Part 5: ADA Sang Mantan
Nih semua cewek emang harus gini ya?, batinku saat melihat Gracia menggoyang-goyangkan kedua tangannya kedepan dan kebelakang.
Aku yang sudah tidak tahan melihat tingkahnya, langsung meraih tangannya dan menggenggamnya.
"Ihh.... pegang pegang" balas Gracia dengan nada mengejek. "Ini apa maksudnya coba? Mau bikin ci Shani cemburu? Ci Shani kan gak ada disini" tambahnya.
"Tangan lo gak bisa diem!" balasku.
"Ya dipegangin dong biar diem, masa aku harus ngomong dulu" kata Gracia.
"Lah, ini apa?" balasku lagi sambil memperlihatkan tanganku yang sedang menggenggam tangannya tepat didepan wajahnya.
"Oh iya. Hehehe" jawab Gracia sambil cengengesan. "Kak Ads peka deh, aku suka"
"Ini kita mau kemana sih?" tanyaku kemudian.
"Udah, kak Ads ikut aja" jawab Gracia lalu menarikku.
Ya udah, ikutin aja deh, batinku.
.
.
.
"Nah, sekarang kak Ads tunggu sini dulu ya. Aku mau masuk" kata Gracia saat kami sudah sampai didepan salah satu toko didalam mall ini.
"Kok gue gak ikut masuk juga?" tanyaku. "Kan biar bisa bantuin lo milih-milih"
"Iihhh.... kak Ads mesum!"
Kok mesum sih?, batinku.
"Dilihat dong, ini toko apa" kata Gracia kemudian.
Aku menoleh kearah toko di belakang Gracia dan ternyata, toko itu adalah.... toko pakaian dalam wanita.
Oh, shit!
"Nanti kak Ads tau dong daleman aku kayak gimana" balas Gracia sambil cemberut.
"Palingan juga warna ungu" sahutku.
"EH!" balas Gracia dengan wajah memerah.
"Bener kan?" tanyaku memastikan. "Kalo ukurannya....."
Aku menggerak-gerakan jari-jari tangan kananku berusaha mengingat dan menerawang.
"34...." kataku sedikit menggantung.
Wajah Gracia semakin memerah.
"B" tambahku. "Atau C"
Gracia langsung berbalik badan dan berjalan memasuki toko tersebut tanpa menanggapi perkataanku.
"Hei!" panggilku. "Yang mana?" kataku setengah berteriak.
Hehehe, batinku tertawa.
Sepertinya tebakanku benar, tapi B atau C ya?
Nanti pastiin sendiri deh. Banyak kesempatan kan.
Eh?! Apa yang baru saja kupikirkan?
.
.
.
.
.
•
Ku tak menyangka~
Perpisahan (itu) menyakitkan~
Kini ku tersadar.
Saat kita (sudah) tak bersama~
•
Kalo diperhatiin suara Manda enak juga ternyata, batinku.
Jadi kangen suaranya waktu....
Eh, ini apa sih?
Efek tadi pagi nolak Gracia mungkin ya.
Ya udah lah, nanti juga ilang sendiri, pikirku.
Next.
Hah?
Kenapa?
Apa yang sedang kulakukan?
Hanya mendengar pesan-pesan suara yang sudah dikirimkan Manda sebelumnya.
Ya, mau bagaimana lagi ya, daripada aku bengong menunggu Gracia berbelanja.
Lagipula pesan-pesan dari Manda yang sebelumnya ku 'timbun' kemarin sudah dibuka oleh Shani. Jadi target 999+ unread message harus mengulang dari awal, tapi malas juga. Dan setelah kupikir lagi, buat apa coba.
Ya sudah, kudengarkan saja pesan suara dari Manda satu persatu. Pesan suaranya selalu berisi suara dia yang menyanyikan penggalan lirik lagu, dan itu tadi yang barusan sudah pesan suara ke,..... tidak tahulah sudah yang ke berapa. Banyak pokoknya.
Ya udah lah, lanjut.
•
Kamu slalu cari yang lebih
Walau yang kau cari tak pasti~
Kau sibuk cari arti cinta
Tak sadar ku terluka~
•
Lagu siapa nih?, batinku.
Lumayan juga.
Liriknya dalem banget.
Aku jadi sedikit mengerti apa yang dirasakan Manda saat menyanyikannya.
"Ini lagu siapa sih?" gumamku.
Karena penasaran, aku langsung membuka Google dan mengetikkan lirik lagu tersebut.
Tapi,....
Seharusnya aku tidak melakukan hal tersebut, karena hasil pencariannya membuatku menyesal.
Candu dari Awkarin?
Gue dinyanyiin lagu Awkarin nih ceritanya?, pikirku.
Kampret lah!
Tapi harus kuakui Manda menyanyikannya dengan bagus.
Sial!
Kenapa aku jadi penasaran dengan versi originalnya.
Karena kalah oleh rasa penasaran, akhirnya dengan menguatkan mental, aku pun menonton video Awkarin - Candu.
Dan apa kalian tahu bagaimana rasanya menonton video Awkarin?
Rasanya itu seperti.....
Kalian menusuk-nusuk mata kalian sendiri menggunakan garpu.
Meski harus ku akui, komposisi musiknya lumayan, ya.... tidak terlalu buruk. Dan seperti yang ku bilang tadi juga, liriknya bagus, liriknya dalem banget.
Tapi satu pertanyaannya,....
Ini orang nyanyi sambil ngelem atau ngelem sambil nyanyi ya?, pikirku.
Kenapa cara nyanyi dia gitu?
Terdengar seperti orang mabok lem.
Dan kampretnya, kenapa aku menonton video itu sampai habis?
Ini yang bego, gue apa gue sih?, batinku.
Intinya, lagu ini sebenarnya bagus. Kalau dinyanyikan dengan cara yang baik dan benar.
Ya sudah lah, daripada aku semakin terjerumus, lebih baik segera ku akhiri.
Dengerin pesan suara Manda lagi?
Kayaknya enggak deh ya. Udah cukup.
Aku takut kalau-kalau pesan suara berikutnya, berisi suara Manda yang menyanyikan lagu Younglex.
Lagipula, daritadi aku merasa kalau aku sedang diawasi oleh seseorang, mungkin dua, atau mungkin juga lebih.
Tidak, kurasa hanya dua.
Tapi siapa?
Aku sedikit melirik kedalam toko yang tadi dimasuki Gracia, sepertinya dia masih sibuk memilih-milih..... Yah,.... itu lah.
Artinya diantara dua orang yang mengawasiku, bukan Gracia salah satunya.
Aku mencoba melihat sekelilingku, mencari apakah memang ada yang mengawasiku.
Mall ini tidak cukup ramai, jadi seharusnya mudah saja mencarinya.
Dan benar saja, aku menemukan satu. Ada satu pasang mata yang memperhatikanku.
Ah, ternyata hanya anak kecil yang berdiri tidak jauh dari tempatku.
Cuma ada anak kecil yang menatapku dengan serius.
Palingan cuma iseng. Iseng-iseng penasaran. Anak kecil kan biasanya begitu.
Sama kayak gue dulu, batinku.
Iseng yang berujung membuat sahabat sendiri jadi jatuh cinta, dan rasa penasaran yang berujung melamar anak orang.
Tapi, tunggu dulu.
Sepertinya anak kecil tadi tidak menatapku tanpa alasan. Kalau diperhatikan, tidak ada orang dewasa di dekatnya.
Apa mungkin dia terpisah dari orang tua nya dan sekarang dia sedang tersesat?
Apa mungkin dia mengharapkan bantuan?
Mungkin memang harus ku tolong ya.
Atau sekalian ku ajak main saja?
Ah, tidak. Nanti aku dikira penculik anak.
Akhirnya kudekati saja dulu anak laki-laki itu.
"Hei, nak" sapaku saat sudah berada di dekatnya. "Kamu kesini sama siapa?" tanyaku kemudian.
"Papa" jawabnya.
"Oh, sama papa. Papa kamu dimana?" tanyaku lagi.
Jari anak itu menunjuk ke suatu arah. Aku ikuti kemana arah yang ditunjuknya. Dibelakangku.
Dibelakang ku tidak ada siapa-siapa. Apa mungkin maksudnya dia tadinya dari arah sana?
Tunggu dulu,.....
Aku kembali menoleh lagi ke anak tersebut, tapi sekarang arah yang ditunjuknya berubah, atau mungkin juga tidak.
Dia menunjuk ke objek yang sama, dia menunjukku?
Sepertinya aku harus memastikannya terlebih dahulu, aku coba untuk bergeser ke kanan kemudian ke kiri. Dan kemanapun aku bergerak, jari anak ini selalu mengikutiku.
"Papa" katanya lagi sambil menunjukku.
Ini anaknya siapa sih?!! Jangan ngaku-ngaku lo!!!!, batinku.
Tapi kalau dilihat dari wajahnya, terlihat seperti orang yang aku kenal.
"Woi, bocah. Nama lo siapa?" tanyaku lagi.
"Edgar...."
Terdengar sebuah suara.
Suara seorang perempuan.
Perempuan yang dulu sangat kukenal, tidak hanya kukenal, tapi juga sangat ku sayang.
Tapi itu dulu.
Aku menoleh ke sumber suara itu untuk memastikan kalau aku tidak salah dengar.
Ya ampun.
Kenapa lo tetep cantik sih?
Jadi jelek dikit kenapa, biar gue gak nyesel, batinku.
"Mama...." teriak anak tadi lalu berlari ke arah perempuan tersebut dan langsung digendong oleh perempuan tadi.
"M-Manda?"
Kenapa gue gugup, anjir?!, batinku.
Ya, seperti yang sudah kalian duga dari awal membaca judul part-nya.
Perempuan itu adalah dia. Dia benar-benar muncul.
Manda. Mantan Terindah.
Itu bukan singkatan, meskipun memang bisa juga dibuat seperti itu. Tapi,..... Terserah kalian lah.
"Beb" balasnya sambil tersenyum.
Senyuman itu, senyuman yang sama seperti dulu. Senyuman yang selalu mampu mengalihkan duniaku.
"Apa kabar?" tanyaku.
Entahlah. Aku hanya ingin menanyakan kabarnya saja.
Meskipun aku tahu, kalau sebenarnya pasti dia tidak baik-baik saja.
"Baik" jawabku.
Kau pembohong yang buruk, Man
Setelah semua pesan yang kau kirimkan padaku, itu sudah menjadi jawaban kalau sebenarnya kau tidak baik-baik saja.
"Ini.... anak siapa?" kataku yang akhirnya menanyakan anak yang sedang digendong Manda saat ini.
"Dia?" tanya Manda memastikan. "Ya anak kita lah" jawabnya kemudian.
Hah?!
Oke, untuk satu atau dua detik mungkin aku memang terkejut. Tapi jika dipikir lagi,.....
"Gak mungkin lah" bantahku. "Kita dulu pacaran aja gak sampe setahun. Lah, nih anak umurnya sekitar 4-5 tahun"
"Hihihi" Manda sedikit tertawa. "Emang susah ya bohongin kamu, padahal aku pengen liat wajah panik kamu tadi. Lagian kan aku udah pernah bilang dulu kalo aku pengennya punya anak cewek sama kamu. Oh iya, aku juga udah nentuin nama buat anak kita nanti lho, 'Drianda'. Adrian dan Manda, gimana? Bagus gak?" tambahnya.
Nih cewek kenapa sih?, batinku.
Yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah sih. Tapi maksudku, itu kan dulu saat kami masih bersama.
Sekarang kan,....
Kenapa dia masih memikirkannya.
Dan kenapa dia juga sampai memikirkan namanya juga.
Terjadi hening sejenak, sampai akhirnya Manda kembali berkata,....
"Hmm,.... Jadi Gracia ya?" kata Manda tiba-tiba. "Ya, aku gak kaget sih. Aku kan udah ketemu dia waktu itu dirumah kamu"
Benar juga, untuk apa waktu itu Manda ke rumahku. Mungkin Aku akan menanyakannya sekarang.
"Gak terlalu berat sih. Aku pasti bisa rebut kamu dari dia" tambahnya dengan suara pelan.
"Hah?!" tanyaku ingin memastikan apa yang baru saja kudengar.
"Jadi Gracia yang waktu itu mau kamu cium di parkiran supermarket?" tanyanya kemudian.
Tunggu!
Cium?
Parkiran supermarket?
Jangan bilang kalau,....
"Iya. Aku yang bunyiin klakson waktu itu" tambahnya. "Waktu di parkiran kampus kamu. Itu aku juga"
Pantesan mobilnya sekilas kelihatan sama. Lah, ternyata memang sama, batinku.
"Lagi ngelamunin apa sih waktu itu?" tanyanya lagi.
Waktu itu,.....
Tidak mungkin aku menjawab kalau aku sedang melamun tentangnya kan. Bisa ke-geer-an dia nanti.
"Kamu kok diem aja sih,.... Terpesona ya sama aku? Iya kan. Ngak-"
"Enggak" balasku singkat. "Sekarang jawab gue, kenapa waktu itu lo dateng ke rumah gue?" tanyaku kemudian.
"Kangen aja" jawabnya sambil tersenyum.
Sial!
Sepertinya aku memang harus segera mengakhiri ini disini sekarang juga.
"Eh, iya. Stefi apa kabar?" tanyanya lagi.
"Udah lah, itu gak penting. Sekarang gue mau tanya, kenapa lo pake nyuruh-nyuruh Stefi buat-"
"Manda!!"
Terdengar sebuah suara lagi.
Firasat ku tidak enak mengenai hal ini.
Seorang laki-laki berjalan mendekat ke arahku dan Manda.
Kenapa ada dia disini?
"Gimana? Edgar udah ketemu?" tanya laki-laki tersebut.
"Ini apa?" tanya Manda balik sambil menunjukkan anak kecil yang tengah nyaman digendongannya.
"Danial Ba...ka." kata anak kecil tadi mengejek laki-laki tersebut.
Ya, Danial.
Kalian masih ingat?
Orang yang paling membenciku di kampus.
Alasannya?
Aku sudah pernah menceritakannya bukan.
Kalau aku menceritakannya lagi, mungkin itu hanya akan membuat tulisan di part ini terlihat banyak saja.
Tapi tenang saja, tetap akan kuceritakan. Tapi singkat saja ya.
Alasannya adalah gadis yang sedang menggendong anak kecil di dekatku ini. Manda adalah alasannya.
"Dasar adik kurang ajar!" balas Danial. "Udah dibilangin jangan jauh-jauh mainnya, malah ngilang"
"Tapi Ma-"
"Udah udah, jangan dimarahin Edgar nya. Kasihan" potong Manda membela si anak kecil.
Entah kenapa dari cara Manda memotong perkataan si anak kecil yang dipanggil Edgar itu, firasat ku mengatakan kalau Manda yang menyuruhnya untuk 'main jauh-jauh'.
Hmm,.... jadi seperti itu.
Dua orang yang memperhatikanku tadi adalah Manda dan anak kecil yang digendongnya ini.
Sepertinya Manda memang menyuruh si anak kecil untuk menemuiku.
"Oh, adek lo? Pantesan dari tadi ngeliat mukanya pengen gue ludahin aja bawaannya" kataku. "Mukanya mirip lo soalnya"
"Hah? Males" balas anak kecil itu seperti tidak terima.
Entah tidak terima untuk ku ludahi atau tidak terima kalau disamakan dengan kakaknya. Tapi sepertinya yang kedua sih.
"Oh. Hei, bajingan" kata Danial saat melihat ke arahku sambil tersenyum seperti sedang memenangkan sesuatu. "Udah gue bilang kan, gue yang bakal ketawa di akhir" tambahnya sambil merangkul Manda.
Manda sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Danial, lalu dia juga sedikit melirik ke arahku seperti khawatir.
Sedangkan aku hanya diam dengan ekspresi datar tanpa membalas perkataan Danial. Dan sesekali aku juga sedikit menguap.
"Hei!!" panggilnya lagi dengan nada suara yang sedikit ditinggikan. "Sekarang gue sama Manda udah pacaran!" katanya menegaskan.
Ya, lalu?
Apa dia pikir aku tidak bisa mengetahui hanya dengan melihatnya saja?
Ayolah, aku tidak sebodoh itu.
"Gue udah ngerebut Manda dari lo, bajingan! Lo gak-" Danial tidak meneruskan kata-katanya, tapi kemudian dia memasang senyuman menjijikkannya lagi di wajahnya. "Oh, gue tau. Lo saking kagetnya sampe gak bisa ngomong apa-apa ya kan" tuduhnya dengan nada merendahkan.
"Ah, enggak juga" balasku santai.
"Trus kenapa reaksi lo gini doang, brengsek!!" Danial mulai emosi.
Kenapa dia yang emosi?, batinku.
"Dan..." Manda berusaha menenangkan Danial.
"Sorry, Man"
"Trus lo mau gue reaksi kayak apa?" tanyaku kemudian.
"Udah lah, yuk kita pergi" ajak Manda pada Danial.
Danial menurut, dia langsung berbalik badan dan mulai berjalan menjauh, Manda mengikutinya dari belakang.
Ya, ajaklah dia pergi. Karena kata-kata yang akan aku keluarkan sebentar lagi akan membuatnya kembali emosi.
"Lo tadi bilang kalo lo yang ketawa di akhir" kataku kemudian.
Danial menghentikan langkahnya.
"Hahaha" aku sedikit tertawa. "Maksud lo, lo bangga dapet 'bekas' gue gitu?" tanyaku kemudian.
Danial kembali berbalik badan dan melangkah mendekat kepadaku. Manda melihat dengan khawatir.
"Apa kata lo? Coba lo ulangi?" tanya Danial.
"Lo kira ini siaran bola? Pake ada adegan replay-nya segala?" balasku santai.
"Lo....." Danial terlihat semakin emosi.
"Danial, Yamero....." kata adik Danial.
"Shut up, Ed!"
Entah kenapa meskipun aku tidak terlalu suka dengan tampangnya, tapi aku sedikit menyukai anak kecil ini. Lebih tepatnya, aku menyukai sifatnya yang sama sekali tidak meniru kakaknya.
"Dan, udah!" teriak Manda.
Danial masih diam sambil melotot kepadaku. Tapi aku masih santai saja menanggapinya.
"Danial!!" teriak Manda lagi.
Kali ini Danial menurut, dia kembali ke arah Manda.
"Wait" cegahku.
Danial kembali menghentikan langkahnya dan sedikit menoleh ke arahku.
"Sejak kapan sih?" tanyaku. "Lo ama Manda. Gue penasaran aja" kataku sambil memasang senyuman terbaikku.
"Jalan 2 bulan" Manda yang menjawab.
"Pffftt......"
Sial, aku tidak bisa menahan tawa.
"2 bulan? Dan lo bilang lo ngerebut Manda dari gue?" tanyaku dengan nada mengejek. "Gue ama Manda udah selesai dari akhir tahun lalu kali"
"Lo pikir, lo putus sama Manda kenapa? Lo pikir, kenapa Manda ninggalin lo?" Danial balik bertanya padaku dengan tatapan merendahkan.
"Tunggu, Manda ninggalin gue?" tanyaku berusaha memastikan. "Asal lo tau ya, bedebah. Gue yang ninggalin Manda. Jadi gak salah kan kalo tadi gue bilang LO DAPET BEKAS GUE" kataku dengan menekankan pada beberapa kata terakhir.
Danial tersentak kaget. Mungkin dia baru tahu akan fakta tersebut.
Kemudian Danial menoleh kearah Manda, tapi Manda malah mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Oh iya, Man" panggilku.
Manda sedikit melirik ke arahku.
"Lo kalo pengen move on dari gue, coba cari pengganti yang lebih baik dari gue, bukan yang kayak gini. Eh, iya. Lo emang belum bisa move on ya. Makanya lo sering ngirim chat ke gue. Ups" kataku dengan sengaja.
"Manda.....?" Danial seperti ingin menanyakan sesuatu.
"Nanti aku jelasin, Dan" balas Manda sambil menunduk.
"Danial, ayo!" ajak anak kecil tadi.
Danial kembali melangkahkan kaki kearah Manda, sampai.....
"Kak Ads~"
Hmm,.... sepertinya dia sudah selesai.
"Aku kira kakak ninggalin aku" kata Gracia dengan wajah memelas.
Gak mungkin lah, batinku sambil mengelus kepalanya.
"Udah?" tanyaku pada Gracia yang langsung dibalas dengan anggukan cepat. "Sini. Aku bawain belanjaannya" tawarku.
"Gak mau....." tolak Gracia sambil menjauhkan kantong belanjaannya. "Nanti kakak liat dong" balasnya.
Aku tertawa menanggapinya yang disambut oleh tawa darinya juga.
Hehehe, tau aja, batinku.
"Eh, ini siapa kak?" tanya Gracia kemudian saat melihat Danial.
"Ini...."
Aku sedikit malas sih sebenarnya mengatakan kalau Danial adalah teman satu kampusku. Masalahnya kami memang bukan 'teman'.
"Hai, Gre~" sapa Manda.
"Eh, ada kak Manda" balas Gracia.
Dia kemudian melihat kearah Danial lalu kearah Manda, melihat kearah Danial lagi lalu kembali melihat kearah Manda. Begitu seterusnya.
Gitu aja terus, sampe TYVH sama Bego Story tamat (update aja enggak).
Lah, kok gue nyindir cerita sebelah?
Maaf ya suhu, batinku.
"Pacarnya?" tanya Gracia kemudian.
Tumbe langsung connect, batinku.
"I-Iya" jawab Manda.
"Gantengan kak Ads aku ah" balas Gracia sambil tersenyum ke arahku.
Ya iya lah. Pake diperjelas lagi, pikirku.
"Kalian.... sejak kapan?" tanya Manda kemudian.
"Sejak....." Gracia seperti memikirkan jawaban yang tepat.
Kenapa dia mikir sih? Kan baru tadi pagi, batinku.
Eh, tunggu. Secara teknis, aku belum benar-benar berpacaran dengan Gracia. Aku belum menembaknya bukan.
"Sejak kak Melody resmi grad ya kak" kata Gracia.
Tunggu.
Saat Melody resmi graduate, itu bukanlah saat dimana.....
Eh, memangnya pertanyaan Manda apa?
Dia hanya menanyakan 'sejak kapan?'.
Dan jawaban Gracia adalah, sejak Melody resmi graduate. Sejak Melody resmi graduate, adalah saat dimana aku,.... mulai 'kembali' ke theater dan menonton performance team K3 setlist Saka Agari.
Apa Gracia sudah memperhatikanku sejak saat itu?
"Pacar lo?" tanya Danial tiba-tiba. "Kok gue gak yakin ya"
Mau apa bedebah satu ini, batinku.
"Kalo dia emang pacar lo, coba lo lakuin ini ke dia" kata Danial sambil dengan cepat merangkul dan mencium pipi Manda.
Manda sepertinya kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Danial terhadapnya.
Bisa kulihat juga dari sudut mataku kalau Gracia juga kaget, kemudian dia sedikit mencuri-curi pandang ke arahku seperti menunggu reaksiku.
Lalu bagaimana dengan reaksiku?
Marah?
Ya aku marah saat Danial melakukannya. Aku marah saat Danial mencium Manda.
Kenapa?
Cemburu?
Bukan. Bukan karena itu, tapi....
"Gimana?" tanya Danial menantang sambil tersenyum mengejek.
"Gue sayang sama pacar gue. Maka dari itu, gue gak akan jatuhin harga diri dia dengan nyium dia di muka umum" balasku. "Dimana harga diri seorang wanita jika dia dengan mudahnya dicium didepan umum. Meskipun itu oleh pasangannya sendiri, apalagi pasangan yang statusnya cuma pacaran"
Danial seketika langsung tersentak kaget. Begitupun dengan Manda dan sepertinya juga Gracia. Oh iya, adik Danial yang daritadi masih nyaman digendongan Manda juga tidak mau ketinggalan, dia juga kaget.
Nah, baru diem lo sekarang, batinku.
Ya, begitulah.
Aku marah karena Danial seperti tidak bisa menghargai Manda sebagai seorang wanita.
"Yuk, Gee. Kita pergi dari sini" ajakku pada Gracia.
"I-Iya, kak" balas Gracia.
Aku dan Gracia langsung berbalik badan. Tapi sebelum melangkah pergi, aku ingin mengatakan sesuatu pada Manda,...
"Soal Stefi.... Gak usah nyuruh-nyuruh dia buat ngawasin gue lagi"
Setelah mengatakannya, barulah aku melangkah pergi bersama dengan Gracia. Tapi baru beberapa langkah, aku kembali berhenti.
"Oh iya, gue mau tanya satu hal. Lo pacaran bawa anak kecil?" tanyaku. "Manda, lo itu pacarnya atau jadi baby sitter buat adeknya?"
Manda dan Danial seperti benar-benar terpukul oleh perkataan terakhirku tadi.
Ah, sial.
Sepertinya yang terakhir itu, aku terlalu berlebihan.
.
.
.
"Yakin gak mau aku bawain?" tanyaku lagi pada Gracia saat jarak kami sudah cukup jauh dari Manda dan Danial.
"Iihhh.... Kakak mesum!" balasnya sambil tersenyum.
Terimakasih ya, Gracia.
Sepertinya hanya dengan kehadiranmu saja, itu sudah membuat Manda menyerah.
Artinya, tidak perlu sampai Shani yang turun tangan. Bisa-bisa Manda stres.
Oh iya, aku lupa satu hal.
Ku ambil HP-ku dari saku celanaku dan langsung memblokir satu kontak yang sering menghubungiku akhir-akhir ini. Kontak Manda.
Sebenarnya aku bisa saja memblokirnya dari kemarin-kemarin, tapi aku hanya menunggu saat yang tepat.
Dan setelah kejadian tadi, sepertinya saat ini adalah saat yang tepat.
Jadi,....
Selamat tinggal, Amanda Dwi Arista.
-Bersambung-