Pemcobel
Adik Semprot
- Daftar
- 25 Jun 2014
- Post
- 120
- Like diterima
- 11
Sungguh tak pernah terbayang oleh Kasvin, dirinya bakal bersetubuh dengan Katrin, sahabat dekatnya sendiri. Walaupun itu persetubuhan yang dilandasi nafsu sekilat, namun keindahannya tiada tara. Mereka bercinta bagai sepasang kekasih yang telah lama tak memadu cinta. Entah siapa yang memulai, sehingga malam dingin itu terlewati dengan percintaan dahsyat berulang, yang membuat tubuh dan tulang mereka bagai terhempas pada titik terendah.
ehm..hh.. desah Katrin, saat sekali lagi kontol Kasvin menyesak memeknya. Sementara tubuh mungil mulusnya yang sudah tak berlapis apapun itu, pasrah menahan gairahnya akibat remasan, usapan dan kecupan bibir Kasvin. Katrin merasakan kontol Kasvin yang panjang itu menojok hingga ke pangkal rahimmnya. Ia baru tahu kalau kontol Kasvin tak terlalu besar, namun cukup panjang. Cukup representatif bagi memeknya yang kecil. Katrin terpejam menikmati sodokan kontol itu.
Percintaan mereka tidak diawali dengan ritual yang aneh-aneh, karena mereka memang tidak merencanakan percintaan ini. Semua terjadi begitu saja.
oh.. lagi katrin mendesah merasakan kontol kasvin menggoyang memeknya yang berbulu indah itu. Ia berusaha melakukan jepitan otot memeknya saat Kasvin menekan kontolnya, sehingga kasvin merasakan memek itu meremas kontolnya. Sesekali Kasvin menengahi pompaan kontolnya dengan mengisapi buah dada Katrin. Katrin cukup bangga dengan tubuhnya, meski bertubuh mungil, tapi dadanya cukup besar untuk ukuran tubuhnya, selain itu kulitnya mulus dan putih.
Katrin meraih pantat Kasvin, menginginkan sodokan lebih cepat dan dalam. Walau ia sudah merasakan ledakan orgasme klitoral, namun ia ingin orgasme vaginal yang lebih dahsyat, melalui rangsangan pada g-spotnya. Sementara Kasvin pun menginginkan hal serupa. Namun ia ingin percintaan yang lebih panjang. Ia ingin membuat sahabat yang sering curhat itu, benar-benar terpuaskan.
ayohh,,vin, pinta Katrin, menginginkan Kasvin menyerangnya lebih ganas. Kasvin tersenyum, ia menatap wajah Katrin yang sudah memerah, menahan gelombang kenikmatan yang mulai merasuki aliran pembuluh darahnya. Lalu dengan gairah yang sudah membumbung, Kasvin melakukan genjotan lebih cepat.
ohhh...gitu, vin...ya...ouh leguh Katrin. Tangannya meraih kepala Kasvin, meremas rambut ikal itu. Leguhan Katrin membuat, kasvin semakin bersemangat. Ia mengecup bibir Katrin yang penuh itu, menghisap mulut itu kencang.
oupphhhss... Katrin tersengal mendapat selingan itu.
Di luar hujan menyiram tiada henti dan kuat. Pondok tempat mereka bercinta berderik menaham hempasan angin. Persis pantat Katrin yang menahan hempasan genjotan Kasvin. Sesekali gelegar petir, menyiangi teriakan tertahan Katrin dan gemuruh nafas Kasvin. Daun-daun yang bergoyang dihempas angin, mengikuti goyangan dan tusukan kontolnya pada memek Katrin. Percintan panjang itupun sepertinya sebuah awal kisah mereka selanjutnya.
Tiga jam sebelumnya...
Mobil Angdes jenis carry yang menuju Desa Semoyo itu, berguncang keras. Jalan desa yang hanya disiram batu kali itu, membuat seisi mobil terloncat-loncat. Dalam mobil itu terdapat dua lekaki umuran 50an, satu anak kecil dan dua pasang pria dan wanita muda, umuran 25an. Di depan sang sopir menikmati indahnya jalan dengan sesekali menghembuskan asap rokoknya.
Masih jauh Pak, desanya? tanya salah satu laki-laki muda kepada salah satu lelaki tua.
Masih Mas, kira-kira 2 jam lagi... jawab sang lelaki tua dengan semangat. Seketika salah satu wanita muda usia itu menyahut kaget
Apa...? haduh bisa copot nih pinggang
Nyante aje San... sahut wanita satunya disambut gelak tawa sepasang lelaki muda, entah tertawa untuk temannya atau metertawai diri mereka sendiri.
Mobil terus melaju kencang, menembus jalan berkelok, naik dan turun. Sang sopir terus menghembuskan rokoknya, sembari meneliti jalan desa yang kini sudah masuk ke kawasan hutan. Hawa sejuk hutan menerobos hidung. Begitu segar. Sesekali mobil terguncang keras lagi, sampai akhirnya disebuah tikungan tajam dan menurun, sang sopir sepertinya kehilangan kendali, mobil itu meluncur deras menurun. Menerobos semak belukar di yang tumbuh di pinggiran jalan. Se isi mobil terkejut dan berteriak ketakutan. Berusaha untuk berpegangan kuat agar tidak terbanting.
Mobil melaju semakin kencang, sebelum akhirnya masuk ke pinggiran sungai, setelah sempat menghantam pepohonan kecil sebesar lengan. Pohon-pohon itu justru menjadi rem dadakan. Mobil berhenti sempurna tempat di pinggir sungai yang airnya mengalir tenang dan bening. Seisi mobil berloncatan keluar. Syukur tak ada yang cidera parah. Mereka patut bersyukur pada semak dan pohon-pohon kecil yang menjadi ambal lembut untuk si mobil mendarat. Namun mereka tetap shock, benar-benar tak menyangka perjalanan mereka yang sudah lebih dari 3 jam itu, berakhir seperti ini.
Shock penumpang angdes ini seketika berubah menjadi kebingungan, ya, mereka bingung bagaimana mencapai Desa Semoyo. Perjalanan menggunakan mobil saja masih sekitar 1,5 jam lagi. Sementara mobil tidak bisa dipakai lagi karena ia mendarat di tepi sungai, sekira 100 meter dari pinggir jalan. Perlu mobil derek mengevakuasinya. Tapi di tengah jalan desa, di kawasan hutan begini mana ada mobil model itu. Ini kawasan tertinggal. Satu-satunya angdes yang meu masuk desa ini adalah mobil yang ditumpangi. Mau menghubungi siapa pun gak bisa, sinyal ponsel gak ada, ini blank area...
Gimana ini Vin tanya lelaki muda kepada cowok tinggi agak kurus namun berbahu lebar, yang ternyata bernama Kasvin. Kasvin menoleh ke temannya itu. Lalu matanya menyapu dua teman wanitanya, Katrin dan Viani.
hmm, gimana ya Jo... tanya balik. Lalu melanjutkan :
Hari sudah semakin gelap nih, kita gak mungkin ngotot kesana,
Iya... jawab Viani, sembari memegang tangan Jo. Mereka memang pacaran.
Kasvin mendekati si sopir, sesaat mereka seperti ngobrol serius. Sementara dua lelaki tua bersama anak kecil tampak mencuci muka di air sungai. Wajah mereka masih pucat pasi. Mereka duduk dibebatuan sembari bengong, tampaknya.
Tak lama kemudian, Kasvin mendekati teman-temanya. Menurut pak sopir, kurang lebih 1 jam perjalanan akan ada satu rumah penduduk. Di sana kalo mereka beruntung pemilik rumah sedang berada di rumah itu, karena biasanya pemilik rumah suka ke kebun mereka dan menginap di pondok mereka di sana. Mereka bisa meminjam angkong, yaitu sejenis angkutan petani yang ditarik sapi yang digunakan untuk mengangkat hasil kebun. Kalau berjalan tanpa henti mungkin Hanya itu informasi singkat dari sopir.
Setelah berembug, akhirnya keempat sekawan itu memutuskan untuk nekat melanjutkan perjalanan, karena bagi mereka menunggu di bibir sungai ini, sama saja gak jelasnya daripada mencoba nekat menembus jalan. Lagian mereka meniti jalan desa. Bukan hutan rimba. Hari semakin gelap, jam sudah menunjukan pukul 6.15. jalanan itu mulai sulit dilihat dengan mata telanjang. Suasana hutan memang menjadikan gelap lebih cepat datang.
Mereka sudah hampir sejam berjalan tanpa henti. Membelah kawasan hutan itu. Namun rumah yang dikatakan oleh si sopir belum juga terlihat. Kaki-kaki mereka sudah mulai menjerit kelelahan...
Vin kita istirahat dulu ya,... pinta Katrin.
Tanggung Rin, bentar lagi.. jawab Kasvin
Ya, Vin kita stop dulu, lagian buku-buku ini sangat berat, Jo menyetujui saran Katrin.
...hmmm lima menit lagi, kalo rumah itu gak keliatan juga, terpaksa kita nginep disini, oke?.. akhirnya Kasvin memutuskan.
Temannya tidak menjawab, tapi mengikuti langkah Kasvin. Kasvin memang sosok cowok yang bertanggungjawab, selintas ia kelihat cuek, tapi kalau sudah kenal, maka sosok ini menjadi sangat ramah dan perhatian. Karena itu banyak cewek-cewek yang suka dengannya. Namun Kasvin sepetinya es yang beku, ia tampak lebih serius di bidang sosial kemasyarakatan, yaitu membagikan buku-buku bacaan bagi daerah-daerah tertinggal. Ia sepertinya belum tertarik untuk mengenal lebih dalam seorang wanita. Ia cukup dikenal di kalangan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan di kotanya, karena kegiatannya itu.
Kasvin melirik jam digital merk QnQ miliknya. Lima menit sudah berlalu. Namun rumah yang dijanjikan si sopir tidak juga terlihat. Sementara langit tiba-tiba berkilat terang diikuti oleh bunya gelegar petir
Haduh...jangan hujan dong.... rengek Via.
Iya, tuhan tolong dong, jangan hujan dulu, timbal Katrin. Kasvin dan Jo hanya tersenyum geli mendengar rengekan dua gadis itu. Kasvin memperhatikan raut muka Kasvin yang terlihat sangat lelah, Namun demikian di balik jilab coklat muda itu, wajahnya masih terlihat enak dilihat, manis dan imut.
....................
bersambung....
ehm..hh.. desah Katrin, saat sekali lagi kontol Kasvin menyesak memeknya. Sementara tubuh mungil mulusnya yang sudah tak berlapis apapun itu, pasrah menahan gairahnya akibat remasan, usapan dan kecupan bibir Kasvin. Katrin merasakan kontol Kasvin yang panjang itu menojok hingga ke pangkal rahimmnya. Ia baru tahu kalau kontol Kasvin tak terlalu besar, namun cukup panjang. Cukup representatif bagi memeknya yang kecil. Katrin terpejam menikmati sodokan kontol itu.
Percintaan mereka tidak diawali dengan ritual yang aneh-aneh, karena mereka memang tidak merencanakan percintaan ini. Semua terjadi begitu saja.
oh.. lagi katrin mendesah merasakan kontol kasvin menggoyang memeknya yang berbulu indah itu. Ia berusaha melakukan jepitan otot memeknya saat Kasvin menekan kontolnya, sehingga kasvin merasakan memek itu meremas kontolnya. Sesekali Kasvin menengahi pompaan kontolnya dengan mengisapi buah dada Katrin. Katrin cukup bangga dengan tubuhnya, meski bertubuh mungil, tapi dadanya cukup besar untuk ukuran tubuhnya, selain itu kulitnya mulus dan putih.
Katrin meraih pantat Kasvin, menginginkan sodokan lebih cepat dan dalam. Walau ia sudah merasakan ledakan orgasme klitoral, namun ia ingin orgasme vaginal yang lebih dahsyat, melalui rangsangan pada g-spotnya. Sementara Kasvin pun menginginkan hal serupa. Namun ia ingin percintaan yang lebih panjang. Ia ingin membuat sahabat yang sering curhat itu, benar-benar terpuaskan.
ayohh,,vin, pinta Katrin, menginginkan Kasvin menyerangnya lebih ganas. Kasvin tersenyum, ia menatap wajah Katrin yang sudah memerah, menahan gelombang kenikmatan yang mulai merasuki aliran pembuluh darahnya. Lalu dengan gairah yang sudah membumbung, Kasvin melakukan genjotan lebih cepat.
ohhh...gitu, vin...ya...ouh leguh Katrin. Tangannya meraih kepala Kasvin, meremas rambut ikal itu. Leguhan Katrin membuat, kasvin semakin bersemangat. Ia mengecup bibir Katrin yang penuh itu, menghisap mulut itu kencang.
oupphhhss... Katrin tersengal mendapat selingan itu.
Di luar hujan menyiram tiada henti dan kuat. Pondok tempat mereka bercinta berderik menaham hempasan angin. Persis pantat Katrin yang menahan hempasan genjotan Kasvin. Sesekali gelegar petir, menyiangi teriakan tertahan Katrin dan gemuruh nafas Kasvin. Daun-daun yang bergoyang dihempas angin, mengikuti goyangan dan tusukan kontolnya pada memek Katrin. Percintan panjang itupun sepertinya sebuah awal kisah mereka selanjutnya.
Tiga jam sebelumnya...
Mobil Angdes jenis carry yang menuju Desa Semoyo itu, berguncang keras. Jalan desa yang hanya disiram batu kali itu, membuat seisi mobil terloncat-loncat. Dalam mobil itu terdapat dua lekaki umuran 50an, satu anak kecil dan dua pasang pria dan wanita muda, umuran 25an. Di depan sang sopir menikmati indahnya jalan dengan sesekali menghembuskan asap rokoknya.
Masih jauh Pak, desanya? tanya salah satu laki-laki muda kepada salah satu lelaki tua.
Masih Mas, kira-kira 2 jam lagi... jawab sang lelaki tua dengan semangat. Seketika salah satu wanita muda usia itu menyahut kaget
Apa...? haduh bisa copot nih pinggang
Nyante aje San... sahut wanita satunya disambut gelak tawa sepasang lelaki muda, entah tertawa untuk temannya atau metertawai diri mereka sendiri.
Mobil terus melaju kencang, menembus jalan berkelok, naik dan turun. Sang sopir terus menghembuskan rokoknya, sembari meneliti jalan desa yang kini sudah masuk ke kawasan hutan. Hawa sejuk hutan menerobos hidung. Begitu segar. Sesekali mobil terguncang keras lagi, sampai akhirnya disebuah tikungan tajam dan menurun, sang sopir sepertinya kehilangan kendali, mobil itu meluncur deras menurun. Menerobos semak belukar di yang tumbuh di pinggiran jalan. Se isi mobil terkejut dan berteriak ketakutan. Berusaha untuk berpegangan kuat agar tidak terbanting.
Mobil melaju semakin kencang, sebelum akhirnya masuk ke pinggiran sungai, setelah sempat menghantam pepohonan kecil sebesar lengan. Pohon-pohon itu justru menjadi rem dadakan. Mobil berhenti sempurna tempat di pinggir sungai yang airnya mengalir tenang dan bening. Seisi mobil berloncatan keluar. Syukur tak ada yang cidera parah. Mereka patut bersyukur pada semak dan pohon-pohon kecil yang menjadi ambal lembut untuk si mobil mendarat. Namun mereka tetap shock, benar-benar tak menyangka perjalanan mereka yang sudah lebih dari 3 jam itu, berakhir seperti ini.
Shock penumpang angdes ini seketika berubah menjadi kebingungan, ya, mereka bingung bagaimana mencapai Desa Semoyo. Perjalanan menggunakan mobil saja masih sekitar 1,5 jam lagi. Sementara mobil tidak bisa dipakai lagi karena ia mendarat di tepi sungai, sekira 100 meter dari pinggir jalan. Perlu mobil derek mengevakuasinya. Tapi di tengah jalan desa, di kawasan hutan begini mana ada mobil model itu. Ini kawasan tertinggal. Satu-satunya angdes yang meu masuk desa ini adalah mobil yang ditumpangi. Mau menghubungi siapa pun gak bisa, sinyal ponsel gak ada, ini blank area...
Gimana ini Vin tanya lelaki muda kepada cowok tinggi agak kurus namun berbahu lebar, yang ternyata bernama Kasvin. Kasvin menoleh ke temannya itu. Lalu matanya menyapu dua teman wanitanya, Katrin dan Viani.
hmm, gimana ya Jo... tanya balik. Lalu melanjutkan :
Hari sudah semakin gelap nih, kita gak mungkin ngotot kesana,
Iya... jawab Viani, sembari memegang tangan Jo. Mereka memang pacaran.
Kasvin mendekati si sopir, sesaat mereka seperti ngobrol serius. Sementara dua lelaki tua bersama anak kecil tampak mencuci muka di air sungai. Wajah mereka masih pucat pasi. Mereka duduk dibebatuan sembari bengong, tampaknya.
Tak lama kemudian, Kasvin mendekati teman-temanya. Menurut pak sopir, kurang lebih 1 jam perjalanan akan ada satu rumah penduduk. Di sana kalo mereka beruntung pemilik rumah sedang berada di rumah itu, karena biasanya pemilik rumah suka ke kebun mereka dan menginap di pondok mereka di sana. Mereka bisa meminjam angkong, yaitu sejenis angkutan petani yang ditarik sapi yang digunakan untuk mengangkat hasil kebun. Kalau berjalan tanpa henti mungkin Hanya itu informasi singkat dari sopir.
Setelah berembug, akhirnya keempat sekawan itu memutuskan untuk nekat melanjutkan perjalanan, karena bagi mereka menunggu di bibir sungai ini, sama saja gak jelasnya daripada mencoba nekat menembus jalan. Lagian mereka meniti jalan desa. Bukan hutan rimba. Hari semakin gelap, jam sudah menunjukan pukul 6.15. jalanan itu mulai sulit dilihat dengan mata telanjang. Suasana hutan memang menjadikan gelap lebih cepat datang.
Mereka sudah hampir sejam berjalan tanpa henti. Membelah kawasan hutan itu. Namun rumah yang dikatakan oleh si sopir belum juga terlihat. Kaki-kaki mereka sudah mulai menjerit kelelahan...
Vin kita istirahat dulu ya,... pinta Katrin.
Tanggung Rin, bentar lagi.. jawab Kasvin
Ya, Vin kita stop dulu, lagian buku-buku ini sangat berat, Jo menyetujui saran Katrin.
...hmmm lima menit lagi, kalo rumah itu gak keliatan juga, terpaksa kita nginep disini, oke?.. akhirnya Kasvin memutuskan.
Temannya tidak menjawab, tapi mengikuti langkah Kasvin. Kasvin memang sosok cowok yang bertanggungjawab, selintas ia kelihat cuek, tapi kalau sudah kenal, maka sosok ini menjadi sangat ramah dan perhatian. Karena itu banyak cewek-cewek yang suka dengannya. Namun Kasvin sepetinya es yang beku, ia tampak lebih serius di bidang sosial kemasyarakatan, yaitu membagikan buku-buku bacaan bagi daerah-daerah tertinggal. Ia sepertinya belum tertarik untuk mengenal lebih dalam seorang wanita. Ia cukup dikenal di kalangan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan di kotanya, karena kegiatannya itu.
Kasvin melirik jam digital merk QnQ miliknya. Lima menit sudah berlalu. Namun rumah yang dijanjikan si sopir tidak juga terlihat. Sementara langit tiba-tiba berkilat terang diikuti oleh bunya gelegar petir
Haduh...jangan hujan dong.... rengek Via.
Iya, tuhan tolong dong, jangan hujan dulu, timbal Katrin. Kasvin dan Jo hanya tersenyum geli mendengar rengekan dua gadis itu. Kasvin memperhatikan raut muka Kasvin yang terlihat sangat lelah, Namun demikian di balik jilab coklat muda itu, wajahnya masih terlihat enak dilihat, manis dan imut.
....................
bersambung....