Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ADU DOMBA [LKTCP 2021]

NUZULA22

Semprot Lover
Daftar
10 Dec 2020
Post
284
Like diterima
1.284
Bimabet
ADU DOMBA

Pertengahan tahun 1940 an. Tahun dimana Belanda masih menjajah Bumi Pertiwi dengan kekejamannya. Hampir segala tempat dikuasai oleh Kolonial Belanda, tak terkecuali daerah tempat tinggal Usman.

Usman adalah pemuda berusia 19 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai penggembala domba milik keluarganya yang tinggal di Desa Ini, Kecamatan Bungul, Kabupaten Comal.

Pagi itu, seperti biasanya Usman hendak berangkat untuk menggembalakan dombanya ke pinggir desa yang merupakan padang rumput di tepi sungai.

Awalnya tak ada yang mencurigakan, semua terlihat biasa saja. Ketika dia sampai ke padang rumput, dia kemudian duduk santai di atas batu yang mengarah ke jembatan yang mengarah ke desa sebelah

Tak lama kemudian, terlihat ada belasan truk tentara yang melintas di jembatan dan bergerak mengarah ke desanya. Usman sudah cemas. Karena selama dia hidup, desanya tak pernah kena imbas penjajahan yang dilakukan oleh kompeni. Sudah dipastikan ini merupakan tanda akan terjadi sesuatu yang buruk. Usman langsung bergegas menuju ke rumahnya tanpa memperdulikan nasib domba miliknya.

Di depan pintu masuk desa, Usman melihat salah satu truk berhenti di depan rumah kepala desa bernama Ki Harjo diikuti berhentinya semua truk tentara di belakangnya. Dua orang turun dari kepala truk, satu orang pribumi yang bertopi dan satu orang tentara Belanda. Muka si pribumi tak terlihat jelas oleh Usman. Mereka menemui Ki Harjo yang ternyata seperti sudah menunggu kedatangan Tentara Belanda tersebut. Kebetulan rumah Ki Harjo berada di pintu masuk ke desa.

"Bagaimana Ki Harjo, apakah pesan yang kami kirimkan sudah anda terima?" Tanya orang pribumi yang berpihak ke Belanda. Ucapannya terdengar oleh Usman karena dia berjongkok dan bersembunyi dibalik semak belukar samping rumah Ki Harjo.

"Sudah. Silahkan saja ambil apa yang ingin kalian ambil, asalkan apa yang anda janjikan sudah disiapkan." Jawab Ki Harjo dengan sumringah.

"Tenang Ki Harjo. Kami sudah menyiapkan 3000 gulden untuk Ki Harjo. Ayo ikut kami ke dalam truk itu." Ucap si pengkhianat bangsa dan menunjuk ke arah truk yang tadi ia tumpangi.

Ki Harjo pun menurut dan berjalan di depan dua orang lawan bicaranya dengan muka yang tampak sumringah. Belum lima langkah dia berjalan, Tentara Belanda yang tadi turun mengambil senjata api yang ada di pinggangnya, dan..

DORR.

Ki Harjo tergeletak setelah kepalanya ditembak dari belakang oleh Tentara Belanda tadi.

"Menyusahkan saja, ayo kembali ke truk dan berangkat." Ucap pengkhianat bangsa dengan santainya.

Mereka berdua pun naik kembali ke dalam truk dan kembali menjalankan truk masuk ke dalam desa diikuti oleh belasan truk di belakangnya.

Usman pun bergegas menuju ke rumahnya dengan tujuan memberitahukan keluarganya agar segera melarikan diri.

Apesnya, di tengah perjalanan dia tersangkut tali perangkap yang seharusnya diperuntukkan untuk hewan buruan.

'Duh, malah kena perangkap lagi.' Keluhnya dalam hati.

Cukup lama dirinya mencoba melepaskan tali perangkap. Sampai akhirnya,

'Nah, sudah selesai. Semoga saja masih sempat.' Harapnya cemas.

Belum sempat sampai ke rumahnya, dia mendengar rentetan tembakan dari arah rumah-rumah warga.

"TOLONG!!"

DOR, DOR, DOR.

"LEPASKAN SAYA, LEPASKAN!!"

DOR, DOR, DOR.

"LARI BU, LARI!!"

DOR, DOR, DOR.

Setiap teriakan diikuti juga dengan suara tembakan beruntun. Hati Usman gelisah, dia mengkhawatirkan keadaan keluarganya. Dengan hati-hati dia mencoba melihat apa yang terjadi disana.

Niat Usman untuk melihat apa yang terjadi mungkin adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dia melihat warga desa dibunuh dengan cara keji. Para pria dibunuh dengan cara ditembak atau dibakar. Dia juga melihat bapaknya, Pak Harun, diinjak dan diacungi pistol oleh Tentara Belanda.

"Bangsat kalian, dasar kompeni bajingan."
Maki Pak Harun dengan menggebu-gebu.

"Vaarwel ouders." (Selamat tinggal orang tua.) Ucap si tentara. Dan,

DORR,

Pak Harun seketika menemui ajalnya dengan cara yang kasar. Terlihat darah menggenang di sekitar kepala miliknya yang bocor ditembak peluru.

'Selamat jalan, Pak. Maaf kalau Usman punya salah.' Ucap Usman dalam hati. Melihat orang tua sendiri dibunuh dengan keji bukan keinginan siapapun, termasuk Usman. Namun, dirinya hanya bisa berdo'a supaya Bapaknya ditempatkan di tempat terbaik disisiNya.

Usman pun hanya bisa menangis di dalam hati, dirinya merasa belum bisa melakukan perlawanan untuk saat ini. Sekarang, dirinya berjalan menuju ke rumahnya.

Di tengah perjalanan, Usman justru melihat hal yang tak dia inginkan. Dirinya melihat seorang wanita yang dia sukai diperkosa dengan cara kejam di depan matanya. Wanita itu bernama Minah yang berusia sama dengannya.

"Ahhh, jangan, tolong. Ahh, ahh."

Minah diperkosa dengan posisi menungging. Dia disodok oleh orang Indonesia yang ternyata tadi berbicara dengan Ki Harjo. Muka sang pengkhianat masih belum jelas terlihat oleh Usman

"Enak kan cantik? Jangan bohong loh." Ucap orang itu sambil menjambak rambut Minah dengan keras sampai Minah terlihat seperti ditunggangi.

"Ahh, umhh." Mulut Minah disumpal dengan kontol panjang milik Tentara Belanda.

Tak berselang lama, Si pengkhianat posisinya digantikan oleh Kompeni lainnya yang rasa-rasanya juga ingin mencicipi tubuh Minah.

"Mooi meisje." (Perempuan yang cantik.) Ucap Kompeni dengan penuh nafsu dan menurunkan celananya. Dan,

BLESSHH

Sebenarnya Usman tak mendengar suara bunyi pertemuan antara memek Minah dan kontol milik Kompeni tadi. Tapi, karena dia melihat dengan jelas apa yang terjadi tadi. Suara pertemuan memek dan kontol tadi seakan menjadi suara yang keras, nyaring, dan berdenging buat Usman. Suara yang seakan menghujam jantungnya dengan perlahan.

"Ahhhhh, ahh, ummm sakittt." Suara Minah terdengar pilu, tanda bahwa dirinya begitu tersiksa dengan perkosaan ini.

PLOK, PLOK, PLOK.

Dengan posisi menungging, Tentara Belanda tersebut dengan mudah menghujami memek Minah.

"Ahh, ahh."

"Deze teef is heerlijk." (Enak sekali jalang ini)

"Ahh, ahh. Sakitt."

"Is mijn lul goed?." (Apakah penis saya enak?)

"Ahh, ahh."

Tak lama kemudian, si tentara tadi orgasme dan menghujani lubang memek Minah dengan semburan mani miliknya.

Minah pun tiba-tiba jatuh pingsan setelah diperkosa secara brutal. Usman yang melihat itu hanya bisa diam membisu, dia tak tau apa yang harus dirinya lakukan.

-
Tak hanya Minah yang mengalami adegan menyakitkan tersebut. Ternyata ada puluhan wanita muda lainnya yang mengalami hal serupa. Termasuk kakak perempuannya yang bernama Narti diperkosa oleh Tentara Belanda di tempat berbeda.

"ZItten!!" (Duduk!!) Ucap seorang pribumi yang membelot ke penjajah.

"Ahh, apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Narti dengan perasaan was-was dan takut.

"Ze is zo mooi." (Cantik sekali dia.) Ucap seorang Tentara Belanda kepada temannya.

"Ja, ook sexy." (Benar, seksi juga.) Timpal temannya.

"Wij verkrachten?" (Kita perkosa?)

"Kom op." (Ayo.)

Tiba-tiba saja, kedua Tentara Belanda tadi langsung merobek baju yang dipakai oleh Narti.

"Ahh, apa yang kalian lakukan, dasar bajingan!" Maki Narto yang mencoba memberontak.

"Zwijg jij teef!" (Diam kau jalang!) Bentak salah satu diantara mereka.

SREETT

Baju yang dipakai Narti pun robek semuanya, hanya menyisakan kutangnya saja.

"Je borsten zijn ook groot." (Payudaramu besar juga.) Ucap yang lainnya sambil meremas payudara milik Narti. Sedangkan satunya lagi sedang melucuti pakaian miliknya dan melempar pakain miliknya ke segala arah.

"Ahh, jangan perkosa saya." Ucap Narti memelas.

Tanpa babibu, tentara tadi yang sudah telanjang langsung menyosor bibir milik Narti dengan kasar dan mendorongnya sampai tertidur di tanah. Sedangkan tentara satunya sedang melucuti rok batik milik perempuan malang tadi.

"Je hebt altijd van het anale gaatje gehouden." (Kau selalu menyukai lubang anus.) Ucap tentara yang bugil.

"Het anale kanaal is beter dan de vaginale opening." (Lubang anus lebih enak daripada lubang memek.) Jawab temannya.

"Zo ben je altijd, bro." (Kau selalu begitu, bro.)

"Hahaha." Dan mereka tertawa bersama.

Narti yang tak tau apa yang dibicarakan oleh mereka hanya bisa diam dan menunggu apa yang akan mereka lakukan kepada dirinya. Sekarang, yang ada dipikirannya hanya ingin nyawanya selamat.

Setelah kedua Tentara Belanda tertawa, mereka pun mencoba memasukkan kontol mereka masih-masing masuk ke lubang memek dan lubang anus milik Narti.

"Ahhhhh." Terdengar Narti menjerit dengan keras. Terlihat sekali dia kesakitan.

"Ahh, ahh, uhh." Narti kembali mendesah setelah kedua tentara tadi sudah mulai memaju mundurkan kontol mereka ke dalam kedua lubangnya.

"Ik wil uitgaan." (Aku mau keluar.) Ucap salah satu diantara kedua tentara setelah cukup lama berada di posisi threesom tersebut.

"Ahh, ahh."

"Ik ook." (Aku juga.) Ucap yang lainnya.

"Laten we haar gaatje nat maken." (Ayo kita basahi lubang dia.) Timpal tentara sebelumnya. Dan,

CROTT, CROTT

Kontol mereka berdua memuncratkan mani mereka masing-masing ke kedua lubang yang dimiliki Narti.

"Ahh." Desah lega Narti karena dia juga mengalami orgasme. Setelah itu Narti Pun jatuh pingsan di tanah.

"Laten we hem nemen. we maken seksslavinnen." (Kita bawa aja dia. Kita jadikan budak seks.) Ucap salah satu tentara tadi sambil memakai pakaian miliknya.

"Ja, het is goed voor de lustbevrediging." (Ayo, lumayan untuk pemuas nafsu.) Sahut yang lainnya sambil mengambil senjata miliknya.

Mereka pun menggotong tubuh Narti yang tanpa busana tersebut menuju ke salah satu truk.

-

Ketika para wanita muda diperkosa oleh para kompeni. Berbeda dengan apa yang dialami oleh para wanita yang sudah tua. Mereka akan langsung menemui ajal mereka, seperti yang dialami oleh Ibu Harti, Ibu dari Usman.

BRUUK.

Ibu Harti didorong oleh salah satu Tentara Belanda sampai terduduk di tanah.

"Aduhh. Pakk, ampuni saya pak. Saya tidak tau apa-apa." Ucap Ibu Harti memelas.

"Ahh, banyak ngomong kamu itu." Ucap seorang tentara yang ternyata juga rakyat pribumi. Dia mengarahkan pistol pendek miliknya ke kepala belakang Ibu Harti.

"USMAANN, TOLONG IBU, NAKK." Teriak Ibu Harti. Dan,

DORR

Sekali tembakan pistol membuat kepala Ibu Harti bolong seketika dan ambruk jatuh ke tanah.

Usman yang tadinya tengah menyaksikan pemerkosaan Sunarti tiba-tiba mendengar teriakan memanggil namanya.

'Mirip suara Ibu.' Ucapnya dalam hatinya.

Usman seketika berlari ke arah teriakan yang memanggil namanya tadi.

Usman akhirnya melihat siapakah yang memanggilnya tadi. Ketika dia melihatnya, seketika hatinya kembali hancur. Dia melihat jasad Ibunya yang mengenaskan. Terlebih lagi tempurung kepalanya bolong mengeluarkan darah.

Dia langsung berlari ke arah Ibunya dengan perasaan campur aduk. Tetapi dia dihentikan langsung oleh Tentara Belanda.

"Wat wil je!" (Kau mau apa!) Bentak Tentara Belanda.

"Minggir, bangsat. Dia ibuku!" Bentak balik Usman yang emosi. Dia pun berlari ke arah sang Ibu dengan tangis yang sudah pecah.

"Ibuu, hiks, hiks." Tangis Usman semakin pecah ketika dia menggendong jasad ibunya yang sudah tak bernyawa.

"Maafin aku, Bu. Belum bisa melindungi kalian semua, hiks. Bapak sudah meninggal. Mbak Narti entah dimana. Sekarang, Ibu juga nyusul Bapak, hiks." Ucap Usman dengan tangis yang semakin kencang. Sedangkan para Tentara Belanda yang berada di sekelilingnya hanya melihat dan tak melakukan apapun.

Tak berselang lama, Usman perlahan-lahan menurunkan jasad sang Ibu. Setelah itu dia berdiri dan menghadap ke belakang. Tampak ada belasan tentara, baik Tentara Belanda asli maupun Tentara Pribumi yang membelot.

"Dasar bajingan keparat! Kalian sudah membunuh keluargaku. Darah dibalas darah, Nyawa dibalas nyawa. Bangsat!" Ucap Usman dengan emosi dan diakhiri berlari ke arah para tentara dengan cepat.

BUGHH, BUGHH.

Usman memang memiliki latar belakang silat yang diajari oleh bapaknya dulu. Dia pun menggunakan teknik silat tersebut untuk menyerang musuh yang sekarang berada di depannya.

Para tentara yang menjadi lawan Usman tak bisa mengeluarkan tembakan, karena mereka takut tembakan tersebut justru mengenai rekan sendiri.

Perkelahian tak sebanding pun tak terhindarkan. Usman melawan belasan orang bukan hal yang adil. Namun, terlihat justru Usman berada di atas angin dengan ilmu silatnya.

Satu orang tumbang.

Dua orang tumbang.

Tiga orang tumbang.

Sekarang, Usman berhasil menumbangkan tiga tentara. Namun, secara tak diduga dari arah belakangnya ada sebuah tendangan yang menyebabkan dia terjerembab ke depan.

"Ternyata ada juga yang ahli silat disini." Ucap seseorang yang berhasil membuat Usman jatuh. Usman pun melihat kebelakang dan melihat siapa orangnya.

"Pakde Sabiq?!!!" Ucap Usman kaget bukan kepalang.

Bukan tanpa alasan kenapa Usman bisa kaget, karena Sabiq adalah kakak dari Bapaknya Usman, Pak Harun. Sabiq juga mempunyai ilmu silat yang sebanding dengan bapaknya. Sabiq juga adalah ketua dari Tentara Belanda yang menyerang ke desa tempat tinggal Usman.

"Apa kabar Usman? Bagaimana kabar Bapakmu? Oh iya, lupa kalau bapakmu sudah aku tumbangkan, hahaha." Ucap Sabiq yang mencoba memprovokasi emosi Usman.

"Jadi, Pakde yang berhasil membunuh Bapak?" Tanya Usman yang perlahan berdiri.

"Menurutmu?" Tanya Sabiq yang justru balik bertanya.

"Kalau memang begitu ceritanya. Sekarang aku sudah tak segan akan membunuhmu, Pakde." Ucap Usman dengan emosi.

"Hahaha. Kamu masih bocah bau kencur, Man. Mana mungkin bisa membunuhku." Sahut Sabiq.

Tiba-tiba, Usman langsung berlari dan mencoba menghajar Sabiq dengan tangan kanannya. Namun, Sabiq yang sudah berpengalaman dengan mudah menangkis pukulan Usman dengan tenang.

Sekarang, Sabiq melancarkan serangan mencoba memukul perut Usman. Namun Usman berhasil mundur menjauh.

"Kalian semua, jangan ada yang ikut campur pekelahianku dengan keponakanku sendiri." Perintah Sabiq kepada para tentara.

Tak berselang lama, keduanya pun kembali saling serang, saling pukul, dan saling tinju untuk menumbangkan lawan mereka masing-masing.

Ternyata, Sabiq tak butuh waktu lama untuk menumbangkan Usman. Pengalaman yang dimilikinya dalam perkelahian menjadi penentu kemenangan.

Usman sendiri menderita luka yang cukup serius. Tangan kanannya patah, hidungnya patah, dan mata kanannya bengkak dan membiru. Dirinya sekarang didudukkan di sebuah pohon oleh Sabiq

"Bagaimana, Man. Kamu itu bukan tandinganku." Ucap Sabiq

"Diam kau, dasar bajingan. Cuihh." Ucap Usman diakhiri meludah yang mengenai muka Sabiq.

BUGHH.

"Maaf, Man. Tak sengaja tadi aku memukulmu, hehe." Ucap Sabiq setelah memukul Usman yang meludah ke mukanya. Mulut Usman kembali berdarah setelah dipukul oleh Pakdenya.

Sabiq pun kemudian berdiri dan melihat sekeliling. Terlihat ratusan mayat berserakan. Mungkin, kekejaman ini akan berakhir sebentar lagi.

"Oh ya, Man. Untuk kali ini aku akan mengampunimu. Namun, jika nanti kamu kembali berurusan lagi denganku. Aku sudah tak segan lagi untuk menyiksa dan membunuh mu." Ucap Sabiq dengan muka serius.

Usman hanya bisa terdiam. Dia cukup kaget dengan perubahan Pakdenya. Yang dia tau Pakdenya orang suka bercanda dan santai, bukan orang yang serius seperti sekarang ini. Pakdenya yang sekarang terlihat seperti pembunuh berdarah dingin yang siap membunuhnya kapan saja.

Sabiq langsung berdiri dan menyuruh para tentara untuk kembali ke markas dan menghentikan penyiksaan kepada para warga desa yang masih hidup.

"Oh iya, Man. Kakakmu sama kekasihmu aku tawan dulu ya. Aku pengen mencicipi mereka lebih lama, hahaha." Ucap Sabiq dengan santai dan berjalan menjauh.

Sabiq tau kalau Minah adalah kekasih Usman karena dulu dia pernah diberitahu oleh Usman sendiri yang curhat tentang perasaanya kepada Minah.

Usman hanya diam dan melihat Pakdenya menjauh. Dalam hatinya dia berjanji. Mulai sekarang, dia akan ikut melawan Belanda dan membalaskan dendam keluarganya kepada Pakdenya.

Dia berjanji.
 
3 tahun kemudian…

"Mulyo, bagaimana situasi di jalan? Apakah sudah ada tanda-tanda kedatangan 'mereka' ?" Tanya seorang laki-laki berambut hitam sebahu.

Laki-laki itu adalah Usman. Ya, sekarang Usman sudah berusia 22 tahun. Dia sekarang lebih terlihat gagah dan kekar serta rambut yang gondrong. Semua ini akibat dari kejadian tiga tahun lalu.

-

Tiga tahun lalu, ketika dia hanya berdiri mematung melihat para penjajah dan penjilat yang pergi dengan suka cita meninggalkan dirinya sendirian.

Beberapa waktu setelahnya, dirinya yang merasa tenaganya sudah pulih mencoba berdiri dan berjalan. Namun, ketika dia berdiri dia bingung kemana arah yang ingin dituju. Tak lama kemudian, datang seorang laki-laki sebayanya yang baru datang dari arah hutan.

Orang tersebut sebelumnya hanya berjalan biasa, namun ketika dia sudah melihat bahwa desa tempat tinggalnya sudah menjadi sarang mayat sontak membuatnya kaget. Dia pun langsung berlari menuju rumahnya untuk melihat keadaan keluarganya. Sesampainya di halaman rumahnya, dia hanya terpaku melihat Ayah dan Ibunya telah meninggal dengan keadaan kepala yang putus.

Usman yang melihat kejadian tersebut mencoba menghampiri si laki-laki dengan susah payah, karena hampir semua badannya serasa retak dan lemas.

"Sudahlah, Mul, biar mereka tenang di alam sana. Tugas kita cuma membalaskan dendam mereka." Ucap Usman sambil menepuk bahu laki-laki tersebut yang bernama Mulyo.

"Eh, kamu selamat, Us? Loh, kok? Tangan kananmu kok patah? Terus ini kenapa mukamu babak belur gini?" Kaget Mulyo yang melihat keadaan Usman yang tadi baru bertarung dengan Pakdenya sendiri, Pakde Sabiq.

"Tenang, Mul. Aku tidak apa-apa, santai saja. Aku tadi cuma berkelahi. Eh. Ternyata kalah, hehe." Ucap Usman mencoba bercanda.

"Bah, kamu ini suka bercanda Us. Sebenarnya siapa yang menyerang desa kita, Us?" Tanya Mulyo.

"Siapa lagi kalau bukan penjajah. Mereka yang menyerang dan membunuh warga desa. Aku sendiri tidak tahu apa alasan mereka melakukan ini semua." Jelas Usman kepada Mulyo.

"Terus, yang korban hidup cuma kamu?" Tanya Mulyo.

"Iya. Dan mungkin hanya diriku saja yang masih selamat." Ucap Usman pilu sambil melihat sekelilingnya yang diikuti oleh Mulyo.

"Terus, bagaimana keadaan Minah?" Tanya Mulyo. Mulyo adalah satu-satunya tempat curhat Usman selain keluarganya tentang perasaannya kepada Minah. Usman memang terlalu malu untuk mengungkapkan perasaanya kepada sang pujaan hati.

"Dia dibawa oleh 'mereka', dan 'mereka' dipimpin oleh Pakde Sabiq." Terang Usman.

"Pakde Sabiq?! Jangan bohong kamu, Us, dia kan Pakde kamu sendiri. Mana mungkin dia tega membunuh keluarganya sendiri."

"Aku tidak bohong, Mul. Selain membawa Minah, dia juga membawa Mbak Narti."

"Udah gila tuh mereka. Padahal selama aku hidup, kayaknya kita tidak pernah kena imbas penjajahan. Tapi, sekali kena imbas malah habis semua." Ungkap uneg-uneg yang diutarakan oleh Mulyo.

"Kamu benar, mungkin ini saatnya kita ikut membantu pribumi lainnya mengusir kaum penjajah bedebah macam mereka." Ucap Usman dengan emosi yang tertahan.

"Terus? Kita sekarang harus apa?" Tanya Mulyo.

"Bagaimana kalo kita susuri saja kabupaten kita, siapa tau bupati ikut terlibat." Usul Usman yang diangguki oleh Mulyo. Mereka pun berjalan menyusuri jalan takdir yang akan mereka lalui

-

Sejak saat itu, mereka berdua beriringan untuk membalaskan dendam atas kekejaman yang dilakukan oleh penjajah kepada keluarga mereka.

Sejak itu pula mereka menyusuri setiap desa yang kiranya habis dibantai oleh penjajah. Mereka merekrut para korban selamat yang juga memiliki misi yang sama, yaitu membalaskan dendam kepada Belanda.

Sekarang, mereka sudah mempunyai 50 anggota termasuk Usman dan Mulyo. Mereka menamainya dengan nama Tim Senyap, sebab taktik yang mereka gunakan adalah taktik gerilya atau taktik menyerang secara mendadak dan senyap.

Tim Senyap bertahan hidup di tengah hutan yang dekat dengan jalan yang menghubungkan kabupaten sebelah dengan kabupaten mereka. Tujuan mereka adalah mengurangi suplai bantuan yang ditujukan untuk Tentara Belanda pimpinan Pakde Sabiq. Mereka memakan makanan dari hutan, seperti dedaunan, buah bahkan kadang-kadang mereka juga makan hasil berburu anggota.

Sejauh ini, Tim Senyap sudah berhasil memblokir akses masuk suplai bantuan dari kompeni pusat yang seharusnya diberikan kepada kompeni di Kabupaten Comal ini. Mereka juga selalu bermain rapih. Setelah

Seperti saat ini, mereka sedang mengamati jalan yang akan dilalui oleh Belanda. Yang mereka tahu, hari ini adalah jadwal suplai bantuan yang harusnya akan datang. Namun, sampai sekarang belum ada tanda-tanda suplai bantuan itu muncul.

"Mulyo, bagaimana situasi di jalan? Apakah sudah ada tanda-tanda kedatangan 'mereka' ?" Tanya seorang Usman kepada Mulyo sambil mengisi peluru senjata miliknya. Tangan kanan Usman sudah sembuh, namun masih rawan bila terkena pukulan kencang.

"Belum, mungkin ada keterlambatan dari pusatnya." Jawab Mulyo sambil melihat sekeliling.

Kenapa Usman bisa memegang senjata? Ya sebab merampas hasil dari taktik gerilya mereka. Selain senjata, ada juga granat dan obat-obatan.

Usman hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus mengisi peluru senjatanya.

-

Di tempat lain, di waktu yang sama. Tepatnya berada di kamar. Terlihat ada dua insan sedang saling beradu birahi.

Sang wanita di doggy oleh seorang laki-laki tua. Terdengar wanita tersebut mendesah keenakan.

"Ahh, uhh. Kamu ga bosen jadi pemuas nafsuku? Ah." Tanya si laki-laki tua sambil tetap menggenjot memek lawan mainnya.

"Ahh, orang enak k, kok. Ahh." Jawab si wanita dengan nafas tersengal-sengal.

"Ahh. Sebentar lagi, ahh, uhh. Sebentar lagi si Usman akan tertangkap. Kamu tidak sedih kah?" Tanya si laki-laki kembali.

"Ahh, yang penting dapet kontol. Ahh, ahh."

"Hahaha, dasar lonte, ahh. Aku sudah mau keluar nih." Ucap si laki-laki dengan kata-kata kasar dan vulgar.

"Di dalem aja pakde, ahh."

"Terima peju ini, lonte."

CROTT, CROTT, CROTT.

"Ahhhhh."

TOKK, TOKK, TOKK.

"Iya bentar." Teriak Pakde Sabiq sambil memakai celana.

Si wanita hanya terlentang tak berdaya setelah digenjot habis-habisan memeknya oleh Pakde Sabiq.

Setelah keluar dari kamar, Pakde Sabiq menuju ke ruang tengah, dimana disitu ada beberapa orang Belanda, mereka adalah wakil dari Pakde Sabiq untuk memperluas daerah jajahan.

Ketika Pakde Sabiq sampai disitu, terlihat kedua wakilnya mukanya terlihat gelisah dan tegang. Bagaimana tidak, mereka belum mendapat kabar tentang penyerangan kepada mereka yang selalu merampok bantuan yang seharusnya datang dari pusat. Padahal mereka seharusnya mengabari penyerangan terhadap perampok tersebut.

Selain itu, Pakde Sabiq ketika sudah membelot ke Belanda menjadi pribadi yang tegas dan tak kenal ampun. Dulu, pernah ada yang melakukan kesalahan kecil, yaitu lupa menaruh senjata kesayangan miliknya langsung ditembak ditempat. Padahal hanya lupa, memang sudah terlampau tegas.

"Ada apa? Kelihatannya kalian tegang sekali." Buka Pakde Sabiq dengan santai setelah melihat kedua wakilnya tegang.

"Begini ,Pakde. Kita belum juga mendengar kabar tentang penyerangan kepada perampok yang diasumsikan didalangi oleh Usman, Pakde." Jelas salah satu dari keduanya. Dia bernama Ruud Van Housmet. Dia sudah fasih berbahasa indonesia walaupun masih terbata-bata.

"Benar, Pakde. Seharusnya kita sudah mendapatkan kabarnya siang ini. Tapi mereka belum juga memberikan kabar tersebut." Sambung yang lainnya yang bernama Erik Mallen. Mereka berdua memanggil Sabiq dengan sebutan Pakde karena itu adalah perintah dari Sabiq sejak pertama memimpin dulu.

"Tenang, sebentar lagi mereka pasti mengirim kabar. Oh iya, nanti kalian yang asli Belanda ikut membantu tentara pusat ya, untuk yang asli pribumi untuk menjaga markas. Takut ada serangan tak terduga." Ucap Sabiq dengan santai.

"Siap!" Ucap mereka berdua serempak.

Mereka pun bubar keluar dari ruang tengah. Erik dan Ruud menuju ke camp tentara. Mereka mengeluarkan perintah dari Sabiq bahwa tentara pribumi menjaga markas dan tentara asal Belanda ikut membantu penyerangan tentara pusat untuk melawan pasukan perampok.

Sedangkan Sabiq menuju ke kamar tempat tadi berhubungan badan dengan wanita pujaannya yang jauh lebih muda dari dirinya.

"Mas, itu lonte satunya berisik banget, Mas. Habisin aja, Mas. Bentar lagi juga kita menang." Ucap wanita pujaan Sabiq yang masih bertelanjang diatas ranjang saksi bisu persenggamaan tadi ketika Sabiq sudah memasuki kamar.

"Haha, iya sudah. Kalau lonte hatiku sudah berucap mah pasti akan aku lakukan." Canda Sabiq sambil mentowel pentil payudara berwarna coklat muda milik kekasihnya.

"Ihh, apaan si main towal towel saja. Aku marah nih." Rajuk si wanita sambil kedua tangannya ditekuk di depan dada.

"Marah terus kamu itu, aku puasin baru tahu rasa nih." Ucap Sabiq bercanda.

"Kan Mas tau tau sendiri kalau pentilku area sensitif." Jelas si wanita sambil menurunkan tangannya.

"Iya iya, maafin Mas ya." Ucap Sabiq sambil memeluk lengan kekasihnya.

"Mas, masalah Usman bagaimana?" Tanya si wanita sambil menyenderkan kepalanya di bahu pria idamannya.

"Tenang, sebentar lagi kita akan menang." Ucap Sabiq dengan santai. Setelah itu mereka sama-sama diam menunggu saat yang paling menyenangkan.

-

"Mas, Usman. Belanda yang datang sangat banyak, Mas. Mereka bahkan membawa banyak senjata dan ada sekitar 10an mobil tentara, sepertinya mereka sudah tahu letak kita." Jelas seorang pemuda yang tadi mengamati situasi dari atas pohon.

"Hmm, ya sudah. Mungkin saatnya kita baku tembak. Tidak bisa juga kita untuk lari saat mendadak seperti ini." Ucap Usman dengan santai. Sepertinya dia memang sudah pasrah dengan keadaan. Janjinya dulu untuk membalaskan dendam keluarganya kepada Pakde Sabiq mungkin takkan pernah terpenuhi.

"Balik ke posisi, kita harus siap dengan keadaan. Ingat, sebentar lagi kita akan bertemu keluarga kita di alam sana. Tapi ingat! Kita juga harus serius mempertahankan tanah kita." Ucap Mulyo kepada pemuda tadi dengan nada yang sangat serius.

"Siap, Mas." Setelah berucap seperti itu, pemuda itu langsung naik lagi keatas pohon dan bersiap menjadi penembak jitu yang akan diandalkan oleh Tim Senyap.

"Us, kalau ini dari pusat kabupaten, pasti mereka lebih banyak." Ungkap pendapat yang diutarakan Mulyo kepada Usman.

"Terus kenapa? Kamu takut?" Tanya Usman setelah mendengar pendapat dari sahabatnya.

"Aku tak takut, bahkan takkan takut. Yang mau aku bicarakan itu masalah janji balas dendam kamu dan masalah Minah." Ucap Mulyo dengan serius.

"Untuk masalah Pakde Sabiq mungkin bisa kamu lupakan. Tapi untuk masalah Minah bagaimana? Kamu saja belum mengutarakan perasaanmu kepadanya kok." Sambungnya.

"Biar sajalah, kalau memang ada kesempatan hidup lagi ya aku akan penuhi janji itu dan aku akan mengungkapkan perasaanku kepada Minah. Tapi kalau memang sudah takdirku dipanggil Yang Kuasa ya yang pasti semua itu akan ikut terkubur bersama pusaraku." Jelas Usman dengan santai sambil mencomot rumput liat di tanah dan dihisap.


"Yang sabar ya, Us. Semua ada hikmahnya kok." Ucap Mulyo turut bersedih.

DOR, DOR, DOR.

DOR, DOR, DOR.

"Waktunya sudah tiba, Mul." Ucap Usman sambil berdiri dan menenteng senjatanya.

"Sampai bertemu di kehidupan lain, kawan." Sahut Mulyo yang ikut berdiri.

"SERANGGG." Teriak mereka berdua yang mencoba menyemangati anggota Tim senyap lainnya.

Disisi lawan, Tentara Belanda datang dengan pasukan yang berjumlah 100 tentara. Belum lagi Tentara Belanda di Kecamatan Bungul ini yang berkisar 70 tentara total dari pribumi dan Belanda asli dengan rincian 40 asli Belanda dan 30 tentara Pribumi.

Tentu saja pertempuran yang tidak seimbang, tapi dengan taktik perang seorang Usman berhasil mengimbangi kekuatan dari Tentara Belanda. Dengan kata lain, kualitas mengimbangi kuantitas.

Tanpa sepengetahuan kedua belah pihak, salah seorang tentara mengeluarkan handie talkie dan berucap,

'Sudah dimulai'

-

Sabiq dan kekasihnya sedang menyusuri lorong yang tampak seperti sebuah penjara namun kosong tanpa tahanan. Dibelakang mereka terdapat dua tentara yang berperawakan pribumi menenteng senjata laras panjang.

Mereka terus berjalan hingga sampai pada sebuah ruangan yang berada paling pojok sepanjang lorong tersebut. Sabiq membuka kunci pintu ruangan tersebut. Dan,

-

"Mul, suruh Tim Senyap B tiga orang sedikit mendekat ke musuh dengan mengendap dari arah belakang area musuh. Sekalian suruh mereka membawa granat masing-masing satu. Lemparkan granat itu jika sudah dekat dengan pohon jati terakhir." Perintah Usman kepada Mulyo sambil tetap fokus menembak musuh.


"Siap." Sahut Mulyo dan langsung berlari menuju ke Tim Senyap B yang berada paling jauh dari musuh.


Tak lama kemudian, tiga orang langsung melaksanakan perintah dari Usman yang disampaikan lewat Mulyo. Mereka mengendap-endap secara perlahan agar musuh tidak mengetahui ada gerak gerik mencurigakan. Dan,


BOOM, BOOM, BOOM.


Tiga granat berhasil dilempar dan meledak di belakang area Tentara Belanda menyebabkan mereka kaget dan secara spontan hampir semua menengok ke belakang. Hal ini dimanfaatkan oleh Tim Senyap A yang paling dekat dengan musuh mencoba menembak Tentara Belanda dengan cara berjalan mendekat.


Taktik ini memang sengaja Usman gunakan untuk pengalih perhatian, namun dirinya tak mengetahui kalau bala bantuan dari Tentara Belanda dari Kecamatan Bungul telah sampai dan berhasil menggebuk balik Tim Senyap A yang tadi sudah diatas angin. Karena posisi bala bantuan berada di area blind spot (titik buta) dari Tim Senyap A.


Perlu kalian ketahui, pertempuran tadi hanya ada Tentara Belanda dari pusat kabupaten melawan Tim Senyap. Jadi, ketika bantuan dari Kecamatan Bungul sampai adalah tentara yang berisi tentara asli dari Belanda. Sedangkan tentara asal pribumi sedang berada di markas.


Dengan kejadian ini, Usman harus cepat-cepat memutar otaknya, bila tak ingin Tim Senyap kalah tanpa perlawanan yang berarti.


-

Dan,

CEKLEK.

Terlihat ada seorang wanita yang tampak seperti baru saja di rantai pada sebuah kursi. Wanita tersebut yang mendengar suara pintu terbuka langsung mengumpat.

"Bangsat kalian berdua. Kalian bajingan, kalian lebih busuk dari penjajah. Kalian mmpffh." Dirinya tak dapat melanjutkan kata-katanya karena mulutnya ditutup oleh kekasih dari Sabiq.

"Husst, kamu bisa diam tidak? Mengoceh saja macam burung." Ucap Sabiq yang sekarang berada di depan si wanita.

"Mmphhfft, mpphhft." Ucapnya tertahan oleh sebuah kain yang baru saja dipasang oleh kekasih Sabiq.

"Ah. Sudah males aku denger dia ngoceh, sudahlah sayang. Bunuh saja dia." Pinta kekasih Sabiq kepada kekasihnya.

"Sebentar dong, sayang. Kita lihat dulu sesuatu yang akan terjadi nanti." Ucap Sabiq yang dengan gaya yang pura-pura misterius.

"Memang mau ada apa, sayang?" Tanya sang kekasih yang juga dengan gaya yang pura-pura ingin tahu.

"Itu, dua tentara kita kan punya keinginan untuk memperkosa dia. Ya sudah aku kasih aja, tapi dengan syarat, mereka boleh memperkosa dia tapi tangan dan kaki dia tetap dirantai." Jelas Sabiq sambil bergantian menunjuk kedua anak buahnya dan menunjuk si wanita yang sebentar lagi akan bernasib malang.

Wanita yang mendengar itu pun sontak berusaha sekuat tenaga untuk memberontak dari rantai yang ada di sekujur badannya.

Kedua anak buah Sabiq yang melihatnya langsung menahan tubuh sang wanita agar tidak lagi memberontak, karena mereka juga ingin mencicipi tubuh dari wanita tersebut.

"Wahh, pasti asyik kalau lihat itu, sayang. Ya sudah langsung saja laksanakan." Ucap kekasih sabiq dengan nada centil.

Kedua anak buah Sabiq pun dengan buru-buru melepas semua baju maupun celana yang mereka pakai. Dalam sekejap mereka berdua sudah telanjang bulat dengan kontol mereka masing-masing sudah mengacung tegak.

Sabiq dan kekasihnya tertawa geli dengan apa yang akan mereka saksikan. Pemerkosaan yang terlihat seperti penyiksaan yang akan sangat membuat trauma kepada si korban. Namun, hal itu tak mungkin dipikirkan oleh seorang Sabiq.

Wanita yang sudah merasa akan mengalami nasib malang hanya bisa nangis menjerit dan berusaha meronta-ronta walau dia tau semua itu percuma.

Salah satu dari kedua tentara tadi melepaskan rantai yang melilit perut dari si wanita tadi namun tidak dengan rantai yang ada di kedua tangan dan kaki si wanita. Dia akan tetap dirantai sampai kedua tentara itu puas menikmati setiap inci dari tubuh mulus milik dirinya.

Salah satu dari keduanya itu pun langsung menunggingkan tubuh si wanita lalu menaikkan rok serta menggeser celana dalam sang wanita dan langsung menancapkan kontol tegaknya ke liang senggama si wanita dengan paksa. Hal itu sontak membuat si wanita meringis kesakitan dan menangis tanpa suara tiada henti.

Sedangkan tentara satunya hanya diam menunggu giliran untuk menikmati sebuah benda yang diidam idamkan oleh setiap laki-laki normal.

PLOKK, PLOKK, PLOKK.

Pertemuan kedua kulit dari dua insan itu tidak menunjukan kalau persetubuhan itu enak. Si laki-laki mungkin sangat menikmatinya, namun lain halnya dengan si wanita yang setengah mati menahan rasa sakit tersebut. Meskipun dia juga tidak munafik kalau dia juga ikut menikmati dan mendesah walau tertahan.

Tak berselang lama, tentara pertama tadi orgasme dan mengeluarkannya didalam memek si wanita.

Melihat hal itu, tentara kedua pun dengan cepat menancapkan kontolnya yang sedari tadi hanya dielus elus oleh jari kasar miliknya. Sekarang waktunya bagi kontolnya untuk masuk ke memek sempit milik si wanita malang.

"Ahhggsfftt." Desahan si wanita tertahan dan matanya melotot karena memeknya yang baru saja dimasuki oleh cairan mani tadi langsung dimasuki lagi oleh kontol lain yang tidak kalah besarnya dengan yang pertama.

PLOKK, PLOKK, PLOKK.

Seperti sebelumnya, si wanita memang merasakan nikmat, namun lebih banyak merasakan sakit itu sendiri daripada nikmat. Memeknya terasa ngilu karena sang tentara melakukan penetrasi dengan cara yang kasar lagi brutal.

Wanita malang tersebut kini hanya pasrah dan tinggal menunggu kapan waktunya akan tiba untuk dia menyusul Ibu dan Bapaknya yang telah tiada.

CROTT, CROTT, CROTT.

Tiga kali semburan mani tersebut masuk ke dalam liang rahim wanita tersebut. Kedua tentara yang baru mengeluarkan isi dalam zakarnya pun tampak puas. Sedangkan si wanita hanya terlentang tak berdaya di lantai.

"Hahaha, bagus, bagus. Lumayan untuk hiburan. Sekarang, lakukan apa yang harus kamu lakukan, sayang." Ucap Sabiq kepada kekasihnya sambil memberikannya pistol.

"Hihihi, siap sayangku." Balasnya. Tak lama kemudian,

DOR.

'Selamat tinggal, Narti binti Harun'

-
 
Saat ini, pertempuran semakin menunjukkan bahwa Tim Senyap yang sejatinya melakukan penyerangan dengan cara senyap akan kalah jika bertempur dengan cara terbuka seperti ini.

Usman, sekarang hanya bisa pasrah. Anggotanya sekarang hanya tersisa sepuluh orang termasuk dirinya dan Mulyo. Sedangkan pihak lawan masih ada lebih dari lima puluh tentara, sudah sangat jelas, Tim Senyap akan lenyap sebentar lagi

BUUMM, DAARR.

Sebuah granat meledak di tengah-tengah pasukan Tim Senyap yang masih tersisa. Tiga diantaranya langsung meninggal ditempat, sedangkan sisanya sekarat tak berdaya termasuk Usman dan Mulyo.

"Uhhuk, uhhuk. Ahh, mungkin sudah saatnya, uhukk." Ucapnya kepada dirinya sendiri dengan terbata-bata.

Tentara Belanda yang melihat itu langsung bergerak bersama berniat menuju ke arah sekaratnya pasukan Tim Senyap.

Tiba-tiba,

"BERHENTI, BIARKAN AKU YANG AKAN MENGURUSNYA!" Teriak Sabiq dengan nada memerintah. Dirinya berganteng tangan dengam mesra dengan seorang wanita yang sangat Usman kenal, dia adalah Minah, seorang perempuan yang amat dicintainya. Dan dibelakang mereka terdapat tentara berperawakan pribumi di belakangnya.

"SEKARANG, TEMBAK!!" Sebuah perintah keluar secara tiba-tiba dari mulut Sabiq. Tentara Belanda tak tahu apa maksud dari perintah dari Sabiq tersebut. Namun, tiba-tiba,

DOR, DOR, DOR.

Berondongan tembakan justru datang dari tentara pribumi tersebut yang ditujukan kepada semua Tentara Belanda yang tersisa. Tentara Belanda yang kaget langsung kocar kacir lari tak tentu arah. Bahkan tentara pribumi tetap mengejar mereka sampai menembak mati kecuali pribumi yang tadi ikut kelompok dari pusat.

Usman, Mulyo, dan pasukan Tim Senyap lain yang melihat itu terheran-heran. Ini jelas sebuah hal yang mustahil, Sabiq yang merupakan pimpinan komandan Tentara Belanda di Kecamatan Bungul ini justru menyerang para anggotanya sendiri.

Tak lama kemudian, Sabiq pun datang dan langsung berjongkok di samping tubuh Usman yang sudah lemah tak berdaya.

"Man, sebenarnya kamilah yang seharusnya menjadi pahlawan, karena kamilah yang berhasil mengalahkan penjajah di tanah kita ini." Ucap Sabiq.

"Kamu tahu? Aku sebenarnya hanya menyusup dan mencoba mengalahkan musuh dari dalam. Dari dulu, aku sudah bilang kepada bapakmu itu, kalau Belanda sekarang sudah semena-mena dan kita harus melawan mereka. Tapi, Bapakmu tidak mau, karena dirinya merasa kalau desanya tak pernah kena imbas dari penjajahan."

"Padahal, desa kami sudah hancur akibat dari semena-menanya bangsa kompeni. Tapi, Bapakmu masih saja tak mau bersatu bersama melawan penjajah yang sudah menguasai kabupaten ini."

"Karena itulah aku mencoba cara adu domba antara kelompok desa Bapakmu dan Belanda dengan cara diriku masuk dan mengompori pihak Belanda agar memusuhi desamu. Jadi, aku mohon maaf kalau ini semua membuatmu gila. Selain itu, aku juga minta maaf kalau Minah lebih memilih bersamaku daripada bersamamu, hahaha." Tutur Sabiq dengan jelas dan terperinci

Usman yang mendengar semua tutur kata dari Pakdenya jelas sangat terpukul. Ini semua akibat dari keteguhan hati Pak Harun yang tidak ingin menumpahkan darah dari warga desanya untuk sesuatu yang sia-sia.

Tiba-tiba,

DOR, DOR, DOR.

Usman, Mulyo, dan pasukan lainnya ditembak oleh Minah.

"Hahaha, akhirnya kita yang menang. Sayang, ayo kita pergi. Pasukan!! Kita pergi ke basecamp!!" Ucap Sabiq dengan penuh kebahagiaan

Selamat tinggal, Usman bin Harun.

ADU DOMBA

TAMAT
 
Terakhir diubah:
Selamat malam dan salam kenal bagi para juri, momod, peserta, dan para pembaca setia.

Izinkan saya yang masih newbie ini untuk sedikit memberikan sebuah catatan gabut yang mungkin bisa memeriahkan lomba karya tulis cerita panas tahun 2021 [LKTCP 2021]

Semoga para member sekalian berkenan membaca cerita saya dan semoga terhibur.

Selamat malam dan salam kenal🙏🙏
 
Keren keren..suka ceritanya.. jadi ingat novelnya Ahmad Tohari..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd