Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BUSCANDO IDENTIDAD, Section : Lucky Sikat

Session 2 :
Hermoso




--Di kedai Pizza, gate timur mall kelapa merah--

demikian pesan yang aku baca dari Firsa. Aku langsung memutar haluan motorku ke arah yang dimaksud sekalian menurunkan 1 paket expedisi yang kebetulan juga searah dengan tujuanku.

Sedikit celingukan akhirnya kutemukan Firsa di meja paling ujung, pojok belakang. Aku segera melangkah kesana.

"Halo mas Lucky. Mau pesan apa, silahkan duduk dulu!"
Firsa menyapaku. Seutas senyuman tertuju kepadaku dan hanya kubalas dengan anggukan dingin.

Aku tak mau citraku sebagai agen bayaran menjadi tercoreng apabila aku terlalu ramah kepada klien. Wajahpun sok cool dan kubuat sewibawa mungkin agar terkesan angkuh dan gagah. Itu juga agar tidak mudah diremehkan oleh klien nantinya. Meski jujur, tiap aku bergaya cool, rasanya aku ingin tertawa saja. Aku sebenarnya tipe riang dan easy going, namun demi tuntutan pekerjaan aku rela dianggap jahat oleh orang. Image kubangun melalui itu.

"Pesan apa mas?"
Firsa masih menunggu jawabanku.

"Apa aja."
Jawabku pendek. Asli lucu haha.

"Kok apa saja, yang spesifik dong!"
Firsa terlihat tidak suka dengam caraku berbicara. Namun justru itu yang kubutuhkan.

"Samain aja!"
ucapku lagi. Mempertegas kalimat sebelumnya.

"Yaudah deh tunggu sini, aku pesankan,"
balas Firsa mengembungkan pipi. Aku semakin senang jika klien merasa jengah dengan sikapku. Namun aku menjadi tak habis pikir, kenapa Firsa yang malah datang ke meja waitress untuk memesan?. Seharusnya hanya dengan sekali tepukan tangan maka mereka yang akan datang melayani kita.

Alya Firsanti (Firsa)

Firsa sebenarnya sosok yang sangat menarik. Rambutnya lurus panjang, kulitnya putih, hidungnya mancung. Absolutely dia cantik. Tapi aku ga boleh larut pada ketertarikan semacam itu. Itu hanya akan merusak reputasiku dan menghancurkan karirku sendiri yang sudah kubangun dengan susah payah.

"Ini sisa pembayaran untuk jasa mas Lucky. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas bantuannya,"
Aku yang tengah menikmati santapan terpaksa menerima amplop putih dari Firsa dengan tangan kiri. Tapi menurutku, gaya arogan seperti itu malah lebih keren. Dengan cepat kumasukkan amplop dari Firsa ke saku dibalik jaket kulitku.

Sedikit mundur ke belakang,

Awal kisah Firsa menggunakan jasa Agen B-Id adalah ketika beberapa saat yang lalu ia menerima teror. Beberapa kali ia menerima pesan berisi kalimat ancaman dari seorang laki-laki. Kalimatnya beragam, namun intinya bahwa Firsa diancam akan diperkosa oleh laki-laki tersebut. Firsa menghubungiku untuk meminta bantuan penjagaan sekaligus untuk membekuk laki-laki sialan yang mengancamnya. Entah darimana ia mendapatkan nomerku, aku kurang tahu. Biasanya dari mulut ke mulut mantan klien-klienku. Haha..mereka laksana tim marketing freelance tanpa bayaran yang semakin memudahkan aku mendapatkan klien berikutnya.

Yah, setelah Prima tertangkap saat mengendap mendekati Firsa di parkir basement kemarin, maka usai lah tugasku untuk menjaga Firsa.

"Mas kerja lain juga selain jadi agen?"
tanya Firsa membuyarkan lamunanku.

"Iya."

"Dimana mas?"

"Ga penting juga!"

jawaban yang memancing emosi. Kesannya aku ini menjengkelkaaaaan sekali. Tapi itulah gayaku, Lucky Sikat.

Sebenarnya aku tidak tega melihatnya jadi cemberut seperti itu gara-gara jawabanku yang asbun. Tapi ya gimana lagi.

"Kuliahnya sudah semester berapa?"
tanyaku balik, sedikit mencairkan, tarik ulur, gaya-gaya pria sok oye.

"Ga penting juga!"
jawabnya ketus. Mati buk'e!!, aku kemakan omonganku sendiri hahaha. Aku membalas dengan sedikit nyengir dan kembali cuek menghabiskan sisa santapan. Firsa hanya geleng-geleng melihat tingkahku.

Tutt..!!

Handphone Firsa berbunyi, sesaat kemudian keningnya mengkerut. Cepat ia hadapkan layar handphone ke arahku.

--Pemerkosaan tetap akan berjalan. Wait and see girl!!--

demikian kalimat yang kubaca dari handphone Firsa. Wajah Firsa kembali tegang.

Cepat kusudahi makananku dan segera aku hubungi Prima via call.

"Ya bang ada apa?"

"Aku sudah bilang jangan ganggu lagi!!"

"Lho iya bang, aku ga ngapa-ngapain dia lagi kok!!"

"Jangan bohong!!"

"Asli bang, aku sudah jujur!"

"Bener??"

"Bener bang, swear!!"


Segera ku tutup telepon dan menatap Firsa. Airmukanya kini sudah ditekuk sedemikian rupa. Menyisakan seraut tegang dan takut.

"Berarti pelakunya bukan Prima!! Shiittt!!"
aku mendengus kesal.

"Mas.. aku takut. Temenin aku dulu mas, jangan pergi-pergi!"ucap Firsa kalut.

"Siapa yang ga mau nemenin cewek secantik ini haha!"
seringai hatiku. Namun tak kutunjukkan. Aku tetap bergaya tenang.

"Aku ga bisa kalau harus selalu terlihat di dekatmu. Dia akan segera tahu siapa pengawalmu,"
pemikiran kujabarkan pada Firsa.

"Jadi saranku...tetaplah beraktifitas seperti biasa hari ini. Segera pulang dan jangan gugup. Aku akan mendampingi dari kejauhan seperti saat Prima kemarin. Setelah kamu aman masuk rumah, aku akan pergi. Besok kamu keluar rumah jam berapa tolong koordinasi, aku akan stand by lagi di sekitarmu besok!"
pengarahanku kali ini membuat dia lega. Dengan cepat aku segera undur diri untuk mengintai dari jauh.

"Hati-hati mas!"
wajahnya nampak mengkhawatirkanku. Tapi ahhh..itu mungkin hanya perasaanku saja.

"Iya sayang!"
jawabku dalam hati haha.

Tanpa pamit aku segera berlalu. Tetap cool dan bersahaja.


~~~|_~~~


Setelah memastikan Firsa masuk ke pintu pagar rumahnya, aku segera pergi. Tujuanku sekarang adalah mengajak bertemu Prima. Aku perlu mendengar secara langsung pengakuannya. Atau mungkin aku bisa mengorek informasi lainnya yang diketahui Prima.

Titik pertemuan segera disepakati. Aku segera meluncur kesana.

Sepanjang perjalanan aku melamun. Dalam benakku tiba-tiba melintas paras ayu Firsa.

"Brengsekk Lucky, begini ini jadinya jika kau luluh kepada klienmu. Pengawal gagah jadinya lembek karena pesona. Fokus lah Lucky!!"
Aku berusaha terus melawan perasaan-perasaan yang seharusnya tak perlu ada.

Aku memang tergolong tampan dan gagah. Sudah barang tentu beberapa klienku akan menunjukkan respon suka kepadaku. Maka daripada itu, aku tak boleh hanyut.

"Wahh bro, cerah banget kamu hari ini,"
sapa ku pada Prima yang masih kelihatan takut-takut melihatku. Apalagi kali ini ia bisa melihat wajahku langsung tanpa topeng.

"Makasih bang!"
jawabnya kemudian.

"Eh beneran kamu ga gangguin Firsa lagi?"
aku masih saja sangsi dengan pengakuan Prima.

"Bang..sumpah disamber oplet kalau aku bohong!"
Prima sepertinya jujur.

"Aduh trus siapa ya?!"
gigiku saling bertemu, menimbulkan suara gemerutuk, aku geram.

"Apanya bang?"

"Ada yang ga beres,"

aku tak menjawab pertanyaan Prima, sebaliknya aku hanya menggumam sendiri tak jelas.

"Eh Prim, kamu kuliah atau kerja?"
lugas kutanyakan, aku memerlukan informasi lebih banyak.

"Aku kerja di biro pengetikan, dekat kampus Firsa."
jawab Prima jujur. Dan aku tahu dia orang yang jujur.

"Cerita dong kenapa kok gangguin Firsa!"
kuberikan sedikit penekanan, Prima langsung paham bahwa ini adalah sebangsa penyidikan.

"Gini bang...jujur aku tertarik setelah beberapa kali lihat Firsa mampir ke tempat kerjaku untuk minta diketikkan makalah. Tapi aku ga berani deketin bang. Malu lah, dia orang kaya dan cantik, aku cuma sebatas tukang ketik. Aku tahu namanya saja dari kartu mahasiswa yang minta di scan,"
Prima sebentar menarik napas dan meminta ijin menyulut puntung yang sempat tadi dimatikan saat aku datang.

"Karena aku terbayang terus sama wajah dia, akhirnya aku sering mengikuti dia, bukan untuk yang macam-macam, tapi hanya untuk mendapatkan foto dia di berbagai momen. Haha.. buat bahan coli aja bang. Ga ada maksud mau gangguin dia. Nah saat terakhir ambil foto ya pas aku kamu gebukin kemarin itu,"

Aku melihat ketulusan dan kepolosan dari penuturan Prima. Aku menyimpulkan bahwa ini adalah penjelasan dia yang sejujurnya.

"Sori bro...aku salah orang berarti!"
ucapku sedikit menyesal. Laki-laki muda di depanku yang ku taksir masih berumuran sedikit dibawahku balik memandangku dengan tatapan aneh.

"Kenapa kamu??!"

"Gapapa bang. Jadi penasaran. Abang ini pacarnya Firsa?"

"Ga. Aku dibayar untuk lindungi dia!"

Harusnya aku tak boleh membuka jatidiriku sebenarnya. Tapi aku percaya bahwa Prima lelaki yangbbaik dan bisa dipegang ucapannya.

"Dibayar??. Bodyguard gitu kayak di pilem-pilem?"
Prima masih saja heran.

"Iya semacam itu,"
jawabku pendek. Namun cepat aku mendapatkan ide brilian.

"Eh Prim, kalau kamu nge fans sama Firsa dan ga rela kalau dia kenapa-kenapa. Maka kamu harus bantu aku!!"
ucapku persuasif.

"Maksudnya??"

"Bantu aku menemukan orang yang akan memperkosa Firsa!"

"Perkosaa??!!"

Prima terperanjat. Ga pernah berpikir kondisi Firsa akan se-bahaya ini.

"Oo..ok bang. Aku a..kan bantu,"

"Meski kecil kemungkinan Firsa akan tertarik ke aku, tapi berkorban untuk wanita secantik Firsa rasanya akan sangat menyenangkan. Lebih dari sekedar bahagia coli sambil melihat foto dia!"

jawab Prima sedikit terbata. Aku tahu, adrenalinnya terlanjur mengalir. Aku tersenyum.

"Coba lihat foto-foto hasil bidikanmu bro!!"
lanjutku.

Satu persatu foto ku lihat. Firsa memang sangat cantik. Tapi wait... apa itu?

Segera ku-zoom beberapa foto yang terlihat mencurigakan. Keningku berkerut. Beberapa foto memperlihatkan ada bayangan beberapa pria berbaju hitam di sekitar Firsa. Posisinya tidak mencolok, mungkin Prima juga tak menyadarinya. Tapi aku bisa menarik kesimpulan setelah melihat kesamaan beberapa foto tersebut.

"Prim..kamu bisa komputer berarti bisa ya sedikit IT?"
tanyaku memastikan.

"Hobiku IT bang!"
jawab Prima.

"Ok baguss. Akan segera kuhubungi kamu lagi. Aku harus menyiapkan sesuatu."

Dengan cepat aku melangkah menuju motor. Prima hanya memandang penuh tanda tanya.

Kali ini tugas agen B-Id cukup menantang. Hahaha..aku suka!!! ā—



..please check index for new update
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd