Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

BAB XVIII



MASALAH YANG SELALU SAMA




Ina tertidur lelap di mobil saat mobil sedang melaju di tol ke arah Cileunyi. Mereka berdua sengaja berangkat agak pagi, supaya siang tiba di Majalaya, dan bisa segera kembali di hari yang sama, karena alamat yang diberikan baru berbentuk ancar-ancar saja dan bukan alamat yang pasti.

Ina memang agak geram dengan Dadang ini. Waktu meminjam sangat ramah dan baik, dan ini sudah yang kedua kalinya. Yang pertama meski tertunda pembayaran tapi akhirnya di-bayarkan juga, namun yang kedua kali ini yang agak berbeda. Dan terbukti begitu join, istrinya pindah dari kontrakannya yang di Rawabadak, entah kemana. Nomor telpon mereka pun diganti dan sulit dilacak.

Perusahaan yang memberangkatkannya pun menolak memberi tahu alamat dan nomor telepon terbarunya Dadang. Itikad baiknya memang tidak ada, dan ini yang membuat Ina tambah emosi, padahal sebagai engineer di kapal Korea, Dadang gajinya mencapai US $ 5200 atau hampir 70 juta.

Meski praktek pinjam meminjam ini dilarang oleh Alex, tetap saja bagi Ina keuntungannya memang besar, meski uangnya entah kemana larinya. Dan meski sering dirugikan juga, tetap saja ini menguntungkan bagi Ina sebetulnya, makanya dia senang menjalankan bisnis ini, bagus dan ada uangnya, menurut dia.

“udah nyampe mana Pak?” tanyanya begitu dia terbangun

“udah di Pasteur, Bu…”

“oh…”

Lalu

“nanti keluar dimana?”

“di Gede bage aja….”

“oke….”

Kuswan masih konsentrasi dengan jalanan di-depan

“nanti kita mampir makan dulu….”

“baik Bu….”

“bapak tahu kan lokasinya?”

“lihat di map tadi sih Bu….”

“oke…”

“saya sudah kontak kawan saya di Kodim juga tadi untuk bantu….”

“baik Pak, buat back up aja….”

“iya Bu….”

Ina sebetulnya beruntung punya sopir pensiunan angkatan se-model Kuswan. Saat dia kasus dengan para pelaut waktu itu, kalau bukan Kuswan yang sering kawal dia, mungkin dia sudah diangkut oleh polsek. Namun pihak polsek tidak tahu jika Kuswan sebenarnya sudah tidak aktif lagi di kesatuannya.

Dan hari ini dia sengaja menggunakan jaket angkatannya dan baju lorengnya untuk jaga-jaga. Bagaimana pun masuk ke kampung orang dia harus jaga diri, apalagi dia membawa majikannya yang perempuan ini.

Ina sendiri memang baik ke karyawannya. Meski agak sombong dan tinggi hati karena berduit, namun dia royal ke bawahannya. Dan Kuswan yang tipikal pendiam dan menerima apa saja pemberian dari majikannya, hanya memilih menerima saja semua rejeki yang diberi. Gaji dan uang lembur dia pun termasuk bagus jika dibandingkan sopir-sopir perusahaan. Memang kadang dia harus menunggu berjam-jam jika majikan sedang ada urusan, namun buat Kuswan, ini hal biasa dan bukan urusannya, tugas dia hanya mengantar, memastikan majikannya selamat, dan terima gaji serta uang lemburan.

Setelah keluar dari tol Gedebage, mereka mampir sebentar untuk mengisi perut, karena waktu sudah siang hari, dan tepat jam 2 siang mereka melanjutkan kembali ke arah Majalaya yang tidak sampai sejam sudah bisa mereka jangkau.

Ternyata mencari rumah Dadang tidaklah mudah. Yang diberikan petunjuk itu tidak sesuai dengan aslinya. Kompleks yang diberikan oleh sumbernya Ina, tidak ada satu pun yang mengenal Dadang. Mereka berdua mutar-mutar pun gagal menemukan dimana rumah yang bersangkutan.

Setelah menunggu agak lama dan masih mencari dimana tepatnya, akhirnya Kuswan punya ide untuk melacak keberadaan Dadang. Facebook milik istrinya Dadang memang dilock dan diprivate, namun foto profilnya bisa diakses, dan latar belakang foto profilnya itu kemudian terdapat bangunan pertokoan yang komentarnya bisa dibuka dan dibaca, dan dari situlah Kuswan bisa tahu ancar-ancar dimana lokasinya.

Restoran di dekat RSUD Majalaya itu dengan mudah ditemukan oleh Kuswan. Dan sambil Ina menunggu di mobil, suasana yang sudah menjelang maghrib itu pun akhirnya membuahkan hasil, pemilik warung dekat resoran itu mengenal wanita tersebut, dan lewat dia lah rumah Dadang diketahui.

Uang sebesar 150 ribu diberikan oleh Ina untuk pemilik warung, yang meminta agar jangan bilang dari dirinya mereka tahu rumah Dadang. Dan selepas maghrib, mereka berdua pun merapat ke rumah yang ditunjuk, kebetulan menurut tetangga Dadang lagi sholat maghrib di mushola.

Dan saat dia kembali, Kuswan langsung merapat dan memepetnya. Dadang yang jadi 2 Eng di kapal kapal kaget, apalagi dengan kehadiran Ina. Makin kaget dia dan istrinya, termasuk keluarga besarnya, tidak disangka Ina akan sampai disitu melacak keberadaqannya.

Pembicaraan dari lembut hingga kasar pun terjadi diantara mereka.

Dadang dan istrinya menolak membayar sejumlah uang yang sudah disepakati dari awal.

Ina kesal bukan main, selain Dadang dan istrinya memblokir nomornya, mereka juga menghilang tanpa berita.

Karena kata sepakat tidak dicapai, meski waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, keluarga Dadang memanggil saudara mereka yang merupakan anggota polisi untuk menengahi. Karena Dadang hanya ingin membayar pokoknya saja 10 juta. Ina menolak, karena di perjanjian yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, total keterlambatannya yang sudah setahun lebih atau tepatnya 14 bulan, maka yang harus dibayar oleh Dadang ialah 24 juta , karena setiap bulan bunganya 10 persen.

“jangan disaat butuhnya bapak iyain dong…. giliran bayar banyak alasan…”

“ngga manusiawi…”

“harusnya saat tanda tangan di awal , ini sudah tanda tangan malah mau dibantah….”

Kedatangan sudara mereka yang anggota polisi, membuat Kuswan pun bertindak juga.,meski sudah keluar, namun KTAnya dia masih ada, dan itu yang membuat anggota polisi ini agak keder, apalagi saat Kuswan mengancam jika tidak selesai, dia akan menelepon teman-temannya yang dinas di Kodim yang sudah bersiap.

Ancaman Kuswan pun akhirnya membuahkan hasil. Dadang setuju untuk membayarkan, namun dia meminta keringanan agar bunganya cukup 10 bulan saja, sehingga total yang dia harus bayar hanya 20 juta. Itupun malam ini dia bisa kasih 10 juta dan besoknya 10 juta akan ditransfer.

Ina menolak, dia tetap meminta 20 juta yang sudah disepakati harus dibayar malam ini.

Akhirnya 10 juta ditransfer ke rekening Ina, dan 10 juta dibayarkan secara cash ke Ina dan Kuswan. Sehingga masalah ini pun selesai malam ini, dan waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, saat Kuswan dan Ina keluar dari kwasan rumahnya Dadang



*******************



“makasih yah Pak…” uja Ina saat mereka sudah di mobil arah baik

“sama-sama Bu….”

“untung ada bapak tadi, kalau ngga ribet….”

“aman Bu…. anggota polisi aja tadi yang ribet, makanya mereka berani…”

“iya bener…..”

Ina melepaskan nafas lega

“jam segini kita balik, jam berapa sampai di rumah?”

“jam 12 atau jam 1an palingan Bu….”

“waduh….”

Ina agak kasihan dengan kondisi Kuswan, meski dia terlihat kuat, namun dari pagi mereka jalan dan jam segini di jalan tol pasti berbahaya

“ini buat bapak…” Ina menyodorkan uang lelah untk Kuswan

“ngga usah Bu….”

“ngga apa-apa, bonus dari saya….”

Kuswan sambil menyetir masih agak menolak

“emang tugas saya jagain dan pastikan ibu selamat…..”

Ina agak tertegun dan terharu mendengarnya. Selama ini tanpa dia sadari Pak Kuswan ini memang banyak membelanya. Tidak rewel dan selalu iya, tidak pernah nanya yang aneh-aneh meski dia antar Ina kemana saja dia mau, kadang menunggu jika dia sedang dengan siapa, tanpa pernah dia mengeluh dan bertanya sedikit pun. Mental prajuritnya memang luar biasa

“ngga apa-apa Pak… ini rejeki kok…. saya bagi ke bapak….”

Kuswan hanya terdiam

“baik Bu…..”

“terima yah….”

“makasih Bu….”

Lalu

“Saya minta tolong saja jika bisa ditransfer ke istri saya sebagian….” ujar Kuswan pelan

“oh gitu, boleh…. ini ada sejuta buat bapak saya kasih, ke istri saya kirim berapa?”

Kuswan kaget

“kebanyakan bu…”

“udah, ngga usah bantah ah…..”

Kuswan akhirnya ok

“500 aja Bu….”

“oke….”

Sisanya lalu dikasih ke Pak Kuswan.

“makasih banyak Bu, berkah buat ibu dan bapak….”

“iya, sama-sama…”

Ina agak menyesal juga kurang memperhatikan anak buahnya ini. Padahal loyalnya luarbiasa. Pengabdiannya pun sangat bagus.

“bapak masih kost ditempat situ?”

“masih Bu…”

“berapa disitu?”

“400 Bu….”

“bagus kamarnya?”

“yah buat tidur sama mandi saja Bu….”

Ina tertawa

“jadi berapa bulan sekali balik?”

“yah terakhir pulang 3 minggu lalu Bu…..”

“istri di Banten yah?”

“iya Bu, di Pandeglang…..”

“oke-oke… kapan-kapan ajak istri kesini…”

“iya Bu….”

“bapak kebalik sama saya, saya jawa suami sunda, kalau bapak Jawa istri Sunda yah….”

“betul Bu, cuma saya besar ikut bapak sama ibu di Lombok, karena bapak lama dinas disana….”

“oh oke….”

Lalu

“pak, kita cari hotel saja yang dekat sini deh… besok baru kita lanjut….”

“baik Bu…”

“takut bapak ngantuk….”

“asal bisa istirahat di rest area sih ngga apa-apa Bu, sejam tidur kita jalan lagi….”

“jangan ah, mana enak istirahat kayak gitu….”

“baik Bu…”

Dia lalu menelepon si Mbak memberitahu dia tidak pulang, masih ada urusan dan besok baru balik.

Tiba-tiba dia teringat, dia memang membawa koper yang berisi baju di bagasi, selalu dia siapkan jika jalan agak jauh mengantisipasi keringat dan juga jika ada acara menginap seperti ini, tapi Kuswan kan tidak punya baju ganti.

“nanti mampir dulu Pak, ke toserba atau mini market yang agak besar yah…..”

“baik Bu….”

Kuswan memilih daerah sekitar BuahBatu agar nanti besok mereka mudah keluar dari hotel langsung masuk tol.

Tidak lama kemudian Ina muncul, lalu menyodorkan tas kresek ke arah Kuswan

“itu celana pendek dan celana dalam bapak, ada sabun cair sampo, sama roll on juga….”

Kuswan agak kaget

“ngga bawa baju ganti kan?”

“iy iya Bu….” agak malu Kuswan

“ayo jalan…..”

Mereka lalu berputar lagi mencari hotel terdekat yang cocok dengan selera Ina.

Sudah hotel yang keempat mereka mampir, semua full.

“gila, ada cara apa ini hari di Bandung sampe hotel-hotel penuh semua….”

Sampai ke hotel yang kelima, juga penuh. Ada satu kamar tersisa kamar deluxe one bed.

“ibu saja yang tidur, nanti saya di mobil deh…..”

Ina pun bingung jadinya, namun dia nanti pikir jika muter lagi dan belum dapat, bisa -bisa pulang Jakarta saja sekalian, sedangkan badannya sudah lengket sekali rasanya.

“oke, ini saja yang saya ambil…..”

Ina lalu segera membayar kamar seharga 365 ribu rupiah, dan naik keatas, meletakkan kopernya.

Dia teringat Kuswan sopirnya. Kasihan juga jika dia harus tidur di mobil. Ina lalu menelepon ke resepsionis menanyakan jika ada tempat untuk para sopir istirahat, namun disini ternyata tidak ada, bahkan kamar mandi umum pun tidak tersedia.

Akhirnya Ina pun memilih untuk memesan extra bed, supaya Kuswan tidur disitu saja. Kasihan juga dia melihat sopirnya yang dari pagi sudah lelah menyetir lalu tidur di mobil, rasanya tidak tega juga.

Kuswan awalnya menolak ide Ina, dia malu hati dan tidak enak sebetulnya, namun karena takut Ina mengomelinya, dia akhirnya pun mengiyakan untuk tidur sekamar dengan Ina, namun di extra bed dibawah atau di lantai.

Saat dia masuk, Ina sudah berganti baju dengan daster tidur. Ina agak tersiksa sebetulnya, karena dia kalau tidur itu pasti buka behanya, namun kali ini karena ada Kuswan, dia mau tidak mau harus pakai behanya.

“mandi pak….”

“iya Bu….” agak malu Kuswan

“saya numpang mandi saja Bu, nanti saya istirahat di luar…..”

“udah sih, bawel bapak ini…. nanti tidur ngga nyenyak, besok nyetir ngantuk…..”

“baik Bu…..”

Kuswan lalu minta ijin ke kamar mandi

“itu handuk Bapak….” memang hotel menyediakan dua handuk

“makasih Bu….”

Kuswan lalu membuka jaketnya

“ijin Bu…..”

“iya….”

Dia lalu membuka kaosnya, dan Ina kaget melihat bentuk tubuh Kuswan. Di usia yang menginjak 50 tahun, badannya masih berbentuk bagus seperti instruktur fitnes, dan karena selama ini dia pakai baju atau kemeja longgar, tidak terlihat ototnya, dadanya pun terliht berbulu.

Kuswan lalu mandi di kamar mandi, sementara Ina masih sibuk membalas whatsapp. Dia juga melaporkan ke suaminya jika dia baru saja menyelesaikan urusan di Bandung, dan akan pulang malam ini.

Hanya dibalas OK dan hati-hati.

Meski dia tahu Alex sakit hati dan mungkin masih kecewa, namun Ina tidak ingin memperpanjang urusannya. Dia tahu Alex semarah marahnya juga pasti akan lumer dengan sendirinya menghadapinya. Dia sudah mengunci semua hati Alex, dan dia yakin kunci itu akan terus bekerja dan membuat Alex tidak akan meninggalkannya.

“Pak, boleh tolong tanya sama resepsionis ngga, atau satpam dibawah, ada tukang pijit ngga?”

“buat Ibu?”

“iya….. pegel banget nih saya…”

“oke Bu….”

Kuswan pun keluar dari kamar, dengan kaos yang kekecilan dan celana pendek yang agak ketat memang terlihat lucu, karena Ina membelinya tanpa mengecek secara detail ukurannya Kuswan

Bu, ada mintanya 400

Whatsapp dari Kuswan

Gila apa? Masa mijit di Bekasi aja palinagn cepe disini 400, yang mijit siapa?

Cewe masih muda katanya Bu

Halah, itu mah cabe-cabean mijit plus2

Iya, kalau tenaga ibu-ibu pada susah carinya

Ya sudah lah Pak, naik aja


Kuswan pun naik ketas

“maaf Bu… pada ngga ada….”

“iya ngga apa-apa, besok aja Mak Oti nanti saya panggil ke rumah…”

Mak Oti adalah tukang pijit langganan Ina

“pegel banget ibu?”

“iya Pak…. kelamaan duduk, trus udah lama ngga dipijat juga sih….”

Kuswan hanya terdiam sesaat, lalu

“kalau kaki, saya bisa mijitnya Bu….”

Ina kaget mendengarnya

“boleh deh Pak….. bapak belum ngantuk kan?”

“belum Bu…..”

“iya pegal banget soalnya…”

Ina lalu berdiri dari kasur, dasternya yang menutupi badannya sebenarnya agak tipis, sehingga garis celana dalamnya terlihat.

Dia duduk di sofa kecil di kamar, sedangkan Kuswan lalu duduk di pinggir kasurnya atau extra bed yang dipesan oleh Ina tadi sebagai tambahan.

“pegel kaki saya…..”

dia lalu menyodorkan kakinya ke arah Kuswan

“maaf yah Bu…”

“iya Pak….”

Tangan legam dan keras ala prajurit Kuswan, rasanya terlalu kekar untuk kaki mungil milik Ina.

“aduh pelan-pelan Pak….”

“maaf Bu….” kuswan menyadari tenaganya terlalu besar untuk Ina

Lalu

“nah itu pas banget…..”

Rasa enak dan lega mulai menjalari otot-otot telapak kaki Ina, pijatan dengan tenaga yang mungkin hanya sepermpat dari tenaga Kuswan sudah cukup membuat aliran darah di kaki Ina pun kini bergerak lancar.

Betis mulus dan sebagian paha Ina yang muncul di depannya memang berbeda dengan paha istrinya yang sudah keropos dan menua di rumahnya. Ini betis yang terawat dengan licin dan baik, kakinya pun tidak ada bau sikil, yang ada bau harum sabun dan lotion yang tercium, membuat hidung Kuswan pun jadi lega dan terasa beda.

“enak Pak….. bisa juga bapak mijitnya…..”

“biasa aja Bu… dirumah istri juga saya yang suka mijit….”

“oh gitu yah…”

“maklum Bu, bekas tentara, sering disuruh mijitin senior dulu….”

Ina tertawa mendengarnya

Wajahnya memang agak dingin dan jarang menyapa orang. Dia selalu serius dalam hal bekerja, namun ototnya yang terlihat dari balik kaosnya yang ketat itu, terlihat kekar dan berisi.

“bapak suka fitnes yah?”

“ngga Bu, mahal kalo fitness, saya olahraga sendiri aja, lari pagi-pagi selesai subuh, pushup dan sit up sendiri…..”

“oh….”

Pantas aja badannya masih bagus, dan urat-urat tangannya pun terlihat kokoh dan kuat

“jadi di kostan bapak masak sendiri?”

“iya Bu, saya palingan beli sayuran, saya ngga makan gorengan….”

“nasi?”

“dikit Bu….”

“biar hemat yah….”

“iya gitu Bu….. hahahahah…” Kuswan tertawa kecil

“makasih yah tadi…”

“iya Bu, itu tugas saya kok, pastika ibu selamat….”

Ina tersenyum

“termasuk membuat kaki saya nyaman dan tidak pegal….”

Kuswan tertawa

“jika saya bisa, saya pasti bantu Bu…..”

Ina merasa nyaman dengan pijatan dan perlindungan dari Kuswan. Dia seperti luput memperhatikan sopirnya yang selama ini seperti herder penjaganya, yang selalu setia mengantarnya kemana saja dia mau, bahkan dengan alasan meeting di hotel pun pernah sering dia tungguin.

“betisnya Pak…..”

“iya Bu….”

Kuswan lalu mencoba meluruskan kakinya Ina, dan mulai memijit area betisnya dengan perlahan. Ina sambal setengah meringis, namun menikmati sekali pijitan dari Kuswan

“enak.....”

Paha mulus Ina mau tidak mau sedikit terekspose, bahkan sempat celana dalamnya yang berwarna putih itu terlihat sekilas. Apalagi saat badan Ina yang sedikit bersandar ke sofa sambal sedikit meringis, membuat dadanya jadi agak menonjol, dan celana dalamnya kembali terlihat.

Pria normal dan sudah beberapa minggu tidak merasakan nikmatnya bercinta dengan istrinya, membuat celana Kuswan jadi mulai sesak. Bagaimana-pun dia laki-laki normal dan punya hasrat, melihat mulusnya paha Ina, dan celana dalamnya yang terlihat mengintip, tak pelak batang nya juga ikut bereaksi.

“pake lotion biar lebih enak....”

Kuswan berhenti sejenak

Ina lalu bangkit, mencari lotion di meja dan di tasnya

“aduh Pak, kayaknya di mobil deh, body lotion, Namanya body care lotion, warna putih... ada di belakang bagasi kayaknya di tas kecil disana....”

Oke Bu, saya turun ambil dulu....’

Kuswan lalu turun lebih dahulu ke parkiran untuk mengambil lotion milik Ina di mobil yang terparkir di basement hotel. Dan karena celananya tadi keburu mengembang dan batangnya sudah keburu menegang, Kuswan lalu memutuskan mampir ke wc umum dibawah.

Dia lalu melakukan ritual 5-1 untuk meredakan tensinya yang sudah naik akibat memegang betis mulus majikannya barusan. Apalagi saat melihat busungan dada indah yang masih terbungkus rapih, dan celah celana dalam Ina, rasanya titit Kuswan sulit untuk berkompromi, dia segera buang dulu hajatnya agar tidak mengganggu kepalanya nanti. Setidaknya agar reda dan sedikit lega, agar nanti saat memijit majikannya tidak lagi berjendol selangkangannya.
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd