Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Wedding night blue...

watempa

Semprot Addict
Daftar
20 Oct 2010
Post
417
Like diterima
138
Lokasi
Gunung Kembar
Bimabet
Triani Ismail baru saja menjadi Nyonya Roni Suryapradja, resepsi pernikahan mereka
baru saja usai kurang dari satu jam yang lalu dan sekarang dia berada di rumah baru yang
akan ditempati bersama suaminya. Dia berdiri di depan sebuah cermin besar dalam kamar
tidur mereka di lantai atas dan memperhatikan dengan seksama pantulan bayangan
tubuhnya dalam cermin. Dia adalah seorang wanita yang menawan dalam balutan busana
apa saja, tapi dia jauh tampak lebih mempesona lagi jika dalam keadaan tak berbusana
Kedua telapak tangan Triani mencengkeram dengan lembut kedua buah dadanya yang
seakan tak mengenal gaya gravitasi bumi. Ujung ibu jarinya menggesek ringan pada
kedua putting merah muda yang menghiasi puncaknya. Dan dengan cepat kedua putting
tersebut menjadi keras merekah akibat gesekan itu. Kedua matanya terpejam rapat untuk
beberapa saat lamanya, menikmati sensasi dari sentuhannya itu. Tak menunggu lama
kemudian jantungnya berdetak semakin cepat dan nafasnya semakin berat.
Dia membuka mata indahnya yang sayu dan memperhatikan dalam cermin, kedua
tangannya yang menjalar turun dari kedua gundukan daging kenyal di dadanya ke
perutnya yang rata. Ujung jari tengahnya membuat sebuah gerakan melingkar pada
pusarnya, dinikmatinya sebuah kejutan listrik kecil yang membangkitkan gejolak birahi
dalam perutnya. Triani menarik sebuah nafas yang panjang lalu menghembuskannya
secara perlahan.
Mata indahnya terfokus pada selangkangannya sekarang dan dia merenggangkan kedua
kakinya hingga sekarang dapat dilihatnya bibir vaginanya yang kemerahan sudah basah
oleh birahinya sendiri. Telapak tangannya yang lembut secara perlahan meraba
pinggangnya lalu bergerak ke paha bagian dalam. Tatapannya mengikuti ujung kuku
jemarinya yang panjang menggaruk lembut permukan kulit bibir vaginanya yang tercukur
bersih. Sebuah lenguhan lirih terlepas dari bibirnya, punggungnya melengkung ke depan
saat getaran kenikmatan yang murni menjadikan kedua pahanya gemetar.
“"Mmmmmmmm…. ahhhhhh….. ngggggghhh…. ooooohhhhhggg….
eeennnnnaaak….!!!!".
Tiba-tiba saja, Triani menghentikan gerakannya. Dia menatap wajahnya dalam cermin.
Rabut hitam lurus yang panjang tergerai indah hingga hampir menyentuh di atas bulatan
pantatnya membingkai wajah ovalnya yang ayu, berhiaskan sepasang mata sayu nan
indah dan bibir yang sensual dan penuh. Sebuah ekspresi nafsu dan birahi tergambar jelas
pada wajah ayunya. Semestinya saat ini Jason berada disini melakukan semua yang
dilakukannya baru saja terhadap tubuhnya sendiri. Seharusnya dirinya sedang berlutut
dan mengoral kejantanan suai barunya dengan mulut d dan juga ke dalam vaginanya yang
sangat mendambanya. Tangan-tangannya seharusnya berada pada buah dadanya,
vaginanya yang serasa terbakar ini seharusnya dimanjakan oleh jemari-jemarinya,
bibinya pada bibirnya dengan lidah yang saling membelit dalam mulutnya.Ini sangat tak
adil karena dia harus sendririan malam ini, di malam pengantinnya.
Triani juga sudah menghentikan mengkonsumsi obat pengatur kehamilannya sebulan
yang lalu agar dia dan Jason bias segera mendapatkan bayi. Dalam beberapa minggu
terakhir mereka saling memberikan orgasme dengan oral seks untuk mencegah agar
Triani tidak hamil dulu sebelum hari pernikahan mereka. Hal itu membuat apa yang
selalu ada dalam pikiran Triani hanyalah malam ini, dimana akhirnya dia bisa
mendapatkan batang penis Jason dalam vaginanya kembali seperti biasanya.
Namun masalahnya, Jason adalah seorang workaholic. Belum juga lima belas menit
berselang dari upacara pernikahan mereka, dia harus segera bergegas menuju bandara
untuk terbang ke luar kota demi sebuah meeting super mendesak dengan klien yang
sangat penting. Triani tahu kalau Jason bekerja dengan sangat keras dan kadang dia
merasa kalau suami barunya ini lebih mencintai pekerjaaannya daripada dia. Tapi dia
sadar tak ada yang bisa dipersalahkan selain dirinya sendiri, batin Triani sambil
memandangi bayangan tubuh telanjangnya dalam cermin.
Bunyi bel pintu depan yang tiba-tiba, mengejutkan Triani. Segera saja disambarnya gaun
tidurnya dan mengenakannya denga tergesa. Ditapakinya anaka tangga menuju ke lantai
bawah dan dengan bergegas melangkah menuju ke pintu depan. Dan ketika dia
membukakan pintu, didapatinya papa mertuanya di sana.
“"Hey, pa," sapa Triani terkejut. “"Mari masuk."
Dia bergerak mundur untuk memberi jalan pada Baron Suryapradja untuk masuk,
kemudian menutup pintu itu dan mengajak papa mertuanya menuju ke ruang keluarga.
Tanpa menawari, Triani menuangkan dua gelas scotch untuk mereka berdua sambil
membicarakan tentang resepsi pernikahan tadi, dan kemudian dia duduk pada sofa di
samping papa mertuanya. Sejenak dia merasa agak rish saat menyadari kalau dia tak
mengenakan apa-apa lagi dibalik gaun tidurnya ini dan berfikir untuk berganti pakaian,
tapi akhirnya membatalkannya. Untuk sebuah alasan, mengetahui tak ada pakaian dalam
yang dikenakannya dibalik gaun tidur saat duduk disamping papa mertuanya yang
tampan, membuat Triani merasa erotis.
“Aku merasa prihatin dengan kejadian yang tak seharusnya kamu alami ini,” ucap Baron
membuka percakapan.
“"What can I say?" Triani mengangkat bahu. “Bang Jason harus kerja.
“"Yes, but not on your wedding night. Tak ada pekerjaan atau klien yang layak untuk itu."
“"I agree," jawabnya lirih.
“"Harus aku akui kalau aku merasa agak sedikit kecewa pada anakku," kata Baron.
“"Oh, well, apa yang sudah terjadi biar saja terjadi, pa," jawab Triani, memaksakan agar
nada suaranya terdengar riang.
Dalam tiga puluh menit berikutnya mereka berbincang tentang rumah peristirahatan
Baron yang baru yang terletak di pingir danau dan baru dibelinya setahun belakangan
semenjak bercerai dengan isterinya. Baron adalah seorang pekerja keras yang mempunyai
beberapa perusahaan laundry yang sangat sukses. Setelah membuat perusahaanperusahaannya
tersebut menjadi sangat profitable dan stabil, dia memutuskan untuk
pensiun dan menjalankannya dari belakang. Pada usianya yang ke lima puluh dua tahun,
hari tua Baron menjadi sangat terjamin.
Mereka berdua sudah menghabiskan gelas ketiganya dan Triani mulai merasa agak
melayang. Mungkin karana pengaruh dari alcohol yang dikonsumsinya tapi dia tak
mampu mencegah dirinya untuk tidak memandangi wajah papa mertuanya yang tampan
dengan seksama. Untuk pria seusianya, Triani merasa betapa Baron memiliki daya tarik
yang sangat besar, dan dia sudah merasakan hal tersebut sangat lama. Postur tubuhnya
sangat gagah dan tinggi tegap dengan rambutnya yang berombak lebat. Matanya yang
setajam elang selalu membuatnya seakan tenggelam ke dalamnya saat dia
memandangnya. Sedikit uban yang menghiasi kepalanya menjadikannya semakin tampak
matang sekaligus seksi dan Triani selalu merasa ingin membelainya dengan jemar
lentiknya.
Sang wanita muda menarik nafas dalam-dalam lalu menhembuskannya dengan perlahan..
What's the matter with me? Ini papa mertuaku,Papanya Jason, dan aku membayangkan
bagaimana rasanya bersetubuh dengannya. Disingkirkannya pikiran itu dari benaknya, tapi
sedetik kemudian, pikiran tersebut menyergapnya lagi, menggodanya dengan bayanganbayangan
yang tak seharusnya dia lamunkan. Berlawanan dengan kata hatinya, Triani
merasakan putting susunya mulai mengeras di balik gaun tidurnya, dirasakannya
selangkangannya menjadi basah oleh birahinya dan nafasnya menjadi tersengal.
Bagaimana jika dicicipinya air tersebut sedikit saja? Bagaimana jika dia mengarahkan
pembicaraan ini ke topic seputar seks? Apakah dia akan merasa ‘jijik terhadapnya?
“"Sudah susah payah aku mempersiapkan diri untuk malam ini," kata Triani, mulai
menyelam ke dalam air itu.
“"Aku tahu, hal itu terlihat jelas, Triani. Kamu terlihat sangat cantik di resepsi tadi."
“"Aku bercukur satu jam sebelum resepsi agar kakiku jadi halus untuk Jason malam ini,"
katanya, menyelam semakin ke dalam lagi.
"Yah, dia jadi… ah, sangat rugi jadinya."
“"Dia sangat senang kalau kakiku dicukur halus," katanya lagi. Bias merasakan suaranya
sedikit bergetar saat dia memandang papa mertuanya. Dia memutuskan untuk semakin
maju, semakin berani. “"Dia suka menggesekkan batang penisnya pada pahaku."
Triani melihat Baron menarik nafas dengan sedikit sulit karena statement terakhirnya
tadi. Alisnya terangkat naik saat Baron meliriknya sekilas, lalu pandangannya menurun
ke arah pahanya. Ujung bawah gaun tidurnya hanya beberapa centimeter di atas lututnya
dan wanita muda ini berfikir apakah dia telah melangkah terlalu jauh. Tapi Baron hanya
mengangguk dan kemudian tersenyum padanya. Hati Triani semakin mantap karenanya
dan dia sedikit menggeser posisi duduknya hingga membuat ujung gaun tidurnya
semakin tersingkap naik di pahanya.
“"Apa papa suka dengan paha yang lembut?" tanyanya pelan menggoda.
“"Aku rasa kita tak semestinya bicarakan ini," kata Baron dengan nervous.
“"Tak ada orang yang akan tahu," potong Triani.
“"Ya, tapi…well, its wrong."
Untuk beberapa saat, Triani tak mampu berkata apa-apa. Dia sudah berkelakuan layaknya
seorang wanita jalang murahan di hadapan papa mertuanya, sudah mengucapkan katakata
rayuan untuk menggodanya.Dia sangat menginginkan batang penis seorang lelaki
hingga membuatnya berbuat terlalu jauh hanya untuk mendapatkan kejantanan Baron
Suryapradja ke dalam kewanitaannya yang kehausan sentuhan kelelakian dari seorang
pria. Dia jadi merasa malu akan dirinya dan benaknya memutar dengan keras untuk
mendapatkan sebuah alas an akan tingkah lakunya tadi. Dia hanya berharap agar Baron
mengabaikan godaannya tadi dan memaafkannya.
Lalu, tiba-tiba saja saat pandangannya tersapu ke arah selangkangan papa mertuanya,
hampir saja Triani menjerit terkejut begitu melihat tonjolan yang terlihat menggelembung
keras. Dengan cepat dia memalingkan pandangannya dan tersenyum sendiri. Dia sadar
kalau tindakannya tadi adalah salah. Tidak seharusnya dia menggoda papa mertuanya,
tapi dia tak mampu mencegahnya. Dia harus mendapatkan pria ini. Sang wanita muda ini
merubah posisi duduknya hingga sekarang sebelah tubuhnya bersandar pada sandaran
sofa itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia mengangkat kakinya dan
menumpangkannya di pangkuan Baron.
“"Bisakah papa merasakan kelembutan kakiku?" tanyanya manja.
Baron tak mampu untuk melawan kenyataan bahwa dia sudah tergoda
untuk mencicipi anggur dari cawan rayuan yang disuguhkan manantunya ini, disentuhnya
kaki Triani dengan kedua tangannya yang gemetar.
“"Papa suka kakiku?"
“"Yes…tentu saja" Suarana terdengar rendah dan bergetar.
“"Elus pahaku," perintahnya lembut, matanya tertuju pada tangan Baron. Triani menarik
ujung gaun tidurnya ke atas hingga tepat di bawah vaginanya yang basah. "Resakan
kelembutannya."
Baron menelan ludahnya dengan susah payah dan menatap mata menantu
permempuannya. “Seharusnya aku tak boleh melakukan ini, Triani. Kamu isteri anakku.
“"Tak ada seorangpun yang akan tahu," Triani memberikan sebuah alas an dengan
suaranya yang lembut menghanyutkan.
“"Oh, Triani."
Dia mempehatikan saat tangan papa mertuanya mulai menelusuri sepanjang paha bagian
dalamnya dengan perlahan, lalu turun ke bawah lutut. Sebelah tangan Baron terus meraba
menelusuri kehalusan paha dan kaki jenjangnya sedangkan yang sebelahnya lagi
melakukan pijatan lembut pada kaki yang seksi tersebut. Tangan Baron terasa nikmat dan
bagian tabu dari apa yang tengah mereka lakukan ini hanya semakin menaikkan
kenikmatan yang melanda Triani dengan hebat. Menyadari kalau dia sudah menggoda
papa mertuanya, sesuatu yang terlarang dan tak pernah dia lakukan sebelumnya,
menyalakan api yang berkobar semakin besar dalam vaginanya.
“"Papa" Dia menunggu sesaat hingga perhatian Baron sepenuhnya terhadapnya dan
kedua pasang mata mereka terkunci bersama. Lalu Triani melanjutkan: “"Tak ada
seorangpun yang boleh tahu. Ini akan menjadi rahasia kita berdua."
Dengan perlahan, dan mata masih terpaku pada mata Baron, Triani menyingkapkan gaun
tidurnya. Triani melihat mata papa mertuanya terbelalak lebar dan seakan ingin menelan
sekujur tubuhnya yang hanya semakin membuat nafas Triani seakan tercekat. Pada diri
Triani sendiri, dia merasa sangat nakal dan banal saat berbaring dalam keadaan terlanjang
di hadapan papa mertuanya yang baru ini dan sedang menatap sekujur tubuhnya dengan
pandangan layaknya seekor serigala lapar yang siap menerkamnya hidup-hidup saat itu
juga. Ini adalah sebuah perasaan yang tiba-tiba Triani sadari bahwa dia sangat
menikmatinya dengan suka cita. Dia menaikkan kaki kirinya dan menempatkannya di
atas sandaran sofa dan kaki yang sebelahnya lagi diturunkannya berpijak di atas lantai,
hingga membuat selangkangannya terpentang lebar, menjadikan vaginanya terpampang
jelas di hadapan papa mertuanya.
Dengan suaranya yang lirih dan bergetar dia berkata, “"Aku juga mencukur bersih
vaginaku malam ini, pa. Papa suka?"
“"I love your pussy, Triani!" suara Baron terdengar berat.
“"Eat me, papa! Eat my pussy!" kata pussy yang keluar dari bibir papa mertuanya semakin
membuat gairahnya bergolak.
Triani sudah sepenuhnya kehilangan kendali diri dan akal sehatnya, tersesat dalam
gairahnya terhadap papa kandung suaminya sendiri. Dia melihat dari matanya yang
diselimuti nafsu saat Baron mulai merangkak diantara pahanya yang terbentang lebar dan
mulai menjilat pahanya. Lidahnya itu terasa sungguh nikmat bagitu menyapu kulit
lembutnya, mengirimkan sebuah sengatan listrik kecil jauh ke dalam perutnya. Jemarinya
menyisiri rambut Baron yang berombak tebal,mengalirkan birahi murni yang terpendar
dari sekujur tubuhnya. Terasa gila melakukan apa yang tengah diperbuatnya kini tapi
Triani tak mungkin mampu menhentikannya meskipun dia ingin.
Lidah Baron meluncur dengan mudah di sepanjang belahan bibir vaginanya yang telah
basah dan licin hiingga pada kelentitnya yang sensitive. Punggungnya melengkung
terangkat naik dan ditekannya kepala Baron hingga wajahnya semakin terbenam dalam
selangkangannya. Lidah Baron mulai menelusup ke dalam lubang surganya, menggoda
kelentitnya dan menyapu seluruh permukaan bibir vaginanya yang gemuk dengan
sepenuh gairah. Sebuah lenguhan kecil mulai keluar dari mulut Triani dan dia mulai
meracau ketika lidah Baron dengan intensif menaikkan kenikmatannya semakin tinggi.
Triani mulai menggoyangkan pinggulnya pelan, menggosok mulut papa mertuanya
dengan vagina basahnya. Kepalanya terlempar ke kanan-kiri dihantam gelombang birahi,
dan bibir bawahnya digigitnya erat untuk sedikit meredakan amukan itu. Ini sungguh
terasa nikmat! Papa mertuanya yang tampan dan seksi sedang melahap vaginanya! Dia
tak akan merasa cukup menikmati lidahnya yang panas!
“"Oh, yes! Oh, yes! Oh, yes!" jeritnya. “"Sangat nikmat, pa! Do you like eating my pussy?"
“"Oh, yeah, baby!" jawab Barondalam suara parau. “"I love your pussy! Aku bias
melahapnya semalam suntuk!"
“"Yesssss! Lakukan semalam suntuk! Jangan berani mencoba berhenti! Eat my pussy!"
Hubungan mereka sebelumnya terjalin hangat dan akrab, sepatutnya terjaga kesopanan
antara papa dan calon isteri puteranya, tapi kali ini sungguh sangat berbeda. Mendapati
pria paruh baya ini diantara pahanya dan sedang melahap vagina yang semestinya milik
puteranya dengan begitu buas bukanlah sebuah hubungan antara papa mertua dan
menantunya yang normal. Hal ini sangatlah tabu tapi Triani sangat menyukainya. Dan
berkata kotor dan mesum pada papa mertuanya hanya semakin lebih menggairahkannya.
“"Sshhh!" desisnya. “"You're such a good pussy licker!"
“"Kamu suka, baby? You like having me eat your pussy?"
“"Yesssss! Papa suka menjilati vagina isteri puteramu ini?"
“"Oh, fuck, yes!"
“"Yessssssssss! Papaaa! Aku mau keluar! Make my pussy cum!"
Baron menyerang vaginanya tanpa ampun. Lidah dan bibirnya melahap setiap mili dari
kewanitaan menantunya yang semakin basah kuyup tersebut, merangsak ke dalam lubang
senggamanya, dan menyapu liar kelentitnya dengan seluruh nafsunya untuk
menghantarkan Triani semakin mendekati orgasmenya. Pinggulnya bergoyang dengan
liar diiringi erangan mesum dari mulut Triani. Tangannya menarik dan memilin
putingnya sendiri dengan kasar hingga membuatnya menjeritkan surara racauan
kenikmatan. Dia sudah hampir sampai, sudah sangat dekat. Dan tiba-tiba saja
punggungnya melengkung terangkat naik dari atas sofa.
“I'M CUUUUUMMMMMIIIIINNNNNGGGGG!" jeritannya terdengar keras
membahana. “"EAT MY PUSSY, PAPA! EAT MEEEEEEEEEE!"
Jeritannya terlepas dari mulutnya, menebarkan kegaduhan mesum dalam ruang keluarga
ini mengiringi tubuh Triani yang menggeliat dan menghentak dan menaik-turunkan
pinggulnya dengan liar. Vaginanya menggosok mulut lapar Baron dengan keras. Gerakan
cepat naik turun dan mengejat dari pinggul Triani membawanya menaiki gelombang
orgasmenya yang intens dan dahsyat. Baron memegangi pinggul Triani, menahannya
hingga akhirnya kembali rebah di atas sofa dengan nafas tersengal dan tubuh gemetar
hebat. Mata indahnya terbelalak lebar memandangi papa mertuanya.
“"I cant believe it!" katanya dengan tersengal. “"Belum pernah aku orgasme seperti ini
sebelumnya!
“"You are one incredible young lady," kata Baron menyeringai.
“"I want you to kiss me," pintanya manja.
“"Dengan senang hati," Baron tersenyum.
Baron menarik tubuh menantunya dengan lembut ke dalam pelukannya kemudian
menempelkan bibirnya sendir ke bibi Triani dengan erat. Segera saja mulut Triani
membuka untuknya dan terdengar suara erangan kenikmatan dari mulutnya yang
tersumpal mulut papa mertuanya saat lidah Baron menelusup di antara bibirnya yang
terbuka. Keduanya saling berciuman cukup lama dan dalam., lidah mereka saling
mengeksplorasi mulut masing-masing dengan gairah menggebu. Kedua pecinta ini saling
menyentuh dan meraba dan Baron menikmati rasa dari kelembutan tubuh seorang wanita
muda dalam dekapannya tersebut.
Tangan Triani mulai bergerak melucuti pakaian papa mertuanya, bergerak dengan
cekatan melepaskan kancing demi kancing bajunya. Baron menendang lepas sepatunya,
melapaskan kaus kakinya dan membantu menantunya untuk melepaskan celan panjang
dan pakaian dalmnya. Saat akhirnya dia sudah tak berpakaian, Triani rebah kembali ke
atas sofa dan menatap dengan penuh gairah pada tubuh telanjang papa mertuanya. Tinggi
tegap dan gagah dengan kulit kecoklatan, dada bidangnya tertutupi oleh rambut yang
lebat. Matanya turun tertuju pada batang penisnya dan dia mengerang lirih. Sebuah
batang kejantanan yang besar dan gemuk, sama seperti milik puteranya.
“"Fuck me!" desisnya mengundang. “"Masukkan penis besarmu ke dalam vaginaku!"
“"Kamu yakin?" Tanya Baron memastikan. “"Kamu tadi bilang sudah menghentikan
mengkonsumsi obat pengatur kehamilan dan"
“"Ya," jawab Triani memotong. “"I need you in me! Aku ingin merasakan penismu
menyemburkan spermamu di dalam rahimku dan mengisiku dengan benihmu!"
“"Oh, baby"
Baron bergerak ke antara paha Triani yang terbentang lebar dan memposisikan kepala
penisnya yang gemuk di depan pintu masuk lubang senggama menantunya. Dengan
perlahan, menggoda, dia menggerakkan kepala penisnya naik turun di sepanjang belahan
bibir vagina Triani untuk membasahinya dan dengan matanya yang terpaku tepat di mata
Triani, didorongnya batang penisnya masuk dengan sakali hentakan yang lembut namun
mantap. Nafas Triani tersengal dan mengerang kenikmatan. Baron segera menyambar
bibir Triani, melumatnya dalam sebuah ciuman yang panjang, dalam dan basah. Kaki
jenjang Triani melingkari pinggang Baron saat dia mulai mengayunkan pinggangnya,
melesakkan batang penisnya keluar masuk dalam vagina Triani. Lengan Triani
melingkari leher Baron dan tangannya memberikan sebuah usapan pada punggung
mertuanya saat dia menerima dengan seluruh jiwa raganya saat kejantanan Baron
memasuki tubuhnya.
“"Aku akan mengeluarkan spermaku dalam rahimmu, Triani!" erangnya dengan suara
yang parau.
“"Yes! Fill me with your hot cum!"
“"Aku akan menghamilimu! Aku akan membuat seorang bayi kecil dalam perutmu!"
“"Ohhhhhhhhhh!"
Baron tak bisa mempercayai pendengarannya, dia sudah mengatakan pada pengantin
puteranya yang baru ini kalau dia akan membuatnya hamil. Tingkah laku berselimtkan
nafsu terlarang yang dilakukannya dengan menantunya yang ayu ini dan statement Triani
yang menginginkan benihnya menaburi rahimnya sungguh sangat menggairahkan. Dia
menggeram begitu merasakan kenikmatan laksana beludru yang sangat lembut dari
dinding vagina Triani mencengkeram erat batang penisnya yang keras. Rasanya sangat
tepat dan nikmat. Perasaan bersalah yang singgah dalam hatinya di awal sudah lenyap tak
berbekas. Yang ingin dilkukannya saat ini hanyalah menyenggamai seorang makhluk
ciptaan sang pencipta nan cantik ini dengan segenap birahinya.
“"Papa mau melihat perutku jadi besar berisi bayinya papa?"
“"Oh, ya!"
“"I like talking dirty to you," suara manjanya semakin membakar. “"I like having you fuck
my pussy even more!"
“"I like fucking my slutty daughter-in-law!"
“"Yesssss! I want to be your slut!"
“"Kamu betinaku, Triani!" serunya sambil emngigit bibir bawah Triani. “"Mulai sekarang
kamu akan menjadi pelacur kecilku!"
“"Oh, papaaa!" erangnya. “"Fuck me hard with your big papa-cock!"
Baron mulai merangsak vagina menantunya dengan cepat dank eras. Buah zakarnya
menghantam pantat Triani setiap kali dikirimkannya batang penisnya yang keras masuk
jauh ke dalam vaginanya. Tubuh Triani menggelinjang oleh gairah, kuku-kuku panjang
jemari lentiknya menancap erat ke dalam punggung Baron untuk membuat pinggulnya
semakin terangkat naik hingga vaginanya semakin menempel erat pada batang penis
mertuanya yang mengocoknya dengan cepat dan keras. Tubuh mereka saling menggeliat
dan menghentak dalam irama persenggamaan terlarang bersama, suara erangan, lenguhan
dan nafas yang tersengal beserta suara kulit basah yang saling menampar keras seakan
menjadi musik pengiring bagi keduanya untuk segera menggapai puncak kenikmatan
bersama.
Tak lama berselang kemudian Baron merasakan sebuah letupan perasaan yang familiar
yang memberinya tanda kalau dia akan segera orgasme. Dia memperlambat kocokannya,
menahan gerakannya untuk beberapa saat dan meresapi kenikmatan dari rasa manis
vagina menantunya lebih lama lagi. Tapi dia tak mampu mengontrol tubuhnya lebih lama
lagi. Segera dia meneruskan hentakan dan kocokan batang penisnya ke dalam vagina
Triani dengan sebuah dorongan yangpanjang, keras dan cepat yang membuat bibir penuh
nan seksi milik Triani tak berhenti mengeluarkan erangan dan lenguhan kenikmatan.
“"Aku akan segera keluar, I'm gonna cum, baby!"
“"Yes! Cum in me! Aku ingin merasakan sperma papa menyembur dalam rahimku, buat
aku hamil, papa!"
Baron memeberikan dua kali dorongan lagi ke dalam lorong birahi Triani yang basah,
lalu batang penisnya mengejat keras begitu menyemburkan sebuah ledakan. Dia
menggeram, keras dan dalam, saat dia memuntahkan sperma ke dalam vagina waniata
yang baru saja menjadi menantu barunya beberapa jam yang lalu. Baron menarik
penisnya keluar, kemudian melesakkannya masuk kembali dan menahannya beberapa
saat, lalu mencabutnya lagi dan melesakkannya masuk kembali. Triani menjerit dan
merapatkan vaginanya pada Baron begitu orgasmenya sendiri mulai menggulungnya.
Sekujur tubuh Baron tergetar oleh birahi dan nafsu akibat orgasme yang melandanya dan
dia memberikan beberapa kali hentakan demi hentakan yang keras dan dalam lagi
sebelum akhirnya tubuhnya rubuh di atas tubuh pengantin baru ini.
Keduanya berbaring dengan nafas masih memburu cepat, lengan dan kaki mereka saling
terkait, mata mereka terbuka dan bibir mereka saling melumat. Baron berguling ke
samping dengan punggung menempel pada sandaran sofa dan merengkuh Triani ke
dalam pelukannya. Sebuah perasaan emosional berdengung dalam kepala Triani dan
sekejap dia menyadari kalau kini memiliki dua orang lelaki dalam hidupnya. Benar atau
salah, Triani tahu kalau dia menginginkan keduanya, anak dan orang tua ini dalam
hidupnya, untuk mencintai dan menyayangi sepenuh hati seperti apa yang dia rasakan
terhadap mereka.
 
haha...
mantap bro...
very nice story...
kalo ja triani sodara gw udh gw embat tuh...
 
karya pureisha kah? kalo bukan say demen karya saduran macam ni
 
thanks gan buat all comentnya....

jadi tambah semangat deh bikin thread lagi....
 
Ini cerita Gila, tapi yang beginilah yang kusuka. Ajib Bang Tempa .... lanjutken lagi ah.:semangat:
 
Sip gan, sayang terlalu cepat alur ceritanya.. Keep semprot ”9ý6
 
wanita jalang. Mertua pun diembat. Kalau jadi, anak atau cucu? Ngak jelas statusnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd