Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Empat sekeluarga

p2055d

Semprot Kecil
Daftar
16 Nov 2019
Post
58
Like diterima
731
Bimabet
Cerita ini fiksi, kalau ada kesamaan nama ya itu tidak sengaja. Kalau ada kesamaan kejadian ya itu kebangetan.

I


Waktu itu liburan sekolah. Adri dan Ibunya diundang Bagas dan Kak Irma ke rumah mereka di kota. Bagas adalah kakak iparnya sedangkan Kak Irma dan Adri selisih empat tahun.



Ibuku sangat menyayangi Adri sebagai anak terakhir, berharap dia lulus sekolah dengan nilai baik dan melanjutkan kuliah atau kerja di tempat yang bagus. Mereka ke tempat Bagas, ya Adri menyebutnya hanya nama karena meniru Kak Irma yang memanggil suaminya hanya dengan namanya.



"Dri, kalau datang ke sini gak usah bawa banyak barang, ibu juga daripada repot bawanya. Nanti aku atau Bagas pinjami atau beli. Nanti bawa pulang lumayan bawa barang-barang baru."

"Iya kak, gimana praktisnya aja. Cuma apa gak keluar duit mahal?"

"Halah... kamu dan ibu berapa kali ke sini, belum tentu setahun dua kali. Gak usah dipikirin, aku dan Bagas nanti malah merasa terhina ha ha ha..."



Adri dan ibunya berangkat dengan tiket yang juga dibelikan oleh Bagas. Mereka hidup berdua saja di rumah peninggalan Ayah. Ibu Adri bekerja keras berjualan dan merekrut beberapa tetangga untuk usaha jahitan. Macam-macam lah supaya ekonomi terjaga dan bisa membantu tetangga. Di situ kekaguman Adri pada ibunya pelan-pelan tumbuh dan dia tidak mau mengecewakan ibunya.

Kak Irma menurutku mikirnya serampangan, menikah ketika ayah masih ada. Jarang melihat bagaimana ibunya berjuang membiayai usaha dan sekolah Adri. Walaupun kak Irma bukan berarti tidak peduli karena masih sering ngirim duit sedikit-sedikit, lumayan membantu.

Mereka berangkat disuruh zero cost, alias anak dan menantunya yang bayarin.

Sampai di terminal mereka sudah disambut oleh kak Irma. Bagas gak bisa jemput karena masih ngantor. Adri agak terkejut melihat dandanan kak Irma. Dengan atasan tank top dan rok mini, kulit coklat tapi mulus kak Irma terpampang di mana-mana. Karena sesuai kesepakatan mereka tidak membawa banyak barang, jadinya tidak perlu panggil tenaga portir. Adri bisa membawa sendiri bagasi ke mobil kak Irma.

Di mobil kak Irma malah menyuruh adiknya duduk di belakang biar ibu di depan biar bisa leluasa melihat pemandangan. Sepanjang perjalanan, kak Irma ngobrol dengan ibu. Termasuk dandanan kak Irma yang menurut ibu terlalu terbuka.



"Ir, pakai bajunya yang lebih banyak kainnya gitu, ibu usaha jahit, nanti bisa ibu buatkan."

"Lho ini, lagi trend dan nyaman dipakainya Bu, apalagi sekarang udara semakin panas."



Adri mendengarkan mereka berdua sambil beberapa kali melirik ke paha kak Irma yang roknya tersingkap. Walaupun dia kakak perempuannya tapi karena sudah hampir gak pernah ketemu, jadi kulit kak Irma menjadi pemandangan yang indah baginya. Ketika sinar datang dari depan mobil, Adri bisa melihat belahan dada kak Irma dari pantulan kaca mobil.



"Ibu nanti boleh coba dan buktiin deh. Pakai punya aku juga gak apa-apa, sepertinya ukuran kita gak jauh beda. Ibu hebat dietnya." kak Irma ketawa.

"Bukan diet Ir, tapi banyak kerja dan kurang makan ini."



Mereka berdua ketawa lagi. Adri mengakui tubuh ibunya juga masih seksi. Mungkin karena banyak gerak dan mikir demi usaha mereka jadi seperti jadi diet alami. Kontras dengan baju anaknya Irma, ibu Adri mengenakan lengan panjang dan rok panjang, ibu suka yang relatif tertutup karena lebih aman. Sebagai seorang janda, penampilan adalah hal yang sensitif, terlalu terbuka malah dianggap gatal. Tapi Adri tahu ibunya punya koleksi baju pendek agak terbuka cuma gak pernah dipakai. Kulit ibu agak terang dibandingkan kak Irma yang mewarisi kulit coklat ayahnya.



Akhirnya mereka tiba di rumah Irma dan Bagas. Adri dan Ibunya disuruh menempati sebuah kamar yang cukup luas.



"Maaf Bu, Dri... aku sama Bagas baru sempet nyiapin satu kamar dulu. Gapapa ya? Bednya luas, masih relatif nyaman lah."



Tidak hanya satu kamar bednya pun cuma satu. Tapi bagaimana lagi ini mereka tidak mengeluarkan biaya apa-apa sampai rumah Irma. Akhirnya mereka unpacking barang-barang mereka yang tidak terlalu banyak. Lalu mereka mandi. Adri melihat baju-baju yang ternyata sudah disediakan di lemari kamar mereka sementara ibunya mandi. Tidak terlalu istimewa banyak celana boxer dan kaus oblong untuk santai. Hanya saja tumpukan baju untuk ibunya sepertinya milik kak Irma. Tank top, rok mini dan daster mini berbahan tipis. Bagus sih bahannya tapi tidak terbayangkan ibunya pakai model begitu. Adri mengambil baju ganti seadanya dan mandi setelah ibu selesai.



Di kamar mandi Adri masih terbayang tubuh kakaknya di mobil tadi. Dan membayangkan ibunya memakai baju-baju selera kak Irma. Penisnya jadi mengeras dan tiba-tiba tangannya sudah menggenggam mengocoknya. Bayangan teman-temannya dan bintang film dengan pakaian minimalis mereka melayang di pikiran Adri.



"Dri, sudah mandinya? Bagas dah pulang ketemu bentar yuk."



Lamunanku buyar, penisnya masih tegak nanggung disiramnya dengan air dingin supaya segera tidur lagi. Tapi rasa nanggung itu masih tersisa. Adri terburu-buru masuk kamar bersiap ketemu kakak iparnya. Adri hanya punya kakak perempuan jadi Bagas seperti kakak laki-lakinya yang bisa diajak ngobrol secara laki-laki setelah ayah.



Adri masuk kamar dan kaget melihat ibunya sedang mencoba baju-baju dari Irma. Dia belum pernah melihat ibunya berpakaian se seksi itu. Ibunya terkejut sambil menutupi baju yang dipakainya dengan selimut.



"Bu maaf aku langsung masuk kamar."

"Gapapa Dri, tapi mestinya kamu ketuk pintu dulu. Dri, masa ibu pakai model beginian? Masih cocok gak sama umur?"



Ibunya yang kembali melihat baju yang dipakainya di cermin meminta pertimbangan dari anaknya. Penis Adri yang sudah nanggung dari kamar mandi tadi berdiri lagi dengan cepat. Model boxernya menyebabkan tonjolan penis yang mengeras lebih kelihatan. Aku berusaha mengalihkan pikiran dan fokus pada pertanyaan ibunya. Sambil duduk supaya tidak terlalu kelihatan kalau dia ereksi di depan ibunya.



"Dipakai saja Bu, sepertinya tidak ada pilihan lain, nanti bisa kita beli yang ibu cocok."

"Tapi ini bagus juga, nanti dikira kakakmu model bajunya jelek."



Akhirnya ibunya memutuskan pakai daster saja yang lebih sesuai umurnya. Walaupun bahannya tipis dan pendek di atas lutut. Kalau dibuat duduk pasti pahanya kelihatan. Adri mengumpat sialan penisnya tidak kunjung tidur. Adri selama ini hampir tidak pernah terpikirkan berbuat kurang ajar ke Ibunya. Tapi baju yang dipakai ibunya sekarang membuat Adri berpikir beda. Akhirnya untuk mengurangi kesan seksi daster ibu dirangkap dengan kaos sehingga pundak ibu tertutup. Walaupun demikian masih terlihat lengan ibunya yang mulus.

Mereka ketemu dengan Bagas dan Irma. Mereka berkali-kali melayangkan pujian ke Ibu Irma dan Adri.



"Dri, habis sekolah mau terus ke mana?"

"Apa kerja dulu ya Kak?"

" Saranku sih gitu, cari pengalaman dulu di dunia kerja nyata. Kalau kamu habis itu mau sekolah lagi bisa sambil kerja. Asal kuat dan rajin."



Adri melirik ke Ibu yang sedang ngobrol dengan kakaknya Irma, tidak sadar ibu membiarkan pahanya tersingkap. Adri melongo dan pelan penisnya menegang lagi. Dia tersadar dari menatap paha ibu karena Bagas melihatnya. Bagas sepertinya juga memandang paha ibu mertuanya walaupun sekilas.



"Kalau kamu sudah lebih mandiri, ibu mungkin bisa menikah lagi biar gak sendirian. Aku pikir ibu masih cantik."



Malamnya Adri tidur seranjang dengan ibunya. Hal yang sudah tidak pernah mereka lakukan sejak Adri kelas 6 SD. Adri berusaha membuang jauh-jauh pikiran seksi ibu dan kakaknya. Tapi pakaian ibu yang tipis dan di atas lutut sepertinya terlalu menggoda.



"Lucu ya Dri kamu sudah gede sekarang malah tidur sekamar sama ibu, he he he .."

"Sekali -sekali Bu jarang kita jalan-jalan kita nginepnya juga gak lama-lama kan rencananya?"

"Kalau Bagas bisa nyari pekerjaan buat kamu, mungkin kamu agak lama di sini, ibu bisa pulang."



Sayup-sayup kami mendengar suara rintihan dari kamar sebelah. Rupanya Bagas dan Kak Irma sedang bersetubuh, suara mereka tidak keras tetapi karena tidak ada suara lainnya, suara seperti itu tidak mungkin disalah artikan.



"Oh sayangku aku selalu suka kontolmu dalam memekku sayang, oh besar banget. Aku selalu suka kamu bikin aku selalu dapet."

"Ini sayang ambil, ugh ugh ugh...."



Adri dan ibunya berpandangan mendengar suara mereka. Ibunya lalu memejamkan mata dan balik badan. Tadinya Adri yang sudah mulai bisa menurunkan tensi birahinya kini naik lagi. Ibunya menarik selimut menutupi badannya dan berusaha tidur. Adri juga berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa tidur gara-gara suara erotis dari kamar sebelah. Dipandanginya ibunya dari belakang, penasaran apakah sudah tidur. Sepertinya sudah tidur walaupun tidak ada dengkuran, Adri menarik selimut ibunya dan tidak ada reaksi. Pelan-pelan kini Adri bisa melihat punggung ibunya dibalut daster tipis. Tampak CDnya menerawang dan pahanya tersingkap karena daster yang pendek. Adri perlahan mengeluarkan penisnya di balik selimut. Entah pikirannya yang sudah keruh oleh apa yang dilihatnya dari siang, suara Bagas dan kak Irma dan kini tubuh ibunya yang seksi di hadapannya. Dia mengocok penisnya di belakang ibunya. Memandang tubuhnya dari rambut sampai kaki. Tali BH dan CD yang menerawang membuatnya semakin tidak tahan. Adri menyemprotkan spermanya sebanyak-banyaknya di dalam selimut. Pertama kalinya ibu menjadi objek imajinasi memuaskan nafsu birahinya. Adri langsung tertidur setelah birahinya tersalurkan melalui masturbasi di belakang ibunya.



Ibu Adri membuka mata lalu memutar badan agar bisa menoleh ke anaknya. Dia melihat anaknya sudah tidur. Dia sebenarnya terangsang juga dengan suara anaknya yang sedang bersetubuh di kamar sebelah tapi memutuskan untuk diam menahan. Udara agak dingin, ibu Adri menarik selimut sedikit untuk menutupi tubuhnya. Tak disangka tangannya menyentuh cairan lengket banyak sekali. Bayangan anaknya masturbasi di belakangnya mulai mengusik pikirannya. Diambilnya cairan kental yang merupakan sperma anaknya, mengumpul agak banyak di ujung jari-jarinya. Lalu ia gunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ia masturbasi menyusul anaknya yang sekarang sudah tidur. Cairan sperma anaknya menjadi pelumas agar jari-jarinya lancar mengocok kewanitaannya. Rasanya sangat seksi menggunakan sperma sebagai pelumas. Ibu Adri mendapatkan orgasmenya dengan cepat dan ia pun tertidur.

... to be bersambung.
 
II



Besok paginya Adri dan Ibunya bersikap agak canggung karena suara Kak Irma dan Bagas di kamar sebelah. Mereka juga tidak ingin membicarakan hal ini karena toh Irma dan Bagas adalah pasangan suami-istri yang sah.



Suatu pagi ibu Adri sendiri di dalam kamar, tiba-tiba matanya tertarik pada laci meja rias paling bawah. Dia merasa belum sempat untuk melihat isinya karena segan karena itu juga punya anaknya pemilik rumah. Dicoba dibukanya di dalamnya berisi kotak kardus dalam kondisi yang baik. Ketika di buka ibu Adri terkejut, ada beberapa macam sex toys di dalamnya. Ada yang agak besar menyerupai penis, ada yang agak kecil dengan tombol -tombol. Di dalam kotak yang sama tersimpan juga kondom berbagai variasi dan pelumas. Ibu Adri berpikir kenapa barang -barang seperti ini tidak diamankan saja di kamar Irma.



Di depan pintu seseorang mengintip dan tersenyum mengetahui ibu Adri menemukan kotak tersebut.



Tidak setiap malam terdengar suara Irma dan Bagas bersetubuh, hanya saja setiap mereka melakukan persetubuhan suaranya pasti terdengar sampai kamar Adri dan ibunya. Seharian ini Adri, kakak dan ibunya jalan-jalan lagi keliling kota, ke tempat pembelanjaan kadang melewati beberapa kantor kenalan Bagas yang mungkin cocok untuk mengajukan lamaran pekerjaan. Ketika mereka di pusat perbelanjaan Irma suka sekali foto-foto mereka bertiga. Kadang ibunya diminta ngambil foto sementara dia berpose dengan Adiknya. Gaya yang paling Irma suka adalah sambil memeluk erat adiknya. Beberapa kali Adri harus menahan ereksi karena payudara Irma yang menekan tubuhnya. Irma kadang meminta adiknya berpose dengan ibunya.



"Ayo dong peluk ibu yang mesra, masa foto seperti tetanggaan baru kenal."



Adri berusaha mengikuti permintaan kakaknya memeluk ibunya kebanyakan dari belakang. Terasa penisnya menekan pantat ibunya sehingga mengeras lagi. Irma juga kalau ngambil foto banyak jadi semakin lama dia memeluk ibunya. Karena posenya harus erat sepertinya ibu Adri merasakan tonjolan di celana anaknya.

Malamnya Adri kesulitan tidur lagi karena terbayang kenyalnya payudara Irma dan pantat ibunya yang menekan penisnya.

Terdengar lagi suara Irma dan Bagas bersetubuh, Adri dan Ibunya mulai terbiasa walaupun demikian tetap suara seperti itu menimbulkan reaksi.



"Adri ke kamar mandi ganti baju dulu ya Bu ?"



Ibunya hanya mengangguk sambil tersenyum terus memejamkan matanya. Ketika anaknya keluar kamar dia teringat akan kotak di laci rias. Ibu Adri bergegas membuka laci dan kotak di dalamnya. Dari beberapa model akhirnya diputuskan untuk mengambil yang bentuknya seperti penis. Ukurannya agak lebih besar dari punya suaminya dulu. Dilapnya dengan tisu basah anti bakteri agar bersih dan dia kembali ke bed dan berselimut.



Keluar kamar Adri melewati kamar kakak dan kakak iparnya. Suara mereka bersetubuh terdengar lebih keras. Dan yang membuat Adri sangat kaget adalah pintu kamar mereka terlihat agak terbuka. Ruang utama dalam keadaan lampu dimatikan jadi Adri tidak akan terlihat dari dalam kamar yang terang. Dari celah terlihat kakaknya sedang naik turun di atas Bagas.



"Kenapa kamu bersemangat sekali sayang?"

"Kami tadi baru jalan-jalan gak nyangka adikku sudah segitu gede waktu foto-foto tadi "

"Rupanya kalian mewarisi wajah dari ibu ya."

"Ibu memang cantik kenapa?"

"Ah enggak."



Ardi mengintip dari celah pintu terbuka menyaksikan tubuh kakaknya telanjang, terlihat payudaranya dan perutnya serta pulau hitam kecil di selangkangannya. Tubuh Bagas terlentang penisnya keluar masuk ke kewanitaan Irma. Penis Adri mengeras sempurna tapi teringat dia harus ganti baju ke baju yang lebih nyaman dia melanjutkan ke kamar mandi tak sengaja kakinya terantuk sofa. Tidak sakit tapi menimbulkan suara.

Selesai ganti baju Adri kembali ke kamar, pintu kamar kakaknya sudah tertutup, ruangan jadi lebih gelap. Adri masuk kamar dan lampu kamar ternyata sudah dimatikan tersisa lampu redup yang menggantikan penerangan utama. Ibunya seperti biasa tidur memunggungi Adri. Adri merayap pelan tidur di samping ibunya berusaha tidak membangunkan. Bayangan kakaknya bersetubuh dengan Bagas tadi memenuhi pikirannya. Ia mulai mengelus penisnya untuk menyalurkan birahinya tadi. Di balik selimut dia mengocok penisnya. Tiba-tiba terdengar suara desahan dari ibunya. Ibunya seperti menahan rintihan. Adri tidak yakin apa yang sedang terjadi tampak tubuh ibunya seperti tidak tenang. Pantatnya kadang dimajukan. Adri menarik selimut ibunya pelan-pelan. Tampak daster ibunya sudah tersingkap tangan ibunya tampak bergerak-gerak didepan perutnya. CD ibu agak melorot.

Ibu tidak mengubah posisinya, tetap memunggungi anaknya. Adri agak melorotkan celananya dan tidak menyia-nyiakan pemandangan di depannya. Nafsunya sudah diubun-ubun. Bisa gila kalau tidak dikeluarkan. Usahanya melorotkan celana menyebabkan gerakan di bed yang mestinya diketahui ibunya. Adri mengocok penisnya sambil memandangi pantat dan paha ibunya. Tiba-tiba ibunya memutar badan terlentang.



"Maafkan ibu nak, ibu sudah tidak tahan."



Tampak tangan ibunya bergerak di depan kewanitaannya. Penis tiruan yang ditemukannya tadi terlihat samar-samar keluar masuk lubang kewanitaannya. Ibunya melihat Adri yang sedang mengocok penisnya di balik selimut memandangi dirinya.



"Kamu kenapa?"

"Tadi Adri lewat depan kamar kak Irma dan kelihatan mereka lagi begituan."

"Kalau gitu masalah kita sama. Tapi ini normal habis kita terpuaskan paling juga agak reda."

"Iya Bu, gapapa ya, Adri sudah nanggung juga ini"

" Gapapa, dibuka aja biar sama-sama liat."



Adri membuka selimutnya memperlihatkan penisnya yang tegak dalam genggamannya. Sementara ibunya tetap mengocok kewanitaannya menggunakan penis silikon. Membayangkan penis anaknya yang saat ini keluar masuk kewanitaannya. Adri memandangi kewanitaan ibunya dan penis buatan di tangan ibunya.



"Bagas sepertinya berpikir kalau ibu itu cantik."

"Kalau kamu gimana?"

"Bagi Adri ibu selalu cantik."

"Kamu juga anak ibu ganteng seperti ayahmu ibu bangga nak."



Ardi sudah merasakan gatal di kepala penisnya semakin bertumpuk. Tapi kalau segera dikeluarkan sayang juga, Ardi ingin menikmati momen langka ini bersama ibunya. Tapi sepertinya hal itu tidak akan bertahan lama, ibunya tiba-tiba melepaskan tali dasternya dari bahunya dan menurunkannya sehingga terlihatlah payudara ibunya. Lebih besar dari punya kakaknya yang waktu di mall menekan punggung dan dadanya waktu difoto.



"Dikeluarkan aja Dri, biar gak jadi pikiran."



Mendapatkan kata-kata seperti itu Adri merasakan ejakulasinya sudah diujung penis.



"Adri mau keluar Bu, sudah gak tahan lagi."

"Sini Dri, dekat ibu."



Adri mendekat ke ibunya. Tubuh mereka saling bersentuhan, sensasi kemulusan kulit ibunya membuat Adri semakin tidak tahan. Penisnya menyemburkan banyak sekali sperma ke perut ibunya, sebagian jatuh dekat kewanitaan ibunya yang masih dikocok oleh penis silikon yang Adri tidak tahu entah dari mana ibunya menemukan. Akibat cairan hangat yang menyembur dari penis anaknya mendarat di perutnya, Ibu Adri mendapatkan orgasmenya juga. Dikumpulkan sperma anaknya dengan tangannya dan dilumurkan ke penis buatan yang semakin cepat mengocok kewanitaannya. Ibu Adri merasa ketagihan menggunakan sperma anaknya sebagai pelumas. Cairan kewanitaannya yang semakin banyak bercampur dengan sperma anaknya membuatnya merasa melayang. Punggungnya melengkung disertai rintihan dan tubuh ibunya bergetar menandakan sedang mengalami orgasme.

Adri takjub memandang yang sedang terjadi pada ibunya, dia tahu bagaimana wanita kalau orgasme dari video yang pernah ditontonnya tapi melihat secara langsung baru tubuh kakaknya dan sekarang ibunya.



"Sekali lagi maafkan ibu ya nak, terimakasih mau mengerti keadaan ibu."



Adri hanya diam memandangi wajah dan sekujur tubuh ibunya. Tangannya kini mengelus perut dan paha ibunya. Tangannya mendekati payudara ibunya tapi terjeda oleh keraguan. Ibunya tersenyum sambil mengangguk. Tangan Adri meremas ringan payudara ibunya.



"Maafkan Adri juga tadi sudah bikin perut ibu belepotan."

"Gapapa, malah ibu jadi cepetan dapatnya. Sekarang kita tidur aja besok kita mesti keliling lagi."



Malam ini telah mereka akhiri dengan masturbasi bersama, tidak tahu apa yang akan terjadi di malam-malam berikutnya kalau mereka masih tidur satu bed.



Di sudut ruangan terlihat kedipan pantulan lensa kamera kecil dalam keremangan mengawasi mereka berdua.
 
III



Awal-awal setelah Adri dan Ibunya masturbasi bersama, hubungan keduanya jadi agak canggung. Walaupun begitu akhirnya mereka menjadi terbiasa, baik ketika mendengar Bagas dan Irma bersetubuh di kamar sebelah atau ketika Adri atau ibunya memuaskan diri sekedar melepaskan ketegangan birahi mereka dengan cara masturbasi. Adri berangsur tidak canggung lagi ketika masturbasi di sebelah ibunya baik ketika ibunya bangun atau sedang tidur. Begitu pula sebaliknya ibunya mulai berani mencoba sex toy lainnya ketika anaknya di dalam kamar. Biasanya malam hari ketika hendak tidur. Dengan begitu mereka dapat menahan gejolak birahi yang ditimbulkan oleh suara-suara dari kamar sebelah. Paling tidak mereka tidak sampai melanggar tabu yang terlalu jauh antara ibu dan anak.

Sore-sore Hari Sabtu Bagas dan Irma kelihatan sibuk menata ruang keluarga. Sofa digeser, memberikan space agak luas antara TV dan sofa. Ibunya iseng bertanya.



"Nak Bagas, ada apa kok digeser-geser?"

"Ini Bu, Irma katanya bosan sama tatanan ruangan ini. Biasanya kita nonton TV cuma berdua sekarang kita berempat biar bisa lebih nyaman."

"Oh gitu, tapi biasanya ibu nonton sendirian kalian malah sibuk di kamar. Kata Irma acaranya juga begitu-begitu saja."

Irma menjawab, "Iya Bu, acara TV begitu-begitu saja tapi mungkin kalau ada film yang bagus buat kita berempat ya kenapa enggak."

"Iya deh, tapi si Adri juga sibuk di kamar katanya dia mulai nulis-nulis lamaran sama persiapan interview."



Lalu kelihatan Adri pulang. Ekspresinya masih kelihatan agak capek.

"Gimana Dri?"

"Adri coba masukkan ke tiga tempat Bu."

"Kenapa gak stay di tempatku aja Dri, kan aku bisa kasih rekomendasi biar kamu dapat kesempatan mengembangkan diri."

"Trims Gas, aku kan juga pingin coba-coba, nanti dikira mentang-mentang aku adik yang punya jabatan di situ seolah enak dapat fasilitas."

"Ya kalau kerjamu bagus kenapa enggak. Aku pasti dapat tugas mengawasi kamu di kantor."

Ibu Adri menyela, "Dri, bentar lagi bantu kakakmu menata ruangan ya?"

"Ya Bu."

"Bentar lagi selesai Bu, cuma geser-geser dikit." Irma menimpali.

Malamnya mereka berkumpul di ruang keluarga mengobrol banyak hal sampai Irma memutuskan untuk menyulap ruangan menjadi bioskop mini. Lampu diganti lampu malam dan memutar film pilihan Bagas dan Irma. Semua duduk di bawah, dengan cemilan di sekeliling mereka. Irma mengenakan sweater yang merangkap daster, sementara Bagas kaos oblong dan celana pendek santai. Ibu mengenakan daster agak panjang walaupun terbilang tipis karena pilihan Irma lalu Adri kaos oblong dan celana training.



"Kita sekarang bikin bioskop sendiri, enak bisa sambil tiduran. Kalau ngantuk gak usah repot-repot pindah."



Film dimulai dengan alunan musik kalem, sepertinya film drama. Dalam hati Adri berpikir kalau seperti ini sebentar lagi juga tertidur. Ternyata selain plot cerita yang memancing rasa penasaran, sering adegan romantis diperlihatkan. Adri tidak habis pikir kenapa mereka memilih film seperti ini tapi Adri memutuskan untuk tetap menonton karena penasaran. Ibunya duduk disebelahnya di paling luar. Sebelahnya lagi adalah Bagas yang bersebelahan dengan kakaknya Irma. Beberapa adegan film menampakkan aksi heroik, beberapa kali drama dan adegan-adegan romantis. Beberapa adegan romantis walaupun tidak memperlihatkan telanjang secara penuh tetapi adegannya cukup erotis. Mereka berempat larut dalam tiap adegan yang diperlihatkan. Adri tiba-tiba mendengar desahan yang familiar akhir-akhir ini. Ternyata suara kakaknya, matanya menatap layar TV, Bagas juga tetapi dapat diketahui di balik selimut mereka sedang saling merangsang. Tangan masing-masing saling merangsang di bawah perut. Adri merasa tidak enak berada di samping mereka. Dia melirik ke ibunya melihat bagaimana reaksinya. Ibunya memfokuskan melihat filmnya tetapi beberapa kali melirik melihat anak dan menantunya seolah sedang melakukan pemanasan. Adri sedang mencari waktu supaya bisa pindah ke kamar dan mungkin seperti biasa memuaskan dirinya sendiri dengan masturbasi.

Tiba-tiba mereka bertukar posisi, Irma kini berada di sebelahnya. Adri kini mengetahui bahwa kakaknya sudah melepas jaketnya sehingga kini ia bisa menyentuh kulit kakaknya. Dia bisa mendengar nafas kakaknya yang semakin cepat. Selimut mereka sudah tersingkap begitu pula daster kakaknya, terlihat di keremangan tangan Bagas bergerak-gerak di balik CD kakaknya. Adri kini bisa melihat paha kakaknya dari jarak dekat dan mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar. Ia melihat kakaknya merem melek melihat layar TV. Tangannya bergerak-gerak di balik celana Bagas yang juga terpaku ke layar. Masing-masing menikmati tampilan bintang film yang sedang menampilkan adegan yang agak panas. Kakaknya melenguh pelan.



"ough, enaknya. terus di situ sayang."



Kata-kata kakaknya jelas ditujukan ke Bagas tetapi tangannya kini mengelus paha Adri. Penis Adri sudah mengeras sedari tadi. Kini ditambah elusan kakaknya membuatnya tidak tahan lagi. Adri berpandangan dengan ibunya yang juga bingung antara meneruskan melihat dua adegan panas di TV dan anak-menantunya atau pindah ke kamar. Adri memutuskan mengambil kesempatan, celananya agak diturunkan sehingga memberikan ruang bagi penisnya. Kakaknya sepertinya fokus ke TV dan Bagas jadi diputuskannya untuk memuaskan birahinya di situ. Ketika menurunkan celananya tangan kakaknya terus mengelus paha Adri dan kini malah tangan kakaknya menyentuh langsung kulit pahanya. Adri sudah terbiasa masturbasi walaupun ada ibunya. Ibunya kini melihat anak-anaknya menuntaskan birahi mereka dengan cara mereka sendiri. Adri memandangi tubuh kakaknya dan kadang menoleh ke ibunya bagaimana reaksinya. Ibunya masih berusaha fokus ke TV yang semakin memancing gairahnya. Juga melirik ke arah anak-anaknya sambil kini tangannya mulai mengelus selangkangannya.



Adri memijat penisnya pelan-pelan sambil menikmati adegan di sebelahnya. Tangan Bagas kini melepaskan CD Irma dan dia juga melepaskan celananya. Ardi bisa melihat kewanitaan kakaknya sekarang dan pertama kalinya dari dekat mendapatkan kesan penis Bagas yang walaupun tidak sangat besar tapi cukup menonjol dari balik selimut. Bagas kini menciumi bibir Irma dan menaikkan dasternya sehingga kelihatan bra Irma. Tangannya yang satu berusaha melepaskan kaitan bra istrinya.



"Kamu juga buka baju dong." Irma berbisik walaupun demikian Adri bisa mendengar.



Bagas membuka kaosnya. Badannya yang masih terbilang bagus, masih kelihatan berotot walaupun kurang rutin berolahraga. Adri bisa melihat payudara kakaknya polos sampai ke bawah ke kakinya. Ibu Adri agak terkejut melihat menantunya bertelanjang walaupun saat ini bagian bawahnya masih tertutup selimut tetapi kelihatan menantunya tidak pakai apa-apa lagi. Selama ini dia belum berani memikirkan masturbasi sambil memandangi tubuh anaknya, tapi kali ini yang dipandanginya adalah tubuh menantunya. Tidak ada keseganan karena Bagas tidak ada hubungan darah dengannya. Dia mulai memasukkan tangannya ke CDnya merangsang kewanitaannya sambil terus memandangi tubuh menantunya. Bagas dan Irma seolah tidak peduli bahwa di samping mereka ada Adri dan Ibunya. Bagas menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan Irma. Ibu mertuanya sekarang bisa melihat tubuh telanjang menantunya secara penuh. Adri terpana oleh pemandangan tubuh kakaknya yang hanya tertutup dari leher ke dada atas karena tidak seluruh daster dan BH nya dilepas. Tangan kakaknya masih mengelus pahanya dan sepertinya berusaha melorotkan celananya karena menghalangi tangannya.



Bagas meneruskan dengan menciumi puting Irma. Irma memejamkan mata dan merintih halus.



"Ya sayang di situ terus, ough enaknya. Ya sayang oh sayang."



Begitu kakaknya mengulang kata-katanya. Matanya terpejam merasakan kenikmatan dari kewanitaannya dan payudaranya. Wajahnya mendekat ke arah wajah Adri. Adri kini bisa melihat wajah kakaknya dari jarak sangat dekat. Merasakan hembusan nafas kakaknya yang memburu sambil merasakan elusan lembut tangannya. Celananya kini sudah melorot sampai lututnya. Diputuskannya untuk melepaskan sekalian.



Ibunya di sebelahnya melihat Irma diapit oleh Bagas dan Adri. Adri kini telanjang di bagian bawah, terlihat penisnya yang keras dalam genggaman tangan Adri. Di sebelah sana ia bisa melihat tubuh menantunya dengan penisnya yang juga tegak dikocok oleh anaknya Irma. Dadanya berdegup kencang melihat wajah kedua anaknya Adri dan Irma saling berdekatan.



Adri perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah kakaknya. Ia mencium bibir kakaknya. Bagas terlihat sibuk dengan payudara Irma tidak memperdulikan yang mereka lakukan. Irma membalas ciuman Adri.

Ibu mereka tidak berdaya melawan nafsunya sendiri melihat tubuh menantunya. Dalam pikirannya seandainya bersetubuh dengan menantunya masih memungkinkan karena tidak adanya hubungan darah. Tapi suasana berempat di satu ruangan begitu mengacaukan pikiran dan perasaannya. Ia merangsang kewanitaannya tidak sadar dasternya dilepaskan turun ke pahanya menyisakan BH dan CD saja. Pandangannya tertuju ke menantunya tapi badannya kini sangat dekat dengan Adri bahkan bersentuhan. Ia juga melihat bagaimana Adri dan Irma berciuman seolah sebagai kekasih. Seolah Irma lupa kalau ia istri Bagas dan Adri lupa bahwa Irma adalah kakaknya.



Bagas mengambil posisi di atas istrinya sekarang. Kelihatan dia sedang mengatur posisi pinggulnya di antara paha Irma. Adri terpana dengan mereka berdua, mereka akan melakukan persetubuhan di depannya dan ibunya. Pikirannya semakin berkabut, dia tidak mengingat di situ adalah Kakak, kakak iparnya serta ibunya, sekarang yang ada adalah dua laki-laki dan dua wanita yang sedang tergoda nafsu. Adri menatap Bagas yang mulai menggenjot Irma. Ia ingin juga melakukan yang sama dan yang ada di depannya hanya kakaknya dan di sampingnya adalah ibunya. Kakaknya membuyarkan lamunan Adri dengan berusaha melepas kaos yang dipakai Adri. Adri hanya pasrah tangannya diangkatnya agar kaosnya terlepas. Bagas melihat ibu mertuanya yang sedang memandangi dirinya tengah menyetubuhi anaknya. Tangan mertuanya masih menggosok kewanitaannya.



"Bu..."



Bagas memanggil pelan ibu mertuanya dan mendekatkan wajahnya ke wajah mertuanya tersebut.



"Oh jangan nak...."

Bagas mendiamkan penolakan mertuanya dengan ciuman. Adri masih sibuk melepaskan kaosnya sementara Bagas merengkuh mertuanya agar lebih dekat. Irma membiarkan adiknya melepaskan kaosnya sendiri, perhatiannya dialihkan ke CD ibunya yang kini berusaha dilepaskannya. Ibunya berusaha memegangi agar tidak sampai terlepas.



"jangan tolong Ir...."



Sekali lagi kata-katanya terbungkam oleh ciuman Bagas. Tangannya yang tadi memegangi CDnya kini beralih memegangi punggung menantunya. Dengan demikian Irma lebih mudah melepaskan. Kaki ibunya mengikuti lepasnya penutup kewanitaannya. Adri setelah berhasil melepaskan kaosnya kini berhadapan dengan tubuh ibunya di atas yang setengah memeluk Bagas. Kaki ibunya menindih kakinya, terkadang menghimpit penisnya yang tengah tegang. Adri merasakan kemulusan paha ibunya semakin menggoda nafsunya. Dirinya yang tengah diapit dua orang wanita benar-benar memberikan sensasi yang sulit dibendung oleh syaraf-syarafnya. Tangan Irma lanjut melepaskan BH ibunya yang masih tenggelam dalam ciuman dengan menantunya. Adri yang digerakkan oleh insting primitif membantu melepaskan BH ibunya. Kini Adri bisa menyaksikan sepasang payudara besar di hadapannya. Tangan Irma dengan gemas mengocok penis Adri yang membuatnya tersentak.



Bagas melepaskan ciumannya dari ibu mertuanya. Ia beralih menciumi leher istrinya dan istrinya membalas dengan desahan, sambil sesekali melirik adiknya dan ibunya. Keduanya menatap Bagas dan Irma sambil tengah terbakar nafsu. Posisi badan Ibu setengah memeluk anaknya di bawah yang sedang ingin mencari pemuasan nafsunya. Penisnya sudah sangat keras saat ini sangat membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya orgasme dan memuntahkan isinya. Adri dan Ibunya berpandangan, beberapa kali mereka sudah melakukan masturbasi bersama dan masih saling menjaga hubungan ibu dan anak. Kini keduanya dalam keadaan telanjang setengah berpelukan tengah dilanda nafsu berkobar. Adri dan Ibunya berciuman dengan cepat dan penuh nafsu. Ibunya menggeser tubuhnya kini benar-benar di atas tubuh anaknya. Adri memegang penisnya berusaha mengarahkan ke kewanitaan ibunya.



"Ibu akan selalu menyayangi Adri...."

"Adri juga akan selalu sayang ke Ibu...."



Tangan ibunya membimbing penis Adri dan dengan perlahan Adri memasukkan, kepala penisnya, semakin dalam ke kewanitaan ibunya sampai akhirnya masuk keseluruhan. Ibunya terpejam merasakan penis anaknya masuk. Ia memang akhir-akhir ini terbiasa menggunakan penis buatan yang dia temukan. Tetapi sensasi penis yang asli adalah yang paling nikmat. Antara nafsu dan rasa berdosa karena telah melanggar tabu dengan anaknya. Dan mereka melakukannya di depan pasangan lain yaitu Bagas dan Irma. Mereka berempat bersetubuh bersamaan. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan baik oleh Adri dan Ibunya. Tidak menyangka kakaknya dan kakak ipar Adri, anaknya dan anak menantunya membuat mereka jatuh dalam nafsu liar tanpa batasan. Adri dan Ibunya mulai saling menyetubuhi enggan untuk kalah dari pasangan di sebelahnya.



Bagas kelihatan bernafsu sekali menyetubuhi istrinya sambil menyaksikan mertuanya dan adik iparnya melakukan inses. Bagas memompakan penisnya ke kewanitaan Irma memandang ke arah Adri seolah menantang untuk melakukan hal yang sama. Adri yang merasa tertantang mempercepat genjotannya ke kewanitaan ibunya.



"Hah...hah...ooh...." ibunya mendesah menahan dirinya yang sebentar lagi akan mengalami orgasme. Sudah lama tanpa sentuhan laki-laki kini tubuhnya terasa sensitif terhadap rangsangan birahi. Ia dan anaknya menyerah terhadap dorongan nafsu dasar laki-laki dan wanita.



Tiba-tiba Bagas memeluk tubuh ibu mertuanya.



"Bu, aku pingin dengan ibu juga."

"Nak Bagas?"

"Dik, kita gantian ya?"



Bagas mendorong tubuh ibu mertuanya sehingga penis Adri terlepas. Sensasi kenikmatan yang begitu memuncak tiba-tiba terenggut begitu saja. Terkejut dia hanya bisa diam saja melihat Bagas dengan cepat mulai memasukkan penisnya ke tubuh ibu Adri. Merasakan dua penis berbeda secara bergantian membuat ibunya mendesah semakin kuat.



"ooohh... ibu nggak tahan lagi. Rejeki apa ini ibu bisa merasakan kontol kalian berdua."



Adri beberapa saat melihat Bagas menggenjot ibunya dengan cepat. Ia menoleh ke kakaknya Irma yang sepertinya terkejut juga tapi kemudian tersenyum kepada Adri. Adri tidak membuang kesempatan, Ia bergeser ke atas tubuh kakaknya. Ia membimbing penisnya ke kewanitaan kakaknya, setelah tadi dengan ibunya sekarang Adri tidak kesulitan mencari liang kewanitaan kakaknya. Penisnya masuk tanpa hambatan, kini dia bisa membandingkan kewanitaan ibunya dan kakaknya. Punya kakaknya agak lebih sempit dan sangat basah. Segera ia menggenjot menuntaskan nafsunya sambil menciumi bibir kakaknya.



Kedua pasangan tersebut saling berlomba, ibunya tampak lebih dulu mengerang tanda sudah mengalami orgasme.



"Pakai ini sayang."



Irma menyodorkan dua bungkus kondom. Bagas segera menyobek bungkusnya dan memakainya. Lalu melanjutkan menyetubuhi ibu mertuanya. Adri terdiam sebentar melihat Irma menyobek bungkus alat kontrasepsi tersebut. Irma mendorong tubuh Adri agar melepaskan penisnya dari kewanitaannya. Irma sambil menggoda-goda memakaikan kondom tersebut ke penis Adri. Dikocoknya penis Adri sebentar sebelum diarahkan ke kewanitaannya lagi. Kini mereka berlomba dalam persetubuhan. Adri yang sudah tidak tahan menyemburkan spermanya.



"Kak, aku sudah gak tahan..."

"Keluarin Dri, puas-puaskan aja..."



Irma mendesah dalam orgasmenya. Ibunya sudah orgasme lagi sampai Bagas ejakulasi menyemburkan spermanya juga. Mereka merasa tidak perlu khawatir karena sudah memakai kondom. Adri merasakan sedikit kelelahan. Kesadarannya mulai kembali dan memikirkan apa yang telah mereka lakukan. Ia pelan-pelan melepaskan penisnya dari kewanitaan kakaknya. Adri memandangi kakaknya bergantian ke arah Bagas dan kemudian ibunya. Ibunya balas menatapnya, sama terlihat ekspresi merasa berdosa. Irma mencium dahi adiknya berbisik.



"Kamu hebat Dri."



Adri hanya terdiam. Memandang kakaknya yang membantu melepaskan kondom yang kini penuh dengan spermanya.



"Wow.."



Irma memuji banyaknya sperma Adri.



Bagas membantu ibu mertuanya berdiri setelah melepaskan kondomnya dan meminta Irma untuk membungkus rapi untuk dibuang. Ibu memandang Irma sebentar kemudian mengalihkan pandangannya.



"Ini sebuah kesalahan, mudah-mudahan kita tidak terjerumus lagi."



Bagas dan Irma hanya mengangguk.



"Bu, Dri kami kembali ke kamar dulu."



Bagas dan Irma membawa baju-baju mereka kembali ke kamar meninggalkan Adri dan Ibunya di ruang TV. Film yang mereka tonton di awal sudah lama habis menyisakan layar hitam. Mereka kemudian juga mengambil pakaian masing-masing dan masuk ke kamar. Sesampainya dalam kamar mereka berdiri diam masih dalam keadaan telanjang. Keduanya masih memikirkan apa yang baru saja terjadi dan bagaimana Bagas dan Irma begitu ringannya melakukan hal itu. Tiba-tiba ibu Adri menutup pintu tanpa mengunci dan dengan cepat mencium Adri sambil memeluk Adri erat-erat. Adri kaget meskipun begitu tidak lama penisnya segera bangkit dan mengeras. Persetubuhannya dengan kakaknya tadi adalah pengalaman pertamanya dan sebenarnya dia menginginkan lagi.



"Sudah lama ibu tidak merasakan disentuh laki-laki. Ibu tidak bisa minta lagi ke kakak iparmu."

"Adri bisa Bu."



Mereka berciuman saling mendorong sampai roboh ke ranjang. Sebelum mereka melanjutkan pergumulan mereka. Ibunya berdiri mengambil sesuatu dari dalam laci, sekotak kondom. Ibunya tidak mau hamil oleh anaknya sendiri. Dirobeknya sebungkus dan dipakaikannya ke penis anaknya.



"pakai ini Dri biar gak kuatir ibu hamil."

"Bu, apa habis ini ibu masih sayang Adri?"

"Sayang ibu semakin bertambah Dri, ibu tetap ibumu, meskipun setelah apa yang kita lakukan, mungkin ibu akan memandang Adri sebagai anak dan sebagai laki-laki yang bisa memberikan kepuasan batin."

"Adri sebisanya berusaha membahagiakan ibu."



Tanpa membuang waktu lagi mereka memulai persetubuhan pertama mereka. Walaupun tadi mereka bersetubuh dengan orang yang berbeda, yang kali ini terasa istimewa. Hanya mereka berdua ibu dan anak yang saling mempercayai dan saling menyayangi, merasakan malam pertama mereka seperti sepasang kekasih.

Adri dengan semangat memompakan penisnya ke dalam kewanitaan ibunya. Setelah ejakulasi yang pertama penisnya menjadi tidak terlalu sensitif sehingga ia bisa menggenjot tubuh ibunya dengan cepat. Hal itu membuat ibunya orgasme beberapa kali. Selesai Adri orgasme sepertinya tidak perlu waktu lama untuk penisnya bisa berdiri lagi dan memulai ronde berikutnya. Betul-betul Adri melampiaskan nafsu seorang jejaka kepada seorang wanita. Dia biasa mencintai dan menyayangi wanita dalam pelukannya saat ini sebagai ibunya. Tapi kini dengan penisnya keluar masuk dalam kewanitaannya, ibunya menjelma menjadi seorang kekasih atau mungkin seperti seorang istri.



Malam itu Adri dan Ibunya bersetubuh beberapa kali sampai akhirnya mereka jatuh tertidur kelelahan.



Di kamar sebelah Irma dan Bagas menonton adegan persetubuhan Adri dan Ibunya. Walaupun kadang terlihat ibunya berusaha memperlihatkan gerakan sayang seorang ibu kepada anaknya. Di waktu berikutnya mereka berdua terlihat saling menggenjot penuh nafsu. Terlihat Adri tidak segan mempraktekkan beberapa posisi gaya bersetubuh. Beberapa kali terlihat Adri membenamkan penisnya ke dalam tubuh ibunya sambil mengejang menyemburkan spermanya.



"Kenapa kamu memilih mereka buat kita foursome?"

"Hanya mereka orang-orang yang bisa aku percaya Gas. Aku tidak bisa membayangkan ada orang lain seperti cowok atau cewek lain yang kemudian bisa malah mengganggu kehidupan kita."

"Apa juga karena aku pernah cerita menjadikan ibu sebagai fantasiku?"

"Mungkin juga, jadi kita semua bisa dapat menikmati."

"Apa ibumu dan adikmu sebenarnya menikmati?"

"Ya kalau dilihat mereka, Ibu dan Adri bisa menikmati."



TAMAT
 
AMAZING....AMAZING....!!!
Ini cerita tersangek yg pernah ane baca bro... Tengkiuuu buangeettt...đź‘Ť
 
ada lanjutannya ga bos...skuelnyanya gitu
 
Mantap ... Mendingan baca yang begini, langsung tamat, dari pada ngegantung.
Thank suhu ... Tetap semangat berkarya ...
 
Bimabet
Lncrotkan hu........semungut
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd