“Kamar 221, Pak.” Ucap resepsionis cantik itu sambil menyerahkan kartu kunci kamar padaku sekaligus mengkonfirmasi kalau akulah peserta terakhir tang check ini di hotel ini.
“Terima kasih, Mbak.” Ucapku segera menuju kamar di lantai dua.
Aku jadi penasaran, baigaimana dengan teman sekamarku. Seperti apa rupanya, apa jabatannya, dari mana asalnya, dan lain sebagainya. Memang sudah menjadi kebiasaan di lingkup kedinasan bahwa Pelatihan yang dilaksanakan di hotel, pesertanya dipesankan kamar yang double bed, bahkan biasa pernah aku mengikuti pelatihan yang kondisinya harus bertiga satu kamar.
“Cklek….”
aku memasuki kamarku yang masih gelap. Itu artinya slot kunci di dekat pintu masuk masih belum diisi kartu kunci. Entah apa istilah kerennya. Kamarpun menjadi terang seketika slot kunci itu ku isi. Tetapi aku heran, kalau aku adalah peserta terakhir yang dikonfirmasi, lalu mengapa kamar ini masih kosong? Hmm…. Sepertinya ini harus dikonfirmasi ulang. Ku letakkan travel bag ku di dalam lemari dan menghubungi resepsionis.
“Halo selamat siang, dengan resepsionis di sini, ada yang bisa kami bantu?” ujar suara merdu yang terdengar di ujung telefon kamar begitu lancer mengalir.
“ini dengan kamar 221, Mbak” ucapku.
“Iya, Pak? Ada yang bisa kami bantu?”
“Begini, mbak. Saya tadi dikonfirmasi adalah peserta terakhir yang check ini, betul?”
“Betul sekali, pak”
“kalau begitu, teman sekamar saya kok nggak ada, ya?”
“Oh.. maaf, pak. Memang list tamu yang diserahkan oleh Hotel G*** memang hanya seperti itu, Pak. Artinya Bapak hanya sendiri di kamar itu.”
“Ohhh… Ya suda kalau begitu. Terima kasih, Mbak”
“Kembali….”
Sekedar infor saja, sebenarnya tempat Diklat yang kuikuti adalah di Hotel G*** sedangkan ini adalah Hotel E***. Pihak panitia dan managemen Hotel G*** rupanya kurang koordinasi karena jumlah kamar di Hotel G*** tidak cukup menampung jumlah peserta. Alhasil, beberapa peserta yang terlambat registerasi dipindahkan akomodasinya ke Hotel E*** yang berjarak tidak jauh. Di Hotel E*** sendiri tampaknya juga ada pelatihan untuk PNS yang bekerja sebagai guru karena sewaktu check in, aku banyak melihat guru-guru yang sedang bersiap mengikuti pelatihan di hotel ini.
Aku ternyata sendirian di kamar ini. Entah apakah aku harus senang atau apa. Aku hanya berharap seandainya istri dan anakku bisa ikut, pasti akan ada yang menemaniku di kamar ini. Tapi sudahlah. Toh aku akan sibuk dengan tugas-tugas selama pelatihan jadi kesendirian ini tidak terlalu menggangguku.
Waktu di dinding kamar menunjukkan Pukul 19.25 ketika resepsionis menelfon dan memberitahukan bahwa jemputan ke Hotel G*** untuk pembukaan pelatihan telah siap di depan. Aku pun langsung mengiyakan dan segera menuju ke mobil jemputan. Pembukaan berlangsung monoton seperti biasa, dilanjutkan dengan pembahasan regulasi pemerintah tentang beberapa kebijakan yang berkaitan dengan institusiku. Tentunya tidak terlalu menarik untuk harus ku ceritakan di sini. Pukul 22.30 jemputan kembali membawaku ke hotel untuk istirahat.
Setibanya di hotel, aku memilih untuk duduk-duduk di café sambil menikmati free akses wifi untuk melihat lihat timeline di BBM sambil menimati secangkit cappuccino hangat dan alunan musik lembut. Kembali mataku tertuju ke DP Ani di BBM yang sangat cantik. Posenya yang tersenyum tetapi menatap ke samping seperti model professional. Dia seperti seorang model, bukan seorang guru.
Itu status BBMnya. Aku tidak mengerti apa maksudnya, hingga kuputuskan untuk mengomentari statusnya.
Kenapa, Ni. Ini status kok kaya’ lagi BT
Kirim. Ku tatap layar ponsel pintarku. Petunjuknya menandakan Ani telah membaca statusku, tetapi sepertinya dia enggan membalas. Memang sejak kejadian itu, Ani seperti menghindariku. Beberapa kali ku kirimi BBM taupun WA tetapi dia tidak pernah membalasnya. Inilah yang membuatku menjadi serba salah. Ya sudahlah. Ku masukkan ponselku ke dalam saku celana, dan kembali menatap ke jalanan ibukota provinsi yang masih enggan beristirahat.
“Drrrttt”
Ponsel pintarku bergetar pertanda ada notifikasi yang masuk. Ketika ku buka, ternyata BBM dari Ani. Entah apa harus senang atau apa, ku rasakan darahku berdesir.
Ini, nih….Ibu guru sekamarku. Masa’ dia ngajakin anak-anaknya yang kuliah di sini buat nginep di kamar, jdinya kan rame gimana, gitu.
Aku segera membalasnya.
Wah….korupsi tingkat dasar, tuh. Wajarlah, mungkin orang kampung seperti saya. kapan lagi ginap di hotel, gitu
Iya. Menjengkelkan banget. Mau marah tapi gak enak. Mau di diemin malah makan ati sendiri.
Emangnya ada pelatihan, Ya?
Iya. Diklat pengembangan Kurikulum dan Media pembelajaran
Ohh….sama donk kita. Aku juga lagi pelatihan di Hotel G***
Bersambung......