Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tarantula [FANFIC]

Lord Dandelion

Suka Semprot
Daftar
9 Mar 2015
Post
24
Like diterima
2
Lokasi
Dandelion Land
Bimabet
Tarantula
by
Lord Dandelion
Point Blank © Zepetto.
Rated : Teen
Character : Tarantula, Red Viper

___________________________________________
Tarantula


point-blank-tarantula-3d-jaegil-lim.jpg

"Hei bocah! kau boleh keluar hari ini!" Pria setengah baya berkumis itu membentak seorang gadis yang duduk menundukkan kepala pirangnya dibalik jeruji besi. Lalu pria berseragam kepolisian dan berperawakan mirip algojo itu membuka pintu besi dihadapanya.


Sementara gadis yang dipanggilnya bocah hanya melirik dan tersenyum sinis dari balik sel besinya. "Ada apa?" Gadis yang berumur 24 tahun itu tampak tidak perduli.


"Kau seharusnya senang! Ada seorang yang baik hati mau mengeluarkanmu
dari tempat ini!" Timpal sang penjaga, memberika isyarat agar keluar mengikutinya.


Lalu beberapa narapidana wanita yang sejak tadi hanya bermain kartu kini mengalihkan perhatianya pada wanita yang dimaksud. "Kau akan meninggalkan kami Tarantula?" Tanya seorang wanita paruh baya yang menjadi teman satu sel gadis berjulukan Tarantula itu tampak khawatir. Dan tentu saja beberapa dari mereka tidak ingin teman seperjuanganya itu bebas terlebih dahulu, mungkin merasa kehilangan. Walau awalnya gadis itu sering diperlakukan tidak manusiawi oleh teman-temanya yang terpaut jauh umur mereka.


Tarantula gadis berambut pirang pendek seleher itu berdiri dari lantai yang sejak tadi ia duduki. Lalu berjalan keluar sel menuruti ajakan penjaga,tanpa memperdulikan pertanyaan teman-teman yang meributkan kebebasanya.


Tatapan jahat masih tersorot dari mata safir-nya yang tajam saat penjaga mengunci lagi selnya dan membiarkan penghuni sel itu berteriak-teriak meminta untuk dibebaskan juga. Tarantula berhenti sejenak dan menengok kearah teman-temannya, mengucapkan selamat tingal. “Teruslah hidup, jangan sampai membusuk meski kalian memang tua dan pantas mati. Aku akan kembali untuk membebaskan kalian. Selamat tinggal.” Tentu saja bukan dengan kalimat yang baik, dan semua sudah terbiasa atas sikap gadis bersurai pirang seleher itu.


***​

"Jadi apa maumu?" Gadis itu menatap dingin pada seorang wanita yang kini berdiri dihadapannya, umurnya lebih tua dua tahun dari si gadis pirang.


"Aku ingin kau ikut bersama kami," Jawab wanita berambut cokelat panjang dengan topi berwarna krem itu. "Kalau kau mau, kita hancurkan pemerintahan busuk ini dengan tangan kita!." Lanjutnya bersedekap dengan sorot mata yang tak kalah dingin. Wanita berjaket hitam dengan tanktop berwarna putih itu terlihat sangat serius.


Tarantula menyunggingkan senyum meremehkan membelakangi wanita itu dan memandang keluar jendela, "Apa untungnya bagiku?" Jawabnya sama sekali tidak tertarik dengan tawaran wanita dengan tubuh tinggi langsing itu.


"Membalaskan dendam kedua orangtuamu!" Perempuan yang tidak suka sinar matahari itu membetulkan letak kacamata hitamnya saat sinar matahari membias masuk kedalam ruangan gelap disebuah gedung kosong dan mengganggunya.


Bahu Tarantula menegang, dan memutar tubuhnya menatap tajam wanita cantik itu dengan mata birunya. "Apa Maksudmu?? Orang tuaku sudah lama mati kecelakaan!"


"Kau yakin kecelakaan itu terjadi begitu saja? Heh! Tak kusangka kau begitu naif!" Ucap wanita itu meremehkan.


"Tch! Tidak usah bertele-tele! Katakan padaku! Apa sebenarnya yang terjadi!" Tarantula mencengkeram kedua bahu wanita berkulit pale itu tak sabar untuk mendengar penjelasan atas kematian kedua orang tuanya.


Wanita itu melepaskan tangan Tarantula dari bahunya, "Kau tidak sabaran. Aku juga tidak suka berbasa basi. Baiklah aku akan menceritakan semuanya padamu."


Kemudian wanita itu menceritakan semua yang terjadi pada Tarantula, bahwa kedua orang tuanya tidak mati karena kecelakaan. Tapi karena kecelakaan itu sudah direncanakan sebelumnya. Korban kesalahan informasi, bukan orang tua Tarantula yang seharusnya terbunuh.


Saat itu pemerintah sedang direpotkan oleh penyerangan, perampokan yang dilakukan Free Rebel. Organisasi yang terbentuk oleh sebagian penduduk imigran yang merasa tersisih dan mendapat perlakuan deskriminasi dari pemerintah dan juga beberapa masyarakat. Pemberontakan ini menyebabkan penduduk asli semakin takut dan terancam oleh tindakan kejam para imigran itu.


Viviane. Seorang imigran yang berasal dari perancis, bekerja disuatu perusahaan export senjata api diam-diam tidak suka pemerintah memperlakukan para imigran dengan tidak adil. Dan sebagian diperlakukan dengan kejam, lalu berniat membantu para imigran itu. Viviane bergabung dengan Free Rebel, dia juga wanita pertama yang bergabung menjadi anggota Free Rebel.


Viviane wanita yang cerdik, dia mampu menyembunyikan jati dirinya. Menjadi warga imigran yang selalu patuh dan baik pada pemerintah. Namun sayang, selang beberapa tahun penghianatan itu terbongkar. Pemerintah tak kalah cerdik dengan wanita berambut cokelat itu, saat semua terbongkar mereka tetap diam dan membiarkan Viviane disana seolah-olah dia bukan wanita yang berbahaya.


Viviane menjadi target pembunuhan, pemerintah memutuskan untuk membunuh Viviane secara diam-diam. Namun kesalahan informasi dari pemerintah membuat satu keluarga tak berdosa itu menjadi korban pembunuhan.
"Jadi begitu?" Tarantula mengepalkan kedua tanganya, sorot matanya setajam mata elang, giginya menggeretak menahan amarah yang membuncah mendengar cerita dari perempuan yang baru saja dikenalnya. Api hitam berkobar didadanya. Dendam dan membenci pemerintah yang menurutnya ikut andil dalam kehancuran hidupnya dan keluarganya yang sebelumnya damai itu.
775844_546417682049389_1090756712_o.jpg


***​

Saat itu usianya baru 9 tahun. Dia hanyalah seorang gadis kecil polos yang tidak tahu apa-apa, yang hanya bisa menangis meraung- raung saat melihat kedua jasad kedua orang tuanya yang tak bernyawa dibawa ambulance.


Saat itu tubuhnya juga terluka akibat kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, namun luka itu tidak seberapa dibanding luka didalam dadanya.


Tarantula kecil hanya bisa terus menangis didepan ruang autopsi, dadanya tidak pernah sesakit itu sebelumnya. Beberapa kali dia mencoba mencubit tanganya berharap itu mimpi.


Tapi setiap kali dia mencubit lenganya itu terasa sakit, dan saat itu pula tangisanya kembali pecah. Gadis kecil itu tau artinya semua ini adalah kenyataan. Gadis kecil dengan rambut pirang sebahu itu tidak lagi mempunyai siapa-siapa. Dia hanya anak dari seorang imigran yang tidak mempunyai sanak saudara lain. Tadinya hanya dua orang tak bernyawa itu yang dia punya.


Masih terus menangis berharap kedua orang tuanya bangun kembali, tiba-tiba datang beberapa pria dewasa berseragam militer menghampirinya.


"Hei nak??" Sapa salah seorang dari mereka. Mendekat dan berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pendek Tarantula.


Tarantula menghentikan sejenak isakkannya, melihat satu persatu pria yang mendatanginya dengan mata biru indah yang masih basah.


"Berhentilah menangis," Lanjut pria berseragam militer itu. Mengusap ujung kepala pirang Tarantula. "Siapa namamu?"


"...." Tarantula hanya diam, dan
menggeleng.


"Eh? Kau tidak mau memberitahuku, padahal aku mempunyai banyak permen dan cokelat." Ucap pria itu mencoba pamer. Tarantula sedikit tertarik dan berniat memberitahukan namanya.


"Ty.."


Lalu kedua pria yang lainya tampak berbisik-bisik membicarakan sesuatu. "Maaf Jendral?" Panggil salah satu orang yang tadinya berbicara berdua itu.


Dan Jendral yang dimaksud adalah pria yang sedang mencoba menghibur Tarantula. Pria gagah diusianya yang tidak lagi muda itu menengok dan begitu saja mengabaikkan Tarantula yang menyebutkan namanya dengan lirih.


Pria itu kembali berdiri, lalu menoleh kesumber suara. Dan kemudian tersenyum lagi pada Tarantula yang masih diam dengan wajah polosnya. "Kau tunggu sebentar disini." Ucap Jendral yang ber tag name Conor pada Tarantula. Lalu pria berbadan tegap itu berjalan menghampiri kedua temanya yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.


Sesampainya disana, ketiga orang dewasa itu seperti terlibat dalam obrolan serius. Semua itu terlihat dari mimik wajah yang kadang kala menegang dan masam.


Tarantula masih melihat pemandangan yang tidak dia mengerti sama sekali. Hanya saja telinga kecilnya dapat menangkap sedikit pembicaraan yang membuatnya pusing itu.


Beberapa kali dia mendengar Jendral Conor menyebutkan bahwa seseorang diantara mereka harus merawat seorang anak. Tarantula tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti.


Ditengah pikiranya yang terus bertanya-tanya apa maksud pembicaraan ketiga orang dewasa itu, ternyata tidak lama kemudia ketiga orang itu menghampirinya.


Jendral Conor tersenyum pada Tarantula, tetapi dua yang lainya mempunyai tatapan yang membuat Tarantula merasa takut. Tarantula menundukan kepalanya.


"Jangan bersedih lagi, kau akan punya keluarga baru sekarang." Ucap Jendral Conor mengusap kembali kepala Tarantula dengan senyum hangatnya.


Keluarga baru? iya Letnan Alex, pria yang sedari tadi bersama Jendral Conor yang akan merawat Tarantula.


Senang hati gadis kecil pirang itu, dirinya akan mempunyai keluarga baru pengganti
keluarganya. Walau tidak akan sama,
setidaknya ia mempunyai rumah untuk pulang. Tapi andai bisa memilih, Tarantula
ingin tinggal bersama Jendral Conor saja.

***​

Tadinya kehidupan Tarantula bersama keluarga barunya berjalan normal saja. Namun itu tidak bertahan lama. Ayah angkatnya Letnan Alex sering melakukan tindak kekerasan dalam mendidik Tarantula.


Seringkali tubuh rapuh Tarantula dibanting ayahnya ketembok saat dirinya berkelahi dengan saudara angkatnya, Joice. Dan saat itu Tarantula hanya bisa menangis sambil memegangi dadanya yang sakit.


Joice adalah tipe anak yang pandai akting dan licik, juga manja. Sering kali Tarantula menerima perlakuan tidak menyenangkan dari orang tua Joice. Karena Joice selalu menghasut orang
tuanya.


"Pergi kau dasar pirang bodoh!" Bentak Joice, saat Tarantula tidak sengaja menumpahkan cat air milik Joice.


Dan tidak berselang beberapa lama Ibu Joice datang dan marah besar karena karpetnya kotor. Ibu Joice langsung menyeret tubuh kecil itu menuju gudang mengurungnya disana, didalam gudang yang gelap dan pengap.


"Ibuuuuu....Ayaaahhh..." Tangis Tarantula didalam gudang. Gadis kecil itu takut, menurut Tarantula tempat itu sangat menyeramkan. Hatinya sakit, tersiksa dan pedih. Ingin sekali menyusul kedua orang tuanya, tapi tidak tahu bagaimana caranya.

***​

Sudah tiga tahun Tarantula hidup ditengah keluarga angkatnya. Selama itu pula gadis yang kini menginjak remaja itu hidupnya terus merasa tersiksa. Masih merasa sedikit beruntung ketika Alex ayah angkatnya mau membiayai sekolahnya, dengan perintah dari Jendral Conor.


Walau hidupnya masih penuh dengan cacian dan sikap semena-mena dari keluarga angkatnya, setidaknya disekolah Tarantula masih bisa tertawa bersama teman-temanya. Nilai akademiknya juga tinggi, seharusnya juara pertama dikelasnya. Namun lagi-lagi dia hanya seorang imigran. Imigran tidak boleh lebih baik dari warga negara itu sendiri. Walau kenyataanya banyak warga imigran seperti Tarantula lebih unggul.


"Kemarikan bukumu pirang!" Teriak seorang gadis 12 tahun beriris emerald menarik paksa buku milik Tarantula.


"Jangan! Kau harus mengerjakan
sendiri Joey!" Tarantula menahan buku berisi PR yang sudah selesai ia kerjakan.


"Berikan padaku! Atau kulaporkan pada ayah!" Teriak Joice mengancam Tarantula, dan biasanya hal itu biasanya akan membuat Tarantula menyerah.


"Tidak Joey! Tidak boleh! Aku akan membantumu!" Tapi kali ini Tarantula tidak takut ancaman Joice.


Ayah Joice yang sedang membaca koran dilantai bawah geram mendengar suara gaduh dari lantai atas. Kamar anak-anaknya.


Dengan rasa amarah yang menggebu, Alex bangkit dan berjalan menuju kekamar Joice dan Tarantula. 'Brak!' Pintu kamar kedua gadis itu terbanting keras. Dan sesosok pria yang sudah memasang wajah dengan aura membunuh berdiri didepan pintu, menatap tajam pada Tarantula.
"A-ayah?" Tarantula gelagapan, jantungnya berdetak kencang. Kini dia sadar seharusnya dia memberikan PR itu pada Joice.


Ayah angkatnya berjalan kearahnya, lalu menarik rambut pirangnya dengan kasar. "Dasar pirang sialan! Kau selalu membuat Joey kesal! Kau memang tidak pantas hidup dinegara kami!"


"Aah! Ayah sakit!" Pekik Tarantula, saat merasa akar-akar rambut panjangnya tercabut dari kulit kepalanya.


"Kau selalu membuat Joey tidak suka ha! Kau pantas menerima hukuman!" Alex menyeret tubuh kecil Tarantula keluar kamar dan menuruni tangga diikuti Joice yang senang melihat Tarantula menangis memohon ampun.


"Ayaaah... kumohon! Jangan sakiti aku!" Tangis Tarantula, memohon pada ayahnya yang sepertinya sudah tidak mempunyai belas kasihan.


Rambut panjangnya masih ditarik dengan kasar, dan beberapa helai telah benar-benar lepas dari akarnya. Dia terus berontak dan berusaha lari tapi tenaganya tidak cukup melawan seorang pria dewasa yang tengah kalap.


Mendorong tubuh Tarantula dilantai yang dingin, Tarantula jatuh tersungkur sambil menangis. "Ambilkan gunting ayah Joey!" Perintah Alex dengan wajah lebih mirip terroris daripada seorang tentara militer.


Tarantula membelalakan iris safirnya, takut akan sesuatu terjadi padanya. Sementara Joice segera berlari mengambil gunting dikamar ayahnya seperti perintahnya tadi.


Dan tak begitu lama Joice kembali dengan membawa gunting bergagang hitam dan diberikan pada ayahnya.


"Jangan ayaah..." Tarantula terus memohon, saat ayahnya kembali menarik rambut pirangnya. Sadar apa yang akan dilakukan ayahnya.


Dan 'Kress...Kress' rambut panjang Tarantula terpotong. Berjatuhan disamping badanya. "Ayaaah...." Masih terus menangis. Menangis saat beribu-ribu rambutnya itu terus berjatuhan disekeliling tubuhnya. Bahkan disekitar wajahnya penuh dengan rambut yang menempel bercampur dengan air mata.


Ayahnya berhenti memotong rambut indah itu, saat rambut itu hanya sepanjang lehernya saja. Tarantula bersimpuh menundukan kepalanya. Tangan kecilnya terkepal kuat. Matanya
berubah tajam, dadanya teramat sangat sakit.


Rambut panjang itu, kesukaan ibunya. Indah karena ibu merawatnya sedari bayi. Namun kini rambut panjang dan indah itu tidak lagi ada.


Tarantula tidak bisa membiarkan ini, ini sudah keterlaluan bukan!. Lalu Tarantula bangkit dan berlari kekamar ayahnya. Ayah dan saudara angkatnya tidak mengerti apa yang akan dilakukan Tarantula lalu mengikutinya.


Dengan rasa amarah didadam dadanya yang berkobar Tarantula membuka laci dikamar ayah angkatnya. Dengan serampangan dia menjatuhkan beberapa benda disana.


Dan tak lama gadis itu menemukan sesuatu yang dia cari. Sesuatu yang pernah dilihatnya saat ayah angkatnya itu menyuruhnya mengambil pulpen. Sebuah Revolver.


Ayah dan saudara angkatnya membelalakan mata hijau mereka saat memasuki kamar. Mereka terkejut karena Tarantula sudah menodongkan revolver itu dengan kedua tangan yang belum dikatakan besar itu. Mata birunya tajam setajam mata elang. Tatapanya berubah menjadi tatapan jahat, tatapan yang tidak takut apapun.


Tanpa ragu gadis itu menarik pelatuk kecil dengan kedua jari telunjuknya.

'Dor!'

'Slap!'

Satu peluru menembus dada ayah angkatnya, mata hijau itu semakin membulat. "A-an-ak bre_" Mencoba menyerang Tarantula.


Sementara Joice yang panik masih dengan cepat berlari bersembunyi dibalik pintu dan menutup telinga dan matanya.


'Dor!' Satu tembakan lagi mengenai dada itu lagi. Ayahnya terjatuh dilantai.

'Dor!'

Joice menjerit ketakutan, menutup kedua telinganya, lalu berpindah dan bersembunyi dibawah kolong tempat tidur.


Suara tembakan masih terus ia dengar dari tempat persembunyiannya.

'Dor!'

'Dor!'


Iya. Beberapa tembakan telah dia lepaskan, namun masih belum puas. Walau tubuh yang kekar itu tak lagi bernyawa Tarantula masih tidak berhenti menembaki jasad ayah angkatnya itu, meski darah segar sudah mengalir ditempat kakinya berpijak Tarantula masih belum puas menyakiti ayah angkatnya.

***​

Tarantula meninju tembok disampingnya. Merasa terbodohi saat wanita pemilik tatto ular dilengan kananya itu menceritakan semua tindakan yang dilakukan pemerintah terhadap para imigran pada masa itu.


Kini dia sadar siapa yang membunuh orang tuanya. Letnan Alex. Orang tua angkatnya. Dan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan atas pembunuhan itu, Jendral Conor memutuskan Letnan Alex harus mengurus Tarantula.


"Cih! Setidaknya aku sudah membunuh keparat itu dengan tanganku sendiri jauh sebelum aku mengetahuinya!" Decih Tarantula. Semakin hilang rasa penyesalanya atas pembunuhan yang dilakukanya. "Meski begitu. Kebencianku terhadap mereka tidak akan hilang begitu saja." Ucapnya lagi. "Dan mereka harus membayar hidupku selama 12 tahun ditempat busuk itu!"


"Lalu??" Tanggap wanita yang sedari tadi masih setia menunggu jawaban Tarantula.


Tarantula memejamkan matanya. Menghela nafasnya dalam-dalam saat semilir angin dari jendela gedung tua itu membuat rambutnya menari-nari menyapu wajahnya yang cantik.


Meski kecantikan khas itu masih ada diwajahnya yang cantik, tapi aura jahat dan kekuatan yang sangat besar itu sangat mendominasi.


"Aku ikut denganmu, Viper Red!" Ucapnya yakin.

"Hmh..." Gumam Red senang, meski dia tak menunjukkan itu. Red Viper. Wanita wanita kuat dari Free Rebel, tak kalah cantik dengan Tarantula. Dia adalah putri tunggal dari Viviane, dia juga pimpinan kedua di Free Rebels.


Red mengulurkan tangannya. "Kalau begitu, selamat bergabung di Free Rebels. Tyra!" Ucap Red memanggil nama asli Tarantula dengan senyum angkuhnya.


Tarantula tidak menyambut uluran tangan itu, dia melengos tak kalah angkuh. Red hanya tersenyum tipis, begitulah seharusnya Free Rebel.


Dan hari itu Tarantula resmi menjadi anggota Free Rebel, pemberontak yang akan terus meneror pemerintahan yang tak kunjung membaik. Wanita bertatto Naga api disepanjang dada dan perutnya itu bersumpah akan menghancurkan pemerintah yang sudah memperlakukan para imigran tidak adil.

point-blank-tarantula-2-3d-jaegil-lim-500x804.jpg


End
 
Terakhir diubah oleh moderator:
wah sayang ya cerita yang bagus cuman sampai di sini tapi buat suhu Lord dandelion tulisannnya keren suhu !
 
untuk kelanjutan kisahnya, mainkan di game kesayangan anda
:jimat:

cerita dan penyajian
juga tampilan
:jempol:
buat yang baca jadi penasaran
jika ini sebuah hidangan
:ngiler:
pengen nambah lagi!
 
untuk kelanjutan kisahnya, mainkan di game kesayangan anda
:jimat:

cerita dan penyajian
juga tampilan
:jempol:
buat yang baca jadi penasaran
jika ini sebuah hidangan
:ngiler:
pengen nambah lagi!

wah sayang ya cerita yang bagus cuman sampai di sini tapi buat suhu Lord dandelion tulisannnya keren suhu !

Sekali lagi terima kasih senpai Mtroyes dan andytama.
Ini sebenarnya cerita lama yang berdebu dikomputer saya lalu saya post disini.
Ada beberapa part sebenarnya yang masih menceritakan tentang mereka, tapi saya lupa menyimpan file-nya dimana. mau ngetik ulang rasanya mager sekali XD
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Waw ceritany :jempol: syng klo brenti ampe sini.

Jd nulis ceritany brdasarkan mood yach? Dsini byk lho semproters yg sangat mngapresiasi n mnghargai setiap karya.

Tp yg pnting ceritany mantap, smoga brlanjut :beer:

Waah ada yang sudi mampir lagi, terima kasih banyak.
Saya maunya juga begitu, tapi lagi2 memang mood sangat mempengaruhi cara saya menulis XD. semoga kedepannya saya bisa menciptakan lebih banyak karya untuk meramaikan forum ini. terima kasih banyak.
 
Ini sudah tamat kan ? Blom dimasukkan ke dalam index nih, nunggu persetujuan TS...

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd