Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Husna dan Lily

Bimabet
keren gan
teknik nulisnya mantap
ceritanya jg ngena
mantab abis
 
pagi - pagi baca update tan langsung :konak:


:ngacir: nyari bini gw mana nih.....

oh di dapur toh...... yuk say kan libur kita enjot2an donk...... haaha.. cihuuuuiiii


Hahahaha..

Hati2q, suhu, masa-masa banyak daging ini habis lebaran.
Jangan smpe ibu jaksa salah potong daging..

:D
 
Gak tau mo bilang apa lg, kecuali... Amazing suhu. Top of the top. Tulisan indah yg mengalir apa adanya. Romantis & terkadang puitis. Keep update ya. Selalu ditunggu lanjutannya.

Sedang membereskan beberapa typo, suhu..

Ngetik di mobile-office bikin pajalimet, hihi..

Terima kasih atas apresiasinya..

:)
 
Akhirnya selesai baca cerita ini
Bener2 cerita yang menarik & bikin ane berimajinasi dengan setiap adegannya
Mantap suhu, ditunggu lanjutan ceritanya

Siap, suhu..
Update sedang digodok..

Tidak menolak kiriman cendol atau es kopyor..

:D
 
Nice one bro! Sastra nya jalan bener, jadi bukan sekadar cerita pelampiasan crot, tapi ane juga menikmati jalan cerita suhu dalam memaparkan detail detail pengalaman suhu!:D

bahasanya halus tapi menggairahkan, tidak vulgar namun erotis. Jadi penasaran rupa suhu husna dan liliy hehe

ane yang biasanya silent reader sampai tergerak pingin apresiasi karya suhu yang patut disandingkan sama novel2 di toko buku 😁


Terima kasih, suhu..

Kisah belajar nubi ini lempeng, krena diceritakan saja. Jadi kalo ga dipermak dikit pada diksi, bakal membosankan, hihi..

Nubi baru belajar nulis, suhu, in fact, ini tulisan pertama nubi di forum ini.

Semoga terus bisa menghibur, suhu..

Cendol atau es kopyor tidak akan ditolak.. :D
 
Update 12

***

Apa yang akan dilakukan pria kebanyakan, ketika diundang ke dalam kamar gadisnya, pada malam hari, saat sedang hanya berdua?

Romantisme di antara kami sedang diuji. Ujiannya datang berupa kesempatan dan sambutan. Berupa rasa kentang dan undangan.

”jagain itu di sini, bukan di luar situ..”

***

Aku tahu apa yang akan menyambutku jika aku merangsek masuk ke kamar Lily saat itu juga. Rangkaian hal-hal yang kusuka. Jika kutunda sedikit lagi, birahi kami yang masih tinggi dapat hilang dan perlu upaya untuk membangkitkannya kembali.

Lalu mengapa aku urung bergerak?

Alih-alih menjawab tantangan, kunyalakan teve di ruang keluarga. Kuraih bungkusan DVD sewaan yang kubawa sebelumnya. Kumasukkan sekenanya, lalu rebah di sofa. Sebuah film mulai dimainkan, tentang seorang suami yang meninggal karena sakit, tetapi sebelumnya sudah membuat beberapa pengaturan untuk kebahagiaan sang istri.

Film dengan genre ini sama sekali bukan seleraku. Sengaja kusewa, sebab kutahu Lily pasti suka. Sebuah film drama romantis yang masih termasuk dalam kategori recent released.

Menonton film ini - bagiku - begitu membosankan. Tidak ada hentakan dan ketegangan. Hal-hal yang terjadi di dalam kisahnya begitu biasa, begitu manusiawi, seperti kehidupan sehari-hari. Apa sih yang menarik dari genre ini? Pikirku.

Kemudian sebuah pertanyaan muncul di kepalaku, “bagaimana jika kewajaran cerita dan kemiripan semesta pada film inilah yang menjadi daya tariknya?” Mungkin Lily, dan penggemar cerita drama lainnya, terpikat oleh kewajaran ini, sehingga saat menontonnya mudah terbawa empati.

Kuraih sampul film itu, terbaca, P.S. I Love You. Kulirik jam dinding, sudah hampir pukul delapan. Aku teringat pada Lily, kekasihku di dalam kamar. Perlahan aku bangkit, mematikan teve, lalu melangkah ke ambang pintu kamarnya.

Lily masih dalam posisinya seperti saat kutinggalkan sore tadi, meringkuk di tepi tempat tidurnya di dalam selimut. Gerak teratur napasnya menandakan dia sedang tidur, menyerah pada lelah tubuhnya saat menungguku.

Orgasme wanita memang berbeda dengan pria pada persebaran efeknya. Orgasme wanita dirasakan menyeluruh, dari ubun-ubun ke ujung kaki. Impulsnya menginduksi seluruh jaringan syaraf sensori. Sementara pada lelaki, orgasme bersifat lokal. Hanya mempengaruhi daerah genital. Jika berada di puncak tertinggi gairah, paling luas area orgasme pria hanyalah di sekitar tungkai bawah. Pendakian kenikmatan pada wanita melibatkan lebih banyak sistem organ ketimbang pria, ini yang membuat lelah orgasme mereka berlipat dan berganda.

Lampu di kamar Lily adalah jenis lampu dengan tombol putar pengatur intensitas cahaya. Kuputar hingga level nomor dua. Pendar cahaya lembut menggantikan terang, menerangi wajah dan lengan Lily yang tidak tertutup selimut, naik turun seiring napasnya yang lembut.

Aku berdiri sejenak di tepi tempat tidur, mengamati wajah Lily lekat-lekat. Garis wajah Lily begitu lembut. Melihatnya tanpa perlindungan seperti ini membuatku heran, betapa berbeda perangainya saat bergaul di luar sana.

Lily selalu nampak mandiri dan dewasa. Dia mengendarai kendaraan sendiri saat beraktivitas, menolak dibukakan pintu, menolak tawaran - sebenarnya permintaan - teman-teman prianya untuk mengantar pulang, dan sangat tidak mau ditraktir makan. Lily tidak punya sahabat dekat. Tidak ada geng cewek atau komunitas sorority. Dia dikenal dengan namanya sendiri. Bukan dikenal sebagai anaknya Bapak Anu, atau temannya si itu. Satu-satunya yang kini dikenal orang sebagai teman dekatnya adalah aku.

Tetapi hari-hari belakangan ini membuatku melihat Lily sebagai pribadi yang berbeda. Dia seperti membuka etalase diri yang dulunya begitu pribadi. Seperti mengubah museum tertutup menjadi galeri.

Lily berlaku manja padaku. Dia merajuk, memberi indikasi sanguine dan menuntut perlakuan mesra. Tembok angkuhnya seakan runtuh, menjadi pagar bebungaan yang rapuh.

Mataku tertuju pada tangannya. Ponselnya masih tergenggam di sana. Kuduga dia jatuh tertidur sesaat setelah mengirim pesan terakhir. Perlahan, kutarik ponsel itu dari genggamannya dan meletakkannya di meja. Lalu dengan hati-hati, aku menyusup ke dalam selimutnya, memeluknya dari belakang.

Lily merespon gerakanku dengan menggeliat membetulkan posisi. Dia sadar bahwa aku ada dan sedang memeluknya. Kini tubuh kami saling rapat, lengkungan tubuh kami seperti saling mengisi, seolah puzzle manusia yang bertemu padanannya.

“Nnnnggghh..” Lily menggeliat manja, kueratkan pelukanku di pinggangnya. Aroma wangi rambutnya membuai lembut. Harumnya sederhana seperti narestu, tidak berlebihan.

“Capek yah.. Memangnya habis ngapain, sih..” bisikku perlahan dari belakang.

Lily mencubit lenganku di pinggangnya, kutahu dia tersenyum, mulai terjaga, tetapi tetap memejamkan mata.

“Bapak pulangnya kapan?” lanjutku bertanya.

“Sebentar lagi, sepertinya. Mungkin tiga atau empat hari lagi.”

Kusadari Lily menyebut tiga atau empat hari sebagai satuan waktu yang “sebentar”.

“Kamu sejak kapan sering ditinggal sendiri?”

“Sejak SMP. Aku lupa persisnya. Bapak sudah pensiun cukup lama, kan..”

Kami terus berbincang dalam posisi berpelukan. Lily sudah terjaga sepenuhnya. Lily bercerita tentang awal masa perceraian orangtuanya. Bagaimana Bapaknya, sekalipun menuntut cerai, tidak bisa menyembunyikan rasa kehilangan saat itu. Bagaimana kacaunya keuangan dan belanja rumah tangga mereka karena perceraian yang datang tiba-tiba.

Aku tidak menanyakan alasan kedua orangtuanya bercerai, hanya mendengarkan dalam diam. Lily menyinggung kekecewaannya pada kedua orangtuanya, yang menyerah pada konflik, mengambil jalan yang menurutnya hanya suatu bentuk pelarian yang tidak solutif.

Sudah kuceritakan sebelumnya, suhu sekalian, bahwa aku punya fetish terhadap wanita dengan ciri-ciri yang sangat berbeda dengan fisik Lily. Hal ini membuatku tidak pernah langsung bergairah begitu saja terhadapnya, jika tanpa stimulus seksual dan sambutan yang jelas.

Hal inilah yang membuat kami bertahan lama dalam obrolan malam ini. Kami benar-benar mengobrol, bukan sekedar berbicara. Kami berkomunikasi, bukan hanya mengaso dan memanfaatkan spasi.

Lily bercerita dengan lancar. Kusadari dia tidak menangis, hanya membeberkan fakta tanpa emosi, dan aku mendengarkannya tulus, tanpa tendensi. Suhu sekalian paham tendensi yang kumaksudkan? Tendensi pria yang sengaja berlagak mendengarkan, namun sebenarnya hanya menunggu sang gadis sampai pada suasana hati paling rapuh, lalu memanfaatkan kerapuhannya untuk mengambil yang diinginkannya? Haha..

Kubetulkan posisi berbaringku menjadi bersandar di kepala tempat tidur. Lily berbalik memelukku. Dia terus bercerita tentang masa kecilnya yang bahagia bersama keluarganya yang utuh. Ceritanya terus bergulir, terkadang melompat maju dengan jauh, lalu kembali mundur ke masa lalu. Lily bercerita tentang kesulitannya saat SMA, harus bangun pagi dan berangkat sendiri ke sekolah, lalu pulang cepat untuk berbenah di rumah. Hal yang terus menjadi rutinitasnya hingga kini.

Kami berbincang sampai dini hari, sampai saat kusadari keheningan di antara kami. Lily jatuh tertidur memelukku, kepalanya beralaskan lengan atasku, sedikit di atas ketiak.

Kusadari tubuh Lily hanya terbungkus selembar kaos belel dan tipis. Kubetulkan posisi selimut dengan sebelah tangan. Helai rambut yang jatuh ke wajahnya kussampirkan di balik telinga. Kukecup lembut keningnya, Lily mengeratkan pelukannya.

Terjelaskan bagiku semuanya tentang Lily. Tentang pribadinya yang mandiri. Tentang telatennya dia di rumah, dan kepeduliannya yang tinggi pada para tunawisma dan anak jalanan. Dia berempati, dan dalam peduli dia selalu ingin berbagi.

Malam itu aku langsung tahu, tak akan pernah kubiarkan dia sendiri lagi.

***

Lily membangunkanku dengan kecupan di dahi. Katanya butuh berkali-kali sampai aku benar-benar membuka mata. Lily sudah mandi, rambutnya tergerai basah, turun dan menyapu wajahku saat Lily menunduk di atasku. Mungkin sebenarnya itu yang membuatku terjaga.

Kami sarapan di beranda. Lily membuat teh, sedang aku menyeduh kopi. Dia masih mengenakan kaos yang semalam, kini dengan dalaman. Pahanya yang putih panjang terlihat sepenuhnya, dipamerkan padaku dengan sengaja.

“Kalian para pria kenapa gandrung sekali sama kopi? Pahit begitu..”

Ayah Lily adalah penyuka kopi kental.

“Tidak cuma pria, kok, wanita juga banyak yang suka.”

“Pahit, tauk, ga enak..” katanya.

“Kamu belum tahu saja. Cara menyajikan kopi enak ada banyak lho. Dengan vietnam drip, syphoon, bialetti, atau french press. Kalo tubruk begini rasanya memang biasa aja. Nih, coba dulu seduhanku, dikit saja,” ujarku, ngasal.

Lily mencondongkan tubuh ke arahku dari seberang meja, kusodorkan cangkirku.

“Bukan yang itu..” katanya tersenyum, menggoda.

Lily meraih kedua pipiku, menarikku ke wajahnya, memberi ciuman basah. Lidahnya menari di sela bibirku, kami berpagutan, berdiri doyong dari kedua sisi berseberangan.

“Mmmmmhhhh.. Mmmmmmmmmm.. iya juga yah, kopinya jadi enak kalo pake french kiss. hihi..” Lily mendecakkan lidah, menggoda, menggemaskan..

“Bukan french kiss, french press!” seruku, bergerak mengitari meja, menggelitik pinggangnya.

Lily menggeliat kegelian, berbalik menyerang. Kami lalu berkejaran di ruang tengah, beranda, ruang tengah, ruang tamu lalu kembali ke beranda. Kutangkap tubuhnya, lalu kubopong berdiri, kami berciuman mesra, lama sekali.

Saat menarik wajah, terengah, Lily berujar lagi,

“Ciuman pagi, pahit-pahit kopi.. hihi..”

“Kamu tuh ya, jangan suka ngledekin kopi. Kopi itu minuman yang penuh perencanaan, bahkan dari mula dia ditemukan. Ga kayak teh, ditemukan tanpa kesengajaan.”

Aku berjalan kembali ke beranda, aku duduk kembali, kuletakkan Lily duduk menyamping di pangkuanku. Seperti biasa, obrolan santai seperti ini akan membawa kami ke sebuah diskusi biasa, asimilasi pikiran walaupun temanya sederhana.

“Maksudnya? Masa sih kopi ditemukan pake rencana?” Lily duduk tegak, lengannya di belakang leherku. Diraihnya sepotong roti, menyuapiku, lalu mengigitnya juga.

“Gini yah, proses seduh teh konon ditemukan oleh seorang berkebangsaan china. Jaman dulu dia mandi berendam di kolam air panas, lalu selembar daun teh kering jatuh ke airnya. Orang itu melihat air berubah warna jadi kuning kehijauan. Trus dicoba-coba deh untuk konsumsi..” kuusap pahanya sambil berbicara. Pandanganku ke arah meja sedikit terhalangi oleh dadanya yang membusung besar tepat di depan wajahku.

“Lha kalo kopi? Kira-kira insiden macam apa yang bisa membuat sebutir buah kopi matang, mengelupas sendiri, mengering, lalu tersangrai, kemudian tergiling halus dan terseduh air panas? Seseorang di masa lalu pastilah meneliti, mengkaji kandungannya, lalu bereksperimen untuk menemukan cara terbaik mengkonsumsinya. Iya kan?” lanjutku.

“Duh, yang slalu nongkrong di Ujung.." Lily mencolek hidungku.

Ujung adalah satu dari beberapa toko kopi dan perlengkapannya di Makassar. Letaknya di Jalan Somba Opu, pesisir pantai Losari.

"Kamu selalu seuring-uringan gini kalo bicara soal kopi?” lanjut Lily sambil tertawa.

“Gak. Hanya kalo kopiku kebanyakan gula, atau kebanyakan susu.” Kataku sambil membenamkan wajahku di belahan dadanya.

“Aaaiihh.. geli, Nant! Hey, berhenti, ih..” Lily menggeliat, mendorongku lalu bangkit berdiri.

Aku tertawa. Teh di tangan Lily tertumpah ke meja dan lantai.

“Kamu dihukum, kamu harus bersihin itu. Tuh, kain pel..” kata Lily menunjuk alat pel yang bersandar di dinding.

“Iya, iya.. digodain dikit aja kok pake hukuman..” kataku menggerutu. Kuhabiskan kopiku lalu mulai membersihkan tumpahan di lantai.

“Aku mau siap-siap ke kampus ya. Kamu ada kuliah gak? Kalo gak, kamu di sini aja. Aku pulang cepat kok.” Lily bertanya, aku pura-pura tidak dengar.

“Ih, kok ngambek sih, dasar ingusan.. hihi..” Lily mendekatiku, memelukku dari belakang.

“Lha habis, masak adik dihukum cuma gegara becanda tadi, ish ish ish..” aku memanyunkan bibir.

Lily mengecup pipiku, badannya yang sedikit lebih tinggi memudahkan jangkauannya ke wajahku. Dikecupnya lama, berkali-kali, lalu berjalan ke arah dalam,

“Kata siapa hukumannya gara-gara yang tadi?”

“Lha, trus, salah adik apa dong?” tanyaku menoleh.

“Suruh siapa, semalam dipanggil masuk, malah ngobrol doang, aku ga diapa-apain.. nggantung, tauk..”

Lily melangkah santai ke kamarnya, meninggalkanku dengan mulut setengah ternganga. Itu ekspresi alami paling bloon yang pernah terpasang di sana..

***

Dipenggal dengan sengaja demi pesannya….

Walaupun datar, semoga terhibur, suhu sekalian….
 
Terakhir diubah:
Duh suhu ini pagi pagi bikin kentang. Cerita suhu ini, -selain tata bahasanya-, saya suka sekali dengan alurnya. Tidak hanya menekankan pada adegan seks nya, tapi juga pada perasaan, dan cerita romansa nya. Salah satu diantara beberapa kisah favorit saya di forum ini.
 
Duh suhu ini pagi pagi bikin kentang. Cerita suhu ini, -selain tata bahasanya-, saya suka sekali dengan alurnya. Tidak hanya menekankan pada adegan seks nya, tapi juga pada perasaan, dan cerita romansa nya. Salah satu diantara beberapa kisah favorit saya di forum ini.


Terima kasih, suhu..

Update 12 ini draft-nya sebenarx lebih panjang, tetapi fokus pesan akan berbeda jika tidak disunting. Jadilah setengah bagian dipindahkan ke update berikutnya.. :)
 
Salut gan ente kuat iman ny.. klo ane yg ad diposisi ente


Wahhh bakal perang dah itu jd ny :konak:
 
Pas bgt motongnya...
:jempol: buat suhu...

:cendol: buat potongannya...
 
Sayang yah jadi mantan semua nanti........
 
Bimabet
update nya emang kentang :kentang: tapi jujur, motong nya pas banget

jadi berasa pas cerita nya , kata2 nya seperti sedang baca novel romansa :sayang::sayang:hahaaayy..

tks buat update nya suhu :jempol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd