Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Seru nih,...

Alias

Kita berarti harus siap-siap sama scene Dila mati setelah Dino bilang kalo dia suka sama Citra

Hehe,... Peace suhu:Peace:
Hehe cerita ini masih panjang, kita lihat saja nanti.
Hmm... artinya cuma S dan M yang nama tengah atau nama belakang ya?

Kemudian...

Jinan disinggung..

Jinan Safa Safira

Apakah Jinan bakal jadi antagonis??
Awalnya iya sih, tapi untuk Jinan, maaf dia hanyalah karakter Mentioned Only

Hah? Apa itu?

Jadi karakter ini hanya disebut namanya saja, dalam cerita mereka tak tampil. Mungkin pada masih ingat sama Zara, Gloria, dan Puti di cerita ini? Ya, mereka hanya disebut namanya saja. Gitu gan hehe
 
fia? yang nama lain nya sih zahra atau siapa lah itu 😂
Wah kirain bakal ada jinan beneran wkwk, alias nunggu fidly deh kangen :o
Iya, fidly akan jadi tokoh utama disini wkwk
Makasih dlu... Baru baca..... Sehat teros om tees
Amin makasih gan
Dasar dino ya ga ada bersyukurnya udah punya citra masih aja nempel2 ke nadila malah ngelirik gaby juga lagi. Awas aja lu din berani macem2 :galak: :galak: :galak:
Percuma gan, mereka tetap kena sikat wkwk
 
Wuihh makin seru aja wkwk.. Tapi kayanya subtansi dari judulnya lom ya hehe.. Apa ane yang kurang teliti akhir2 eni fokus ke anu wkkwk.. Berharap ada suatu tindakan n perumusan formula bwat mengatasi entu semua hehe..

Makasih om tees.. Cerita betebest...
Nah, di awal season ini cerita lebih mengarah ke karakter dulu (termasuk yang baru). Pertempuran melawan zombie dan orang2 yang dianggap "jahat" tetap ada kok hehe. Tapi jujur ane rada kesulitan ngemix tema post-apocalypse dengan unsur romantic wkwk.

"The day will come when you won't be"

Fidly :)

Kalo bisa milih dua duanya kenapa harus satu
Enak dong si Dino wkwk
 
"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....



 
"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....
STRONG : Stres Tak Tertolong


"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....
You can do everything, including making me fall in love with you


"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....
Oh, SNAP


"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....
If you are on the verge of death, smile happily because that's the last thing you can do
 
STRONG : Stres Tak Tertolong



You can do everything, including making me fall in love with you



Oh, SNAP



If you are on the verge of death, smile happily because that's the last thing you can do

akhirnya.,gak ngluarin bahasa belanda.,
 
"Kamu pernah pakai crossbow?"
"Belum, sulit gak sih?"
"Yep, sulit"
"Ajarin dong hehe"
*****
"Jadi selama ini kamu sendirian disini?"
"Iya, aku bisa bertahan hidup karena itu"
"Dan kamu tak punya teman sama sekali?"
"Punya kok dulu, mereka semua mati"
*****
"Aku gagal..... aku gagal menjagamu..... Aku juga gagal menjaga Kyla....."
"Hei, kakak bukanlah orang gagal......"
*****
"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."
"Waktunya tiba? apa maksudnya....."
"Suatu hari nanti, kakak akan tahu....."

Episode 05 : Alone coming soon
And, here is some artworks.....




Buset ada yang mati lagi :suhu::tabok:
 
Bimabet
5. Alone


Kubuka kedua mataku walau terasa cukup berat, kepalaku masih terasa pusing dan aku tak ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Tapi aneh, aku sedang duduk di pinggir sungai, dengan alat-alat pancing di sebelahku. Aku menghirup udara dalam-dalam, terasa segar sekali, seperti di surga.....

"Udah dapet ikannya, kak?"

Suara itu. Aku sangat mengenalinya.

Aku menoleh kearah sumber suara, aku tak percaya apa yang kulihat sekarang.

"Kenapa kak? Hehe"

Gracia.

(Gracia's Theme)

"Gre...." aku berkata lemah, tak percaya dengan apa yang kulihat. Jujur aku sangat merindukan dia.

"Iya kak" dia mendekatiku dan duduk disampingku. Aku masih mematung memandanginya.

"Kamu.... Ini beneran kamu?"

"Iya kak hehe"

Air mataku keluar, aku senang melihat dia kembali.

"Kakak hebat ya, sekarang udah bisa mancing ikan hehe" kekehnya, aku tersenyum.

"Kan kamu yang ngajarin aku" balasku.

"Hehe iya"

Kami saling terdiam memandangi indahnya alam ini, berbeda seperti biasanya. Ikan-ikan pada melompat keluar sungai dan beberapa burung berkicau ria dengan suaranya yang merdu.

"Gre" aku bertanya kepada dia yang sedang bermain air.

"Iya kak?"

"Aku... maafkan aku......" aku tertunduk.

"Maaf kenapa?" balasnya.

"Seharusnya aku melarangmu untuk tak ikut denganku saat di radio tower itu. Kalau saja kamu gak ikut....."

"Kak, itu sudah takdirku. Jika sudah saatnya mati ya sudah kak, kita tak bisa menghindarinya...." kata Gracia dengan suara lirih khasnya. Aku menunduk dan meneteskan air mata, semua kenangan dengan Gracia terputar kembali dikepalaku.

"Aku gagal..... aku gagal menjagamu Gracia..... Aku juga gagal menjaga Kyla....." aku menangis mengingat kejadian demi kejadian yang lalu, aku tak akan pernah melupakannya. Gracia mendekatiku dan memegang daguku, aku menatap matanya yang bulat dan indah.

"Kakak bukanlah orang gagal. Kak Dino orangnya kuat, Gracia bangga sama kakak" kata dia sambil tersenyum, menampakkan gigi kelincinya.

"Jangan menangis ya kak, aku gak suka sama cowok cengeng" dia mengusap air mata di pipiku. Aku mencoba untuk tersenyum dan mengangguk.

"Hehe gitu dong"

Kami saling bertatapan, dia terlihat cantik sekali, harum tubuhnya tercium jelas di indera penciumanku, membuatku merasa damai dan tenang.

"Oh iya kak, aku mau tanya"

"Boleh"

"Siapa itu Nadila, kak?" aku terkejut mendengar pertanyaannya.

"Emmm, itu.... itu......"

"Kakak gak pernah cerita sama aku kalau kakak juga punya seorang wanita yang mengisi hati kamu. Kukira cuma Citra dan aku, ternyata ada lagi" ia berkata serius, namun dari raut mukanya tetap terlihat manis sekali tak ada rasa marah atau cemburu.

"Maafkan aku Gre, aku sengaja tak cerita ke kamu....."

"Yaelah, kakak gak salah kok. Aku tak melarang kok hehe" kekeh dia. Aku hanya bisa terdiam.

"Tapi aku kasih pesan aja ke kakak" balasnya.

"Jangan sampai bikin Citra sedih, udah itu aja. Tak peduli di hati kakak ada Nadila atau mungkin saja yang lain" dia berkata lembut tapi terasa dalam sekali.

"Aku... aku sama Dila hanya teman....."

"Yakin? Aku tahu kok kakak sama Nadila suka satu sama lain, cuma kalian tak pernah mengutarakan perasaannya hehe. Empat tahun kalian gak berjumpa dan sekarang bisa ketemu lagi. Gracia yakin rasa itu pasti tumbuh lagi" dia membalas sambil kembali terkekeh, memang benar yang dikatakan Gracia.

"Dari mana kamu tahu semua ini Gre?" tanyaku.

"Rahasia"

"Emmm oke"

Seekor kelinci putih tiba-tiba saja menghampiri kami. Mahkluk itu lucu sekali, mirip dengan Gracia. Ia terlihat senang kelinci itu mengusap-usap kepalanya dikakiku.

"Kelinciku ini kak, namanya sama seperti aku" ia memegang hewan lucu itu dan mengelusnya, kelinci itu nampak senang sekali dimainkan Gracia.


"Hehe iya juga sih, tapi kalau kamu tetep paling cantik dan juga gemesin kayak kelinci"

"Ihhhh kak kok aku disamain kayak kelinci sih?"

"Gigimu itu kayak kelinci hehe"

"Kayak gini ya kak"



Yep, memoriku berputar kembali mengingat percakapanku bersama dia.

"Kak, aku harus pergi" ia berdiri sambil memegang kelinci itu. Aku juga ikut berdiri.

"Kamu mau kemana Gre?" tanyaku.

"Ke tempat asalku kak, ini kan bukan alamku" kata dia.

"Gre, aku boleh peluk kamu?"

"Gak bisa kak, aku tidak nyata"

"Gre....."

"It's okay, sekarang kakak bangun dari tidurmu sekarang. Selamat tinggal kak"

"Gracia, tunggu....."

Dia berjalan kearah kabut putih yang menyelimuti hutan ini, aku berusaha untuk mengejarnya namun semakin aku berjalan semakin jauh jarak dia denganku.

"Aku akan tunggu kakak, setelah waktunya tiba...."

"Waktunya tiba? apa maksudnya Gre....."

"Nanti kakak bakal tahu, sekarang bangunlah......."

*****

"Gracia..... Gracia......."

Kubuka kedua mataku, sinar lampu langsung menyinari mata sehingga aku merasakan silau. Ternyata cuma mimpi, namun ini aneh, mimpi ini terasa nyata.

"Kamu bangun juga akhirnya....."

"Ughhhhh" kupegang kepalaku yang terasa senat-senut. Pandanganku masih terlihat kabur.

"Kirain kamu sudah mati....." suara wanita itu terdengar jelas. Aku langsung menoleh kearah sumber suara.

"Zahra?" aku tak salah lihat, wanita itu adalah Zahra.

"Panggil Fidly aja" balasnya. Ia membawa sebuah botol air minum. Aku berusaha untuk bangun, tetapi rasa sakit melanda seluruh tubuhku.



"Aghhhh"

"Kamu jangan bangun dulu, kakimu terluka" balasnya.

"Apa.... apa yang terjadi denganku?" tanyaku.

"Kamu masuk perangkapku Din, maaf ya" balasnya pendek.

"Kamu bikin jebakan? Buat apa?"

"Ya buat melindungi tempat ini dari mayat hidup lah Din, sama orang-orang itu...."

"Siapa?" tanyaku.

"Orang jahat Din" balasnya pendek. Aku hanya menggangguk pertanda tahu maksud dia.

"Nih minum dulu" Fidly menyodorkan botol air minum, aku langsung meneguknya hingga habis tak bersisa.

"Ini tempatmu Fid?" tanyaku.

"Yep, kita ada di bawah tanah hehe"

"Wow"

"Disini aman dari mayat hidup Din, mereka aktif berjalan-jalan kalau pas malem" balasnya. "Tempat paling aman selain di campmu, ya disini"

"Emmmm" aku mencoba untuk berdiri dari tempat tidur, rasa sakit dikakiku menghalangi untuk berjalan, tapi setidaknya aku bisa berdiri.

"Sekarang udah malem berarti?" tanyaku.

"Iya. Kakimu kalau udah baikan kamu bisa balik ke campmu Din"

"Aku.... aku tak mau balik dulu"

"Lah, kenapa? mereka pasti khawatir" balasnya.

"Gak apa-apa, aku biasa pergi-pergi sendiri keluar camp. Malah pernah aku gak balik tiga hari hehe"

"Ngapain sih emangnya?" tanya dia.

"Menyendiri"

"Menyendiri dan cari bahaya gitu?" balasnya.

"Aku udah biasa begini Fidly, saat aku merasa bosan aja aku selalu menyendiri. Disaat itu aku merasa tenang dari segala hal" jelasku.

"Aneh"

"Iya aku emang aneh kok"

Kami terdiam sejenak. Fidly menaruh senjatanya yang berjenis crossbow, aku memperhatikan dia.

"Dari mana kamu dapet senjata itu?" tanyaku.

"Ngambil dari mayat seseorang, mungkin seorang pemburu dia" balasnya.

"Ohh, kamu bisa pakainya emang"

"Bisa lah" jawabnya. Aku teringat saat peristiwa baku tembak dengan orang jahat tempo dulu, Fidly menembakkan crossbownya kearah mayat hidup yang nyaris saja menyerangku.

"Oh iya, saat itu kamu bisa selamat. Gimana ceritanya?" tanyaku.

"Flare itu buat memancing mayat-mayat itu, lalu aku langsung lari masuk hutan" balasnya sambil menghidupkan sebatang rokok.

"Eh, itu rokokku"

"Iya iya, minta sebatang lah hehe" kekehnya.

"Yaudah deh"

"Kirain kamu dimakan sama mayat itu Fid"

"Gak bakal, aku kan bisa hadapi mereka" balasnya. Aku menguap pertanda kantuk mulai menyerang.

"Dah malem, tidur Din. Kalau kamu emang gak mau pulang kamu boleh ikut aku besok" Fidly menggelar sebuah kasur kecil.

"Kemana?" tanyaku.

"Di sebelah barat aku menemukan sebuah permukiman cukup jauh dari sini, sepertinya tak berpenghuni. Aku mau ambil beberapa barang disana" balasnya.

"Ohh oke"

*****

Pagi hari ini cerah sekali, aku berjalan menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalan karena kakiku masih terasa sakit. Fidly berada di depanku sambil membawa crossbownya, ia membawa tas ransel yang cukup besar dan mungkin bisa menampung miminal beberapa makanan.

"Ada mayat Fid" kataku. Tampaknya hanya satu saja.

"Ohhh siap" ia membidik senjata crossbow itu kearah mayat hidup yang sedang berdiri. Fidly menekan pelatuk crossbow dan anak panah itu melesat menancap tepat di kepala mayat hidup itu. Tewas. Fidly berjalan menghampiri mayat hidup yang sudah mati itu dan mencabut anak panah dari kepalanya. Aku memperhatikan dia dan terkagum dengan aksinya.



"Keren"

"Hehe"

"Aku boleh coba Fid?" tanyaku antusias.

"Emm boleh tapi aku ajari dulu, soalnya sulit" kata dia sambil menyerahkan crossbow itu.

"Enteng ya senjatanya" kataku.

"Dan tak menimbulkan suara" tambah Fidly. "Nah untuk menggunakan senjata ini, kamu taruh anak panah ini ke loader" aku mengikuti instruksinya. Anak panah ini cukup panjang dan yang jelas, tajam.

"Sekarang kamu bidik mayat hidup itu Din, bidik kepalanya supaya cepat mati" Fidly menunjuk kearah mayat hidup yang berjalan menuju kemari. Aku mulai membidik mayat itu, senjata ini dilengkapi dengan sebuah bidikan red dot yang biasa terpasang di senjata serbu (assault rifle) setahuku.

"Nah sekarang tembak" kutekan pelatuk senjata ini dan anak panah melesat dari loader. Sialnya, anak panah itu mengenai dada mayat itu padahal aku sudah membidik dikepalanya. Mahkluk itu berteriak kesakitan dan berjalan cepat menuju kearah kami. Fidly merebut crossbow dari tanganku dan langsung menembak tepat mengenai kepala mayat itu.

"Oh iya, kalau pas bidik kamu arahkan agak keatas biar bisa tepat sasaran. Anak panah beda sama peluru Din" kata Fidly sambil mencabut anak panah yang menancap di tubuh mayat yang sudah mati

"Ohh gitu, ribet ya"

"Gak apa-apa ribet, yang penting tak menimbulkan suara dan bisa dipakai lagi anak panahnya" balasnya. Aku melihat dia sedang menarik sebuah pegas yang aku yakin itu adalah alat pemicu anak panah dari senjata itu.

"Mau coba lagi Din?" tawarnya.

"Hmmm oke"

"Nah, kebetulan ada mayat hidup lagi tuh. Kamu bidik kepalanya dan jangan lupa arahkan agak keatas" Fidly memberi instruksi yang aku balas dengan anggukan. Kubidik bagian kepala mayat hidup itu agak keatas, setelah kurasa yakin aku menekan pelatuk crossbow.

SYUUUTTTTT

JLEBB

Anak panah itu melesat tepat mengenai kepala mahkluk itu, dan tewas seketika.

"Yess" aku berteriak girang.

"Good job Din" balas Fidly memujiku.

Kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi permukiman yang dimaksud Fidly, kami melewati sungai kecil yang terdapat banyak bebatuan. Aku beristirahat sejenak, kuambil botol air mineral dan kuteguk hingga tersisa setengah.

"Emmm Din"

"Iya"

"Saat kamu tidur tadi malam, kamu sebut nama Gracia, siapa dia?" tanya dia sambil membasuh kedua kakinya dengan air sungai.

"Tak penting Fid" balasku datar.

"Ohh oke, yuk kita jalan lagi"

Mungkin sekitar satu jam akhirnya kami tiba di tempat permukiman, saat kulihat sesaat aku yakin ini adalah kompleks villa karena bangunan disini terlihat mewah. Aku dan Fidly berjalan perlahan menyusuri kompleks villa. Sudah kuduga tempat ini sudah dikuasai mayat hidup. Dengan kapak ini aku menebas beberapa mayat hidup yang sebagian berjalan menyerang kami. Memakai senjata api disini adalah ide buruk karena suaranya akan memancing lebih banyak mayat hidup.

"Kita periksa tempat ini Din" Fidly menunjuk sebuah villa yang cukup besar.

"Oke, aku ikut aja"

Villa ini dikelilingi pagar besi yang cukup tinggi namun beruntung pagar ini dalam kondisi terbuka. Kami berjalan pelan dan menjebol pintu masuk villa. Ruangan didalam bisa dikatakan mewah sekali walau juga berantakan. Aku berkeliling memeriksa tempat ini sambil memegang kapak sedangkan Fidly memeriksa ruangan atas. Ruangan demi ruangan kususuri dan aku menemukan bercak-bercak darah di kamar tidur, mungkin penghuni villa ini sudah menjadi mayat hidup.

"Gimana Fid diatas?" tanyaku sedikit berteriak.

"Aman" balasnya.

Kuperiksa bagian dapur, kubuka lemari di ruangan dapur ini, terdapat beberapa bungkus gula yang masih tersegel rapi, kaleng sarden dan bungkus-bungkus makanan lainnya. Aku tersenyum saat membuka lemari di sebelahnya.

Beberapa botol minuman, aku tahu ini adalah whiskey dan Iceland.

"Apa Din?" Fidly tiba-tiba mendekatiku.

"Whiskey hehe" balasku. "Kamu pernah minum?"

"Belum pernah, lebih sering bir sama wine waktu aku kuliah dulu."

"Nakal juga ya kamu, udah minum begituan hehe" kekehku.

"Serah lah"

Beruntung aku menemukan beberapa gelas yang ukurannya bermacam-macam, kuambil dua gelas kecil yang biasa disebut sloki dan dua gelas berukuran sedang. Kutaruh gelas itu di meja ruang tamu. Setelah beres aku dan Fidly duduk bersila di meja itu, aku mulai membuka botol whiskey dan langsung menuangkan cairan enak itu kedalam gelas, setengah saja.

"Kamu mau?" tanyaku kepada Fidly yang dibalas dengan anggukannya.

"Karena kamu belum pernah, jadi minumnya dikit-dikit aja, soalnya ini rasanya lumayan tajam" kataku.

"Iya iya"

Kuteguk sedikit whiskey ini, rasanya memang tajam sehingga hanya dalam sekejap saja kepalaku terasa ringan.

"Ughhhh enek Din" kata Fidly dengan ekspresinya yang lucu.

"Hehe nanti lama-lama enak kok"

Fidly mengikatkan rambut panjangnya, terlihat lehernya yang putih dan jenjang, aku terpana melihatnya.

Tiba-tiba aku mendapat ide.

"Eh iya, biar gak bosen kita maen game yuk" kataku.

"Game apa?" tanya dia.

"I never" balasku, dia memiringkan lehernya "apa itu?"

"Permainannya gini, jadi kita bicara tentang hal-hal yang belum kita lakukan sebelumnya. Jadi misalnya aku bilang "aku tak pernah memakai rok" jika kamu pernah melakukan maka kamu minum begitulah sebaliknya" jelasku.

"Ohh oke sepertinya seru. Emmm Din, minta rokok" kuambil sebatang rokok dan kuberikan padanya. Ia menghidupkan batang rokok itu dan mengisapnya.

"Mulai dari aku ya"

"Aku tak pernah pakai bando" kataku. Fidly terlihat tersenyum dan meminum whiskey itu.

"Iya jelas lah, cewek pernah pakai" katanya.

"Tapi cowok ada yang pakai kok, kalau rambutnya panjang hehe. Oke giliranmu"

"Hmmmm" dia berpikir.

"Aku tak pernah maen game komputer"

"Ngggg" aku ambil gelas whiskey itu dan meminumnya.

"Aneh, cewek gak suka ngegame" kataku.

"Gak suka aja, buang-buang waktu hehe" dia mengisap rokoknya dan menghembuskan asapnya kearahku.

"Oke giliranku, emmmm....."

"Aku tak pernah punya boneka beruang" aku berkata. Fidly meraih gelas dan meminumnya.

"Yaelah lagi-lagi tentang cewe"

"Hehe"

"Emmmm, aku tak pernah memakai baju pink"

Kuminum lagi gelas whiskey itu. Yep, aku pernah pakai baju pink saat orientasi kuliah dulu.

"Ya ampun Din wkwkwk padahal aku asal ngomong aja"

"Saat ospek dulu" kataku datar. Kutuangkan air whiskey itu ke dalam gelas.

"Giliranku. Emm...... aku tak pernah ke Dufan"

Fidly kembali tertawa mendengar perkataanku, dia menggeleng-geleng dan meminum kembali gelas berisi whiskey itu.

"Ohhhh shit"

"Hehehe masa kecil kurang bahagia lu Din" kami tertawa bersama.

"Iya iya dah, giliranmu Fid"

"Hmmmmn" dia berpikir, kali ini cukup lama. Kuhidupkan sebatang rokok dan kuhisap dalam-dalam.

"Aku tak pernah melakukan hubungan seks"

Perkataaan dia membuatku terkejut namun aku langsung berusaha untuk tetap cool, kuambil gelas whiskey dan meminumnya.

Hooo, Fidly masih perawan ternyata.

"Hehehe sudah kuduga, cowok pasti pernah ngeseks kan hahaha"

"Iya hhhhh" aku mendengus. "Jarang sekarang cewek-cewek yang masih segelan. Salut gue sama kamu" tambahku. Ia tersenyum manis.

"Jadi, berapa cewek Din?" tanya dia.

"Emmm beberapa sih, aku gak sempet ngitung"

"Cowok mesum, dasar. Eh, jangan-jangan nanti aku diperkosa disini...."

Ya ampun Fidly, jangan mancing dong.

"......."

"Gak-gak canda kok, aku percaya sama kamu" kata Fidly. "Giliranmu Din"

"Hmmm apa ya....." aku berpikir. Kepalaku mulai terasa pusing karena whiskey itu. Pikiranku juga mulai sedikit kacau.

"Aku tak pernah hidup sendirian di hutan" kepalaku berputar-putar tanpa sadar aku melontarkan pernyataan. Fidly terlihat datar mukanya tak seperti tadi, aku yakin dia tersinggung dengan perkataanku. Kami terdiam cukup lama tak menatap satu sama lain. Kuisap rokokku dalam-dalam. Fidly meneguk kembali gelas berisi whiskey itu dan menatapku, datar.

"Oke Din, ehem. Giliranku ya"

"Fid...."

"Dah Din gak usah dibahas, memang kenyataanya seperti itu, aku gak apa-apa kok hehe"

"Oke dah" Fidly mengisap rokoknya pelan saja, berbeda denganku yang biasa kuhisap dalam. Tapi aku bisa maklum karena dia perempuan.

"Aku tak pernah........" perkataan dia terputus.

"Aku tak pernah merasa kehilangan dengan orang yang aku cintai....."

Bagaikan ditusuk pedang, perkataan Fidly menusuk hatiku dalam sekali. Emosiku tiba-tiba naik, aku mengambil botol whiskey dan menuangkan kedalam gelas, hampir penuh lalu kuminum semuanya tanpa jeda, kepalaku semakin pusing, otakku tak bisa berpikir jernih. Kubanting gelas itu ke meja, suara bantingannya sampai membuat Fidly tersentak.

BRAKKKK

Beruntung gelasnya tidak pecah.

Aku merasa gelisah karena pengaruh alkohol dan emosiku yang semakin tak terbendung, aku berdiri dan membawa botol whiskey yang masih penuh, Fidly terheran melihat sikapku.

"Aku mau pipis dulu, kamu tetap disini ya"

"Hah? pipis kok bawa botol....."

"KAMU GAK DENGER APA! AKU MAU PIPIS OKE??" aku membentaknya. Aku berjalan lunglai menuju kamar mandi, setelah beres buang air aku berjalan menuju lantai atas. Kuminum botol whiskey itu banyak-banyak, kepalaku semakin pusing. Karena tak kuat aku terjatuh diatas teras rumah.

Tak lama Fidly mendekatiku dan duduk disampingku.

"Kamu kenapa sih?" tanya dia.

Aku tak menjawab, kuteguk kembali botol whiskey ini.

"Heh Din, kamu kenapa?" ia mengambil botol itu saat aku masih meneguknya, sehingga cairan itu tumpah membasahi celanaku. Aku tak meresponnya dan tetap diam.

"Perkataanmu tadi, membuatku teringat pada seseorang Fid" kataku lirih.

"Ohh, maaf aku gak bermaksud" balasnya bersalah.

"Iya aku tahu, it's okay......"

Kami terdiam cukup lama, menikmati pemandangan sore hari yang berawan cukup banyak, sepertinya akan turun hujan nanti malam.

"Gracia dan Kyla, dia temanku Fid"

"Ohh"

"Dan dia tewas karena kesalahanku sendiri, aku.... aku gagal menjaga dia....." air mataku mulai mengalir.

"Din, maafkan aku"

"Yeah, aku pantas disalahkan atas kematian mereka...."

Tiba-tiba Fidly memelukku erat.

"Sudah Din, kamu jangan salahkan dirimu sendiri. Yang sudah berlalu biarlah berlalu...." Fidly menatapku sambil tetap memeluk.

"Kalau saja aku.... aku bisa......."

"Dino, aku sebenarnya juga pernah mengalami hal yang sama seperti kamu. Aku pernah kehilangan seseorang......"

"Dia seorang perempuan, mungkin seumuran sama temanmu Gracia. Dia tergigit oleh mayat hidup Din, dan aku menembaknya atas kemauan dia....." Fidly terisak.

"Hiks.... hiks..... aku juga gagal menjaga dia Din, sama seperti kamu......" Ia menangis dipelukanku. Aku merasa kasihan dengan dia.

"Kita sama-sama merasa kehilangan Din" aku mengelus rambutnya untuk menenangkannya.

*****

UHUKKKK HOEEEKKKK HOEKKKKKK

Kumuntahkan semua isi perutku akibat kebanyakan minum, aku tak sadar sudah menghabiskan dua botol whiskey, beruntung aku bisa mencapai kamar mandi, bisa repot kalau aku muntah di lantai villa ini. Setelah itu aku membersihkan diri, perutku terasa perih sekali dan kepalaku pusing, dengan lunglai aku berjalan menuju kamar dimana Fidly sudah tertidur lelap. Ia mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek, posisi tidur dia tengkurap. Aneh memang, tapi aku bisa melihat buah pantat yang ternyata cukup bulat. Sial, nafsuku naik melihat pantat dia. Kulepas celana jeansku dan bajuku karena gerah akibat mabuk, lalu aku naik ke ranjang dan duduk disebelah Fidly, ia membalikkan tubuhnya ke posisi terlentang, buah dadanya tercetak di kaosnya yang cukup ketat, lucu juga lihat ekspresi Fidly saat tertidur.

Aku elus pipinya, merasa iba karena curhatan Fidly tadi. Dia wanita yang kuat mentalnya, bisa survive di hutan dan hebatnya dia bisa bertahan sendiri tanpa orang lain. Aku tersenyum.

"Kamu hebat Fid, aku senang bisa bertemu denganmu"

Pandanganku berputar-putar, kepalaku terasa berat dan akhirnya semuanya gelap.

*****

Kubuka kedua mataku, kepalaku masih terasa pusing namun tidak sehebat tadi malam. Kumiringkan kepalaku dan Fidly sudah tidak ada. Aku langsung bangun dari tempat tidur dan mengenakan pakaianku. Suara air mengucur terdengar di kamar mandi. Hmmm sepertinya dia sedang mandi, tapi hey, bukannya listrik disini mati ya?

"Fid" aku mengetuk pintu kamar mandi.

"Udah bangun Din" terdengar suaranya. "Ni bentar lagi aku kelar"

"Oh iya hehe"

Aku duduk di sofa yang cukup besar, kuhidupkan sebatang rokok dan kuhisap dalam-dalam. Tak lama pintu kamar mandi itu terbuka, aku bisa melihat Fidly berjalan dengan tubuh terbalut handuk putih, tubuhnya lumayan bagus sehingga aku terkesima.

"Heh ngapain lihat-lihat dah" kata dia.

"Ehhh emmm hehe gak apa-apa" balasku.

"Awas ya macem-macem, kamu mandi sana abis itu kita pergi dari sini"

Singkatnya aku sudah berpakaian lengkap dan badan ini terasa segar. Fidly memasukkan beberapa barang dan makanan kedalam ransel dan menggendongnya.

"Fid"

"Iya kenapa Din?"

"Emmm ikut ke campku yuk, kamu tinggal disana" kataku.

"Enggak Din, aku lebih suka hidup sendiri" dia menolak.

"Kenapa? Disana ada teman-temanku kok, kamu bisa berteman dengan mereka, banyak stok makanan juga"

"Maaf aku gak mau" ia menunduk, kuhampiri dia.

"Kenapa?"

"Aku.... aku gak bisa....."

"Fidly, lihat aku" ia menatap mataku.

"Kamu gak pantas untuk hidup sendiri Fid, tak selamanya kamu bisa survive sendiri" aku meyakininya sambil memegang pundaknya. "Aku senang bisa mengenalimu Fid, di camp kamu bisa punya banyak teman" tambahnya. Cukup lama kami bertatapan muka.

"Aku juga sudah anggap kamu seorang teman Fid"

"Dino, ikuti aku"

"Kemana?"

"Udah, ikuti aku"

Singkatnya kami keluar dari kompleks villa, berjalan cukup jauh dari lokasi sebelumnya. Akhirnya kami telah sampai di lokasi yang dia maksud, jujur pemandangan disini indah sekali.

"Din"

"Disinilah aku mengubur semua teman-temanku"

(Fidly's Theme)

Ia menunjuk sebuah gundukan tanah yang cukup besar dan sebuah balok kayu yang tertancap. Fidly berjalan mendekati gundukan tanah itu dan mengelus balok kayu itu. Aku mendekati dia yang sedang menangis, kuusap air matanya.

"Mereka mengajariku bertahan hidup Din, mereka sangat berjasa buatku..." katanya lirih. "Mereka tewas karena tergigit mahkluk itu saat menyerang campku, dan aku menembak mereka semua agar tak berubah menjadi mayat hidup" ia memeluk perutku erat.

"Fidly....."

Kuelus rambutnya untuk menenangkannya, cukup lama kami berpelukan.

"Mereka pasti senang sekali kamu bisa bertahan hidup sampai sekarang" kataku, ia menggangguk.

"Gimana, kamu ingin ikut denganku?" tanyaku, aku tak memaksa untuk mengajak dia bergabung ke camp.

"Iya Din, aku mau bergabung"

"Yaudah, kita pulang ke tempatmu dan kemasi barang-barangmu, oke?"

Ia menggangguk dan tersenyum, aku senang sekali.

*****

"Kamu tahu Dino kemana?" tanya Nadila tiba-tiba. Aku saat ini sedang membawa kayu bakar.

"Kak Dino kan pergi Nad, biasanya kayak gitu orangnya hehe" balasku.

"Tapi udah seharian Cit, gak balik-balik dia. Masak kamu gak khawatir?"

"Udah tenang aja, kak Dino pasti balik kok. Malah dia pernah gak balik selama tiga hari. Aku tahu dia orangnya suka menyendiri hehe" balasku, walau sebenarnya aku juga merasa khawatir. "Oh iya bantuin bawain dong"

"Oh oke" balasnya, aku dan Nadila membawa beberapa balok kayu bakar. Dari raut mukanya dia tampak kesal membawa benda ini hehe.

"Emmm Citra, aku boleh tanya sesuatu?" kata dia.

"Boleh Nad, apa?" balasku.

"Kamu sama Dino dekat banget ya"

"Emm ya begitulah hehe"

"Udah sejauh mana?" tanya Nadila, dia menatapku cukup tajam. Aku merasa kurang nyaman dengan tatapannya. "Udah sejauh mana hubungan kamu sama Dino?"

Aku terdiam, mulutku tak bisa bergerak. Aku tak menyangka Nadila berkata seperti itu.

"......."

"Kenapa Cit? kamu gak mau jawab pertanyaanku?"

"Aku.... hubunganku dengan kak Dino...." aku berusaha untuk menjawab walau itu sulit. Nadila semakin tajam menatap mataku.

"Aku anggap dia sebagai seorang kakak Nad...." jawabku, bohong.

"Owhh" iya menggangguk. "Sampai satu kamar ya...."

"Itu.... itu kak Dino yang minta, bukan aku" balasku cemas. Nadila tampak tenang mendengar jawabanku.

"Iya iya hehe, it's okay. Oh iya Cit, kamu mau tahu kenapa aku tanya begini?" kata Nadila.

"Kenapa?"

"Aku teman dekat dia sejak saat kuliah dulu, aku juga pernah satu kamar dengan dia"

"Hah?"

"Yep, itu dulu kok. Aku pernah menyakiti dia juga dan itu salahku"

"Kenapa kamu sakiti dia Nad?" tanyaku ingin tahu.

"Ceritanya panjang hehe. Kapan-kapan aku ceritain" aku hanya menggangguk.

"Hmmm Citra, sejauh mana kamu tahu tentang Dino?" tanyanya.

"Aku tahu kak Dino orangnya baik banget, dia sudah berkali-kali menyelamatkanku" balasku.

"Yang lain? tanggal lahirnya?" tanya Nadila, aku hanya menggeleng.

"Aku tahu tanggal, hari dan tahun lahirnya, aku tahu tempat dia lahir, aku tahu kondisi keluarga dia kacau dan dia pergi dari rumah bersama adiknya yang ia sangat cintai, aku tahu adik Dino orangnya tomboi banget tapi cantik. Aku tahu tinggi badannya, golongan darahnya, makanan dan minuman kesukaannya, aku tahu Dino awalnya ingin keluar dari perkuliahan karena jurusannya tak cocok dengan keinginannya, aku tahu dia suka main game, nonton film, serial TV kesukaannya. Aku tahu semuanya tentang dia" balasnya. Aku hanya terpana mendengarnya. Dia kembali menatapku.

"Apa yang kamu tahu dari dia, Citra?"

CREDITS ROLL
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd