donjuanxxx
Suka Semprot
- Daftar
- 16 Dec 2015
- Post
- 12
- Like diterima
- 25
Hallo para suhu sekalian, kali ini newbie akan mencoba untuk kembali bercerita tentang pengalaman seksual Doni, sang Don Juan KW. Namun kali ini newbie akan bercerita dari sudut pandang yang berbeda dari story yang pertama. Kesamaan nama dan tempat ada tanpa faktor kesengajaan, mohon dimaklumi. Kesalahan penulisan kata dan maksud juga mohon dimaklumi. Kalo memang tulisan newbie kurang menarik, mohon masukan para suhu sekalian. Newbie hanya mencoba untuk berkarya dan menghibur para suhu. Terlepas dari true story atau tidaknya cerita ini.
Enjoy !!
*******
Senja berangsur menghilang mulai ditelan malam, waktu menunjukan hampir pukul 7 malam di suatu kota kecil, yang terletak di ujung wilayah Indonesia. Suatu kota yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Penduduk yang tidak terlalu banyak dikota itu membuatnya terasa begitu sepi pada saat malam hari. Pendatangpun bisa dihitung dengan jari setiap hari nya. Karena untuk mencapai kota tersebut, harus menggunakan kapal feri selama 4 jam dari pelabuhan kota besar. Jarang terdapat bangunan besar di kota itu, kecuali kantor kepala daerah dan satu hotel tanpa bintang.
"Hotel Pesona" itulah nama yang tertera di atas sebuah bangunan yang lumayan besar di tengah kota sepi itu, satu-satunya hotel yang ada di kota itu. Hotel ini memiliki kamar yang hanya 30 pintu saja, itupun tidak pernah penuh selama ini. Semua kamarnya berbentuk sama, berukuran 6x5 meter, dengan dua kasur springbed seukuran single bed, dipisahkan meja kecil diantaranya, ditambah satu buah meja lagi berhadapan dengan kedua tempat tidur untuk meletakkan TV cembung berukuran 29 inchi. Kamar mandi ukuran 2x3 meter berfasilitas seadanya, dan AC yang menempel di dinding melengkapi kamar hotel tersebut.
*****
Waktu pada jam dinding di salah satu kamar hotel itu menunjukkan pukul 7 tepat. Botol minuman bergambar kakek tua botak bertongkat, beraroma alkohol terletak di meja hias pemisah kedua kasur. "Kakek Botak", begitu biasanya orang memanggil minuman ini. Minuman keras yang dijual untuk kalangan kelas bawah. Meskipun tidak terlalu keras seperti kebanyakan minuman bermerk, tapi cukup bisa menghangatkan badan peminumnya. Satu lagi botol minuman beralkohol rendah yang sudah populer, bermerk Guinness menjadi pasangannya.
Doni mencampur kedua minuman tersebut kedalam gelas besar dan kemudian menenggaknya. Dia duduk di salah satu kasur dan menyandarkan punggungnya di bagian sandaran tegaknya, sambil menikmati waktu istirahatnya di kamar itu. Baru siang tadi Doni check in di hotel itu, setelah sebulan lamanya mengerjakan proyeknya di daerah pedalaman kota kecil tersebut.
Doni adalah seorang pria berumur 30 tahun yang bekerja sebagai pegawai sebuah instansi. Meskipun pegawai, tapi level dan kedudukannya sudah cukup tinggi di instansi itu. Sebulan lamanya Doni mengerjakan proyek kerjasama dengan instansi lain, yang dikepalai oleh Pak Memet, yang notabene-nya instansi Pak Memet ini sangat berhubungan dengan instansi dimana Doni bekerja.
Doni memiliki perawakan yang cukup gagah, dengan tinggi 176 cm, rambut model botak speed, badan tegap dan berotot, akibat seringnya gym dan fitness. Wajahnya sangat berwibawa dengan hidung yang cukup mancung. Meskipun memiliki kulit yang coklat, tidak membuatnya berkurang untuk dikagumi banyak wanita yang pernah berkenalan dengannya. Apalagi Doni terkenal cerdas dan suka bergaul dengan orang disekelilingnya. Kemampuan bersosialisasi dan berguraunya menambah daya pikatnya kepada setiap wanita yang dikenalnya. Doni menyadari anugerah yang dimilikinya ini, dan sebelum menikah dulu, layaknya seorang Don Juan, dia banyak membuat wanita yang dikenalnya bertekuk lutut dihadapannya. Tetapi sekarang, Doni sudah menjadi pria berkeluarga, memiliki istri yang cantik dan 1 anak, meskipun terkadang, sesekali pernah berbuat 'nakal' dengan wanita lain (don juan akan selalu menjadi don juan selamanya hehe..).
Rokok Marlboro merah sesekali dihisap olehnya, sambil matanya melihat layar kaca yang menyuguhkan berita yang kurang menarik. Membuat Doni merasa bosan sehingga pandangannya berkali-kali tertuju pada telepon pintar yang digenggamnya. Tak terasa dua gelas besar minuman campuran antara "kakek botak" dan guinness sudah habis diminumnya.
'Akhirnya selesai juga ..besok pulang .' katanya dalam hati.
Kenikmatan waktu istirahat ini sangat dirasakan olehnya, karena sudah sebulan lamanya dia bekerja keras di pedalaman. Tidak ada kasur empuk dan layar TV untuk dinikmati, apalagi dinginnya AC dan minuman beralkohol. Satu-satunya penghilang penat dipedalaman tersebut hanyalah rokok Marlboro yang memang sudah dipersiapkannya sebelum berangkat. Bahkan sinyal seluler pun hanya ada di tempat-tempat tertentu.
'Sungguh sebulan yang menyebalkan..' pikirnya lagi.
Dengan menggunakan kaos berlengan pendek dan celana training berbahan katun, Doni memang berniat bersantai setelah menyegarkan badannya di kamar mandi tadi. Minuman-minuman tadi dibelinya sebelum check in ke hotel. Meskipun biasanya Doni selalu doyan dengan minuman keras terkenal berlabel Jack Daniels, tapi kali ini yang ada di kota itu hanya "kakek botak" dan guinness, dan dia harus puas dengan mereka saat ini.
Waktu di jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 lewat 10 menit, sudah lebih dua jam Doni menikmati kesendirian dan istirahatnya.
"Tok, tok, tok..!" suara pintu kamar Doni berbunyi.
'Siapa nih, malem2 gini? ganggu aja..' gumam Doni sedikit kesal.
Dengan malas Doni beranjak dari kasur dan menuju pintu kamar hotel dan membukanya.
"Sibuk pak don..?" suara Sari yang muncul di pintu kamarnya.
Sari sudah cukup akrab dengan Doni, dia adalah asisten Pak Memet. Sari memiliki tinggi sekitar 160 cm, rambut hitam lurus tebal yang cukup panjang, hampir sampai ke punggungnya. Wajahnya sangat manis, hampir mirip seperti Masayu Anastasia (cuman yang ini versi kampungnya..hahaha ).
Kulitnya kuning langsat seperti kebanyakan cewek Indonesia pada umumnya. Bulu-bulu lembut di tangannya, memperindah kulitnya yang cukup mulus dan terawat. Bodynya padat berisi, dengan ukuran dada 34D, yang cukup menyedot perhatian mata para lelaki. Umurnya masih 22 tahun, masih single dan saat ini mengaku tidak punya pacar.
Bersamaan waktu dengan Doni, Sari check in di kamar sebelah bersama dengan Bu Jum, salah satu staf Pak Memet. Mereka juga sudah sebulan lamanya berada dipedalaman, tempat yang sama dengan Doni mengerjakan proyeknya.
Malam itu Sari menggunakan baju tidur piyama pendek berwarna merah muda, berbahan katun yang lembut. Membuat lekukan dada Sari tampak jelas sekali, begitu menggoda insan lelaki normal yang melihatnya.
"Kenapa ri..?" tanya Doni.
"Engga pak don, disebelah ri ga bisa ngecas hp ri..dipake semua colokannya buat kerja sama bu jum dan pak edi..numpang ngecas hp ya pak don..boleh kan..?" tanya Sari.
"Oohh..boleh lah..masa ga boleh.." jawab Doni sambil membuka pintu kamar lebar-lebar memberikan akses kepada Sari masuk ke kamarnya.
Dengan segera Sari masuk, lalu pandangannya menilik ke arah colokan listrik yang menganggur, dan menghempaskan tubuhnya di kasur yg belum dijamah oleh Doni. Kemudian Sari segera mencolokkan kabel HP nya ke colokan listrik yang ada diatas meja dimana minuman-minuman Doni terletak.
Sari lalu melihat ke arah Doni yang masih berdiri di pintu kamarnya sambil memegang gagang pintu yang terbuka. Doni menyangka bahwa Sari hanya akan menitipkan perangkat HP nya saja untuk di charge, dan kembali ke kamarnya.
"Sekalian numpang pak don..mau smsan ma temen.." kata Sari sambil melihat Doni penuh harap untuk mengijinkannya tinggal sebentar dikamar itu.
"Ooo..gitu..kirain mau cabut lagi hehe ..oke rii .santai aja.." jawab Doni sambil menutup pintu kamarnya dan kembali ke kasurnya.
Kebetulan kasur yang sudah diduduki oleh Doni adalah kasur yang dekat dengan pintu kamar, sedangkan kasur yang diduduki Sari terletak disampingnya.
Baru sebentar duduk dikasurnya, HP Doni tiba-tiba berdering.
"Bentar ya ri..biniku telpon..tunggu disini ya, ada dompetku tuh ..nitip ." kata Doni kepada Sari, sambil melangkah keluar kamar, dan kembali menutup pintunya.
Belum sempat Sari menjawab, Doni sudah menghilang dari pandangannya.
'Ah..sialan..disuruh jaga kamar nih aku..' pikir Sari dalam hati.
Sambil menunggu balasan SMS, pandangan Sari menyelidik seluruh isi kamar. Dilihatnya dua botol minuman keras yang masih berisikan setengah di masing-masing botolnya, dan juga gelas kosong disampingnya.
'Wah..pak don sedang minum ternyata..' gumamnya.
Dilihatnya lagi dompet Doni tergeletak dikasur yg bekas diduduki Doni. Memancing rasa keingin tahuan Sari. Diambilnya dompet itu, lalu dibukanya. Kedua mata Sari menyapu seluruh isi dompet itu. Kartu-kartu atm, kartu-kartu nama dan uang seratus ribuan yang cukup tebal berada didalamnya.
'Banyak juga duitmu pak don..' gumamnya.
Tapi Sari memang tidak berniat untuk mengambilnya. Dia hanya ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Hingga akhirnya, foto Doni bersama istri dan anaknya, mencuri perhatiannya.
'Emang ganteng banget pak doni ini..beruntung banget ibu ini bisa jadi istrinya..' gumamnya lagi.
Sari memang sudah lama kagum dan terpikat dengan sosok Doni. Selama Sari mengenalnya, Sari menilai bahwa Doni adalah seorang pria yang sempurna, yang tidak mungkin bisa didapatkannya. Sosok seorang Doni dimata Sari sangat berwibawa, dia tidak pernah menduga kalau Doni adalah seorang mantan Don Juan yang terkadang sampai saat ini masih mau berbuat 'nakal' (cerita salah satu kenakalan Doni bisa dinikmati di story 1).
Sari sendiri juga bukan termasuk kategori cewek yang alim. Keperawanannya diserahkan kepada Agus, mantan pacarnya yang sekarang sudah dikawinkan oleh keluarganya. Meskipun sebenarnya percintaan antara Sari dan Agus bisa dibilang cukup banyak diwarnai dengan kegiatan sex yang cukup panas. Dan sudah 1 tahun belakangan, Sari berpisah dengan Agus. Sehingga Sari terkadang juga sangat mendambakan sentuhan pria di tubuh indahnya. Seperti saat ini, hanya dengan melihat foto Doni saja, angan-angan Sari melayang membayangkan Doni berada dalam pelukannya.
'Pak don..oohh..ri rela ngelakuin apa aja demi kamu lho pak..' desah Sari pelan sambil mencium foto Doni.
Tung ting!! tiba-tiba sms di HP Sari menyadarkan angan-angannya. Sari lalu meletakkan dompet Doni kembali, dan meraih HP nya.
*****
Enjoy !!
*******
Senja berangsur menghilang mulai ditelan malam, waktu menunjukan hampir pukul 7 malam di suatu kota kecil, yang terletak di ujung wilayah Indonesia. Suatu kota yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Penduduk yang tidak terlalu banyak dikota itu membuatnya terasa begitu sepi pada saat malam hari. Pendatangpun bisa dihitung dengan jari setiap hari nya. Karena untuk mencapai kota tersebut, harus menggunakan kapal feri selama 4 jam dari pelabuhan kota besar. Jarang terdapat bangunan besar di kota itu, kecuali kantor kepala daerah dan satu hotel tanpa bintang.
"Hotel Pesona" itulah nama yang tertera di atas sebuah bangunan yang lumayan besar di tengah kota sepi itu, satu-satunya hotel yang ada di kota itu. Hotel ini memiliki kamar yang hanya 30 pintu saja, itupun tidak pernah penuh selama ini. Semua kamarnya berbentuk sama, berukuran 6x5 meter, dengan dua kasur springbed seukuran single bed, dipisahkan meja kecil diantaranya, ditambah satu buah meja lagi berhadapan dengan kedua tempat tidur untuk meletakkan TV cembung berukuran 29 inchi. Kamar mandi ukuran 2x3 meter berfasilitas seadanya, dan AC yang menempel di dinding melengkapi kamar hotel tersebut.
*****
Waktu pada jam dinding di salah satu kamar hotel itu menunjukkan pukul 7 tepat. Botol minuman bergambar kakek tua botak bertongkat, beraroma alkohol terletak di meja hias pemisah kedua kasur. "Kakek Botak", begitu biasanya orang memanggil minuman ini. Minuman keras yang dijual untuk kalangan kelas bawah. Meskipun tidak terlalu keras seperti kebanyakan minuman bermerk, tapi cukup bisa menghangatkan badan peminumnya. Satu lagi botol minuman beralkohol rendah yang sudah populer, bermerk Guinness menjadi pasangannya.
Doni mencampur kedua minuman tersebut kedalam gelas besar dan kemudian menenggaknya. Dia duduk di salah satu kasur dan menyandarkan punggungnya di bagian sandaran tegaknya, sambil menikmati waktu istirahatnya di kamar itu. Baru siang tadi Doni check in di hotel itu, setelah sebulan lamanya mengerjakan proyeknya di daerah pedalaman kota kecil tersebut.
Doni adalah seorang pria berumur 30 tahun yang bekerja sebagai pegawai sebuah instansi. Meskipun pegawai, tapi level dan kedudukannya sudah cukup tinggi di instansi itu. Sebulan lamanya Doni mengerjakan proyek kerjasama dengan instansi lain, yang dikepalai oleh Pak Memet, yang notabene-nya instansi Pak Memet ini sangat berhubungan dengan instansi dimana Doni bekerja.
Doni memiliki perawakan yang cukup gagah, dengan tinggi 176 cm, rambut model botak speed, badan tegap dan berotot, akibat seringnya gym dan fitness. Wajahnya sangat berwibawa dengan hidung yang cukup mancung. Meskipun memiliki kulit yang coklat, tidak membuatnya berkurang untuk dikagumi banyak wanita yang pernah berkenalan dengannya. Apalagi Doni terkenal cerdas dan suka bergaul dengan orang disekelilingnya. Kemampuan bersosialisasi dan berguraunya menambah daya pikatnya kepada setiap wanita yang dikenalnya. Doni menyadari anugerah yang dimilikinya ini, dan sebelum menikah dulu, layaknya seorang Don Juan, dia banyak membuat wanita yang dikenalnya bertekuk lutut dihadapannya. Tetapi sekarang, Doni sudah menjadi pria berkeluarga, memiliki istri yang cantik dan 1 anak, meskipun terkadang, sesekali pernah berbuat 'nakal' dengan wanita lain (don juan akan selalu menjadi don juan selamanya hehe..).
Rokok Marlboro merah sesekali dihisap olehnya, sambil matanya melihat layar kaca yang menyuguhkan berita yang kurang menarik. Membuat Doni merasa bosan sehingga pandangannya berkali-kali tertuju pada telepon pintar yang digenggamnya. Tak terasa dua gelas besar minuman campuran antara "kakek botak" dan guinness sudah habis diminumnya.
'Akhirnya selesai juga ..besok pulang .' katanya dalam hati.
Kenikmatan waktu istirahat ini sangat dirasakan olehnya, karena sudah sebulan lamanya dia bekerja keras di pedalaman. Tidak ada kasur empuk dan layar TV untuk dinikmati, apalagi dinginnya AC dan minuman beralkohol. Satu-satunya penghilang penat dipedalaman tersebut hanyalah rokok Marlboro yang memang sudah dipersiapkannya sebelum berangkat. Bahkan sinyal seluler pun hanya ada di tempat-tempat tertentu.
'Sungguh sebulan yang menyebalkan..' pikirnya lagi.
Dengan menggunakan kaos berlengan pendek dan celana training berbahan katun, Doni memang berniat bersantai setelah menyegarkan badannya di kamar mandi tadi. Minuman-minuman tadi dibelinya sebelum check in ke hotel. Meskipun biasanya Doni selalu doyan dengan minuman keras terkenal berlabel Jack Daniels, tapi kali ini yang ada di kota itu hanya "kakek botak" dan guinness, dan dia harus puas dengan mereka saat ini.
Waktu di jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 lewat 10 menit, sudah lebih dua jam Doni menikmati kesendirian dan istirahatnya.
"Tok, tok, tok..!" suara pintu kamar Doni berbunyi.
'Siapa nih, malem2 gini? ganggu aja..' gumam Doni sedikit kesal.
Dengan malas Doni beranjak dari kasur dan menuju pintu kamar hotel dan membukanya.
"Sibuk pak don..?" suara Sari yang muncul di pintu kamarnya.
Sari sudah cukup akrab dengan Doni, dia adalah asisten Pak Memet. Sari memiliki tinggi sekitar 160 cm, rambut hitam lurus tebal yang cukup panjang, hampir sampai ke punggungnya. Wajahnya sangat manis, hampir mirip seperti Masayu Anastasia (cuman yang ini versi kampungnya..hahaha ).
Kulitnya kuning langsat seperti kebanyakan cewek Indonesia pada umumnya. Bulu-bulu lembut di tangannya, memperindah kulitnya yang cukup mulus dan terawat. Bodynya padat berisi, dengan ukuran dada 34D, yang cukup menyedot perhatian mata para lelaki. Umurnya masih 22 tahun, masih single dan saat ini mengaku tidak punya pacar.
Bersamaan waktu dengan Doni, Sari check in di kamar sebelah bersama dengan Bu Jum, salah satu staf Pak Memet. Mereka juga sudah sebulan lamanya berada dipedalaman, tempat yang sama dengan Doni mengerjakan proyeknya.
Malam itu Sari menggunakan baju tidur piyama pendek berwarna merah muda, berbahan katun yang lembut. Membuat lekukan dada Sari tampak jelas sekali, begitu menggoda insan lelaki normal yang melihatnya.
"Kenapa ri..?" tanya Doni.
"Engga pak don, disebelah ri ga bisa ngecas hp ri..dipake semua colokannya buat kerja sama bu jum dan pak edi..numpang ngecas hp ya pak don..boleh kan..?" tanya Sari.
"Oohh..boleh lah..masa ga boleh.." jawab Doni sambil membuka pintu kamar lebar-lebar memberikan akses kepada Sari masuk ke kamarnya.
Dengan segera Sari masuk, lalu pandangannya menilik ke arah colokan listrik yang menganggur, dan menghempaskan tubuhnya di kasur yg belum dijamah oleh Doni. Kemudian Sari segera mencolokkan kabel HP nya ke colokan listrik yang ada diatas meja dimana minuman-minuman Doni terletak.
Sari lalu melihat ke arah Doni yang masih berdiri di pintu kamarnya sambil memegang gagang pintu yang terbuka. Doni menyangka bahwa Sari hanya akan menitipkan perangkat HP nya saja untuk di charge, dan kembali ke kamarnya.
"Sekalian numpang pak don..mau smsan ma temen.." kata Sari sambil melihat Doni penuh harap untuk mengijinkannya tinggal sebentar dikamar itu.
"Ooo..gitu..kirain mau cabut lagi hehe ..oke rii .santai aja.." jawab Doni sambil menutup pintu kamarnya dan kembali ke kasurnya.
Kebetulan kasur yang sudah diduduki oleh Doni adalah kasur yang dekat dengan pintu kamar, sedangkan kasur yang diduduki Sari terletak disampingnya.
Baru sebentar duduk dikasurnya, HP Doni tiba-tiba berdering.
"Bentar ya ri..biniku telpon..tunggu disini ya, ada dompetku tuh ..nitip ." kata Doni kepada Sari, sambil melangkah keluar kamar, dan kembali menutup pintunya.
Belum sempat Sari menjawab, Doni sudah menghilang dari pandangannya.
'Ah..sialan..disuruh jaga kamar nih aku..' pikir Sari dalam hati.
Sambil menunggu balasan SMS, pandangan Sari menyelidik seluruh isi kamar. Dilihatnya dua botol minuman keras yang masih berisikan setengah di masing-masing botolnya, dan juga gelas kosong disampingnya.
'Wah..pak don sedang minum ternyata..' gumamnya.
Dilihatnya lagi dompet Doni tergeletak dikasur yg bekas diduduki Doni. Memancing rasa keingin tahuan Sari. Diambilnya dompet itu, lalu dibukanya. Kedua mata Sari menyapu seluruh isi dompet itu. Kartu-kartu atm, kartu-kartu nama dan uang seratus ribuan yang cukup tebal berada didalamnya.
'Banyak juga duitmu pak don..' gumamnya.
Tapi Sari memang tidak berniat untuk mengambilnya. Dia hanya ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Hingga akhirnya, foto Doni bersama istri dan anaknya, mencuri perhatiannya.
'Emang ganteng banget pak doni ini..beruntung banget ibu ini bisa jadi istrinya..' gumamnya lagi.
Sari memang sudah lama kagum dan terpikat dengan sosok Doni. Selama Sari mengenalnya, Sari menilai bahwa Doni adalah seorang pria yang sempurna, yang tidak mungkin bisa didapatkannya. Sosok seorang Doni dimata Sari sangat berwibawa, dia tidak pernah menduga kalau Doni adalah seorang mantan Don Juan yang terkadang sampai saat ini masih mau berbuat 'nakal' (cerita salah satu kenakalan Doni bisa dinikmati di story 1).
Sari sendiri juga bukan termasuk kategori cewek yang alim. Keperawanannya diserahkan kepada Agus, mantan pacarnya yang sekarang sudah dikawinkan oleh keluarganya. Meskipun sebenarnya percintaan antara Sari dan Agus bisa dibilang cukup banyak diwarnai dengan kegiatan sex yang cukup panas. Dan sudah 1 tahun belakangan, Sari berpisah dengan Agus. Sehingga Sari terkadang juga sangat mendambakan sentuhan pria di tubuh indahnya. Seperti saat ini, hanya dengan melihat foto Doni saja, angan-angan Sari melayang membayangkan Doni berada dalam pelukannya.
'Pak don..oohh..ri rela ngelakuin apa aja demi kamu lho pak..' desah Sari pelan sambil mencium foto Doni.
Tung ting!! tiba-tiba sms di HP Sari menyadarkan angan-angannya. Sari lalu meletakkan dompet Doni kembali, dan meraih HP nya.
*****