Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 09

M
ama menghidangkan beberapa macam chinese food hasil masakannya sendiri.

“Yang ini capcay, yang ini ayam kuluyuk, yang ini fuyonghai dan yang ini udang goreng mentega, “ kata Mama setelah menghidangkan makanan untukku.

Kemudian Mama duduk di kursi yang berdampingan dengan kursiku. Seraya berkata, “Semua makanan ini mama yang masak. Mudah - mudahan Asep suka. “

“Aku sih kalau soal makanan gak sulit - sulit Mam. Dikasih nasi panas dengan ikan goreng doang juga pasti dilahap. Apalagi dengan teman nasi sebanyak ini. “

Lalu kucoba masakan Mama itu dengan nasi hanya sedikit. Dan langsung mengangkat jempol, “Waaah ... kalau tiap hari dimasakin sama Mama begini, bakal lahap terus aku makan nanti. Terima kasih Mam. Masakan Mama enak sekali, “ pujiku.

“Enak mana sama hidangan resepsi pernikahan Imas ?” tanya Mama.

“Masih enakan masakan Mama ini. Hidangan resepsi pernikahan Ceu Imas memang mewah semua. Tapi rasanya kurang garam semua. Sedangkan masakan Mama ini, terasa sekali bumbunya. Lengkap deh pokoknya. “

“Soalnya mama masak dengan cinta, “ ucap Mama setengah berbisik. Disusul dengan kecupannya di pipiku.

Aku tersenyum. Lalu melanjutkan makan siangku. “Sekarang Ayah pasti udah sampai di Pontianak. Eh, apa nama bandara di Pontianak itu Mam ?”

“Bandara Internasional Supadio, “ sahut Mama.

“Supadio, “ gumamku. Seolah menghapalkan nama bandara di Pontianak itu.

“Untuk menuju kebun sawit itu, masih jauh lagi. Enam jam perjalanan mobil atau motor. Lalu dilanjutkan dengan jalan kaki selama berjam - jam, melewati hutan, untuk mencapai kebun sawit tempat Ayah bekerja itu, “ ucap Mama.

“Kasihan ya Ayah. Sampai segitunya untuk mencari nafkah. Padahal gak usah jauh - jauh, nyari duit di sini juga gak sulit - sulit amat kalau udah tau jalannya sih. “

“Ohya Sep ... Mama dengar Asep menerima rumah megah ini sebagai hadiah dari istri seorang konglomerat ya. “

“Iya, “ sahutku, “Mama dengar dari siapa ? Dari Ceu Imas ya ?”

“Iya. Katanya wanita itu saking bahagianya karena Asep berhasil menghamilinya, sehingga ia menghadiahkan rumah semegah ini, dengan perabotan yang serba mahal itu. “

“Iya sih. Aku juga gak nyangka akan mendapat hadiah semahal ini. “

“Kalau Asep bisa menghamili mama, pasti mama juga akan merasa bahagia sekali. Tapi mama takkan bisa memberikan hadiah apa - apa pada Asep. Mama hanya bisa memberi cinta sejati mama untuk Asep seorang. “

“Aku juga gak mengharap hadiah apa - apa dari Mama. Asalkan Mama bahagia, aku juga ikut bahagia, “ kataku sambil menyeka mulutku dengan kertas tissue. Karena makan siangku sudah selesai.

Mama pun sudah selesai makannya. Kemudian ia membereskan meja makan dan membawa piring - piring dan mangkok kotor ke bak cuci piring di dapur.

Kuikuti langkah Mama ke dapur. “Dua hari lagi akan datang enam atau tujuh orang yang akan bekerja di toko. Sebelum tokonya dibuka, mereka harus mau ikut membantu Mama di dapur, di mesin cuci, bersih - bersih dan sebagainya, “ kataku di belakang Mama yang masih mengenakan kimono setelah selesai wikwik tadi.

“Kenapa gak cari buat pembantu sekalian ?” tanya Mama.

“Nanti kan diseleksi, “ sahutku, “ Yang lebih berumur, akan dijadikan PRT. Yang masih muda akan ditempatkan di FO. Gajinya sama kok. Malah yang jadi PRT bisa lebih gede gajinya. “

“Terus di mana mereka tidur nanti ?” tanya Mama.

“Yang bekerja di FO, harus nyari kos - kosan sendiri. Yang jadi PRT, akan dikasih satu kamar di atas. Kamar yang paling ujung jatahnya. “

“Rumah ini bakal terasa hangat nanti ya, “ kata Mama sambil mencuci barang belah pecah yang kotor.

“Rumah ini jadi hangat karena hadirnya Mama yang cantik dan enak memeknya ini, “ ucapku sambil memeluknya dari belakang.

“Memek apa heunceut ?” tanya Mama terdengar sambil menahan tawa.

“Kok Mama tau heunceut segala ? Tau dari mana ?”

“Ayahlah yang ngajarin mama. “

“Kalau bersetubuh apa ?”

“Eee ... ewean kan ?”

“Hahahaaaa ... kalau dalam bahasa Chinese, memek itu apa ?”

“Mama kan suku Kek. Beda dengan Chinese yang banyak di pulau Jawa. Bahasanya juga beda. Kalau dalam bahasa Kek, heunceut itu chipet. Ada juga yang nyebut chipay. “

“Kalau kontol apa ?”

“Kontol itu lin. “

“Kalau ewean apa ?”

“Tiauw, “ sahut Mama, “ Tapi tiauw digunakan juga untuk burung rajawali. “

“Hahahaaa ... aku jadi punya perbendaharaan kata - kata baru, “ ucapku sambil ketawa, “Ohya ... nama Chinese Mama apa ?”

“Giok Lan. Nama Indonesianya Lanny. “

“Bagus namanya. Sebagus orangnya, “ kataku sambil merapatkan bibirku ke telinga kiri Mama. Lalu menggigit daun telinganya perlahan.

“Sep ... kayaknya mama sudah jatuh cinta sama Asep. Makanya disentuh sedikit saja, getarannya sampai ke ulu hati, kalau Asep yang nyentuh. “

“Mama udah mau ewean lagi ?”

“Nanti malam sih mau. Biar romantis. Sekarang kan masih siang menjelang sore. “

“Nanti malam lain lagi acaranya. Sore ya sore .... “ kataku sambil menggerayangi memek Mama yang tidak bercelana dalam di balik kimono itu.

Meski aku berada di belakang Mama, tangannya masih bisa terjulur ke belakang. Dan berhasil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi di balik kimono yang kukenakan ini.

“Seeep ... ! Udah ngaceng lagi ?!” tanya Mama tanpa menoleh ke arahku.

“Udah, “ sahutku singkat. Sambil menyingkapkan kimono Mama. Sehingga bokong semoknya yang putih mulus itu terbuka penuh.

Mama pun membungkuk sambil berpegangan ke bak cuci piring sambil berkata, “Ya udah ... masukin aja dari belakang. “

Kutepuk - tepuk pantat Mama yang bentuknya indah itu, kemudian kupindahkan air liurku ke telunjuk dan jari tengahku. Dan kedua jari ini kugunakan untuk membasahi mulut memek Mama yang belum basah benar.

Tanpa kesulitan kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Mama dari belakang. Sementara Mama cuma berdiri membungkuk sambil berpegangan ke bibir bak cuci piring.

“Aseeep ... kamu bikin mama gila ... gila entotanmu yang selalu nikmat ini, “ ucap Mama ketika kontolku mulai maju mundur dalam liang kewanitaan Mama.

“Kalau Ayah ... me ... melihat kita ... la ... lagi beginian ... marah gak ya ?” tanyaku tanpa menghentikan entotanku.

“Gak, “ sahut Mama, “Ayah sudah berjanji, Asep boleh memiliki mama sampai kapan pun. Berarti wikwik di depan Ayah pun gak apa - apa. “

Tapi aku belum bisa membayangkan bagaimana perasaanku kalau Ayah mergokin aku sedang ngewe istrinya ini.

Ketika membayangkan takut dan malunya kepada Ayah, nafsuku malah semakin menggila. Maka dengan garang kugenjot kontolku sambil menepuk - nepuk buah pantat indah Mama yang putih mulus ini. Plaaak ... ploook .... plaaaaakkk ... plooookkk ... plaaaaakkkk .... plooookkkkkk ... plaaaaaaaakkkk .... plooooookkkkkkkkkkk ..... !

Sementara kontolku pun mulai menimbulkan bunyi unik. bleesss .. stttt ... blesssss ... sttttt ... blesssss ... srttttt ... blessssss ... srtttttt .... blesssssss ....

Di tengah gencarnya entotanku, terdengar suara Mama, “Duuuuh Seeeep .... kamu memang pejantan perkasa ... ini luar biasa enaknya Sep. Mungkin mama gak lama lagi juga lepasss ... saking enaknya ... “

Memang benar. Beberapa menit kemudian Mama Lanny mulai gedebak gedebuk. Lalu terdengar suaranya seperti sedang menangis, “Uhuhuuuu ... Aseeeep Sayaaaaang ... mama lepas lagiiii ... huuu Seeeep .... aaaaaaaaaaaaahhhhhh ........ “

Tapi aku sedang enak - enaknya mengentot Mama sambil menepuk - nepuk buah pantatnya yang putih mulus dan indah ini. Sehingga aku tetap asyik mengentot liang memek Mama meski sudah terasa agak becek.

“Seeep ... cabut dulu Sayang .... “ kata Mama sambil memajukan bokongnya, sehingga kontolku benar - benar terlepas dari liang memeknya.

Mama malah bergegas menuju meja makan yang ada di dapur juga. “Lanjutin di sini Sep. Biar kaki mama gak pegel, “ katanya sambil naik ke atas meja makan yang terbuat dari kayu jati kokoh itu. Lalu ia menelentang di atas meja makan, dengan paha berada di pinggiran meja dan kaki terjuntai ke arah lantai.

Lalu aku menghampirinya. Sambil memegangi kontolku yang masih ngaceng full ini. Mama merenggangkan kedua pahanya ketika aku mau meletakkan moncong kontolku di mulut memeknya.

Setelah kontolku melesak masuk ke dalam liang memek Mama, kuangkat kedua kakinya agar berada di sepasang bahuku. Mama Lanny pun menurut saja. Lalu memejamkan mata sipitnya. Seolah sedang menikmati lezatnya entotanku.

Sambil berdiri dan memikul kedua kaki Mama, aku menggencarkan entotanku. Sehingga Mama mulai merem melek sambil mendesah - desah lagi. Dengan tubuh yang sudah bermandikan keringat. Begitu pula tubuhku, sudah bersimbah keringat.

Tapi aku pernah membaca, bahwa persetubuhan yang sempurna adalah mengalirnya keringat di beberapa bagian tubuh. Sebaliknya, persetubuhan tanpa keringat berarti persetubuhan yang kurang perfect.

Dalam posisi berdiri di depan meja makan kitchen inilah aku memusatkan pikiranku agar secepatnya ngecrot. Lalu kuresapi enaknya liang memek Mama Lanny, kuhayati pula cantiknya wajah Mama Lanny yang laksana patung Dewi Kwan Im di kelenteng.

Berhasil. Ketika Mama Lanny berkelojotan lagi, pertanda hendak orgasme, aku pun sedang menggencarkan entotanku dalam kecepatan tinggi sekali. Sampai akhirnya ... ketika liang memek Mama bergerak - gerak reflex, kontolku pun sedang kutancapkan sedalam mungkin ... sambil mengejut - ngejut dan memuntahkan lendir kenikmatanku. Creetttt .... crooooooooottttt ... crettt ... crooootttcroooooooottttttt ... crettt ... crooooootttt ... !

“Duuuh nikmatnya disemprot air manimu Seeeep ... mama serasa sedang melayang di nirwana ... !” ucap Mama lirih, namun dengan wajah yang semakin cantik. Memang kata orang, kecantikan seorang wanita akan terbit setelah mencapai orgasmenya.

Tiba - tiba terdengar suara handphoneku berdering - dering. Membuatku kaget. Takut kalau Tante Sharon yang nelepon. Lalu aku mencabut kontolku dari liang memek Mama. Dan bergegas menuju kamarku.

Ternyata call dari Ayah ... !

Maka sebelum call itu kuterima, kusempatkan untuk memanggil Mama dari ambang pintu kamarku, “Mama ... ! Sini sebentar ... ! Cepat Mam ... !”

Mama bergegas menghampiriku dengan wajah heran, “Ada apa ?” tanyanya.

“Ini panggilan dari Ayah ... !”

“Terima aja. Kalau bisa, suaranya keluarin. Biar mama bisa ikut dengar, “ kata Mama sambil membetulkan kimononya yang blingsatan.

Lalu call dari Ayah itu kuterima :

“Hallo Ayah ... udah sampai mana ?”

“Udah sampai di bedeng kebun sawit. Lumayan capek berjalan kaki selama berjam - jam untuk mencapai kebun sawit ini. “

“Sebaiknya Ayah istirahat dulu. “

“Ya iyalah. Sekarang kan udah hampir malam. Besok juga ayah takkan kerja dulu. Mau istirahat dulu sehari. Lusa baru kerja lagi seperti biasa. Ohya ... bagaimana Mama ? Apakah dia sudah ngomong sesuatu yang penting padamu ?”

“Mengenai apa Yah ?”

“Kita gak usah bersandiwara ya Sep. Karena kamu itu darah daging ayah sendiri. Jadi ayah mau membuka saja. Bahwa Mama itu sudah lama ingin hamil. Sedangkan sperma ayah sepertinya sudah lemah, tak mampu membuahi telurnya. Karena itu ayah sarankan agar minta dihamili olehmu. “

“Soal itu sih Mama udah ngomong. Tapi apakah Ayah memang sudah ikhlas kalau Mama kugauli ?”

“Kalau orang luar yang melakukannya, tentu aja ayah tidak ikhlas. Tapi kalau kamu yang melakukannya, silakan Sep. Ayah bahkan bukan hanya mengikhlaskan, tapi justru menganjurkan. Karena kalau kamu yang menghamili Mama, berarti akan lahir darah daging ayah sendiri. “

“Ayah berjanji takkan marah kepada Mama dan aku kelak gara - gara masalah ini ?”

“Semua itu kan kehendak ayah sendiri. Mana mungkin ayah akan marah di kemudian hari ?! Bahkan setelah Mama hamil dan melahirkan pun, kamu tetap boleh ikut memiliki Mama. “

“Janji ya Ayah ... !”

“Iya. Ayah takkan pernah bisa memarahi kamu dalam masalah apa pun. Justru ayah selalu merasa bersalah, karena pernah meninggalkan dan menelantarkan kamu Sep. “

“Soal itu sih gak usah dibahas. Karena mungkin takdirku sudah tertulis untuk menjalani liku - liku hidup sengsara dahulu. Kalau aku bersenang - senang di masa kecil, mungkin aku takkan seperti sekarang ini. “

“Kamu masih sangat muda tapi sudah bisa berfikir bijak. “

“Kalau tidak bijak, alam di sekitar kita akan kotor dan hina semua Ayah. “

“Ya sudah. Kalau begitu, sayangilah Mama lebih dari ayah menyayanginya Sep. “

“Baik. Aku akan mencoba melaksanakan semua keinginan Ayah. “

Setelah hubungan dengan Ayah ditutup, aku menoleh ke arah Mama. Dan berkata, “Suara Ayah terdengar sendu ya Mam. “

“Iya. Mungkin dia berbicara sambil bercucuran air mata, “ sahut Mama Lanny.

Aku terdiam. Kasihan juga Ayah. Sekarang Ayah tinggal jauh di pelosok Kalbar, jauh dari istri tercinta pula. Aku berjanji di dalam hati, akan membahagiakan Ayah pada suatu saat nanti. Kalau saham - sahamku bergerak positif terus, aku akan membelikan tanah subur seluas mungkin, untuk menyalurkan hobby Ayah dalam pertanian. Mungkin aku akan mendapatkannya di pedesaan, asalkan jangan terlalu jauh dari kota ini.

“Benar kan kata - kata mama ? Bahwa Ayah ingin agar Asep menghamili mama ?” tanya Mama sambil memelukku dari belakang.

“Iya, “ aku mengangguk sambil tersenyum.

“Hari mulai malam. Mama mau mandi dulu ya. “

“Bareng aja. “

“Tapi jangan goda mama di kamar mandi ya. Nanti kalau mama horny lagi gimana ?”

“Kita kan sedang bersaing dengan Ceu Imas, “ sahutku, “DIa sedang berbulan madu. Kita pun sedang berbulan madu. Malam ini kita wikwik sesering mungkin. Biar ada kenangan manis nanti. “

“Emang Asep kuat berapa kali semalam ?”

“Lima kali juga kuat, “ sahutku sambil menggandeng lengan Mama ke dalam kamar mandi.

“Gila ... kalau Asep lima kali, berarti mama bisa sepuluh kali orgasme. "

Tapi kenyataannya aku tidak melakukan sesering itu. Setelah mandi, kami makan malam bersama. Kemudian ngobrol di ruang keluarga. Lalu bersetubuh lagi di atas sofa. Dan sama - sama ketiduran di situ sampai pagi.

Ketika aku terbangun, Mama sudah sibuk di dapur. Untuk menyiapkan sarapan pagi.

Pada saat Mama Lanny sedang sibuk di dapur itulah, aku mendapat panggilan dari Mamih. Maka cepat kubuka salurannya :

“Ya Mamih ... apa kabar ? Mamih sehat aja kan ?”

“Sehat. Aku cuma mau ngasihtau, ada yang booking kamu untuk besok jam enam sore Sef. Alamat yang booking akan kukirimkan lewat WA ya. “

“Siap Mam. “

Lalu Mamih mengirimkan WA yang isinya nama dan alamat lengkap seorang wanita. Ini membuatku kaget dan heran. Karena namanya Hadijah. Alamatnya persis sama dengan di kartu nama yang pernah kuterima dari Mbak Dijah... !

Tapi aku gak ngomong apa - apa sama Mamih. Kuiyakan saja apa yang Mamih katakan, meski aku merasa heran.

Mungkin Mbak Dijah kurang enak kalau langsung menghubungiku, makanya tetap lewat Mamih. Tapi seingatku, aku memang belum pernah memberikan nomor hapeku padanya, karena pada saat sedang bersama Mbak Qulsum, dia tergesa - gesa pulang. Belum sempat minta nomor ponselku.

Mungkin hubungan seks di hotel yang bersatu dengan mall itu belum memuaskan Mbak Dijah. Jadi besok sore ingin benar - benar dipuasi oleh kejantananku. Boleh saja. Siapa takut ?

Masih ada waktu untuk mempersiapkan fisikku. Supaya besok Mbak Dijah benar - benar puas.



Keesokan paginya, 7 orang calon pegawaiku datang. Diantarkan oleh seorang lelaki tua yang kukenal lewat media sosial, bernama Darno. Semuanya perempuan. Semuanya cantik. Maklum zaman sekarang, orang dari pelosok pun sudah pada bisa berdandan. Dan anehnya, yang usianya di atas 30 tahun sebanyak 3 orang, justru lebih cantik daripada yang 4 orang dan masih di bawah 25 tahun semua.

Aku hanya memberikan pengarahan setengah jam kepada mereka. Dan mereka sudah mengerti. Bahwa yang 3 orang akan kukerjakan sebagai asisten rumah tangga. Sementara yang 4 orang akan ditugaskan untuk menjadi pelayan di toko yang ijinnya sudah keluar dari managemen developer.

Aku juga sudah mengenalkan Mama dan statusnya di tokoku nanti.

Kemudian Pak Darno kutransfer dana sesuai dengan yang disepakati, untuk upah mencari dan membawa ketujuh calon pegawaiku itu.

Yang akan bekerja sebagai pelayan toko, kuminta agar tinggal di rumah kos - kosan yang letaknya di luar perumahan. Sementara ketiga ART yang usianya di atas 30 tahun itu kutempatkan di kamar paling pinggir, di lantai dua. Memang kamar itu bisa menampung 3 orang ARTku.

Kepada Mama aku berkata, bahwa nanti sore aku akan ke luar kota untuk mengurus “bisnisku”. Tapi tentu saja aku tak menyebut jenis bisnisnya, karena sebenarnya yang akan kuurus adalah bisnis birahi.

Yang menyenangkan, Mama tampak sangat bersemangat untuk melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin di toko yang belum dibuka itu. Padahal barang dagangannya sudah memenuhi lantai bawah. Semuanya kiriman Tante Sharon. Karena kebetulan salah satu perusahaan Tante Sharon adalah pabrik garment.

Bahkan Tante Sharon mengirimkan beberapa buah manequin dan beberapa buah etalase. Sehingga aku sudah benar - benar siap untuk membuka factory outlet itu.



Sorenya, jam 16.30 aku sudah menjalankan mobil mungilku menuju alamat yang diberikan oleh Mamih.

Ternyata alamat yang kutuju adalah sebuah rumah megah juga. Tapi bentuknya tergolong jadul. Sedangkan rumahku tergolong type minimalis.

Kumasukkan mobilku ke pekarangan rumah antik itu. Dan menghentikannya dekat teras depan.

Seorang wanita muda bergaun longdress dan berhijab serba putih menyongsongku di ambang pintu depan. Mbak Hadijah yang hitam manis itu ... !

“Yosef ... ketemu lagi yaaa ?” sambut Mbak Dijah di ambang pintu depan. Kemudian ia menutupkan kembali pintu depan setelah aku berada di ruang tamu. Di situlah ia memeluk dan menciumku dengan hangatnya, laksana pelukan dan ciuman seorang kekasih yang sudah lama tidak ketemu.

“Silakan duduk, “ kata Mbak Dijah sambil mengajakku duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

“Aku memang sudah kangen sama kamu Sef, “ kata Mbak Dijah, “Tapi kali ini ada yang lebih penting daripada diriku. “

“Maksud Mbak ?”

“Aku sangat menyayangi ibuku. Terlebih setelah beliau mengalami kecelakaan lalu lintas, yang membuatnya setengah lumpuh. “ ucap Mbak Dijah.

Lalu Mbak Dijah menuturkan, bahwa sejak kecelakaan itu ibunya jadi lemas. Tapi tidak lumpuh total. Ibunya masih bisa berjalan tapi harus dengan bantuan alat atau tongkat.

Namun ternyata ibunya Mbak Dijah masih punya libido tinggi. Mbak Dijah sering melihat ibunya bermasturbasi. Lalu Mbak Dijah menawari akan dibelikan dildo, tapi ibunya tidak mau. Secara terang - terangan ibunya ingin manusia yang hidup, bukan alat ini dan alat itu. Karena itulah Mbak Dijah membookingku, untuk memuasi hasrat birahi ibunya ... !

Tentu saja aku agak kaget setelah mendengar rencana Mbak DIjah itu. Tapi aku harus profesional. Aku harus siap memuasi klien yang bagaimana pun bentuk dan usianya.

“Usia ibu Mbak berapa tahun ?” tanyaku.

“Baru empatpuluhsatu tahun.. Beliau kan kawin muda. Melahirkan diriku pada saat usia beliau tujuhbelas tahun. Sekarang usiaku duapuluhempat tahun. Jadi usia beliau ... “

“Empatpuluhsatu tahun, “ tukasku, “berarti belum menopause ya ?”

“Belumlah. Ibuku belum nenek - nenek. Hihihiiii ... !”

“Jadi sekarang ini aku hanya bertugas untuk meladeni ibu Mbak ?”

“Setelah ibuku benar - benar puas, aku juga kepengen. Kalau kamu masih ada tenaganya. “

“Waktu di hotel kan aku meladeni dua orang juga. Mbak Dijah dan Mbak Qulsum. Eh ... Mbak Qulsum itu benar - benar istri dari raja batubara ?”

“Memang petambang batu bara. Tapi belum jadi rajanya sih. Kalau rajanya, pasti pakai pesawat jet pribadi. Suami Mbak Qulsum sih hanya tajir saja. Belum jadi petambang besar, “ jawab Mbak Dijah sambil berdiri, “Ayo ke kamar ibuku di atas. “

“Katanya setengah lumpuh, tapi kenapa ditempatkan di lantai atas ?”

“Beliau sendiri yang menginginkannya, “ sahut Mbak Dijah, “kalau teman - temanku sedang kumpul di sini, suka berisik sih. Makanya beliau lebih senang menghuni kamar di lantai dua. Ohya, nanti bilang aja kita ini teman bisnis gitu ya. “

“Iya, “ sahutku dengan perasaan seperti linglung. Karena “tugas”ku kali ini lain dari biasanya.

Lalu kuikuti langkah Mbak Dijah menaiki tangga menuju lantai atas. “Kalau ditanya apakah kamu pernah wikwik denganku, bilang aja belum pernah ya Sef. “

“Iya, “ sahutku.



Ternyata di lantai dua hanya ada kamar ibunya Mbak Dijah. Begitu aku masuk, kulihat ibu itu sedang duduk menyandar ke tumpukan bantal, sambil nonton televisi yang ditempelkan di dinding. Sepintas kulihat ada kursi roda, ada tongkat dan ada pula alat bantu jalan berkaki empat (yang aku belum tahu namanya)

“Bunda ... ini teman bisnisku ... untuk memenuhi janjiku. Dia benar - benar manusia Bunda. Usianya juga masih sangat muda. Baru delapanbelas tahun, “ ucap Mbak DIjah yang lalu menoleh padaku, “kenalan dulu sama ibuku Sef ... !”

Dengan canggung aku mendekati bed ibu itu. Lalu menjabat tangannya yang terasa hangat, sambil menyebutkan namaku. Ibu itu pun menyebutkan namanya, “Kirana ... “

Diam - diam aku perhatikan sosok Bu Kirana itu. Kelihatannya dia lebih tinggi daripada Mbak Dijah. Lagian kulitnya putih mulus, tidak seperti Mbak DIjah yang berkulit sawomatang.

Dan yang jelas, ketika aku berjabatan tangan dengannya, harum parfum mahal tersiar ke penciumanku. Mengalahkan hawa aroma teraphy yang berasal dari botol beruap di sudut dekat pintu itu.

“Semoga dengan hadirnya Yosef ini mampu membangkitkan semangat hidup Bunda. Semoga juga Bunda bisa berjalan secara normal lagi seperti dahulu, “ kata Mbak Dijah sambil mengelus - elus tangan ibunya.

“Amiiin ... “ gumam Bu Kirana yang saat itu mengenakan kimono putih yang terbuat dari kain goyang.

“Aku banyak kerjaan di bawah Bun. Bisa Bunda ditinggalin sama Yosef kan ?” tanya Mbak Dijah kepada ibunya.

“Iya, “ sahut Bu Kirana sambil tersenyum.

Setelah mencium sepasang pipi ibunya, Mbak Dijah melangkah ke pintu sambil berkata padaku, “Titip Bunda ya Sef. “

“Sip, “ sahutku sambil mengacungkan jempolku.

Mbak Dijah pun keluar. Pada saat itu juga terdengar suara Bu Kirana, “Tolong kuncikan pintunya Sef. “

Aku mengangguk. Sambil menguncikan pintu yang sudah tertutup itu. Lalu aku melangkah ke arah bed Bu Kirana.

“Sini naik, jangan canggung Sef, “ ucap Bu Kirana sambil menepuk kasur di samping kirinya.

Aku mengangguk sambil melepaskan sepatu dan kaus kakiku. Lalu natik ke atas bed dan duduk di samping kiri Bu Kirana.

“Aku harus manggil apa sama Ibu ?” tanyaku sambil membiarkan tanganku dipegang dan diremasnya dengan lembut.

“Panggil bunda aja, biar sama dengan panggilan Dijah padaku, “ sahutnya.

“Iya Bunda ... “ ucapku sambil merapatkan dudukku ke samping Bu Kirana.

“Menurut Yosef, aku ini gimana ? Cantik gak ?”

“Sangat cantik Bunda. Dibandingkan dengan Mbak Dijah pun masih cantikan Bunda, “ sahutku, untuk menyenangkan dan membesarkan hatinya.

“Tapi kakiku lemah sekali Sef. Makanya aku di rumah terus, gak pernah ke mana - mana. “

“Sabar Bun. Mana tau nanti sembuh lagi, “ sahutku sambil mengusap - usap lutut Bu Kirana yang muncul dari belahan kimono putihnya.

“Aku gak pakai beha dan celana dalam Sef. Biar mudah kamu menjangkaunya, “ kata Bu Kirana.

Aku terkejut juga mendengar pengakuan itu. Lalu kupegang tali kimono Bu Kirana sambil bertanya, “Boleh kubuka kimononya Bun ?”

“Boleh. Tapi kamu harus telanjang dulu, “ sahutnya santai.

Aku tersenyum dan mengangguk. Lalu kulepaskan segala yang melekat di tubuhku, sampai benar - benar telanjang. Sehingga kontolku yang sudah ngaceng ini membuat Bu Kirana terbelalak dan berusaha menggapainya. Sekalian saja kudekatkan kontolku ke tangan wanita 41 tahunan itu.

Ya, begitu memasuki kamar Bu Kirana ini, kontolku spontan ngaceng. Karena sudah membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Mungkin inilah salah satu kelebihanku. Bahwa aku tak pernah kesulitan membangunkan kontolku. Maklum usiaku pun baru 18 tahun. Kalau sudah 30 tahun kelak, entahlah. Mungkin butuh “perjuangan” untuk menegangkannya.

“Yosef ... kontolmu panjang sekali ... !” serunya perlahan, sambil menggenggam kontolku. Lalu melepaskannya kembali, dengan wajah masih tampak serius.

“Bunda gak suka kontol panjang ?” tanyaku sambil melepaskan ikatan tali kimono Bu Kirana.

“Justru kepengen ngerasain yang sangat panjang gitu. Pasti enak sekali, “ sahutnya sambil membiarkanku merentangkan kedua sisi kimononya.

Aku terlongong menyaksikan betapa indah dan mulusnya bagian depan tubuh Bu Kirana ini. Putih mulus dan tiada noda setitik pun.

Sepasang toketnya masih berbentuk indah, belum melorot ke bawah. Memeknya pun mengembung dan bersih dari jembut. Mengikuti trend masa kini.

Di dalam hati aku berkata, meski pun tak dibayar, aku mau mengentot tubuh wanita setengah baya ini. Karena segalanya ngepas dengan seleraku. Toket lumayan gede dan indah, pinggang kecil, bokong gede ... o my God ... semoga wanita ini bisa berjalan normal lagi. Dan aku siap menggaulinya kapan pun dia menginginkannya. Dalam keadaan masih setengah lumpuh atau pun setelah bisa berjalan secara normal, aku siap untuk mengentotnya. Tanpa dibayar sekali pun aku mau.

Bu Kirana bahkan sudah menanggalkan kimononya, karena tampaknya dari lutut ke atas tiada masalah. Sehingga tubuh telanjang itu laksana pasrah untuk diapakan pun olehku.

Tapi tentu saja aku harus memperlakukannya secara halus, karena Bu Kirana sedang menderita kelemahan di lututnya.

Maka dengan hati - hati aku merayap ke atas perutnya. “Terhimpit badanku gak apa - apa Bun ?”

“Himpit aja. Yang lemah kan dari lutut ke bawan. Dari paha sampai kepala sih biasa - biasa aja, “ sahut Bu Kirana sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya.

“Kamu kok tampan sekali Sef ? Nurun dari siapa ? Dari ayah atau dari ibu ?” tanya Bu Kirana setelah mengecup bibirku.

“Mungkin dari Ayah, “ sahutku sambil memegang toklet kirinya dengan tangan kananku. Kupijat perlahan ... gila ... toketnya masih fresh. Padat dan kenyal. Mungkin ada perawatan khusus yang bisa membuat toket perempuan 41 tahun bisa seperti toket cewek di bawah 25 tahunan.

Maka untuk membangkitkan semangat hidupnya, lagi - lagi aku memujinya. “Bunda ... aku merasa seperti sedang bersama cewek di bawah duapuluhlima tahun. Segalanya masih segar, “ ucapku.

“Jadi kalau dengan Dijah seperti kakak beradik ya ?” cetusnya sambil tersenyum ceria.

“Iya. Tapi anehnya, kulit Mbak Dijah berwarna gelap. Sedangkan Bunda putih mulus begini. “

“Kulit Dijah menurun dari almarhum ayahnya, “ kata Bu Kirana pada saat aku mendekatkan mulutku ke payudara kirinya. Lalu mengemut toketnya, sementara tangan kiriku menjulur ke bawah, untuk menggerayangi memek tembemnya.

Suhu badan Bu Kirana mulai menghangat. Ia pun tak mau kalah. Tangannya mulai memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Lalu terdengar suaranya, “Aku sudah terlalu lama mengidamkan detik - detik seperti ini. Makanya jangan terlalu lama pemanasannya ya Sef. “
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd