Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Yona dan hal majestik bernama Cinta (2nd Majestic)

Status
Please reply by conversation.

nodacangcut

Semprot Lover
Daftar
17 Jul 2015
Post
278
Like diterima
88
Bimabet
Ini adalah kelanjutan lika liku kisah Rehan dan Yona dalam cerita Yona dihadapanku..
Silahkan baca dulu disini agar lebih mudah memahami kelanjutan ceritanya.
Sebelumnya hubungan seksual antara Rehan dan Yona hampir memiliki kendala karena tidak adanya restu dari Shania, tapi dengan keperkasaan Rehan dan tehnik bercintanya Shania pun takluk.
Yona yang berkali kali digauli Rehan mulai mengalami problema di hatinya, perasaannya terhadap Rehan pun mulai tumbuh.
Sementara Rehan akan memiliki saingan baru, siapakah?
Lalu bagaimana akhirnya hubungan kedua insan ini, apakah akan menjadi Cinta atau hanya partner seks semata?
Silahkan nikmati kisah ini dengan sepenuh hati.
Akhir kata, selamat membaca!


ePNgNccY_o.jpg



PART 1
Full Moon


Di usianya yang masih muda, Rehan adalah seorang pengusaha yang lumayan sukses.
Dia adalah pemilik cafe paling terkenal di daerah Bogor.
Meski begitu dia tetap menjadi pribadi yang sederhana, bahkan pengunjung cafe tak akan tahu kalo Rehan adalah si pemilik jika dia sedang melakukan kunjungan. Rehan kelahiran asli Bogor, kulitnya sawo matang dan wajahnya lumayan, kalau kata mantan mantannya sih dibandingkan cool Rehan lebih pantas disebut cowo manis.
Rehan selalu berpenampilan apa adanya, bahkan lebih bisa dibilang terlalu cuek.
Rehan lebih nyaman memakai kaos dan jins robek robek dibanding kemeja, dasi, dan celana bahan.
Sehari hari, untuk bepergian Rehan lebih memilih membawa motor matic kesayangannya dibanding membawa Pajero sport yang akhirnya cuma dipanasin setiap hari saja di garasi Rumahnya.

Wah, author terlalu banyak memuji hehe.
Sekarang cerita ini biar aku ambil alih lagi ya bos !


Siang hari ini aku sama sekali tidak ada kegiatan. Kegabutan itu makin melanda lantaran hari senin adalah jadwal libur teater JKT48 jadi hari ini pun aku tak bisa main main ke sana.
Iseng aku nongkrong di teras, ditemani es kopi dan nastar yang dibeli bibi tadi pagi.

Pikiran ku pun melayang ke kejadian dua hari yang lalu, saat dimana Yona hendak mengatakan sesuatu yang sepertinya penting.

"Dari situasinya sih kaya mau nembak, ah tapi masa sih..." batinku ragu .

Kalimat terakhirnya yang terpotong teriakan Shania itu masih terngiang ngiang di telingaku

"Aku... sebenernya... suk...

Suk ? Sukro ? Jadi sebenarnya selama ini Yona adalah Sukrooo??
Oke ini garing, maklum aku lagi gabut.

Tapi toh sebenarnya aku tak perlu berspekulasi, karena nanti ada saatnya kalimat Yona itu terucap seluruhnya.

"Nak... nak Rehan ... ada telepon ..." Bibi lari tergopoh gopoh menghampiri ku.

"Dari siapa bi ?" tanyaku

"Tadi sih katanya namanya Vidi..."

"Hah, Vidi ? Cewek apa cowok ?" aku jadi penasaran juga. Soalnya seingatku aku tidak punya kenalan bernama Vidi.

"Suaranya sih cewek, buruan atuh kesana langsung dijawab ajah ... Bibi mau ngurusin kelinci di belakang " Bibi langsung melengos meninggalkanku.

Ya sudah karena penasaran aku pun ke ruang tamu tempat telepon rumah diletakkan . Sambil duduk di sofa aku menjawab telepon dari Vidi .

"Halo, Vidi ..?" sapa ku

"Hah, Vidi ? Siapa ?" kata suara di seberang telpon.

Aku sepertinya kenal suara ini, suara cewek bernada rendah dan agak sengau ini tak mungkin tak ku kenali.

"Yona ? Kok tadi kata si bibi nama lu Vidi sih hahaha" ujarku tertawa geli

"Ah parah, padahal tadi aku bilang Vivi loh Viviyona... hmmm" kata Yona suaranya terdengar bete.

"Ya lagian lu juga ngapa gak nelpon ke hape aja, malah ke telpon rumah"

"Belom isi pulsa aku, mau keluar mager nih" kata Yona beralasan.

"Oh gitu, terus ada apa nih ?" Aku menanyakan maksud Yona menelpon ku.

"Aku bete nih, aku kan jadwal jeketi libur sampai rabu ... Ngga ada kuliah juga, kak Rehan main kek ke sini" jelas Yona

"Eh... Ke sini kemana, rumah ? Orang tuamu gimana entar ?" tanyaku ragu.

"Lagi pada di rumah nenek kok, pulangnya selasa malem ..."

"Wah, lu mah ngundang macan ke kandang ayam ini mah" kataku cengengesan .

"Ayamnya udah biasa kok dimakan macan haha" balas Yona cengengesan juga.

"Mancing mancing mulu ... Gue gas sekarang apa gimana ?" tanyaku

"Hehe, iya sekarang aja ... Nitip makanan yah kak, ibu lupa gak ninggalin makanan, aku juga mager nih masak mah" kata Yona.

"Beres, yaudah sampe ketemu yona" kataku kemudian ku tutup telepon.

Aku menghirup nafas dalam dalam, hufff haaaa!
Mandi dulu !


Rumah Yona tak begitu jauh hanya sekitar tigapuluh menit saja.
Di perjalanan aku sempat mampir sebentar ... Ke tukang jamu.

"Boss, jamu nanjak boss!" teriakku pada si pemilik kios yang akhir akhir ini jadi kios langganan.

"Eh si bangsat mau nanjak lagi aja, perasaan belom seminggu dah lu nanjak!" kata si boss yang juga ikutan teriak, maklum si boss kios jamu ini rada budeg kupingnya.

"Anak muda namanya juga boss, lagi tinggi tingginya ini libido hahaha" kataku sementara si boss sedang asik meracik jamu nya.

"Enak bener, bini gue aja udah ogah ogahan ditaikin, jajan mulu tekor gue" kata si boss sambil menyerahkan segelas gede jamu racikannya yang otentik.

"Minum dulu ya..."
Aku langsung meneguk segelas jamu itu dalam sekali tenggak saja, memang harus begitu kata si boss biar hasilnya lebih ngejreng.
"Mantab, siap tempur dua hari!"

"Bangsat dua hari ! Itu memek anak orang kaga lobeh apah ??" kata si boss kaget.

"Bercanda elah hahaha, udah ya boss cabs dulu!" Kataku pamit sembari meletakkan selembar lima puluh ribuan di meja kios si boss.

Si boss geleng geleng kepala melihatku yang begitu penuh dengan semangat buru buru tancap gas meninggalkan kios jamu si boss yang letaknya di pinggir jalan.
"Jadi pengen balik muda lagi gue... hmm" gumam si boss.


Setibanya di depan rumah Yona, aku sedikit melirik lirik tetangga khawatir ada yang melihat.
Ah aman, buru buru ku pencet bell.
Tak perlu lama menunggu, Yona keluar dan segera membukakan gerbang agar aku bisa memarkirkan motor ku di dalam.

"Assalamualaikum mamah..." sapa ku sambil mendorong motorku masuk.

"Wa'alaikumsalam, dih tumben ngucapin salam ?" balas Yona menyapaku.

Aku cuman tertawa saja.
"Yuk masuk, anggep aja rumah sendiri yah" kataku berlagak seperti tuan rumah.

"Wey rumah siapa emang hih" ledek Yona sambil mencubit pinggangku.

Kami berdua pun tertawa dan melangkah masuk.
Yona mempersilahkanku untuk duduk di ruang tv, sementara dia pergi ke dapur untuk menyiapkan bungkusan makanan yang kubawa, ngga spesial cuma dua bungkus nasi padang saja.

Aku duduk di sofa panjang yang menghadap lurus ke TV, di kiri dan kanan ku terdapat sofa lagi yang saling berhadapan namun ukurannya lebih kecil, cukup untuk duduk sendiri.
Di hadapanku sebuah TV layar datar berukuran besar diletakkan pada semacam lemari yang lebih besar lagi.
Sisi sisi lemari besar itu dibuat seperti rak dan diisi bermacam macam cinderamata, sementara di sisi satunya dipajang berbagai poto yang juga memiliki variasi ukuran.
Di salah satu bingkai foto aku melihat foto keluarga Yona, lengkap dengan kedua orang tua beserta adik laki lakinya.
Tengah asik mataku menjelajahi isi lemari Yona, ternyata Yona sudah berjalan menghampiri sambil membawa nampan berisikan dua piring nasi padang juga dua gelas minuman berwarna.

"Ngga dinyalain TV nya ?" kata Yona seraya meletakkan nampan di atas meja selutut tepat di tengah tengah lingkaran sofa.

"Ngga deh, ngga sopan" kataku sambil menerima piring yang Yona serahkan.

"Yaudah, makan dulu ya" Yona menyodorkan mangkuk kecil berisi air untuk mencuci tangan.

Kami berdua pun makan dengan khidmat, terutama Yona yang makan dengan lahap.
Maksudku ya siapa yang tak lahap makan nasi padang, apalagi lauknya ayam gulai, Yona ajah segitu lahapnya makan, ngga deh soalnya dia emang lagi laper juga.

Selesai makan Yona balik lagi ke dapur untuk mencuci piring kotor yang kami gunakan tadi.
Tanpa sepengetahuan Yona aku mengikutinya dari belakang.
Yona yang tengah sibuk mencuci piring tak menyadari kehadiranku, ku peluk pinggulnya dari belakang secara tiba tiba, reflek Yona menjerit kaget.

"Ihhhh kak Rehan! Ngagetin!" jerit Yona tubuh bagian belakangnya menempel rapat dengan tubuhku.
"Udah tunggu dis... mmhhh"

Yona tak dapat menyelesaikan kalimatnya, bibir merahnya keburu kulumat dengan bibirku.
Aku mencium bibirnya mesra, Yona sama sekali tak melawan. Justru dia merespon dengan baik, dia ikut melumat bibir atasku sementara aku bagian bibir bawahnya yang selalu jadi favorit. Kelembutan dan sensasi manis dari bibir Yona membuatku tak pernah merasa cukup jika hanya menciumnya sebentar saja.
Yona pun nampaknya selalu paham bahwa minimal aku butuh tiga menit untuk sedikit merasa puas.

"Um... mhh... udah dulu kak" kata Yona disela sela ciuman kami.
Yona mendorong tubuhku sedikit mundur.

"Sabar... tunggu di ruang TV gih .."
Aku memperhatikan Yona yang anehnya selalu bertambah cantik setelah berciuman.

Di rumahnya Yona hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek ketat berwarna sama.
Kenapa sedari tadi aku tidak menyadarinya ya, bahwa Yona tampil sexy sekali hari ini .

"Emang style hitam hitam cocok banget di lu yon, makin keliatan sexy..." kataku memuji.

"Halah muji muji ada maunya wleee" Yona malah meledekku dengan memeletkan lidah mungilnya.

"Kapan gue ga ada maunya kalo lagi sama elu sih haha" balas ku.

Yona ikut tertawa meski sambil sibuk berkutat dengan cucian piringnya yang hampir selesai.
Aku memutuskan untuk kembali ke ruang TV untuk duduk bersantai.


Tak berapa lama kemudian Yona datang menyusul, dia menghampiriku kemudian dengan sengaja duduk di atas kedua paha ku dan posisinya tepat menghadap diriku.
Yona menuntun tanganku untuk melingkari pinggul nya, sementara itu tangan Yona mengalung di leherku.

"Hm ?" ujarku singkat melihat kelakuan Yona.

Wajah Yona yang entah sejak kapan merona merah menatapku teduh.

"Kiss me more"
ujar Yona sambil mendekatkan wajahnya.

Ku eratkan rangkulanku di pinggulnya membuat Yona semakin menempel ke tubuhku. Bibir merahnya itu mengundang ku untuk segera mengecupnya.
Cuph ! Sebuah kecupan mendarat tepat di bibir Yona.

"More..."

Yona memiringkan wajahnya ke kanan sementara aku tetap lurus ke pandangannya.
Tak sabar, Yona memulai inisiatif dia memagut bibirku dengan rakus.
Di lumatnya bibirku dengan intensitas tinggi, suara decakan mulai terdengar. Aku pun akhirnya ikut mengimbangi ciuman Yona, ku sambut bibir manisnya disetiap kecupan yang kuberikan.
Yona meliuk liukan tubuhnya saat akhirnya lidah kami bertemu. Didalam mulutku lidah basah Yona menari nari seirama dengan liukan tubuhnya diatas pahaku, gerakan tubuhnya itu membuat penisku terbangun akibat gesekan dari selangkangan Yona.
Merasakan sesuatu mengganjal di bawahnya, Yona melemparkan senyum padaku, lalu dengan sengaja menggesek gesek bagian yang menonjol itu dengan selangkangannya.

Akibat gerakannya itu tali lengan tanktop sebelah kiri Yona turun hingga ke pangkal lengannya, memamerkan area dadanya yang putih menggoda, ditambah beberapa tahilalat yang menempel semakin membuat ku tergugah. Wajahku turun ke area terbuka itu, Yona mendesah geli tanpa menghentikan goyangan pinggulnya.

"Buka ajah..." katanya tak tahan melihatku hanya menciumi area dadanya bukan payudaranya.

Aku tak menghiraukan apa yang Yona katakan, lebih tepatnya aku ingin sedikit menggoda Yona dengan tak memberikan apa yang dia harapkan. Yona menatapku penasaran, kubalas tatapannya dengan sebuah senyuman.
Aku menurunkan tali tanktop satunya, jadi kini area terbuka itu menjadi lebih luas.
Sebagian payudaranya yang masih terbungkus Bra hitam itu menyembul keatas.
Bagian payudara itulah yang kini menerima hujan kecupan dari bibirku, Yona melenguh ... goyangan nya masih berlanjut, memastikan penisku tetap terjaga.

"Buka..." pinta Yona manja
Aku menggeleng, kemudian memutar tubuhnya agar membelakangiku.

"Kamu lebih seksi begini kok..." bisikku di telinga Yona yang menyandarkan kepalanya di depan bahuku.

"Nakal ah..."

Tangan kanan ku bergerilya di atas perut ratanya, kemudian menyusur naik ke atas menuju bongkahan payudaranya.
Yona mendesah saat payudaranya yang masih terbungkus itu ku remas dengan kasar.

"Gimana bisa gede gini sih ?"

"Nghh.... gatau..."

"Buat aku doang ya ?"

"Serakah kamu ...."

Payudara Yona terus kumainkan dengan kedua tanganku.
Gemas rasanya meremas payudara masif Yona yang terasa begitu kenyal.
Sebelah tanganku kini mulai memegang vagina gemuk Yona yang juga masih terbungkus celana pendek ketatnya.
Kumainkan dengan cara menggosok naik dan turun, lagi lagi Yona mendesah menerima rangsangan yang ku berikan.

"Tangan lu nganggur Yon, coba keluarin kontol gue" perintahku pada Yona.

Yona pun menurut, meski tanganku tetap mengerjai tubuhnya dia mencoba sedikit mengangkat pantatnya kemudian membuka resleting celanaku.
Aku pun membantunya memelorotkan celana sekaligus celana dalamku, meski sebelah tanganku tetap meremas remas payudaranya.

Yona kembali menduduki ku, di hadapan vaginanya penisku berdiri tegak menjulang hingga hampir mengenai pusarnya, urat uratnya yang menonjol itu menyita perhatian Yona.
Dengan segera Yona mulai menggenggam batang penisku sementara aku kembali aktif merangsang payudara dan vagina Yona dengan tanganku.
Yona meludahi penisku agar membuatnya mudah untuk dikocok, aku pun meringis keenakan dibuatnya. Kocokan Yona begitu teratur naik dan turun serta ditambahkan sedikit gerakan memutar ketika genggamannya sampai di kepala penisku.
Remasan lembut di awal telah berubah menjadi remasan kasar, sepertinya Yona terbawa permainanku yang juga semakin kasar meremas payudara kenyalnya.

"Ahhhh.... remesin terus kak... hnnn" desah Yona menggoda.

Vaginanya mulai mengeluarkan cairan sehingga membasahi celananya. Dapat kurasakan cairan hangat itu mengenai tangan ku yang terus menggosok gosok area vaginanya.
Tubuhnya semakin menggelinjang saat aku menggosok klitorisnya yang terasa menonjol.

"Yesss... Itu... itu" racau Yona tak jelas

Reaksi Yona membuatku semakin intens menggosok sisi sensitif vaginanya itu. Tangannya berhenti mengocok penisku dan hanya menggenggamnya saja.
Aku tahu Yona sedang meresapi rangsangan pada vaginanya. Gesekan pada klitorisnya semakin kupercepat membuat tubuh Yona mengangkat keatas, kemudian tiba tiba ambruk menimpaku, bergetar.

"Hehh... Enak banget...aku keluar..."
katanya dengan suara terengah engah.

Nafsu birahiku naik, ku angkat tubuh Yona agar aku mudah melepas bawahannya.
Mengerti tindakanku Yona membantu memlorotkan celananya sekaligus celana dalam hitamnya kemudian dia biarkan tergeletak di lantai begitu saja.
Aku memposisikan kepala penisku tepat dibawah vagina Yona yang tengah mengangkangiku, ujungnya menyentuh bibir vagina Yona seolah sedang berciuman.

"Boleh ?" tanyaku

Yona tak menjawab dengan kata kata, dia menurunkan berat tubuhnya hingga penisku pun menyeruak masuk menembus lubang vaginanya.

"Ahhhnn..."
"Hmmhh..."

Kami mendesah bersamaan saat akhirnya penetrasi berhasil dilakukan.
Aku meresapi dulu kenikmatan yang diberikan oleh dinding di dalam vagina Yona yang menjepit penisku mesra.
Dan aku yakin Yona pun tengah meresapi vaginanya yang dijejal penisku hingga sesak.
Aku mulai menggoyangkan pinggulku ke atas membuat tubuh Yona memantul, persetubuhan kami pun dimulai.

Dalam posisi memangku Yona yang membelakangiku, aku cukup konsentrasi menggenjot penisku ke atas, karena dengan sendirinya tubuh Yona yang memantul otomatis membuat gerakan masuk.
Rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, vagina hangat Yona yang terus terusan menjepit erat batang penisku seakan bisa membuat penisku lumer di dalamnya.

"Gue gak akan bosen bilang ini Yon, memek lu ini terbaik!" pujiku pada Yona.

"Iyah kak... nikmatin memek Yona kak... mhhh"

Pujianku ternyata memicu semangat Yona, alih alih pasrah pada genjotanku, dia justru menambahkan goyangan pada saat penisku mentok di dalam vaginanya.
Yona memutar pinggulnya searah jarum jam, sehingga penisku terasa seperti dipilin.
Tak mau kalah, aku memegang pinggul Yona agar hujaman penisku masuk semakin dalam. Hasilnya Yona mengerang tak karuan.

"Lu ga ngontrol suara lu yon ? Mentang mentang rumah kosong"

"Ha.. habis enak sih... ngga apa apa sekali sekali lepas begini enak juga kan?"
kata Yona disela sela goyangannya.

Mendengar itu aku pun semakin kasar menusukkan penisku ke dalam vagina Yona, erangan Yona semakin keras demi menikmati genjotanku.
Kutambah kecepatanku menggenjot vagina Yona yang terasa mulai dibanjiri cairan kewanitaannya, suara kecipak pun tak terelakkan lagi terdengar begitu panas di telingaku.
Tubuh Yona mulai bergetar heboh disela sela genjotanku yang makin cepat, dengan satu gerakan kasar kuhujamkan penisku dalam dalam.
Tubuh Yona yang berkelojotan terdorong dan hampir ambruk di meja namun tertahan oleh kedua tangannya.

"Nyampeee.... nnhhhaaahhhhh...." erang Yona panjang.
Setengah tubuh bagian atasnya ambruk di atas meja akibat tangannya yang terlalu lemas untuk menopang berat tubuhnya.
Aku membiarkannya menikmati gelombang orgasme itu, dapat kurasakan vaginanya berkedut kedut memijat batang penisku yang masih tenggelam dalam vagina Yona.

Aku turun dari sofa, tubuh Yona ikut terdorong. Kini aku berlutut di belakang Yona, ku remas pantat Yona yang mencuat indah.
Yakin orgasme Yona sudah berlalu aku mulai memompa lagi vagina Yona perlahan dari posisi itu.
Kunikmati vagina basah Yona dengan segenap perasaanku. Penisku keluar masuk menjelajahi vagina Yona yang memerah.
Sadar vagina nya mulai digenjot lagi Yona dengan sengaja menunggingkan pantatnya. Sehingga aku pun semakin leluasa menggaruk isi vagina Yona.
Suara desahan Yona mulai terdengar lagi, tubuhnya pun mengikuti irama pompaanku.
Penisku mulai menunjukkan tanda tanda ingin keluar. Maka aku rangkul Yona, dengan berpegangan pada kedua payudara Yona aku membuat tubuhnya terangkat hingga menempel di dadaku.

"Enghhh kak Rehan... Dalem banget kontol kakak di memek aku... Duhhh" desah Yona akibat tindakanku.

"Sengaja, enak kan yon?"

Yona mengangguk, tubuhnya yang melayang terguncang guncang akibat genjotanku yang semakin kasar.
Rasa gatal di penisku semakin mendesak, Yona pasti menyadarinya karena kepala penisku semakin menggembung.
Payudara Yona yang menjadi tempat berpegangan itu kuremas dengan kasar, seiring dengan semakin dalamnya penisku masuk ke liang vagina Yona.
Sesekali penisku terasa menciumi bibir rahim milik Yona yang memberikan sensasi nikmat tersendiri.

"Yon.... hnghh... gue keluarin di dalem ya..?"
Tentu saja ini pertanyaan yang tak perlu dijawab, karena Yona tahu setiap aku menyetubuhinya aku selalu muncrat di dalam.

"He'em kak.... bareng..." jawab Yona tak mampu berkata banyak.

Gerakan pinggulku semakin tak beraturan, bagai bergerak sendiri terus menghujam vagina Yona dengan kasarnya. Desahan Yona yang menggelora membuatku tak dapat menahan diri lagi.
Kontrol pada penis ku lepas begitu saja, dihujaman terakhir penisku menabrak bibir rahim Yona, meledaklah desakan itu.
Penisku menembak keras sperma yang menembus rahim Yona dan memnuhi seluruh isinya.

"Hnghhhhhhhh..." aku melolong, tubuhku mengejan.

"Deres banget... ahhhh... aku juga nyamp... hhshhhhh"
Yona yang merasakan vaginanya didesak oleh penisku pun ikut mengejan.
Vaginanya berkedut kedut merasakan panasnya cairan sperma yang menyemprot dari penis ku. Tubuhnya menggelinjang bak cacing ditabur garam.
Badan Yona kembali ambruk ke atas meja setelah kulepaskan peganganku pada payudaranya. Nafasnya terengah engah, dan tubuhnya masih sedikit bergetar.
Aku menarik keluar penisku dari vagina Yona, lalu duduk di sofa .

Pemandangan di depanku begitu erotis.
Yona tergeletak pasrah, setengah tubuh atasnya telungkup di atas meja.
Tanktop hitamnya berantakan basah oleh keringat.
Pantatnya yang bulat mencuat, karena posisinya yang masih menungging vaginanya terekspos jelas.
Vagina Yona yang tampak kemerahan itu berkedut kedut, dari lubang kawinnya keluar lendir kental menetes ke lantai, sebagian lagi meleleh mengalir ke pahanya.

Menyadari aku yang terus terusan menatap vaginanya Yona merubah posisinya menjadi duduk, hilang sudah pemandangan erotis itu.

"Ngeliatin mulu... Huuuu" ledek Yona memergoki tatapan mesumku.

"Haha, memek lu kebanjiran yon..." ujarku membalas ledekan Yona.

Mendengar itu Yona jengah, dia menggeser duduknya agar lebih dekat ke sofa tempat ku duduk.
Penisku yang masih tegang menyita perhatiannya.

"Gara gara ini kan, nakal banget "
Yona menggenggam penisku kemudian menuntunnya masuk kedalam mulut mungilnya.

Di dalam mulutnya penisku diusap oleh lidahnya. Menyusuri seluruh batang penisku hingga ke pangkalnya. Yona menghisapnya tanpa ragu, dia sedot kuat kuat hingga aku merasa ngilu.
Dia baru berhenti saat dirasanya penisku sudah bersih.

"alah... Kok udahan..?" protesku melihat Yona menyeka mulutnya.

"Udah lah, nanti minta nambah lagi" kata Yona mendelik.

"Emang ga boleh ?" tanyaku .

"Boleeh... tapi nanti hehe" canda Yona.


Di luar jendela langit mulai menguning, menandakan hari mulai sore. Yona mengajakku untuk mandi .
Aku pun setuju karena aku juga tidak nyaman dengan keringat yang mulai mengering di tubuhku.
Tanpa memakai kembali pakaian yang kami lepas, Yona menuntunku menuju kamarnya di lantai dua.

"Mandi bareng ?" tanyaku

"Gak mau ?" Yona balik bertanya.

"Mau ! Ayo!"
Yona terkekeh melihat tingkahku.

Kamar Yona cukup luas dan terorganisir dengan baik sehingga nampak rapi.
Posisi kamar mandinya agak aneh karena dekat dengan pintu masuk kamar.
Yona sudah melepas pakaiannya hingga polos saat aku asik mengamati kamarnya.

"Hey, hayo... Malah bengong" ujar Yona membuyarkan lamunanku.

Aku membuka kaos biru yang ku kenakan, hingga aku pun sama polosnya dengan Yona.
Yona masuk duluan baru kemudian aku menyusulnya masuk.

Di dalam kamar mandi, kami benar benar mandi. Meski berkali kali aku menggodanya dengan menempelkan penisku pada belahan pantatnya, malah aku terus terusan terkena jitakkan di kepala.

"Nanti mandinya percuma dong!" katanya sedikit kesal.

Aku pun akhirnya cuma bisa manyun. Penisku pun ikut tertunduk lesu.

Dua puluh menit mandi, langit di luar sudah mulai remang remang. Dari jendela yang menghadap langsung ke balkon langit senja kota Bogor diselimuti lembayung.

"Tunggu, aku ambilin bajunya irvan"

Yona meninggalkanku sendiri di kamarnya. Irvan adalah adik laki laki Yona satu satunya. Kalau tidak salah umur mereka tidak terpaut terlalu jauh. Tapi Yona memang jarang membahas adiknya itu sih.

Derap langkah kaki terdengar mendekat. Yona yang hanya terbalut handuk muncul dari balik pintu.
"Nih... muat muatin ajah yah" katanya sambil menyerahkan satu potong kaos hitam polos, celana dalam dan boxer berbahan parasut.

Yona berjalan menuju lemari pakaiannya dan terlihat memilih milih sesuatu.
Aku langsung memakai pakaian yang dipinjamkan Yona, syukurlah muat.
Yona pun sudah selesai berpakaian dia memakai piyama berbahan sutra, nampak lembut dan nyaman sekali.

"Yuk..." ajak Yona.

"Kemana ?" tanyaku

"Ke dapur. Aku bikinin nasi goreng mau?"
katanya kemudian.

"Mau dong. Pas banget nih laper"
Yona tersenyum manis, dia pun melenggang keluar kamar dan aku mengikutinya menuju dapur.

Aku duduk di meja makan, ada empat kursi yang tersedia, aku memilih kursi yang dekat dengan tempat Yona beraktifitas.
Dengan mata kepalaku aku menyaksikan sendiri betapa terampilnya Yona di dapur.
Tidak ada gerakan yang tidak perlu, ini menandakan bahwa dia tipe yang sering turun ke dapur bukan hanya leha leha menunggu ibunya menyiapkan makanan.

"Mamahable banget ya Yona" pujiku yang membuat Yona jadi salah tingkah.

"Porsinya ga bakal nambah loh" ledek Yona memeletkan lidahnya.

Aku tertawa saja, siapa juga yang memuji karena ada maunya.
Aku kan cuma mengatakan demikian karena melihat aura keibuannya yang begitu mencolok.

"Nih..." Yona menyodorkan sepiring nasi goreng yang masih mengepul, kemudian dia duduk di kursi sebelahku.

"Aromanya sih enak... Coba kita test rasanya"
Dengan harapan yang besar aku menyendokan penuh nasi goreng buatan Yona, meniupnya sebentar barulah aku suap ke mulutku.
Rasanya ? Luar biasa enak ! Nasinya matang sempurna, bumbu bumbunya berpadu dengan baik, asin pedas manis nya pas.

"Wehh ... Perfect ini sih ! , bentar gue telpon ibu gue"

"Eh... Mau ngapain?" tanya Yona heran .

"Mau ngasih tau kalo gue udah nemu calon mantu yang tepat buat ibu gue" kataku sumringah.

"Dih apaan sihh... lebay..."
Yona tersipu malu malu, wajahnya merona merah.
"Dah ah ga usah gombal, yuk makan" ajak Yona kemudian.

Aku pun makan dengan lahap, saking lahapnya, sekali aku tersedak yang malah jadi bahan tertawaan Yona.
Tidak hanya ditertawakan aku juga kena nasihat, sudah seperti anak kecil dihadapan ibunya.


Selesai makan Yona mengajakku kembali ke kamar, kami bersih bersih terlebih dahulu baru kemudian tidur tiduran di atas tempat tidur Yona.
Untungnya ranjang ini cukup untuk tidur berdua, sama sekali tidak terasa berdesakkan.
Yona berbaring disebelahku, posisi tubuhnya miring menghadap jendela luar.
Dia menuntun tanganku untuk melingkari perutnya, mau tak mau aku ikut memiringkan tubuh menghadap ke arah yang sama, tubuh kami menempel tanpa jarak.

Di luar jendela yang gordennya sengaja tak ditutup terlihat purnama memandikan langit malam dengan cahaya pucatnya.

"Aku suka bulan..." kata Yona tiba tiba.

"Iya gue tahu kok..."

"Kamu tau alasannya apa?" Yona menengok sedikit ke arahku.

Aku hanya menggeleng.

Yona kembali memandang bulan itu.
"Aku ini si pemimpi yang pantang menyerah, sama seperti bulan itu yang tak pernah menyerah dari gelapnya langit malam."

Aku menyimak apa yang dikatakan Yona.
"Walau sinarnya tak seterang mentari, tapi bulan tak pernah menyerah untuk membuat malam tak gelap gulita..."

"Dan kadang ada kalanya bulan tak terlihat..." lanjut Yona, suaranya terdengar berat.

"Bulan tak terlihat bukannya ngga muncul kok, lu bisa lihat bulan tetap bersinar dari sisi atau belahan bumi yang lain" kataku mencoba menghiburnya.

Yona mengeratkan tanganku yang tengah merangkul tubuhnya.

"Apa aku sudah menjadi seperti bulan kak?" tanyanya.

"Buat gue sih... Iya" jawabku

"Kalau suatu saat aku tak terlihat?" tanyanya lagi

"Gue bakal ke sisi lain dimana lu bisa terlihat, gak peduli kalau itu berarti gue harus ke belahan bumi yang lain" jawabku yakin.

Yona tak berkata kata apalagi. Aku tak bisa melihat ekspresi wajahnya tapi aku tau dari detak jantungnya dia merasa tenang.
Purnama bercahaya pucat itu menjadi saksi dua insan yang tenggelam dalam kebisuan.
Tak ada dari mereka yang mulai angkat bicara, hanya suara detak jantung yang saling berresonansi seirama dengan hela nafasnya.
Ini kali pertama bagi mereka melalui malam tanpa memacu birahi, ini kali pertama kedamaian menyelimuti mereka.
Untuk kali ini mereka berdua memejamkan mata membiarkan semesta yang bekerja.




Part 1 : Full moon - page 1
Part 2 : To Find an Answer - page 3
Part 3 : Utsukushi Inazuma-page 4
Part 4 : Turning Point - page 5
Part 5 : Seventh Chord - page 9
Part 6 : One Step - page 12
Part 7 : Tears Fall - page 15
 
Terakhir diubah:
asli ini diksi dan alurnya enak banget di baca, jadi salah satu favorite gw deh. ngga ada satu frase pun yang gw skip, semua gw baca. nice work

btw di paragraf pertama, gw kira cerita ini bakal berubah sudut pandang jadi "Penulis serba tahu". ternyata setelah beberapa paragraf, sudutpandangnya tetap "orang pertama sebagai tokoh utama".

btw gw kira ketika Yona bilang "Gw suka bulan." Rehan bakal ngebanyol "Oh pantes, soalnya tetek lo gede kayak bulan." eh ternysta enggak wkwk

alias kenapa ngga dijadiin satu thread aja? di bikin satu sequel, toh karakter utamanya sama, dan pemeran wanitanya pun sama sama Yona, yah walaupun pada akhirnya akan ada tokoh baru, menurut gw tetep satu thread gpp, tapi ya bebas sih wkwk
 
wah judul baru
neng ratih sama dik crescentia kira2 masih nonggol gak nih?
nandain dulu gan
 
asli diksi dan alurnya enak banget di baca, jadi salah satu favorite gw deh. ngga ada satu frase pun yang gw skip, semua gw baca. nice work

btw di paragraf pertama, gw kira cerita ini bakal berubah sudut pandang jadi "Penulis serba tahu". ternyata setelah beberapa paragraf, sudutpandangnya tetap "orang pertama sebagai tokoh utama".

btw gw kira ketika Yona bilang "Gw suka bulan." Rehan bakal ngebanyol "Oh pantes, soalnya tetek lo gede kayak bulan." eh ternysta enggak wkwk

alias kenapa ngga dijadiin satu thread aja? di bikin satu sequel, toh karakter utamanya sama, dan pemeran wanitanya pun sama sama Yona, yah walaupun pada akhirnya akan ada tokoh baru, menurut gw tetep satu thread gpp, tapi ya bebas sih wkwk
Mungkin ini versi lengkapnya kali dari awal tentang siapa rehan siapa yona wkwk
 
Ini lanjutannya kok ,
Shania kan bukan tokoh utama jadi nongolnya entaran (berhubung ada yang jadiin beliau tokoh utama wqwq) .

Kenapa pisah thread dan disebut sekuel?
Karena jalur ceritanya sedikit berbeda , Yona dihadapanku.. Bisa dilihat Yona itu cuma butuh batangnya Rehan ..
Sementara disini Yona mulai....aaaa cukup cukup nanti ga seru .
 
Ini lanjutannya kok ,
Shania kan bukan tokoh utama jadi nongolnya entaran (berhubung ada yang jadiin beliau tokoh utama wqwq) .

Kenapa pisah thread dan disebut sekuel?
Karena jalur ceritanya sedikit berbeda , Yona dihadapanku.. Bisa dilihat Yona itu cuma butuh batangnya Rehan ..
Sementara disini Yona mulai....aaaa cukup cukup nanti ga seru .
Merasa terpanggil wkwk
 
Diksi yang mengalir dengan santai. Jadi sepertinikut merasakan apa yang terjadi dalam cerita.

SS sbg bumbu dibuat sangat detail, ini yang kusuka. Karena terkadang SS kurang detail.

Masih menunggu sesi dramanya setelah Part 1 ini.

Anw, Yona memang mempunyai posisi sendiri dalam personanya. Usia yang dewasa sehingga mendukung akan terjadinya SS, disertai kenyataan bahwa Sang objek ini memiliki tubuh idaman rata - rata lelaki membuat sering kali jadi objek cerita yang pas.

Selamat Berkarya.
 
Overall bagus sih ceritanya, gue suka beberapa dialog nya yg manusiawi terutama
"Mamahable banget sih"
"Nggak bakal nambah loh porsinya"
Transisi scenes nya juga bagus, juga yg gue suka lu nambahin informasi tentang rehan jadi dia nggak sekedar cowok yg ngawe dgn member.
Nah sedikit kritik buat ceritanya bang, yg pertama beberapa bagian terkesan artificial menurut gue kayak si rehan pemilik kafe tapi pembeli lain nggak sadar, menurut gue Dari pada cuma JD paragraph eksposisi kenapa nggak dijadiin bagian cerita jd rehan Dan yona main ke kafe nya Rehan gitu. Yg kedua sih bagian akhirnya agak aneh bang, dialog nya jg aneh kok tiba2 mood nya berubah JD kaku gimana gitu. Menurut gue bisa lu tambahin pengantarnya dulu buat ngegiring mood nya gitu.

Maaf gue bawel, lagi gabut Karena Dari semalam nggak bisa nulis adegan ngawe yg bagus wkekek
Penjelasan soal Rehan biar nnti gmpg pas scene menyangkut profesi Rehan... Sekalian biar yg baca cerita sebelumnya tau , ini Rehan ky orang ga jelas mondar mandir mulu tapi teateran bisa mvp :pandabelo:

Iya ya disitu rada kurang giring moodnya , padahal udah dipisahin jauh dari adegan ekse . :tidak:

Alias trims suhu krisarnya:ampun: , sangat membantu sy dlm mmperbaiki tulisan sy
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Overall bagus sih ceritanya, gue suka beberapa dialog nya yg manusiawi terutama
"Mamahable banget sih"
"Nggak bakal nambah loh porsinya"
Transisi scenes nya juga bagus, juga yg gue suka lu nambahin informasi tentang rehan jadi dia nggak sekedar cowok yg ngawe dgn member.
Nah sedikit kritik buat ceritanya bang, yg pertama beberapa bagian terkesan artificial menurut gue kayak si rehan pemilik kafe tapi pembeli lain nggak sadar, menurut gue Dari pada cuma JD paragraph eksposisi kenapa nggak dijadiin bagian cerita jd rehan Dan yona main ke kafe nya Rehan gitu. Yg kedua sih bagian akhirnya agak aneh bang, dialog nya jg aneh kok tiba2 mood nya berubah JD kaku gimana gitu. Menurut gue bisa lu tambahin pengantarnya dulu buat ngegiring mood nya gitu.

Maaf gue bawel, lagi gabut Karena Dari semalam nggak bisa nulis adegan ngawe yg bagus wkekek
kalo kesulitan nulis sekscene, sering sering lah baca di forum cerbung, disana authornya jagoan semua, bisa nambah inspirasi juga, kalo mau cari 'gaya' yang lain, bisa nonton bokep jepang, karna bokep jepang lebih 'nyentrik'. siapa tau dapet plot unik
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd