Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Suhu mohon ekse dinda di chapter 2 nya di update di 18tahun****
Pengen dinda di garap smpe lemes n memohon ampun hehe
Dan kawan2 ikut naik ke atas liat dinda tepar n muka bnyak pejuh plissss :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Betul banget tuh...Idem dengan pendapat suhu k1r4...Ngapain juga dipromoin dimari tong...:bata:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 11: Akhir Dari Akhir Pekan


“Hayu atuh kalo mau diterusin...”

“Pindah aja yuk, jangan di sini” saran Asep sambil berdiri

“Lho, kenapa emangnya?”

“Yah, biar tenang aja hehe”

Dinda akhirnya ikut berdiri menuruti saran Asep. Sebenarnya tujuan Asep biar yang lain tidak ada yang mengganggu mereka. Percuma dong sudah susah payah membuat Irma tepar dalam gelombang birahi kalau tiba-tiba ada yang lain ikut nimbrung.

“Kita nyari kamar aja yuk” Asep memegang tangan Dinda dan mulai berjalan menjauhi yang lain

“Di kamar atas aja yuk, kasurnya gede sama pemandangannya bagus” usul Dinda

“Wah boleh juga tuh”

Asep tentu senang bisa membawa Dinda ke tempat yang paling jauh dari yang lain. Kecil kemungkinan ada yang mengganggu, dan suara-suara berisik mereka juga tak akan terlalu terdengar.

Di bawah tangga, Asep melepas genggaman tangannya dan mempersilakan Dinda naik duluan.

“Lho, kenapa gak bareng aja atuh Sep?”

“Oh, kan katanya ledis perss”

Ladies first Asep, ah aneh-aneh aja” biarpun bingung tapi Dinda mulai menaiki anak tangga.

Diikuti Asep yang sengaja menyusul dibelakang agar dia bisa menikmati pemandangan indah di depan matanya. Tubuh bugil Dinda Fitriani Anjani yang langsing tapi melekuk sempurna di pinggul. Kulitnya yang tak seputih Dita tapi memancarkan cahaya khas gadis tanah Pasundan. Dan pantatnya yang tidak terlalu besar tapi begitu padat, bulat dan menggiurkan bergoyang-goyang seiring langkah Dinda menaiki tangga. Asep menelan ludah, selama beberapa jam ke depan, tubuh itu miliknya seorang untuk dinikmati sepuas hati. Tapi bagaimana dengan hatinya?


Setibanya di kamar atas, Asep mendapati pintu dan jendela yang mengarah ke balkon sudah terbuka sehingga cahaya matahari bisa masuk menyinari kamar itu.

“Liat, kasurnya gede khan?” tunjuk Dinda ke arah ranjang

“Wah iya, gede banget”

“Aku sampe bisa maen kejar-kejaran sama si Reza di atas kasur itu lho kemaren”

“Oh, kemaren maennya di sini?”

“Iiya, aku dikeroyok sama tiga orang barbar itu sampe lemes haha” jawab Dinda dengan ringan

“Owhhh...” Asep sudah tidak terbebani cemburu lagi sekarang

“Kalo Asep? Beneran sampe tiga orang dibikin lemes gitu? Aku denger dari Mbak Irma...”

“Iya dong, situ kagak percaya aja ah”

“Hahaha, iiya Sep iyaaa, abis ngeliat Mbak Irma tepar tadi aku jadi percaya deh”

Dinda menghempaskan tubuhnya di atas kasur, dengan tersenyum nakal Dinda mengangkangkan kakinya, memperlihatkan belahan kewanitaanya yang sudah basah merekah.

“Ayo Sep, pinjem timunnya lagi dong, hehee”

“Siaaaap!” Asep melompat ke ranjang, langsung menindih Dinda dan tanpa ragu langsung mencumbui gadis itu. Inilah buah kesabarannya selama ini. Tak masalah Dinda hanya menganggapnya sebatas timun, ataupun hanya satu dari empat lelaki pemuas para gadis haus seks ini. Tak mengapa. Tak peduli Dinda pacarnya siapa, yang penting seluruh tubuh mulus gadis berjilbab itu adalah miliknya sekarang. Toh kenikmatan yang akan Asep rasakan tak akan berkurang. Mungkin lebih, bila mengingat pengalamannya dengan tiga gadis lain.


“Mmmmhhh...” Dinda melenguh pelan ketika Asep menyusu pada puting susunya. Terasa asin karena keringat buat Asep, tapi sensasi hangat dan lembut dari buah dada Dinda yang sekal dan padat terasa sangat nyaman di bibirnya. Buat Dinda, gesekan ujung syaraf di puting susunya dengan bibir Asep membuai dirinya, apalagi dengan tangan Asep yang kelayapan di tubuhnya. Tubuh gadis asli tanah Sunda itu menggeliat-geliat, erangan dan lenguhannya semakin erotis. Tapi yang sangat diinginkan Dinda sekarang bukan itu.

“Aaah Aseeeppp...Mana timunnyaaaa!?” racau Dinda masih sambil menggeliat-geliat

“Hmmm? Kangen sama timun ini?” goda Asep yang sengaja menggesekkan kontolnya ke bibir memek Dinda

“Nnngghhhh Aseeepp...Masukiiinnnn...” lenguh Dinda manja sambil menatap sayu ke mata Asep

“Masukin apah ke manah?”

“Masukin kontolnya ke memek aku, Aseeepppp” rengek Dinda

“Kalo dimasukin, emang kenapa?” Asep terus menggoda Dinda

”Yah jadi enaaakk atuuhh...Ayo dong Sep iiih” Dinda yang tak dipenuhi keinginannya merengut seperti anak kecil.

“Iyaa, sabar atuh” jawab Asep, yang kemudian pelan-pelan memasukkan kepala kontolnya menguakkan bibir memek Dinda

“Mmmmhhh...” Dinda melenguh nikmat sambil terpejam...Tapi sesaat kemudian dia membuka matanya

“Lho Seeeep...Kok Cuma segitu?” tanyanya yang hanya dibalas cengengesan Asep

Dengan nakal Asep hanya memasukkan seperempat kontolnya, lalu digoyang yang membuat Dinda frustrasi.

“Aaaahhhh Asep sebel iiihh!” teriaknya kesal


Asep yang kemarin belum tentu bisa seperti ini. Terlalu memikirkan perasaan Dinda membuatnya selalu takut membuat Dinda marah atau kecewa. Tapi sekarang, dengan cueknya Asep memainkan perasaan Dinda yang sudah blingsatan minta dikontoli.

“Katanya pengen dimasukin, nih udah masuk” goda Asep sambil menyundul-nyundul dangkal

“Aah jangan cuman segitu atuhhh!”

“Segimana dong?”

“Semuanyaaah! Sampe mentok Aseeppp!”

“Siaappp!”

“Nghhhaaaaaaakkkhhh!” Dinda mendongak ketika batang Asep menembus lubang nikmatnya dalam sekali sentak, sampai mentok ke pangkalnya.

Dinda lalu mengerang semakin keras ketika Asep mulai menusuk-nusuk dengan panjang dan dalam. Temponya semula lambat, tapi teratur. Dinda dan Asep saling menatap penuh nafsu. Saat Asep asyik menggenjotnya, Dinda dengan nakal mencubit puting Asep, yang membuat Asep balas menusuk sampai mentok. Dinda tertawa riang sambil mendesah menikmati perlakuan Asep. Tak lama kemudian Asep mengangkangkan kaki Dinda sehingga seperti membentuk huruf M, membuat memek gadis itu semakin merekah. Asep menegakkan punggungnya lalu memegangi kaki Dinda yang ia renggangkan. Persiapan selesai, Asep mulai menggenjot memek Dinda dengan kecepatan tinggi yang membuat gadis itu menjerit-jerit nikmat. Pinggul Asep tanpa lelah bergerak maju mundur bagai piston memompa lubang surgawi yang sudah semakin banjir itu. Tubuh Dinda tersentak-sentak dengan kuat, payudaranya yang tidak terlalu montok itu pun sampai bergoyang-goyang dengan nakal.

Setelah beberapa lama Dinda yang semakin kelabakan menggeliat liar, tangannya meremas seprai sampai kusut, jeritannya semakin kencang hingga akhirnya punggungnya melengkung diiringi pekikan nikmat. Asep menghentikan genjotannya, membiarkan tubuh gadis itu mengejang dan tersentak-sentak menikmati orgasmenya.

“Enak?” tanya Asep setelah Dinda berhenti bergerak

“Banget...” jawab Dinda lirih sambil perlahan membuka matanya “Asep blom keluar?”

“Belum”

“Keluarin atuh, ntar gak bisa turun lho...”

“Iya, pastinya lah...Tapi nungguin Dinda keluar dulu, yah 3 atao 5 kali lagi...”

Hah? Ap- Aaaahhhhh Aseepppp!”


Dinda menjerit ketika Asep tanpa peringatan mulai menggenjotnya kembali. Tanpa pemanasan, langsung dengan TPM (tusukan per menit) tinggi. Tak tahan melihat dua benda kenyal milik Dinda memantul-mantul liar, Asep mengulurkan tangannya dan meremas sepasang pabrik susu Dinda itu. Perlakuan Asep itu membuat erangan nikmat Dinda semakin kencang. Cukup lama Asep menyetubuhi Dinda rekan kerjanya dengan posisi itu, dan selama itu pula keduanya dibuai kenikmatan birahi tanpa henti. Sesuai janjinya Asep memberi gadis itu tiga kali orgasme susul menyusul. Dinda memohon ampun tapi Asep yang sudah ‘on’ tak peduli. Rengekan Dinda malah menambah birahinya yang membuat tusukannya semakin keras dan dalam, dan ujungnya membuat Dinda tambah mengerang nikmat merangsang telinga Asep. Tubuh Dinda terasa sangat nikmat bagi Asep, hingga akhirnya dia tak tahan lagi. Walaupun sudah berkali-kali tapi tetap, ejakulasinya terasa sangat nikmat. Seluruh otot di tubuhnya mengeras ketika cairan kental dan hangat menyemprot dengan kecepatan tinggi. Semburan itu menyiram rahim Dinda, membuat gadis itu yang sudah di ujung klimaks kembali ke puncak untuk keempat kalinya.

“Aaahhhh! Asep nyem-aaahh-burr yaaaaggghhhhhh!” pekiknya dengan mata terpejam erat

“Guhhh!” Asep hanya menggeram

Tangan Asep semakin keras mencengkram buah dada Dinda. Dirasakannya puting gadis itu seperti tambah memanjang dan mengeras saja, sementara bukit susu itu sendiri semakin hangat terasa.

“Nghhh!” erang Dinda lirih ketika Asep mencabut kontolnya

Tanpa disuruh Dinda mengulum kontol Asep untuk membersihkannya ketika Asep menyodorkan kontol yang masih keras itu ke mulutnya.


“Mmmpffhhh...Puaahh! Ih masih keras ajjaa...”

“Iyalah, hayu lanjut” Asep menarik tangan Dinda hingga mereka berdiri

“Ahhh Aseeeppp...Aku masih lemeeesss...Mau ke mana sihhhh?” rengek Dinda

Asep menuntun Dinda ke balkon “Mumpung lagi cerah nih, katanya berjemur itu sehat hehe” katanya

“Iih dasar, bilang aja pengen ngentotin aku diluar”

Dan kedua tubuh telanjang mereka pun sekarang bermandikan cahaya matahari pagi. Dinda berpegangan ke railing balkon yang tingginya hanya seperutnya. Karena terbuat dari besi yang tipis dan jarang, tubuh indah Dinda pun terekspos seluruhnya.

“Pemandangannya indah yaaa” ujar Dinda sambil memandang sekeliling

“Iya, keliatan jalannya dari sini” timpal Asep sambil memeluk Dinda dari belakang dan menggerayangi tubuh gadis itu

“Hmmmhhh keliatan gak yahhh kittaaahh dari situuhhh” racau Dinda merasakan puting sensitifnya dipilin-pilin jari Asep

“Kalo ada yang lewat pasti keliatan kita nih, gimana dong?” goda Asep

“Ya udah kita dadahin ajjahh hehehe”

“Ih nakal banget nih cewek!”

“Aww!” Dinda menjerit manja merasakan putingnya dicubit Asep “Biarin...Biar nakal udah ada yang punya weeekk...Emangnya Asep?” ledek Dinda sambil menoleh ke belakang dan menjulurkan lidahnya

“Wah ngehina nih cewek!” seru Asep pura-pura marah

Dinda hanya tertawa riang saat Asep menarik tubuhnya hingga sekarang posisi Dinda agak membungkuk dengan tangan berpegangan di railing. Dirasakannya ujung kontol Asep menggesek-gesek bibir memeknya.

“Ehh tapi beneran Sep...Masa sih gak ada yang ditaksir?”

“Yah, nanya itu lagi”

“Jangan-jangan sama Mbak Dita ya? Kayaknya Asep akrab banget deh sama Mbak Dita...”


DEG! Asep terpaku sesaat. Jangan sampai Dinda salah mengira dirinya menyukai Dita. Kan ribet jadinya, pikir Asep. Untungnya kegalauan Asep hanya berlangsung sebentar, karena Dinda langsung menoleh dan menertawakan ekspresi bengong Asep.

“Haha serius amat Sep? Jangan ge-er ahh, aku cuma bercanda kaleee” ejeknya

“Mbak Dita emang baek ke semua orang...Tapi kebagusan ah dia mah buat Asep” tambah Dinda

“Idih, nih cewek ngehina terus yah dari tadi, nih rasain!” Asep menghukum Dinda dengan langsung menjebloskan kontolnya ke dalam memek Dinda tanpa peringatan.

“Awwhhh! Ahhh marahh nih yeee...Sampe maen coblos gituhhh...Ahhh!” desah Dinda

“Abis kepo banget ih kamu mah” balas Asep menjulurkan tangannya meraih payudara Dinda yang menggelantung

“Kalo sama akuhh?” tanya Dinda yang mulai digenjot Asep

DEG! Pertanyaan itu terlalu tiba-tiba buat Asep. Masih sambil menggoyang pinggulnya dia berpikir, apa masih penting buat dia menyatakan perasaannya kalau sudah seintim ini? Bila kontolnya sudah berada dalam lubang nikmat gadis yang dia sukai? Mau sedekat apalagi? Toh pastinya bakal ditolak.

Tapi, Asep pikir, daripada disimpan terus, mending dikeluarkan.

“Iya sih kalo situ belom punya cowok mah gua tembak juga dah” ujar Asep setenang dan se-cool mungkin.

Tapi boro-boro terdiam dan tersipu sesaat seperti Dita, Dinda malah langsung tertawa dengan ringan seolah pernyataan Asep tadi itu tak ada artinya

“Hahahaaaa Asep kayak yang lain aja”

“Hah!? Yang lain?”

“Iiyaahh...Ahhh...Tiga orang yang di bawah tuhh juga bilang gituhh ke akuhh..Aduhh genjot terus Seeep...”

Sialan, batin Asep. Ternyata Jejen, Reza, dan Ari juga...

“Ah tapi mereka mah cuman maen-maen, cuman ngincer badan aku doang...Pas aku kasih seneng dah mereka haha”

Asep tak tahu harus berkata apa. Dia bingung, jadi sebenarnya yang sudah tidak bisa merasakan cinta itu Dinda apa Dita? Kok Dita lebih pengertian dengan perasaan Asep sementara Dinda tidak menganggap serius dengan perasaan laki-laki terhadapnya.


“Wah, kalo gua mah gak pernah maen-maen soal gituan” Asep menambahkan

“Iiya Sep, keliatan kok Asep orangnya kayak gimana...Makanya Asep aku rekomendasiin masuk grup ini”

Asep manggut-manggut, benar juga kata Dita. Dan benar juga, kalau Dinda mempercayai Asep untuk masuk grup ini dan membiarkan Asep melihat sisi liar Dinda berarti..

“Tapi maaf ya Sep, Asep bukan tipe aku, jadi...Kalopun aku masih jomblo juga aku tolak...Hehe, maaf ya Sep, jangan berhentiin genjotannya yaaa”

Ini adalah penolakan teraneh sepanjang kisah cinta Asep. Ditolak oleh seseorang yang sedang dia setubuhi. Ditolak tapi yang bersangkutan minta terus digenjot. Dan berkat situasi absurd dan konseling Dita tadi pagi, Asep tidak terlalu galau. Memang dia sudah yakin dia bakal ditolak.

“Ah gak papa, santai aja...Biar ditolak kan masih bisa ngentotin situ heheh”

“Mmhhh...Hehe jangan sedih ya Sep...Biar Asep seneng kita anggap si Anto ada di sini yuk, lagi ngeliatin kita”

“Eh? Maksudnya?”

Dinda tidak menjawab, gadis itu malah berteriak ke arah halaman di bawah

“Ahh Antooo! Si Asep nakal nih nembak akuhh! Tapi...Ahh...Aku tolak kok...Cuma...Cuman kontolnya masih ngejeblos di memek akuuuu!” teriak Dinda membuat Asep bingung

“Ayo Sep, bikin si Anto cemburu” ujar Dinda, hingga akhirnya Asep mengerti dengan ide aneh Dinda

“Sori Broo! Gua pinjem memek cewek loo yaa, enak banget soalnya!”

Dinda tertawa diantara desahannya, lalu melanjutkan godaannya pada “pacarnya” di bawah

“Ahh maaf ya sayang...Kontolnya si Asep enakk bangetss! Ayo Sep yang kerashhh..Aku pengen keluar nihh!”

“Owh Broo! Memek cewek lo legit bangeeettt!” seru Asep sambil mempercepat pompaannya

“Ah sayaaang susu aku diremes-remes sama si Asep nihhh...Ahhh aku mau keluar nihh Yaaaankk!”


Merasakan Dinda hendak orgasme, Asep semakin mempergencar genjontannya. Mereka berdua mengerang tanpa malu-malu di tempat terbuka itu. Sinar matahari membuat bulir-bulir keringat di tubuh mereka bercahaya. Hingga akhirnya Dinda memekik dengan tubuh tersentak-sentak.

“Aaahhh! Keluar Yaaankk! Aku...Ahhh...Sama kontol si Aseeepppphhh!”

Asep menikmati cengkraman dinding memek Dinda, dibiarkannya gadis itu menikmati klimaksnya sebelum dia mulai menggenjotnya kembali.

“Ngghhh sayaang...Si Asep nakal niihhh...Aku baru aja keluar udah digenjot lagiii...Huuu”

“Bro, sori yaa...Cewek lo memeknya gua pinjem lagi, nanggung nih belom keluar” balas Asep

Mereka bermain gila seperti itu untuk beberapa lama, sepertinya membayangkan Anto berada di situ dan melihat persetubuhan mereka membuat keduanya bergairah. Dinda berkali-kali orgasme di tangan Asep, sebelum Asep kembali siap berejakulasi untuk kesekian kalinya.

“Aaahhh Brooo...Sori, gua mau muncratin memek cewek looo!” teriak Asep pada Anto yang dia bayangkan ada di sana

“Nnnnghhhh ahhhh Sayaaaang! Tolongin akuuu! Aku mau dicrot di dalem sama Aseeeppp!” teriak Dinda tak kalah heboh

“Gua hamilin cewek lo! Gua hamilin nihh!”

“Aaahhh aku mau dihamilin sayaaaang...Ahhhh keluar lagihhhh!” pekik Dinda

CROT! CROT! CROT!

Tubuh keduanya gemetar seperti tersengat listrik. Rasa nikmat yang luar biasa membuat keduanya merinding seperti kedinginan, padahal sinar mentari yang semakin panas menyinari tubuh berpeluh mereka. Setelah rasa itu reda, keduanya terduduk lemas di balkon dengan nafas terengah-engah.

“Ahh gila banget tadi...” ujar Asep

“Iya, ngebayangin si Anto ada di situ ngeliatin kita hahahaa...”

“Wew, pasti udah dibunuh dah gua”

“Aku juga pasti udah dipecat jadi pacar”

Asep merasa plong. Rasanya lega sekali, dan itu bukan karena hanya berkat ejakulasi. Seperti peju, perasaan memang lebih enak dikeluarkan daripada disimpan. Apapun resikonya nanti, keluarin ajah! Itulah pelajaran yang Asep ambil hari ini.


Sekarang tinggal menghabiskan waktu tersisa sampai saatnya pulang nanti sore. Menenangkan burungnya Asep yang didoping jamunya Jejen. Dan Asep teringat sesuatu yang belum pernah dicobanya. Ini sudah hari terakhir, kesempatan berikutnya mungkin baru datang beberapa minggu lagi.

“Eh Dinda...Pengen nyoba sesuatu nih, kalo boleh sih...” ujar Asep hati-hati

“Nyoba apaan Sep? Bilang ajja”

“Umm, itu...Pengen nyoba, aduh apa tuh namanya yang ke lobang pantat itu”

“Oh, anal? Mmm sok aja kalo mau nyoba mah” jawab Dinda dengan tenang

Asep agak kaget juga melihat reaksi Dinda. Seolah-olah hal itu sudah biasa bagi gadis itu.

“Beneran? Gak bakal sakit nih?”

“Yaa pastinya rada sakit sih awalnya, tapi nanti enak kok. Asep gak usah khawatir, kita mah selalu siap kok”

“Selalu siap?”

“Iiya kebiasaan Mas Jejen maen colok di pantat gak bilang-bilang hehe, jadi kita selalu mastiin di situ bersih”

Sialan si Jejen, rutuk Asep dalam hati. Muka pantat hobinya nyolok pantat juga.

“Ya udah atuh hayu, gini aja yah posisinya biar gampang” ujar Dinda santai sambil menungging dengan tubuhnya bertumpu di siku dan lutut, tak peduli di atas lantai ubin balkon yang dingin.

Asep menelan ludah melihat lubang pantat Dinda yang terekspos jelas di depan matanya, tampak kembang kempis mengundang untuk dicoblos. Dengan gugup Asep memposisikan tubuhnya, tangannya mencengkram pantat bulat Dinda.

“Ahhh ayo Sep, masukin...Tapi pelan-pelan yaahh” desah Dinda lirih

Asep menarik nafas sebelum mulai mendorong kontolnya masuk ke lubang anus Dinda. Untungnya masih ada sisa cairan cinta Dinda dan pejunya sendiri melumuri kontol Asep yang berfungsi sebagai pelumas. Tapi Asep tetap berhati-hati dan menusuk dengan lebih pelan dari biasanya.


“Aduduh!” Dinda meringis

“Sakit yah?”

“Ah, dikit sih. Terusin aja Sep, mumpung kontolnya masih licin gitu”

Diiringi erangan dan desisan Dinda, Asep pun akhirnya berhasil memasukkan seluruh batangnya dalam lubang pantat Dinda. Rasanya nikmat sekali, tapi nikmatnya benar-benar beda. Anus Dinda begitu sempit dan peret.

“Ngghhh Sayaaaang...Si Asep nakal lagi niiih...Aku disodomi coba sama diaa” lenguh Dinda

Lah, pikir Asep, ternyata Dinda masih ingin melanjutkan skenario gila yang tadi. Ya sudah, Asep ikut saja.

“Owwhhh...Gua pinjem pantat cewek lo sekarang ya!”

Dinda pun tertawa-tawa diantara erangannya. Walaupun hanya berdiam saja sudah terasa dicengkram, Asep mulai menggerakkan kontolnya dengan hati-hati.

“Kalo sakit bilang aja yaa...Ughhh perrreeet bangettt!”

“Gak papa Seepppph...Ntar juga aku biasa –Ahhh!”

Dan memang lama-lama anus Dinda pun terbiasa, rasa sakitnya hilang tergantikan rasa nikmat yang berbeda. Memeknya yang kosong merekah kembang kempis mengalirkan cairan cinta yang terus mengucur deras bersama dengan gumpalan sperma Asep yang tadi disemprot di sana. Tentu di posisi ini Asep tak bisa melihatnya dan karena penasaran, Asep mengulurkan tangannya melewati paha Dinda sebelum jarinya sampai di bibir memek Dinda.

“Wiiiw, banjir banget lubang yang ini!” serunya takjub

Dinda melenguh semakin kencang saat Asep merangsang memeknya “Aaaahhh Sayaaang! Ini si Aseeppphh...Ahhh...Udah nyodomi akuhh...Mmmhhh..Masih maenin memek aku jugaahhh!”


Jari-jari Asep terus mengocok memek Dinda dan menggesek-gesek kelentitnya sementara kontolnya terus memompa anus Dinda. Tak tahan dirangsang seperti itu Dinda pun mencapai puncak kenikmatannya tak lama kemudian.

“Ahh a-aku...Ahh enakkk bangettt! Enakkk disodomi tuh Yaaannnggg...Maaf yaa aku blom pernah ngasihhh ke kamuhhh!” pekiknya, masih membayangkan pacarnya ada di sana.

Asep merasakan memek Dinda menyemprotkan cairan bening dalam jumlah banyak. Tapi karena tanggung, Asep melanjutkan genjotannya membiarkan Dinda menggeliat-geliat keenakkan. Sensasinya benar-benar baru buat Asep, hingga tidak seperti sebelumnya Asep tidak yakin kapan dia akan ejakulasi lagi. Mendengar Dinda mengatakan dia tidak pernah memberi Anto kesempatan melakukan anal membuat Asep semakin bernafsu saja.

“Sori yah bro, boolnya cewek lo gua cicipin duluan...Ughhh sempitnya!”

CROT! Tanpa bisa ditahan Asep menyemburkan lendir kelelakiannya dalam anus Dinda. Dinda hanya tercekat sambil terpejam dengan mulut menengadah. Sementara lubangnya yang lain terus menyemprotkan cairan bening seperti selang bocor.

PLOP! Asep melepas kontolnya dan bersandar di railing balkon sambil mengatur nafas. Dinda masih saja menungging, dan Asep bisa melihat lubang pantatnya menganga lebar bekas dicolok Asep tadi.

“Da..Oy Dinda” panggil Asep

“Kenapa Sep?” jawab Dinda terengah-engah

“Oh kirain pingsan”

“Hahahh...Dasarrrr...Bentar ya aku ngambil nafas dulu...” balas Dinda dengan muka masih menempel di lantai

“Gua ke WC dulu kalo gitu yah”

“Sok”


Asep melangkahkan kakinya menembus kamar menuju kamar mandi atas persis di sebelah kamar mereka. Sayup-sayup suara jeritan wanita masih terdengar di bawah sana. Penasaran, Asep melongok ke bawah. Ternyata Irma sudah sadar dan sekarang sedang digarap oleh Jejen dengan gaya anjing. Entah di memek atau di anus Asep tak tahu. Dita sedang melayani kontol Ari dan Eci tampak sedang ditindih Reza. Mereka masih menjerit-jerit dengan liar seperti binatang, dan Asep merasa dirinya seperti pengunjung kebun binatang.

Meninggalkan mereka Asep masuk ke kamar mandi untuk mencuci kontolnya yang tadi mampir ke lubang pantat Dinda. Anal memang nikmat, tapi cukuplah sekali pikir Asep. Sampai waktunya pulang nanti dia ingin mengeksplorasi memek Dinda sepuasnya. Memikirkannya membuat Asep senyum-senyum sendiri hingga tiba-tiba ada yang membuka pintu.

“Asep lagi ngapaiiin?” tanya Dinda dengan tampang acak-acakan di pintu

“Ohh...Nyuci si Timun kan abis masuk ke lobang yang itu, biar nanti gak kenapa-napa masuk ke lobang yang lain”

“Iiih Asep pengertian bangeettt” Dinda melangkah dan memeluk Asep dari samping, membuat pria itu ge-er.

“Sini aku ajja yang bersihin” ujar Dinda sambil berlutut

“Oh gak usah, tinggal disiram aja kok”

“iih, aku udah rela bantuin juga” tukas Dinda sambil menyiram kontol Asep dengan segayung air sambil dikocok dengan tangan halusnya

“Nah udah nih...”

“Itu apa maksudnya dikocok ya?”


Dinda tidak menjawab, dia hanya memandang ke atas, menatap mata Asep sambil tersenyum nakal lalu HAP! Kontol Asep pun dilahap mulut mungil Dinda.

“Ughhh...” Asep melnguh nikmat merasakan lidah Dinda bergerak-gerak menyapu batangnya

“Awspblmakwspwngnydrkmrwn” guman Dinda tak jelas

Suara kecipak terdengar menggema di dalam kamar mandi. Kepala Dinda yang masih terbungkus jilbab hitam beregerak maju mundur dengan cepat. Pipinya yang biasanya agak tembem tampak kempot menghisap kontol Asep kuat-kuat. Asep hanya bisa menengadah dan terpejam menikmatinya.

“Eh?” Asep bingung ketika Dinda memegang kedua tangannya, lalu mengarahkan tangan Asep untuk memegang kepala Dinda.

“Gwrknkplwakwpkwtangnwnyw” gumam Dinda sambil menatap ke atas

Asep masih belum mengerti, jadi Dinda kembali memegang tangan Asep di kepalanya, dan mengajarkan Asep untuk menggunakan tangannya untuk menggerakkan kepala gadis itu. Asep akhirmya mengerti maunya Dinda, sesaat dia ragu tapi kemudian dia pikir toh memang ini maunya gadis itu. Asep pun mencengkram kepala Dinda, dan digerakkannya kepala berjilbab itu maju mundur seperti boneka. Tanpa sadar pinggulnya ikut bergerak ke arah berlawanan, membuat kontol Asep semakin terhujam dalam-dalam ke mulut mungil Dinda.

“Hnggghhrkkk!” Dinda memekik tertahan dirinya di-facefuck oleh Asep

Sensasi ini benar-benar luar biasa bagi Asep, dan dia tidak ingin berlama-lama takut Dinda kehabisan nafas. Hingga kontol Asep pun meledak lagi, memuntahkan cairan kental dalam mulut Dinda.


“Ugh!” Asep menggeram, tanpa sadar dirinya menahan kepala Dinda hingga tak bergerak.

Barulah setelah semprotannya habis, Asep melepas kepala Dinda

“Puahhh!” Dinda menarik mulutnya hingga kontol Asep lepas.

Dan dalam satu tarikan nafas, GULP! Dinda menelan semua cairan yang bersarang di mulut mungilnya.

“Hahhh...Hah...Hah...Apaan tuh tadi” Asep bersandar di tembok sambil mengatur nafas

“Enak kan Sep merkosa mulut aku?” tanya Dinda yang sedang mengelap bibirnya dengan punggung tangan

“Gila, brutal banget...Situ gak apa-apa emang?”

“Yaa aku susah nafas sih...Tapi rasanya gimana gitu diperkosa di mulut hahaha” ujar Dinda tenang

“Wew...Udah yuk balik ke kamar” Asep membimbing Dinda berdiri

“Idih, masih mau lanjut?”

“Iyalah, sampai nih si Timun lemes, kenapa emang? Bosen?” Asep menunjuk selangkangannya

“Nggak lah Sep, lagian Asep belum...”

“Belum apa?”

“Belum bikin aku keenakkan sampe pingsan kayak Mbak Irma tadi” goda Dinda sambil menatap Asep dengan nakal

“Wah nantangin terus nih cewek, sini gua entotin sampe gak bisa jalan!” balas Asep sambil menarik tangan Dinda yang tertawa riang keluar dari kamar mandi.


Keduanya kembali ke kamar dan menghempaskan tubuh mereka di atas kasur. Mereka berciuman dengan ganas, tangan keduanya kelayapan menggerayangi tubuh lawan mainnya. Keringat mereka semakin mengucur deras dan bercampur satu sama lain saat tubuh mereka bergesekan. Bibir indah Dinda habis Asep ciumi, buah dada Dinda terus Asep remasi, dan puting coklat muda milik Dinda tak hentinya dipilin, dicunit, digesek, dijilat, dan disedot-sedot Asep. Tanpa jeda Asep kembali memasukkan si Timun dalam lubang memek Dinda yang banjir total. Tubuh Dinda digenjotnya tanpa kenal lelah, membuat gadis itu mencapai puncak dengan mudahnya. Asep terus dan terus memompa kontolnya sambil merangsang semua titik sensitif Dinda yang dia bisa. Dinda membalas dengan suara dan ekspresi erotis yang menambah birahi Asep. Dinda orgasme tiga kali lagi sebelum kontolnya kembali menyiram rahim Dinda. Tanpa istirahat, tanpa dicabut Asep memiringkan tubuh Dinda kemudian kembali menggenjotnya dengan brutal. Dinda yang terhentak-hentak hanya pasrah, bersiap menyambut klimaks yang pasti akan datang susul menyusul.

Entah berapa jam keduanya bercinta dengan ganas seperti itu. Dinda seperti ikan asin yang dijemur, tubuhnya dibolak-balik Asep sesuka hati. Mencoba berbagai posisi dari yang biasa ke yang aneh-aneh. Kontol Asep nyaris tak pernah lepas dari memeknya, walaupun sudah muncrat berkali-kali. Dinda merasa memeknya terisi penuh oleh benih Asep, sampai-sampai sebagian meluber keluar saat kontol Asep menggempur lubang itu dengan brutal. Dinda sudah tak menghitung lagi berapa kali Asep crot, apalagi orgasmenya sendiri. Keduanya sudah setengah sadar, tubuh mereka seolah-olah hanya digerakkan murni oleh nafsu. Pinggul Asep seperti robot yang diprogram terpisah dari otaknya, terus mengobok-obok memek Dinda tanpa diperintah. Begitu juga pinggul Dinda bila gilirannya tiba untuk posisi di atas tubuh Asep.


Hingga akhirnya ketika matahari mulai condong ke barat, Asep merasakan timunnya melembek setelah ejakulasinya yang terakhir. Dengan lemas, Asep menarik senjatanya keluar dari lubang Dinda yang sudah tak berdaya. Asep menghempaskan tubuhnya di samping Dinda yang tadi ia tindih dan langsung terlelap. Sama dengan Dinda yang tergeletak begitu saja dengan kaki mengangkang, memperlihatkan cairan kental mengalir keluar dari memeknya yang menganga.


Mereka tak bisa beristirahat lama-lama sayangnya, tapi untung cukup untuk memulihkan sebagian tenaga mereka. Dita yang sudah rapi dan berpakaian membangunkan mereka.

“Oh pada di sini toh...Dindaaa, Mas Aseeepp, ini udah ampir jam 4 lho, ayooo!” serunya

“Mmmhh...Ah Mbak Dita...Udah sore ya Mbak” gumam Dinda sambil mengucek mata dan menutup kakinya yang masih mengangkang

“Iiyaa Dinda ayo mandi terus kita siap-siap...Mas Asep juga”

Dinda bangkit, sepertinya dia yakin tenaganya sudah pulih. Tapi ketika dia berdiri, kakinya terasa lemas. Dengan terhuyung Dinda mencoba berjalan walau sulit.

“Aduh kenapa nih kaki aku...” tanyanya bingung sambil terus mencoba melangkah keluar kamar

“Dinda hati-hati, ntar jatuh di tangganya” saran Dita khawatir melihat Dinda sempoyongan

“Gak papa Mbak, udah baikan kok” seru Dinda

Setelah Dinda keluar dari kamar dan menghilang dari pandangan, Dita menoleh menatap Asep yang hanya cengar-cengir

“Itu anak orang diapain aja sampe gak bisa jalan gitu?” tanya Dita

“Ah cuman maen-maen sama timun doang kok dia mah”

“Ih serius Mas Asep! Jadi gimana tadi udah clear belom sama Dinda?” tanya Dita dengan mata berbinar

“Udah Mbak, lega banget deh rasanya”

“Hmmm, lega karena pejunya keluar semua atau karena unek-uneknya keluar semua?”

“Dua-duanya sih hehe”

Dita tersenyum “Bagus deh kalo gitu, ayo Mas Asep cepet bangun” katanya sambil melangkah keluar kamar

“Oh iya” ujar Dita tiba-tiba saat sampai di dekat pintu

“Kenapa Mbak?”

“Umm...Mas Asep kalo masih mau...Umm, curhat sama aku kapan aja boleh kok”

Asep melihat pipi Dita sekilas memerah saat mengucapkan kalimatnya tadi

“Kalo mencurahkan yang kentel-kentel sama Mbak juga boleh kan?” godanya

Dita hanya tertawa mendengarnya “Oh gini ya Mas Asep ternyata kalo gak galau, gombalnya ngalahin Mas Reza haha” sebelum menghilang di balik pintu


Sebelum pulang mereka membersihkan villa itu terlebih dahulu. Irma hanya ingin villa milik keluarganya bebas dari sisa-sisa pesta seks mereka. Untung tak ada sampah mencurigakan seperti kondom bekas misalnya. Yang penting mainan seks Reza tak ketinggalan, lantai bersih dari ceceran sperma dan cairan cinta, dan seprai kamar atas hendak dibawa Irma ke laundry. Untuk karpet, mereka hanya bisa berharap tak ada yang curiga dengan bercak-bercak yang mereka tinggalkan. Para cowok tak protes harus bersih-bersih dan merapikan villa, karena para gadis ikut membantu. Kecuali Eci yang terduduk lemas di kursi dengan tatapan kosong.

“Sep, lo ama si Dinda ngilang ke mana?” tanya Reza

“Ke kamar atas”

“Oh, tempat kita ngeroyok si Dinda bertiga kemarin ya” timpal Ari

“Ya kalo gitu emang pas jatah lo Sep”

“Ho-oh. Eh kalian gimana? Kayaknya si Mbak Eci sampe lemes gitu”

Ari dan Reza tersenyum sombong “Abis dia sama kita-kita”

“Betul, pasti gak akan berani lagi nyinyir sama kita” Reza menepuk dada

“Yah, bagus deh kalo gitu” timpal Asep cuek


Tibalah waktunya pulang dan berpisah. Para gadis menumpang mobil Irma, yang mengeluh pantatnya pegal disodomi Jejen tadi. Dita tampak biasa-biasa saja. Dinda tetap ceria seperti biasa, walaupun kakinya masih terasa lemas. Sementara Eci tak seperti biasanya irit bicara. Para cowok mengendarai motor masing-masing. Semuanya sukses menjinakkan burung mereka yang didoping atas perintah sewenang-wenang Eci. Mereka pulang dengan wajah senang dan puas. Walaupun lemas.

Asep yang terjebak macet di perjalanan ke rumahnya mendapati HPnya di saku bergetar. Ternyata BBM dari Dinda.


D: “Eh Sep, sori aku lupa bilang makasih buat timunnya haha”


A: “Ah tenang aja, kapan pun butuh gua pinjemin nih”


D: “Iiya iya, tapi gratis yaaa hehe”


D: “Oh iya”


D: “Makasih juga buat Asep yang udah ngeramein pesta kemaren, jauuuh lebih seru deh dari yang udah-udah”



A: “Masa?”


A: “Kan Dinda yang ngerekomendasiin gua, jadi makasih juga yah”


D: “Hehe. Sama2 ya, anggota baru”


A: “Okeeh, salam buat si Anto yah”


Asep memasukkan HPnya kembali dalam saku sambil tersenyum. Inilah yang terbaik, pikir Asep. Entah kapan pesta berikutnya akan ada, tapi yang penting Asep sudah punya kenangan indah. Galau di hatinya pun hilang sudah. Pesta di akhir pekan yang benar-benar luar biasa!


TAMAT
 
Terakhir diubah:
EPILOG

Dinda

Hari senin setelah pesta itu. Di lorong kantor Dinda menyambut pacarnya Anto, yang membawa satu kantung plastik ukuran besar.
“Tadi malem nyampe ke sini jam berapa? Kok gak ngabarin?” tanyanya sambil tersenyum manis
“Tengah malem Yang, takutnya ngebangunin kamu...Nih” jawab Anto sambil memberikan kantung plastik yang dibawanya.
“Asiiik oleh-oleh hehehehe”
“Bagiin sama yang lain ya, ama gengnya si Jejen juga”
“Hah, pasti abis sama mereka ini mah”
Saat Dinda asyik memeriksa isi bawaan Anto, pria itu berbisik di telinga Dinda
“Yang...Ntar malem aku ke kosan kamu yah”
“Hmm? Kenapa emang? Baru hari senin” jawab Dinda cuek
“Ih, ari kamu mah. Udah manasin aku pake timun masih aja gak ngerti”
“Oooohhh, gak tahan nih yeee” ledek Dinda sambil tertawa
“Sssttt jangan keras-keras ah...Boleh ya?” mohon Anto
“Iiya, dateng aja napa, kayak bakal diusir aja”
Anto bersorak gembira, lalu setelahnya pacar Dinda itu pamit untuk kembali bekerja.

Dinda yang ditinggal sendiri menyandarkan tubuhnya ke dinding. Perlahan gadis berjilbab itu meraba selangkangannya. Membayangkan nanti malam dia akan bercinta dengan Anto membuat cairan cintanya mengalir. Tapi rasanya ada sesuatu yang kurang. Pesta gila kemarin telah mengubah Dinda. Memang bukan pesta yang pertama, tapi sejak Asep bergabung dan menyeimbangkan jumlah laki-laki dan perempuan di grup, pesta itu jadi jauh lebih seru. Banyak pengalaman seksual baru yang membuka matanya dan juga membangkitkan sisi binalnya. Dan Asep sendiri, ternyata bisa juga membuatnya takluk. Tak salah Dinda merekomendasikannya. Kenangan pesta kemarin begitu berkesan buat Dinda, dia jadi tidak yakin apa dia bisa menjalani hari-harinya seperti biasa.

“Aahh...Kayaknya aku gak bakalan puas deh kalo sama si Anto aja” gumam Dinda sambil menghela nafas.

Eci

Beberapa hari setelah pesta kemarin. Di kantor, tepatnya di gudang dokumen yang terpencil dari ruangan lain, tiga manusia sedang bermandi peluh. Bukan karena hanya ruangan itu gerah tanpa pendingin. Tapi karena mereka sedang berhimpitan. Eci dijepit Ari di depan dengan Jejen di belakang. Ketiganya telanjang bulat, dan bisa ditebak apa yang sedang mereka lakukan.
“Aaahh udahh ahh kaliaaan...Ini di kantooor” erang Eci lirih
“Tenang Mbaaakk...Kuncinya kita yang pegang kok!” jawab Ari sambil terus menggenjot memek Eci
“Aahhh...Tapi-tapi khan...Ini jam ker- Ahhhh!” Eci menjerit tertahan ketika Jejen menghentakkan kontolnya kuat-kuat dalam lubang anus Eci
“Gak bakalan ada yang curiga lah, tenang weh atuh” ujar Jejen cuek
Ya, keduanya sudah ketagihan men-DP Eci. Bukan hanya untuk melampiaskan birahi, mereka juga senang membuat Eci yang biasanya galak dan cerewet itu merengek minta ampun dalam jepitan mereka. Malah semakin bete dan galak Eci, semakin bernafsu mereka. Eci tak bisa melawan, karena perlawanannya hanya menambah bensin ke api.
“Eh Mbak, peraturannya yang itu direvisi dong”
“Mmhh...Peraturan yang manahh?”
“Itu yang ngelarang kita maen sama cewek-cewek di luar pesta”
“Ahh, kalian udah ngelanggar jugaaa...Percum- Ahhhh!” Eci menggelepar dalam jepitan mereka
“Jadi gak apa apa ya kita giniin Mbak tiap hari?”
“H-hhaahh? Tiap hari?” Eci membelalak mendengarnya
“Iye, siapin badan aja ya Mbak” jawab Ari dengan santainya
“Urang nyieun jamu dosis dobel isukan!” seru Jejen
“Bener Jen! Sekalian minjem vibratornya si Reza juga yuk!” timpal Ari

Eci langsung lemas mendengarnya. Dia hanya terkulai pasrah, bagai daging dalam sandwich di antara jepitan dua pria yang menggarap dua lubangnya tanpa ampun.
“Ah mampus deh gua kalo kayak gini terus...” batin Eci sebelum tubuh mungilnya gemetar karena orgasme untuk kesekian kalinya.
“Tapi...Tapi enak juga sih...Ah bodo amat lah...”

Irma

Hari sabtu sore, seminggu setelah pesta kemarin.
Irma menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kesal. Gadis bertubuh tinggi semampai itu mengumpat-umpat sendiri melampiaskan kekesalannya. Betapa tidak, rencananya menghabiskan malam minggu berdua dengan pacarnya gagal total. Ketika mereka bertemu, mereka malah bertengkar hebat karena masalah sepele. Hingga Irma meninggalkan pacarnya dan pulang begitu saja. Di rumah, dia kembali bertengkar dengan ibunya yang tidak menyetujui hubungan Irma dengan pacarnya yang sekarang. Jadilah Irma berguling-guling tak jelas di kasurnya sendiri. Setelah agak tenang Irma meraih HPnya, mencoba menghubungi sahabatnya Dita. Mungkin dia bisa diajak jalan.
“Tuut...tuuut...tuut” tapi Dita tak kunjung mengangkat teleponnya
“Aaah si Dita lagi ngapain sih, jangan-jangan lagi ngentot tuh anak” gerutunya kesal sambil menutup telepon.
Irma bengong beberapa saat hingga dia tersadar. Irma ingat, dia punya bentuk ‘pelarian’ yang pasti bisa membuatnya melupakan bete-nya saat ini. Dan Irma yakin, pasti dia tidak akan ditolak.
“Tuuut...”
“Halo Ir, ada apaan?” tanya suara di seberang telepon
“Hey Reza, lo lagi ngapain sekarang?”
“Errr, maen PS sama temen-temen sekampung”
“Ntar malem lo ada acara?”
“Kagak sih, paling jalan-jalan gak jelas...Kenapa sih lo?”
“Ya udah sini lo bantuin gue”
“Bantuin apaan?”
“Gua pengen...” ada jeda sesaat “Gua lagi pengen ngentot. Sini, pinjemin kontol lo”
Sepertinya Reza terhenyak di ujung telepon sana karena tak ada suara untuk beberapa saat
“Anjrit Ir, gak biasanya lo...Umm, lo yang minta kayak gitu”
“Terus? Lo kira gua gak pernah butuh gitu? Apa udah bosen sama memek gua?” nada suara Irma mulai meninggi
“Kalem Ir kalem, kenapa gak minta sama cowok lo aj-”
“Heh, gak usah nyebut-nyebut dia! Yang penting lo mau gak? Nih memek gratisan punyanya cewek cakep, gua tawarin buat lo pake seenak jidat lo!” cerocos Irma
“Iya iya, sabar Ir...Oke deh gua mau”
“Bagus! Diem di situ, ntar gua jemput!”

Irma menutup telepon sambil tersenyum puas. Gadis bermata sayu itu meraba selangkangannya. Sejak pesta kemarin, dia memang semakin tergila-gila dengan seks. Kedatangan Asep yang menggenapkan jumlah laki-laki di pesta sepertinya membuat pesta kemarin sangat berkesan buat Irma dibandingkan sebelumnya. Sekarang, seks seperti pelarian baginya. Semacam candu. Dan ia rela menukarkan harga dirinya demi kenikmatan yang bisa membuatnya melupakan masalah hidup.

Dita

Hari sabtu sore, seminggu setelah pesta kemarin.
Dita terbangun mendengar HPnya berdering. Tapi dia malas menjawab hingga dibiarkannya deringan itu berhenti. Paling si Irma ngajak jalan, pikirnya. Dita menghela nafas, kemudian menggeliatkan tubuhnya yang telanjang bulat sebelum kembali memeluk pria yang tertidur di sebelahnya. Dita tersenyum memandang wajah pria itu yang begitu damai dalam tidurnya. Tangannya merabai bulu di dada pria yang juga telanjang bulat dengan mesra.
Pria itu adalah Asep. Dita mengundangnya ke kosannya untuk ‘sesi curhat’. Walapun yang terjadi sebenarnya adalah Asep mencurahkan benihnya ke tubuh Dita. Mereka bercinta tanpa henti dari pagi hingga siang, disela makan siang sebelum kembali memacu gairah hingga mereka tertidur lemas. Ternyata tanpa jamu Jejen pun Asep bisa melayani nafsu Dita yang menggebu-gebu. Dan Dita pun dengan senang melayani Asep sepenuh hati, dan mengajarkan Asep semua yang dia tahu.
Awalnya Dita tak mau mengakui. Tapi sekarang dia menyadari...Bukan, bukan rasa cinta yang dia rasakan untuk Asep. Dita tidak merasa ingin memiliki apalagi menguasai Asep, tak ada juga rasa cemburu. Tapi Dita merasa Asep unik. Pria itu berbeda dengan semua pria yang pernah mencicipi tubuhnya. Baik yang kasar maupun lembut. Dita tak mengerti, bagaimana Asep bisa bercinta dengan liar tapi masih menyimpan kepolosan dan kesederhanaannya. Asep juga tidak berubah walau diantara para peserta pesta yang sudah hancur secara moral.
Buat Dita, Asep adalah manusia langka. Menemukan Asep membuat hidup Dita berwarna. Mungkin sensasi seksual yang diberikan Asep bukanlah yang terhebat yang pernah dirasakan Dita. Tapi itu tak penting buatnya, yang Dita inginkan hanyalah mempelajari pria unik yang ia sedang peluk sekarang. Mungkin Dita memang sudah tak bisa lagi merasakan cinta, tapi Asep memberinya harapan. Setidaknya ada sesuatu yang bisa dia rasakan selain kenikmatan fisik, walaupun bukan cinta dan tak bisa dideskripsikan. Ah, ternyata bukan hanya Asep saja yang bisa punya perasaan tidak jelas, pikir Dita.

Asep terbangun ketika Dita mempermainkan putingnya.
“Ah Mbak, jam berapa ya sekarang?”
“Udah rada gelap Mas Asep, lapar ya?”
“Lumayan sih”
“Yuk kita makan malam dulu, atau...” perlahan Dita mengocok kontol Asep “Satu ronde dulu?”
Asep membalasnya dengan mencium bibir tipis Dita, dan keduanya pun kembali bercumbu mesra.

Asep, pria sederhana dan polos itu tak tahu kehadirannya dalam pesta kemarin mempengaruhi para peserta pesta lainnya walaupun buat mereka pesta yang kemarin bukan yang pertama. Baik langsung ataupun tak langsung, bergabungnya Asep mengubah hidup mereka. Sekarang, mereka terutama para gadis tak bisa lagi bersikap biasa di luar pesta. Entah baik atau buruk, waktu yang akan menentukan.

Epilog - Tamat
 
Terakhir diubah:
Baca ini sebelum komen atau nanya!

Bro, kok udah tamat lagi? Kok gak diterusin ke pesta berikutnya gitu

Pertama: belum ada ide, kedua: bosen. Bingung mikirin SS sama sex gamesnya, ini aja udah pusing. Lagian juga gak ada istimewanya, setelah konflik batin Asep selesai. Seperti yang bisa ente baca di epilog, pesta kali ini spesial dengan bergabungnya Asep dan secara langsung/tak langsung mengubah hidup yang lainnya. Jadi ini pesta paling istimewa di antara yang lainnya gitu, dan itu pula sebabnya saya fokus di sang pembawa perubahan, Asep.

Yah, kok Asep gak jadian sama Dinda?


Gak semua cerita harus berakhir dengan si pria mendapatkan gadisnya. Toh kita liat ternyata rugi juga kalo jadi pacarnya Dinda.

Kalo Asep sama Dita? Si anu sama si anu dll?

Itu simpulin aja sendiri hehe ;)

Kalo gak ada rencana sekuel, gimana kalo bikin cerita tiap karakter dari POV masing-masing?

Mungkin saya bakal bikin cerita sendiri buat karakter2 dari cerita ini, tapi itu tergantung inspirasi. Saya juga kan pengen bikin cerita lain dengan karakter baru.

Lebih mantep pake mulustrasi gan

Baca postingan saya sebelumnya soal ilustrasi di thread ini. Males neranginnya lagi.

Ijin copas gan

Gak diijinin juga bakal dicopas. Yang penting jangan ada yang baca di situs lain, trus dateng ke sini sotoy nuduh saya yang copas. Males banget.

Minta Ilustrasi pake foto artis dong, sekalian masukin karakter artis gitu

Fuck you

Wah, penghinaan lambang agama nih, pada ngentot pake jilbab. Parah ente, ane laporin nih SARA


Fuck you too


Sooo anyway...


Tapi bagaimanapun saya selaku pengarang sangat berterima kasih terhadap apresiasi semuanya. Cerita ini jauh dari sempurna, tapi yah buat saya lumayan buat latihan hehe. Bila ada yang terhibur, bila ini bisa dijadikan bacol, saya udah senang kok. Jadi, sekali lagi terima kasih untuk semuanya :beer:
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Lah, bingung juga saya ada yang promosi blog, terus nyuruh saya update di sana. Trus ada yang nge-quote segambreng.
Perasaan kemarin2 penghuni thread ini orang2 baik semua haha.

Yah biarin ajalah orang2 gak jelas gitu. Silakan menikmati.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd