Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Kebiasaan yang dibiarkan

Part 3
Selanjutnya, kegiatan dengan anakku mulai sering dilakukan. Meski anakku melakukan itu hanya karena ingin mengulangi ntah apa yang dia rasakan apa yang dia lakukan terhadap aku, namun lama-lama karena terbiasa, anakku mulai berani meminta jatahnya sendiri walau lebih sering

menggesek penisnya di bibir vaginaku, bila ia sedang rewel atau marah akan sesuatu pasti akan memasukan kedalam sebagai mungkin pelampiasan emosi nya.
Siang itu rasanya cukup membuat gerah tubuhku. Sehingga aku memutuskan untuk hanya memakai daster terusan tanpa lengan.

Sampai bra dan CD pun tak aku pakai, karena rasanya tubuhku seperti menginginkan udara segar di suasana yang sangat terik.
Namun meski begitu aku tetap mengenakan kerudung bila di ruang tamu rumah, barangkali ada orang yang tiba-tiba berkunjung.
Seperti biasanya, waktunya anakku tidur siang aku ingatkan padanya setelah ia pulang sekolahnya. Waktu itu anakku sudah berusia sangat dasar diusianya. Anakku yang penurut itu langsung mengikutiku masuk kekamar untuk aku kelonin. Pikirku sekalian saja aku bertelanjang. Karena berkeringat saking panasnya.
Namun saat itu aku sedikit terkaget dengan permintaan saat anakku sudah tiduran disampingku. Tiba-tiba ia merengek dan marah meminta bermain pompa burungnya dengan vaginaku seperti biasa dia menyebut bersetubuh itu bermain pompa. Entah apa yang dipikirkannya, meski aku menolak keinginannya dengan halus ia tetap saja merengek.
Karena biasanya ia akan kukeloni hingga tidur sambil bermainkan puting dan menggesek" penisnya di sepanjang bibir vaginaku dan mendiamkan selipkan selangkanganku selama tidur. Hingga terkadang aku orgasme dan membanjiri kasur. Terkadang bila ia bangun lebih dulu pasti membangunkan ku dengan cara

mencium punggung dan bagian atas kakiku dan memainkan jari kakiku dimulutnya yang membuatku geli ntah kebiasaan foot fetish itu makin menjadi tapi kupikir hal yang biasa, karena aku punya penyakit sulit dibangunkan sampai saat ini alias kebo.
Karena pikirku sudah biasa dilakukan, akupun mengabulkannya namun kupikir hanya menggesek saja ternyata dia meniru gerakan sisirku dulu.
"Ya udah, sekali saja ya nak?" Kataku membolehkan, yang kemudian langsung direspon dengan anggukan oleh anakku.
Kemudian, anakku yang tinggi badannya sudah seperutku langsung menindih tubuhku. Aku yang belum paham bahwa ia melakukan itu bukan karena nafsu birahi membiarkannya. Lagipula aku sendiri masih kurang mood bercinta siang itu. Sehingga aku hanya pasrah dengan apa yang dilakukan anakku itu mulai dari membuang daster terusanku yang kugunakan sebagai selimut itu sampai terjatuh kebawah, sampai dengan ia selesai melepas seluruh bajunya.
Iapun kembali menindih tubuhku dengan nafas tersengal. Puting kiriku langsung diemut dan dihisap sampai keluar susunya. maklum, sampai seumur itu aku belum menyapihnya dari susuanku. Sedangkan payudara kananku yang berukuran bra 36B itu diremas-remasnya untuk mainan sebagaimana biasanya. Namun yang aku sedikit bingung adalah penisnya yang sudah sedikit lebih panjang dari saat dia melakukan itu pertama denganku, ternyata sudah ereksi sebesar dan panjang permen polo yg ukuran pendek. Bahkan kulihat ketegangannya sudah melebihi batas, sampai-sampai kepala penisnya keluar dari kulupnya tanpa dibantu.
Dalam hati aku sedikit bertanya, "Apa dia sudah mulai bernafsu yaa? Baru kali ini dia minta ngentot siang-siang. Tititnya juga kelihatan sudah tegang dari tadi."
Namun kecemasanku bahwa anakku sudah mulai mempunyai nafsu segera kutepiskan, karena aku teringat kata-kata suamiku dan sepupuku yang lakilaki yang berkata bahwa anak laki-laki mulai berfantasi tentang seks saat ia diumur SMP. Jadi kupikir ia masih terlalu jauh umurnya untuk sampai mempunyai keinginan menyetubuhiku.
Setelah kutepiskan kekhawatiranku, aku kembali memperhatikan tingkah polah anakku diatas tubuhku. Kubelai rambutnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang sebagai ibu. Merasakan belaianku, anakku terlihat seperti sedikit tersengat kaget. Mulutnya yang sedari tadi menghisapi putingku, dialihkan agar ia bisa menjamah leherku. Nafas menderu anakku dileherku membuatku sedikit merinding.
Penisnya yang masih terlihat kecil belum disunatnya buatku itu sering menjamah gesekan bibir belahan vaginaku walau hanya sebesar timun sedang kadang tak sengaja masuk. Aku yang sudah merasa lelah dan tidak ingin ia menyetubuhiku lama, membuatku berinisiatif meraih penis kecil anakku. Aku langsung arahkan saja penisnya ke mulut liang senggamaku. Ia yang merasa penisnya sudah siap tembak langsung dihentakkan agar bisa langsung melesak.


"Aaahhhhsss..." Desisku saat penisnya disodok kasar dan langsung melesak penuh didalam liang senggamaku yang belum basah oleh cairan sedikitpun. Sedikit perih memang, namun jika dibandingkan dengan penis ayahnya, masih lebih menyakitkan ayahnya yang mempunyai penis lebih besar.
Begitu ia merasa penisnya berhasil melesak masuk dengan mantap, ia langsung menggenjot vaginaku dengan kecepatan penuh sampai tubuhku terhenyak-henyak. Nafasnya di leherku terasa berdengus-dengus sampai spontan aku lepas kerudungku agar aku leluasa bernafas.. dan tidak pengap. Kedua kakiku juga aku kangkangkan hingga telapak kakiku di letakan atau di letakan diatas kepala ranjang seperti sedang melahirkan, agar ia dalam melakukan sodokan-sodokan penis bisa lebih leluasa. Namun anakku malah mengambil pahaku dan melipatnya ke atas membuat menempelkan kedua kakiku dan membuat berada di dekat perutnya seperti duduk jongkok dan dia bersandar di betisku
tapi aku tiduran ia yang terus bergerak naik turun dengan sangat cepat sambil menghisap kedua jempol kakiku.
Seperti itulah anakku siang itu menjamah, menggenjot dan menyetubuhi aku dengan gagahnya. Bolak-balik mulutnya berpindah-pindah dari

jempol kaki
lalu

ke putingku
untuk menyusu dan sebaliknya. Meski vaginaku mulai mengeluarkan lendir karena perbuatan anakku, aku sama sekali tidak berusaha menikmatinya. Karena bagiku, kenikmatanku dalam bercinta memang saat melihat laki-laki yang ada diatas tubuhku saat itu mengerang dan mencapai klimaksnya. Apalagi yang saat itu sedang menggagahi aku adalah anakku sendiri, yang otomatis sangat aku sayangi.
Sampai akhirnya anakku merintih padaku, "Bu, aku kebelet pipis."
"Ya udah, udhan aja, terus pipis. Nanti kasurnya bau pesing Dan habis itu bobo ya?" Jawabku pada anakku sambil membelainya yang meski begitu ia terus mengayuhkan pinggulnya dan penis kecilnya itu di dalam liang peranakanku.
"Nanti saja mah, kalo sudah mau keluar. Aku masih pingin naik turun." lanjut anakku dan membuatku tersenyum akan kepolosannya.
Waktu itu aku sama sekali tidak terpikir aneh-aneh meski gerakan anakku kurasakan semakin kuat dan cepat. Sehingga aku malah semakin lembut membelai rambutnya. Sampai akhirnya aku merasakan penis kecil anakku berkedut-kedut. Tanpa sadar pula otot-otot vaginaku merespon dengan kedutan itu dan berkontraksi menjepit penis kecil anakku.
Anakku kemudian menaikkan tubuhnya dan menumpukan beban tubuhnya ke kedua tangannya yang didirikan dikedua samping kepalaku. Penisnya dipaksa masuk lebih dalam, persis seperti saat ayahnya hendak orgasme dan hampir mendapatkan klimaksnya. Dan sekali lagi aku tidak merespon sampai sejauh itu. Dalam pikiranku waktu itu hanya melayani apa yang dilakukan anakku agar ia mau menurutiku tidur siang.
Kedutan penis anakku kurasakan semakin keras, dan sodokan penisnya didalam vagina yang telah melahirkannya pun semakin kasar dan memaksa agar bisa memasuki tubuhku lebih dalam lagi. Tanpa sadar aku membantunya dengan memegangi pinggulnya dan ikut mendorong-dorong bokongnya. "Ughh..." desahku menahan rasa yang kudapatkan dari anakku.
Dan akhirnya, "Cur.. Cur... Currrr.." Kurasakan ada cairan yang hangat membasahi rongga menuju rahimku. Rasanya deras sekali menyembur-nyembur dan panas. Anakku sendiri kelihatan menghentak-hentak hebat sampai mendongakkan kepalanya keatas sebelum akhirnya terkulai dalam pelukanku.
"Enghh... maaf mah. Aku tadi ngompol didalam memey mamah... Nanti bau." Kata anakku dengan nafas tersengal.
Aku yang memang merasakan anakku memang benar-benar kencing di dalam liang senggamaku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya. Sehingga aku menjawab dengan bercanda bersama mengatai dia jorok pipis sembarangan dan di mengatai aku tukang ngompol bau ompol (karena kondisi memekku kebanjiran dan merembes keluar deras cairan pipisnya yang banyak setelah dia sekolah hingga pulang belum pipis dan banyak....) sambil menyuruhnya agar cepat-cepat menyusu agar cepat tertidur siang, "Ya udah. Kalo gitu langsung bobo saja sekarang. Nih, biasanya sambil nenen aja nih kalo mau bobo? Atau mau mainan ketek tangan mamah atau kaki mamah (selangkangan) di jepit aja mksdnya"
Setelah ia tertidur diatas tubuhku, aku sempatkan lepaskan penis kecilnya yang belum mengkerut di dalam lipatan selangkanganku. Kudorong tubuh anakku agar menjauhiku. Dan saat aku hendak menyelimuti tubuhku dengan daster terusan dan sepraiku yang sudah acak-acakan sehabis melayani anakku bersetubuh denganku.


Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari mulut vaginaku. Waktu kulihat cairan yang keluar berwarna kuning agak bening, aku sadar dia kencing didalam dan masuk ke dalam rahimku.
Sangat banyak ...


Sekian
Kemungkinan ada lanjutannya di judul ini
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd