Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Senja Jingga Menjelang Malam Guram

McDodol

Semprot Holic
Daftar
6 Aug 2012
Post
340
Like diterima
188
Bimabet
Senja Jingga Menjelang Malam Guram
oleh: McD (McDodol)
https://v1.semprot.com/t/1120487


NB: No SARA. Cerita ini fiktif belaka.


Pelaku peran:

Subarman (Barman/35) = ayah kandung Ayu, teman lama Dharma.
Sudharma (Dharma/35) = ayah-tirinya Pryo, seorang duda.
Darto (28) = adik bungsunya Dharma.
Sribunga (Sri/35) = ex-isterinya Dharma, ibu kandungnya Pryo.
Supriyo (Pryo/20) = Anak-tirinya Dharma, anak kandung Sri.
Ayu Dianita (Ayu/19) = Isterinya Pryo, mantu(tiri)-nya Dharma.
Nurita (Rita/29) = sepupu perempuan Dharma yang akrab.
Susi = rekan sekerja Pryo yang dikawininya.
Sarto (38) = suami Ani, ayah dari Asih dan Doni.
Ani (35) = isteri Sarto, ibu dari Asih dan Doni.
Zulkifli (34) = suaminya Asih.
Murniasih (Asih)/19) = teman sebangku SMA Ayu.
Doni (14) = adik kandung Asih.


***

Kronologi:

Isterinya Dharma, Sri minggat dengan selingkuhannya yang kaya-raya (saat Dharma masih aktif bekerja sebagai PNS di ibukota). Anak kandung Sri, Pryo (anak tirinya Dharma) kerja di ibukota, sukses, kawin lagi dengan Susi, rekan sekerjanya.
Ayu, isteri Pryo yang statusnya jadi tidak jelas, puteri kandung-nya Barman. Barman, kepala desa sekarang (dimana Dharma berdomisili) yang doyan kawin, isterinya banyak, temannya Dharma dari sejak kecil. Ayu sementara ini masih tinggal dengan mertua (tiri)-nya, Dharma yang saat pernikahaan Sri dan Pryo berlangsung hampir 2 tahun yang silam adalah sebagai ayah tiri Pryo. Pada saat itu Sri belum kecantol dengan seseorang yang bakalan jadi selingkuhannya dan teman minggatnya dari rumah milik Dharma sekarang ini.

***


Bagian 1 - Penyesalan Yang Tak Berujung

Malam mulai menggelap, cahaya matahari mulai meredup, sinarnya yang berwarna jingga mulai menipis... sang 'bapak siang' ini rupanya mulai 'mengantuk'... ingin segera masuk kedalam peraduannya... Nun jauh diatas sana, dekat segugusan bintang, 'sang ibu malam' mulai kelihatan muncul dengan cahaya yang lembut menyapu alam kelam dalam naungannya. Insan-insan di bumi yang bisa melihatnya, karena belum tidur... menyebutnya 'bulan purnama', sinarnya menerangi lembut alam sekitarnya...

Disana... dikejauhan dekat daerah jauh sekitar... dibawah kaki gunung... didekat hamparan sawah yang hijau pekat oleh gelapnya malam muda, yang berselimutkan cahaya lembut sang dewi malam... berdiri sebuah rumah, penghuninya belum juga tidur.

Ada 2 orang didalam rumah itu, seorang wanita muda, belum lagi genap 19 tahun umurnya, duduk termenung dekat jendela yang masih terbuka... sambil menatap keatas pada bulan purnama diatas langit... nun jauh disana tapi masih terlihat dengan mata telanjang.

Sedangkan penghuni satunya, seorang bapak-bapak tidak terlalu tua usianya 35 tahun berwajah gagah tapi berwibawa, Sudharma namanya. Dia adalah seorang PNS, yang dipaksa mengajukan pensiun dini... karena 'melawan arus' kebijakan atasannya. Atasannya ini karena jabatan yang diembannya, beliau berpikir dengan sekuat tenaga, bagaimana caranya... dapat menggerogoti uang dana proyek kemanusiaan yang dipercayakan negara padanya... dengan segala cara untuk kepentingan diri pribadi sendiri dan... koloni-nya.

Di alam maya... aku lah si pelaku peran...
Kalau di dunia nyata aku cuma angan-angan...
Beri aku peran super body yang... superman...
Akan kuberantas semua korupsi tinggal... kenangan...

Sudharma bukanlah seorang bodoh yang tak berpendidikan, sebaliknya dia adalah seorang sarjana dalam bidang Mesin Elektro dan lulus dengan predikat 'summa cum laude', dibenaknya penuh ide-ide cemerlang yang sejalan dengan keilmuan yang dimilikinya. Sayang... atasan yang korup tidak cukup 'jeli' untuk memanfaatkan keahlian dari seorang yang menjadi duda, karena ditinggal minggat oleh isterinya yang materialistik itu.

Rumah itu sendiri tidaklah terlalu terisolir benar dari penduduk desa yang lumayan besar dan banyak rumah-rumah telah berbatu bata merah permanen maupun semi-permanen milik para warganya, yang hanya berjarak 150 meter saja, desa yang berpenduduk kurang lebih 2000 jiwa. Desa yang mempunyai tempat belajar siswa bagi SD, SMP serta SMA yang berada dalam naungan satu atap gedung yang cukup besar dan memadai. Tanah dan keseluruhan bangunannya itu adalah milik pribadi Sudharma sebagai warisan dari orangtuanya yang dulu pernah menjabat sebagai kepala desa sewaktu ayahandanya masih hidup. Sudharma 'meminjamkan' areal tanah itu dengan syarat tunggal bahwa bila dia membutuhkannya lagi setelah 6 bulan sejak Sudharma memberitahukannya terlebih dahulu pada yayasan pengurus sekolah itu... lahan dan gedung milik pribadinya itu... dapat langsung dikuasainya kembali tanpa sesuatu ganti rugi apapun, kesepakatan ini dituangkan dalam surat akte perjanjian yang ber-meterai dan diketahui serta disahkan oleh pejabat notaris dari kota terdekat. Maklumlah Sudharma harus berjaga-jaga untuk segala kemungkinan yang bakal terjadi, yang sering terjadi di negeri ini dan tidak mau mengambil resiko kehilangan properti akibat asset hak milik pribadi berubah menjadi fasum (fasilitas umum) karena kurangnya data-data yang melengkapi properti pribadinya itu. Tapi untuk masa sekarang Sudharma tidak ada niatan samasekali untuk menguasai areal sekolah itu kembali.

Desa yang didekat rumah kediaman Sudharma telah tersambung dengan instalasi jaringan listrik negara, meskipun kondisinya masih 'byar-pet' (banyak padamnya daripada nyalanya). Tetapi keadaan yang begitu pun masih sangat berjasa mempercepat laju perekonomian dan taraf hidup para warga desa itu. Bagaimana ya kalau listriknya 'byar' terus-menerus tanpa 'pet', sulit dibayangkan seberapa cepat lagi laju perekonomian desa yang masih asri ini jadinya.

Sedangkan rumah Sudharma sendiri belum disambungkan listrik negara, pihak bersangkutan yang mengurus, memberi alasan bahwa jarak 150 m dari gardu listrik yang letaknya ditengah desa itu, dianggap terlalu jauh untuk hanya kepentingan satu rumah saja yang meskipun ybs masih warga penghuni desa itu. Bagi Sudharma hal itu tidaklah menjadi masalah baginya, dalam hal ini Sudharma tahu diri.

Herannya, dikala malam hari dimana cuaca semakin menggelap, justru rumah kediaman Sudharma satu-satunya yang terlihat lebih terang dan... tanpa 'pet' lagi. Sudharma mendirikan sebuah bangunan kecil dipinggir lahan sawahnya, untuk memasang 2 buah 'horizontal axis wind turbine' ukuran kecil yang bisa menghasilkan tenaga listrik dengan kapasitas 50 KWh dengan memanfaatkan banyaknya angin yang bertiup kencang hampir terus-menerus disekitar lahan dekat rumah Sudharma yang terbuka. Buka main... suatu energi yang berlebihan dan tumpah-ruah! Energi berlebih itu disimpan dalam accumulator untuk cadangan dan pen-stabil tegangan listrik. Dengan satu unit Inverter AC/DC, maka listrik yang mengalir kedalam rumah adalah sama dengan tegangan dan cycle dari jaringan listrik negara yaitu 220V 50Hz.

Wanita muda ayu berwajah lembut dan lumayan cantik yang sedang duduk didepan jendela itu adalah mantu (tiri) perempuannya Sudharma, bernama Ayu Dianita dan biasa dipanggil dengan nama Ayu saja. Sesuai dengan permintaan Dharma, maka Ayu memanggil mertua (tiri)-nya dengan panggilan 'papa', sedang Ayu tetap memanggil ayah kandungnya sendiri, Barman dengan panggilan dari semenjak kecilnya, yaitu 'bapak'.

Ayu tahu dan menyadari posisi-nya sekarang ini, dia sebenarnya sudah tidak pantas lagi tinggal dirumah ini, apalagi suaminya, Pryo yang anak tirinya Dharma ini telah menikah lagi, bahkan meninggalkannya 'terkatung-katung' lebih 2 tahun lamanya tanpa dikunjungi... atau kalau dia dianggap oleh Pryo sebagai 'isteri-tua'-nya... tidak pernah digilir 'nafkah batin' meskipun Ayu tidak mengharapkannya lagi dari Pryo yang gampang sekali mengalihkan kewajibannya sebagai suaminya yang sah... berganti haluan cinta dengan menikah lagi dengan rekan sekerjanya di ibukota sana. Untuk kembali lagi kerumah ayahnya... oh Gusti! Sebisanya... janganlah! Mungkin bisa saja, justru sang ayah kandungnyalah yang mempunyai andil besar yang menyebabkan Pryo menikah lagi, karena... pada malam pengantin-nya dengan Pryo... diketahui bahwa Ayu sudah... tidak perawan lagi. Tapi Ayu tetap dengan berseteguh hatinya tidak akan mengungkapkan siapa yang memerawaninya untuk pertama kalinya itu. Baginya, Pryo boleh kawin lagi dengan wanita lain, daripada dia membuka aib keluarganya, yang akan mempermalukan nama baik ayah kandungnya ini... yang sekarang menjabat sebagai seorang kepala desa.

Kejadian yang sangat disesalinya, mungkin... untuk seumur hidupnya... pada malam ulang tahunnya yang keesokan harinya Ayu bertepatan berumur 15 tahun. Seakan perkosaan yang menyebabkan dia kehilangan selaput daranya oleh ayah kandungnya sendiri bagaikan sebuah hadiah untuk ulang tahunnya ke-15 itu. Sambil duduk di kursi dekat jendela pada malam terang purnama penuh ini, menatap keatas pada rembulan yang terang tapi lembut cahayanya... 2 tetes airmatanya yang bening keluar dari matanya yang berbulu lentik indah... menyusuri pipinya yang putih halus dan berhenti di cuping hidungnya yang mancung... sungguh... Ayu sangat menyesali peristiwa tragis yang pernah dialaminya itu.

***

Dari jauh Dharma melihat Ayu yang sedang menatap bulan, diam tak bergerak... kepalanya menengadah, wajahnya cantik ayu-nya menatap tanpa berkedip pada 'Dewi Malam' yang seakan menatap kembali padanya dengan penuh iba dengan pandangan kasih-sayang seorang ibu lewat cahayanya yang lembut. Ibu kandung Ayu sendiri sudah lama meninggal dunia tatkala dia berumur 12 tahun. Dan semenjak itu pulalah ayah kandungnya, Subarman menjadi seseorang yang seakan lain dimata Ayu yang masih gadis kecil yang manis dan ayu berusia 12 tahun itu. Subarman kala itu seakan menggila... mabuk-mabukan dan... tentu saja juga main perempuan perek... yang dikasih pulsa HP, atau ngikut minum miras gratis kalau si perek memang doyan atau mengajak makan di warung-warung tenda yang dadakan muncul di sore hari menjelang malam. Banyak 'trik-trik' mudah, murah meriah yang berakhir selalu diatas tempat tidur untuk ML... lama apa cepat durasi-nya tergantung teknik, stamina dan energi masing-masing pelakunya... dari cewek atau cowoknya sendiri.

Pada masa sulit itu bagi si Ayu kecil... dia sering main kerumah bu bidan Nurita, yang rumahnya tidak jauh dari rumah orangtuanya. Nurita menerimanya dengan sukacita, maklum saja dia hidup sendirian dirumahnya yang besar dan lumayan bagus... yang dibangunnya... sedikit demi sedikit... tetapi teratur dari hasil kerjanya sebagai bidan resmi di desa ini, dengan mengikuti gambar arsitektur sederhana yang dibuat oleh kakak sepupunya, Dharma. Meskipun arsitektur bukan bidang keahliannya... tetapi sedikit banyaknya... kalau cuma membuat gambar pedoman untuk pembangunan satu rumah saja secara bertahap dan tidak tumpang tindih... Dharma biar dikit-dikit... pasti mengertilah...

Dari semenjak itu... sampai pada malam naas yang tragis, Ayu kecil selalu datang mengobrol bahkan juga curhat dalam segala hal dengan yang dipanggilnya tante Rita ini, dan semakin bertambah usianya... Ayu semakin akrab saja dengan Nurita yang mengasihinya bagai anak kandungnya sendiri (Nurita belum pernah menikah, kalau ditanya oleh orangtua atau saudaranya, dia hanya menjawab sambil lalu, "Belum ketemu cowok yang cocok...!").

***

<Drzzz...> <drzzz...> <drzzz...> RBT getar BB Dharma berbunyi, buru-buru dia membuka sambungan telekomunikasi cellular-nya itu, diujung 'sana' terdengar suara wanita menyapa...

<"Heii... 'Jelek'! belum tidur... ya...?">, sapa wanita diujung 'sana', yang tak lain tak bukan adalah Nurita, sepupu perempuan Dharma, berusia 29 tahun, yang sekarang menjadi bidan resmi untuk desa yang maju dan masih asri ini. Semua orang yang kenal dengannya selalu memanggilnya Rita atau bu bidan Rita. Cuma sepupu lelakinya ini saja yang memanggilnya selalu dengan sebutan 'Nuri'. Mereka hidup lama serumah... lima tahun lebih didalam sebuah rumah kontrakan di ibukota, yang sewa kontraknya dibayar secara bersama oleh mereka berdua, ketika Nurita menyelesaikan sekolah tinggi kejuruannya, Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan di ibukota, sedangkan Dharma saat itu telah bekerja sebagai PNS di salah satu instansi pemerintah.

<"Ha-ha-ha... halo 'Bau'...! Sayangku... yang sangat Nuri-Nuri sekali... ha-ha-ha...">, jawab Dharma membalas ejekan sambil tertawa senang mendengar suara sepupu perempuannya yang cantik ini... sayang sekali mereka bersepupu, kalau tidak... mana ada waktu bercanda ria, nakal seperti ini... karena masing-masing disibukkan mengurus anak-anak mereka... (ini kalau terjadi pernikahan didalam angan-angan mereka masing-masing).

<"Halo juga Dhar... jangan salah menduga... maksudku apa Ayu belum tidur...? Aku kangen sama dia, biasanya dia suka curhat padaku, apa kamu mengurungnya... didalam rumahmu ya... Dharma yang gagah dan sangat baik hati... tolong dong... antarkan Ayu kerumahku sekarang... kan mumpung belum terlalu malam... baru juga mau jam 8 malam... ya... Dhar... halo...! Jawab kenapa...?!">, ada permintaan yang mendesak dari ujung 'sana', yang diawali dengan bujuk-rayu.

<"Kalau ada maunya... pasti deh aku tahu...">, yang langsung dipotong saja oleh Nurita dengan perkataannya.

<"Hei...! Jangan bilang Ayu sudah tidur ya!? Kan kamu bisa mengendongnya kemari... hi-hi-hi... apa gunanya punya tubuh kekar, mana gagah lagi... hi-hi-hi...! Seandainya kita tidak sepupuan... habis deh kamu... aku bikin sibuk 'membuahi'-ku terus-terusan... hi-hi-hi... halo...! Jawab kenapa...! Kak Dharma yang selalu... kudambakan... hi-hi-hi...">, kata Nurita ngomong terus-terusan... mana bisa Dharma menjawab adik sepupunya yang cantik... rada manja pada kakak sepupunya, yaitu... dia sendiri... Dharma.

<"Sudah? Sudah selesai ngomongnya Nuri-ku sayang...">, jawab Dharma pada Nurita yang sangat dekat dengan dirinya. Berbicara dengan Nurita... seakan berbicara dengan adik perempuan saja layaknya yang tidak akan pernah bisa dimilikinya. Dharma adalah anak sulung dari 2 anak lelaki dari orangtuanya.

<"Sudah...! Ngomong denganmu ternyata... bikin capek juga ya... hi-hi-hi...!">, kali ini Nurita cukup cepat, dan singkat saja...

"Baiklah akan kupikir-pikir dahulu ya... ha-ha-ha...!", Dharma masih saja menggoda adik sepupunya yang sangat dekat dengannya ini,

"Ee-eh-eh... kakakku sayang... jangan gitu dong... serius kek sekali-sekali... aku sedang sendirian nih... aku tunggu ya... daagghhh... ganteng!", Nurita yang bidan ini memutus hubungan cellular ini.

Segera Dharma mendekati Ayu yang yang masih duduk diam, sambil... melamun. Khawatir nanti mengejutkan Ayu yang lagi 'asyik' melamun, Dharma berdehem kecil dulu sebelum membuka perbincangannya.

"Hhmm-heemmm...! Sayang... tante Rita mengundang kita... untuk datang kerumahnya sekarang... malahan kalau Ayu males berjalan... papa disuruh mengendongmu sampai kerumah tante-mu itu... ha-ha-ha...!", kata Dharma membujuk Ayu sambil tertawa.

"Iihhh... papa... bisa aja...! Hi-hi-hi... papa ternyata suka bercanda juga rupanya... hi-hi-hi...", jawab Ayu yang mulai terdengar tawanya lagi... yang terdengar sangat merdu di telinga Dharma.

"Ha-ha-ha... nggak percaya lagi...? Coba aja telepon tante-mu itu... tuh pake BB-nya papa... sekarang juga kalau perlu... kapan papa berbohong padamu... apalagi kalau yang bohong-bohong kan... papa suka cepat melupakannya... ha-ha-ha...!", Dharma menanggapi kata Ayu, yang Dharma selalu iba saja melihat Ayu selalu diam bersedih hati.

***

Tidak sampai 10 menit kemudian, mereka (Dharma dan Ayu) sudah sampai didepan rumah bu bidan Nurita yang besar, lumayan indah karena banyak pepohonan penghias rumah yang rindang dan asri.

Nurita bergegas menyambut mereka dengan hangat, mendekap mesra kakak sepupunya ini, serta... tangan kirinya dengan gemas mencekal mantap tonjolan ditengah pangkal paha Dharma, sambil berbisik pelan, "Itu... untuk candaan kakak dalam BB tadi... hi-hi-hi...!".

Terlonjak kaget Dharma jadinya menerima perlakuan yang tak disangka-sangkanya ini. 'Waaduuhh... gawat! Si Nuri lagi sange berat rupanya...!", Dharma cepat mengambil kesimpulannya.

Tanpa diketahui mereka berdua... kakak-adik sepupuan ini... aksi nakal Nurita tadi... tak luput dari lirikan mata jeli Ayu. 'Bukan main deh... mesra amat... papa dengan adik sepupunya ini, yang masih saja terlihat cantik dan awet muda dengan perawakan tubuh semampai yang dirawat dengan ketat oleh pemiliknya sendiri'.

Lalu Nurita mengalihkan perhatiannya pada Ayu yang berdiri agak canggung... dekat-dekat dengan 2 orang sepupuan yang sangat mesra ini. Sambil memeluk mesra tubuh sintal Ayu, Nurita mengecup mesra di pipi mulus Ayu yang sebelah kiri, sambil berbisik. "Tante yakin 100%... pasti papa-mu ini tidak akan berani berbuat genit padamu... Asal kamu tahu saja... Ayu... papa-mu paling jeri dengan cewek muda yang cantiknya seperti dirimu ini... percayalah pada tante... hi-hi-hi...! Ayo masuk... nanti keburu dingin lagi... hi-hi-hi...!".

"Aaahhh... tante bisa aja...!", jawab singkat Ayu dengan nada malu-malu.

Sembari mereka melangkah masuk kedalam rumah, Dharma segera mendekat disamping Nurita, sambil bertanya pelan dekat telinga kiri Nurita. "Emangnya apaan sih yang bakalan keburu dingin itu... Nuri?".

"Itu... yang aku cekal tadi...! Hi-hi-hi...!", jawab singkat Nurita singkat sambil tetap melangkahkan kaki-kakinya... masuk kedalam melewati pintu depan rumah...

(bersambung...)
 
Terakhir diubah:
subuhan dpt cerita baru.. pertamax suhu...

Selamat pagi agan 'milandin', terimakasih ya atas pantauannya. Berbicara soal judul cerita... ada didalam INDEX cerita McD, yang disisipkan dalam Thread cerita 'Istana Pasir Milik Sang Ayah'... jadi McD tidak berdusta kan... he-he-he... btw teimakasih banyak atas komen perdana-nya untuk cerita ini.
 
Ternyata itu yang terlewatkan. Malam Guram.. adakah makna tersembunyi...
 
wah cerita baru - kayanya asik nih, hmm... nunggu lanjutannya y, bookmark dulu ah :beer:
 
Suhu... ceritanya :berat: niihh... harus baca ulang2 baru masuk.. heee keren.. okeh ditunggu lanjutan-nya :beer:
 
Suhu... ceritanya :berat: niihh... harus baca ulang2 baru masuk.. heee keren.. okeh ditunggu lanjutan-nya :beer:

Selamat sore agan 'becakemak', terimakasih atas pantauannya. Kalau ngomong soal 'berat'... mungkin dari penuturan bahasa-nya ya gan? Padahal sudah disisipkan bahasa gaul sehari-hari... kalau untuk full 'alay'... kayaknya tidak bisa deh... soalnya inilah bahasa sehari-hari waktu McD masih kecil sekeluarga. Bahasa gaul hanya dipakai diluar rumah... tatkala McD bersama dengan teman-teman sepermainan... misalnya.
 
(sambungan dari: melewati pintu depan rumah...)


Mereka bertiga duduk di ruang tamu, Nurita dan Ayu duduk diatas sofa yang panjang, sedangkan Dharma duduk di kursi tamu sambil menghadapi meja tamu, serta menjelonjorkan kedua kakinya jauh kedepan... dibawah meja tamu sambil menggoyang-goyangkan telapak kakinya... kekiri dan kekanan... persis baling-baling kipas angin saja layaknya...

Cewek yang tua dan muda, asyik sekali berbicara, tapi bisik-bisik saja.

Dharma yang tidak jelas mendengar pembicaraan mereka, jadi rada keki jadinya. Segera dia mengungkapkan protesnya berupa gurauan yang agak menyindir mereka berdua itu.

"Cewek kalau duduk sendirian, pasti... ngelamunin cowok... Kalau duduk berdua sambil ngerumpi, pasti... ngomongin cowok... pokoknya nggak jauh-jauh deh... dari lawan jenisnya... ha-ha-ha...", sehabis bicara Dharma memejamkan matanya, rupanya kata-katanya tidak ingin dijawab oleh cewek-cewek itu.

Tapi kedua perempuan ini adalah tipe wanita baik-baik hati semuanya.

"Gagah bener.. kakakku ini... selonjoran, mana... tuh kancing celana-nya pake dibuka... lagi! Hi-hi-hi...! Kita yang ngelihatnya sampe malu jadinya... hi-hi-hi...!", kata Nurita berbohong, jadi Ayu ikut-ikutan tertawa... "Hi-hi-hi...!".

Gelagapan Dharma membuka matanya seketika sambil menatapkan matanya pada celana panjangnya. "Wah... aku kena dikibulin juga rupanya... kalau 2 cewek kompak... habis deh yang cowok dikerjain terus... apalagi cowoknya sendirian macam aku ini. Mendingan aku jauh-jauh dari tempat rawan ini...! Nuri-ku sayang... aku baringan ditempat tidurmu ya... kalau kamar yang lain sih... aku nggak mau ah... habis pada bau sih...! Ha-ha-ha...", Dharma buru-buru bangun dari selonjorannya dan... ngeloyor masuk kekamar tidur adik sepupunya ini. Memang mereka berdua sangat akrab sekali... melebihi keakraban antara adik dan kakak yang sepupuan.

***

Sepeninggal Dharma yang dikalahkan dengan 'telak' oleh duet cewek beda usia ini, barulah Nurita berkata pada Ayu yang walaupun bukan kerabat atau anaknya sendiri ini, tapi sangat dikasihinya dan bersimpati akan derita anak muda yang piatu ini.

"Ayu... tante mendengar kamu sering sekali melamun, duduk termenung sendiri. Papa-mu menceritakan semuanya ini... pada tante bahkan... telah sebulan yang lalu. Papa minta pada tante, untuk mengatasi situasi ini, dan mencarikan solusi-nya yang tepat. Tahu nggak... Ayu, papa-mu yang kelihatan gagah dan berwibawa itu... tampaknya dari luar saja... sebenarnya papa-mu adalah seorang pria yang berperasaan sangat halus... yang 'dibungkus' oleh tubuhnya kekar dan gagah. Papa-mu menceritakan semua ini... sambil meneteskan airmatanya.

Sewaktu tante belajar pada sekolah tinggi ilmu kebidanan di ibukota, papa-mu ini baru di-wisuda sebagai insinyur Mesin Elektro dan diterima dan bekerja disalah satu instansi pemerintah. Kami dulu lama hidup satu rumah di ibukota sampai lebih dari 5 tahun... yang kami kontrak dan bayar sewa rumahnya secara bersama, tidak pernah sekalipun... tante melihat papa-mu itu mengeluarkan airmatanya! 2 minggu yang lalu saat tante diundang dan mengikuti kongres akbar bidan se-pulau Jawa... dengan bermodalkan kartu sehat atas namamu... tante berinisiatif sendiri mengurus perceraianmu dengan si begundal... eh... maafkan... maksud tante... itu lho si Pryo, suamimu... maksud tante... sekarang sudah jadi mantan-mu. Meminta Pryo menyerahkan buku-nikahnya denganmu dan membuat pernyataan menceraikanmu, karena... telah menyia-nyiakanmu sebagai isterinya yang sah sampai 2 tahun... lebih beberapa hari. Kalau Pryo tidak memenuhi permintaan tante ini, maka tante akan membuat Susi, isterinya yang mau diajak nikah karena Pryo mengaku masih bujangan... menjadi tahu bahwa Pryo telah menipunya dan... mempermasalah hal ini sampai ke tingkat pengadilan agama, yang... hanya akan merugikan dirinya sendiri", Nurita diam sejenak, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya yang berada disamping duduknya yang berjauhan dari tubuh Ayu dan memegang sehelai surat dari putusan cerai resmi dari KUA setempat, sambil melanjutkan perkataannya lagi.

"Periksa dan simak dengan teliti surat cerai resmi ini... kalau ada yang mau ditanya, atau apalah... tanya saja sama tante... biar kamu bisa lebih mengerti...".

Ayu melihat sekilas surat cerai resmi itu... tanpa mengerti dan... tak punya keinginan untuk bertanya lebih jauh lagi tentang surat itu, yang penting... dia sudah bebas dari pengaruh bekas suaminya yang yang tidak bertanggung-jawab itu. Beruntung baginya... 3 hari setelah dia sembuh total dari luka pemerkosaan lima tahun yang lalu... dia dipasang spiral KB atau IUD oleh Nurita yang ber-profesi sebagai ibu bidan resmi, dan tidak dilepas sampai sekarang, sehingga 'malam pertama'-nya dengan Pryo tidak menghasilkan 'apa-apa'... alias seorang bayi...! Ayu mengembalikan surat cerai resmi, kembali pada Nurita, sambil berkata haru dan berterimakasih, tetapi... tidak disertai dengan airmatanya walau setetespun.

"Baguslah kamu mengembalikan surat cerai resmi ini untuk disimpan tante pada lemari arsip yang khusus... tindakanmu ini sungguh bijak, dan... tante kagum dengan ketabahanmu yang mengalami... sebegitu banyak cobaan hidup... semenjak kamu jadi piatu karena ibu kandungmu telah meninggal dunia. Kayaknya kamu lebih tabah daripada papa-mu yang gagah itu... hi-hi-hi...!", kata Nurita menaruh lagi surat cerai resmi itu dengan hati-hati kedalam tas kerja, nanti dia akan menyimpannya dalam lemari arsip yang lebih aman. Nurita segera mengunci pintu depan rumah dari dalam dan berjalan kembali mendekati Ayu yang masih duduk termangu senang... karena dia sudah bebas dari segala yang dideritanya selama ini.

Sambil duduk kembali disamping Ayu di sofa itu, Nurita berkata, "Sekarang kamu boleh tetap tinggal dengan papa-mu, atau... tinggal dirumah tante ini, dan... menemani tante... hi-hi-hi... pasti ada 'perang mulut' dalam hal ini... dengan papa-mu yang menyayangimu seperti anak kandungnya sendiri. Tapi tidak usah khawatir tante punya trik khusus... atas ketidak-relaan papa-mu dalam hal ini... biasanya... selalu berhasil... hi-hi-hi...! Asal tahu saja Ayu... kamu akan tinggal dirumah ini sebagai asisten dari seorang bu bidan yang resmi! Bagaimana sayang... kamu setuju kan... lagipula kamu akan mendapatkan gaji bulanan dari kas kantor kabupaten...".

Ayu hanyak mengganggukkan kepalanya dan berkata pelan penuh haru, "Terimakasih... tante...".

"Hi-hi-hi... bagus kalau begitu... kemana tuh... cowok ganteng itu, waahhh... jangan-jangan dia tidur beneran lagi...! Ayo kita melihatnya bersama...!", kata Nurita sambil mengajak Ayu dengan perasaan sangat bahagia...

***

Mereka membuka pintu kamar tidur Nurita dengan perlahan-lahan dan berbati-hati... benar juga...! Dharma yang ganteng, gagah dengan perutnya yang datar... sudah tertidur terlentang, dan dengan kepalanya berbantalkan kedua telapak tangannya. Nurita melihat sekujur tubuh kekar Dharma, kakak sepupunya dengan termangu ditambah dengan sedikit nafsu... apalagi mata indah Nurita menyelusuri perlahan dari tubuh bagian atas menuju ke tubuh bagian bawah Dharma, dan diam terpaku pada tonjolan di pangkal paha kakak sepupunya ini...

seakan seperti memicu
gairah dari dalam kalbu...
membuat birahi-nya menjadi menggebu-gebu...
tidak lagi dengan syahdu,
tetapi penuh dengan hawa nafsu...

Waktu mereka (Dharma dan Nurita) tinggal serumah, belasan tahun lebih yang telah lama berlalu... mereka pernah juga melakukan beberapa kali ML atas dasar 'suka-sama-suka', dan memang saling membutuhkannya... untuk menetralisir gejolak gairah atau karena 'tabung' libido masing-masing sudah penuh... mereka melakukan tanpa ada rasa adanya satu keterikatan... hasilnya sesudah ML itu... mumet-mumet di kepala mereka pun sirna... dan kembali bersemangat lagi melakukan apa yang menjadi tugas mereka masing-masing. Kalau bagi Nurita, bisa lebih fokus dan penuh konsentrasi belajar lebih giat lagi. Kalau bagi Dharma yang PNS baru... tidak lagi uring-uringan oleh pekerjaan bertumpuk di kantornya. Mereka melakukan ML yang SSS ini paling sebulan sekali, atau paling banyak sekali setiap malam Minggu dirumah kontrakan mereka itu.

"Ayo sayang... jangan ragu...! Ayu, kamu sekarang sudah jadi seorang wanita muda yang bebas, mandiri dan... merdeka! Mumpung kita cewek-cewek berdua... ayo bantu tante melucuti celana panjang papa-mu ini... kamu melihat cekalan tangan tante... kan tadi... hi-hi-hi... mengaku saja! Papa-mu kalau lagi sange tidak terlalu ekspresif... lain dengan tante... maaf ya tante mengakuinya... hi-hi-hi... tangan tante suka usilan... gitu lho hi-hi-hi... kok kamu... diam bengong saja sih...?!", kata Nurita pada Ayu yang diam berdiri dengan canggung penuh ragu melihat apa yang dikatakan dan dilakukan tante Nurita yang dikasihinya ini.

"Ayu jadi bingung nih... tante! Habis... Ayu harus berbuat apa...? Nanti papa terbangun... malah jadi... marah-marah... gitu... Ayu jadi takut... nih...!?", kata Ayu masih tetap ragu-ragu jadinya.

"OK kalau begitu... kamu naik keatas tempat tidur ini dan... duduk manis dekat tembok sana... lihat tante akan menaklukkan papa-mu yang pintar menyembunyikan libido-nya dengan rapi ini... mau ikutan juga... tidak mengapa! Cuma tante kalau untuk menaklukkan papa-mu ini... bisa enggak ya...? Biasanya seperti yang sudah-sudah... tante selalu gagal...! Dari itu... kalau tekad hatimu, sudah... nekat... bantu tante, dong... sekali-sekali tante bisa menaklukkan papa-mu yang diam-diam mempunyai... stamina yang sungguh sangat... luar biasa...!", dengan tidak berkata-kata lagi... Nurita segera melucuti celana panjang Dharma, yang kedua telapak tangannya sedang ditindih oleh kepalanya sendiri. Terlepas juga celana panjang Dharma, berikut CD mengikuti oleh tarikan gesit tangan lentik Nurita yang sedang terbakar oleh gejolak gairahnya sendiri.

'Oohhh... gagahnya penis panjang ini... mana tegang dan keras lagi... hi-hi-hi... rupanya kakakku ini sedang mimpi hot toh... hi-hi-hi... kebetulan...

ini momen yang tepat...
harus bisa punya manfaat...
bagi yang didalam terlibat...
oohhh... ini pasti nikmat!'.

Diam-diam Ayu memperhatikan dengan seksama yang yang terjadi didepan matanya itu. 'Oohhh... barangnya papa... gede juga ya... pasti sudah sering dirasakan oleh tante... hi-hi-hi... buktinya tante jadi ketagihan... iihhh... jadi ngeri deh... papa marah nggak yaa...?!', Ayu berkomentar dalam hatinya... <seerrr...> 'Jadi ikut-ikutan sange nih...!'.

Akhirnya Dharma mendusin juga dari tidurnya, belum juga dia membuka suara... penis tegangnya keburu dikenyot palkon-nya sama mulutnya Nurita. Tadi Dharma maunya ngomong... jadi mendesah dengan penuh perasaan nikmat... habis keburu di BJ oleh pakarnya.

"Aahhh... kamu Nuri... udah nggak sabaran ya...! Entar ketahuan sama Ayu nih... gimana sih...!", kata Dharma keenakan juga tapi protes pun juga.

"Nggak usah khawatir sayang... tuh Ayu lagi nonton dipinggir tempat tidur dekat tembok... hi-hi-hi... dari pada nonton BF lewat video... mendingan nonton live show-nya... dari deket lagi hi-hi-hi...!", kata Nurita melepaskan sejenak palkon Dharma tapi begitu selesai berbicara, langsung dengan sigap melanjutkan BJ dengan mengemut dengan kuat palkon Dharma sembari mengocok batang penis tegang itu dengan katupan bibirnya yang sexy... turun-naik... turun-naik...

Buru-buru Dharma menoleh ke arah Ayu, dan... 'Apa boleh buat deh... udah kepalang tanggung, rupanya kedua cewek lapar ini yang merencanakannya...'. "Eh... sayang... maafkan papa ya... habis ini ulahnya... tante-mu sih... oohhh...", kata Dharma agak malu.

Ayu menjawabnya... tumben rada berani sekarang... rupanya Ayu telah terbawa dan hanyut didalam suasana yang hot ini... "Nggak apa-apa kok pa... terusin aja... hi-hi-hi... ternyata punya-nya papa... diam-diam kelihatan oke juga ya... hi-hi-hi...", jawab Ayu...

Hampir-hampir kurang dipercaya oleh telinga Dharma yang mendengar. 'Wahh... ikut-ikutan sange rupanya si Ayu... bakalan dikeroyok deh... sapa takut lagi! Habis tanggung deh... kepalang basah terusin aja... habis nikmat sih... mana sudah lama banget nggak ngerasain seperti ini... entar keburu lupa lagi...", pikir Dharma dalam hati sambil meneruskan pada Ayu dengan perkataaannya... "Kamu... jadi ikut-ikutan sange juga yaa...? Ya sudah tanggung deh... buka kenapa pakaian-mu semuanya... kan kamu lagi nonton? Anggap saja sebagai karcis untuk menonton live-show yang di-sutradarai dan dilakoni oleh tante-mu sendiri... ha-ha-ha...".

"Iihhh... papa! Sendiri aja masih pake baju kaus...", perkataan Ayu ini langsung dipotong Dharma.

"OK! Sapa takut, ayo...!", dengan sigap Dharma melucuti kausnya sendiri, jadilah dia yang... bertelanjang bulat sendirian... cowok sendirian... yang kayaknya bakalan dikeroyok sama 2 cewek kompak ini. "Nah... beres kan! Sekarang giliranmu... Ayu... ayo nggak pake alasan lagi... ha-ha-ha...!", kata Dharma sambil tertawa.

"Iihhh... papa! Bolehnya kok nyuruh-nyuruh Ayu sih... tuh lihat tante aja masih berpakaian utuh... hi-hi-hi... Pokoknya kalau tante buka... Ayu juga buka... deh...!", kata Ayu jadi pasrah...

Langsung dengan gelagapan Dharma berkata pada adik sepupunya yang lagi 'sibuk berat' (melakukan BJ dengan serius). "Eh-eeh... Nuri sayang... stop dulu! Dilarang melakukan BJ kalau masih berpakaian...! Tuh lihat... Ayu jadi nggak mau melepaskan pakaiannya...!".

Nurita yang mendengar, langsung menghentikan BJ-nya dan menengok kearah Ayu sambil berkata. "Bener nih yaa...?! Jangan ngebohongin tante sama papa-mu ya... ayo kita buka pakaian kita berbarengan saja... hi-hi-hi... jadi cewek harus kompak dong! Nah inilah saatnya... bagi kak Dharma... untuk pertama kalinya ditaklukkan dengan telak oleh 2 cewek yang kompak... bagaimana kak Dharma yang ganteng... yang 'barang'-nya susah sekali ditaklukan oleh cewek sendirian... hi-hi-hi... sudah siap menerima kekalahan ini... hi-hi-hi...".

"Aahhh... sapa takut lagi... lupa yaa... penis-ku sudah lama sekali belum mendapatkan jatahnya lagi... eehhh... malah datang dengan sukarela.... 2 porsi yang nikmat... menyerahkan dirinya... ha-ha-ha...", kata Dharma mengejek sambil bercanda pada kedua cewek yang cantik-cantik ini semuanya... cuma beda usianya saja...

Dengan sangat cepat tanpa ragu lagi kedua cewek beda usia yang sangat kompak ini... segera menelanjangi diri mereka... sampai bugil... bertelanjang bulat!

"Wahh... pake menghina lagi... ngeledekin 2 cewek yang lagi sange berat... ayo Ayu... jangan diam saja dong... cepat kita 'ringkus' papa-mu... biar tahu rasa... dan minta-minta... ampun keenakan... hi-hi-hi...!".

Tidak boleh dibiarkan keadaan ini lebih lama lagi... dengan sigap Nurita yang lagi sange berat... segera berjongkok dekat penis tegang milik Dharma. Mencekal batang penis yang keras itu dengan memegang erat dengan jari-jari lentiknya, dan langsung mengarahkan palkon Dharma langsung menghunjam kedalam melewati katupan labia majora... labia minora dan... mandeg persis didepan pintu masuk gua nikmat yang penuh misteri itu. Nurita tidak kehabisan akal, segera mengangkat sedikit pinggulnya, lalu ditekan lagi kebawah... ini dilakukan berulang-ulang... <seerrr...!> rupanya organ vital Nurita tidak mau kalah... ikut berpartisipasi aktif dengan melumasi lorong nikmat tempat jalan batang penis yang keras untuk segera masuk kedalam gua 'sejuta kenikmatan' ini.

Selagi Nurita berupaya supaya palkon besarnya... masuk dengan mulus, Dharma dengan penuh perhatian dan gairah sibuk memperhatikan buahdada montok sekal milik adik sepupunya ini, mana kenyal dan besarnya berukuran 38B yang mantap tanpa banyak gayutan yang berarti. Indah sekali asset berharga milik Nurita ini... bulat indah berhiaskan puting susu yang telah nongol 10 mmm dari permukaan mulus buahdadanya yang berwarna maroon yang dikelilingi areola berwarna maroon muda... sebesar koin gobangan diameter-nya... buahdadanya berganti-gantian mendapatkan giliran... diremas dan... diplintir putingnya.

Ayu dengan sudah bertelanjang bulat ingin juga melihat dari dekat aksi remasan jari-jari papa-nya yang nakal sedang serius menguji tingkat kekenyalan buahdada Nuri yang memang sangat mulus dan montok sekali. sedangkan buahdada mulus milik Ayu berukuran 36B.

'Baru ketahuan sekarang, ternyata buahdada indah yang sekal milik Ayu yang selama ini selalu ditutupi dengan baju agak longgar dan tidak tipis... memperagakan kemulusannya dengan pentil kecil berwarna pink dan areola berwarna pink muda sebesar koin Rp 100 ber-'gambar timbul' sebuah bangunan rumah gadang.

Pemandangan indah yang tersuguh didepan mata Dharma yang seketika bertambah besar dahaga nafsu seks-nya, dengan tangan kekarnya Dharma menaik lembut tangan Ayu, yang menyebabkan tubuh langsing semampai Ayu jatuh menindih tubuh kekar 'papa'-nya ini. Mulut sexy-nya langsung dibungkam dengan bibir Dharma yang gasang... penuh hawa nafsu... mereka melakukan FK yang mesra tapi hot... sejenak, lalu Dharma dengan agak tersengal penuh gejolak gairah, berbisik penuh nafsu birahi, "Ayu sayang... pokoknya... papa akan memuaskanmu 'nafkah batinmu' yang tak kunjung tiba, walaupun kau nanti... pasti ketagihan deh... ha-ha-ha...!".

Sedangkan yang berada dibagian atas tubuh Dharma, telah berhasil dengan sukses tanpa hambatan yang berarti... memasukkan palkon besar milik Dharma masuk kedalam gua nikmat vagina-nya yang mulus... klimis dan bersih. Nurita sedang asyik melakukan WOT-nya dengan serius penuh nafsu yang meletup-letup... maklum saja baru kali ini bisa ML lagi dengan kakak sepupunya yang gagah dan... dicintainya ini. Pinggul penuh dan mulus bergerak secara teratur mengayun bagaikan refrain sebuah lagu syahdu... turun-naik... turun-naik... begitu terus... tanpa henti tapi sangat teratur sekali iramanya... Sedang penis panjang yang berukuran normal saja yaitu 16 cm... ideal-size untuk segala ukuran vagina yang ingin dipuaskan... dahaga nafsunya, bergerak seirama ayunan teratur pinggul mulus yang dijaga kecepatannya supaya stabil oleh pemiliknya... ditarik keluar lalu menyodok lagi masuk kedalam gua nikmat vagina Nurita... keluar lagi dan menyodok masuk kedalam gua nikmat vagina Nurita... begitu seterusnya. Saking merasakan nikmatnya persetubuhan ini... Nurita melakukan ini semua, sambil... matanya yang berbulu lentik indah... merem-melek... jadi kelihatannya.

Beberapa saat kemudian terdengar juga keluh-desah penuh nikmat tak terperikan. "Oohhh... kakakku sayang... seperti yang sudah-sudah... aku tidak dapat menolak dan menunda klimaks-ku sendiri... ahhh... sayangku...!", dengan kecepatan ayunan pinggul yang seketika sudah tak terkendalikan lagi... turun-naik tak beraturan lagi...

<Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> klimaks yang dahsyat diikuti dengan datangnya orgasme yang spektakuler... untuk Nurita seorang... yang selalu sangat dipuaskan bila ML dengan kakak sepupunya yang gagah, dan... sekali lagi gagal untuk ditaklukkan oleh Nurita seorang selama pengalamannya ber-ML dengan Dharma... padahal yang diinginkan Nurita adalah minimal dia dengan kakak sepupunya bisa klimaks bersama-sama, tapi apa boleh buat...

Nurita segera menggulirkan tubuh indah berbaring terlentang diatas tempat tidur, dan... masih tetap terdiam sambil menikmati orgasme-nya yang telah lama sekali dinanti-nantikan olehnys.

"Kini giliranmu sayang... ayo nikmati gituan dengan 'papa'-mu ini", bisik Dharma dengan penuh hawa-nafsu... maklumlah karena dia belum mencapai klimaksnya...

(bersambung...)
 
Terakhir diubah:
ihh... nyetopnya itu loh yg bikin g tahan - bikin kentang kaya gitu :tegang:
 
ihh... nyetopnya itu loh yg bikin g tahan - bikin kentang kaya gitu :tegang:

Sorry agan 'boen4r', McD ada trouble dengan provider yang McD pake sekarang ini... yang nge-block sana-sini... provider ini cocok untuk anak-anak kecil gitu... kayak BUMN aja, mau diganti... tuman baru dibayar bulanannya, 3 hari yang lalu... habis itu ganti provider yang GSM... Eh... kok jadi curhat sih... sebentar lagi gan... mau nge-post kelanjutan ceritanya... sekarang juga...
 
(sambungan dari: maklumlah karena dia belum mencapai klimaks...

"Ta-ta-piii... pelan-pelan ya pa... Ayu jadi ngeri deh...", perkataan Ayu yang agak takut-takut dan ragu... walaupun masih tetap dirasuki nafsu...

"Kenapa harus ngeri... sayang...?", tanya Dharma heran. "Kan kamu pernah gituan sama si Pryo...?!".

"Ta-ta-piii... kan beda... pa...! Palanya itu lho... gede banget...!", kata Ayu lagi.

"Oohhh... itu... ha-ha-ha... jangankan palanya papa... palanya bayi juga nggak bisa masuk kedalam sana... yang terjadi adalah... palanya bayi bisa keluar dari situ... ha-ha-ha...", kata Dharma bercanda, pura-pura tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh Ayu.

"Iihhh... papa... gimana sih! Itu lho kepala penisnya papa besar sekali... hi-hi-hi... nah kalau diomong jelas begini baru ngerti... yaa...?!", kata Ayu mencoba menjelaskan apa yang dia maksud itu.

"Aahhh... masih gedean juga... kepalanya bayi lah, gimana sih kamu... Ayu sayangku, yang... telanjang, bikin papa jadi terangsang...! Sudah nggak usah pikirkan macam-macam... pokoknya terima nikmat saja deh...!", Dharma membujuk dan berusaha meyakinkan Ayu yang masih bimbang saja. "Ayo sayang tidur terlentang disamping papa, jangan lupa kangkangkan paha mulusmu ini agak lebar ya... entar keburu tante-mu minta lagi lho...". Dharma segera menindih tubuh telanjang Ayu yang sudah terlentang dan langsung mencium mesra bibir sexy Ayu, sebentar saja dan berkata, "Kalau sudah tidak tertutup lagi dengan pakaianmu begini... baru deh ketahuan... Ternyata tubuhmu mulus, dan tuh susu... bukan main deh, mana sekal, montok... pasti tidak salah lagi... ukurannya 36B... benar kan... ha-ha-ha...!".

"Kok papa tahu sih... hi-hi-hi...!", tanya Ayu sambil tertawa.

"Ya... tahulah...! Dari pada nanya padamu... bakalan dipelototin kamu, mendingan juga... papa lihat saja pada BH-mu yang sedang dijemur... beres kan! Ha-ha-ha...", Dharma mengaku.

"Hi-hi-hi... papa ternyata...", Ayu tidak bisa meneruskan perkataannya, karena... mulutnya sudah dibungkam dengan mulut Dharma, yang mengajaknya untuk melakukan 'French kissing' yang seru dan hot.

Sehabis FK yang tidak terlalu lama... mulailah penyelusuran mulut Dharma menuju bukit-bukit indah... montok dan sekal... ber-topping puting pink yang dikelilingi areola-nya yang berwarna lebih muda, langsung dikenyot saja oleh Dharma... tanpa sungkan-sungkan lagi... Begitulah... yang satu dikenyot, bersamaan waktunya... yang sebelahnya diremas-remas dan dimanja oleh jari-jari tangan Dharma yang... binal.

"Aduuhh... jangan keras-keras dong pa... ngenyotnya... kayak bayi gede aja... hi-hi-hi...!", kata Ayu yang mulai 'menyala' api gairahnya.

"Habis... papa jadi gemes sih... ha-ha-ha...!".

Begitulah... mereka, sambil bercakap-cakap... dan bercengkerama penuh gairah... Yang tidak disadari oleh mereka... yang lagi asyik-masyuk itu, adalah... Nurita telah tersadar dari pengaruh orgasme-nya tadi, sekarang sudah duduk dekat pinggulnya Dharma yang belum ngayun-ngayun juga... 'Jangan-jangan memang belum dimasukkan kedalam vagina Ayu yang berbulu pubis yang tipis itu', Nurita yang menduga... gregetan Nurita jadinya...

Dengan sedikit kesal, Nurita berkata, "Kalian lagi ngobrol mesra, apa... lagi gituan sih...?! Buang-buang waktu saja...!".

"Ngobrol sambil gituan... ha-ha-ha... hi-hi-hi...!", jawab Dharma dan Ayu serentak... tumben kompak.

"Kak Dharma sayang... angkat dong pinggulnya agak tinggi... nah... bener begini...", segera meraih penis Dharma yang rupanya telah tegang dan panjang sedari tadi... "Ya... ampun...! Sebegini kerasnya... bukan langsung dimasukin aja... sini aku arahkan... ayo... kak mulai tekan kebawah... pinggulnya...".

Buru-buru Ayu menanggapi ulah campur-tangan 'tante'-nya ini dengan berkata yang bernada agak protes. "Eh-eeh... tante! Pelan-pelan dong... Ayu jadi ngeri nih... pa... jangan keras-keras yang masukinnya... ugghhh... tante... bilang aja udah kepengen digituin lagi sama papa... hi-hi-hi... oohhh...!", Ayu merasakan palkon 'papa'nya menyeruak masuk kedalam vagina-nya dengan terpaksa... habis pinggul Dharma, ditekan kebawah agak keras oleh Nurita yang gregetan... Ayu terdiam... merasakan dengan seksama... tetapi tidak ada rasa sakit kok... cuma merasakan gua nikmat dalam vagina-nya bagai tersumpal penuh saja, dan... nikmatnya... mulai terasa. Semakin bertambah-tambah nikmatnya... karena Dharma mulai mengayun-ayunkan pinggul kekarnya secara teratur... turun-naik... turun-naik... Yang dirasakan Ayu... bukanlah oleh gerak-ayunan pinggul 'papa'-nya ini... tetapi adalah... sodokan mantap penis panjang yang keras yang menyeruak masuk dan keluar didalam vagina-nya yang 2 tahun lebih absen kedatangan 'tamu' yang didamba-dambakan kedatangannya.

"Aahhh... papa... sudah lama sekali Ayu tidak merasakan... ternyata bisa masuk juga 'punya' papa yang gede... mana nikmat lagi... hi-hi-hi...!", celoteh Ayu yang lagi mabuk-kepayang keenakan.

"Tuuhh... bener kan kata papa... aahhh...!", kata Dharma tapi mendesah keras karena... sesuatu.

"Kenapa pa...? Memangnya ada apa...?", tanya Ayu heran.

"Ituu... otot-otot yang didalam... aahhh... nikmat banget sih...! Kayak diemut-emut saja... punya papa! Kencengin ya sayang... kamu udah mau nyampe... nggak? Papa mau cepetin nih genjotannya...", tanya Dharma minta persetujuan lebih dahule sama Ayu.

"Terserah papa... mau cepet, apa mau lama... oohhh... nikmatnya... aahhh... cepetin aja deh pa... Ayu pengen ngerasain nikmatnya orgasme itu lagi...", pinta Ayu dengan gejolak nafsu penuh harap akan kedatangan satu orgasme... yang sudah lama tidak dirasakannya itu.

"OK! Baiklah... peluk papa yang kencang... biar tubuhmu tidak terguncang-guncang oleh sodokan barang papa panjang...", Dharma 'tancap gas'... pinggulnya berayun-ayun cepat, sudah tidak beraturan lagi... yang penting penis-nya masuk semakin dalam di vagina Ayu yang mencengkeram...

"Papaaa...! Aahhh... enaknya... oohhh... klimaks juga deh jadinya... aahhh... papaaa...!".

<Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>

Dharma yang tidak mau ketinggalan momen... ikut-ikutan 'membongkar muatannya' didalam vagina Ayu yang sempit... tapi legit...

<Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>

Mereka terdiam sejenak... oleh kejutan datangnya saat klimaks yang datang hampir bersamaan, dan... masing-masing mendapat orgasme yang spektakuler... pertama kalinya... pada malam ini. Tak lama kemudian, Dharma menggulirkan tubuhnya telentang disamping tubuh telanjang Ayu yang terlentang sambil memejamkan matanya... sedang meresapi nikmatnya orgasme-nya yang spetakuler... telah 2 tahun lebih... baru sekarang dia mendapatkannya lagi, oleh persetubuhannya dengan puteri kandung teman akrab dari sejak kecilnya ini, Barman... yang sekarang menjabat kepala desa disini.

Nurita yang sedang menyaksikan dengan seksama persetubuhan yang berakhir 'sukses', antara Dharma dengan ex-mantu tirinya ini, tertawa lega dan senang. "Hi-hi-hi... asyik kan! Orgasme yang pertama jangan ditunda-tunda... orgasme selanjutnya... bisa diusahakan... kalau bisa... hi-hi-hi...!".

Hening untuk sesaat... didalam tempat tidur yang lumayan besar ini. Detakan jam dinding terdengar seakan lebih jelas.

Nurita masih berjongkok dekat pinggul Dharma yang telentang, masih menunggu dengan sabar... kapan saat 'aksi'-nya dimulai. 5 menit telah berlalu... Dharma ingin segera bangun... ingin ke kamar mandi untuk membersihkan diri...

Baru juga dia mengangkat dadanya yang lumayan kekar untuk duduk diatas tempat tidur... langsung dadanya didorong... jadi rebahan lagi keatas tempat tidur...

"Eh-eehhh... mau kemana kakakku sayang... 'pertarungan' belum selesai! Siapa yang menang dan siapa yang dikalahkan... belum ketahuan... hi-hi-hi...", kata Nurita yang gairah birahinya semakin tinggi... karena menyaksikan dari dekat persetubuhan Dharma dengan Ayu... barusan tadi.

"Tapi... aku... membersihkan diri dulu dong...!", jawab Dharma mencoba membujuk adik sepupunya ini, yang kelihatannya mulai sange lagi rupanya.

"Nggak... pake...! Bersih-bersih diri nanti... kalau semua tuntas... selesai! Kecuali... hi-hi-hi... kalau kakak mau mengaku kalah... gitu... hi-hi-hi", kata Nurita yang masih saja penasaran ingin 'mengalahkan' kakak-sepupunya ini... dalam soal seks.

"Nyerah...?! Tak usah yaa...! Sapa takut lagi...! Tambah satu cewek lagi... juga boleh... ha-ha-ha...!", kata Dharma yang mengejek sambil bercanda. "Sekarang kamu mau ngapain... ayo...?!".

Baguslah Ayu tidak ikut mendengar ejekan 'papa'-nya ini... maklum saja dia sudah terlena... melalang buana ke negeri antah-berantah... alias telah jatuh tertidur...

Nurita tidak balas menjawab, tapi langsung memulai aksi-nya. Yaitu... pertama, membuat penis Dharma yang mulai loyo... menjadi tegang sempurna kembali. Kedua, gimana nanti saja... suka-suka Nurita yang melakukannya... Nurita memegang penuh minat penis Dharma yang tidak terlalu keras ini. Nurita akan mengulangi sukses yang seperti sudah-sudah sering dilakukannya untuk membuat penis lemas ini, menjadi... tegang sempurna, dan... siap 'tempur'.

Dengan ujung lidahnya yang halus tapi licin, mulai mengusap-usap lembut permukaan ujung kepala penis Dharma yang super sensitif itu. Efeknya langsung terasa... Dharma langsung mendesah yang kedengarannya mirip suara kecapan orang yang habis makan sesuatu yang sangat pedas...

"Aah... Nuri! Ngilu... nih... eehhh... geli... ngilu campur geli nih...!", keluh-desah Dharma mulai terdengar.

Nurita yang masih mengusap-usapkan lidahnya, sekarang ditambah dengan gerak-rangsangan yang lainnya yang tak kalah seru efeknya untuk mengembalikan ketegangan penis Dharma, dengan mengelus-elus dengan jari tangan lentiknya sepanjang batang penis itu... turun-naik... turun-naik... seperti lagi mengocok lembut batang penis Dharma yang langsung jadi tergugah dan... pelan tapi pasti... mulai membesar dan tegang kembali. Seketika seakan terpicu gairah Dharma... yang urung melepaskan lelahnya. Dalam waktu tidak terlalu lama... paling sekitar 5 menitan saja... penis Dharma menjadi sangat tegang dan memanjang kembali dengan sangat kerasnya.

Dengan penuh nafsu dan gairah yang kembali membara... Dharma segera melakukan 'aksi' balasan dengan menelentangkan dengan segera tubuh telajang adik sepupunya yang cantik ini dan... langsung menindihnya dengan mantap... tanpa pake fore-play lagi yang memang sudah tidak diperlukan ladi karena keduanya sudah dirasuki keinginan kuat untuk bersenggama untuk kedua kalinya...
<bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis pak Dharam yang sangat tegang itu, meng-invasi seluruh 'gua nikmat' vagina Nurita yang masih dahaga... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penisnya yang tegangnya luarbiasa... dorong-masuk... tarik-keluar... masuk-keluar... serta dimeriahkan dengan goyangan pinggul mulus Nurita yang memutar-mutar pelan penuh energi... tidak lupa sesekali menekan keatas pinggulnya keatas, yang menyebabkan penis Dharma seakan terdorong semakin dalam sodokannya.

Mereka melakukan persetubuhan ini dengan serius tanpa perlu mengeluakan kata-kata... Semakin lama... semakin cepat saja sodokan-sodokan penis Dharma yang menghunjam masuk sepanjang lorong nikmat dalam vagina Nurita... yang masih saja mengiringi persetubuhan antar sepupu akrab dan mesra ini dengan gerakan memutar-mutar pinggulnya yang mulus, dan... semakin cepat saja... Bagai dibawah curahan hujan nikmat yang lebat, mereka... basah-kuyub oleh cucuran nikmat yang sebentar lagi... sampai ke titik puncak kenikmatan klimaks persenggamaan ini...

Barulah terdengar desahan... yang saling bersahutan... karena tak tahan lagi menahan beban penuh kenikamatan ini...

"Aahhh sayangku... Nuri! Mau menang kek... apa mau kalah... sebodoh amat... aahhh... nikmatnya... aku tak tahan...!", Dharma sangat santer mengungkapkan keluh-desahnya.

"Aahh... kakakku sayang...! Aku juga tak bisa bertahan... ooohhh... kak Dharma...!", Nurita juga tidak kalah santernya mengungkap keluh-desahnya... terlalu berat beban nikmat yang ditanggungnya...

<Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>

<Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>

Mereka terhempas seketika... diterpa badai klimaks yang masing-masing mendapatkan sama-sama orgasme untuk ke-dua kalinya... dan untuk pertama kalinya... mereka bersamaan waktunya mencapai puncak persetubuhan yang sempurna ini!

Tidak ada yang... kalah ataupun menang... yang ada... kemesraan yang semakin dalam diantara kedua sepupu yang saling mengasihi ini...

(Bersambung ke Bagian 2 - Ayu Bertemu Teman Cewek Sekelas SMA-nya)
 
Terakhir diubah:
aahhh... suhu mcdddddd... crot crot crottttttttt :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd