Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Everyone's Destiny (by : meguriaufutari)

Bimabet
EPISODE 5 : Yokishimasen

Scene 1

Takeru Yamamoto



Asuka Kirishima



Hari ini adalah hari jumat, dan merupakan liburan nasional di Jepang. Jadi, aku sedang dalam long weekend. Seharusnya sih begitu, tetapi sayangnya polisi tetap bekerja. Yah, walaupun sebagai pemimpin tertinggi Hikari, aku diperbolehkan untuk bekerja secara remote, yaitu bekerja dari rumah.

Sebetulnya, aku sangat ingin menghabiskan waktu bersama Asuka, yang merupakan istriku yang sangat kucintai. Akan tetapi, keadaan sepertinya tidak begitu mendukung untuk itu. Saat ini, internal Hikari sedang disibukkan oleh masalah yang sangat misterius, dan juga sangat merugikan. Sejak Matsuyama dan Kagura menunjukkan simbol bintang dan bulan sabit itu, Ayumi menghilang. Pada hari pertama dan kedua ia tidak masuk, kupikir dia sakit. Setelah hari ketiga, Kagura melapor padaku bahwa telpon genggam nya tidak aktif. Telpon rumahnya pun tidak diangkat. Matsuyama melapor bahwa rumahnya kosong, dan tidak ada tanda-tanda yang aneh.

Saat ini, Kagura kutugaskan untuk menjaga aktivitas dunia bawah agar tidak terlalu diluar kontrol. Biasanya Ayumi menggunakan alat canggihnya untuk memantau perbatasan antar negara. Akan tetapi, berhubung dia menghilang, tidak ada yang menempati posisi itu. Mau tidak mau, Kagura jadi bekerja lebih untuk menggantikan Ayumi. Adapun Matsuyama kutugaskan untuk mencari tahu dimana Ayumi. Yang mengherankan adalah, bukan hanya Ayumi yang menghilang, tetapi juga keluarganya. Dan seluruh tetangganya pun tidak ada yang tahu. Sangat misterius.

“Takeruu... Kamu tidak ke kantor hari ini?” Tanya Asuka.

“Tidak, Asuka. Aku bekerja dari rumah hari ini, hanya menunggu kabar dari anak buahku saja.” Kataku.

“Oh, begitu. Baguslah hehehe.” Kata Asuka.

Hmmm, apakah ini hanya perasaanku saja atau memang demikian? Walaupun Asuka tertawa, tapi aku bisa merasakan adanya fluktuasi pada tenaga ki miliknya. Seolah-olah dia mengharapkan bahwa aku pergi ke kantor. Yah, bisa jadi sih karena dia tidak tahu cara menggunakan tenaga ki yang ada dalam tubuhnya, jadi tenaga ki miliknya sering berfluktuasi. Tapi, kenapa dia mengharapkanku ke kantor ya? Atau jangan-jangan...

“Asuka.” Kataku dengan serius.

“Hmmm?” Kata Asuka dengan senyumnya yang manis.

“Mungkinkah kamu....” Kataku dengan serius.

Asuka mengernyitkan dahinya. Lama-kelamaan, raut wajahnya berubah menjadi serius. Seperti sedang ketakutan menuggu pertanyaan dariku.

“Mungkinkah... ada lelaki lain didalam hatimu?” Tanyaku.

Asuka terdiam selama beberapa detik. Kemudian, seolah lega, ia tersenyum.

“Tentu tidak, Takeru. Kamulah satu-satunya laki-laki yang menempati bagian paling banyak dalam hatiku.” Kata Asuka sambil memelukku.

Aku pun balas memeluknya hingga kita saling berpelukan.

“Mengapa kamu bertanya demikian?” Tanya Asuka.

“Aku sadar Asuka, terkadang aku lebih mementingkan pekerjaan diatas segalanya. Saat kemarin aku pergi ke pedalaman Honshu selama enam bulan saja, kamu pasti sendirian. Setelah itupun, aku lebih banyak memikirkan masalah kantorku.” Kataku.

Asuka kemudian menghela napas panjang.

“Takeru, apa yang kamu bicarakan? Apa menurutmu aku ini wanita yang akan berpindah hati hanya karena itu? Takeru, aku mengerti bahwa apa yang kamu lakukan itu juga untuk keluarga kecil kita ini. Tidak perlu merasa bersalah. Dan tidak perlu merasa takut juga, karena sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun.” Kata Asuka sambil kemudian mencium bibirku.

Aku sangat lega mendengarnya. Asuka, istriku, ini memang istri nomor satu. Aku sangat bahagia bisa mendapatkan dia sebagai istriku. Baiklah, sudah kuputuskan bahwa hari ini saja, aku akan tutup mata terhadap apa yang terjadi di dunia bawah. Yah, semoga saja tidak ada yang menghancurkan Jepang pada hari ini. Aku segera mengirimkan pesan pada Kagura dan Matsuyama bahwa aku akan off hari ini.

“Asuka!” Panggilku dengan tegas.

“Eehh?” Jawab Asuka.

“Hari ini kita bermain di Fuji-Q sepuasnya yuk.” Kataku.

Asuka terdengar heran pada awalnya. Namun, ia langsung sumringah.

“Ayuuukkkk!” Kata Asuka.

Fuji-Q adalah suatu taman bermain yang letaknya di kaki Gunung Fuji. Menurut beberapa orang, Fuji-Q ini adalah taman bermain terseram di Jepang, karena dilengkapi dengan roller coaster yang sangat tinggi dan kencang. Asuka sangat suka sekali bermain di taman hiburan.

“Takeruu, padahal kamu orangnya itu panikan sekali, dan seperti anak-anak. Akan tetapi, kamu ternyata suka ya bermain permainan seram seperti itu. Syukurlah.” Kata Asuka.

“Iya, begitulah. Herannya aku suka permainan seperti itu. Aku juga bingung.” Kataku sambil tertawa kecil.

Aku memang dimata Asuka adalah seorang yang sangat panikan. Akan tetapi, aku sebetulnya hanya berpura-pura saja untuk menghilangkan kecurigaan sedikitpun bahwa aku adalah pimpinan tertinggi dari organisasi polisi rahasia Hikari.

“Ayo kita siap-siap sekarang. Ah sudahlah, kita langsung berangkat saja. Buang-buang waktu, sekarang sudah hampir jam sepuluh pagi nih, sayang jika membuang-buang waktu lebih lama.” Kata Asuka.

“APA??!! GAWAT!!! KITA HARUS PERGI SEKARANG!!! AYOOO!!!” Kataku dengan “panik”.

Haah, sebetulnya capek menjadi orang yang selalu berpura-pura panik. Kami berdua segera naik ke mobil, dan mobil pun kulajukan kearah Fuji-Q. Karena rumah kami cukup jauh dari Fuji-Q Highland, maka perjalanan pun memakan waktu cukup lama, hampir dua jam.

Sesampainya di Fuji-Q Highland, aku dan Asuka langsung turun dari mobil setelah memarkir mobil. Sekarang sudah hampir jam dua belas siang. Ya ampun, ramainya bukan main tempat ini. Aku tidak heran sih karena ini long weekend. Kalau begini sih, bisa-bisa kita hanya kedapatan bermain dua permainan saja karena waktu mengantri satu permainan bisa dua sampai dengan tiga jam.

“GAWAT INI! BAGAIMANA INI??” Kataku lagi-lagi dengan “panik”.

“Sayang, tenang saja. Toh kita sudah sampai disini, tidak mungkin kita pulang lagi dan kembali lagi besok. Bagaimana kalau kita susun rencana kita selama di Fuji-Q Highland ini?” Kata Asuka dengan senyumnya yang sangat manis.

Uoohhh, senyum istriku itu memang tidak tertahankan. Kamu memang wanita paling cantik di dunia, Asuka. Aku sudah tidak sabar nanti malam untuk melihat dirimu yang lebih cantik, dirimu yang tidak mengenakan busana apapun di tempat tidur hehehe. Selain cantik, pembawaan Asuka pun juga sangat tenang. Ia selalu bisa menenangkanku yang “panik” ini. Hebat sekali. Tapi berpura-pura menjadi orang panik memang melelahkan. Suatu saat nanti, aku akan pura-pura belajar untuk tidak panikan lagi, dan tinggal menjadi diriku yang sebenarnya. Hilanglah sudah penderitaanku. Aku tidak sabar menunggu datangnya hari itu.

Setelah memutuskan dengan cermat, kami sampai pada kesimpulan bahwa kami akan bermain takabisha dan dodonpa. Kami berjalan lebih dulu ke takabisha karena permainan itu lebih kami minati. Dalam beberapa menit saja, kami sudah sampai di tempat takabisha. Antriannya seperti yang kuduga, dua jam empat puluh tiga menit. Yah, tidak ada jalan lain selain mengantri. Aku dan Asuka mengantri secara bergantian. Aku antri, Asuka duduk. Begitu Asuka mengantri, aku memberikan surprise kepadanya berupa minuman. Asuka sangat senang menerima surprise kecil itu dariku. Aahh, mukanya begitu manis, dan menggemaskan. Istriku memang paling cantik di dunia.

Setelah kuhitung persis, yaitu dua jam tiga puluh tujuh menit, akhirnya kami sampai di antrian paling depan. Takabisha merupakan roller coaster dengan dua segmen penumpang, dengan masing-masing segmennya bisa memuat empat orang. Pengamannya ada diatas pundak dan mengikat sampai ke pinggang, indikasi bahwa roller coaster yang cukup menyeramkan. Dikatakan bahwa takabisha ini merupakan roller coaster dengan kemiringan tertajam di dunia, yaitu 121 derajat.

Akhirnya, kami dapat kesempatan untuk menaiki takabisha. Takabisha ini betul-betul tidak ada bandingannya dengan roller coaster di Disneyland atau Universal Studio. Betul-betul berbeda sekali. Adrenalin yang kudapatkan betul-betul terpompa secara sempurna. Yaah, aku pernah sih berada pada situasi yang menyeramkan, yaitu dalam pesawat yang hendak jatuh akibat kegagalan pada seluruh mesin jet pesawat. Berkali-kali aku dan Asuka menjerit karena saking senangnya bermain takabisha. Setelah sekitar beberapa menit, akhirnya kegembiraan itu sirna. Kami harus turun dari takabisha karena permainan sudah selesai. Ingin sekali rasanya aku menaikinya lagi, tetapi melihat antrian yang begitu panjang, lebih baik main yang lain deh.

Selanjutnya, kami segera menuju atraksi selanjutnya, yaitu dodonpa. Aku melihat jam, dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.31. Masih keburu harusnya untuk mengantri dodonpa. Kuperkirakan antriannya paling lama sekitar tiga jam. Dalam beberapa menit saja, kami sudah sampai di ekor antrian dodonpa. Ah, perkiraanku meleset rupanya. Antrian dodonpa ini melebihi antrian takabisha, yaitu tiga jam sebelas menit. Tadinya, aku sudah mau menyerah memainkan permainan ini. Akan tetapi, Asuka langsung menepuk pundakku.

“Sayang, memang kita harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang nikmat. Memang kita harus membuang waktu tiga jam lebih untuk sampai ke tujuan. Tapi, bayangkan apa yang menanti kita. Perasaan yang sama seperti saat kita bermain takabisha tadi. Bayangkan saat kita berhubungan seks. Memang awalnya adalah pemanasan yang membuat kita tidak sabaran. Tapi, sewaktu di babak utama, yaitu saat batang kemaluanmu sudah memasuki lubang kemaluanku, rasanya tidak terbayangkaaann. Apalagi saat kita mencapai kenikmatan puncak. Rasanya itu... uoohhhh...” Kata Asuka dengan mengebu-ebu.

“Hei sayang. Itu terlalu vulgar untuk diucapkan di tempat umum begini.” Kataku dengan “panik”, sambil melihat kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat, yah tentu saja pura-pura.

“Sayang, jangan khawatir. Tidak ada yang mengerti bahasa kita.” Kata Asuka.

“Ah, betul juga ya. Kita berbicara dalam Bahasa Indonesia.” Kataku.

Asuka mengangguk sambil tersenyum dengan manis. Aku betul-betul dibuat gemas olehnya.

“Aku sudah tidak sabar menanti malam tiba.” Kataku.

“Aku jugaa, sayaanggg...” Kata Asuka.

“Bagaimana kalau kita pulang sekarang saja, dan langsung bermain di ranjang?” Tanyaku.

Asuka sejenak tertegun dengan perkataanku. Ia mulai berpikir, sepertinya ia akan menyetujuinya.

“Aku sangat ingin, sayang. Tapi tanggung, kita sudah disini.” Kata Asuka.

“Oh, benar juga ya.” Kataku.

“Tidak apa-apa. Palingan hanya beda tiga jam lebih saja. Tidak terlalu lama itu.” Kata Asuka.

“Betul, sayangku.” Kataku.

Kami pun mengantri dengan sabar menunggu tiga jam sebelas menit. Setelah tiga jam lebih, akhirnya antrian neraka itu pun selesai. Kami segera bersiap-siap untuk naik ke dodonpa. Dodonpa ini adalah roller coaster panjang dengan empat segmen tempat duduk, dimana setiap segmen nya bisa memuat dua orang. Kelebihan dari dodonpa ini adalah kecepatannya yang sangat tinggi, yaitu 172 kilometer per jam. Kalau bermain takabisha tadi, kita merasa seolah kita sedang jatuh bebas disertai dengan angin kencang yang bertiup dari bawah. Akan tetapi, bermain dodonpa ini membuat kita merasa didorong dengan sangat cepat dari belakang, melawan hembusan angin kuat yang datang dari depan. Adrenalin yang terpompa pun sangat kuat. Aku dan Asuka berulang-ulang berteriak karena saking senangnya.

Setelah bermain dodonpa, aku dan Asuka segera menuju mobil untuk pulang. Ya, setelah dodonpa, ada permainan yang jauh lebih menggiurkan dibandingkan dengan takabisha dan dodonpa hehehe. Aku mengemudikan kendaraanku menyusuri jalan layang.

Akhirnya, kami sampai pada terowongan underpass yang menandakan bahwa kita sudah dekat dengan Tokyo. Aku terus menyusuri terowongan underpass itu, sampai akhirnya terdengar suara keras semacam ledakan, disertai dengan guncangan seperti gempa bumi kecil. Tiba-tiba saja, aku melihat bahwa atap terowongan underpass tempat kami sedang berjalan ini ambruk. Sial! Kalau aku membawa dua pedangku, aku bisa memotong batu yang ambruk ini dengan mudah. Lagipula aku sedang menyetir mobil, dan disampingku ada Asuka. Aku tidak bisa melakukan manuver sembarangan ataupun turun dari mobil, karena bisa membahayakan Asuka. Sekilas aku melihat Asuka juga kaget dengan apa yang terjadi. Asuka pun sepertinya tidak sempat berteriak, ataupun berbicara. Kondisi yang ia alami seolah-olah sama denganku, ingin melakukan sesuatu, tetapi tidak bisa.

Cih, satu-satunya cara yang kumiliki adalah menggunakan setir mobil untuk memanuver mobil dengan hati-hati dan menghindari atap terowongan yang rubuh. Aku menghindari runtuhan besar yang pertama dengan membanting setirku ke kanan, kemudian membalasnya kembali ke kiri untuk menyeimbangkan mobil dan berjalan lurus. Akan tetapi, runtuhan berikutnya yang jatuh didepanku terlalu besar dan tidak mungkin kuhindari. Saat aku melihat spion belakang pun, atap-atap terowongan dibelakangku mulai runtuh.

Sepertinya memang tidak ada jalan lain. Aku harus keluar dari mobil ini dan membawa Asuka, sambil menghindari batu-batu yang runtuh menimpa kami. Belum sempat aku membuka kunci pintu mobil untuk membuka pintu, tiba-tiba suatu cahaya berwarna hijau menyelimuti sekeliling kami, dan melindungi kami dari batu-batu yang jatuh. Cahaya hijau itu seperti substansi jelly yang memantulkan dan membelokkan batu-batu yang jatuh kearah kami. Bukankah ini, forcefield milik Ayumi? Ya, aku yakin sekali bahwa itu forcefield milik Ayumi. Selama enam bulan ini, dia pasti sudah memperkuatnya, sehingga bisa menahan hantaman yang keras seperti terowongan jatuh sekalipun.

Batu-batu atap terowongan itu terus jatuh, tetapi kami terus terlindungi oleh forcefield milik Ayumi itu. Hingga akhirnya, seluruh terowongan ini ambruk sudah, sedangkan batu-batu yang menimpa kami dibelokkan dengan sempurna oleh forcefield milik Ayumi, sehingga kami tidak terkubur diantara batu-batu. Mobilku tidak rusak sama sekali. Aku segera keluar dan membawa Asuka jauh-jauh dari terowongan ini. Setelah itu, aku sejenak berdoa kepada Tuhan, kusampaikan syukur yang begitu besar karena Dia telah menolong kami semua dari bahaya. Setelah selesai berdoa, aku melihat kondisi Asuka. Sepertinya ia baik-baik saja. Bahkan ia tidak merasa takut sedikitpun atas apa yang telah menimpa kami. Heran aku, mengapa ada wanita yang bisa sekuat ini ya? Padahal wanita normal biasanya pasti sudah trauma.

“Untunglah, kita selamat karena benda cahaya hijau itu. Pasti pertolongan dari Surga” Kataku.

“Iya. Memang itu kehendak Allah. Akan tetapi, aku melihat pelakunya.” Kata Asuka.

“Maksudmu, terowongan itu rubuh karena disengaja?” Tanyaku.

“Bukan. Pelaku yang melindungi kita. Saat terowongan itu rubuh dan mulai memperlihatkan udara luar, aku melihat seseorang. Seorang wanita, tidak terlalu tinggi, berambut sepundak, berbaju kemeja kuning dan celana panjang hitam. Ia melemparkan sesuatu kearah kita, sesuatu berbentuk bola. Tiba-tiba saja, bola itu mengeluarkan benda cahaya hijau yang menyelimuti dan melindungi kita.” Kata Asuka.

“Oh, begitu. Siapapun itu, kita patut berterima kasih. Untuk sekarang, mari kita pulang. Kita panggil taksi saja.” Kataku.

Asuka pun hanya mengangguk pelan, kemudian mengikutiku berjalan untuk mencari taksi. Kami meninggalkan mobil kami di tempat itu, karena walaupun tidak rusak, kami tidak bisa memindahkannya.

Dari deskripsi yang disampaikan oleh Asuka, tidak salah lagi, orang itu pasti Ayumi. Mengapa dia ada disini? Apakah ia terlibat dengan kehancuran terowongan itu? Aku segera memasukkan tanganku ke saku celanaku. Tanpa mengeluarkan telpon genggamku, aku mengetik pesan kepada Matsuyama.

“Matsuyama. Selidiki koordinat yang kuberikan ini. Ayumi tadi ada disekitar koordinat ini.” Begitulah pesanku kepada Matsuyama.
 
Scene 2

Matsuyama Edo



“Matsuyama. Selidiki koordinat yang kuberikan ini. Ayumi tadi ada disekitar koordinat ini.”

Begitulah pesan yang kudapatkan dari Takeru-san. Setelah itu, datang lagi pesan berupa detail koordinat, yang menunjukkan suatu tempat yang terletak antara Fuji-san dan Tokyo. Dan kini aku sudah berada di koordinat ini. Dihadapanku, terdapat suatu reruntuhan batu yang tadinya merupakan terowongan. Aku heran, alat peledak semacam apa yang bisa meledakkan jembatan ini. Di salah satu bagian di reruntuhan itu, terdapat suatu mobil yang tidak rusak sedikitpun, yaitu mobil Takeru-san. Aku berusaha mendekat ke lokasi, petugas evakuasi tiba-tiba mendatangiku.

Gomennasai. Kono basho ha tachiiri kinshi desu. (Maaf, pak. Tempat ini ditutup untuk umum.)” Kata petugas itu.

Kemudian, aku segera menunjukkan kartu tanda polisi-ku. Petugas evakuasi itu melihat tanda itu dengan cermat.

Ahh, gomennasai. Douzo. (Ahh, maaf. Silakan, pak.)” Kata petugas itu.

Setelah dipersilakan masuk, aku segera berjalan menuju mobil Takeru-san. Mobil ini betul-betul tidak penyok sama sekali. Tidak hanya itu, disekitar mobil ini tidak ada reruntuhan sama sekali, seolah-olah mobil itu dilindungi oleh suatu benda berbentuk kubah.

Kore ha Ayumi-chan no foosufirudo mashita ka? (Apakah ini forcefield milik Ayumi?)” Tanyaku dalam hati.

Aku segera memeriksa daerah disekitar mobil itu. Dalam sekejap, aku langsung menemukan benda yang kucari, yaitu bola besi yang merupakan sumber forcefield milik Ayumi-chan. Hmmm, bentuknya lain daripada yang biasanya. Sepertinya selama enam bulan ini, Ayumi-chan sudah menyempurnakannya ya. Aku segera menganalisa benda itu. Jika tidak ada reruntuhan sama sekali di sekitar mobil Takeru-san, berarti bola besi ini berhenti berfungsi setelah berhasil melindungi mobil Takeru-san sepenuhnya. Jika melihat posisi bola besi ini, tempat yang paling memungkinkan untuk melempar bola besi ini dengan aman dan akurat adalah... yak, spot itu. Arah jam sebelas dari tempatku berdiri ini, disitu ada dataran tinggi.

Aku segera menuju dataran tinggi itu. Ya, dataran tinggi tempat aku berdiri sekarang ini memang tempat yang paling cocok untuk melemparkan bola besi sumber forcefield. Baiklah, aku mengeluarkan benda yang kurancang selama enam bulan berlatih ini. Racun pemecah udara. Yang perlu kulakukan hanyalah membakar racun ini, kemudian asap dari racun itu akan memecah molekul-molekul yang ada di udara sekitarku. Aku bisa melihat semuanya... oksigen, nitrogen, uap air... aha! Natrium klorida, yang merupakan bahan utama keringat. Memang beberapa saat lalu ada manusia ya disini, dan kemungkinan besar itu Ayumi-chan.

Aku segera membuka peta. Dari tempat ini, kemungkinan lari hanyalah kebelakang, karena jika melompat ke jalan tempat runtuhnya jembatan, ia akan terlihat oleh Takeru-san dan Kirishima-san. Jika berjalan kebelakang dan menyusuri jalan setapak, maka akan sampai ke suatu pedesaan. Aku segera menyusuri jalan setapak itu, dan sampai ke suatu pedesaan. Terlihatlah seorang yang sedang beronda.

Sumimasen. Anata ha onna no ko ga soko kara auite miru koto ga okoru no desuka? (Permisi. Apakah anda melihat seorang wanita yang berjalan dari arah sana?)” Tanyaku.

Hai, machiganaiku. Kanojo ha soko kara aruite, soko ni chuusha shita koro no ban ni hairimasu. Soshite, kuroi ban ga nishi ni ririku shimasu. (Ya, iya. Dia berjalan dari sana, dan menaiki mobil van hitam yang tadinya diparkir disana. Kemudian, mobil van hitam itu berjalan kearah barat.)” Kata orang itu.

Aku kembali membuka peta. Dari tempat itu kearah Barat, kearah perkotaan Tokyo. Mobil van hitam ya... Aku ingat Ayumi pernah memberikanku suatu gadget yang terhubung dengan seluruh kamera rahasia di Jepang. Aku segera mencari mobil van hitam itu sesuai dengan arah mobil itu pergi.

Klak... Klik... klak... klik... Berkali-kali aku terus mengganti dari satu kamera ke kamera yang lain. Setelah beberapa menit, aku akhirnya menemukan suatu mobil van hitam yang sedang melaju kencang sekali. Hmmm, arah ini... Bandara Haneda. Ya, tidak salah lagi. Aku segera berlari menuju tempat kendaraanku diparkir, yang letaknya kebetulan cukup jauh dari tempatku berada sekarang.

Dengan berlari sekencang-kencangnya, aku sampai di kendaraanku dalam waktu delapan menit. Aku segera menyalakan mesinnya, dan menginjak gas sekencang-kencangnya menuju bandara Haneda. Dengan kecepatan mobilku ini, aku yakin bisa mendahului mobil van hitam tempat Ayumi berada.

Jika normalnya bandara Haneda bisa dicapai dalam waktu sejam, dengan kecepatan tinggiku aku sudah sampai di bandara Haneda dalam waktu 25 menit. Aku tidak punya waktu untuk mencari Ayumi ke seluruh bandara ini. Bisa saja dia kearah terminal domestik, atau internasional. Lebih baik aku menuju arah internasional terlebih dahulu, karena jika masih dalam area domestik, otoritasku masih mampu menjangkaunya.

Aku segera menghubungi Takeru-san untuk menerbitkan surat izin pemeriksaan terhadap data imigrasi perjalanan internasional di Bandara Haneda. Hanya dalam beberapa menit, aku sudah mendapatkannya. Wuih, ini sudah hampir jam dua belas malam, dan Takeru-san masih bangun. Apakah sedang indehoy bersama Kirishima-san hehehe. Ah, tidak ada waktu untuk memikirkan itu. Aku segera masuk ke bagian imigrasi terminal internasional dan menunjukkan surat perintah untuk memeriksa sistem imigrasi perjalanan internasional. Untungnya, mereka langsung bekerjasama dengan penuh denganku, dan langsung memberikanku akses terhadap sistem mereka.

Aku segera melihat data orang-orang yang melakukan pemeriksaan dalam imigrasi selama dua jam lalu. Dalam sekejap, aku menemukan nama yang ingin kutemukan... Ayumi Nakata, tujuan Inggris. Hmmm, untuk apa ya dia ke Inggris? Setahuku, dia tidak punya kerabat sama sekali yang ada di Inggris. Setelah itu, aku segera meminta izin untuk masuk ke bagian dalam bandara. Yah berhubung aku polisi, tentu saja aku mendapatkannya dengan mudah, walaupun ada prosedur ketat yang harus dilalui terlebih dahulu, dimana salah satunya merupakan izin langsung dari atasanku.

Akhirnya, aku telah sampai di bagian dalam Bandara Haneda. Aku langsung menuju boarding room dari British Airways, yang merupakan airlines yang akan dinaiki oleh Ayumi-chan dalam perjalanannya ke Inggris. Setelah berjalan melalui beberapa lorong panjang dan besar, aku telah sampai di boarding room British Airways. Akan tetapi, tidak ada orang satupun disini. Hmmm, sial. Artinya aku harus mencari seluruh bandara ini ya? Atau aku cukup menunggu saja disini?

Hi, sir. Excuse me... (Permisi, pak)” Tiba-tiba terdengar suara wanita dari belakangku.

Aku segera menoleh kebelakangku. Dihadapanku, berdiri seorang wanita bule berkulit putih, berambut pirang panjang. Ia sangat cantik. Biasanya, aku tidak tertarik pada wanita bule karena wajah dan kulit mereka terlalu pucat. Akan tetapi, wanita ini berhasil menepis seluruh pandangan burukku tentang kepucatan yang dimiliki oleh orang bule.

Do you speak English, sir? (Apakah kamu bisa berbicara Bahasa Inggris, tuan?)” Tanya bule itu.

I do speak English, my lady. How may I help you? (Aku bisa berbicara Bahasa Inggris, nona. Apakah ada yang bisa kubantu?)” Tanyaku.

Oohh, I’m so happy. Most of japanese do not want to speak English. Yet you speak English fluently. I was wondering if you can show me the way to the airport hotel? I was overslept, and my plane took off without me. (Oohh, aku sangat senang. Kebanyakan orang Jepang tidak mau berbicara Bahasa Inggrus. Tetapi, kamu berbicara Bahasa Inggris dengan sangat lancar. Apakah kamu bisa menunjukkanku jalan ke hotel bandara? Aku ketiduran tadi sehingga aku ketinggalan pesawat.)” Kata orang bule itu.

Ah, this way, please. (Ah, silakan lewat sini.)” Kataku.

Aku berpikir, sambil mengantarkan orang bule ini ke hotel di bandara, mungkin aku juga bisa melihat sekeliling dan menemukan Ayumi-chan. Sepanjang berjalan, kami mengobrol satu sama lain, dengan aku tetap mengawasi daerah sekitarku. Orang bule ini memperkenalkan dirinya bernama Gabrielle. Ia hendak pergi ke Belanda.

So, where are you going, Matsuyama? (Jadi, kamu mau pergi kemana, Matsuyama?)” Tanya Gabrielle.

Waduh, gawat. Itu adalah pertanyaan yang tidak pernah kupikirkan jawabannya, karena alasanku berada disini sebetulnya bukan untuk bepergian, tapi untuk mencari Ayumi-chan.

I’m going to England. (Aku mau pergi ke Inggris.)” Kataku.

Oh, I see. And when will your plane takeoff? (Oh, begitu. Dan kapan pesawatmu terbang?)” Tanya Gabrielle.

Hmmm, eight’o clock in the morning. (Hmmm, jam delapan pagi besok.)” Kataku.

Eight’o clock in the morning?? How did you manage to check in? The check in counter is opened at least three hours before departure. (Jam delapan pagi besok?? Bagaimana kamu bisa check in? Konter check-in kan buka setidaknya tiga jam sebelum keberangkatan.)” Kata Gabrielle.

SHITTT!!! Gawat! Apa yang harus kukatakan ya?

Ah, actually, I happened to miss my airplane as well. So here I am, waiting for the next eight hours for another flight. (Ah, sebetulnya, aku juga ketinggalan pesawat. Karena itu, disinilah aku menunggu delapan jam untuk penerbangan selanjutnya.)” Kataku dengan terbata-bata.

Ooohhhh... I see. (Oooohhhh... begitu.)” Kata Gabrielle sambil menunjukkan senyumannya yang khas.

Uh sial, sebetulnya Gabrielle ini daritadi cukup membangkitkan birahiku. Ia menggunakan jaket coat berwarna biru yang panjangnya sampai sebetis. Di balik coat itu, ia mengenakan tanktop putih yang cukup terbuka. Aku bisa melihat belahan dan penampakan buah dadanya bagian atas. Kalau melihat buah dadanya bagian atas, sepertinya tampak penuh buah dadanya itu cukup bulat. Karena ia memakai pakaian yang ketat, aku bisa melihat jeplakan perut dan pahanya. Sepertinya sangat proporsional, layaknya seperti tubuh Asuka-san. Ukkhh, tahan Matsuyama. Tujuanmu kemari adalah mencari Ayumi-chan.

Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya aku sampai di hotel bandara.

This is your hotel. Have a nice good night, Gabrielle. (Ini hotelmu. Semoga malammu menyenangkan, Gabrielle.)” Kataku.

Oh, okay. Thank you. (Oh, oke. Terima kasih.)” Kata Gabrielle sambil menunduk.

Aku lihat wajahnya bermuka sedih.

What’s up? (Ada apa?)” Tanyaku.

Well, it is... ah no... forget it... (Sebetulnya... ah tidak... lupakan saja...)” Kata Gabrielle.

It’s okay. Just tell me. (Tidak apa-apa. Ceritakan saja.)” Kataku.

Okay. I’ll tell you. But before that, please go inside with me. This is too personal. I don’t want some random strangers eavesdropping us. (Baiklah, akan kuceritakan. Tapi sebelumnya, ikutlah masuk bersamaku. Karena ini terlalu personal, aku tidak ingin ada yang menguping pembicaraan kita.)” Kata Gabrielle.

Oh, mengapa tidak? Untuk gadis secantik dirimu, akan kulakukan apapun hehehe. Aku pun mengikuti Gabrielle dari belakang. Ia segera check-in ke hotel bandara, dan dalam sekejap kami mendapatkan kunci kamar. Aku ikut masuk ke kamarnya. Kemudian, ia membuka coat miliknya, sehingga kini ia hanya mengenakan baju tanktop putih dan celana tiga perempat berwarna coklat. Uoohh,, betul-betul tubuh yang sangat proporsional. Entah apa yang akan kulihat jika seluruh pakaian itu dibuka. Dalam sekejap saja, batang penisku langsung menegang.

I’m getting married. (Aku akan menikah.)” Kata Gabrielle sambil menuangkan minuman ke dalam dua gelas yang ada di meja kamar ini.

Let me guess. Force marriage? (Coba kutebak. Pernikahan yang dipaksakan?)” Tanyaku.

How do you know? (Bagaimana kamu bisa tahu?)” Tanya Gabrielle dengan heran.

Well, anyone can guess that. (Yah, siapa saja juga bisa menebaknya.)” Kataku.

Singkatnya, kami terus mengobrol sambil minum. Sesekali Gabrielle atau aku juga mengambil makanan dari minibar. Rupanya dia adalah keluarga bangsawan di Perancis. Sebetulnya dia sudah jatuh cinta kepada teman semasa kecilnya, yang merupakan keturunan keluarga biasa saja. Sampai sekarang ini, dia masih terus memikirkan teman kecilnya itu. Akan tetapi, orang tuanya memaksanya untuk menikah dengan keluarga bangsawan lainnya. Seperti cerita film drama yang mainstream saja. Cukup lama kami mengobrol satu sama lain, bercerita tentang kehidupan masing-masing.

Well, I guess both of us need rest for our flight at eight. Let us rest. You can sleep here. (Yah, kurasa kita berdua membutuhkan istirahat untuk penerbangan kita besok jam delapan. Mari kita beristirahat. Kamu boleh tidur disini.)” Kata Gabrielle.

Hmm, jam sudah menunjukkan pukul satu subuh. Aku ingat bahwa pesawat Ayumi-chan berangkat jam dua lebih lima belas di waktu subuh. Sepertinya, sudah saatnya aku pergi ke ruang boarding gate tempat Ayumi-chan naik pesawat.

I think it’s okay. I shall take my leave. (Tidak apa-apa. Aku akan pergi sekarang.)” Kataku.

Kemudian, Gabrielle berdiri dari ranjangnya, kemudian menghampiriku. Ia mendekatkan wajahnya dengan sangat dekat denganku.

Don’t say that. (Jangan bilang begitu.)” Katanya sambil kemudian memajukan wajahnya sehingga bibirnya yang lembut menempel ke bibirku.

Lama-kelamaan, bibirnya pun mulai mengulum bibirku dengan lembut. Sesekali, lidahnya yang lembut dan kenyal juga menelusup masuk ke dalam mulutku. Bersamaan dengan itu, suatu hembusan napas yang hangat ikut memasuki mulutku. Rangsangan-rangsangan itu membuat batang penisku menegak lebih kencang lagi. Setrum-setrum birahi juga langsung menguasai tubuhku. Aku pun refleks ikut membalas menjulurkan lidahku guna menyambut lidahnya itu. Lama-kelamaan, ciuman kami menjadi semakin liar. Akan tetapi, tiba-tiba kesadaranku langsung muncul. Aku segera melepaskan ciumanku di bibirnya.

What’s the catch? (Apa-apaan ini?)” Tanyaku.

Consider this as a gift for your company tonight. (Anggap saja sebagai hadiah karena sudah menemaniku malam ini.)” Kata Gabrielle.

Mendengar kata-kata itu, pertahananku semakin jebol saja. Gabrielle kembali melumat bibirku dengan lembut. Ukh, teknik dan kelembutannya melebihi Kagura-chan. Aku pun refleks mulai mencium sekujur wajahnya.

You’re so beautiful tonight. (Kamu cantik sekali malam ini.)” Kataku sambil menghembuskan napas ke telinganya.

Seranganku terbukti efektif. Gabrielle mulai mengeluarkan desahan dan lenguhan kecil akibat hembusan napasku ke telinganya. Bibirku pun mulai menuruni lehernya. Gabrielle mulai mendesis-desis mendapatkan seranganku. Tangannya mulai aktif membuka seluruh kancing kemejaku. Dalam sekejap saja, ia sudah berhasil membuka kemejaku. Aku pun hendak melakukan hal yang sama, yaitu melepas baju tanktop putihnya. Akan tetapi, tanganku langsung ditepis olehnya. Sial.

Gabrielle mendorongku yang sudah bertelanjang dada ke kasur. Ia pun segera menghampiriku dan mulai menjilati seluruh leher hingga dadaku. Karena ia membungkukkan badannya, aku bisa melihat bagian dalam baju tanktopnya yang memperlihatkan sepasang gunung kembar yang indah. Aku jadi makin terangsang saja. Jilatan-jilatan lidahnya yang hangat dan lembut membuatku merasakan geli yang nikmat.

Aku hendak membalik tubuhnya untuk kemudian membuka pakaiannya. Akan tetapi, ia berhasil menahan tangan dan tenagaku dengan tenaganya. Wow, untuk seorang wanita, dia ini cukup kuat. Lidahnya sekarang sudah bermain-main sampai ke perutku, sementara tangannya masih memeluk pundakku. Aku mulai memejamkan mataku mendapat rangsangan yang luar biasa ini. Kemudian, aku merasakan ada sesuatu yang masuk kedalam celanaku. Rupanya, kini tangan Gabrielle sudah masuk ke dalam celanaku dan berhasil meraih batang penisku yang sudah menegang. Dengan telatennya, ia mengocok batang penisku. Hebat sekali, padahal ruang gerak tangannya dibatasi oleh celanaku, tapi ia masih bisa memberikan kocokan yang telaten begini. Mataku betul-betul dibuat merem melek karenanya.

Aku pun mulai inisiatif membuka celanaku agar ruang gerak tangannya lebih leluasa lagi.

Very nice, your dick is. (Batang penismu sungguh bagus.)” Kata Gabrielle sambil tersenyum dan mengelus-elus batang penisku.

Dielus-elus seperti itu membuat batang penisku semakin menegang saja. Kemudian, ia mulai mengulum batang penisku sepenuhnya kedalam mulutnya. Kini, batang penisku sudah dilahap oleh mulutnya sepenuhnya. Ia mulai mengocok-ngocok batang penis milikku dengan menggunakan lidahnya dan menggoyang-goyangkan mulutnya. Tangannya pun juga ikut mengocok-ngocok kantung buah zakarku. Ooohh, betul-betul nikmat tiada tara yang kurasakan ini. Aku merasakan langit disekitarku berubah menjadi bintang-bintang, sementara tubuhku dialiri dengan kegelian birahi yang terus mengalir dari batang penisku. Aku merasa bahwa pertahananku bisa jebol kapan saja. Teknik mengocok dan mengulum batang penis milik Gabrielle memang melebihi Kagura-chan, itu harus kuakui.

Lama-kelamaan, ia mengulum batang penisku semakin kencang saja. Kemudian, ia melepaskan kulumannya dan juga kocokan tangannya. Ah, sial, tanggung sekali. Tapi, apa yang lebih indah lagi terjadi berikutnya. Ia kemudian membuka seluruh pakaiannya. Mulai dari tanktop putihnya, hingga memperlihatkan perut dan pusarnya yang indah, kemudian BH-nya, sehingga memperlihatkan dua gunung kembar yang berdiri dengan kokoh. Kedua gunung kembar miliknya bulat sempurna dan lebih besar dari milik Kagura-chan. Selain itu, dua gunung kembar itu tidak turun sama sekali, berdiri tegak lurus sempurna dengan kulitnya. Puting susu miliknya yang berwarna merah muda pun tertempel dengan indah di tengah-tengah buah dadanya. Kemudian, ia juga membuka celana dan celana dalamnya, dan memperlihatkan paha yang begitu indah, dan juga bongkahan lubang kemaluan yang ditumbuhi dengan rambut-rambut halus dan tipis.

Aku sempat menelan ludah memandangi seluruh tubuhnya yang indah, seksi, dan putih bersih itu. Kukira, tubuh Kagura-chan adalah salah satu tubuh yang paling indah di dunia ini. Akan tetapi, ternyata ada yang melebihi keindahan tubuhnya, dan orang yang memiliki keindahan tubuh itu ada dihadapanku. Kemudian, Gabrielle berbaring disebelahku. Ia pun membuka kedua pahanya kira-kira lima puluh lima derajat.

Now, give me your best. (Sekarang, berikan aku yang terbaik.)” Kata Gabrielle.

Aku langsung menggulingkan tubuhnya keatas tubuhnya, sehingga kini tubuhku menindih tubuhnya. Oh, akhirnya seluruh tubuhku merasakan sentuhan kulitnya yang mulus ini. Hangat, solid, dan kuat, layaknya seperti milik Kagura-chan. Kemudian, aku segera memposisikan batang penisku yang sudah sangat tegang ini ke lubang vaginanya. Pikiran dan tubuhku betul-betul sudah dikuasai oleh nafsu birahi yang deras. Tanpa pikir panjang, aku langsung mendorong pantatku sekencang-kencangnya, sehingga batang penis milikku itu langsung menerobos lubang kemaluannya. Oohh, begitu hangat dan terasa sekali ketika kulit batang penisku bergesekan dengan rongga dalam lubang vaginanya.

“Ooohhhh...” Desah Gabrielle.

Desahannya itu membuatku semakin gila saja. Aku mulai menggenjot batang penisku dengan kencang. Aku melihat tubuh Gabrielle tersentak-sentak akibat genjotan batang penisku yang begitu kencang.

Ooohhh gooddd!!! Continuee onnn... Fuckk mee to the fulleesssstttt....” Erang Gabrielle.

Keringat pun mulai mengalir dari tubuh kami masing-masing, membuat tubuh Gabrielle mengkilat akibat keringat yang mengalir dari tubuhnya. Hanya dalam beberapa menit saja, aku merasa bahwa pertahananku akan jebol. Genjotan batang penisku semakin kencang saja. Rasanya aku tidak kuat lagi jika harus menunggunya mendapatkan orgasmenya. Bahkan saking nikmatnya, aku tidak bisa berbicara bahwa aku akan klimaks. Akibatnya... CROT... CROOTTT... CROOOOTTT... Batang penisku menyemprotkan sperma yang begitu deras dalam lubang vagina Gabrielle. Aku mendorong pantatku sedalam-dalamnya, sementara Gabrielle menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga puncak kenikmatan yang kudapatkan semakin gila saja. Setelah beberapa kali semprotan, akhirnya tubuhku melemas dengan sendirinya.

A good sperm you have. I can feel it inside me. (Spermamu bagus sekali. Aku bisa merasakannya dalam diriku.)” Kata Gabrielle.

I want it more. Give me more. (Aku masih ingin. Berikan lagi sperma milikmu.)” Kata Gabrielle.

Sorry. I lose. You’re just too gorgeous. (Maaf. Aku kalah. Kamu terlalu hebat.)” Kataku.

You lose now. But, I’ll make you a winner, and I’ll make you give that good-quality sperm of yours more to me. (Kamu kalah sekarang. Tapi, aku akan membuatmu menang, dan akan kubuat kamu memberikan sperma bagus itu lagi kepadaku.)” Kata Gabrielle.

Kemudian, ia mendorong tubuhku kebawah, sehingga batang penis milikku langsung keluar dari lubang vaginanya. Ia membalikkan tubuhku sehingga kini aku telentang. Ia pun mulai menaiki tubuhku, dan melahap batang penisku dengan vaginanya. Gila, walaupun aku baru saja merasakan puncak kenikmatanku, aku bisa merasakan betapa nikmatnya ketika lubang vaginanya melahap batang penisku sepenuhnya. Dengan posisi duduk, ia terus memutar-mutar pantatnya. Aku hendak memegang tangannya untuk membantunya menyeimbangkan tubuhnya diatas tubuhku. Akan tetapi, ia menepis tanganku. Luar biasa, kini ia berputar-putar diatas tubuhku tanpa menumpukan tangannya dengan apapun. Betul-betul keseimbangan tubuh yang luar biasa.

Selain memutar pantatnya, ia juga memutar pundaknya sehingga kedua buah dadanya ikut berputar-putar. Oohh, aku merasakan batang penisku betul-betul dikocok-kocok dengan hebat oleh lubang vaginanya, sementara pikiranku semakin kabur saja melihat buah dada miliknya yang berputar-putar. Seluruh tubuhnya sudah mengkilat akibat keringat yang membasahi tubuhnya.

Mendapat kenikmatan seperti ini, tiba-tiba nafsuku langsung bangkit kembali. Aku pun mulai membangunkan tubuhku sehingga kini wajahku berada dihadapan dadanya. Aku mulai mengulum buah dada kanannya, sementara tangan kiriku meremas-remas buah dada kirinya. Sepanjang permainan ini, aku baru kali ini merasakan buah dadanya. Begitu nikmat, menggoda, dan pas ditanganku. Gila, sebelumnya aku tidak pernah merasakan permainan seperti ini. Biasanya, setelah pertahananku jebol, aku tidak punya tenaga untuk melanjutkan ronde selanjutnya. Akan tetapi, Gabrielle berhasil membuatku kembali bernafsu ketika pertahananku sudah jebol. Kemampuan seks-nya sungguh diatas Kagura-chan.

Keep goiingg... Matsuyamaa... Have a taste of my booobbss!!!” Erang Gabrielle.

Erangan-erangan Gabrielle daritadi membuat nafsuku melonjak terus. Putaran pantatnya semakin kencang saja, sehingga penisku serasa dipelintir dan digenggam erat-erat. Cleep.. cleepp.. cleep... Begitulah bunyi pantat Gabrielle yang bertabrakan dengan pangkal penisku. Hanya dalam lima menitan saja, aku merasa bahwa pertahananku akan kembali jebol. Gerakan pantat Gabrielle sudah berubah dari memutar menjadi naik turun secara kencang. Kedua tangannya memeluk tubuhku dan membenamkan wajahku ke sela-sela kedua buah dadanya.

Matsuyamaaa... I’m going to cuummm!!!” Erang Gabrielle.

Me too as welll... Let us do it togetheerr, Gabrielleee...” Erangku.

Kemudian, aku merasakan denyutan yang luar biasa pada lubang vaginanya. Hal itu membuat penisku serasa makin dipelintir dengan kencang. Cairan kenikmatannya pun menyembur dengan keras ke kepala penisku.

Oooohhhhhh.... I’m cumming, honeeeyyy... Ooohhh Gooodddd!” Erang Gabrielle.

Tidak lama kemudian, akibat orgasmenya yang begitu hebat, pertahananku pun kembali jebol. Croott.. croott.. croottt.. Penisku kembali menyemprotkan sperma yang begitu banyak ke dalam lubang vaginanya. Kami berdua sama-sama terhanyut dalam kenikmatan klimaks kami. Kami bisa saling melihat ekspresi dari masing-masing yang sedang menikmati kenikmatan kami.

Untuk beberapa saat lamanya, Gabrielle masih terduduk diatasku. Lalu, ia mencabut penisku, dan berguling kesampingku.

You’re really good, Gabrielle. (Kamu hebat sekali, Gabrielle.)” Kataku.

Well, I’ve promised that I’ll make you a winner and give me that good-quality sperm of yours, haven’t I? (Yah, aku kan sudah berjanji bahwa aku akan membuatmu sebagai pemenang dan memberikan spermamu yang bagus itu kan?)” Kata Gabrielle.

Tidak lama setelah itu, kami berdua tertidur. Ya, tidur yang sangat nyenyak.

KRIINGG... KRRIINGGG... Suara alarm berbunyi jam 6.30. Aku dan Gabrielle sama-sama bersiap-siap karena ia harus berangkat naik pesawat jam delapan. Setelah keluar hotel, kami segera berpisah.

Until we meet again, Matsuyama. When we do, I’ll make sure you give it again to me. (Sampai ketemu lagi, Matsuyama. Ketika kita bertemu lagi, akan kupastikan bahwa kamu akan memberikan spermamu yang nikmat itu lagi.)” Kata Gabrielle sambil melambaikan tangannya.

Wajahnya terlihat sangat cantik. Walaupun ia sangat buas di ranjang, akan tetapi wajahnya tidak menunjukkan kejalangan sedikitpun. Betul-betul beruntung sekali aku. Saat sudah berpisah dengannya adalah kemalangan yang kudapatkan setelah keberuntungan yang begitu besar. Kalian pasti bisa menebak apa kemalanganku, yaitu aku baru saja kehilangan kesempatan untuk mengejar Ayumi-chan! Gawat!!

BERSAMBUNG KE EPISODE-6
 
Terakhir diubah:
gagal PERTAMAX gw... :hua:

Dasar Matsuyama mesum :getok: Ada Empal ech... Lupa dah sama tugasnya...
Gak keKejar deh Ayuminya.


Pengalih perhatian kan itu ya???


Makin penasaran aja sama Ayumi :panlok3:
 
Terakhir diubah:
Td buka masih belom ada, tnyata udh ktingalan update dan pertamax,. :aduh:


:baca: dulu deh,.
 
Asik udh reserved

Btar lg update :pandajahat:

Udh susah kejepit lg nih gw :pandaketawa:

wetsss, ngincer kejepit
bahaya
gagal PERTAMAX gw... :hua:

Dasar Matsuyama mesum :getok: Ada Empal ech... Lupa dah sama tugasnya...
Gak keKejar deh Ayuminya.


Pengalih perhatian kan itu ya???


Makin penasaran aja sama Ayumi :panlok3:

hmmm, memang kelihatannya sih pengalih perhatian.
tapi kira-kira maksud dari si bule itu apa yah? apakah dia temen ato lawan?

:haha:
Ane pertamax duluan ye..
:pandaketawa:

Resevedny udh jdi cerita
:baca: dulu suhu moga dapat typo :pandajahat:

silakan gan

Dasar matsuyama....kena tipu dah dia :bata:

hmmm, pria normal sih pasti kena tipu hahaha
 
hmmm, memang kelihatannya sih pengalih perhatian.
tapi kira-kira maksud dari si bule itu apa yah? apakah dia temen ato lawan?

Kalo versi lawan ni ya yg pasti ngelindungi Ayumi dri kejaran matsuyama.

Kalo versi temen ngalangin supaya tu matsuyama kaga ketemu Fov

Ya kan hu... :bingung:
 
Memang ya, lelaki sekuat apapun pasti akan kalah dengam perempuan yg cantik apalgi ni perempuan mainnya diranjang warrr biasaah
 
EPISODE 6 : Chousa

Scene 1

Asuka Kirishima



Disinilah aku, di rumah. Aku sedang menyiapkan sarapan pagi untuk Takeru. Hari ini adalah hari senin. Ya, long weekend yang panjang itu berlalu begitu saja. Sejak kejadian runtuhnya terowongan yang kami lewati itu, sisa long weekend kami tidak begitu baik. Takeru sepertinya langsung jadi sibuk mendadak. Aku tidak heran sih, karena jabatannya sebagai manager dari BTMU. Dengan adanya kejadian itu, dia pasti semakin waswas.

Akan tetapi, yang lebih membuatku heran adalah saat kejadian runtuhnya jembatan itu. Orang yang kulihat melempar sesuatu kearah mobil yang dinaiki oleh kami berdua, aku tahu persis wajah itu. Sekai no gijutsusha no Nakata Ayumi, salah satu orang kepercayaan dari Hikari. Aku mengerti, sudah tugasnya sebagai salah satu aparat kepolisian negara ini untuk melindungi kami berdua yang merupakan rakyat sipil. Akan tetapi, menurut berita yang kudengar, dia itu adalah maniak teknologi yang terlalu sering duduk di kandang untuk mengembangkan teknologi baru, layaknya seperti Sayama. Salah satu kesempatan dimana ia muncul adalah enam bulan lalu saat Jirou disandera di hotel kecil itu. Saat itu, Houzuki menghadapinya. Mengapa kali ini dia berada disitu? Kurasa, itu tempat yang tidak seharusnya ia berada. Apakah ia kebetulan sedang berada disitu, melihat terowongan yang runtuh, dan ia langsung menolong kami. Akan tetapi jika demikian, mengapa ia langsung melarikan diri? Ada yang aneh.

Asuka! ” Terdengar suara Takeru.

Aku tersentak kaget.

Do... dou shita no, Takeru? (A... ada apa, Takeru?)” Tanyaku.

Daijoubu desuka? Anata ga kuusou shimashita. (Apa kamu baik-baik saja? Daritadi kamu melamun saja.)” Tanya Takeru.

Ha... Hai. Watashi ha daijoubu desu. (I... Iya. Aku baik-baik saja.)” Kataku sambil menyuguhkan sarapan yang sudah kusediakan.

Kemudian, kami menjalankan kebiasaan kami masing-masing. Duduk di meja, mulai berdoa menurut kepercayaan kami masing-masing. Kemudian, mulai menyantap sarapan pagi yang ada dihadapan kami.

“Sayang. Apa menurutmu, seseorang berusaha membunuh kita?” Tanya Takeru di tengah menyantap sarapan pagi.

“Heee? Apa maksudmu?!” Tanyaku dengan kaget.

Yah memang sih, kejadian kemarin itu bukanlah kejadian yang normal. Jika tingkat kesadaranmu terhadap bahaya cukup tinggi, pastilah kamu menyadari bahwa seseorang memang merencanakan ini semua. Tapi mengapa Takeru bisa berkata demikian? Apakah sifatnya yang panikan membuat tingkat kesadarannya terhadap bahaya itu tinggi? Kurasa begitu hahaha.

“Takeru, kamu kebanyakan nonton film.” Kataku sambil tersenyum untuk menenangkan dia.

Takeru pun sepertinya sedikit lega, aku bisa melihat aliran tenaga ki nya yang kembali normal.

“Ah, Asuka. Matamu itu, bisa melihat makhluk halus bukan?” Tanya Takeru.

“Hmmm, sepertinya begitu. Ada apa?” Tanyaku.

Ya, memang mataku bisa melihat makhluk halus. Ya seperti yang kujelaskan sebelumnya, wujud asli dari makhluk halus itu sebetulnya adalah energi ki yang melayang-layang di udara. Energi ki sendiri sifatnya sangat murni, bisa diolah menjadi apapun. Biasanya, yang memberi wujud pada makhluk halus adalah bekas energi ki dari makhluk hidup yang mati. Ketika makhluk hidup mati, energi akan meninggalkan tubuh mereka, dan melayang-layang di udara. Ingat hukum kekekalan energi dalam fisika, “Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan”. Energi yang melayang dari tubuh mereka itu biasanya memiliki karakteristik yang sangat kuat dari pemilik yang sebelumnya. Karena itu, biasanya energi ki dari seseorang yang meninggal dengan penuh penyesalan, akan memberikan kekeruhan pada energi ki tersebut sehingga terlihat menyeramkan seperti hantu, iblis, dan setan. Jadi sebetulnya, yang dikatakan sebagai mata batin adalah karena mata itu bisa melihat energi dalam bentuk yang sangat jelas. Adapun bagi yang bisa merasakan keberadaan makhluk halus, itu dikarenakan indera peraba, atau kulit, mereka sangat sensitif. Saking sensitifnya, mereka bisa merasakan adanya aliran energi ki di udara, yang dipancarkan oleh makhluk halus, yang merupakan kumpulan dari energi ki, tersebut.

“Hari Jumat kemarin, saat kita hampir saja mendapat musibah, kamu bilang bahwa ada seorang wanita yang melindungi kita. Apakah wanita itu... nyata?” Tanya Takeru.

Ya, dia itu nyata, bukan ilusi. Karakteristik aura ki miliknya pun sama persis, dengan si sekai no gijutsusha itu.

“Sepertinya nyata. Dia tersusun atas benda padat yang dialiri oleh kehidupan. Jika itu makhluk halus, hanya aliran energi saja yang terlihat, tidak ada benda padat yang menyokong energi itu.” Kataku.

“Hmmm. Semakin membuatku bingung.” Kata Takeru.

“Apa yang membuatmu bingung?” Tanyaku.

“Jika memang dia itu betul melindungi kita, mengapa dia tidak menolong kita setelah terowongan itu runtuh sepenuhnya. Kemungkinan ada dua analisa yang bisa kuambil. Pertama, dia melindungi kita secara rahasia karena dia tidak mau terlihat orang lain. Kedua, karena dia sebetulnya ingin mencelakakan kita, bukan melindungi.” Kata Takeru.

Ukh, analisa? Dari bahasanya yang seperti detektif itu, kok Takeru hampir menyerupai polisi ya?! Apa dia kebanyakan nonton film selama dia di Honshu??!

“Takeru, waktu enam bulan di Honshu kemarin, tidak ada televisi kan?” Tanyaku.

“Tentu saja tidak. Kenapa, Asuka?” Tanya Takeru.

“Mengapa tiba-tiba cara berpikirmu seperti seorang polisi?” Tanyaku dengan sewot.

“Aaa... aahhh tidak... Entahlah aku juga tidak mengerti kenapa aku jadi begini. Rasanya aku harus mengurangi nonton berita ya, hahaha.” Kata Takeru sambil tertawa.

Jelas saja dia langsung panik mendengar bahwa aku menyebutnya seperti polisi. Aku dan keluargaku sangat membenci polisi. Mereka bertindak seolah-olah mereka paling benar karena mereka memiliki kuasa hukum. Harusnya mereka menangkap para ahli ekonomi dan pemerintah, karena merekalah yang sebetulnya menciptakan para penjahat dengan tidak berpikir cukup keras untuk menyelamatkan dunia ini dari kemiskinan! Jadi analoginya, jika ada kebocoran pipa gas beracun di suatu pabrik, yang mereka selamatkan adalah air laut yang telah terkontaminasi oleh gas beracun, bukan mengatasi kebocoran pipanya. Mereka bertindak seperti penyelamat, padahal mereka itu sangat bodoh! Betul-betul membuat darahku naik ke kepala. Tentu saja, karena hal itu aku juga sangat membenci Hikari.

Beberapa saat kemudian, aku dan Takeru telah selesai menyantap sarapan pagi. Kemudian, Takeru segera membereskan persiapannya, kemudian berangkat kerja menggunakan mobilnya. Setelah Takeru pergi, aku kembali ke dalam rumah, dan langsung merebahkan diriku di sofa. Aku menghela napas yang sangat panjang. Aku betul-betul masih bingung dengan apa yang terjadi.

“Jirou... Houzuki... Kemari!” Kataku dengan pelan.

Aku tahu mereka sudah berada di rumah ini. Akan tetapi, mereka tidak juga menjawab panggilanku. Aku segera menarik napas panjang.

“JIRROOUUUU!!!!! HOUZZUKKIIIIIII!!!! KEMARI CEPAAATTT!!!!” Teriakku dengan membahana.

Tidak sampai lima detik, mereka sudah ada dihadapanku.

BAKAJANAINOOO!!!! Watashi ha ichido to yoba re, anata ha kotaemasendeshita!!! Antatachi ha ee shi no ganbou wo motte imasukaaa??!! (KALIAN BODOH YAA!!!! Aku sudah memanggil sekali, tapi kalian tidak menjawab!!! Kalian mau mati yaaaa??)” Teriakku.

Jirou dan Houzuki tampak bingung. Mereka saling lihat-lihatan satu sama lain.

“TIDAK USAH CELINGAK-CELINGUK!!!! BERSIHKAN RUMAAAHH!!!!” Teriakku lebih menggelegar.

Mereka masih tampak kebingungan.

“Maaf, kami tidak mengerti apa yang dimaksud dengan... celingak-celinguk...” Kata Houzuki.

Aissshhhhhh, disaat seperti ini, respon yang kudengar seperti ini memang membuatku ingin menghabisinya. Tapi tidak usah cari perkara deh, aku lagi sedang ingin bersantai dan secepatnya ingin bertemu Sasuke di markas.

“Tidak usah dipikirkan. Aku minta tolong dengan sangat kepada kalian, tolong gantikan aku bersihkan rumah ini. Hanya untuk hari ini saja.” Kataku.

Houzuki dan Jirou langsung membungkukkan badan mereka, kemudian mereka melaksanakan tugasnya masing-masing. Sial, sejak Takeru berbicara seperti polisi begitu, mood-ku langsung hancur berantakan. Sudahlah, mungkin kebetulan Takeru tidak sengaja. Lagipula, aku tidak mau jika kita harus bertengkar hanya karena masalah ini saja.

“Jirou... Houzuki...” Kataku.

Mereka tidak menjawab pertanyaanku, hanya memalingkan wajah mereka kearahku.

“Maaf, tadi aku sudah berteriak-teriak kasar. Aku minta maaf.” Kataku.

Mereka kembali memasang wajah bingung, kemudian mereka kembali saling lihat-lihatan satu sama lain. Setelah itu, mereka menganggukkan kepala mereka sekali, dan kembali bekerja. Setelah beberapa puluh menit lamanya, akhirnya mereka selesai mengerjakan tugas rumah yang kuberikan. Kemudian, kami sama-sama berangkat ke markas besar Yami.

Kami sampai di markas besar sebelum siang. Aku segera mengumpulkan Houzuki dan Jirou di ruangan besar tempat kami berkumpul secara pribadi.

“Sasuke.” Kataku.

“Asuka-san.” Kata Sasuke sambil tiba-tiba muncul di ruangan ini.

“Aku ingin kamu menyelidiki sesuatu.” Kataku.

“... Mungkinkah mengenai... sekai no gijutsusha?” Tanya Sasuke.

“Ah, sepertinya akan jadi lebih cepat. Baiklah, ada informasi apa yang sudah kamu dapatkan, Sasuke?” Tanyaku.

“Yang aku tahu, ia pergi ke bandara untuk sepertinya terbang menggunakan pesawat. Tujuannya adalah Inggris.” Kata Sasuke.

“Pesawat apa yang dia naiki?” Tanyaku.

British Airways. Tapi, aku tidak bisa mengikutinya kedalam karena harus melewati imigrasi. Tapi, aku juga melihat dokudan di bandara. Dengan menggunakan otoritasnya, ia berhasil masuk ke dalam imigrasi. Setelah masuk ke imigrasi, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka. Tetapi, setelah itu dokudan keluar bandara. Dilihat dari ekspresinya, sepertinya ia tidak berhasil mengejar sekai no gijutsusha.” Kata Sasuke.

“Apa si sekai no gijutsusha itu pergi sendiri?” Tanyaku.

“... Sayangnya tidak.” Kata Sasuke.

“Dengan siapa ia pergi?” Tanyaku.

“Bellinda Varnadoe...” Kata Sasuke.

Jirou dan Houzuki langsung tersentak karena mereka kaget apa yang mereka dengar. Jangankan mereka, aku pun sebetulnya juga kaget. Mana mungkin aku lupa dengan nama itu. Putri kedua dari pasangan Frederick Varnadoe dan Geneva Varnadoe, yang merupakan pimpinan tertinggi dari Family of Varnadoe. Bellinda itu terkenal sangat bengis dan sadis dalam membunuh musuhnya. Akan tetapi, mengapa sekai no gijutsusha itu harus pergi bersamanya? Cih, misteri yang sangat aneh.

“Ada yang lain lagi, Sasuke?” Tanyaku.

“Sejauh ini, baru itu yang kudapat, Asuka-san.” Kata Sasuke.

“Oke, bubar. Aku harus pergi ke suatu tempat.” Kataku.

Aku segera keluar dari ruangan, dan keluar dari gedung ini segera.

“Sasuke, jangan ikuti aku.” Kataku.

Setelah kukatakan demikian, aku tidak lagi merasakan keberadaan Sasuke. Aku pergi ke daerah yang terbengkalai oleh pembangunan. Sesampainya disitu, aku memasuki salah satu gedung, menaikinya sampai atap, dan duduk di tanah atap gedung itu.

Setelah sepuluh menit aku menunggu, aku merasakan ada dua orang di belakangku.

Karera ha Yami wo taagetto shite imasu. (Mereka mengincar Yami.)” Suara seorang laki-laki dibelakangku.

Aku tidak menoleh kearah mereka.

Dou shite? (Mengapa?)” Tanyaku.

Youkyuu... (Permintaan...)” Suara seorang perempuan dibelakangku.

Sou, Yami wo hakai suru to sekai no gijutsusha wo toru, ee kaishideary hyouteki ni ka? (Oh, jadi menghancurkan Yami dan membawa sekai no gijutsusha adalah proses inisiasi nya ya?)” Tanyaku.

Anata ha watashitachi no tasuke ga hitsuyouna no deshou ka? (Apakah kamu butuh bantuan kami?)” Suara seorang perempuan dibelakangku.

Iie. Ore mo karera to ha nanika wo motte imasu. (Tidak. Aku juga punya urusan dengan mereka.)” Kataku.

Dakara, anata ha iku no? (Jadi, apakah kamu akan pergi?)” Kata laki-laki dibelakangku.

Aku segera berdiri, kemudian berbalik badan dan berjalan melewati dua orang berjaket hitam dari atas sampai bawah. Wajah mereka berdua ditutupi oleh tudung hitam dari jaket mereka.

Kore ha kisamatachi no kenen no izure demo arimasen. (Ini bukan urusan kalian.)” Kataku setelah berjalan melewati mereka.
 
Scene 2

Kagura Nakagawa



Matsuyama Edo



Takeru Yamamoto



“Sekian laporan dariku.” Kata Matsuyama.

Haduh, disaat kita sudah hampir menemukan Ayumi, Matsuyama tiba-tiba kehilangan dia di bandara. Agak aneh sih menurutku. Dia sudah menemukan boarding gate tempat Ayumi akan berangkat ke Inggris. Akan tetapi, dia tiba-tiba mengantuk dan tertidur sampai pagi. Rasanya mustahil Matsuyama melakukan kecerobohan seperti itu.

“Matsuyama.” Kataku.

“Kagura-chan.” Kata Matsuyama tanpa melihat kearahku.

“Betulkah, kamu memang tertidur di bandara?” Tanyaku.

“Hmmm? Ma... maksudmu?” Tanya Matsuyama.

“Kagura berpikir, mungkinkah alasan sebenarnya kamu kehilangan jejak Ayumi adalah... karena ada wanita cantik menggodamu.” Kata Takeru-san.

Matsuyama hanya menoleh ke Takeru-san. Kemudian, ia tersenyum saja dan lalu menoleh kearah lain. Hmmm, gayanya memang tidak bisa ditebak.

“Baiklah, Matsuyama. Terima kasih atas laporannya. Seperti biasanya, informasi darimu sangat berguna. Berarti informasi yang kudapatkan itu sepertinya pun cukup akurat.” Kata Takeru-san.

“Hm? Informasi apa yang Takeru-san dapatkan?” Tanya Matsuyama.

“Aku sudah mendapatkan informasi tentang alasan dasar mengapa Ayumi meninggalkan kita. Seperti yang kuduga, dia hilang tanpa alasan bukan karena suatu alasan yang konyol.” Kata Takeru-san.

“Hmmm, jadi?” Tanya Matsuyama.

“Kagura, Matsuyama... Pernahkah kalian mendengar organisasi bernama Family of Varnadoe?” Tanya Takeru-san.

Hah? Nama yang aneh. Sejujurnya sih, aku tidak pernah mendengarnya. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Akan tetapi, Matsuyama menundukkan kepalanya sambil menutupi dahi sampingnya dengan kedua tangannya seolah-olah sedang berpikir.

Sono... Family of Varnadoe... ka? (Family of Varnadoe... yang itukah?)” Tanya Matsuyama.

Sou desu, Matsuyama. Sono Family of Varnadoe desu. (Betul, Matsuyama. Family of Varnadoe yang itu.)” Kata Takeru-san.

“Kalian berdua, aku curiga. Apakah bahkan kalian tahu apa itu Family of Farnado[/] itu?” Tanyaku.

Mochiron watashi ha shirimasen. (Tentu saja aku tidak tahu.)” Kata Takeru-san.

Hmmm, dia tidak tahu, tapi bermuka datar begitu, padahal sebelumnya dia seolah-olah tahu. Memang jika sedang bercanda, terkadang aku ingin sekali menghajar wajahnya hahaha. Kidding.

Sore ha nandesuka? (Apa itu?)” Tanya Takeru-san kepada Matsuyama.

“Yang aku tahu adalah, mereka sekelompok organisasi pembunuh. Mereka sangat suka mengacau demi alasan pribadi mereka. Alasan pribadi mereka itu menurut mereka hanya iseng saja. Tapi, keisengan mereka membuat politik satu negara menjadi gonjang ganjing.” Kata Matsuyama.

“Oke, aku mengerti. Lalu, apa perlunya mereka membawa Ayumi?” Tanyaku.

“Untuk itu, biar sumber informasiku saja yang menjelaskan. Ngomong-ngomong dia ini orang Indonesia, jadi berbicara bahasa Indonesia pun tidak apa-apa” Kata Takeru-san.

“Agent Warfe, silakan masuk.” Kata Takeru-san.

Pintu ruang meeting ini pun terbuka, dan masuklah seorang wanita berambut pendek, berkulit coklat, mengenakan kemeja berwarna coklat dan jas berwarna hitam dan celana panjang berwarna hitam. Aku melihat Matsuyama langsung terkesima padanya. Aku segera menginjak kaki Matsuyama dengan keras, dan mimik wajahnya pun berubah karena kesakitan. Matsuyama kemudian melihat wajahku, seolah-olah meminta penjelasan atas apa yang kulakukan. Aku hanya tersenyum saja, tetapi senyum jahat. Matsuyama pun langsung mengerti maksudku.

Everyone, I’m Agent Warfe from CIA. How are you? (Semuanya, Saya Agent Warfe dari CIA. Apa kabat?)” Kata Agent Warfe.

Aku dan Matsuyama langsung kaget mendengarnya. CIA? Central Intelligence Agency, yaitu agen intelijen Amerika yang bertugas dalam pengumpulan informasi sampai ke pemecahan kasus di seluruh dunia secara rahasia. Mengapa mereka ada disini?

“Silakan duduk, Agent Warfe.” Kata Takeru-san.

“Terima kasih, Pak Yamamoto.” Kata Warfe, sambil kemudian menuju salah satu kursi di ruangan ini dan duduk.

Indoneshago? (Bahasa Indonesia?)” Tanya Matsuyama.

Hai, Indoneshajin desu. (Iya, Orang Indonesia.)” Kata Takeru-san.

“Agent Warfe, perkenalkan. Ini Matsuyama Edo, orang kepercayaanku yang bertugas dalam hal mata-mata, pengumpulan informasi, dan pembunuhan tanpa jejak.” Kata Takeru-san.

“Matsuyama.” Kata Matsuyama sambil menjabat tangan Warfe.

“Warfe.” Kata Warfe sambil menjabat tangan Matsuyama.

Ukh, Matsuyama sepertinya sangat menikmati dalam menggenggam tangan wanita itu. Yah walaupun sebetulnya aku dan Matsuyama tidak terikat hubungan apapun, tetap saja aku merasa... cemburu. Eh, mengapa aku harus cemburu ya? Jujur saja, aku dan Matsuyama hanya terlibat hubungan sejauh saling membutuhkan dalam hal seks. Seharusnya tidak ada perasaan cinta atau semacamnya. Tidak, tidak. Aku tidak boleh cemburu, aku sudah muak merasakan kehilangan orang yang dicintai.

“Kemudian, ini adalah orang kepercayaanku yang bertugas menjaga keamanan dalam dunia bawah. Spesialisasinya adalah pertarungan jarak dekat. Kagura Nakagawa”. Kata Takeru-san.

“Warfe.” Kata Warfe sambil tersenyum sambil mengajakku berjabat tangan.

“Kagura.” Kataku sambil membuang muka dan mengacuhkan ajakannya untuk berjabat tangan.

Suasana sempat hening sejenak. Aku tidak peduli, entah kenapa mendadak mood-ku langsung rusak. Setelah hening beberapa detik, Takeru-san pun angkat bicara.

“Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, dua orang kepercayaanku ini diserang oleh empat orang yang membawa tanda bintang empat ujung dan bulan sabit di tubuh mereka.” Kata Takeru-san.

“Ya, tidak salah lagi. Mereka adalah Family of Varnadoe. Mereka merupakan organisasi pembunuh yang sangat handal. Yang membuat mereka sangat berbahaya adalah kemampuan bertarung mereka digabungkan dengan teknologi yang cukup maju. Mereka tidak menerima bayaran dari siapapun, melainkan bergerak atas kehendak mereka sendiri. Mereka muncul kira-kira tidak lama setelah Revolusi Perancis terjadi.” Kata Warfe.

“Re... Revolusi Perancis? Itu kan terjadi tahun 1799!!” Kataku.

Semua orang terkaget-kaget memandangku.

“Kagura-chan, tampaknya hari ini kamu sangat galak. Ada sesuatukah yang terjadi? Mungkin aku bisa membantumu?” Tanya Matsuyama.

“Diam, Matsuyama!” Kataku.

“Iya betul. Kepemimpinan keluarga mereka selalu diturunkan secara turun menurun, hingga sampai sekarang pun mereka masih beroperasi. Ada kecurigaan bahwa beberapa kelompok teroris mendapat bantuan langsung... dari mereka.” Kata Warfe dengan pelan sambil memandangku dengan sedikit segan.

Heh, rasakan kamu Warfe! Tidak akan kubiarkan kamu merebut Matsuyama dariku! Aaahh, sudah-sudah. Aku tidak ingin ada perasaan cinta dengan Matsuyama.

“Hmm. Mengapa orang seperti mereka ingin membawa Ayumi-chan?” Tanya Matsuyama.

“Aku sudah dengar mengenai rekan kalian yang bernama Ayumi Nakata dari Pak Yamamoto. Sekarang ini, Family of Varnadoe sedang menjalankan pengembangan kekuatan terhadap militer tempurnya. Karena mereka juga mengandalkan teknologi dalam kemampuan militer tempur mereka, ada kemungkinan mereka membawa Ayumi Nakata untuk dipaksa membantu mereka.” Kata Warfe.

“Tapi, kami mengenal Ayumi-chan sudah cukup lama. Aku rasa, dia tidak mungkin berpihak begitu saja pada musuhnya.” Kata Matsuyama.

“Ya. Tidak ada yang mau berurusan dengan Family of Varnadoe secara langsung. Mereka juga dikenal sangat sadis, berbahaya, dan tanpa ampun. Lain ceritanya jika seseorang itu diancam.” Kata Warfe.

“Jadi, waktu Ayumi-chan pergi ke bandara, aku sebetulnya masih sempat mencegahnya ya...” Kata Matsuyama.

“Tidak, Pak Edo. Tidak ada yang bisa kamu lakukan. Dia dikawal oleh orang yang sangat berbahaya dalam Family of Varnadoe. Belum lagi, banyak personil dari organisasi itu yang mengawal juga. Sangat berbahaya jika bapak lengah dan menghadapi mereka secara langsung. Mungkin suatu anugerah karena bapak kehilangan jejaknya.” Kata Warfe.

Matsuyama terlihat sangat kaget. Kemudian ia berpikir, dan kemudian mengangguk-angguk. Entah apa yang dipikirkannya. Tunggu... jangan-jangan, alasan Matsuyama bisa kehilangan jejak Ayumi adalah...

“Matsuyama, kamu kehilangan jejak Ayumi, bukan karena wanita kan?” Tanyaku.

“Eehh? Te... tentu saja bukan.” Kata Matsuyama.

Ah, aku tidak percaya! Tapi sudahlah, topik penting dalam pembahasan kali ini bukanlah itu.

“Jadi, apa motif dibalik penculikan Ayumi?” Tanyaku.

Family of Varnadoe tidak pernah membuang-buang waktu mereka untuk hal yang tidak berguna. Jika mereka melihat seseorang berpotensi membahayakan mereka, biasanya mereka membunuhnya langsung di tempat tanpa meninggalkan jejak...” Kata Warfe sambil tiba-tiba berpikir.

Kami semua menunggu kata-kata yang keluar dari Warfe. Sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak mengucapkannya karena ada yang sedang dipikirkan.

“Sepertinya ada yang masih kurang, Agent Warfe?” Tanya Takeru-san.

“Atau kemungkinan kedua, yang merupakan kemungkinan yang paling mungkin. Jika target mereka itu menarik minat mereka, ada kemungkinan bahwa mereka akan mengambil target mereka itu dan memasukkannya ke dalam struktur anggota keluarga mereka.” Kata Warfe.

Kami semua sangat terkejut mendengarnya.

“Memasukkannya ke dalam struktur keluarga??” Tanyaku dengan sangat heran.

“Apakah dengan cara... pernikahan politik?” Tanya Matsuyama sambil berpikir.

“Betul sekali. Dengan pernikahan. Menurut informasi yang kami dapat di CIA, putra bungsu dari pemimpin organisasi mereka sering sekali menikah. Paling tidak, ia sudah pernah menikah sebanyak tiga kali.” Kata Warfe.

“Ah, betul-betul laki-laki yang sangat beruntung.” Kata Matsuyama sambil tersenyum.

Takeru-san pun ikut tersenyum-senyum sendiri melihat kelakuan Matsuyama. Aku langsung menginjak kaki Matsuyama sekuat-kuatnya. Uh, lagi-lagi perasaan aneh ini menyerangku. Kenapa aku harus selalu merasa tidak nyaman ya ketika Matsuyama berbicara atau bertindak terkait dengan wanita.

“Begitu ya. Kalau begitu, dari aku tinggal tersisa satu pertanyaan, Agent Warfe.” Kata Takeru-san.

And what would that be? (Dan apakah itu?)” Tanya Warfe.

That information that you gave is not for free, is it? (Informasi yang kamu berikan itu, tidak cuma-cuma kan?)” Tanya Takeru-san.

Agent Warfe berpikir sejenak, kemudian ia tersenyum.

“Memang tidak gratis. Tapi, aku bisa mengatakan bahwa anda tidak perlu membayar.” Kata Warfe.

“Oh... Apa maksud anda?” Tanya Matsuyama.

“Aku hanya membutuhkan bantuan kalian untuk mengambil sahabat kalian dari Family of Varnadoe. Bisa dikatakan gratis bukan untuk pembayaran informasi ini? Toh kalian juga tidak mungkin akan berdiam diri saja ketika salah satu orang yang sangat berharga bagi kalian hendak diambil oleh mereka. Malah poin plusnya, kalian mendapatkan bantuanku dalam operasi penyelamatan ini.” Kata Warfe.

Hmmm, masuk diakal. Memang, dengan fakta-fakta yang kita ketahui ini, kita pasti tidak akan berdiam diri. Bagaimanapun, Ayumi itu merupakan sahabat kami semua. Dia orang yang baik, meskipun terkadang menyebalkan karena merasa dirinya paling pintar. Di sisi Hikari, Ayumi adalah personil yang kemampuannya tidak akan bisa digantikan oleh siapapun. Mungkin Jepang harus menunggu satu dekade lagi untuk memproduksi orang sepintar Ayumi.

“Kalau begitu, aku punya pertanyaan.” Kataku.

“Silakan, Ibu Nakagawa.” Kata Warfe.

“Mengapa kamu ingin sekali agar Ayumi tidak jatuh ke dalam tangan Family of Barnamo?” Tanyaku.

Family of Varnadoe, sayangku.” Kata Matsuyama.

“Aahh, aku tidak peduli. Tidak ada alasan kenapa aku harus mengingat nama sesulit itu. Lagipula mereka akan segera habis ketika kami turun tangan.” Kataku.

“Baiklah. Tapi, aku minta Ibu Nakagawa jangan meremehkan kekuatan mereka...” Kata Warfe.

Belum sempat ia selesai bicara, aku langsung memotong pembicaraannya.

“IBU?! Kamu pikir kamu siapa, hah? Memanggilku ibu segala!! Aku belum setua itu!!” Kataku.

Semua orang heran mendengar kelakuanku yang seperti itu. Haah, ada apa sih sebetulnya denganku. Mengapa aku jadi sensitif begini? Padahal Warfe tidak salah kok sebetulnya memanggilku dengan sapaan ibu. Gawat, sepertinya hatiku yang sedang seperti ini tidak bisa berpikir dengan jernih. Daripada aku terus membawa malu kepada nama kepolisian Jepang, aku lebih baik keluar saja dari ruangan ini.

“Semuanya, aku mohon pamit. Aku tidak mengerti mengapa aku jadi begini. Maafkan aku, Warfe, Takeru-san, Matsuyama.” Kataku sambil membungkukkan badan.

Kemudian, Warfe berdiri dan menepuk pundakku.

“Tidak apa-apa. Aku juga wanita, aku mengerti bahwa mungkin kondisi hatimu sedang tidak stabil. Apapun yang kamu katakan, aku tidak akan masukkan ke hati. Tapi aku mohon, tetaplah disini, karena ini menyangkut keselamatan sahabat baikmu.” Kata Warfe.

Ya ampun, sudah kumarahi seperti itu, tapi ia masih bisa berjiwa besar seperti itu. Padahal, dia ini wanita, makhluk yang mengandalkan emosinya ketimbang pikirannya. Mengapa ia bisa setenang itu dalam menghadapi aku yang sedang aneh begitu. Apakah karena ia seorang anggota CIA? Sejauh inikah perbedaan level Hikari dan CIA?

“Ibu Nakagawa... ng maaf...” Kata Warfe.

“Panggil Kagura saja.” Kataku.

Warfe berusaha mencerna kata-kataku dengan seksama, kemudian ia mengangguk sambil tersenyum.

“Kagura, aku pernah kehilangan sahabat baikku dalam suatu misi. Aku dan dia sudah banyak melalui susah dan senang dalam pekerjaan selama bertahun-tahun. Bagiku, dia sudah seperti seorang kakak perempuanku. Dan perasaanku begitu sedih ketika mendapat kabar bahwa ia gugur dalam medan pertempuran dalam misi yang sama denganku. Sebagai sesama wanita, aku tidak ingin Kagura harus menjalani kisah yang sama denganku. Karena itu, aku mohon, dengarkanlah apa yang mungkin bisa berguna nanti, siapa tahu kita bisa menolong sahabatmu itu. Mengenai kondisi hatimu yang sedang kacau, aku berjanji bahwa apapun kata-kata yang Kagura tujukan kepadaku, sekasar apapun itu, aku akan memaafkannya.” Kata Warfe.

Aih, sial. Padahal, aku sudah kasar sekali padanya. Akan tetapi, dengan tenangnya, ia berkata bahwa tidak apa-apa. Sebagai wanita, aku mengerti bahwa dalam kata-katanya tidak ada kepalsuan sama sekali. Aku betul-betul malu atas perbuatanku kepadanya tadi. Akan tetapi, meskipun begitu, aku harus profesional. Agent Warfe tetaplah pihak luar yang tidak boleh sepenuhnya kita percaya. Aku segera kembali duduk dan berusaha untuk fokus mendengarkan.

“Memang sepertinya kita tidak boleh kehilangan Ayumi-chan. Bagaimana, Takeru-san? Rasanya aku dan Kagura-chan harus pergi berduaan nih ke Perancis.” Kata Matsuyama.

Sejujurnya, aku sangat senang mendengar perkataan Matsuyama itu. Mungkin ia sebetulnya hanya menggodaku saja, tetapi aku sangat senang, tidak tahu kenapa.

“Baiklah... Melanjutkan jawaban atas pertanyaan Kagura tadi, seperti yang sudah kita ketahui bahwa Family of Varnadoe adalah organisasi yang sangat mahir dalam hal kekuatan bertarung digabung dengan penggunaan teknologi yang canggih. Jika orang seperti Nakata Ayumi jatuh ke dalam tangan mereka, tentu saja mereka akan semakin kuat. Bertambahnya kekuatan mereka, tentu akan merepotkan kami juga. Sudah beberapa agen CIA yang meregang nyawa akibat tiga bersaudara Varnadoe yang sangat kuat itu. Jika kita bisa mengambil Nakata Ayumi dari mereka, mungkin kita juga akan mendapatkan celah untuk sekaligus meringkus mereka. Tetapi, jangan khawatir. Jika memang saatnya meringkus mereka, CIA yang akan turun tangan. Kalian cukup mengambil Nakata Ayumi saja.” Kata Warfe.

Oh, begitu toh. Ya memang simbiosis mutualisme sih. Kita memang sebisa mungkin tidak perlu berurusan dengan mereka. Satu-satunya alasan mengapa kita ada dalam kondisi ini adalah karena mereka mengambil Ayumi dari kita. Jika Ayumi sudah berhasil kita ambil balik dari mereka, kita sudah tidak punya alasan lagi untuk berurusan dengan Family of Barnamo itu.

“Baiklah, jika cukup jelas. Aku akan mengatur jadwal perjalanan kalian. Matsuyama, pergilah ke Perancis. Cari tahu tentang informasi mengenai Family of Varnadoe itu. Jangan terlibat konflik langsung dengan mereka, karena jika terjadi sesuatu padamu, kemungkinan untuk menyelamatkan Ayumi akan menurun drastis.” Kata Takeru-san.

Matsuyama hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Kagura, kamu juga ikut.” Kata Takeru-san.

“Haaaa??” Bukan main aku kagetnya.

“Tidak mau?” Tanya Takeru-san.

“Eh... Tentu saja aku mau.” Kataku.

“Yess... Honeymon...” Kata Matsuyama.

“Sayangnya tidak, Matsuyama. Karena Agent Warfe akan ikut pergi bersama kalian.” Kata Takeru-san.

Ah, sial. Wanita ini menjadi pengganggu kesempatanku untuk berduaan dengan Matsuyama saja.

“Kagura, tugasmu adalah menjaga Matsuyama. Seandainya terpaksa perlu adanya konflik langsung, kamu maju ke garis depan untuk menghadang mereka. Sementara Matsuyama harus sebisa mungkin memanggil bantuan dengan menghubungiku. Jika memang perlu, akan kukerahkan seluruh Hikari untuk mem-backup kalian. Tapi ingat, sebisa mungkin hindari konflik langsung.” Kata Takeru-san.

“Baik, Takeru-san.” Kataku.

“Agent Warfe, karena keselamatan Ayumi juga merupakan keuntungan CIA, jadi saya sangat berharap anda memberi dukungan penuh kepada Kagura dan Matsuyama.” Kata Takeru-san.

Roger that, sir. (Baik, pak.)” Kata Warfe.

So, it will be three of us. When will we depart? (Jadi, kita bertiga ya. Kapan kita berangkat?)” Tanya Matsuyama.

Ashita da. (Besok.)” Kata Takeru-san.

Aku dan Matsuyama hanya bisa melongo. Besok? Mendadak sekali ya?

BERSAMBUNG KE EPISODE-7
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd