Part 24
Baby, Its Gonna be Alright
by: Floral_Fleur
"Im a kind of man
Whod never start a fight
For those about to getting heavy
I would hold 'em tight
Never feel a weight
In the way you complaining
For you Ive given the will
Fate that never hestitating"
Nggak ada satupun di tempat itu yang mengira bahwa orang pertama yang angkat senjata waktu gue dibilang lonte adalah Iko, mantan cowok gue yang dengan biadabnya gue selingkuhin di belakangnya. Tanpa banyak kata dia menghajar Mamet, yang notabene temen satu gengnya cuma gara-gara Mamet ngata-ngatain gue lonte. Berkali-kali disarangkannya tinju ke mulut mamet yang udah tergeletak nggak berdaya.
Perkelahian baru reda setelah Meiji, Oom SupMod, dan orang-orang yang masih berpikiran waras melerai sehingga perkelahian nggak sampai meluas menjadi kerusuhan massal.
Sudah pasti, Oom SupMod adalah orang yang paling gusar dengan hal ini. Sebab sebagaimana mestinya komunitas
underground, sudah jadi peraturan nggak tertulis bahwa anggota-anggotanya harus tetap
stay low, dan nggak menarik perhatian umum kaya gini. Ditariknya dua orang itu setelah suasana agak dingin agar jelas duduk perkaranya. Gue dan Meiji juga diseret sebagai saksi, huhuhu...
Sebagai orang yang pikirannya paling waras dibanding Jo ataupun Iko, Meiji yang menjelaskan dari awal sampai akhir kronologis peristiwa rusuh di tritnya Trix. Perihal investigasi yang dilakukan Jo dan Oom Admin di Jakarta, juga tersangka yang diduga kuat berasal dari Jogja.
Beneran ente yang nulis, Ko? Oom Supmod menatap tajam ke arah Iko.
Iko terdiam lama. Gue, Jo, dan yang lainnya menunggu nggak bersuara. Berharap-harap cemas sama jawaban Iko.
Ane nanya serius, bener ente yang ngerusuh di cerpan? Oom Supmod bertanya lagi.
Iko menarik nafas panjang, meremas kuat-kuat telapak tangannya.
Ko?
Dari dulu gue udah pengen ngehancurin yang namanya Trix, jawab Iko tegas. Semua pandangan langsung tertuju ke arahnya. Gue, Jo, Meiji, semua nggak percaya.
ANJING LU, KO! Jo mendelik, menahan geram.
Gue udah takut Jo bakal ngamuk mukulin Iko, tapi dia cuma gebrak meja, nendang pot bunga sampai pecah, terus mengumpat-umpat sendiri sampai dipegangin sama Meiji yang ngikutin dia sampai tempat parkir.
Kenapa... Ko...? tanya gue.
Kenapa? Elu masih tanya KENAPA? Pandangan Iko beralih ke arah gue. Mati-matian gue berjuang dapetin hati elu, tapi yang ada di otak elu cuma Trix, Trix, dan Trix yang bahkan elu sendiri nggak tahu mukanya. Iko menatap gue dalam-dalam, bukan dengan amarah, melainkan kepedihan yang teramat di sepasang matanya. Setelah elu ninggalin gue tanpa alasan, elu pikir elu bisa seenaknya asyik mesra-mesraan di cerbung Trix?!
Jadi bener, semua ini gara-gara gue.
Ko... elu nggak ngerti... Trix itu sebenarnya...
Taik lah! Makan udah Trix, gue nggak peduli. Sehebat apa sih orang itu sampai dibelain sama banyak orang?
Nggak ada yang berani bersuara. Semua diam. Gue, bahkan Oom SupMod juga nggak bisa berbuat apa-apa setelah Iko mengakui perbuatannya.
Gue yang salah.
Banned gue, Mod. Gue mengundurkan diri dari kepanitiaan, dari forum, Iko berkata dengan suara bergetar.
Hening. Suara hujan yang deras disertai gemuruh petir. Gue nggak nyangka semuanya bakal jadi kaya gini. Semua orang ngelihatin Iko seolah nggak percaya orang yang loyalitasnya paling tinggi ke forum ternyata melakukan tindakan seperti itu. Iko cuma bisa tersenyum kecut, menandangi temen-temennya satu persatu.
Sorry, ego gue udah bikin elu-elu susah. Gue nggak nyangka, gara-gara gue forum kita jadi kaya gini.
Beberapa orang yang simpati menepuk-nepuk pundak Iko. Nggak papa Ko, kita ngerti perasaan elu.
Gue emang kelewatan, tapi kita harus tetep
Stick to a plan. Tanpa gue acara
gathering nasional harus jalan terus. Iko berjalan melewati orang-orang yang malah menyalaminya satu demi satu. Met, kalau elu dendam sama gue, elu boleh bales dendam sekarang, gue nggak mau ada masalah ke belakangnya, udah cukup forum kita hancur kaya gini. Tapi elu harus tahu, mulut elu sekali-kali emang harus ditatar.
Mamet nyengir kecut, memegangi kompres es batu di matanya. Bangke lu Ko, padahal gue udah belain elu mati-matian.
Iko menepuk-nepuk pundak Mamet. Gue tahu, tapi gue juga belain orang yang gue sayang.
Gue nggak tahu harus bilang apalagi. Mata gue cuma bisa berkaca-kaca ngelihat Iko masuk ke dalam tirai hujan yang membungkus tubuhnya.
= = = = = = = = = = = = = =
Di parkiran, sudah menunggu Jo dengan tangan terkepal. Geledek besar terdengar ketika langkah Iko terhenti dan sepasang sahabat itu kini berhadap-hadapan di bawah hujan yang turun kian deras. Keduanya bungkam, hanya beradu pandang dalam diam. Ada banyak emosi di mata keduanya. Marah, kecewa, sedih, karena merasa satu sama lain saling menusuk di belakang orang yang paling dipercaya.
Gue kecewa sama elu, Ko..., desis Jo. Awalnya gue yang paling nggak percaya waktu semua orang nuduh elu pelakunya. Karena gue tahu, elu itu sahabat gue yang...
Sahabat? Elu masih anggap kita sahabat? Sahabat itu nggak akan merebut pujaan hati sahabatnya sendiri! GUE YANG HARUSNYA KECEWA SAMA ELU. Terengah-enggah, Iko menarik nafas panjang di antara perkataannya. Elu emang anggap gue bangsat pengecut yang udah ngacau di Tritnya Trix. Tapi satu yang harus elu ingat. Sampai mati gue nggak akan pernah bocorin RAHASIA elu.
Petir menyambar keras. Hujan mengguyur deras, bagaikan orkestrasi alami yang mengiringi adegan apapun yang akan terjadi setelah ini.
Jo hanya bisa terdiam, memandangi Iko yang berjalan menjauh sebelum menghilang ditelan deras hujan. Seharusnya Iko yang tertunduk malu sebagai pelaku kejahatan. Namun yang ada malah Jo yang kehilangan muka seolah seisi comberan disemprotkan ke wajahnya.
"Possibility is infinite
And it may vary
Personality is folded
And none simple as binary"