Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BUSCANDO IDENTIDAD, Section : Lucky Sikat

Session 4 :
Buena estrategia




"Kamu yang namanya Lucky?"
tanya papa Firsa saat aku duduk di ruang tamu rumah mereka.

"Perkenalkan, saya Bimo papa-nya Firsa. Tapi sayangnya, mama-nya tidak bisa ikut ngobrol. Sedang ke warehouse untuk stok barang. Setelah ini saya juga akan menyusul kesana,"
lanjut papa Firsa yang bernama Bimo.

"Ada masalah apa pak?. Kata Firsa kok sangat urgent!"
tanyaku langsung ke pokok pembicaraan.

"Iya Luc. Kamu tentu tahu bahwa Firsa telah diteror dengan ancaman pemerkosaan. Ternyata itu berkaitan dengan pekerjaan kami. Ada pihak yang melarang kami untuk membatalkan penerimaan barang. Jika tetap kami lakukan maka pemerkosaan atas Firsa akan mereka wujudkan. Sedangkan barang yang akan datang itu adalah mata pencaharian kami. Kami bertindak sebagai distributor alkes kota ini untuk menyuplay toko-toko kecil. Apa pendapatmu anak muda?"
Pak Bimo bercerita panjang lebar. Kasus ini jauh lebih besar dari yang kukira.

"Saya ingin tahu dulu rencana bapak. Ingin lapor polisi, atau membutuhkan saya untuk mengatasi ini?"
ucapku disusul pertanyaan tentang fungsi kehadiranku disana.

"Pilihan yang kedua. Karena mereka mengancam akan memperkosa mama Firsa juga jika saya lapor polisi!!

"Ehmm..begitu ya pak?!"
otakku berpikir keras mencari celah agar bisa menyelamatkan keluarga Pak Bimo, calon mertuaku haha.

"Kamu sanggup menerima tugas ini??. Tapi maaf, saya sedikit ragu jika kamu bergerak seorang diri!"
Pak Bimo mengungkapkan.

"Dua orang pak!!"
jawabku tegas. Firsa yang duduk disampingku ikut terhenyak. Dia pasti berpikir, siapa orang ke-dua yang kumaksud.

"Atur sajalah, kamu lebih tahu kapasitasmu!"
ucap Pak Bimo bijak.

"Baik. Jadi penanganan untuk masalah ini akan saya pegang pak. Saya akan pikirkan pemecahannya. Untuk sementara saya harap Firsa dan mama-nya perlu dijaga keselamatannya. Mungkin bapak ada sekuriti atau pegawai yang bisa memantau mama Firsa?. Untuk Firsa biar saya yang memantaunya sendiri."
pak Bimo menunjukkan wajah simpatik setelah mendengar pemaparanku.

"Kami ada pegawai, tapi tak bisa beladiri. Sama saja Luc."
ucap Pak Bimo kembali resah.

"Eh kamu ngekos kan?"
pak Bimo kembali bertanya.

"Iya pak, kenapa?"
tanyaku balik.

"Sementara tinggallah disini. Dampingi keduanya sekaligus. Intinya, keselamatan mereka saya percayakan padamu. Sambil kita juga bisa berkoordinasi lebih intensif untuk membahas rencana penerimaan barang, bagaimana?"
ucapan pak Bimo membuatku sedikit berpikir. Tapi nampaknya itulah pilihan terbaik demi menjaga keselamatan mereka.

"Tapi saya masih kerja..."
balasku sedikit ragu.

"Dimana?, gajinya berapa?. Resign saja. Setelah kasus ini beres, saya janji akan memasukkanmu menjadi salah satu karyawan di perusahaan saya!!"
ini namanya sekali merengkuh, dua tiga pulau jauh banget haha. Dapat job untuk agen B-Id, sekaligus dapat kerja baru. Wow...it's emejing.

"Pekerjaan saya remeh pak. Baik akan saya pikirkan. Sebelumnya terimakasih atas kesempatan yang diberikan. Besok saya akan kesini lagi memberi jawaban sekaligus membahas lebih dalam tentang kasus ini."
aku perlu berpikir jika harus tinggal di rumah Firsa, meski hanya sementara. Mengenai pekerjaan kurir, masa bodo, toh hasilku dari B-Id sudah sangat banyak dan semakin bertambah.

"Baiklah. Kalau begitu saya tinggal dulu ke warehouse menemani mama Firsa. Saya tunggu kabarnya besok!!"
pak Bimo memungkasi ucapannya.

Sepeninggal Pak Bimo, Firsa mengajakku ke kamarnya di lantai dua. Tanpa ada kedua orangtuanya, kami menjadi bebas. Kamipun mengulangi kenikmatan syahwat seperti yang terjadi di kosan tadi pagi. Tak ada bosan-bosannya saling memadu kasih, mereguk nafsu.


~~~|_~~~


Sore ini aku meminta ijin kepada Firsa untuk menemui timku. Aku tak langsung bilang siapa nama orang yang akan kuajak, khawatir Firsa menolak, atau kecewa. Tapi Pak Bimo benar juga. Aku tak bisa jika melakukan ini sendiri. Batman tetap butuh Robin. Makanya, sore ini aku menemui Robin.

"Ada info apa bang?"
tanya Prima a.k.a Robin begitu melihatku muncul di tempat pengetikannya.

"Keadaannya lebih rumit dari yang kita bayangkan bro. Ancaman pemerkosaan Firsa berkaitan dengan ancaman untuk keluarganya."
ucapku.

"Lalu apa rencana kamu bang?"
tergambar kerisauan dari wajah Prima.

"Kamu gabung ya sama aku. Seperti butuh bantuanmu!"
aku berharap Prima bersedia membantuku.

"Apa yang bisa saya bantu?"
tanya Prima.

"Kamu bisa beladiri?"
sebelumnya kutanyakan kemampuan Prima. Setidaknya aku butuh orang yang membantu, bukan malah nantinya menjadi beban.

"Bisa bang!!. Waktu kamu menghajar memang sengaja aku diam dan tidak melawan hehe,"
jawab Prima tersenyum.

"Dasar...bangsaat kamu hahaha. Aku dikerjain ternyata!!"
aku ikut tertawa, meski baru kenal tapi aku merasakan ketulusan Prima dalam setiap interaksi.

"Baiklah, jadi begini rencanaku...."
Aku mengutarakan berbagai rencana dan skema yang sudah ada di dalam otak. Prima manggut-manggut paham.

Sore hingga malam kuhabiskan waktu membantu Prima mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan. Dalam hal ini ia bertindak sebagai pengintai, informer, dan akan turun membantuku jika kondisi mendadak urgent.

"Bro...kamu tahu kan sekarang pekerjaanku?. Disewa sebagai tim swasta untuk menjadi garda keamanan, penyelidikan, dan sejenisnya. Aku sekarang berpikir untuk merangkulmu seterusnya, terlepas dari kasus keluarga Firsa. Batman selalu butuh Robin bro!"

"Waitt..satu lagi, untuk fee nanti akan diberikan prosentase dari setiap perkara yang kamu terlibat menangani. Ini akan juga membantu finansialmu secara keseluruhan,"
imbuhku meyakinkan.

"Rebes sob...berarti kita sobat yah sekarang. Awas gebuking aku lagi. Tak bales sampean!! Hahaha,"
balas Prima tergelak.

Sekali ini gue rangkul bahu orang yang pernah jadi musuhku. Tak selamanya musuh itu buruk. Dan tak selamanya orang baik itu tak jahat. Malam ini aku mendapatkan sebuah pengalaman berharga untuk sebuah pertemanan.

Let's go Batman and Robin...mari kita kancutkan perjuangan ini !!!.


~~~|_~~~


Malam ini aku pulang ke kosan. Setelah kupikir masak-masak, akhirnya kuputuskan untuk sementara tinggal di rumah Firsa seperti apa yang disarankan pak Bimo. Pertimbanganku, selain yang utama adalah memastikan keselamatan dua wanita di rumah itu, aku juga perlu berkomunikasi dengan pak Bimo lebih banyak, disamping agar selalu dekat dengan kekasih baruku tentunya. Rencananya esok pagi aku akan kembali ke sana dengan membawa beberapa pakaian, peralatan tempur, dan juga obat kuat hahaha.

Kubuka lemariku, lalu kuraih satu kotak panjang yang kusandarkan di bagian dalam. Perlahan kubuka kotak tersebut dan isinya adalah ternak jangkrikku.

Haha...bukan jangkrik, melainkan peralatan tempur. Disana ada dua bilah mandau berukuran besar, dua buah badik kecil, sekantong ranjau kaki yang bentuknya seperti buah rambutan namun berukuran setengahnya, sebungkus rengginang mentah haha yang ini kusingkirkan, dua buah rompi anti peluru, dan beberapa alat lagi lainnya. Tapi tak ada satupun senjata api maupun bahan peledak yang kumiliki.

Kuraih handphone kemudian kulakukan panggilan telepon,

--Prim, kamu ada kenalan atau tolong browsing jasa clearing?, atau minimal orang yang bisa backup pekerjaan kita?--

--Menghapus bukti dan jejak maksudnya?, juga backup aparat gitu sob?--

--Yapp..cerdas?--

--Kamu ga salah milih Robin bro!!. Bos ku pemilik pengetikan itu seorang perwira TNI. Bokapnya doi Pensiunan Kapolres mana gitu. I'll call them.--

--Woyaa woyaa...josss. Great info bro. Ok kamu segera hubungi beliau yang terhormat--

--Oks--

--Yaudah kalau gitu.--


Aku menutup sambungan telepon dan tersenyum menyeringai. Buscando Identidad bukan kelas ecek-ecek woy!!.

Duduk bersandar diatas ranjang, kubuka tumpukan terbawah dalam kotak kayu. Sebuah foto usang ukuran 5R, terbingkai frame kayu mahoni ukir. Sepasang muda-mudi menggendong seorang bayi. Si cowok memakai celana sedikit komprang dengan kemeja pres body. Si cewek memakai kain terusan dengan ujung rok umbrella bermotif bunga-bunga mirip pakaian wajib 'Cinta fitri'.

Aku menangis.

Papa, mama....
Ini anakmu sudah sebesar ini, dan kalian dimana?. Meski aku benci telah ditelantarkan, tapi aku rindu. Akan iri melihat orang-orang ditemani ayah ibunya. Aku iri melihat dilindungi sekuat tenaga oleh papa mamanya. Aku iri melihat pedagang es tebu depan kosan yang rukun berjualan berdua dengan ibunya, aku iri melihat pak parkir kepan kantor expedisi yang ternyata bergantian dengan anaknya jika lelah.

Lelehan airmata terus membasahi pipiku hingga akhirnya mengering dengan sendirinya.

Aku tersadar jika belum makan sejak tadi pagi kecuali nasi bungkus yang dibeli Firsa. Bergegas aku keluar dari kosan untuk mencari pak nasi goreng yang biasanya mangkal di depan kantor kelurahan, tak jauh dari rumah kos.

Sambil menunggu nasi goreng matang, kucoba menghubungi Firsa. Sebelumnya kulirik jam di sudut kanan layar handphone, ehmm jam 23.22, sudah cukup larut. Sepertinya dia sudah tidur. Tanpa berharap Firsa akan membalas, kuketik pesan whatsapp,

A--Sudah tidur?--

sekitar 10 menit aku menunggu, namun tak ada balasan, dia sudah tidur pastinya.

Baru saja hendak kukantongk kembali handphone-ku ternyata Firsa membalas,

B--Sori mas, dari bawah, bikin wedang jahe. Hmm kaku semua badanku. Apalagi nih paha atas bagian selangkangan, sakit semua tau!!. Udah kayak orang abis melahirkan saja jalanku.

A--Salah sendiri. Siapa suruh nambah lagi tadi di rumah.--

B--Yee.***ra-gara kamu tuhh. Siapa yang nyosor duluan hayo??! --

A--Tapi suka kan??--

B--Hehe, iyaa. Kecanduan malah--

A--Hmm, berarti ga ada yang salah. Mau sama mau hahaha--

B--Eh belum tidur sayang?--

A--Belum. Ini lagi nunggu nasi goreng dibungkus. Belum makan dari pagi--

B--Ya ampuun. Makan nasi bungkus tadi pagi doang?--

A--Iya--

B--Jaga kesehatan dong sayaaang, pola makan harus dijaga--

A--Tadi siang kan makan kamu di kamar, mana sempet makan nasi!--

B--Hehe iya ding--

A--Ya udah istirahat gih. Aku cuma mau ngabarin, besok aku pindah kesitu--

B--Yeaa..asikk--

A--Wes, aku balik. Kamu tidur sana--

B--Iya sayang. Mwuahh--

A--Mwuah--


Melenggang santai kususuri tepian jalan untuk kembali ke kosan.

"Siapa itu??"
Langkahku terhenti. Sudut mataku menatap beberapa gerakan di sudut remang gapura kelurahan.

Tiga orang muncul dari balik gapura setelah mendengar ucapanku.

"Siapa kalian?"
pertanyaanku tak mereka jawab. Sebagai jawaban, mereka serempak mendekat dan siap menghajarku.

Demi melihat bahaya mengancam, aku segera memasang kuda-kuda. Mataku tajam menatap mereka tanpa berkedip.

Pria pertama dengan langkah cepat sudah berada di depanku. Sebatang kayu dengan panjang sekitar 1 meter ia pukulkan ke arah samping, mengincar lambungku.

Aku berkelit dua langkah ke samping kanan. Namun dengan cepat pria kedua juga mengejar posisiku. Satu tendangam menyamping menyambut gerakan berkelitku.

Spontan tangan kananku menangkis tendangan pria kedua. Alhasil, bungkis nasi goreng yang kupegang menjadi berhamburan.

Segera kukirim balasan tendangan kepada pria kedua. Tendanganku mengenai samping lututnya dan sejenak membuat kaki pria kedua goyah.

Pria pertama menyusul di sebelah kiriku. Aku bergerak menyambut. Dengan keras kutendang pergelangan tangannya yang menggenggam kayu. Seketika kayu itu jatuh.

Menyusul kuarahkan pukulan tangan kiri kearah pelipis. Dia berhasil menangkisnya namun pukulan kananku yang ikut menyusul tak terelakkan. Tangan kananku kuat mendorong pipi kiri si pria pertama. Pukulan kiriku kembali masih mencabik pipi kanannya, ia terhuyung dan jatuh.

Bukk..

Tanpa kusadari, pria kedua berhasil membokongku dengan tendangan dipunggung. Aku tersungkur. Sakit sekali rasanya tulang belakangku.

"Keparattt!!"
aku berdiri dan berlari kearah pria kedua. Belasan pukulan kulakukan dengan cepat. Kesemuanya ia tangkis meski teelihat kuwalahan. Hingga terlihat kesempatan, aku maju sedikit melompat. Kutekuk lutut dan berhasil menghujam dada pria kedua. Ia terpental dan jatuh.

Pria ketiga sedikit ragu, namun ia tetap maju. Tendangan sampingku berhasil ia tepis. Belasan tendangannya juga berhasil kutepis.

Memperpendek jarak serangan, kuhamburkan puluna beruntun. Satu pukulan masuk mengenai perutnya. Ia sedikit mundur mengatur napas.

Namun kesempatan tak kubiarkan berlalu begitu saja. Aku terus maju mengejar. Hingga akhirnya pukulanku tepat mengenai rahangnya. Ia jatuh terduduk.

Berada pada puncak adrenalin, kikirim satu tendangan ke wajahnya.

Crakk..

Darah mengucur dari mulut si pria ke tiga. Masih tak berhenti, kuterjang tubuhnya. Ia terkapar.

"Siapa yang menyuruhmu hahh!!"
tanyaku sambil menindih tubuh si pria.

"Aku tak akan mengatakan!!"
jawabnya bengal.

Prakk
Prak..

Dua pukulan lagi kuberikan ke wajah si pria. Ia mengaduh kesakitan.

"Ampun bos ampunnn. Kami menyerah!!"
teriaknya memelas.

"Siapa yang menyuruhmu??"

"P..pak Bi..bimo."

"Apaaa??!!"


~~~|_~~~



..please check index for new update
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd