Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Husna dan Lily

Suhu semakin pintar mengolah kentang. Hahaha... just kidding man. Saya gak gitu peduli soal kentang. Semua itu terhapuskan dgn kepintaran suhu memainkan kata dlm goresan yg katanya lempeng & datar. Menjadikan goresan itu membumbung begitu tinggi melayang di awan. Makin.mendekati akhir, terasa makin indah & alami. Runut. Keep update suhu. Tak ada lg kata yg akan di gores utk memuji karna ceritanya dah level dewa nih. Amazingggggg.....



Terima kasih, suhu..

Menceritakan kembali itu ya begini, suhu, cuma perlu ngetik2 doang.

Tingkat kesulitannya rendah, cocok sama daya imajinasi nubi yang cetek, hihi..

Update posted sebentar lagi, suhu..

Sepertinya update terakhir, sebab semua sudah dituangkan di situ..

:)
 
penyelesain konflik husna dan nanta beneran ajib,,
husna terlihat lebih dewasa daripada nanta..

liliy cepet pulang.... miss u..

tks buat update nya suhu :mantap: :jempol:


Jauuuhhh lebih dewasa, suhu..

Ini yang nubi maksud "belajar" pada judul thread.

Mereka ngajarin banyak hal, bukan cuma yang nikmat-nikmat, tpi juga yg baik-baik..

:)
 
“Bauk Ananta Pancaroba. Putra ketiga Haji Andi Bauk Mappalewu. Alumni SMA Negeri **. Lahir di Kota S******, 13 Mei 1984. Kuliah di Jurusan Fisika, program studi pendidikan. Penyuka warna hitam. Gelandang kiri PS Gadjamada. Coffeeholic, kutu buku, mata minus sebelah, tapi ogah pake kacamata.”


Suhu Little, apakah kata2 ini adalah murni ucapan Husna atau dramatisir cerita saja..???

Bila murni, kasihan Husna yaa cintanya yg besar bertepuk sebelah tangan...hikz.hikz

Semoga akhir cerita ini indah...
Terus berkarya Suhu...


Itu ucapan Husna, suhu..

Tidak presisi seperti itu, memang, seperti yang sudah nubi sampaikan di chapter2 awal, dialek dan diksi nubi ubah agar tidak roaming dengan bahasa sehari-hari orang sini. Detail nama, kota, almamater, juga dipaksa ubah demi identitas, tetapi dengan upaya maksimal untuk tidak menghilangkan yang penting-penting demi story line.

Sesungguhnya, pada malam itu Husna menyebutkan lebih banyak detail yang - menurutnya - diketahuinya ttg nubi. Tapi banyak yang ga bener, jadi ga nubi tulis, krena pesanx nanti jadi ga delivered, hihi..

Misalnya, Husna bilang nubi "kidal," padahal mah nggak, cuma klo main bola sering di kiri aja, hihi..

Terima kasih, sudi membaca, suhu..

:)
 
Yah suhu sayang si husna dah jadi binor......




Ini gegara TSnya gak peka..... :marah::galak:.....



Lanjut bro.....:jempol:



Ampumma' suhu..

Mmg gegara nubi ini yg ndak peka, jadinya begini.
:ampun:

Sebagai permohonan maaf, nubi post update-mi..

:D
 
Update 16

***

Hari-hari berlalu datar sejak momen terakhirku bersama Husna. Aku kembali pada kehidupanku yang biasa. Menjalani studi, menikmati hobi, menggiati kegiatan organisasi dan menemani - atau ditemani - Lily.

Aku dan Lily tetap bersama. Walau terkadang kami memang tiba pada saat-saat canggung dan kaku, saat pembicaraan kami tanpa sadar menyinggung tentang Husna. Tetapi kecanggungan itu selalu kami lewatkan begitu saja.

Kehidupan terlalu datar untuk dikenang. Terlalu membosankan untuk diceritakan kembali.

Namun itu sebelum terjadi sesuatu yang mengubah duniaku menjadi berbalik, dan membuatku melewatkan banyak sekali. Tapi cerita tentang itu belum akan kubagikan di sini.

Saat ini, jika aku memaksakan diri mengingat semua yang terjadi sebelumnya, hanya kilasan fragmen-fragmen kecil yang dapat dipanggil kembali oleh kotak memoriku.

Ijinkan aku menceritakannya seingatku..

***

Kuliah Kerja Nyata (KKN) kuprogramkan pada semester itu. Aku ditempatkan di sebuah dusun di puncak gunung di Kabupaten Bone. Kabupaten dengan wilayah terbentang memanjang di sebelah utara Kota Makassar.

Lily melepasku dengan hangat. Pada malam sebelum pelepasan mahasiswa KKN, Aku dan Lily menyewa sebuah kamar penginapan murah - ayahnya sedang di rumah - di sekitar wilayah bandar udara. Kami bercinta semalam penuh tanpa tertidur, seakan tidak ingin membuang waktu sedetikpun.

Pada malam itu kusadari, hanya dengan bercumbu atau bercinta, aku dan Lily dapat berkomunikasi tanpa kecanggungan.

Iya, suhu sekalian, sejak hari di mana Lily menyatakan perasaan cemburunya pada Husna, kurasakan sebuah tabir menggantung di antara kami. Tabir keraguan Lily tentang keterusteranganku terhadapnya. Bahwa setiap kata yang kuucapkan padanya tidak lagi jujur. Keraguan yang menyiksa.

Tapi apa yang dapat seorang pria lakukan jika gadisnya mulai meragukannya?

Ketidakpercayaan dapat dihalau dengan argumentasi, dengan diskusi logis atau dengan pemaparan bukti empiris. Tetapi keraguan yang tidak terucapkan adalah hal berbeda. Sebuah racun yang mengendap di dasar perasaan, menunggu riak untuk muncul ke permukaan.

Hanya dengan bercinta, aku bisa menyatakan - tanpa kata - bahwa saat itu di hatiku hanya Lily satu-satunya. Dan hanya saat bercinta, Lily bisa menatapku penuh perasaan, tanpa keraguan.

Semua bahasa yang kami pahami seolah berubah menjadi isyarat birahi. Bahasa paling primitif yang dikenal manusia.

***

Lily menjengukku di lokasi KKN pada minggu ke empat aku di sana. Kuatur hari di mana rekan-rekan posko sebagian besar sedang pulang ke Makassar atau ke daerah masing-masing. Lily menghabiskan malam di sebuah penginapan wisata, bersamaku, tentu saja.

Pada malam itu Lily bercerita tentang seorang pria yang datang bertamu ke rumahnya. Anak dari teman Bapaknya, yang dengan jelas menyatakan datang karena diminta ayahnya berkenalan. Kurasakan cemburu, tetapi tidak kutampakkan sedikitpun saat itu.

Lily bercerita dengan lancar. Jika tidak mengenal Lily dengan baik, maka aku akan mengira Lily jatuh hati pada pria itu. Seorang insinyur teknik yang bekerja di sebuah perusahaan mitra BUMN.

Jika saja kami tidak baru saja menikmati malam panjang dengan bercinta habis-habisan, aku akan yakin, bahwa Lily akan menerima jika pria itu nanti meminangnya.

***

Aku mengenal Citra di lokasi KKN. Seorang mahasiswi dari universitas berbeda, yang saat itu juga ditempatkan di dusun yang sama.

Dusun terpencil ini ditempati oleh dua kelompok mahasiswa. Enam orang dari kampusku, delapan orang dari universitas negeri yang lain.

Citra adalah mahasiswi jurusan kedokteran gigi. Kami langsung akrab pada kali pertama bercakap. Kukenali dia sebagai gadis penggila tokoh superhero Marvel Universe. Obrolan tentang personil Avengers, Fantastic Four, para mutant dari X-Men, komparasi detil komik dengan versi animasi film, selalu menjadi bumbu dalam percakapan kami.

“Kamu tahu bedanya Peter Parker dengan Spiderman?” tanyaku suatu hari.

Saat itu kami hanya berdua di beranda posko. Sebuah rumah panggung tinggi yang sengaja dikosongkan untuk dijadikan base untuk kami. Citra selalu bangun subuh, sama sepertiku. Kami selalu mendapat waktu pagi-pagi sekali untuk mengobrol berdua seperti ini, sebelum teman-teman lain terbangun.

“Kan orangnya sama?” jawab Citra, duduk di pagar pembatas beranda.

“Spiderman mendapatkan gadisnya.. Peter Parker nggak, hehe..” aku mengutip monolog terkenal Spiderman dari salah satu sekuel filmnya.

Citra tertawa keras sekali. Tawa yang sebenarnya sedikit berlebih, untuk perkataan yang tidak terlalu lucu. Tubuhnya agak condong dan terlihat akan jatuh dari posisi duduknya. Dengan cepat kutangkap tubuhnya,

“Hey, apaan sih, pegang-pegang.. Ih..” ucapan Citra mengejutkanku.

“Anu, itu.. kupikir tadi kamu bakal jatuh.. Maafkan..” kulepaskan peganganku di pinggangnya.

Saat kuangkat wajahku, aku terkejut melihatnya tertawa.

“Mukamu lucu, kalo lagi bingung begitu.. Hihi..”

Citra mengerjaiku. Kami tertawa bersama.

Sesuatu terjadi di antara kami dalam bulan-bulan yang kami lalui di desa itu. Sesuatu yang membuatku semakin layak dibungkus ragu, dari Lily, kekasihku.

***

Aku bertemu Hara seusai perpisahan mahasiswa KKN tingkat kabupaten. Kami ternyata ditempatkan di kabupaten yang sama, tetapi berbeda desa.

Aku sudah menunggangi motorku ketika itu, sedang bersiap untuk berangkat pulang seusai pelepasan oleh Bupati. Citra memelukku rapat dari belakang, condong mengikuti kontur motorku yang didesain untuk kecepatan tinggi.

Kami - aku dan Hara - bertukar pandang dan senyum dari jauh. Hara melambai. Kami tidak bertemu lagi dalam sisa tahun itu.

***

Aku belum bertemu Lily sejak tiba di Makassar malam tadi. Saat kutelepon pagi-pagi, dia bilang sedang di luar. “Sedang jalan dengan teman,” begitu katanya.

Karenanya kuhabiskan hari dengan beristirahat, melepas lelah perjalanan kemarin. Teleponku baru berdering lagi tengah malam, nama Husna tertera di sana.

“Kak, aku hamil..” kalimat pertama yang terucap saat kujawab teleponnya. Suara Husna terbata-bata.

Aku jarang sekali kehabisan kata-kata seperti ini. Keheningan sesaat yang terasa berabad menggenang di udara.

Kutata kembali pikiranku, lalu bertanya,

“Adek lagi di mana?”

“Di rumah Satri, kak..” Samar-samar kuingat nama itu. Salah seorang teman geng Husna di SMA.

“Kakak ke situ sekarang..”

Husna tidak mampu menahan tangis setibanya aku di sana. Dia menghambur ke pelukanku, menangis tersedu-sedu. Rumah ini sedang sepi, kutebak hanya mereka berdua yang ada di rumah saat itu.

Kuusap kepala Husna di pelukanku. Kuajak duduk di ruang tamu yang bukan rumahku. Seperti dulu, aku tidak bicara. Hanya menunggu sampai tangisnya mereda.

“Ini salah kak Nanta..”

Aku terhenyak. Seketika ingatanku merambah kembali ke kejadian empat bulan yang lalu. Kejadian di rumah kak Hajrah. Mungkinkah? Mataku penuh tanya saat kutatap Husna,

“Bukan, adek baru telat dua bulan. Tapi ini salah kak Nanta..” matanya kembali berurai air mata.

“Raja?”

Husna mengangguk, lalu menunduk, menutup muka.

“Ini tetap salah kak Nanta..”

Kuraih ponsel Husna di meja, mencoba mencari kontak Raja.

“Percuma, kak. Sejak adek kasihtau tadi pagi, SMS gak dibalas lagi. Nomornya gak aktif..”

Aku paham sepenuhnya kini. Bagaimanapun dewasanya Husna, dia tetaplah remaja yang rapuh. Ditinggalkan Raja pada saat seperti ini membuat pikirannya butuh sesuatu untuk disandari. Suatu jangkar untuk dilemparkan menuju kedalaman agar pikirannya tetap waras di tempat. Aku adalah jangkar paling dekat.

Kurangkul bahu Husna.

“Adek maunya gimana?” tanyaku pelan, menatap sesuatu yang tidak menarik di kejauhan.

Kurasakan ponselku bergetar. Kulirik sekilas nama Lily di layar, kuabaikan.

“Gak ada jalan ini dipertahankan, kak. Harus dibuang. Tapi adek gak tau caranya..”

Kupeluk bahunya lebih rapat. Kumantapkan hati. Kusampaikan rencanaku.

***

Kuputuskan kontak dengan banyak orang selama seminggu, termasuk Lily. Kupusatkan perhatian pada Husna, yang memutuskan untuk menggugurkan kandungannya.

*********** dosis tinggi. Alkohol. Perdarahan. Bedah pembersihan yang melibatkan identitas palsu dan ijin kegiatan fiktif.

Tidak ada yang indah dan etis untuk diceritakan. Beberapa hari itu adalah saat-saat paling membuat depresi yang pernah terjadi dalam hidupku.

Bagi Husna? Kalikan depresiku dengan sejuta.

***

Tahun 2009 datang tanpa terasa. Tahun bagi mereka yang seusiaku mulai mengenal facebook, haha..

Raja muncul di padepokan pada suatu hari, setelah menghilang selama berbulan-bulan. Emosi marah menguasaiku seketika, ketika dia menyapaku seakan tanpa dosa.

Kutantang dia padudung saat itu juga.

Padudung adalah latih tanding dengan kaidah dan aturan minimal. Dalam latih tanding biasa ada kaidah yang mengatur jumlah serangan dalam satu kali berjibaku. Ada kaidah melangkah dan ada area yang terlarang untuk diserang. Dalam padudung beberapa aturan dihilangkan. Beberapa aturan lagi tetap ada tetapi dilonggarkan. Titik berat latihan ini adalah pada mental dan daya tahan tubuh. Dengan padudung, pesilat dipersiapkan menghadapi kemungkinan pertarungan sungguhan, bukan pertandingan olahraga.

Tidak perlu kugambarkan. Cukup kukatakan bahwa setelah padudung-ku melawan Raja, dewan pembina memanggil kami berdua. Konflik personal tidak dapat kusembunyikan lagi.

Raja mendapat teguran. Aku menerima surat peringatan. Kesalahan yang kulakukan dinilai lebih berat, sebab mengakibatkan kerusakan yang hampir permanen pada rekan seperguruan.

Bagi pesilat yang taat, surat peringatan dari padepokan adalah sebuah sanksi yang sangat berat. Tetapi bagiku, sanksi yang kutakutkan bukan itu, melainkan dari sumber yang lebih kuhormati.

Bapakku murka mendengar berita dari teman-temannya tentang kejadian itu. Aku dipanggil pulang, perbincangan yang menyesakkan tidak terhindarkan.

“Katakan ini bukan soal perempuan,” Bapakku berbicara datar.

Bapakku adalah seorang pabbicara di lingkungan kedatuan bugis kota asalnya. Keengganannya untuk hidup dalam lingkungan feodal yang dinilainya tidak sejalan dengan ajaran agama membuatnya hijrah ke Makassar, melepaskan gelar dan hidup sebagai pegawai biasa.

Secara bahasa, pabbicara berarti juru bicara. Namun dalam strata sosial masyarakat Bugis, pabbicara adalah suatu jabatan di lingkungan Kedatuan, yang berada satu tingkat di bawah kajao (penasihat datu). Pabbicara pada masa lalu bertugas mengajarkan baca-tulis kepada putra-putri Datu dan pembesar Kedatuan. Pada saat para putra-putri itu memasuki masa remaja, pabbicara jugalah yang akan mengajarkan keterampilan berkuda, bertarung, berpuisi dan menari.

Pada masa kini, tugas seperti itu tidak dijalankan lagi. Yang ada tinggal kebanggaan yang berlebihan. Mengarah pada penyembahan manusia kepada manusia. Hal inilah yang membuat Bapak mantap meninggalkan kehidupan yang demikian.

Para ksatria bugis selalu berprinsip, adalah siri’ ketika dua laki-laki bertarung karena memperebutkan perempuan.

“Tidak bisa, etta (bapak). Ini memang soal perempuan.” Jawabku tertunduk.

Kami hanya terdiam. Duduk berhadapan dalam hening, begitulah selalu cara Bapakku menyampaikan kemurkaannya. Menyiksa kami dengan kemarahan yang disampaikan seperti radiasi. Berjam-jam lamanya kami hanya duduk di sana, di ruang keluarga. Kebisuan yang menyiksa.

Kuterima saja kemarahan Bapak yang ditimpakan kepadaku. Tidak berani kujelaskan cerita yang mendasari tindakanku. Bahwa penyebab kami berkelahi memanglah seorang perempuan, namun bukan karena memperebutkannya.

Tidak mungkin pula kujelaskan, bahwa kemarahanku pada Raja dikarenakan dia tega menelantarkan Husna saat tahu kehamilannya. Kemudian muncul dan melenggang begitu saja.

Tetapi di dalam hati aku tahu, ini semua hanyalah manifestasi penyesalanku, telah mengajak Husna mengenal dunia yang seharusnya belum dia tahu.

Ini tetap salah kak Nanta..

***

“Aku hanya bingung, setelah sekian lama, kamu masih segitu care-nya pada Husna..”

Aku dan Lily berbaring dalam selimut, baru menyelesaikan satu sesi awal malam yang nikmat. Kejadian di padepokan hari sebelumnya tidak dapat kututupi, bekas lecet dan bilur di tubuhku bercerita lebih banyak dari yang seharusnya.

Aku tidak menanggapi. Tidak tahu dan merasa tidak perlu.

Lily memutar tubuhnya menghadapku,

"Nan, kamu masih ada rasa sama dia?"

Aku menggeleng mantap. Aku tidak pernah tahu nilai kebenaran dari jawabanku ini. Apakah salah, atau hanya benar sebagian? Entahlah, sebab pertanyaan selanjutnyalah yang mengejutkanku,

"Nan, setelah ada aku, kamu sama Husna.. pernah..?"

Aku tidak menjawab.

Jangan bohongi aku lagi, Nan.. plis..

Diamku menjawab semua yang Lily ingin tahu. Menggerakkan endapan ragu yang sudah lama menunggu.

Malam itu kami lewati tanpa bicara. Hanya terdiam sampai lena turun menculik kesadaran.

***

Lily semakin jarang di rumah. Lebih sering beraktifitas di luar, “dengan teman,” hanya itu katanya. Kurasakan kehadiran pribadi yang samar di antara kami, berdiri menghalangi. Aku tahu dari aktivitas sosial media, Lily sedang dekat dengan seorang rekan kerjanya. Pria bernama Nurhadi.

Kubenamkan diri pada kesibukan baruku. Aku mengajar di sebuah sekolah swasta. Jam kerja yang tidak penuh membuatku bisa menerima tawaran paruh waktu dari beberapa sekolah lain. Pada malam hari, kuterima beberapa siswa yang menginginkan jam pelajaran private.

Kealpaan Lily pada sebagian besar waktuku membuatku membuka diri pada beragam rupa kegiatan. Kudaftarkan diri pada pelatihan-pelatihan, kursus jangka panjang dan aktifitas sosial. Dua kali seminggu kuikuti kelas pajak brevert di Graha Pena. Kudaftarkan diri pada kursus akuntansi pada malam sisanya. Tahukah suhu sekalian, ada lho yang namanya “Kelas Etika Berkendara di Jalan Raya,” haha..

Aku harus fair mengakui, memudarnya perasaan di antara aku dan Lily tidak semata karena sibuknya dia dengan seorang pria lain. Aku bukan pria yang sepenuhnya setia. Tanyakan pada Citra, Hara, dan, ah, sudahlah..

***

“Nan, kita harus realistis. Aku 27 tahun ini, dan aku perempuan. Kita gak ke mana-mana saat ini..”

“Poinmu?” kuberanikan diri bertanya.

“Hadi resmi nglamar aku. Sabtu ini keluarganya datang. Aku sudah iyakan, Nan..”

Lily membelai wajahku. Pagi itu pagi yang sama, kami sarapan di beranda. Lily duduk di pangkuanku dengan selembar kaos belelnya.

“Kamu harus ingat, Nan, jangan lagi pernah jadiin cewek sebagai pilihan, ketika dia menjadikanmu satu-satunya di hatinya..”

Lily menatapku lembut. Wajah kami dekat, hampir tidak berjarak. Lily selalu menjadi dua sisi kontradiksi, dewasa dan manja kekanakan dalam satu diri.

..mantan selalu menempati tempat tersendiri di hati..

Pagi itu, kami bercinta dengan sedih..

***

Update terakhir ini sedikit menyentil sesuatu di jeroan nubi. Sesuatu yang sudah lama dilupakan, hihi..

Nubi mohon maaf, penuturan kisah yang sudah lewat kadang tidak sejalan dengan yang diinginkan pembaca, dan tidak bisa dilakukan adjustment, karena demikianlah adanya yang terjadi..

:)

Semoga masih menghibur, suhu sekalian..

:)
 
Terakhir diubah:
A long standing applause suhu buat ceritanya yg bikin hati campur aduk bacanya...
Ngemeng2 kalaupun nggak bisa di adjustmen, setidaknya direcalibration lah gan..hehe.. biar bisa dipanjangin dikit ceritanya..
 
update nya kali ini menguras emosi.. :galau:

apakah nanta akan balik ke husna ??
atau nanta yg merantau untuk menjadi lebih dewasa , karena karakter nanta ini mendekati PK
bagiamana bisa dia menyia-nyiakan 2 wanita yg begitu dalam perasaan nya, bahkan rela melepaskan si nanta dengan dewasa

thank's buat update nya suhu :mantap: :jempol:
 
Kayaknya cerita ini udah tamat deh.....



Di tunggu season 2 nya yah cappo....

bisa jadi TAMAT, klo di liat jadi judul nya dan pas update terakhir emang udah dapet klimaks dari cerita nya
 
mantan selalu punya tempat tersendiri di hati..

Bener bgt..*** akan mungkin mantan dilupakan 100% kecuali memang anda adalah seorang "player"
 
Is this the end ??? Sptnya iya. Antiklimaks dr seluruh goresan yg tertuang. Mungkin memang hrs terhenti disini. Kl diteruskan, kok kayaknya malah akan menjadi goresan yg gak jelas. Melebar kemana2. Tp semuanya tergantung suhu. Dia yg punya rasa dlm cerita ini.
 
Makasih Suhu, udah berbagi pengalaman.

Trus sekarang yg jadi isteri Suhu siapa nihh? Apakah Hara atau Citra?
hehehe...
 
Oh gitu ya, emang sih bab ini sdh antiklimaks. Kalau dilanjutkan malah melebar kemana2 ceritanya dan jadi keluar dri scope judul. Tp kalau aku boleh kasih saran sih. Ada bagusnya kasih epilog, meski cerita tentang husna dan lily bersama nanta udah selesai
Kita2 dimari masih penasaran dgn kehidupan nanta yg skrg, dgn siapa dia nikah, yaa cerita singkat tntg jodoh nanta yg sekarang jg blh. Tp terserah juragan little crot sebagai TS.aku sebagai penikmat cerita cm ngasih saran :ampun:
 
Sungguh menyentil nyentil ndan...
:konak:

Cerita keren . . Terus berkarya kumandan . .
Ane tunggu cerita cerita selanjutnya . .
:jempol:
 
Alurnya oke, ceritanya sedih, tapi memuaskan.

Tapi sayang, antara bagian satu dan bagian lain dalam apdet kali ini, terasa sangat terpisah, padahal mungkin bisa diperhalus dan diperindah.

Tetap semangat suhu.
:jempol:
 
Bimabet
Satu yg bisa aku komentarin dari cerita ini adalah bahasanya yang top notch. Nggak banyak cerita yg punya gaya bahasa kaya gini. Pucuk Limau Pelangi, dan B.E.D.A by: Musicboyz adalah salah satunya. Apalagi tema yang diangkat intim, yg merupakan pengalaman pribadi penulis sehingga emosinya sangat kuat dan pembaca bisa relate dengan cerita ini. Konflik yang kurang tajam, mungkin jadi kekurangan, tapi cerita bergenre vanilla seperti ini emang gak perlu konflik yang aneh-aneh (yg berpotensi melebarkan cerita ke mana2). Simply fresh, and heart warming. Bravo buat ts udah menghasilkan karya seperti ini. Terima kasih udah bagi cerita sekeren ini di sini. :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd