Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT GELOMBANG NESTAPA

Bimabet
EPISODE 33
THE NEW BEGINING




ketika sore hari sehari sebelumnya

Dua mobil yang beriringan memasuki pelataran halaman rumah, Surya turun dari mobilnya diikuti Nanang di mobil yang lain, dan diikuti yang lainnya.


Surya bergegas membuka pintu mobil, dia membantu memapah Soffie untuk turun dari mobil. Nanang pun tak mau kalah, ia bergegas untuk membukakan pintu rumah.

Saat Surya akan memapah Soffie turun dari mobil
"Hati hati kang itu kakinya masih lemah!!" Asih mengingatkan Surya.

"Ya udah, Soff Aku gendong yah..?" tanpa menunggu jawaban Soffie, Surya lalu menggendong Soffie dan membawanya masuk ke dalam rumah. Sedangkan Putri mengikuti dari belakangnya.

"Kang, biar mbak Soffie tidur dikamar kita saja, biar Asih yang pindah ke kamar Tamu" tawar bu Asih menawarkan kamar depan, yang dia gunakan bersama Surya yang memang lebih besar ruangannya dibandingkan yang lain, sedangkan ia memilih kamar sebelahnya. Eka dan Anna langsung menuju dapur untuk membuatkan minuman.

"Mas, Soffie pengen duduk istirahat disana dulu!" pinta Soffie menunjuk sofa ruang tengah dan tanpa banyak bicara Surya menurunkan Soffie di kursi yang ia tunjuk tadi.

"Nang Kamu Turunkan barang barang yang ada dimobil papah, Andi mana Nang?" tanya Surya.

"Itu pah, dia duduk di depan" jawab Nanang

"Coba kamu panggilkan dia"

tak lama Andi datang menghampiri Surya lalu duduk bersila diatas karpet.

"Kenapa kamu duduk dibawah Ndi?" Surya memandang Andi yang duduk bersila dihadapannya sambil memangku kantong keresek hitamnya.

"euuu...Aanndi malu, masih belum bersih Pak, " jawab Andi pelan, menundukan kepalanya sambil meremas keresek hitamnya.

"hmm.. coba kamu berdiri dan duduk disana papah mau bicara sebentar"

Andi berpindah duduk di sofa samping surya, meski dengan langkah yang terlihat begitu berat.

"Sudah kamu gak usah malu dan sungkan, kamu nanti untuk sementara tidur bersama kak Anton diatas, nanti kita pikirkan untuk membuat kamar kamu sendiri, Ndi kamu sekarang dah saya anggap sebagai anak saya sendiri, dan mulai mulai detik ini kamu panggil saya Papah!!!" ujar Surya

"ii..iiya paak... eh Paah.." jawab Andi terbata bata

"dah sekarang kamu bantu kak Nanang nurunin barang barang, trus kalo kamu malu setelah beres nanti kamu mandi dulu, nanti ibu akan beri kamu baju kak anton yang tak terpakai........ eeehhh itu keresek mau kamu bawa kemana lagi, udah simpen dulu disini!!"



Surya sedikit tersenyum saat Andi yang beranjak terus membawa keresek hitamnya, lalu Andi menyimpan kereseknya di sudut sofa

"bu, coba cari baju Anton ama Nanang yang sudah tak terpakai dilemari mereka, berikan pada Andi" perintah Surya dan dibalas anggukan Asih lalu Asih beranjak mencari pakaian untu Andi.

Surya terpaku pada keresek hitam yang selama ini tak lepas dari genggaman Andi. Diraihnya keresek itu, dikeluarkan isinya yang hanya 2setel pakaian yang lusuh, dan sebundel map. Karena penasaran dengan isi map, surya membuka map itu.



Didalamnya hanya berisi sebuah raport, izasah SD Andi, beberapa Amplop dan dan sebuah buku Harian yang terkunci. Lembar demi lembar ia buka, lalu surya membuka raport itu.

Pluk..

Selembar foto kusam dan hampir memudar yang terselip di buku raport terjatuh, dalam foto itu sekilas surya melihat sesosok pria yang sepertinya pernah ia kenal.

"Pah.." Putri mengagetkan Surya, lalu surya merapihkan lagi isi keresek lalu dimasukan kedalam tempatnya.

"nih minumnya" Putri memberikan secangkir minuman.

Saat Surya menerima gelas dari putrinya, Surya memperhatikan Soffie yang memandangi sebuah figura, sambil meneteskan air mata.

"soff, apa kamu mau berbaring istirahat? Sruuup.." tanya Surya sambil meminum air yang disuguhkan Putri, lalu mendekati Soffie







Pov Soffie


Dalam perjalanan, saat aku bersandar pada bahu Asih, dalam hati aku berujar "Aku merasa bahagia, semua yang kurindukan akhirnya bisa terwujud.. Semua penderitaan yang ku rasakan selama ini seakan hilang, aku bisa kembali bersama berkumpul. suami dan anak anak ku kembali. Makasih mas, kamu mau memaafkan kesalahanku"

Saat ku melirik pada asih



"Sih, aku berterima kasih padamu, kamu mau berbagi suami denganku, kamu mewujudkan impianku yang telah lama terkubur, makasih dan aku gak akan mengecewakan mu,"

Dan aku pun tertidur dalam pelukan Asih, Tak terasa akhirnya kami pun telah sampai.

"mbak, kita telah sampai" ujar asih membangunkan aku

Kuperhatikan bangunan tersebut dari dalam mobil, sebuah rumah yang cukup besar bertingkat dua, arsitek yang dibuat sederhana, halaman yang ditata sedemikian rupa dan dengan aneka kembang, membuat bangunan itu terkesan asri juga menarik.

Crreek.. Pintu mobil terbuka, mas Surya yang tersenyum padaku, lalu meraih tanganku untuk memapahku turun dari mobil

"Hati hati kang itu kakinya masih lemah!!" ujar Asih mengingatkan Surya, sambil membantu membangunkan aku

"Ya udah, Soff Aku gendong yah..?" tanpa menunggu jawaban Aku, Surya lalu menggendong dan membawa ku masuk ke dalam rumah.

"Kang, biar mbak Soffie tidur dikamar kita saja, biar Asih yang pindah ke kamar Tamu" tawar bu Asih

"Aku makin merasa bersalah, saat Asih yang berkorban menawarkan kamar pribadinya dengan surya untuk aku" dalam hatiku

Disaat aku merasa sungkan dengan penawaran asih, mataku tertuju pada ruangan tengah

"Mas, Soffie pengen duduk istirahat disana dulu!" pinta ku menunjuk sofa ruang tengah.

Kuperhatikan dengan seksama seluruh sudut ruangan tengah ini, akhirnya aku terpaku pada suatu pigura yang menempel pada dinding di hadapanku.


Sebuah pigura yang berisikan potongan-potongan foto kenangan Anton bersama Surya. Mulai dari Anton Dilahirkam hingga saat ini.

Yang membuat hatiku teiris, tak satupun foto diriku disana. Dan saat aku melihat sebuah figura lainnya, aku melihat sebuah foto.

“yah aku mengingat itu, saat Anton mulai belajar berjalan, aku yang memapahnya dan mas surya disamping Anton sambil memberi semangat pada Anton agar melangkah berjalan. Hatiku makin terasa pedih saat wajah ku di foto itu seperti sengaja dipotong, sepertinya mereka tidak ingin mengigat wajah aku, tak terasa aku mulai meneteskan air mata.

Ya Tuhan.. Kenapa aku harus menerima tawaran mereka untuk tinggal bersama mereka, jika semua ini sangat menyakitkan hati aku.. Mengingat semua yang aku lakukan pada mereka.

"Soff, apa kamu mau berbaring istirahat? .." tanya Surya membuyarkan lamunanku

"Kenapa kamu menangis Soff" lanjut Surya bertanya sambil mengusap air mata Soffie

"Mas aku rasa aku gak pantas kembali bersama kalian, antarkan aku kembali mas hiiks" sambil menutup wajahnya.

"kenapa, hanya gara gara foto foto itu" balas Surya sambil memandang foto mereka bertiga yang terpotong tanpa wajah Soffie.

Soffie hanya terdiam menunduk, kondisi badan yang belum fit dengan berbagai macam pikiran jelek pada otaknya, membuat badannya makin terlihat lunglai.

"hanya itu yang tersisa soff, kenangan kita bersama waktu itu saat Anton sedang belajar berjalan, selebihnya kamu ambil semua".

"mas, aku sudah membakar semua foto itu, dengan harapan agar aku tak lagi mengingat kalian. namun semakin ku mencoba melupakan kalian, yang ada hanya perasaan bersalah ku yang semakin besar" lalu Soffie mengeluarkan dua lembar foto yang terlipat didalam dompetnya, yang sudah sedikit terbakar pada ujung sisinya

terpajang dua foto disitu, foto ketika Anton masih ku susui dan foto Anton menggunakan seragam sekolahnya untuk pertama kali


Lalu diberikannya pada Surya.

"aku tak bisa menghapus semuanya mas.... hiiiks"

"Sudahlah kita harus terus melangkah Soff, biarkan masa lalu itu jadi sejarah terburuk bagi kita berdua.. Yuk aku antar kekamar, pasti kamu lelah" surya mengangkat Soffie lalu digendongnya masuk kedalam kamar.

Di dapur, Anna yang terlihat seperti ada yang mengganggu pikirannya

"Kenapa, Na, kok kamu keliatan seperti ada yang dipikirin, sudah sana kamu tidur gih, perempuan hamil musti banyak istirahat, gak baik kalo banyak pikiran" Ucap Eka.

"Enggak tau mbak aku ngerasa ada sesuatu yang akan terjadi besok, perasaan ku gak enak," jawab Anna.

"yah sudah biar mbak aja yang nyiapin makan buat mereka, kamu istrirahat dulu" balas Eka

"iya mbak" jawab Anna lalu dia menuju ruang tengah.

Kembali ke ruang tengah

"Pppah.. Ddah beres ssmua bbarang sudah dditurunin" ujar Andi yang masih gugup dengan statusnya.

"enggak usah gugup gitu Ndi, Nih baju buat kamu, trus kamu mandi ganti baju kamu, besok ibu beliin pakaian dalam buat kamu, trus setelah mandi kita makan bersama" bu Asih yang menghampiri Andi sambil menyerahkan beberapa stel pakaian.

"iiiya bu," jawab andi singkat tapi tidak beranjak,

"Ayo Ndi, kakak tunjukan kamar mandinya, kamu cuma bisa diam aja dr tadi" Nanang yang tiba-tiba menghampiri Andi lalu mengajak Andi menunjukan kamarnya.

"ndi ini keresek kamu" ujar surya, dengan malu-malu Andi membawa keresek hitam miliknya.

Akhirnya setelah makan malam, mereka pun istirahat, Soffie tidur bersama Asih dan Putri dikamar depan, sedangkan Surya tidur dikamar sebelahnya, Anna, dan Eka dikamar atas, Nanang dan Adit di kamar sebelahnya.

___________________________________________


Keesokan harinya.. Jam 7 pagi

Tok..tok..

"Iya.. Bentar..!!" jawab Anna

"mau cari sia... Iiibu... Bbbapaak..?" Anna yang terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya

"kenapa kamu gak kasih kabar ibu, nduk..?" dengan nada sedikit keras seorang wanita dan di sampingnya lelaki setengah baya yang mengamati tubuh Anna.

"siapa na, yang datang" tanya Surya tiba-tiba datang menghampiri.

"Diancuk sampeyan, wes mambu lemah iseh ae ndelikno cah wadon wong!"(brengsek kamu, udah bau tanah masih aja nyembunyikan anak gadis orang!!)"


Tiba tiba wanita setengah baya itu memaki dan memarahi Surya sambil menunjuk hidung Surya.

"sebentar bu saya kurang mengerti ada apa ini, kenalkan saya Surya orang tua Anton temannya Anna, silahkan masuk dulu kita bicarakan baik-baik didalam, gak enak diliat orang!!" balas Surya.

"Oooo... Jadi kuwe wong tuo si anton, kulo Tutiek mbok'e anna, ternyata anak karo bapaknya podo-podo bejat.. Sak Enak wae metengi cah wadon wong trus wes wani ndelikno dia, wong macam apa kuwi iki haah.. !! (Oooo... Jadi kamu orang tua si anton, saya Tutiek ibunya anna, ternyata anak sama bapaknya sama-sama bejat.. Enaknya ngehamilin anak gadis orang trus berani menyembunyikan dia, orang macam apa kamu ini haah.. !!)" ujar wanita yang bernama Tutiek yang mengaku ibu kandung anna, sambil bertolak pinggang memaki Surya.

"Hiiks wes bu wes, isin dideloki karo wong , melebu sek bu mangke anna ceritano permasalahnya karo ibu hiiks (Hiiks Sudah bu sudah, malu diliatin orang, masuk dulu bu ntar anna ceritain permasalahnya hiiks)" ujar Anna yang mencoba menenangkan ibunya.

"Pak, hiiks ewangi anna tenangin ibu dulu, ini ora kaya kalian kira, mereka wong apik pak sing ngewangi anna!! (Pak, hiiks tolong anna tenangin ibu dulu, ini gak seperti kalian kira, mereka orang baik pak yang nolongin anna!!)" lanjut Anna bersimpuh dihadapan bapaknya yang sedari tadi diam, anna memohon agar dia mau menenangkan ibunya.

"Bu wes tenang sek, kita runguno sek penjelasan soko anak kita, kita melebu sek ora kepenak karo sing lewat!! (Bu sudah tenang dulu, kita dengarkan dulu penjelasan anak kita, kita masuk dulu gak enak ama yang lewat!!)" ujar lelaki setengah baya menenangkan istrinya.

"Tapi pak..cah wadon kita pak.. Hiikss!" (Tapi pak.. Anak gadis kita pak.. Hiikss!) ujar Tutiek yang akhirnya menangis tak kuasa menahan emosinya.

"Inggih bapak juga ngerti, tapi kita ora reti opo sing terjadi makane kita runguno sek!! (Iya bapak juga ngerti, tapi kita gak tau apa yang terjadi makanya kita dengerin dulu!!), oh ya pak surya kenalkan saya Jarwo dan ini istri saya Tutiek, kami orang tua anna!", ujar lelaki itu yang bernama Jarwo sambil menyodorkan tangannya.

"Yuk bu kita melebu!! (yuk bu kita masuk dulu!!)" ujar Jarwo sambil menarik istrinya.

Akhirnya Tutiek mau masuk, lalu mereka duduk di sofa panjang,

"Na, kuwe linggeh kene, ceritano opo sing terjadi karo kuwe nak? (Na, kamu duduk disini, ceritakan apa yang terjadi sama kamu nak?)" Ujar Jarwo, Anna lalu duduk diantara mereka.

"Cah ayu, age ceritain karo ibu nak hiiks kenapa kuwe dadi begini?? Isak Tutiek sambil mengelus kepala Anna.

"Anu bu, anna.. Anna.. Huuuuhuuu" Anna tak kuasa menahan tangis, lalu disandarkan kepalanya pada Tutiek.

"kita tunggu aja anak saya bu agar nanti enak menjelaskannya.. Pak, sambil menunggu anna tenang dulu" ujar Surya

"ada apa kang kok pada rame" Asih muncul dari arah belakang

"kenalin bu .. Pak, ini Asih, istri saya, bu mereka orang tua Anna yang menyusul ke sini. Asih pun memperkenalkan diri.

***

Tak lama kemudian Anton bersama Renata datang, saat Anton masuk ke ruang tamu.

"bu..pak nih anak saya Anton temannya Anna, Ton ini mereka orang tua Anna" Anton memperkenalkan diri dan diikuti renata.

"Ton kamu, coba kamu ceritakan apa yang terjadi, kenapa Anna sampai tinggal disini?" tanya Jarwo tanpa basa basi langsung bertanya.

Anton kemudian duduk di sofa pendek disamping Jarwo. Dan renata pun ikut duduk disamping Surya.

"Sebelumnya Anton minta maaf pada ibu dan bapak, karena Anton gak bisa memberitahu dari awal karena kondisi psikis Anna, tapi mungkin ibu dan bapak sudah menerima kabar tentang Anna. Dan Anton akan ceritakan apa yang terjadi" Papar Anton.

Akhirnya, Anton menceritakan semuanya dengan detail. Mulai dari hubungan dia dengan Anna, hingga Anna yang ditampung Oleh Anton karena anna yang berniat bunuh diri setelah mengetahui dirinya hamil oleh Bobby.

Jarwo hanya menarik nafas mendengar penjelasan Anton, dia sadar bahwa ternyata semua ini bukan kesalahan Anton, tapi anak gadisnya yang mudah terpengaruh oleh Titta.

"Kenapa kuwe iki na, iso-iso ne kuwe terjebak karo mereka, bapak ora mudeng? (Kenapa kamu na, sampe sampe kamu terjebak dengan mereka, bapak ga mengerti?)" Tanya Jarwo pada Anna, Anna gak bisa menjawab pertanyaan Jarwo, dia hanya bisa menangis keras menyesali semuanya.

"kurang ajar si Titta, wani-wani ngapusi aku, ora retine dia singngebuat anakku dadi begini. (kurang ajar si Titta, berani-beraninya ngebohongi aku, gak taunya dia yang ngebuat anakku jadi begini)" ujar Tuttiek geram sambil terus merangkul erat Anna.

Biar aku golek itu si Titta, wadon opo de'e gawe anak ku dadi gini, wes wes nak, ibu akan balas si titta kalo mau aku pateni tuch anak, wani-wani ne ngancurin cah wadon ku !! (Biar aku cari itu si Titta, cewek apaan dia bikin anak ku jadi gini, sudah-sudah nak, ibu akan balas si titta kalo mau aku matiin tuch anak, berani beraninya ngancurin anak gadis ku!!)" Lanjut Tutiek makin memuncak emosinya saat Anna menangis keras dalam pelukannya.

"Wes bu.. Wes, kita ora iso membalas mereka, anak kita juga sing salah ora iso ngebedake mana sing apik karo ora apik, saiki kita pikirkan anna karo ank sing dikandungnya untuk kedepannya, aku gelem Anna nambah ke dosanya (Sudah bu.. sudah, kita gak bisa membalas mereka, anak kita juga yang salah gak bisa ngebedakan yang baik dan salah, sekarang kita pikirkan anna dan anak yang dikandungnya untuk kedepannya, aku gak mau Anna bertambah dosa)" balas Jarwo.

"maaf sebelumnya mas, mbak, betul apa kata mas jarwo, kita gak bisa membalas perbuatan mereka, yang harus kita pikirkan sekarang Anna dan bayi dikandungnya" Asih yang muncul sambil membawa air minum dan beberapa cemilan.

"silahkan Mas, mbak diminum dulu" menyilahkan Jarwo dan Tutiek.

"bu emang kamu ngerti yang dibicarakan mereka" tanya Anton.

"engga tapi ibu ngerti kemana arah pembicaraannya, insting orang tua pada anaknya Ton hihi.. Bukan begitu mas Jarwo?." jawab Asih, disambut anggukan Jarwo.

"ya sudah, kalo gitu pak Jarwo dan bu Tutiek lebih baik istirahat dulu disini biar istri saya siapkan tempatnya, nanti kita bahas bersama setelah saya pulang dinas.. Gimana pak..?" tanya Surya.

"Lebih baik begitu pak, biar anak saya dan istri saya stabil dulu emosinya. Terima kasih banyak pak telah menampung Anna selama ini, maaf kalo tadi kami langsung mencak-mencak bapak" balas Jarwo menyambut tawaran Surya.

"iya pak, saya ngerti kok. Ya udah saya siap-siap dulu, maaf pak saya tinggal sebentar" Pamit Surya.

"Mari mbak, istirahat dikamar kamu aja Na!!" ujar bu Asih, Anna menganguk sambil mengusap air matanya lalu berdiri mengajak ibu bapaknya ke kamar untuk beristirahat.





Berlanjut...
 
Terakhir diubah:
Lanjutan



Dipagi hari, sepulang para sahabat Sakti, suasana rumah orangtua Fitri kembali normal seperti hari-hari sebelumnya, dan pagi ini pun kedua orang tua Fitri kembali beraktivitas menggarap sawah yang mereka olah, adik adik fitri yang tengah bersekolah menambah suasana rumah menjadi sepi, setelah masuk rumah Sakti pun menarik Fitri ke dalam kamar pengantin

"akhirnya beres sudah dek, kamu sekarang udah milik aku sepenuhnya" sambil merangkul Fitri lalu diajak berbaring di atas ranjang pengantinnya.

Sakti mencium bibir Fitri, dikulumnya bibir Fitri yang mungil, Fitri pun membalas pagutan hangat Sakti,

"dek bolehkan aa menikmati tubuh ade sekarang.." dengan tangan yang mulai menggerayangi dada Fitri

Sesaat Fitri melepaskan diri dari pelukan Sakti, lalu beranjak duduk di cermin riasnya membelakangi Sakti. Sejenak Fitri terdiam lalu mulai terdengar isakan

"a.. Maafin Fitri, hiiks, disaat Fitri sudah sah menjadi istri aa, makin besar rasa bersalah Fitri ke aa, Fitri tidak bisa memberikan keperawanan Fitri ke aa hiiks Fitri malu a..!" lirih fitri, kedua telapak tangannya lalu menutupi wajahnya

Sakti yang tersenyum lalu mendekati Fitri dan memeluknya dari belakang sambil mengecup leher Fitri

"aa mau bertanya ke ade, kamu setelah jadi istri aa ,apa sekarang ade akan dan memberikan tubuh ade melayani lelaki selain aa?" sambil menatap Fitri dengan serius pada cermin.

Fitri menggelengkan kepalanya, membalas tatapan Sakti

"Seperti yang aa katakan dulu, aa gak akan nuntut banyak dari ade, yang aa minta ade setelah jadi istri aku, ade hanya perlu untuk jadi istri yang baik, yang bisa menjaga kehormatan aa dan aa yakin, kalo ade bisa jadi istri yang baik. dan itu juga alesan aa untuk menjadikan ade sebagai istri aa" ucap sakti sambil membalikan tubuh istrinya itu.

"ade bisa melakukannya itu pada aa??"

Fitri menganguk pelan..

"Aa minta ade gak usah memikirkan masa lalu ade, aa sudah nerima ade seutuhnya, aa minta sekarang ade nikmati malam pertama kita, meskipun sekarang bukan malam lagi, tapi pagi" sambil tersenyum simpul dibibir Sakti menggoda Fitri, lalu dikecupnya kening Fitri, lalu diangkat dagu Fitri

"dek, kamu cantik sekali, gak sia sia aa nungguin kamu dek" disibaknya rambut Fitri yang menghalangi wajahnya. Raut rona memerah saat Sakti memuji dirinya.

"dah aa mah, ngejek ade terus" Fitri merajuk sambil berdiri menjauh menatap hamparan sawah yang mulai menguning di balik jendela kamar.

"beneran kok, buat apa aa ngejek ade, adek amat sempurna buat aa..."

"meskipun ade udah gak perawan...?" Fitri menatap kosong. Sakti tersenyum kemudian memeluk Fitri dari belakang dan kembali menciumi leher Fitri, tercium aroma tubuh, tangan Sakti kemudian membuka kancing belakang baju Fitri, kemudian dilolosi kebawah baju terusan Fitri. Fitri hanya terdiam mendapat perlakuan Sakti suaminya. Dari arah belakang sakti menatap kagum punggung Fitri istrinya, berkulit kuning langsat mulus tak terlihat bekas jerawat atau pun luka pada punggung dan pinggulnya. Saat Sakti tangan membuka bra dan celana dalam Fitri terdengar isak Fitri. Hingga akhirnya Fitri polos tak berpakaian di hadapan Sakti.

Dibalikan tubuh Fitri, Fitri hanya bisa memejamkan matanya dengan butiran air mata yang menetes dipipinya.

"Kenapa kamu nangis dek, aa membuka pakaian kamu, hanya ingin melihat tubuh kamu, yang kamu sangka tidak layak diberikan pada aa" isak Fitri makin terdengar

"aa kira, aa sangat beruntung dapetin kamu, tubuh kamu sangat sempurna dek"

"aa maafin ade..huuhu" Fitri memeluk Sakti dan mencium pipi Sakti

Sakti lalu menggendong Fitri lalu direbahkan di atas ranjang, tanpa banyak bicara Sakti mulai mencium bibir Fitri, tangannya mulai mengerayangi dan memeras payudara Fitri,

Fitri yang sedari tadi terdiam, akhirnya mulai terangsang, saat ciuman Sakti mulai merayap turun pada payudara, suara lenguhan Fitri, menahan rasa geli pada payudaranya.

Tangan Sakti pun makin meremas lembut payudara sang istri sambil sesekali memilin putingnya.

" kamu tetap masih yang terindah bagiku, I love you Dek," bisik Sakti ditelinga Fitri

Fitri yang merasa terbuai akan kata kata dan cumbuan Sakti, lalu merangkul leher Sakti dan mencium bibirnya. Ciuman itu tampak sangat dinikmati keduanya. Rasa sayang dan cinta dari keduanya tampak terpancar dari gerakan-gerakan erotis yang ditunjukkan kedua insan itu.

Dengan masih berciuman, tangan Fitri turut membuka kemeja yang masih melekat dibadan suaminya tersebut. Tak butuh waktu lama kemeja yang menutupi tubuh Sakti terlepas, Dirabanya dada bidang Sakti sambil terus berciuman.

Ciuman Fitri kini berpindah ke dada bidang Sakti, setiap inci dada itupun tak luput dari jilatan dan ciuman Fitri. Sakti pun merasakan gejolak birahi yang kian menanjak seiring rangsangan yang didapatnya dari Fitri, Kini tangan Fitri tengah sibuk melepas celana panjang yang masih Sakti kenakan.

Jilatan Fitri pun sudah merambah di selangkangan Sakti, dijilatinya batang kemaluan yang tegak menantang itu. Tak seinci pun batang penis Sakti yang tak luput dari jilatan Fitri.

Sssrrrlllppppp... batang kejantanan itu sudah berada didalam kuluman Fitri. Kepala Fitri naik turun mengocok batang penis dengan mulutnya. Dengan penuh nafsu Fitri terus mengulum batang penis Sakti, sambil sesekali memainkan lidahnya di kepala penis. Dilihatnya wajah sang suami yang kini memerah menahan gairah.

" Emmmpphhh...oohhhh...mmpphh enaaak deeek " Sakti hanya mampu menahan gairah. Melihat Fitri yang sedang mengulum batang penisnya dengan penuh nafsu, Sakti makin dibakar gairah.

" Sekarang giliranku dek," seringai Sakti diikuti dengan senyum manja Fitri

Mulai dari ujung rambut Sakti mulai menjelajah setiap inci tubuh Fitri istrinya itu, lidahnya terus menyusuri lekuk tubuh indah itu. Mengecap setiap keringat yang keluar dari setiap pori-pori, mengecup setiap jengkal titik-titik syaraf yang mampu menimbulkan desahan gairah sang istri.

Wajah Fitri kian memerah menahan gairah yang semakin memuncak, tangannya mencengkram seprai laksana mencari pegangan. Tubuhnya mulai menggeliat karena rangsangan yang dilakukan suaminya tersebut. Terlebih lagi kini tangan Sakti meremas bagian payudaranya. Mulai dari remasan yang lembut menjadi kasar, jilatan yang terkadang menjadi sebuah gigitan kecil pada puting susunya dan cupangan semuanya dilakukan sang suami semata-mata untuk semakin membakar gairah Fitri.

"Aaaaa....! " desah Fitri tatkala jemari sakti mulai menjamah bagian paling sensitif dibelahan pahanya. Jemari Sakti mulai memainkan klitoris
Sakti yang membuat istrinya tersebut makin menggeliat, sementara bibirnya masih menciumi dan sesekali menjilati payudara dan belahan dada Fitri.

Jilatan Sakti mulai berpindah menyisir setiap jengkal kulit perut Fitri yang masih rata tak berlemak. Tangannya pun makin intens merangsang klitoris Fitri sembari sesekali jemarinya tersebut menusuk kedalam lubang vagina istrinya itu. Semua itu dilakukan Sakti secara perlahan agar menambah suasana menjadi lebih romantis, Dia ingin mengungkapkan rasa sayang dan cintanya kepada sang istri dengan perlakuannya pada Fitri

Desahan demi desahan Fitri mulai terdengar ditelinga Sakti, Semakin lama desahan Fitri tersebut semakin menjadi keras ketika Fitri mulai naik menuju puncak orgasmenya. Terlebih kini sapuan lidah Sakti mulai memasuki area vaginanya.

"Aduhh...a..a..emmmpphhhhh...ohhhh," desah Fitri ketika lidah Sakti menyapu lembut klitorisnya dan jari telunjuk Sakti mulai merangsang G-Spotnya.

"A..aa.....aaadee...keluarrrrrr...ahhhhhhh," Fitri akhirnya tak kuasa menahan laju orgasmenya sendiri diiringi dengan semprotan kecil air yang keluar dari celah vaginanya tersebut.

Sakti pun menyeringai setelah melihat istrinya mencapai puncak orgasmenya dan secara perlahan menjamah tubuh istrinya tersebut yang sedang mengatur nafas setelah mengalami orgasme yang begitu hebat itu.

" Lanjut ya dek," Sakti pun tak kuasa menahan gejolak nafsunya.

Fitri hanya mengangguk. Sakti pun langsung memposisikan penisnya tepat didepan belahan vagina istrinya yang sudah basah. Dikecupnya bibir merah Fitri sambil tangannya memposisikan letak penisnya tepat dipintu vagina Fitri, sembari sesekali kepala penisnya itu digesek-gesekkan ke klitoris sang istri.

'Mppphhhhh....cepet masukin a..' tak kuasa lagi Fitri menahan rangsangan.

BLESSSHHH Sakti pun mulai memasukkan batang penisnya tersebut membelah vagina Fitri. Dengan perlahan Sakti mulai menggerakkan kejantanannya tersebut.

Ritme yang semula terlihat santai demi menikmati suasana romantis, kian lama ritme tersebut kian cepat seiring nafsu yang semakin memuncak. Desahan mereka berdua bertambah keras, mengalun merdu seiring bunyi tumbukan antar kulit mereka.

Sakti kini sedang memegangi bulatan pantat Fitri yang seksi itu dari belakang. Dia menggerakkan pantatnya maju mundur.

" Ohhhh...ohhhh..ohhh...mmppphhh" desah Fitri menikmati setiap gesekan penis sakti pada vaginanya.

Dengan gerakan yang intens mereka berdua terus mamacu birahinya saling merangsang satu sama lain demi sebuah puncak kenikmatan duniawi. Entah sampai berapa lama yang jelas lebih dari satu jam adegan ranjang tersebut dan diakhiri saat Sakti memuntahkan sperma didalam rahim Fitri. Mereka saling berpelukan satu sama lain melepas semua gairah yang lebih dari satu jam itu mereka bermain. Senyum pun terkembang di wajah keduanya mengisyaratkan sebuah kepuasan batin yang tiada tara.

Mereka tampak begitu lelah setelah mengarungi lautan birahi berdua. Setiap peluh yang menetes dari setiap pori-pori kulit mereka menyimpan letupan birahi yang baru saja diarungi bersama atas nama cinta. Sakti merangkul tubuh Fitri dan menyandarkan kepala Fitri pada dadanya,

"dek berjanjilah, jangan pernah kamu ungkit lagi masa lalu kamu, bagi aa, ade adalah anugerah indah yang aa miliki sekarang, sekarang tubuh ade yang indah sempurna ini hanya untuk aa seorang yang bisa menikmatinya"

"makasih a, hiiks ade akan jadi istri aa selamanya, tubuh ade sekarang milik aa seutuhnya hanya aa yang boleh menikmati tubuh ade hiiks" tangisan bahagia terucap di wajah fitri.

Pada akhirnya mereka berdua tertidur dalam posisi saling berpelukan, sebuah senyuman tersungging mengambarkan betapa bahagianya kehidupan yang akan Sakti dan Fitri jalani dalam suatu ikatan pernikahan. Tiada sesal yang tersirat dari wajah bahagia mereka saat ini, yang ada hanyalah perasaan bahagia penuh cinta dan kasih sayang diantara mereka.

Meski tak terucap pada bibir mereka, tapi mereka berjanji dalam hati masing masing untuk selalu bersama saling menyayangi, mencintai dan menjaga kepercayaan pasangannya sepanjang hidup mereka baik suka dan duka.




Lanjut Di Bawah
 
Terakhir diubah:
Lanjutan




Hingga senja menjelang malam, seusai Fitri melaksanakan kewajiban seorang istri melayani suaminya, Fitri tertidur, dia mendengkur halus sambil memeluk Sakti dengan kepala bersandar didada sakti, dengan tubuh mereka yang masih polos hanya terbungkus dengan selimut.

Hanya Sakti yang masih terjaga, Sakti sedari tadi terdiam memandang langit langit kamar seolah olah ada sesuatu yang dipikirkan, sesekali tangannya mengelus pungung yang mulus.

"huuoaaaamm... Aa belum tidur?" Fitri yang terusik akan elusan Sakti dan akhirnya terbangun, memandang Sakti.

Sakti hanya menggelengkan kepala.

"kenapa a, ada yang aa pikirkan, atau aa menyesal menikahi ade" lirih Fitri

"engga dek, aa gak menyesal tolong ade jangan tanya lagi yang begitu aa gak suka, apa jangan jangan ade yang nyesel jadi istri aa?" Sakti lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya pada sisi ranjang. Fitri yang terusik pun akhirnya duduk bersimpuh di samping Sakti, dan terus menatap Sakti, dengan tubuh yang polos tanpa tertutup selimut

"Enggak, ade gak menyesal, hanya aja ade liat aa dari tadi melamun!"

"aa melamun bukan karena ade, aa bahagia dapetin, hanya saja aa memikirkan yang lain saja"

Lalu Fitri beringsrut menyandarkan kepalanya pada bahu Sakti.

"apa aa gak mau bercerita pada ade?" tanya Fitri

"Aa bingung untuk memulainya de, aa gak mau ini mengganggu malam pertama kita"

"lebih baik aa bercerita dulu, nanti kita pikirkan jalan keluarnya a!!, dengan aa diam melamun pun itu udah menganggu malam pertama kita apa bedanya!!" balas Fitri

"yach mungkin aa musti bercerita de, ini masalah anton, renata beserta keluarganya"

"emang ada kejadian apa sich kok ade gak tau?" tanya Fitri penasaran lalu merubah posisinya dengan menopang dagu di bahu Sakti mendengarkan apa yang akan diceritakan Sakti tentang permasalahan Anton

Akhirnya Sakti menceritakan dari awal saat di Medan hingga kejadian kemarin di Bandung.

"ya begitu lah dek, cuma kita berempat yang tau permasalahan mereka!" mengakhiri bercerita

" ade gak tau mo bilang apa tentang masalah Anton, tapi kenapa aa gak bilang dari kemarin, kalo ade tau apa yang Renata rasakan saat ini mungkin ade bisa bantu dia" ujar Fitri

"iya dek aa pengennya begitu, tapi mereka punya pikiran lain, mereka ingin menyembunyikan semua itu dari kita, seakan mereka itu seperti tegar menghadapinya padahal mereka itu rapuh, eh... Dek kalo bisa ade jangan beri tahu yang lain yach, aku kesian jika yang lain tau, aku gak mau aib Anton Renata tersebar yang akan membuat mereka malu" ujar Sakti

"iya a emang mulut Fitri ember bocor" jawab Fitri sambil mengembungkan pipinya,

"eh a, kenapa sih a tega teganya itu orang dengan cara seperti itu yang dilakukannya hanya untuk menghancurkan seseorang, apa gak ada cara lain selain merusak anak gadis orang, apa karena dengan cara merusak wanita mereka berbangga hati? Apa gak memikirkan perasaan wanita itu? Sungguh pengecut mereka!!" Fitri yang telah merasakan sebagai wanita yang harus melayani pria dengan paksaan memahami hal itu akan Renata rasakan

"itulah yang aa pikirkan dek, makanya aa musti ke Bandung cari semua informasi, apa ade mengizinkan aa untuk pergi kesana?" jawab Sakti

"aa, ade tau siapa Anton meskipun ade belum kenal Renata tapi adek tau dia orang baik, ade malahan aa pengen bantu Anton, tapi ade minta aa disana untuk hati hati, sekarang ada ade yang menunggu kepulangan aa di rumah!!" dengan nada sedikit manja sambil memeluk lengan Sakti

"makasih dek, aa seneng banget dengernya, istri aa udah mah pinter, cantik, sexi ditambah baik pula pula" ujar Sakti menggombal Fitri sambil menyolek puting payudara yang mengantung tak tertutup

"ih aa genit colek colek"

"biarin, kan ini punya aa!!"

"iya ding hihi trus mana lagi yang punya aa teh?" dengan manja

"ini... Ini.." Sakti menunjuk bibir dan belahan vagina milik istrinya.

"pokoknya semua yang ada di ade milik aa seorang gak ada seorang pun yang boleh miliki ade, cuma aa seorang" sambil mencium bibir Fitri

"kok aa serakah sich trus yang lain gimana dong kalo milik aa" balas Fitri

"eh kok gitu sich adek ngomongnya, emang adek mau lelaki lain?" Sakti sedikit nada marah

"iiiihhh aa cemburruuu... Maraaah jadi pikirannya jelek ke fitri, ade cuma ngingetin kan nanti kita punya anak musti nyusuin, kl semua milik aa trus anak kita mo nyusu dimana" Fitri mengoda Sakti

"yeee itu mah pengecualian, adek ku saayaaang.. Itu di perbolehkan hanya ini doang yang boleh" sambil mengemut pentil payudara Fitrii


"aarrggghhh aaa... Gellli udah atuhh aa, apa gak cape..?"

"buat malam pertama aa gak akan cape de," dengan tangan mengelus belahan vagina Fitri

Akhirnya obrolan dua orang pengantin baru diakhiri dengan adegan panas hingga akhirnya mereka melanjutkan tidur

Disaat malam pesta pernikahan Sakti dan Fitri, dimana Anton, Badai dan Sakti merencanakan suatu rencana u mengobrak abrik kelompok hendrik

Antin yang menerangkan pada dai dan Sakti

"Nich tugas loe Dai, .................?

"ngerti, ati ati dai, mata mata mereka banyak"

"dan Untuk loe Net, kalo loe diizinin bini loe, coba pergi ke Bandung, cari tau posisi si Roni anjing itu, trus cari info sedeti detilnya mulai anak buahnya, bisnisnya serta backingannya, kalo ada kesempatan gue bebasin loe mo pake cara apa untuk mengacaukan jaringan mereka, yang jelas jaringan mereka di Bandung hancur tak tersisa, bawa beberapa anak buah yang loe bisa dipercaya dan yang loe anggap kuat, kita musti siap jika mereka menyerang balik ke loe dengan terbuka" Anton menarik nafas sejenak

“Ok Net, Dai loe ngertikan apa yang musti kita kerjakan?” tanya Anton.

“Siap komandan… ini yang gue demen.” jawab Sakti.

“Yuk akh takut yang lain curiga…” ajak Dai



Pagi hari, seusai mandi Sakti duduk nongkrong diteras, sesekali matanya memandangi orang yang berlalu lalang di depan rumah untuk memulai semua aktivitas mereka.

Lalu Sakti mengambil hp dan menelepon seseorang.

"hallo Juk"

...

"Hari ini kita ke Bandung ajak beberapa temen kita, gak usah banyak banyak 3 orang cukup ntar kita gabung dengan temen kita disana, loe pinjem mobil ke bang Juned"

...

"ada yang musti gue kerjakan disana, makanya gue butuh loe loe pada"

....

"terserah loe, tapi ati ati bawanya sekarang banyak razia"

...

"ok ntar 2jam kita ketemuan di gadog, kita barengan ke Bandung"

Kliik


"aa, tumben dah rapih, nih diminum kopinya disimpen dimana" tiba-tiba Fitri muncul di pintu depan

"simpen dimeja tamu aja dek, aa mo masuk ini" jawab Sakti

Sakti lalu beranjak lalu memasuki rumah, lalu duduk disofa panjang, dengan mata tak lepas pandangan dari sosok istrinya, Fitri yang pagi ini terlihat sexy dimata Sakti, Fitri yang mengenakan kaos oblong putih gombrang bergambar teddy bear didepannya, memakai celana pendek yang begitu ketat ditubuhnya, memperlihatkan kulit paha putih mulus tak , rambut diikat keatas memperlihatkan leher yang lenjang putih, meskipun fitri mengenakan pakaian itu hanya untuk keleluasaan dia saat mengerjakan pekerjaan rumah, tapi bagi Sakti penampilan Fitri membuat nafsu birahinya naik ke ubun ubun kepala. Pandangannya terus mengikuti Fitri

"kunaon sih a, liatin adek aja dari tadi, bikin adek risih aja, Ada yang salah" berdiri di sisi kanan sakti, sambil menyodorkan gorengan pisang ke hadapan Sakti, terus memandangi dirinya.

Sakti menarik lengan Fitri, yang akhirnya Fitri terduduk dipangkuan Sakti, Sakti memeluk erat perut Fitri lalu mencium pipi lalu turun ke leher lenjangnya Fitri

"iihh, aa mau apa sich, malu atuh masih ada mamah ama abah dibelakang" manja Fitri tapi tak sedikit pun menolak perlakuan Sakti

"emang kenapa musti malu, kan ade istrinya aa... Udah sah ...Hmmmpph" ciumannya beralih ke bibir tipis Fitri

"hmmp... Aaa.. Hmmp " membalas pagutan Sakti, lalu Fitri melepas pagutan bibir Sakti, lalu tangannya memegang kedua pipi Sakti lalu mencium hidung Sakti

"udah yah, ntar dilanjuti, adek mau bantu mamah dulu" Fitri mencoba melepas pelukan Sakti, tapi malahan Sakti makin mempererat pelukannya.

"bentar dek, aa pengen meluk istri aa yang cantik ini sebentar aja, sebelum aa pergi, biar aa kangen ama aroma tubuh adek" sambil menciumi bahu dan pundak Fitri.

"emang aa, mau pergi, atuh gak jadi...." sambil memejamkan mata menahan rasa geli dipundaknya.

"emang aa lagi kepingin gitu, aa tuh hanya ingin mengingat aroma tubuh ade aja supaya kangen ama ade disana, iya aa mau ke Bandung sekarang aa pengen cepet nyelesaiin masalah ini, soalnya kangen pengen cepet cepet punya sakti junior" Sakti menghentikan ciumannya lalu mengusap perut Fitri.

"kenapa aa pengen cepet punya dedek, apa aa gak akan menikmati dulu momen kebersamaan kita dulu" sambil membalikan tubuhnya duduk dipangkuan menghadap Sakti,

"emang kamu mau kemana dek" Sakti balik bertanya sambil memegang tangan istrinya

"Enggak akan kemana mana, kenapa aa nanya gitu" Fitri balik bertanya

"hmm, makanya aa nanya apa ade mau pergi ninggalin aa, buat apa kalo aa hanya menikmati momen kebersamaan ini hanya sesaat saja, aa pengen selamanya menikmatinya dek, jd buat apa menunda punya dedek, karena aa pasti akan menikmati kebersamaan itu seumur hidup aa bersama ade" sambil tersenyum

Fitri lalu merebahkan kepalanya ke bahu Sakti.

"ade sangat bahagia dengernya a, ade sangat beruntung jadi istri aa" lalu membenamkan wajahnya di leher sakti.

"eleuh-euleuh ieu panganten baru, pagi-pagi dah bermesraan kieu, meni romantis, pantesan ditunggu di dapur gak nongol-nongol" tiba tiba mamah Fitri muncul di balik tembok sekatan ruang tamu dan tengah.

"eh, mah maaf..!" Sakti yang merasa malu mencoba melepas dan membangunkan fitri agar bangun dr pangkuannya, tapi sekarang berbalik Fitri yang enggan mengakhiri momen terindah ini, bagi dia pernyataan Sakti tadi merupakan Kado pernikahan yang terindah bagi dirinya.

"iya mah, Fitri pengen bermanja-manja dulu ama aa, soalnya Aa mau pergi sebentar lagi" ujar Fitri

"hmm dasar panganten anyar, dikamar atuh kalo pengen manja-manja mah, isin kalo ada tamu datang" balas mamah sambil mengeleng geleng kepapanya melihat kelakuan putrinya

"biarin atuh mah, da udah sah ini, gak akan digerebek ini hihi" jawab Fitri sambil menertawakan mamahnya

"dasar kalo lagi seneng, bisa aja jawabnya, ya udah mamah tinggal dulu" akhirnya mamah Fitri meninggalkan pasangan muda ini.

"bisa yah kamu jawab gitu ama mamah" timpal Sakti sambil mencolek hidungnya Fitri.

"kan itu mah jawaban aa tadi weeek"

"haha.. Dasar" Sakti lalu mencium bibir Fitri.

Akhirnya mereka Menikmati momen itu dengan mengobrol dengan tawa canda, tak jarang diselingi saling mencium pasangannya, meskipun tak berakhir dengan adegan ranjang, tapi bagi mereka momen ini merupakan momen yang sangat indah diawal pernikahan mereka.


***


Beberapa saat kemudian

"dek, aa pergi dulu yah, ntar ade ke Jakartanya bareng aa aja, ntar aa jemput" pamit Sakti dibalas anggukan fitri.

"ooo iya dek, selama gak ada aa ganti dong pakaiannya jangan yang kayak gini, aa gak ikhlas tubuh ade diliat ama orang, tubuh ade cuma aa yang boleh menikmatinya" Sakti berpesan sambil mencolek hidung fitri.

"kan cuma dirumah a, habisnya gerah, kalo keluar baru ade ganti"

"Enggak mau pokoknya ade musti ganti, boleh pake celana pendek tapi yang selutut"

"iya iya ade ganti, gak usah marah atuh" sambil memeluk sakti dan mencium pipi suaminya

"hati-hati disana, a" lirih Fitri

"iya de, aa pergi dulu yah, bilangin ke mamah ama abah soalnya tadi aa lupa pamitan" pamit Sakti

Tak lamapun Ojek datang menjemput Sakti yang akan mengantarkan Sakti ke terminal.

Fitri menatap kepergian suaminya, setelah punggung suaminya tak terlihat Fitri pun langsung beranjak memasuki rumah, lalu menuju kamarnya untuk menganti baju yang ia kenakan dengan yang lebih tertutup menurutnya.

"aa, sebagai istri, ade pasti akan nurut apa yang aa mau, tubuh ade selamanya hanya untuk aa seorang" gumam Fitri sambil tersenyum menatap tubuhnya pada cermin.




Bersambung









NEXT -----> ~~EPISODE 34~~
 
Terakhir diubah:
Surya pulisi bojone 2
Masih pingin kawin sama adike anto juga

eh salah ya
 
Setelah selesai baca ceritanya, sulit untuk di mengerti akal logika, orang yg sudah menyakiti dan menghancurkan kita, masih kita bantu, okelah kalau di maafkan masih di terima, kalau di bantu dan di biarkan tinggal sama kita, hufftt mungkin gue dk sebaik anton.
Di tunggu next ny gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Thx updatenya hu...
Ane kira bakal ada pertumpahan darah... Sukur dah kalo orangtua Anna bisa menerima penjelasan Anton.
Ditunggu lanjutannya hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd