Ani dengan bernafsu menjilati seluruh batang penisku, terkadang buah zakarku pun diemut. Kemudian dia menyibak rambutnya yang sudah agak kusut dan membuka mulut mengarahkan penisku untuk kembali ke mulutnya yang membuatku mengerang nikmat.

Jilatannya akhirnya sampai ke ujung penisku yang disunat dan mirip jamur itu. Lidahnya menjilati wilayah itu, teknik yang mungkin sering dipakainya dulu dengan keterpaksaan, kini dilakukan dengan sepenuh hati. Yang pastinya membuatku mengerang keenakan dan menceracau tak karuan merasakan sensasi geli dan nikmat akibat sapuan lidah gadis ini pada kepala penisku. Kemudian Anin membuka mulutnya untuk kemudian memasukkan penisku.

"Hhmmm...mmm!" terdengar gumaman dari mulut Anin yang sedang mengulum penisku.

SLLUUURRP....
SLLUUURRP....
SLLUUURRP....

GLOOGGHK...
GLOOGGHK...
GLOOGGHK...
GLOOGGHK...


Kepalanya bergerak maju-mundur mengulum batangku. Sambil menghisap ia memutarkan lidahnya mengitari kepala penis itu sehingga membuatku semakin keenakan. Kupegangi kepala gadis asal Palembang ini dan sesekali kutekan, memintanya untuk memasukkan penisku lebih dalam lagi ke mulutnya. Hingga akhirnya...,

"Mulut aku capek" keluh Anin yang memang sudah cukup lama juga memberikan servis oral seks padaku tapi aku sendiri belum merasakan tanda-tanda akan keluar.

Maka kini Anin menggunakan tangan mengocok batangku dan mengurangi kulumannya. Di saat kukira teknik Stefi sudah yang paling hebat, ternyata teknik oral seks dari Anin sungguh profesional, batang penisku dikulum-kulum dalam mulutnya dan juga diputar-putar dengan lidahnya, tangannya pun memijati buah zakarku dengan lembut. Saking enaknya, pertahananku mungkin bisa langsung jebol dalam waktu singkat. Ditambah batangku sedang sensitif dan mendapatkan serangan sedemikian rupa, membuat kemaluanku yang berada di dalam mulutnya itu semakin berdenyut hingga tibalah saatnya aku merasakan orgasme yang akan datang tak lama lagi. Anin yang menyadari hal tersebut pun segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin cepat dan...,

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...


Spermaku menyemprot dalam mulutnya. Dengan lihainya gadis ini menelan dan menyedot cairan kental itu tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Entah karena memang batangku yang sensitif atau bagaimana, tapi aku merasa kalau kenikmatan oral yang diberikan oleh Anin adalah yang terdahsyat yang pernah kualami sehingga membuatku melenguh tak karuan.

"Ouuggghhhhhh.... telen pejuh gue, Nin" aku menggeram merasakan spermaku muncrat begitu deras di dalam mulut Anin yang langsung ditelannya tak bersisa.

Meskipun sudah muncrat dengan begitu deras dan berguru banyak, hal itu masih tak mengurangi ketegangan pada penisku.

"Uoohh... sedot terus, Nin. Enak... oh, enak...!!"

Anin juga melakukan cleaning servicenya dengan sempurna, seluruh batangku, dibersihkannya dari sisa-sisa sperma. Setelah mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari mulutnya. Sungguh teknik yang sempurna.

Kutarik Anin untuk berdiri lalu mencium bibirnya dengan penuh nafsu yang tentunya dibalas oleh Anin dengan tak kalah bernafsunya.

"Ayo, kak.. cepat masukin" dirinya berbisik lirih.

Tentunya hal itu akan segera kukabulkan, apalagi penisku masih berdiri tegak akibat efek obat perangsang darinya.
Dengan gugup bercampur birahi memuncak, aku memposisikan Anin agar menungging bertumpu pada pintu kostnya dan kemudian berdiri di belakangnya. Kuloloskan celana pendek berserta celana dalamnya dan kulemparkan ke sembarang arah. Celanaku sendiri juga sudah kulepas sedari tadi. Hanya kaos masing-masing yang menutupi tubuh bagian atas kami.

PLAAKK!
PLAAKK!


Kutampari pipi pantatnya yang menggoda itu beberapa kali.

Lalu tanpa perlu babibu lagi, kuhunuskan penisku dan segera menyodokkannya ke dalam vagina salah seorang member jeketi berpipi gembil ini. Anin terpekik kaget karena sodokan pertama itu. Tapi sedetik kemudian ia membalas menyodokkan pantatnya ke belakang.

"AAAAKKHHHH!!!! Akhirnya.." dia berteriak mengekspresikan kenikmatan yang didapatkannya. "Ayo kak, sodok memek aku, kak..! Nggak ada Stefi, masih ada aku kok, kak!" goda Anin sambil menggoyang pantatnya.

Aku tertegun, gadis ini juga tahu tentang hubunganku dengan Stefi. Pada siapa saja adikku itu telah bercerita..

"Ayo kak.., selama Stefi di Jepang... Lampiasin semuanya ke aku aja, kak. Punyaku juga enak lhooo, nggak kalah sama Stefiii" goda Anin lagi sambil meremas penisku dengan vaginanya.

Aku juga merasakan nikmat akibat penisku yang dijepit vagina Anin yang masih terasa seret, meskipun kuyakin dulunya miliknya ini selalu digempur hampir setiap ada kesempatan.
Mulai kugerakkan pinggulku perlahan maju-mundur dan terus kupercepat yang diimbangi dengan gerakan pinggul Anin juga. Kami terus berpacu menggapai nikmat.

"Dasar cewek gatel!! Memek lo itu gatel banget kan, Nin.." aku mendengus sambil menyodok kuat-kuat. "Member jeketi kok gatelan sih?"

"Kontol kakak tuh yang gatel dasar wota mesum! Kakak pasti pernah ngocok pake photopack member, ya kan.." balas Anin yang terlah hilang kendali akibat merasakan nikmat yang kembali ia dirasakan setelah sekian lama. "Iya, kak? Siapa, kak? Kak Ve? Atau Gracia? Atau justru aku?"

Aku mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan keras berusaha tak menghiraukan ucapannya yang sedang mengabsen teman-temannya. Sesekali kusentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku mentok ke dalam vaginanya yang sempit itu. Wajah Anin pun juga jadi semakin menempel pada daun pintu kostnya.

"Ooooohhhh... Kak!!" jerit Anin penuh nikmat setiap kali aku menyodokkan penisku.

"Ternyata bener ya... Member jeketi itu lonte semua!! Iya..?" ku percepat genjotanku pada vaginanya.

"Iya, kak.." racau Anin yang semakin tak terkendali. "SEMUA MEMBER JEKETI ITU LONTENYA KAK ADRIAAAANN....!!"

Terasa batangku menghantam dasar lubang vaginanya yang terdalam. Semakin sering aku melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Anin. Teman satu generasi dari Shani dan Gracia itu pun tertawa sambil menggoyang pantatnya tak kalah liar. Jadinya kami bersenggama dengan kasarnya seperti sepasang hewan liar yang mengejar kenikmatan hewani.

Anin merintih-rintih kenikmatan, sementara di belakangnya, aku terus menyodok-nyodok vagina basahnya itu. Kami terus memacu gairah sambil berdiri, Anin yang bertumpu pada daun pintu semakin kudorong hingga sisi wajahnya ikut tertekan pada daun pintu itu. Kuyakin jika ada yang lewat di depan kamar kost Anin saat ini juga bisa langsung mendengar dengan jelas suara rintihan, desahan, jeritan, erangan, dan lenguhan Anin yang penuh kenikmatan nakal. Tak lama kemudian, pada hentakan yang sekian kali, terasa ada yang berdenyut-denyut di dalam lubang vaginanya yang terus memijit batang kontolku di dalam sana, hingga akhirnya...,

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


"AHK..! AHDUH.. KAK ADRIAAAANN... AKHH!" teriak Anin tertahan merasakan orgasme yang untuk pertama kali dari persetubuhannya setelah sekian lama.

Tubuh Anin berdesir merasakan gelombang kenikmatan yang mengalir di tubuhnya. Sementara aku yang belum keluar, terus menggerakkan pinggul semakin cepat. Menyebabkan birahi Anin mulai naik lagi, namun ia menarik tubuhnya hingga penisku terlepas lalu berbalik badan.

"Ternyata jauh.. jauuuuhh lebih nikmat kalo ngelakuinnya tanpa rasa keterpaksaan" ia tersenyum nakal sambil menatap mataku.

Kucium kembali bibir manisnya itu sebagai balasan. Namun dengan cepat Anin mendorong tubuhku.

"Kakak belom keluar kan.." ucap Anin dengan senyuman nakalnya. "Mau ngerasain goyangan aku, nggak?"

Tentunya itu pertanyaan yang tak harus benar-benar dijawab. Kita semua tahu jawabannya..

Selanjutnya Anin menggiringku ke arah ranjangnya. Aku menurut saja karena memang penasaran degan goyangan gadis berpantat semok ini. Dan dari yang dapat kudengar, di luar sana sudah terdengar suara air jatuh, menandakan hujan yang telah turun. Semakin mendukung suasana malam ini.

Lalu Anin menyuruhku untuk duduk sebelum kemudian duduk di pangkuanku dan merangkul leherku. Rakus Anin mencium bibirku, dan aku pun membalasnya tak kalah liarnya. Kini kami kembali terlibat dalam percumbuan panas, lidah kami saling mengait dan menghisap satu sama lain.

Tak kusangka justru Anin yang mengambil inisiatif terlebih dahulu dengan menarik kaosku ke atas dan melepaskannya. Berganti selanjutnya giliranku yang menarik kaosnya dan menelanjanginya. Sekarang kami berdua sudah benar-benar tak memakai apapun alias bugil.

Lalu perlahan Anin menuntun penisku untuk kembali masuk menusuk liang vaginanya yang sudah basah memerah.

"Aaakkkhhhh..." desahan Anin terdengar kencang, kedua matanya terpejam sesaat sambil menggigit bibir bawahnya.

Anin rupanya merasakan nyeri saat liang vaginanya yang mungil dimasuki oleh penisku yang berukuran besar. Walaupun tadi sudah sempat kumasuki dan kusodok berulang kali, namun mengingat perkataannya yang mengaku sudah lama tak merasakan hal seperti ini, rasanya wajar jika dia merespon seperti itu karena mungkin penisku memang terlalu besar untuk liang vaginanya itu. Dengan tempo pelan Anin mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan maju mundur, sambil pinggulnya kupegangi dengan kedua tangan. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan stabil.

"Akh... akh... akh..." Anin melenguh merasakan kenikmatan itu.

Kuciumi kedua payudaranya yang menantang. Terkadang juga kumainkan dengan tangan, meremasnya dan memilin puting berwarna pink miliknya. Tak lupa pula ku tinggalkan tanda merah di sekitar sana untuk memuaskan sedikit egoku.

Setelah puas bermain dia area dadanya, aku merebahkan diri. Kubiarkan Anin memegang semua kendali dan aku hanya ingin merasakan nikmatnya.
Gerakan naik-turun Anin semakin konstan, setiap dia melakukannnya aku merasakan sensasi yang berbeda, rasa nikmat yang berbeda dari sebelumnya. Saat vaginanya turun dan membuat penisku menusuknya dari bawah, setiap tusukan dari batang penisku itu disambut oleh pijatan yang kuat dari vaginanya yang menekan dan menghisap batang penisku. Sekarang aku paham kenapa dulu Anin dijadikan tempat pelampiasan nafsu oleh salah seorang mantan staff. Goyangannya itu lho..

Belum lagi ditambah dengan dirinya yang sesekali memainkan ekspresi wajahnya. Dan tangannya pun juga tak tinggal diam, sesekali meremas payudaranya sendiri, sesekali juga memegangi kepalanya dan mengacak-acak rambutnya hingga semakin awut-awutan.

Dari sudut pandang ini, Anin..., seperti bukan Anin. Maksudku angle ini membuatnya sedikit mirip dengan gadis lain. Tak hanya satu, tapi wajah Anin bisa terlihat mirip dengan beberapa gadis sekaligus.
Seperti..., Zara. Jangan dong, anak kecil itu.
Angel. Tidak.. Itu oshinya temanku. Aku merasa tidak enak nanti.
Shani. Kenapa tiba-tiba dia terlihat seperti Shani? Tidak. Jangan diteruskan..
Yupi. Ah, itu lebih baik. Tapi, seandainya saja Yupi benar-benar ada disini.

Kulihat kedua bola mata Anin memutih, gerakan pinggulnya pun semakin cepat. Pertanda ia akan meraih orgasme kembali. Namun tiba-tiba...

Kriiiiieettt…!!

Terdengar suara pintu terbuka, dan terlihat seorang gadis masuk ke dalam sini. Gadis itu adalah...,

"Yupi?" tentu aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Begitu juga dengan Anin, dia menghentikan goyangannya sejenak. Tapi kemudian...,

"Eh, ci Yupi udah dateng?" Anin menyapa sebentar sebelum kembali menggoyangkan pinggulnya mengulek batang kontolku di dalam memeknya. "Kunci pintunya, ci.."

"Huuhh... Hampir aja basah kuyup aku" Yupi berkata setelah selesai mengunci pintu. "Udah mulai ya?"

Apa ini??
Aku yang masih belum mengerti akan situasi yang sedang terjadi saat ini tentu menjadi terbingung-bingung.

"Tadi aku nelfon seseorang kan, kak. Orang itu, ci Yupi" ucap Anin tiba-tiba. "Aku emang sengaja nelfon ci Yupi karena nggak yakin bisa naklukin kak Adrian sendirian"

Oh.., okay. That's great.
Harapanku ternyata bisa langsung terkabul.


Bersambung.jpg


-Bersambung-
 
20240330-002821.jpg



Part 62: Adik Impian 2.0


PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


Suara perpaduan antara pangkal paha dengan pantat bulat dan montok adalah yang terbaik yang bisa didengar pada pagi hari yang cerah ini. Apalagi kalau suara itu bukan hanya bisa didengar, melainkan juga dihasilkan.
Setelah semalam hujan turun dengan derasnya, pagi ini matahari bersinar dengan cukup terang memberi semangat untuk memulai hari dengan menggenjot seorang gadis cantik yang sedang menunggingkan pantatnya sambil berpegangan pada kabinet dapur sementara diriku menyodok-nyodok pantat putihnya dengan tempo sedang.

"Ahh... Ahh... Ahh..."

Belum lagi jika ditambah pula dengan suara desahan sang gadis cantik yang makin menikmati perlakuanku terhadap dirinya ini.

Kenapa?
Kalian masih penasaran dengan siapa sosok gadis ini? Apa kalian tidak bisa mengingatnya?
Memangnya sudah berapa lama itu berlalu?
Bukankah baru semalam kejadiannya?

Coba ingat-ingat lagi? Petunjuknya adalah gadis ini bertubuh mungil.
Salah. Bukan dong, masa Yori. Siapa itu? Timeline ceritanya kan belum ada dia.
Flora? Yori aja belum ada, malah Flora. Gimana sih..???
Lia? Lyn? Makin jauh dong!!!
Anindya? Michie? Bodo amat..

Ya sudahlah. Kalian coba tebak-tebak lagi saja. Sekarang aku hanya mau berfokus pada pantat bulat yang menungging sombong di hadapanku ini.

"Ahh...!! Ahh...!!!" gadis itu makin kencang mendesah seiring semakin kencang pula tempo genjotanku pada pantat bulatnya.

"Tuh, kan.. Pada akhirnya lo nikmatin juga" bisikku di dekat telinganya sembari memegangi puncak kepalanya.

Kemudian sambil tetap memegangi puncak kepalanya itu, kupercepat lagi tempo genjotanku hingga membuatnya mendesah makin kencang. Bahkan tak hanya mendesah, desisan, lenguhan, erangan, jeritan dan teriakan...,

"ASTAGA!!! Kak Adrian, ci Yupi... masih pagi ini" itu suara Anin. Si tuan rumah? Nona rumah? Bagaimana aku harus menyebutnya? Tapi ini juga bukan rumah, melainkan kost-kostannya. Sebodolah.

Dan pada akhirnya rasa penasaran kalian dijawab oleh Anin. Ya, benar.. Yupi lah yang sedang kunikmati pagi ini.
Tunggu sebentar.., apakah ini bisa dibilang pagi?
Jarum jam sudah menunjuk angka 9 sih, yang panjangnya. Kalau pendeknya malah sudah hampir mendekati angka 10. Tapi asalkan belum mandi dan sarapan, ini ku anggap saja masih pagi.

Mendengar teriakan Anin barusan tak menghentikanku dalam menggenjot pantat Yupi di dapur ini. Malah aku makin mempercepat lagi tempo goyangan pinggulku sembari menatap ke arah Anin, memberinya kode agar jangan sungkan untuk bergabung.

"Kak Adrian, itu ci Yupi udah sampe kayak gitu.. Diapain aja?" tanya Anin yang membuatku jadi melihat ke wajah gadis yang tengah kugauli.

Terlihat lidahnya menjulur keluar dengan liurnya yang menetes layaknya seekor anjing. Bola matanya hanya nampak warna putihnya saja. Singkat kata, ekspresi wajah Yupi saat ini adalah ahegao kalau tidak salah, istilah Jepang nya seperti itu.
Aku bisa dibilang cukup beruntung bisa melihat seorang Cindy Yuvia berkespresi macam itu, kalau kalian sih belum tentu bisa kan.
Oh, maaf.. Aku salah memilih kata. Maksudku, kalian tidak akan bisa! Hahaha.

"Lah, ngiler dia" komentar itu yang keluar dari mulutku setelah melihat eskpresi wajah Yupi saat ini. "Hahaha..." yang kemudian menertawakannya.

"Kak Adrian.. Tapi itu ci Yupi" Anin sepertinya masih mencoba untuk menghentikanku saat melihat keadaan seniornya yang sudah amburadul ini.

"Dia yang minta kok. Emang idol lonte nih satu.., semalem aja kan rela hujan-hujanan dateng kesini cuma karena pengen ngerasain kontol gue" ucapku yang terkesan merendahkan Yupi. Namun hal itu benar adanya, jadi hal itu tak bisa dibantah.

"B..Bo'ong, Nin" bantah Yupi yang masih dalam keadaan kugenjot. "T..Tadi aja aku kebangun gara-gara tetek aku diemut-emut sama kak Adrian. Ha..Habis itu aku diseret ke dapur, terus langsung digenjot gini"

Sebuah cerita karangan dadakan yang terdengar cukup meyakinkan dari Yupi. Dan terserah kalian mau percaya yang mana..
Tapi ku ingatkan saja, untuk apa aku repot-repot menyeret Yupi ke dapur? Apa alasannya? Agar Anin tak terbangun?
Secara logika, jika Anin terbangun dan memergoki kami.. Itu justru hal yang bagus untukku bukan. Memang apa ruginya bagiku?

"Alasannya sih efek obat semalem masih ada" Yupi meneruskan bualannya.

Oh, ayolah.. Apakah gadis yang sedang kugauli ini ingin membuat cerpen?

"Ci.. Itu jelas boong, lah.. Efek obatnya pasti udah habis" sahut Anin.

"Nah makanya.. Aku udah berusaha nolak, tapi dipaksa-paksa mulu" balas Yupi kemudian. "Mana makenya yang lubang belakang lagi"

Untuk yang satu ini aku takkan membantahnya. Tapi sekali lagi, aku tak memaksanya karena aku memang tak pernah memakai paksaan, melainkan rayuan... Yupi yang menawarkannya sendiri dengan alasannya vaginanya sudah 'kelelahan' menerima hujaman batang penisku. Dan karena memang dari semalam aku penasaran, jadi kenapa aku harus menolak tawaran menggiurkan tersebut?

"Eh, jadi sekarang ini ci Yupi lagi di...," Anin terasa seperti sulit menyelesaikan kalimatnya.

"Dianal.. Disodomi.. Dicebokin.." maka aku bantu menjawabnya. "Terserah mau nyebutnya apa"

Berpegangan pada bokong Yupi yang bulat sekal, aku terus menusukkannya ke depan, menerobos lobang pantatnya yang sempit itu dari belakang.

"Oohhh... Sempit banget nih pantat.." desisku penuh kepuasan.

Jepitan lobang pembuangan Yupi itu tak kalah dengan cekikan dinding vaginanya. Aku benar-benar menyukai sensasinya. Dengan tempo yang stabil kugerakkan pinggulku untuk terus menyodomi lobang pantat Yupi dari belakang. Sambil melakukannya, sesekali aku juga menampar dan memukul pantat sekal gadis yang pernah menjadi center tim KIII ini serta meremasi buah dadanya yang menggantung indah.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Ooughhh... enak... nikmat... terus... terus sodomin aku, kak... Lebih keras... lebih cepet..." rengek Yupi ketika makin kupercepat gerakan pinggulku.

Aku tahu, aku jelas tahu dan paham. Awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan berubah menjadi enak, bahkan cenderung nikmat. Sangat nikmat malah hingga Yupi mencapai klimaksnya tak lama kemudian.

"UUKHH... AAKKHH... UUKHH... AAKKHH... AAAAKKHHH"

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Cairan cintanya langsung membanjir keluar membasahi lantai. Aku yang melihatnya mencapai klimaks senikmat itu menjadi semakin bergairah. Kupeluk tubuh mungil Yupi yang masih berkedut-kedut pelan sambil terus menggerakkan batang penisku semakin cepat di lobang pantat gadis cantik itu. Jepitan liang pantat Yupi yang semakin terasa kencang membuatku tak mampu lagi menahan gejolak birahi. Tak perlu waktu lama, aku pun menyusul Yupi.

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...


"ARGHHH... ARGHHH... ARGHHH..." aku menggeram sambil memeluk tubuh Yupi erat ketika menyemprotkan spermaku ke dalam lobang pantatnya itu.

Setelah merasa tak ada yang keluar lagi, kucabut penisku dari lobang pantat Yupi hingga menimbulkan bunyi...,

PLOP!!

...yang cukup kencang.

Kemudian aku berjalan ke arah Anin, meninggalkan tubuh Yupi yang telah lelah. Namun masih sempat kulihat di wajahnya ia memberi sebuah senyuman dan kedipan penuh arti.

Kutarik tangan Anin dan kuarahkan ke batang penisku yang setengah tegang. Ia sempat kebingungan, tapi saat pandangannya beralih ke batangku. Matanya langsung berbinar, penuh dengan gejolak nafsu. Sudah pasti birahinya telah timbul dan naik saat melihat persetubuhan antara diriku dengan Yupi tadi.

"Emut!" perintahku tegas.

Pelan-pelan Anin memajukan kepala dan membuka mulutnya. Sementara Anin mulai mencucup dan menciumi penisku, tanganku ikut nakal dengan meremas-remas buah dada gadis yang satu generasi dengan kekasih-kekasihku itu.

Lalu Anin mulai melahap penisku semampu mungkin, seperti berusaha menelannya. Dikocoknya juga benda itu dalam mulutnya hingga membuatku menggeram pelan.
Jika dilihat-lihat, keadaannya saat ini mirip seperti yang gambar hamster makan pisang wkwk

"Aarrgghh... Tahan bentar ya!" kutahan kepala Anin beberapa saat.

Tak ada reaksi penolakan atau semacamnya dari Anin, ia benar-benar menikmati perannya sebagai tempat pelampiasan nafsu syahwatku. Membuatku sedikit tersenyum bangga dan berpikiran untuk menjahilinya sedikit.

"Lo tau kan benda yang lagi ada di mulut lo sekarang ini apa, Nin..?" pertanyaan pertamaku membuat Anin menatap mataku dan dapat kulihat ia berusah memberikan sebuah senyuman. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Tanpa melepaskan penisku dari mulutnya, Anin menganggukkan kepalanya sedikit. Dari sorot matanya pun seolah terpancar sebuah perasaan bahagia.

"Dan lo tau juga kan itu habis darimana?" nah, saat pertanyaan kedua keluar dari mulutku barulah sorot mata Anin berubah.

Ia pun langsung berusaha untuk melepaskan diri meski terlihat tak sepenuhnya ingin melakukan hal tersebut. Lagipula percuma juga, karena sedari tadi memang akulah yang memegang kendali.
Perlahan mulai kugerakkan pinggulku maju mundur lagi, kali ini menyetubuhi mulut Anin. Kepalanya yang kupegangi, membuatnya tak bisa melakukan perlawanan yang berarti dan memilih pasrah. Matanya yang menatap sendu semakin meningkatkan nafsu dan tempo gerakan pinggulku.

Sampai tak lama kemudian, beberapa detik sebelum spermaku meledak keluar, cepat-cepat ku hentikan genjotannya dan menarik keluar batangku hingga terlepas dari jepitan mulut gadis kelahiran tahun 1999 itu.

"ARGHHH... ANIIINN! ARGHHH... ARGHHH..." sambil memegangi kepalanya, aku mengeluarkan cairan spermaku ke wajah gadis yang dulu pernah berada di tim T itu.

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...


Berkali-kali benda putih lengket itu menyembur keluar hingga memenuhi wajah imut Anin. Wajah imut yang kini lebih terlihat sisi liarnya itu pun sekarang berhiaskan oleh spermaku yang kental bak kanvas yang dihiasi cat sang maestro. Sepertinya Michelangelo pun akan minder jika melihat karyaku ini, hahaha.

Dan bagusnya lagi, Anin tak segera membersihkan wajahnya terlebih dahulu. Ia masih mendongak, menghadap ke arahku seolah memang ingin membiarkan diriku untuk menikmati salah satu masterpiece-ku ini. Setelah beberapa saat barulah ia mulai membersihkan wajahnya, itupun setelah kuperintahkan.
Anin mencolek spermaku yang berada di wajahnya dengan menggunakan telujuk dan ia kumpulkan di dalam mulutnya. Benar-benar ia kumpulkan dan ia pamerkan terlebih dahulu padaku. Lalu setelah aku berkata...,

"Telen!"

Gadis asal Palembang itu langsung menelannya tanpa ragu, tanpa penolakan sedikitpun. Tampaknya ia sudah ketagihan akan gurihnya spermaku. Anin kemudian terus lanjut menjilati penisku sampai akhirnya benda itu melemas meski ukurannya tak banyak berubah.

"Aghh..., udah, Nin! Udah!! Jangan di emut lagi"

Tentu aku nerasa sedikit ngilu karena telah neraih orgasme di waktu yang hanpir berdekatan. Kutarik keluar penisku dan lalu duduk di lantai dapur, tepat di sebelah Yupi yang masih tergolek lemah. Entah ia pingsan atau hanya kembali tidur.

PUK...PUK...PUK...

Sementara aku berusaha untuk istirahat sambil memperhatikan gadis yang baru ku anal pagi ini, gadis yang satu lagi, yang baru kuberi facefuck justru sedang asyik menepuk-nepukkan batang penisku ke wajah binalnya.
Memang sih, aku tadi hanya memintanya untuk berhenti mengemut penisku, bukan berhenti untuk memainkannya. Tapi apakah itu berarti ia bisa seenaknya melakukan hal semacam ini tanpa izin?
Mungkin aku harus mengingatkan satu hal lagi kepadanya.

"Suka banget ya sama rasa bool senior lo?" tanya akhirnya.

Mendengar hal tersebut, Anin langsung memberi respon dengan membuka mulutnya, namun tak memasukkan penisku ke dalamnya. Ia hanya menjilatnya sedikit sebelum kemudian menepuk-nepukkan atau lebih tepatnya kali ini menamparkan penis panjangku ke wajah cantiknya itu.

"Ya udah, ya udah.. Emut lagi aja kalo emang suka!" kataku sambil mengelus puncak kepala Anin.

Gadis itu pun segera mengulum kembali penisku. Kali ini dia langsung memberi hisapan kuat, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.

Oke, cukup.
Karena sepertinya kalian sangat penasaran dengan kejadian semalam, maka aku akan menceritakannya saja. Sembari menikmati servis dari seorang Aninditha Rahma Cahyadi, aku akan mulai bercerita.

• Flashback •

Kriiiiieettt...!!

Terdengar suara pintu terbuka, dan terlihat seorang gadis masuk ke dalam sini. Gadis itu adalah...,

"Yupi?" aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

"Eh, ci Yupi udah dateng?" Anin yang awalnya kaget lalu menyapa sebentar sebelum kembali menggoyangkan pinggulnya mengulek batang kontolku di dalam memeknya. "Kunci pintunya, ci.."

"Huuhh... Hampir aja basah kuyup aku" kata Yupi setelah selesai mengunci pintu. "Udah mulai ya?"

"Tadi aku nelfon seseorang kan, kak. Orang itu, ci Yupi" ucap Anin tiba-tiba. "Aku emang sengaja nelfon ci Yupi karena nggak yakin bisa naklukin kak Adrian sendirian"

Anin yang masih dalam posisi woman on top dan terus menggerakkan pinggulnya sendiri naik turun diatas tubuhku guna menghantamkan pintu rahimnya pada kepala penisku yang tertanam sempurna dalam vaginanya.
Aku yang sebenarnya masih bingung dalam situasi saat ini, hanya bisa pasrah menerima genjotan Anin sembari sesekali menyaksikan bagaimana center lagu Eien Pressure itu melucuti pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat. Dan kini bertambah satu lagi anak manusia yang bugil di dalam ruangan ini.

"Jilatin memek aku" ucap Yupi yang kini telah duduk diatas wajahku dan mengarahkan vaginanya tepat di atas mulutku. Aku pun menuruti permintaannya dan mulai menjilati vaginanya itu menggunakan lidahku juga sesekali menciuminya.

"AKHHH..... KONTOOOLL ENAK!!! AHHH... AHHH..."

"Teruussshh... jilatin.... memek aku... ahhh... ahhh.... ahhh...."

Desahan mereka berdua saling beradu, diiringi pula dengan suara benturan antara kulit pantat Anin dengan pangkal pahaku juga suara beceknya vagina Yupi yang mulai mengeluarkan cairan dengan derasnya. Anin terus bergerak dengan begitu liar di atas penisku, sementara Yupi juga seolah tak mau kalah untuk terlihat binal mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju-mundur di atas wajahku.

"AKKHHHHH.... AKU KELUAR..... ANIN KELUAAARR"

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Aku tak tahu sudah kali keberapa Anin orgasme saat bergoyang di atasku, tapi kalau Yupi, aku hitung dia sudah muncrat dua kali karena serangan lidahku. Aku tahu karena memang sudah dua kali wajahku disiram oleh cairan hangat dari vaginanya itu. Gadis dari generasi kedua jeketi itu pun lalu bangkit dan mendorong tubuh Anin dan kemudian menusukan penisku ke dalam vagina basahnya. Memang awalnya ia kesulitan karena ukuran vaginanya yang benar-benar mungil, namun karena sebelumnya ia sudah dua kali kubuat orgasme dengan permainan lidahku jadinya cairan vaginanya lah yang membantu masuknya penisku memenuhi liang kewanitaannya itu. Kali ini Yupi yang akan bergoyang di atasku menggantikan juniornya.

"Nggak sabaran bener.." keluh Anin yang kemudian berbaring lemas di sebelahku.

"Gantian lah!!" balas Yupi cuek.

Dengan berpegangan pada perutku, Yupi mulai menaik turunkan badannya. Dan sensasi dari vagina Yupi ini benar-benar sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Yang jelas vaginanya ini begitu sempit dan menjepit juga hangat dan kenyal yang membikin hepi.
Benar-benar vagina yang..., kalau boleh aku bilang... Ini adalah vagina terbaik yang pernah aku rasakan sejauh ini.

Tiap kali Yupi menurunkan pantatnya, batang penisku disambut oleh pijatan yang kuat dari vaginanya, dan ketika gadis manis ini menaikan kembali pinggulnya, batang penisku seakan terhisap keatas. Seolah vagina Yupi tak rela melepas penisku pergi.

Awalnya Yupi menggerakan tubuhnya perlahan, tapi tak lama kemudian gerakannya menjadi semakin cepat dan liar. Ia terus menggerakkan badannya naik turun dengan liar, dan aku hanya bisa diam menikmati ini semua. Sensasi sempitnya vagina Yupi yang mana itu terus memijat batang penisku dan juga gerakan liarnya membuatku merasakan perasaan nikmat yang amat sangat.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"AAHH... YUPIII..... ENAK...BANGET....... AAAHHH...... MANTAP...."

"AKU... JUGA.... AAHH.... AAHH..... ENAK......"

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"MEMEK.... LO.. AHH... SEMPIT...BANGET...."

"KONTOL KAK ADRIAN YANG GEDE BANGET!!!!"

20240329-225129.jpg


Entah siapa yang benar, siapa yang salah. Bisa saja kami sama-sama benar yang artinya dalam saat bersamaan kami juga sama-sama salah. Namun yang pasti kini Yupi makin liar menggerakan pinggulnya, bahkan tak hanya naik turun, ia juga terkadang memutar pinggulnya seperti sedang mengulek penisku yang sedang bersarang di dalam vaginanya. Dan tentunya hal itu memberikan perasaan nikmat yang begitu kunikmati. Aku pun bangkit namun tetap membiarkan center tim J ini yang memegang kendali, kunikmati siksaan nikmat darinya yang berupa gerakan liar dan tekanan juga hisapan kuat dari vagina sempitnya.

"Aaaaaw..." jerit Yupi penuh kenikmatan ketika tanganku mulai bergerak untuk meremasi buah dadanya yang terasa kenyal dan bikin hepi.

"Ayo, genjot terus!" ajakku dengan tangan yang terus bermain-main di gundukan payudaranya yang mulus dan lembut. Kuremas-remas benda bulat padat itu sambil tak lupa memilin-milin putingnya yang semakin terasa kaku dan menegang.
Menerima semua rangsangan itu membuat Yupi semakin liar lagi dalam menggerakkan tubuhnya, terus ia genjot batangku sampai kami berdua semakin larut dalam api birahi.

"AHH... ENAK, KAK... SSSH... SSSH... UUUH..." lenguh Yupi tak tahan akan penisku yang terus mengoyak lorong vagina sempitnya. Ia bergerak semakin cepat karena merasa akan mencapai orgasme, orgame pertama akibat tusukan penisku. Yupi terus menekan lebih dalam, bahkan sampai penisku mentok di ujung vaginanya meski tak masuk seluruhnya.
"KAK... AAAAH... AKU NGGAK KUAT! AAAAAAH..." erang Yupi sambil menghujamkan pinggulnya kuat-kuat.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Di saat yang bersamaan, celah vaginanya menyempit ketika menyemburkan cairan cintanya yang begitu banyak dan basah. Dengan kepala terdongak keatas, gadis keturunan chinese itu memejamkan mata, sementara dadanya yang masih berada dalam genggaman langsung kuremas kuat. Tubuhnya kelojotan beberapa saat dalam pangkuanku.

Aku pun segera memeluk tubuh mungilnya itu yang masih tampak ngos-ngosan untuk memberikan ketenangan. Dapat kurasakan vagina gadis cantik ini mengalirkan cairan yang banyak sekali, bahkan sampai membasahi ranjang milik Anin. Masih dalam pelukanku, Yupi tampak mulai bisa menguasai diri, nafasnya sedikit lebih tenang meski tubuhnya sudah sangat berkeringat disana-sini. Aku masih terus berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus puncak kepalanya, sementara penisku masih tetap tertanam penuh di lorong kewanitaannya yang sekarang jadi terasa hangat dan ada sensasi menyedot-nyedot ringan.
Tapi kemudian Yupi menarik kepalanya secara tiba-tiba dan membuang muka seperti sedang menghindari tatapanku, hal yang tentu membuatku terkejut.

"Udah dong, kak.. Aku bisa baper nanti" ucapnya pelan dengan pipi yang memerah.

"Berapa kali gue harus bilang sih? Tua'an lo!! Jadi jangan manggil gue 'kak'" balasku lalu mencolek hidungnya gemas.

"Ya gimana, udah kebiasaan.. Semuanya aku panggil 'kakak', yang om-om juga aku panggil 'kak'" mungkin itu maksudnya para fansnya.

Baru aku hendak membalasnya lagi, aku sudah kembali dikejutkan oleh hal lain..,

"Bisa udahan enggak mesra-mesraannya?" tegur Anin yang kini sudah kembali bangkit. "Udah puas kan, gantian lagi lah"

"Puas banget" sahut Yupi dengan berbisik yang tentunya masih bisa kudengar. "Apalagi hampir 2 minggu aku nggak ngewe"

"Dan buat kak Adrian.., Inget!! Kita ini cuma One Night Stand, jangan bikin baper anak orang dong" Anin mengingatkan. "Nggak mau ada masalah kan buat kedepannya"

"Emang salah gue dimana sih?" tanyaku heran. "Soal meluk Yupi tadi? Atau yang ngusap-ngusap kepalanya? Atau waktu nyolek hidungnya barusan? Ayolah, itu cuma sekedar ungkapan terimakasih gue aja.. Emang kalian maunya gue gimana? Habis main terus langsung gue singkirin, gue cuekin, gue tinggalin gitu aja kayak lonte?"

Apa perkataanku tadi berlebihan?
Karena sekarang kedua gadis ini justru terdiam.

"Masalahnya itu disini!!" Anin tiba-tiba menunjuk-nunjuk wajahku.

Aku yang awalnya tak mengerti, butuh beberapa saat untuk berfikir agar paham maksud perkataannya.

"Tapi justru karena ini yang bikin kalian mau gue tidurin kan.." balasku akhirnya. Ya, itu mungkin memang faktor utamanya dan juga satu hal yang penting.

"I-Iya sih" Anin sedikit tergagap dalam menjawabnya.

"Dan faktor lainnya.., yang bikin kalian mau gue tidurin lagi adalah...,"

"Aahhh~~" Yupi mendesah pelan ketika aku sedikit menggerakkan pinggulku dan membuat penisku menggesek kembali dinding vaginanya yang masih sangat sensitif.

"Udah mulai ketagihan ya?" godaku.

"Iyaaahh..., nagih banget. Mau banget dikontolin lagi" tambah gadis yang masih berada di pangkuanku itu dengan nada penuh pemujaan.

"Bukan pertama kali sih ada yang bilang gitu" balasku yang disusul oleh tawa. "Ya kan, Nin.. Lo juga udah ketagihan kan"

"Siapa bilang? Aku yang bakal bikin kakak ketagihan sama punya aku" sahut Anin tiba-tiba.

Sepertinya itu juga pertama kali ada yang berkata seperti itu.

"Gantian!!" ucapnya lagi. Nampaknya Anin sudah tak sabar.

Maka yang aku lakukan selanjutnya adalah, mengangkat tubuh Yupi hingga penisku terlepas dari cengkeraman vaginanya dan merebahkan tubuh mungil itu di sampingku. Tapi saat aku hendak meraih tubuh Anin, dengan gerakan tiba-tiba gadis itu justru menerjang duluan. Namun bukan ke arahku, melainkan ke arah gadis yang sedang rebah di sebelahku.

Anin memulainya dengan menciumi kedua payudara Yupi dan perlahan ciuman itu pun turun menuju perut mulusnya, turun lagi hingga ke arah vagina seniornya itu. Sedangkan Yupi sendiri hanya diam saja menikmati perlakuan Anin pada dirinya, seolah hal itu memang sudah biasa bagi mereka berdua.
Anin yang bibirnya sudah berada di depan vagina Yupi tak langsung menyerang liang kewanitaan rekan kerjanya itu, ia justru melirik ke arahku yang sekarang tanpa sadar sudah mengocok penisku sendiri karena menikmati pemandangan langka ini.

"Jangan heran, kak.. Banyak juga kok member jeketi yang kayak gini" ucap Anin yang membuat kepalaku langsung membayangkan hal-hal yang mungkin terlalu liar. "Terutama yang sering satu kamar kalo di luar kota"

Tentu aku terkejut akan pernyataan Anin barusan, tapi aku tak berniat untuk menghentikan apapun. Baik itu cerita Anin, apa yang sedang ia lakukan terhadap Yupi maupun kegiatan yang sedang kulakukan saat ini. Namun entah sengaja atau tidak, Anin malah menggantungkan ceritanya yang mana malah membuatku makin penasaran akan hal tersebut dan berujung diriku yang jadi membayangkan hal yang iya-iya.

Anin menindih tubuh Yupi di atas ranjang. Gadis berjuluk loli legal itu pun hanya bisa berbaring pasrah sambil sesekali mendesah-desah menikmati jilatan lidah Anin di vaginanya, juga hisapan yang mendera benda sebesar biji jagung pada liang kewanitaannya itu. Tubuhnya pun seketika menggelinjang menikmati serangan-serangan Anin di vagina dan klitorisnya.

"Oooh... ssh... aah... shh... aah... ooh..." Yupi mendesah.

"Hhm... slrupp... slrupp... enaak, ci? Slrupp..." tanya Anin sambil tetap menghisap klitoris Yupi dan menjilati vaginanya.

"Ooh... enaak, Nin... Aahhhh! Teruussshh... Aahhhh!!" jawab Yupi.

Tak lama kemudian Anin memutar tubuh sambil mulutnya tetap bermain di selangkangan Yupi, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat di atas wajah gadis manis itu. Mereka kini berposisi 69!

Aku kira soal '70 cara menyenangkan perempuan' itu hanya tips yang berlaku bagi para laki-laki saja. Tapi ternyata bisa berlaku untuk sesama perempuan juga?
Aku baru tahu.

"Cici juga jilatin punya aku ya" pinta Anin.

Tanpa basa-basi, Yupi segera menuruti kehendak juniornya itu. Dan sebentar lagi mungkin akan segera terungkap siapa diantara mereka berdua ini yang lebih berpengalaman.

"Ooh... hisep terruusshh, ci!" Anin mendesah.

Aku yang melihat pemandangan itu tentu jadi semakin terangsang, penisku jadi semakin mengeras, namun dengan sabar aku menunggu dan menyaksikan. Walaupun bisa saja aku langsung memasukkan penisku ini ke vagina salah satu dari mereka yang sudah kubuktikan memang sempit dan kenyal, aku tetap berusaha menahan diri sekuat tenaga. Sekarang biarlah kedua gadis itu memuaskan nafsunya masing-masing.

Karena kapan lagi juga bisa menyaksikan adegan seperti ini diantara dua gadis berwajah imut namun sudah berusia legal dari idol grup ibukota?
Memang aku sudah pernah meniduri lebih dari satu gadis idola dalam satu waktu, namun sepertinya ini adalah salah satu yang terbaik karena mereka berdua ini memiliki karakteristik wajah dan image yang hampir mirip, seperti anak kembar. Mungkin inilah yang dinamakan Dream Threesome.

Namun ini bukan mimpi, karena aku benar-benar mengalaminya. Kalau kalian sih..., jangankan Threesome, satu aja belum tentu bisa, hahaha..
Tapi aku, jangankan satu orang.. Kalau aku mau, satu grup juga mungkin bisa. Mungkin lho ya.
Jangan beranggapan aku mengada-ada, buktinya sekarang ini aku sedang melakukannya dengan dua member yang bisa dibilang adalah Top Tier.

Jika ada orang awam yang melihat, mungkin aku bisa ditangkap karena dianggap sedang melakukan pelecehan pada anak di bawah umur. Tapi mungkin itu juga yang membuat hal ini menjadi sebuah Dream Threesome.

20240330-002952.jpg
20240330-002949.jpg


Ah, sial.. Aku malah jadi membayangkan untuk menyetubuhi mereka dengan seragam sekolah. Tidak, kalau menyetubuhi member yang masih memakai isshou itu sudah pernah ku lakukan. Tapi kalau menyetebuhi member dengan seragam sekolah itu bisa masuk ke wishlist. Tak perlu keduanya, cukup salah satunya saja. Oke, mungkin suatu hari nanti akan kuwujudkan hal ini.
Jangan ditanya seragam apa dong, sudah pasti SMA lah, masa SMP? Apalagi SD? Jangan ngaco kalian.

Aku terus memperhatikan dengan nafas yang semakin memburu, pertanda kalau nafsu birahiku sudah semakin memuncak. Sementara itu di ranjang, aksi Yupi dan Anin sudah semakin menggila. Keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti.

Oke, karena aku tidak bisa menceritakan dengan detail apa yang sedang mereka berdua lakukan akibat kadang terhalang oleh tangan, kepala, ataupun rambut mereka. Dan juga aku tak mungkin menjelaskan apa yang sedang kulakukan saat memperhatikan mereka karena itu mungkin sedikit 'mengganggu' bagi kalian.
Maka kita majukan saja adegannya sedikit.

############​

"Gue pengin ngontolin lo dari belakang juga, Nin.. Ayo nungging!" ajakku yang lalu memposisikan Anin agar menungging bertumpu pada kabinet dapur, memamerkan pantat seksinya yang putih mulus.

"Ahhh... kak... kalo emang udah pengen ngontolin aku.., ya udah, kontolin aja.. Langsung masukin sekarang!!" pinta Anin ketika aku justru menggodanya dengan membelai bibir vaginanya menggunakan kepala penisku.

"Masukin kemana? Sini?" masih dengan membelai bibir vaginanya, kali ini aku tambahkan dengan mengusap lobang pantatnya menggunakan jempolku.

Aku ingin melakukan anal seks kepadanya, sudah sejak semalam aku pensaran akan lobang yang satunya ini. Setelah beberapa saat lalu aku akhirnya bisa merasakan milik Yupi, lalu kenapa tidak milik Anin saja sekalian?

Ehmmm..., iya juga. Ini kayaknya memang majunya terlalu jauh ya, kembali pada adegan pagi hari di dapur Anin. Tapi tidak apa-apa, nanti kita tinggal putar balik saja.
Tidak perlu kaget, jika kalian memang mengikuti sejak awal, seharusnya kalian sudah terbiasa dengan alur "semaunya sendiri" seperti ini. Bukan malah DM dan protes katanya meniru penulis tertentu. Aneh banget.
Oke, kita lanjut.

"Uuhhh.... Kak Adriaaann...~~ Ahhhhhh...~" Anin kembali mendesah disaat jempolku mengelus lobang pantatnya yang sesekali kumasukkan jari telunjukku ke dalam. Pantat Anin yang semakin heboh bergoyang seolah menandakan lampu hijau untuk siap disetubuhi.

Kulebarkan kedua bongkahan pantatnya yang berlemak itu. Tak semontok milik Gracia memang, namun tetap bisa membuat nafsu birahiku naik. Lobang pantatnya yang merekah itu aku ludahi dulu beberapa kali, hingga akhirnya...,

"Kak Adrian, please jangan..!" Anin berteriak.

Saat kutengok, ternyata Anin tengah menoleh ke arahku dengan mata yang berair. Tentu hal itu membuatku jadi tak tega untuk melanjutkan hal ini.

"Kakak tahu kan keadaan aku sebelumnya kayak gimana?" ucapnya lagi. "Masih ada beberapa hal yang bisa bikin aku trauma lagi"

Ya, aku paham akan hal itu. Meski pikirannya sudah berusaha melupakan trauma tersebut, namun jika tubuhnya mengalami hal yang sama kembali, ada kemungkinan untuk trauma itu muncul lagi. Mungkin bisa dibilang mirip dengan Muscle Memory.
Maksudnya meski pikirannya saat ini sedang dipenuhi akan seks, namun tubuh Anin mungkin masih sedikit mengalami trauma akan hal tersebut, jika dilakukan dengan paksaan. Dan mungkin salah satunya adalah anal seks yang cenderung kasar.

Tapi apakah hal itu akan membuatku menyerah?

"Oke, gue nggak akan maksa lo" ucapku. "Tapi coba ngobrol sama Gre deh"

"Eh?!! Maksudnya?" Anin belum sepenuhnya paham.

"Sekarang aku masukin sini ya!!" sahutku sambil memasukkan penisku ke vaginanya dengan hentakan kuat yang membuat Anin mengerang penuh kenikmatan.

"Aaah..., kak... kencengin!! Kencengin lagi...!! ARGHHH!!" pekik Anin keenakan.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Udah ketagihan ya sama kontol gue?!" tanyaku yang dijawab hanya dengan anggukan kepala oleh Anin. "Lho, katanya semalem lo yang mau bikin gue katagihan?" tambahku sambil menahan tangannya agar bisa makin leluasa meraba dan meremas-remas payudara gadis asal Palembang itu.

"Aah... ha-habisnya kak Adrian ternyata jago banget mainnya" Anin mencoba mencari pembenaran dari perbuatan maksiatnya.

"Hahaha... Cewek yang dulunya trauma karena pernah diperkosa, sampe jadi budak seks, ternyata sekarang malah jadi maniak seks. Oh, bukan.. tapi mesin seks" aku semakin cepat menggerakkan pinggulnya hingga membuat Anin sampai melenguh saat menerimanya.

"Terserah kakak mau anggep aku apa, maniak seks, mesin seks, boneka seks. Terserah" balas Anin ditengah sodokan penisku. "Yang penting sekarang kak Adrian kontolin aku ajaaahh... Kontolin aku teruusshh...!!"

PLOP!!

Aku menghentikan genjotanku sebentar saat penisku tiba-tiba selip dan terlepas. Anin menggigit bibir, ada secercah kekecewaan di wajahnya saat batang besarku terlepas, sikapnya berubah jadi sedikit masam. Namun kemudian ia bisa tersenyum lagi saat aku memutar tubuhnya dan menaikkannya ke atas kabinet. Kembali aku memasukkan penisku ke dalam vagina sempitnya sambil meremas-remas buah dada Anin sampai membuatnya melenguh dan mendesah-desah penuh kenikmatan. Namun desahan itu seketika langsung teredam saat kukunci bibirnya yang lembut itu dengan bibirku.

"Emmmppphh...."

############​

Setelah pada akhirnya tak tahan juga akan pertunjukan yang disajikan oleh kedua gadis telanjang di hadapanku ini, aku pun diam-diam mulai mendekati mereka. Tapi baru bergerak sedikit, aku sudah langsung dipergoki. Beruntung hanya Anin yang sadar, sedangkan Yupi masih sibuk menikmati jilatan dan hisapan mulut Anin pada lubang vaginanya, juga sibuk dengan aksi mulutnya sendiri di vagina sempit sang junior.

Dengan pelan aku bergeser, kini aku dapat melihat vagina Yupi yang merekah indah sedang dijilati oleh Anin. Lubangnya yang sengaja dibuka oleh Anin terlihat basah kemerahan, juga sedikit berdenyut-denyut seiring hisapan Anin pada biji klitorisnya. Dengan dibantu oleh Anin, perlahan aku menyelipkan kepala penisku ke lubang tersebut.

Sleeepp...!!

Yupi yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya langsung tersentak, tapi ia tidak bisa bergerak karena tubuhnya sedang ditindih oleh Anin. Ia yang bertubuh mungil jadi tidak dapat berbuat apa-apa karena ada dua orang yang sedang menahan pergerakannya.

"Oughh... i-itu apa, Nin?" tanya Yupi kaget. "Kak Adrian ya?"

Perlahan tapi pasti batang kemaluanku mulai menyeruak ke lubang vagina Yupi yang katanya sudah hampir dua minggu itu tidak dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki. Sedikit demi sedikit penisku mulai terbenam dalam lubang vagina Yupi yang masih sangat... sangat.. sangat sempit.

Bleeess...!

Dengan sekali hentak, aku mendorong masuk semua batang kemaluanku hingga terbenam seluruhnya di dalam lubang kenikmatan gadis yang berulang tahun tiap tanggal 14 di awal tahun itu.

"Arghhh... memek lo ini beneran sempit banget ya!" aku mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Yupi.

"Oohh...!! Kak Adrian! Aahh...!!" Yupi mengerang merasakan penisku yang memenuhi rongga kewanitaannya.

"Ya ampun, ci.. Kayak baru pertama kali aja" Anin malah meledek seniornya itu. "Lagaknya kayak perawan aja nih"

Sebenarnya itu wajar, vagina sempit Yupi memang akan sangat sulit untuk dimasuki terutama oleh penis yang seukuran milikku. Bukannya sombong lho ini.
Sebelumnya saja penisku bisa masuk karena memang vaginanya sudah sangat basah. Tapi untuk kali ini, Anin belum sempat membuat Yupi orgasme, jadi vagina itu belum cukup basah.

Kudiamkan penisku sejenak dalam jepitan vagina sempit itu. Sementara Anin kembali menjilati klitoris Yupi, guna sekedar menghilangkan rasa sakit pada vagina sang senior. Namun ternyata bukan hanya Yupi yang menikmati jilatan itu, aku pun ikut merasakannya karena Anin sesekali juga menghisap pangkal penisku yang berada berdekatan dengan posisi klitoris Yupi.

"Ooh... ssh... aahhh..." erangan Yupi mulai terdengar lagi. Ia melenguh nikmat akibat jilatan Anin yang sedikit menghilangkan rasa sakitnya.

Lalu uniknya, pada saat yang bersamaan aku sendiri juga merasakan vagina Yupi mulai berdenyut-denyut pelan, meremas-remas batang penisku dengan begitu lembut dan seolah menghisap dan menarik penisku agar masuk semakin dalam. Maka tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun mulai menggerakkan pinggulnya, menggesek dinding vagina Yupi. Aku mengayunkannya keluar-masuk secara perlahan-lahan di lubang vagina Yupi, yang kini semakin melenguh dan menggelinjang nikmat akibat persetubuhan yang kami lakukan.

Anin yang masih asyik menjilati klitoris Yupi, melihat bagaimana penisku keluar masuk di vagina sempit itu dengan begitu perlahan. Menyadari bahwa Yupi sudah dapat menikmati lesakan-lesakan penisku, aku pun bangkit dari posisi membungkuk dan lalu berbaring di samping Yupi dengan penis yang tentu masih menancap di vaginanya, kini kusetubuhi dirinya dalam posisi menyamping. Sambil tangan mulai bermain di kedua payudara gadis itu. Benda bulat padat dan kenyal itu silih berganti ku remas dan ku hisap-hisap ringan, sedangkan Anin memainkan kedua puting Yupi dengan menggunakan lidahnya. Gigitan-gigitan lembut juga ia lakukan pada kedua puting itu, akibatnya erangan dan desahan nikmat dari Yupi jadi semakin kerap terdengar.

"Auw... ahh... ahh... Ini.. enak.... Enak.. banget..."

Yupi merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami sebelumnya. Selain batang penis besar yang memenuhi rongga vaginanya, hisapan dan jilatan serta gigitan Anin di puting payudaranya membuatnya bergairah luar biasa. Matanya kadang terpejam kadang mendelik, sementara mulutnya terus mendesah dan mengerang penuh gairah. Mungkin baginya ini juga adalah Dream Threesome, wkwk.

"Oughh... enaak, kak! Ssh... ahh... terussh, Nin.. Hisep terus!! Enak! Genjot terus, kak... KONTOL KAK ADRIAN ENAK..!! MEMEK AKU ENAK..!!" Yupi mendesah tak karuan.

"Sssh... ughh... memek lo juga enak, ci!" aku balas mengerang. Juga ikut-ikutan memanggilnya 'ci', seperti beberapa member kebanyakan, entah kenapa itu memberikan sensasi yang berbeda pada diriku.

"Enak ya, ci.. lebih enak yang asli kan" gumam Anin sambil terus mencucupi puting Yupi satu per satu, menghisap dan menjilatinya dengan penuh nafsu.

"I-iya, Nin... oughh... kontol kak Adrian... enakk... panjang.. gede banget! Aaghh..." erang Yupi dengan tubuh semakin menggelinjang.

"Oohhh... ci Yupi.. ci Yupi.." aku pun juga melenguhkan namanya sambil makin mempercepat tempo sodokanku dalam menggaulinya.

Nampak kepala Yupi bergoyang ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang juga terangkat saat lesakan penisku masuk lebih dalam di lubang vaginanya, meski sekali lagi, tak bisa masuk seluruhnya. Lenguhan dan desahan Yupi juga semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama hampir dua minggu ini terlampiaskan sudah. Lagi.

"Oohh... terus genjot memek aku, kak! YANG KENCENG! YANG CEPET! YANG KUAT! AUW... IYAH.. GITU! TERUS! AHHH... LEBIH CEPET, KAK! LEBIH KUAT! AKU... OGHH... MAU KELUARR..." Yupi yang gejolak birahinya telah meledak-ledak pun mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh penisku.

Mendengar erangan sang gadis idola, aku semakin mempercepat gerakan pinggulku. Saat merasakan kedutan kuat di dinding-dinding vagina Yupi yang melingkupi batang penisku, aku pun mendorong penisku kuat-kuat ke dalam lubang kenikmatan gadis cantik itu.

Bleessh...!!

"OUGHH... KAK! E-ENAK! NIKMAAT! ENAK BANGEET!! HHM..." Yupi mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatan.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Kudiamkan penisku sejenak dalam lubang vagina Yupi untuk memberi kesempatan kepadanya menikmati puncak kenikmatan. Dapat kurasakan bagaimana vaginanya yang berkedut-kedut kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatan itu. Terlihat nafas Yupi masih memburu, matanya terpejam, namun di mulutnya tersungging senyum tipis penuh kepuasan.

Setelah nafasnya mereda, barulah Yupi membuka kedua matanya, tapi ia langsung tersipu begitu tahu kalau aku sedang menatap dirinya. Pipinya langsung memerah, kedua tangannya secara otomatis menutupi kedua payudaranya yang terbuka. Meski telah dua kali ku setubuhi, dan malah penisku masih menancap di liang rahimnya saat ini, namun gadis itu masih bisa untuk merasa malu.

Tingkah Yupi itu membuat diriku dan juga Anin tersenyum. Dengan penis masih terbenam di lubang kenikmatan Yupi, kembali aku menggerakkan pinggul secara perlahan. Yupi yang masih tersipu malu terhenyak dengan ulahku tersebut, namun ia hanya bisa melenguh merasakan gesekan batang kemaluanku pada dinding-dinding vaginanya tanpa bisa berbuat apa-apa. Pipinya pun makin memerah saat kedua tanganku mulai menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ia tutupi dengan menggunakan tangan.

Dengan lembut kusingkirkan tangan Yupi hingga payudara yang masih ranum itu kembali terpampang jelas. Segera aku meremas-remasnya sambil kembali menggenjoti lubang vagina Yupi dengan batang penisku yang masih berdiri tegak. Erangan Yupi pun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah sedikit padam, perlahan mulai menyala kembali.

Anin yang melihat aku mulai menggenjot ringan, segera beranjak ke belakang tubuhku lalu memelukku dari belakang. Aku hampir lupa kalau ada satu gadis lagi, rasa nikmat dari vagina Yupi benar-benar mengambil alih fokusku dan membuatku lupa dengan keadaan sekitar.
Anin kemudian mulai menciumi punggung, telinga, tengkuk dan leherku dengan begitu mesranya, sambil salah satu tangannya bergantian mengelus-elus batang dan bola zakarku yang bergoyang-goyang seiring hentakan pinggulku.

"Ahh..." aku yang merasakan sentuhan Anin pun jadi ikut melenguh, aku merasakan sensasi nikmat yang berbeda. Akibatnya, penisku jadi semakin gencar keluar masuk di liang vagina Yupi. Gerakan pinggulku pun menjadi bertambah cepat.

"Aughh... shhh... ahh..." Yupi yang merasakan penisku semakin gencar keluar masuk di lubang vaginanya, jadi semakin melenguh.

Desahan dan erangannya kini semakin menjadi. Cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang vaginanya, bercampur dengan cairan orgasmenya yang tadi sudah menyembur keluar. Akibatnya lubang vaginanya jadi semakin basah sekarang. Suara kecipak aneh terdengar begitu alat kelamin kami beradu, yang mana itu semakin menambah gairah birahi kami bertiga.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Ooh... enak, kak! Terus genjot!! Memek aku...!! Oooh..." Yupi merintih-rintih keenakan.

Sambil kedua tanganku tetap meremas-remas kedua payudara Yupi, genjotan-genjotanku pun semakin bertambah cepat. Sementara itu elusan-elusan Anin pada bola zakarku mulai berubah menjadi remasan-remasan lembut. Sangat nikmat sekali. Tangan gadis yang sempat dijuluki sebagai 'adik impian' itu seperti tidak mau lepas dari sana.

"Hhm... jangan lupa, kak, sisain kontolnya buat aku juga!" Anin berbisik lirih di telingaku.

"Oughh... pasti, Nin.. Udah jelas itu! Gue bakal ngontolin kalian berdua sampe kalian pingsan" jawabku dengan penuh keyakinan.

Tentu aku yakin, karena saat Anin dan Yupi sedang sibuk berdua tadi, diam-diam aku sudah menghabiskan jus jeruk buatan Anin. Meski tanpa hal itu pun aku sudah sangat yakin bisa menaklukan kedua gadis ini, karena jika kalian ingat, jika kalian masih ingat, aku pernah menaklukan tiga orang gadis dalam satu waktu. Itu kalau kalian masih ingat lho.
Tapi dengan asupan tambahan dari jus jeruk itu, maka aku jadi bisa semakin yakin. Hehehe...

"Ayo, kak... genjot lebih kuat! Lebih cepet! Aku mau keluar!" rintih Yupi yang merasakan puncak kenikmatan akan segera ia raih kembali untuk yang ke..., ke berapa ya?

Aku tersenyum mendengar jeritannya.

"Keluarin, ci.. Keluarin!" kataku sambil mempercepat tempo genjotan.

"Ahh... aku nggak kuat lagi, kak! Arghh... aku keluar!!" Yupi menjerit keenakan saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatan untuk yang kesekian kalinya, membuat lubang itu jadi semakin basah oleh cairan lendir bening.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Nafas Yupi masih memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih, dadanya naik turun seirama dengan tarikan nafasnya yang masih berat, sementara kedua payudaranya yang tergoncang-goncang terus kupegangi. Aku kembali mendiamkan penisku terbenam di lubang vagina si baby dino untuk memberikan kesempatan bagi Yupi menikmati sensasi orgasmenya.

Anin tersenyum melihat Yupi kembali kelojotan oleh terjangan penisku. Ia segera memagut bibirku penuh nafsu, lidahnya menerobos ke rongga mulutku, yang kusambut dengan penuh nafsu juga. Kami asyik berciuman sementara tanganku mulai berhenti bermain pada payudara Yupi dan beralih ke payudara Anin dan mulai meremas-remasnya. Hal itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya aku merasakan ada yang mendorong tubuhku sehingga jepitan alat kelamin kami terlepas.

Aku tentu heran dengan tindakan Yupi tersebut. Apalagi saat kulihat ekspresi wajahnya yang seolah mengatakan.., "Yupi cebel".

Apa mungkin dia cemburu karena aku yang langsung beralih begitu saja dari dirinya ke Anin. Tunggu sebentar? Cemburu? Untuk apa? Kenapa semuanya harus selalu melibatkan perasaan sih? Merepotkan saja.
Mungkin Yupi hanya iri dan sebenarnya masih ingin merasakan keperkasaan penisku lagi, namun ia juga harus tahu diri, sekarang adalah giliran Anin.

############​

"Naikin kaki lo ke meja, Nin" perintahku yang disambut senyum oleh Anin.

Apa?
Iya, ini balik ke adegan paginya lagi, wkwkwk.
Kenapa sih? Sama-sama adegan ngewe juga kan.
Sudahlah, nikmati saja. Enjoy life!!

"Nah, sekarang gue coblos lagi ya memek lo... tahan!" ajakku dengan selangkangan merapat ke pantat Anin yang bahenol.

"Iya, kak." jawab Anin dengan senang hati. Dan ia kembali memekik saat batangku kembali menusuk celah kemaluannya. "Uuuh... ayo, kak... Tusuk yang keras... Ahhh... Enaak... Sshhh... Aaaah..." jerit Anin dengan kepala menggeleng-geleng, membuat rambutnya jadi ikut bergerak ke kiri dan ke kanan dan makin awut-awutan.

Aku pun segera memegangi kepalanya itu dan mengajaknya untuk saling mengadu lidah. Anin pun langsung menanggapi dengan memagut bibirku kuat-kuat, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan birahi. Sementara aku terus menekan batang penisku sembari tangan memeluk dada bulat Anin dan meremas-remas lembut disana.

"Uuuh... remes yang keras, kak... Lagi!! remes yang kuat... ughhh... enaak... ssssh... ahhh..." erang Anin kelojotan.

Aku terus menggerakkan penisku dan mendesak lagi lebih kuat hingga membuat jeritan Anin semakin meninggi. Batangku terasa mentok di bagian terdalam dari lorong vagina Anin.

"Ahhh... kak... terus entotin aku... aku suka sama kontol kakak yang gede... rasanya... aah... mantaaaspp!!" racau Anin dengan mata merem melek keenakan disodoki penis dari arah belakang. Pahanya yang putih mulus pun kuraba lembut setelah aku puas dengan buah dadanya.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Aaah... kak... ughh... enaknya... aduh... aku nggak bisa nahan lagi..." erang Anin semakin menggila dan bersemangat, bahkan sampai menekan pinggulnya ke belakang berlawanan dengan gerakan pinggulku yang maju ke depan.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Duh, enak banget, kak... ayo genjot... sodok... sodok terus memek!!" ajak Anin dengan pinggul digoyang-goyang, ia berusaha mengimbangi penisku yang terus meluncur keluar-masuk di lorong kewanitaannya.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


Aku terus bergerak, membuat Anin mulai menggelinjang pelan. Tanganku kembali meremasi buah dada gadis cantik ini sambil sesekali mengurut pahanya yang naik ke atas meja. Dari arah belakang, aku terus menyodoknya dengan begitu kuat.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


"Enak, kak... ohhh... enak! Terus... aaah... aauh... ssssh..." erang Anin semakin senang saat aku terus menggenjotnya dengan cepat untuk memberikan kenikmatan. "Uhhh... Kontol kak Adrian kok enak banget sih... Kontol terenak yang pernah masuk ke memek aku!" tambahnya dengan kepala berpaling, ia menatapku sambil tersenyum.

"Itu artinya lo udah ketagihan sama kontol gue, Nin.." sahutku sambil terus menggenjot vaginanya, dan dengan leluasa meremas-remas buah dadanya.

"Iya, kak... EMANG..!!!" lenguh Anin dengan tangan kiri mengelus-elus bagian atas vaginanya yang terlihat menggelembung akibat dorongan penisku. "Ekspektasi aku emang nggak salah! KONTOL KAK ADRIAN EMANG TERBAIK!!"

"Gue juga suka ngontolin memek lonte lo ini!" balasku.

"Cepetan dikit, kak... l-lontenya kak Adrian ini dikit lagi mau muncrat!" ajak Anin yang mulai tak tahan menikmati gaya seks di atas meja itu.

Langsung saja aku bergerak lebih cepat hingga membuat tubuh mungil namun berisinya itu jadi tergoncang-goncang hebat. Payudaranya yang bulat menggantung indah di atas meja, bergoyang-goyang seiring tusukan penisku. Ku remas sebentar sebelum tanganku berpindah mengelus pantatnya yang mulus sebelum akhirnya menampari gumpalan lemak yang menungging sombong itu.

PLAAKK!
PLAAKK!
PLAAKK!
PLAAKK!
PLAAKK!
PLAAKK!


"Aaah... aaah... aaah..." jerit Anin dengan mata merem-melek keenakan, buah dadanya yang menggantung indah kembali kuremasi dengan agak kasar. Ia terlihat sudah tak tahan menerima rangsangan, apalagi aku juga terus menggenjotnya dengan begitu cepat, menghujamkan batang penisku keras-keras hingga tubuhnya nampak mulai melemah karena tenaga yang kian habis akibat kugenjot secara membabi buta. Tapi di lain pihak, lorong vaginanya terasa semakin menyempit, menjepit kuat batang penisku, dan akhirnya Anin mendapatkan orgasmenya dengan menjerit panjang.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


"AHHHHHH...!!!!"

Dari vaginanya mengucur cairan panas yang amat banyak, membasahi penisku yang membuat diri ini semakin lancar memaju-mundurkan pinggulku, mencabuli tubuh indahnya.

Kuremasi buah dada Anin kuat-kuat untuk memberikan sensasi maksimal pada orgasmenya. Tubuhnya terus berkelojotan, sementara aku terus menggenjotnya sampai membuat gadis cantik itu kelimpungan dan akhirnya rebah di atas meja dengan tubuh remuk redam karena kelelahan. Kakinya sekarang menjadi selonjor. Meski jadi sedikit kesulitan, tapi itu tidak menghalangiku untuk terus menggenjot dengan cepat karena aku sendiri juga sudah tak tahan.
Terus kuhujam vaginanya berkali-kali sampai tubuh montok Anin tergoncang-goncang kesana kemari dengan penis besarku. Kadang aku menurunkan tubuhku untuk menciumi dan menjilati punggung Anin yang berkeringat. Sampai akhirnya aku tak kuat lagi, langsung kubenamkan penisku dalam-dalam ke celah kewanitaan Anin yang kini sudah terasa begitu basah dan lengket.

20240329-225355.jpg


"AARRRRGGHHHH.... ANIIN... ANINDITHAAAA... LONTE GUUUEE..!!!"

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtz...
CROOOOTtz...


Spermaku menyembur deras ke dalam rahim Anin. Gadis itu sedikit terkejut saat menerimanya, namun sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Kepalanya rebah di atas meja sambil menggigit bibirnya kuat-kuat.

"Aaah.... banyak banget, kak" lenguh Anin bimbang. "Nanti kalo aku hamil gimana?" tanyanya dengan nafas masih berantakan.

"Lah, kenapa bingung. Bukannya lo udah pernah?" jawabku santai sambil menarik lepas penisku yang mulai agak mengecil ukurannya dari jepitan vagina Anin.

"Kak!!" Anin bereaksi cepat. "Mana ada!! Jangan fitnah dong!"

"Hehehe, sorry.. Sorry" dengan nafas masih berat, aku duduk di lantai. "Emang beneran belom pernah?" tanyaku sekali lagi, hanya bermaksud untuk menggodanya.

"Kalo aku nggak lagi lemes, kak Adrian udah aku pukul ya!" bisa galak juga ternyata dia.

Sekarang setelah penisku terlepas, nampaklah cairan lendir kental belepotan di batang kebanggaanku ini, demikian pula dengan vagina Anin. Dimana tak lama kemudian terlihat Yupi yang sudah kembali tersadar kini merangkak menuju ke tubuh Anin yang masih lemas di atas sofa. Dengan berlutut, Yupi pun mulai mengerjai vagina Anin menggunakan lidah, mulut atau jarinya, aku tak tahu pasti karena ia memunggungiku.

"Ehh...?!! Kak!" pekik Anin terkejut.

"Bukan gue, Yupi itu...." aku membela diri yang dibuktikan oleh Anin sendiri dengan menoleh ke belakang, mendapati seniornya itu sedang mengorek lendir yang berada dalam vaginanya.

"Biar nggak hamil, aku bantu keluarin ya.." sahut Yupi yang kemudian segera melanjutkan kegiatannya pada liang kewanitaan teman satu tempat kerjanya itu.

Dengan batang yang masih berlumuran lendir kental, aku mencoba untuk berdiri. Melihat Anin yang masih lemas dan Yupi masih sibuk aku pun akhirnya memilih untuk meraih rambut panjang Yupi yang kemudian kugunakan untuk mengelap batang penisku hingga bersih.

############​

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


"Aaahhhh kak Adriaaaan... Aku mauuu keluaaar... Oooohhh... Oooohhh...." Anin orgasme untuk yang kesekian kalinya malam ini hingga membuat sprei ranjangnya basah kuyup. Namun hal tersebut tak membuatku untuk menghentikan aksiku.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


Hentakan demi hentakan pahaku bersentuhan dengan pahanya, kedua kakinya sekarang aku peluk dan aku taruh di kedua bahuku. Dan wajahku mendekat ke wajahnya sambil menekan kedua kakinya. Aku mengunci tubuhnya dan kakinya, sementara penisku tidak berhenti menggenjot vaginanya yang sempit.

Yupi yang sedari tadi terus saja memperhatikan, akhirnya tak tahan juga dan langsung masturbasi di sebelah Anin. Aku yang melihat hal tersebut kemudian segera menarik penisku keluar dari vagina Anin hingga membuat gadis itu terkejut akan tingkahku. Dan tanpa berlama-lama lagi, kumasukkan penisku ke vagina Yupi lalu aku genjot dirinya dengan kasar.

"Aaaaahhh kak Adriaaaaan... Itu Aniiinn belum puaasss... Aaah... Aahh... Ahhh..." lenguhan Yupi membuatku tersenyum. Anin yang sepertinya masih agak ngilu setelah orgasmenya barusan masih tergeletak di samping Yupi.

"Aaaahhh.. ci Yupiiii... memek ci Yupiii... Enaaakk... Uuuugggh... Punya Anin jugaaaa... Aaahhh... sempit banget... Aaahhh..." aku melenguh dan mendesah tidak karuan. Penisku pun perlahan berkedut.

"Keluarin di muka aku, kak..!!" Yupi yang mengetahuinya, memintaku untuk mencabut penisku. Namun aku yang sudah tanggung tak memperdulikannya dan justru semakin cepat menggenjot vagina milik Yupi, aku juga meremasi kedua payudaranya lagi.

Anin yang sepertinya juga sudah tak sabar untuk kembali digauli kini merubah posisinya jadi menungging di sebelah Yupi. Melihatnya membuatku semakin cepat menggenjot vagina milik Yupi karena juga ingin segera kembali mendoggy memek Anin. Tapi tanpa diduga, Yupi malah secara tiba-tiba menarik penisku keluar dari vaginanya dan dia merubah posisi tubuhnya jadi menungging bersebelahan dengan Anin. Dan sekarang terdapat 2 gadis idola yang namanya biasa dielu-elukan oleh banyak laki-laki pada saat melihat perform mereka maupun pada saat di kamar mandi ataupun sendirian di kamar tidur, kini kedua gadis capricorn ini sedang pasrah memberikan vaginanya secara cuma-cuma untuk ku cabuli.

Langsung saja tanpa perlu berlama-lama kumasukkan penisku lagi ke vagina Yupi. Pijatan dinding vaginanya memang berbeda sekali, bisa-bisa aku yang jadi ketagihan akan kenikmatan vagina ini.
Aku yang terlalu fokus menggenjot vagina milik Yupi, sampai lupa kalau ada Anin yang juga sedang menungging di sebelah. Maka jari tengah dan manisku yang kanan pun kumasukkan ke vaginanya Anin yang langsung membuatnya terkejut. Jadinya sekarang ini ada dua vagina yang sedang kusetubuhi dalam waktu bersamaan, Yupi kusetubuhi dengan penisku dan Anin kusetubuhi dengan jariku.

Cukup sulit memang membagi konsentrasi untuk menggenjot dua vagina dengan cepat dalam waktu yang bersamaan. Namun karena diriku bisa dengan cepat beradaptasi, jadinya sekarang baik Yupi maupun Anin bisa melenguh dan mendesah dengan sama baiknya dan sama merdunya di telingaku. Sampai tiba-tiba kurasakan vagina Yupi berkedut hebat, tubuhnya melengkung dan seperti akan orgasme. Maka kulambatkan gerakan penisku, aku memainkan tempo guna menggoda dan membuatnya merasakan sensasi yang sedikit berbeda kali ini.

"Kak Adrian nakal yaaaa!!! Yupi udag mau nyampe ini!!!" ia mendengus kesal. "Iihh... Yupi cebel"

Akhirnya kata-kata itu keluar juga, benar-benar keluar kali ini.

"Hehehe, sorry. Jadi lo maunya di kasarin kayak tadi ya? Ci Yupi nakal juga ya!" kutampari bongkahan pantatnya itu berkali-kali sampai tercetak jelas cap warna merah berbentuk telapak tanganku disana.

Kutarik kedua lengannya ke belakang layaknya seorang koboi yang sedang mengikuti kompetisi rodeo dan menghentakkan pinggulku kuat-kuat ke arah depan hingga kepala penisku terasa menghantan dan menumbuk habis pintu rahimnya. Kulakukan hal tersebut beberapa kali sampai aku lupa akan vagina Anin yang harusnya juga kusetubuhi menggunakan jariku. Akhirnya kuputuskan untuk kembali berfokus pada Yupi saja terlebih dahulu.
Selanjutnya aku mengunci tangan Yupi pada punggungnya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memeluk perutnya dan juga meremas kedua payudaranya.

PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK
PLOOOKKK


Suara hentakan antar pahaku yang bersentuhan dengan kulit pantat Yupi terdengar nyaring. Pijatan otot vaginanya terasa makin kencang, pun sama kencangnya juga payudaranya yang sedang kuremasi.

"Oooohhhh kak Adriiaaaann.... Aaahhhh akuuuhh... AKUUU MAU KELUAAARRR... AAAAHHHH..... AAAAHHH....." lenguh Yupi yang nampaknya sudah tak tahan lagi untuk menahan orgasmenya.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Untuk kesekian kalinya sprei ranjang Anin basah karena cairan orgasme. Aku yang masih mengunci posisi tubuhnya tak memberikan jeda istirahat sedikitpun dan tetap menggenjotnya lagi karena juga merasa sedikit lagi akan keluar. Dan benar saja, hanya butuh sekitar 10 sentakan, aku langsung menarik keluar penisku dan Yupi dengan tanggap memutar badannya.

Gadis itu langsung mengocok penisku dan mendekatkan wajahnya ke lubang kencingku. Tak lama kemudian...,

"Aaaahhh Yupiiiii" teriakku bersamaan dengan keluarnya spermaku menyemprot wajah cantik seorang Cindy Dea Yuvia.

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtz...
CROOOOTtz...


Walaupun tak sebanyak sebelumnya, tetapi aku tetap merasa puas karena sudah keluar pada wajah yang terkadang berekspresi sok imut tak sesuai usianya itu. Meski baru saja keluar, aku yang masih memiliki tanggung jawab langsung menancapkan penisku ke vagina milik Anin yang masih dalam posisi menungging.

Bleeess...!

"Ooohhh..!!!" Anin mendesah kencang akibat gerakanku yang tiba-tiba.

Sama seperti saat dengan Yupi barusan, aku juga mengunci tubuh Anin. Tapi kali ini yang kutarik adalah rambutnya, kutarik sampai ia mendongak dan aku dapat melihat ekspresi wajahnya yang tengah dilanda kenikmatan akibat sodokan penisku. Sungguh sebuah pemandangan yang mahal.
Kutatap matanya sambil terus menghentakkan pinggulku ke depan, menyetubuhi vagina binalnya.

"Kak...~" panggil Yupi kemudian.

Dan saat aku menoleh, sekali lagi sebuah pemandangan mahal tersaji di depan mataku. Wajah Yupi yang masih berlumuran oleh spermaku itu beberapa kali mengeluarakan berbagai macam ekspresi seolah menyuruhku untuk merekam jelas dalam ingatanku.
Andai saja aku sedang memegang hape, sudah pasti semua itu akan segera ku abadikan hingga memenuhi memori hape maupun kartu SD yang ku punya. Dan mungkin saja beberapa akan aku upload dengan caption..., "Haters bilang ini editan

Aku semakin cepat menggenjot Anin sembari meremasi kedua bongkahan payudara gadis cantik itu. Hal itu tak ayal membuatnya melenguh dan mendesah kenikmatan. Putingnya aku pilin sampai tubuhnya menggelinjang hebat.

"Suruh Anin aja yang bersihin" ucapku kemudian pada Yupi yang nampaknya ingin mencolek dan menjilati spermaku namun segera ia urungkan setelah aku berkata barusan.

Tidak menjawab, namun juga tidak menolak, Yupi berpindah menuju ke depan Anin. Tapi yang kemudian aku lakukan selanjutnya adalah; menarik tubuh Anin agar menjadi tegap dan mendekat pada tubuhku, punggungnya yang berkeringat kini menempel pada dadaku yang bidang.

Dengan tangan kanan yang masih betah meremasi bongkahan payudaranya, tangan kiriku menahan lehernya dan sedikit memberi tekanan seakan sedang mencekiknya. Lalu aku menengok ke arah Yupi dan berkata tegas..,

"Ayo, sini! Suruh Anin bersihin"

Yupi yang paham akan maksudku lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Anin. Nah, kalau seperti ini kan aku jadi bisa melihat dari jarak yang sangat dekat bagaimana wajah manis Yupi yang berlumuran spermaku itu sedang dijilati oleh seorang Aninditha Rahma Cahyadi.

Setelah selesai membersihkan wajah Yupi, kedua gadis itu justru berciuman dengan mesranya bak sepasang kekasih. Aku yang tak mau diabaikan langsung saja menarik kepala Yupi dan mencium bibirnya.
Dan kurasa Anin merasa cemburu akan hal itu, karena tak lama kemudian ia yang menarik kepalaku lalu mencium bibirku. Merasa harus bersikap adil, aku pun memutuskan untuk mencium keduanya dalam waktu bersamaan. Kami melakukan ciuman tiga arah, namun karena hal itu ternyata cukup sulit dilakukan, maka kami pun beradu lidah saja.

Setelah cukup puas, kuminta Yupi untuk menyingkir sebentar, kemudian melepas kuncian di tanganku pada Anin dan menyuruhnya untuk lebih menungging lagi. Aku menggenjot vaginanya secara perlahan. Pijatan demi pijatan dari otot vagina gadis cantik itu semakin membuatku ingin menyelesaikan ini dengan cepat.

Anin sendiri menggerakkan tubuhnya maju mundur, dia ikut menggenjot penisku. Perlahan vaginanya berkedut untuk kedua kalinya. Tanganku yang sedari tadi meremas pantat seksinya, sekarang mulai menggesek dan mencari klitorisnya. Tak berselang lama penisku juga berkedut. Tapi justru Anin yang mendapatkan orgasmenya terlebih dahulu. Dia melengkungkan tubuhnya dan vaginanya berkedut hebat. Dan akhirnya Anin mencapai puncak kenikmatan surga dunianya sekali lagi.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


"AAAAHHH... KAK ADRIAAANNN... AAAHHHH... ENAAAKKK... AAAHHH... AKUUU KELUAAARRR... UUUHH ANIN KELUAAAARRRR...." desahan gadis itu semakin membuatku ingin cepat keluar juga, jadinya aku tak memberikannya istirahat barang sebentar saja.

Aku langsung menggenjot vaginanya lagi sambil menampar pantatnya yang sudah memerah. Vagina Anin becek sekali karena cairan kenikmatan miliknya. Tak lama berselang, kurasakan, penisku berkedut hebat. Dengan cepat kutarik penisku lepas lalu turun dari atas ranjang dan menyuruh kedua gadis cantik itu untuk bersimpuh di depanku yang langsung dituruti tanpa adanya penolakan. Kukocok sebentar penisku ini hingga...,

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtz...
CROOOOTtz...


Banyak sekali semprotan spermaku yang keluar menodai wajah mereka berdua. Ada juga beberapa semprotanku yang mengenai mata Yupi hingga membuatnya memekik kaget.
Bangga luar biasa kurasakan ketika melihat wajah kedua gadis Capricorn ini berhiaskan cairan putih kental yang berasal dari penisku, apalagi dari angle seperti ini.

Setelah itu, Yupi dan Anin mulai membersihkan penisku tanpa kusuruh. Bahkan mereka melakukannya dengan wajah yang masih belum mereka bersihkan. Mungkin bagi kedua gadis ini, penisku begitu berharga jadi mereka lebih memprioritaskannya terlebih dahulu.
Saat penisku sudah bersih mengkilap, ku elus kepala mereka berdua sebagai tanda terimakasih.

Sekarang aku berbaring telentang di atas ranjang, disusul oleh Yupi kemudian. Penisku yang masih tegak dan keras tampak bergoyang-goyang indah dan Anin yang melihatnya seolah tertantang agar segera menaikinya. Tanpa membuang waktu, ia menindih tubuhku.

"Belom puas emang?" tanyaku padanya yang langsung dijawab dengan gelengan kepala plus ekspresi menggemaskan. Sungguh bertolak belakang dengan yang ia lakukan sekarang. Gadis berwajah imut, namun melakukan hal binal.

"Aku yang mulai kan.. Aku juga yang harus selesaiin" jawab Anin. "Lagian kakak juga pasti masih kuat kan"

"Tapi kan terakhir tadi udah sama lo" balasku lagi.

Anin kebingungan untuk menjawab ucapanku itu, itu nampak jelas dari perubahan ekspresi wajahnya. Masih dengan raut kebingungan, ia secara tiba-tiba mencium bibirku. Aku tahu hal ini hanya ia lakukan untuk mengalihkan topik saja, tapi apa salahnya untukku membalas ciuman dari bibir yang terasa manis itu.

Dengan mulut masih berpagutan mesra, Anin mulai menggesek-gesekkan lubang vaginanya di batang kemaluanku sehingga membuatnya semakin keras dan kaku saja. Selanjutnya, dengan tidak sabar Anin meraihnya dan mengarahkan benda panjang itu ke lubang vaginanya.

Slleeepp...!!

Kali ini dengan cukup mudah penisku terjepit di bibir vaginanya, dan dengan satu dorongan ringan, melesaklah benda itu ke dalam lubang vagina Anin hingga membelahnya jadi dua bagian sama lebar.

"ARGHH... KAK, MEMEK AKU PENUH... MEMEK AKU PENUH SAMA KONTOLNYA KAK ADRIAAANN... AAH!" Anin melenguh puas.

"Hmm... memek lo sempit, Nin.. Enak.. Nggak kalah sama punya Yupi!" balas aku merasakan sempitnya lubang vagina Anin.

Tanpa menunggu lama, ia pun mulai menggerakkan pantat maju mundur sehingga penisku bergerak keluar masuk dengan sendirinya di vagina sempit milik Anin. Kami berpelukan erat, tubuh kami seolah menyatu. Anin semakin bernafsu memagut bibirku, yang kubalas dengan meremas-remas payudaranya dengan mesra.

Gadis yang tergabung dalam sub-unit Dance Project itu pun semakin liar beraksi, goyangan pantatnya betul-betul hebat; kadang bergerak maju-mundur, kadang berputar-putar, bahkan juga beberapa kali turun naik dengan begitu cepat saat merasakan penisku yang seperti sedang mengebor lubang kemaluannya.

20240330-002839.jpg


"OOOH... ENAK, KAK! KONTOLNYA KAK ADRIAN ENAK!" Anin merintih keenakan.

"AAH... GOYANG TERUS, NIN! MEMEK LO ENAK BANGET!" balasku yang merasakan penisku seperti dipijit-pijit saat Anin memutar-mutar pantat.

Yupi yang sedari tadi memperhatikan sambil berbaring di sebelahku kini mulai bergerak mendekat ke arah Anin. Sepertinya payudara Anin yang bergoyang-goyang indah seiring dengan gerakan pantatnya sedikit menggoda dirinya untuk memainkannya. Aku tak bisa menyalahkannya, karena kedua buah dada itu memang terlihat sangat mengundang untuk dimainkan.
Yupi memeluk Anin dari belakang dan mulai meremas-remas kedua payudara gadis itu. Bahkan tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut Yupi pun ikut bekerja dengan silih berganti menjilat daun telinganya.

"Arghh..." akibatnya, Anin jadi mengerang penuh kenikmatan. Semua rangsangan Yupi dan serangan penisku di kemaluannya benar-benar membuatnya tak tahan.

Gerakan maju mundurnya kini semakin bertambah cepat, juga tidak beraturan. Akibatnya penisku pun semakin gencar menyodok-nyodok ke dalam lubang vaginanya. Nampaknya Anin sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya kembali.

"AARGGH... AKU MAU KELUAR, KAK! KONTOLNYA KAK ADRIAN EMANG TERBAIK! ARGH... ENAK!! ANIN KELUAR..!!! ANIN KELUAR..!!! ANIN KELUAAAARRR..!!!" Anin mengerang, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatan.

CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT
CRREEETTT


Cairan itu menyembur membasahi batang penisku yang masih berada dalam jepitan liang vagina Anin. Aku yang melihat tubuhnya mengejang-ngejang nikmat, segera buru-buru membenamkan penisku dalam-dalam. Tanpa aba-aba kumuntahkan spermaku ke liang rahim gadis cantik itu. Kami melenguh secara berbarengan dan saling berpelukan.

CROOOOTTZZ...
CROOOOTTZZ...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtzz...
CROOOOTtz...
CROOOOTtz...


Setelah kulepas pelukanku, Anin langsung bangkit dan membagi sisa cairan kehidupanku yang merembes dari liang vaginanya dengan Yupi sama rata. Berdua mereka menjilatinya hingga bersih, sampai tidak ada yang tersisa. Selanjutnya kami berbaring bertiga sambil berpelukan dengan aku berada di tengah-tengah.

"Kak Adrian beneran jago banget, kuat banget.." puji Anin yang sedang berada di sebelah kananku.

"Pasti gara-gara jus jeruk buatan lo, Nin" sahut Yupi yang sepertinya sudah mengetahui kalau aku telah menghabiskannya.

Mendengar itu, Anin segera menengok ke arah dua gelas yang kini telah kosong.

"T-Tapi itu isinya cuma obat perangsang, bukan obat kuat.." balas Anin dengan sorot mata polos, menandakan kalau dia sedang berkata jujur.

"Berarti...," Yupi menggantungkan kalimatnya lalu menatap ke arahku.

"Gue cuma butuh 'motivasi' aja sih.." ucapku sambil nyengir. "Dan motivasi itu masih ada, hehe"

Kalimat terakhir dariku membuat mata kedua gadis itu melebar. Yap, ini belum berakhir.

• Flashback • selesai​

"Nasi goreng..~ Nasi goreng..~ Nasi goreng..~ Yess!! Nasi gor--"

"Kenapa nadanya Aitakatta sih, kak?" tanya Yupi memotong.

"Kalo Heavy Rotation kurang pas" balasku cepat.

"Bukan gitu!! Maksudnya--"

"Udah, udah.. Ini. Ayok! Sarapan dulu" Anin datang membawa nasi goreng.

Meski ini sudah hampir jam makan siang, tapi kita sebut saja sebagai sarapan karena perut kami memang belum terisi apapun pagi tadi. Meski kuyakin baik Anin maupun Yupi perutnya sudah kenyang akan spermaku.

Saat tengah makan, kurasakan ada tatapan yang kurang enak berasal dari Anin. Saat kutatap balik, dia hanya berekspresi masam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Maka aku pun mulai bicara dulu untuk memancingnya.

"Ada ap--"

"Kak Adrian keterlaluan!! Masa ngasih cupang di punggung aku!?" namun belum selesai aku berbicara, Anin sudah memotong. Dan sepertinya dia sudah mengetahui satu perbuatan isengku saat sesi pagi hari di dapur tadi.

"Apa masalahnya sih?" Yupi yang menyahut. "Kan bukan di leher, nggak bakal keliatan juga"

"Kan ada isshou yang keliatan punggungnya" Anin menjelaskan.

"Iya juga"

"Lo mau nggak, Nin... jadi yang ketiga?" tanyaku kemudian. Ini hanya untuk mengalihkan pembicaraan saja.

"Hah?? Maksudnya?" Anin panik.

"Ya jadi yang ketiga, GreShaNin gitu" jawabku santai. Tapi sepertinya aku mengalihkan ke arah yang salah.

20240329-225331.jpg


"Lah, bukan aku?" sahut Yupi. Kali ini aku yang panik, namun masih bisa menyembunyikannya.

"Apa sih maksud kakak?!" Anin menunduk berusaha menyembunyikan pipi merahnya.

"Nasi goreng buatan lo ini enak banget, Nin.. Jadi kalo misal lo mau jadi yang ketiga, kayaknya dipastiin gue bakal makan enak tiap hari" aku nyengir.

"Maksudnya aku mau dijadiin pembantu gitu?" Anin nampak marah.

"Ya enggak juga. Tugas kamu kan bukan cuma di dapur doang, tapi di kamar tidur juga, hehe" namun aku masih bisa santai menanggapinya.

"Kalo Anin nggak mau, aku aja deh kak.." kembali Yupi menyahuti. "Masalah makan enak, gampang lah itu"

"Eh?! Siapa bilang aku nggak mau?" Anin merespon cepat. "MAU!! AKU MAU!!"

"Tapi gue cuma bercanda" balasku yang kemudian menjulurkan lidah ke arahnya. "Wleee"

#######​

"Ehmm.., kakak nggak mau nanya sesuatu ke aku gitu?" tanya Yupi saat kami sedang menunggu lampu hijau. Karena lampunya sedang merah, jadi disebutnya bukan menunggu lampu merah dong. Kan sudah merah.

Oh iya, memang. Saat ini aku sedang bersama dengan Yupi saja. Karena aku hendak mengantarnya pulang, lebih tepatnya dipaksa sih.

"Emang gue harus nanya apa?" tanyaku balik. "Emang ini salah jalan? Gue ada salah belok tadi?"

"Bukan itu, iihhh..."

"Terus?"

"Yaaahh..., kakak nggak mau tahu alasan kenapa aku semalem dateng ke kost Anin dan kita ngelakuin hal itu?" balas Yupi.

"Ya katena lo pengen ngerasain kontol gue kan" jawabku frontal yang namun tepat sasaran langsung mendapat hadiah berupa pukulan di lengan kiriku. "Yaahhh..., kurang lebihnya gue paham sih hubungan antara lo sama Yupi. Itu udah kayak ngejawab rasa penasaran gue"

Sejujurnya aku tak terlalu penasraan juga sih, karena aku sedang memikirkan hal lain di tengah kemacetan ini. Yaitu tentang apa yang baru saja kualami. Semalam dan juga tadi pagi aku sudah melakukan hal 'itu' dengan Yupi.

Maksudku begini, jika kalian ingat.. Sebelumnya, dulu aku sudah pernah bilang kalau ingin 'mencari yang ke-7'. Meskipun aku sendiri juga tak terlalu serius dengan hal itu.
Nah, Yupi.. Yupi adalah salah satu kandidat kuat untuk posisi tersebut. Jadi apakah bisa dibilang aku sudah mendapatkan yang ke-7?
Atau masih 6? Karena bisa dibilang juga Yupi ini menggantikan posisi Thacil?
Tapi ada Anin juga, apakah ini artinya hilang satu (Thacil), muncul dua (Yupi-Anin).

Kalau Anin bilangnya sih kami hanya One Night Stand, jadi apakah tetap 5 dan belum bertambah? Aku pusing.
Lagipula bukankah syarat untuk jadi yang ke-7 adalah...,
Tunggu sebentar, apakah ini artinya aku seperti mengambil doorprize tanpa mengikuti undian? Aku benar-benar pusing.
Lagipula kenapa bisa sampai serumit ini sih? Bahkan sebelum bertemu dengan Anin kemarin, aku juga sempat bertemu dengan Michelle yang..., STEFI!!!

Iya, ini semua karena anak satu itu. Awas saja saat dia pulang nanti.
Berarti setelah ini aku harus mengetahui siapa saja yang diberi 'amanah' oleh Stefi dan harus menghindari mereka semua. Ya sudahlah, kupikirkan hal itu lain kali saja. Tapi yang pasti, nanti saat selesai mengantar Yupi tinggal mengingatkan saja padanya kalau apa yang sudah kami lalui sebelum ini agar tak menimbulkan masalah ke depannya.

"Kakak beneran nggak mau nanya sesuatu ke aku?" tanya Yupi sekali lagi.

"Nanya apa sih? Ini jalannya udah bener kan.." lama-lama aku kesal juga, dia ini maunya apa sebenarnya.

"Ya, kalo Anin kan kakak pasti udah tahu alesannya. Tapi kalo aku?" kata Yupi. "Emang kakak nggak penasaran kenapa aku udah nggak perawan"

"Enggak sih. Gue nggak peduli juga" balasku cepat. Bukan urusanku itu.

Setelah aku berkata demikian, akhirnya Yupi diam sampai kami tiba di depan sebuh rumah yang kira-kira sesuai dengan deskripsi yang ia sebutkan sebelumnya.

"Udah nyampe nih, bener yang ini kan?" tanyaku memastikan.

Gadis itu hanya memgangguk kecil sebagai sebuah jawaban. Dia menengok ke arahku sebentar sebelum membuka bibirnya...,

"Ng--"

"Nggak" potongku cepat. Menolak tawaran darinya, apapun itu.

"Aku belom selesai ngomong"

"Lo mau nawarin gue buat mampir kan" tebakku.

"Iya!!" ia bersemangat. "Kok bisa tahu sih?"

"Enggak" ucapku lagi. Tegas.

"Ada adik aku lho, nggak kalah cantik sama aku"

Apa ini? Yupi menawarkan adiknya?

"Yang mirip sama lo itu?" aku bertanya, lagi-lagi ia mengangguk antusias. "Katanya lo gadis limited edition?" tanyaku kemudian. "Kok ada yang mirip?"

"Eh?!!" ia nampak terkejut akan perkataanku.

"Udah.. Udah.. Cepet turun!" akhirnya kuusir saja dia.

Dengan wajah masam yang dibuat-buat, Yupi pun keluar dari mobilku. Tapi saat hendak menutup kembali pintu, ia kembali membuka bibir.

"Kakak aku" ucap Yupi lagi.

"Gue nggak peduli. Mau ada adek lo, kakak lo, nenek lo, terserah.. Sekarang tutup pintunya, gue mau balik"

"Yang ngambil perawan aku itu kakak aku" tambahnya yang pada akhirnya menutup pintu mobilku.

Aku sempat terdiam untuk beberapa saat mendengar kalimat terakhir dari Yupi. Otakku masih harus berproses.
Hubungan macam apa yang dimiliki Yupi dengan kakaknya itu?
Tapi aku tak bisa menghakimi jika mengingat kembali apa yang sudah kulakukan dengan Stefi, meskipun ya..., aku juga masih bingung apakah kami bisa disebut sebagai saudara?

Ya sudahlah, biarkan itu jadi urusan masing-masing. Sekarang waktunya pulang.
Namun saat baru menjalankan mobilku beberapa meter, aku kembali menginjak pedal rem karena baru teringat akan sesuatu.

Bukankah Yupi tak memiliki seorang kakak? Atau jangan-jangan..?
Jika benar, salah satu? Atau satu kelompok?
Oh, shit..

"Ya gimana, udah kebiasaan.. Semuanya aku panggil 'kakak', yang om-om juga aku panggil 'kak'"

20240330-162753.jpg

Bersambung.jpg


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Top ten kok kayak sokugeki no souma ya,keputusan melibatkan 10 orang peringkat tertinggi di sekolah
BTW menolak lele dpetnya mbul sama yup,nolak 1 dpet 2 asik juga nih ahahaha
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd