Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI THREE DAYS [LKTCP 2018]

bondz

Senpai Semprot
UG-FR
Daftar
13 Oct 2010
Post
933
Like diterima
20
Bimabet
Pk. 05.00

"What...." "Jok, Jokooo, segera ke control room!!"
"Hash..hash.. hash... ada apa Jen?"
"I...itu...."
"Hah..?? apa itu?" ... "Cepat telpon polisi Jen, aku akan keluar!!"
'Drap drap drap drap.....'




Day one
Pk. 06.00




"Looking to my eye,
You will see...
What you mean to me,
Search your heart, search your soul...
And when you find me there, you'll search no more..."




Sayup-sayup alunan merdu lagu lawas membangunkan lelaki dengan gips besar menutupi kaki kanannya,

"Morning mam..." sapa lelaki itu.

"Hemm.. cukup pulas tidurmu sayang..."

"He ehm mam.." Lelaki itu sibuk mengucek matanya sambil menoleh kekanan kekiri.

Alex Soedibyo > Produser film terkenal, umur 34 tahun, mempunyai banyak kenalan dikota dimana dia tinggal, mempunyai seorang anak dari pernikahan sebelumnya, dan mempunyai sedikit masalah dengan adrenalin, masalah inilah yang membuat dia memiliki pacar sekarang. Dan for your information masalahnya juga meliputi kenarsisan, kekanak-kanakan, dan sedikit imajenatif, oke bukan sedikit, tapi sangat.


"Cari apa kamu?." Tanya wanita yang duduk didekatnya sambil meniup secangkir teh melati.

Helena Soedibyo > Ibu Alex, seorang pemain theater dan artis terkenal pada masa mudanya, seorang sosialita dan pengajar kelas theater, kegiatan ini hanya untuk mengasah bakat beraktingnya, karena dia percaya, dia masih diperhitungkan dalam bidang peran.


"Ada yang mau telur dadar?." Tanya gadis muda di balik meja marmer yang biasa digunakan keluarga ini untuk menyantap kudapan.

Clara Soedibyo > anak gadis Alex, umur 18 tahun memiliki kulit putih bersih dengan lekuk tubuh indah serta kedua payudara yang bulat sempurna, akan kuliah di Australia bulan depan, kadang sedikit lebih dewasa dari ayahnya.


"Pagi semua..." suara yang datang dari seorang wanita dengan rambut sedikit ikal bewarna coklat keemasan yang sedang menyusuri anak tangga apartement mewah Alex.

Fransisca Smith > Pacar Alex, wanita berumur 28tahun keturunan indo-jerman, seorang detective bagian pembunuhan, sudah beberapa minggu menginap dirumah Alex, untuk memastikan Alex tidak bertindak bodoh lagi.


For your information, kaki Alex terkilir karena penyakit narsisnya kambuh pada saat bermain ski dan mencoba sebuah trik, hanya karena tidak mau kalah dengan teman-temannya.

"Pagi sayang.." jawab Alex yang kemudian dihadiahi sebuah kecupan hangat dari bibir tipis Sisca.

'Drtt..drrrtt...'

"Ya halo?".. "Ok, dimana?"..."Oke segera meluncur"

"Ada kasus?." Tanya Alex

"Yup..." jawab Sisca yang sudah duduk dekat clara sambil melahap irisan telur dadar.

"Damn...." Umpat Alex.

"Tiga hari lagi ulang tahunku, mama mau pergi ke korea..."

"Jepang sayang..." Potong Helen.

"Iya.. kemana aja lah, intinya mama nga ada pas ulang tahunku, sisca ada kasus, tinggal Clara saja."

"Ehm.. sorry pa, Clara harus nginep di rumah Sisi beberapa hari kedepan, soalnya Sisi mau tunangan"

"Mantaaapppp..... semua sibuk..." gerutu Alex dengan menyilangkan tangan didepan dada dan memasang wajah kesal.

"Sabar sayang... aku janji aku akan ada saat hari ulang tahunmu." Kata Sisca mencoba menenangkan Alex.

"Janji?"

"Iya.."

"Cium dulu dong.."

Sisca hanya menjawab dengan juluran lidah dari meja tempatnya menyantap telur dadar buatan Clara.

"Oke sayang, Mama harus berangkat, teman-teman mama sudah menunggu di bandara, bye-bye.."

"Aku boleh bareng nenek?" tanya Clara.

"Tentu aja boleh sayang.."

"Aku juga harus segera ke tempat kejadian perkara..."

"Daaan kenapa kalian begitu kompaaakkkk?" Alex semakin kesal.

"Tenang aja Pa, Papa kan uda Clara beliin teropong minggu kemaren, Papa bisa melihat-lihat keadaan sekitar, sapa tau cowo keren yang tinggal didepan sana lagi bermesra-mesran sama cowonya.."

"What !!!" wajah Alex seketika berubah.

"Hahahaha, nggak nggak pa, Clara cuman bercanda, lagian teropong nya mana?"

"Tuh masih di distu, belum Papa pegang, emangnya Papa lagi jadi tahanan rumah apa ? yang pake teropong buat ngintip-ngintip tetangga,ehm.. kaya di film.. film apa ya.... Ah pokoknya itu."

"Hahahahahahaha, sabar yang... kalo butuh apa-apa telpon aku ya," kata Sisca.

"Oke pa.. kita brangkat dulu yaaaaa" kata Clara sambil menjulurkan lidah imutnya meledek Alex.

Alex hanya memercingkan wajah, membalas kelakuan anak gadisnya.

"Bye babe..." kata sisca.

Beberapa menit berselang setelah ketiga wanita yang paling berarti dalam hidup Alex pergi.

"Hem...." Alex menghela nafas.
Alex menoleh kekanan dan kekiri mencoba mencari hiburan, satu satunya benda yang mungkin bisa menghibur dia hanya teropong pemberian Clara minggu lalu saja.

"Hemm..." sekali lagi alex menghela nafas dan memutar roda kuris rodanya mendekati meja kecil tempat teropong itu berada.

"Apa boleh buat..." gumamnya.

Alex meihat kejalanan, melihat lalulintas yang setiap hari begitu-gitu aja, melihat penjual koran yang terduduk lesuh dibawah lampu merah, Alex merubah arah pandangannya, kini Ia menyusuri deretan jendela apartement seberang jalan.
Ia melihat anak-anak yang berebut remot Tv sedangkan ibu mereka sibuk menerima telpon, mungkin dari kekasih gelapnya, karena wanita itu menerima telpon sambil memutar-mutar kabel telpon sperti abg - abg yang sedang dirayu pacarnya. Alex meninggalkan apartemen wanita itu, sekarang dia melihat seorang pria tua dengan perut buncit sedang duduk termenung, "hai perut... hari ini nggak makan ya, hei pria tua jelek, kalo kamu ga ngasih aku makan, aku makan organ tubuhmu, hahahahahahhaha." Gumam Alex menarasikan percakapan pria tua tersebut dan perutnya. Alex kembali menggeser pandangannya sedikit keatas, dia melihat seorang wanita dengan pakaian olah raga seksi dan super ketat dihiasi dengan bekas-bekas keringat sedang melakukan gerakan-gerakan yoga, sedikit lama Alex memperhatikan gerakan-gerakan yoga wanita itu yang sedikit banyak mempertontokan lekukan tubuhnya, tiba –tiba bayangan wajah Sisca dengan pistol yang mengarah kewajahnya muncul.

"Shit !!!." Alex terperanjat karena imajenasinya sendiri.

Alex bergegas memindahkan pandangannya dari apartement wanita itu. Pandangan Alex berhenti pada saat ia melihat seorang wanita dengan rambut hitam sebahu sedang menyantap sarapan dengan seorang pria, alex memindahkan pandangannya ke ruang keluarga apartement itu, ia melihat foto pernikahan wanita dan pria itu.

Alex kembali menarasikan prilaku kedua orang yang dia amati lewat teropong.

"Pa, enak semalem?"

"Ehm... lumayanlah dari pada masakan mu yang kumakan dengan terpaksa sekarang."

"Hahahahaha." Perempuan disebrang sana terlihat tertawa saat Alex bergumam, menarasikan kelakuan mereka.


Terlihat si pria bangkit dari kursinya.

"Okeh sayang, aku berangkat dulu ya.. makasih buat makanan yang rasanya ga karu - karuan ini."
"Iya papa, makasih atas pujiannya, muach muach."


Setelah berciuman pasangan yang diamati oleh Alex berjalan menuju pintu depan kamar apartement mereka, mereka berciuman sekali lagi dan sang suami pun pergi. Tinggalah sang istri yang terlihat cantik dan seksi menggenakan baju tidur yang sedikir menerawang, sedikit memperlihatkan bongkahan payudaranya yang ditaksir oleh Alex 36C.

Alex mengikuti langkah riang wanita itu, wanita itu berjalan menuju kamar tidurnya dan bersiap membuka pakaian tidurnya.

"Sepertinya dia mau mandi" gumam Alex.

Alex kecewa saat wanita itu kembali menalikan ikatan baju tidurnya, pandangan alex menuju kepintu depan apartement wanita itu, Alex melihat seorang lelaki muda menggunakan setelan hitam dan memakai topi baseball berwarna hitam juga sedang membunyikan bel.

"Ohhh shit..." Alex terkejut tapi juga gembira.

"Kayaknya, ada yang sibuk saat suaminya kerja hahahahhaa." Kata Alex yang tetap memperhatikan apartement wanita itu. Karena, begitu pintu kamar apartement dibuka, sang pria langsung melumat habis bibir wanita itu, sang wanita pun terlihat membalas ciuman penuh nafsu pria itu.

Mereka berciuman melewati ruang keluarga dan dapur, lalu masuk kedalam kamar tidur. Sang pria melepaskan lumatan beringas bibirnya dan menghempaskan wanita berambut hitam itu keatas tempat tidur. Dengan gerakan sensual sang pria melucuti pakaiannya satu persatu, sedangkan sang wanita menyasikan aksi pria itu dan menggeliat manja diatas tempat tidur dengan menggigit jari telunjuk yang menambah sensualitasnya. Kini baju dan celana sang pria sudah terlepas, menyisakan topi baseball dan celana dalamnya saja. Sang pria melepas topinya dan melemparkan kesisi tempat tidur. Saat sang pria akan menindih wanita itu, ekspresi sang wanita berubah. Ia tampak kaget dan mendorong pria itu menjauh. Alex yang melihat perubahan itu langsung melarikan pandangannya ke arah pintu depan kamar apartement wanita itu.

"Ohs shit" kata Alex sambil menahan tawa dan cemas.

Suami dari wanita berambut hitam itu kembali pulang, beberapa kali dia menekan-nekan bel dan berteriak seperti memanggil nama istrinya, Alex kembali melempar pandangannya kearah kamar tidur, nampak sang wanita memunggut pakaian sang pria dan melemparkannya ke pria itu lalu menyuruh pria itu bersembunyi dibalik pintu kamar tidur dan bergegas menuju pintu apartement.
Saat pintu apartement dibukakan, sang suami bergegas masuk kedalam rumah dan menuju kamar tidur diikuti istrinya. Sang suami langsung menuju lemari disamping tempat tidur mereka, dan terlihat sibuk mencari sesuatu. Sang istri yang melihat kesempatan karena posisi suaminya sedang membelakangi pintu kamar, dengan sigap memerintahkan pria yang bersembunyi dibalik pintu untuk segera keluar.

Ketika pria yang belum berpakaian itu keluar dari kamar, ia membuat gerakan tangan yang menandakan bahwa ia ingin ditelpon dan memberi cium jauh kepada wanita itu, lalu perlahan-lahan menuju pintu dan keluar. Sang istri yang sedikit lega meninggalkan suaminya dikamar dan menuju dapur.
Alex kembali menggeser pandangan kedalam kamar, terlihat sang suami berdiri berkacak pinggang dengan raut wajah sedikit kesal, sepertinya dia tidak berhasil menemukan sesuatu yang ia cari, tapi... tiba - tiba sang suami membungkuk, raut wajahnya berubah, tak hanya kesal, mata pria itu sedikit melotot seakan menahan emosi yang meluap-luap.

"Oopss... someone really get trouble, hahahahahah" tawa Alex girang.

Day one
Pk. 07.15
#Crime scene


"Hei, apa yang terjadi?." Tanya Sisca.

"Sepertinya perampokan." Jawab Detective Thomas, bawahan Sisca.

"Korban?." Tanya Sisca lagi sambil mengangkat police line dan masuk kedalam tempat kejadian perkara.

"Seorang wanita berambut hitam ditemukan di bak sampah dengan wajah nyaris hancur." Jelas Thomas.

"Identitas?." Selidik Sisca yang menghentikan petugas koroner yang membawa kantong mayat dan membukanya, dia sedikit terkejut saat melihat kondisi korban.

"Belum diketahui, dompet, handphone dan perhiasan korban hilang."

"Saksi mata?."

"Ada..."

"Siapa?." Tanya Sisca lebih dalam.

"Kamera CCTV."

"Kasus yang mudah dong?." Balas Sisca dengan dahi mengerenyit.

"I wish... lihat aja rekamannya." Jawab Det. Thomas berjalan masuk ke gedung sebelah kiri dari TKP dan diikuti Sisca.

#BANK OF WETNEST DAY#

"Selamat pagi, ini Joko, Security Bank yang melaporkan kejadian ini." Kata Det. Thomas yang dikuti juluran tangan Sisca yg memperkenalakna dirinya kepada Joko.

"Bisa diceritakan lagi pak Joko?."

"Begini bu, waktu saya melakukan patroli di lantai dua, saya mendapat panggilan dari rekan kerja saya, Jenny. Kebetulan Jenny sedang bertugas mengawasi monitor CCTV. Lalu saya cepat-cepat berlari menuju ruang control, kami sempat tertegun melihat kejadiannya."

"maksudnya tertegun gimana pak? Seharusnya Pak Joko kan diajarkan untuk sigap saat pendidikan menjadi security?." Tanya Sisca sedikit heran.

"Ehmm... saya baru pertama kali melihat sesuatu seperti itu bu."

"Sesuatu?." Tanya Sisca makin heran.

"Iya bu, ibu bisa lihat sendiri." Kata Joko mengajak Sisca dan Thomas menuju ruang control.

"What the....." kata Sisca menoleh ke thomas saat melihat rekaman CCTV.


Day one
Pk. 09.00
#POLICE HEADQUARTER divisi pembunuhan.


"Identitas korban sudah diketahui?" tanya Sisca.

"Sudah ndan, korban bernama Sarah Luciana. Umur 28 Tahun, belum menikah, bekerja di sebagai kepala editor." Jawab Thomas.

"Laporan autopsy korban juga sudah keluar ndan." Kata Jeremy, bawahan Sisca yang lainnya dengan membawa map berwarna coklat bertuliskan FORENSIK.

"Dari mana saja kamu Jer? Tadi nggak keliatan di TKP kayaknya." Tanya Sisca.

"Saya tadi menyelidiki kantor - kantor disamping TKP ndan, makanya si bule satu ini tahu identitas korban." Jawab Jeremy sambil meninju lengan Thomas.

"Ternyata tas dan barang berharga korban ada di meja tempat korban bekerja ndan. Dan saya juga menemukan sesuatu yang janggal di rekaman CCTV tempat korban bekerja." Kata Jeremy dengan wajah serius.

"Hmmm... satu rekaman CCTV lagi ya..." "Coba putar rekaman itu, seharusnya kita dapat jawaban dari kasus ini di rekaman-rekaman itu." Kata Sisca.

#TAPE ONE

Slasher corp. pk. 03.55

'Ctit.... Ctit..... Shrrrrssssss.'

"Hemmm... mesin pembuat cappucino ini benar - benar menolong."

Sarah Luciana > Umur 28 tahun, sudah lama tidak memiliki hubungan dengan siapapun. Bekerja sebagai kepala editor komik online Slasher corp. slasher corp. merupakan website komik - komik horor.

'Cklung...' Bunyi peringatan email masuk dari komputer kerja Sarah terdengar cukup nyaring, karena tidak ada aktivitas lain dikantor ini dan satu-satunya orang yang ada di kantor ini hanya dia.

Sambil sesekali menyeruput cappucino hangat yang baru saja dia buat, Sarah berjalan menuju meja kerjanya. Ketika Sarah berdiri tepat disamping meja kerjanya, ia terkerjut. Ia melihat cangkir berisi cappucino yang dipegangnya, lalu kembali melihat layar monitor. Sarah meletakan cangkir yang dibawanya dan segera mengapai mouse di atas meja kerjanya, lalu segera menggerakan mouse itu ke bawah. Sarah terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan sekali lagi menoleh kekanan dan kekiri. Ia kembali melihat layar monitornya. Sarah sedikit terhuyung-huyung kebelakang dengan kedua tanggan menutup mulutnya seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sedetik kemudian seluruh lampu di kantor Sarah padam.

'Blaamp'

"Sss-siapa disana !!!??." Teriak Sarah diikuti beberapa langkah kakinya mundur kebelakang hingga bersandar pada dinding kaca kantornya.

"Siapa kamu !!!!. Bagaimana kamu tahu kejadian itu !!!."

Tidak ada jawaban apapun, Sarah berlari menuju pintu keluar kantornya. Terkunci. Dengan air mata yang mulai berlinang dipipinya Sarah menggedor-gedor pintu kaca berharap security Slasher corp. mendengar teriakannya. Nihil. Tidak ada yang mendengar teriakan minta tolong Sarah.

'Srrkk... srk....'

Sarah mendengar sesuatu dari deretan meja meja di belakangnya. Dengan tubuh yang sedikit bergetar dia membalikan badan dan meraba-raba dinding untuk mencari senter.

'blup....' Cahaya dari lampu senterpun menyala.

Sarah mengarahkan lampu senter yang dipegangnya kearah dari suara yang dia dengar. Tidak ada gerakan apapun.

"Sssiapaa kamu !!." "Keluarrr sekarang !!."

Dalam gelap Sarah seperti melihat sesosok memakai kerudung. Perlahan-lahan dia menggerakan senter menuju sosok itu. Semakin dekat cahaya itu, Sarah seperti semakin yakin ada sesosok yang seperti memakai kerudung berdiri disitu. Ketika semakin dekat Sarah menggerakan tangannya dengan cepat sehingga cahaya senter langsung berhenti di posisi sosok itu. Ternyata, disana hanya ada lampu meja yang tertutup sebuah kain. Sarah pun menghela nafas seperti merasa lega.

'kriieekkkk'

Suara seperti dinding yang dicakar tepat disamping telinga Sarah sukses membuat dia melemparkan senter dan berlari sekuat tenaga menuju pintu darurat.

#TAPE TWO

Tempat jazad korban ditemukan pk.04.00

Sarah Luciana terlihat berlari dan sesekali menoleh kebelakang, ketika dia melewati tempat sampah dimana tubuh tak bernyawanya ditemukan. Dia berhenti. Dia menggelengkan kepala dan menggulurkan tangan seperti sedang menghentikan seseorang. Dia melangkah kebelakang dengan tangan kanan masih menjulur kedepan. Lalu dia terjatuh, dia terlihat tertunduk, tubuhnya terlihat tidak gemetar lagi. Dia bangkit berdiri dan berlari membenturkan kepalanya kedinding gang. Darah segar pun segera mengucur deras ketika dia membenturkan kepalanya berkali-kali dengan posisi bersimpu.

Dengan langka gontai dia mendekati bak sampah. Ia mebenturkan wajah cantiknya yang berlumuran darah ketepian bak sampah yang terbuat dari besi itu. Hidungnya hancur, rahangnya terlepas, beberapa giginya berserakan di tanah. Tapi tidak terlihat rasa sakit dalam dirinya.

Dengan wajah hancur dan kepala yang terus mengucurkan darah segar ,Sarah memanjat masuk kedalam bak sampah. Ia berdiri di dalam bak sampah lalu mengambil sebuah botol minuman dan memukulkan nya kepalanya sendiri. Sisa pecahan botol yang dipegangnya diarahkan kewajahnya dan ditusuk-tusukan secara membabi buta. Meninggalkan lubang -lubang menganga di wajahnya yang kini sudah sulit untuk dikenali.

Sarah membuang sisa botol ditangannya, tangan kirinya bergerak kearah atas bagian kepalanya, sedangkan tangan kanannya meraih rahang bawahnya yang sudah terpisah. Dengan kuat dia menarik rahang bawahnya kearah kiri sedangkan tangan kirinya mendorong kepalanya kearah kanan.

'Krek'
Tulang leher Sarah Luciana pun patah. Dia terjatuh kedalam bak sampah, lalu tampak Joko dengan nafas tersengal-sengal menghampiri bak sampah itu.

"Aneh kan?." Kata Jeremy.

"Menyeramkan." Ucap Thomas.

"Makin menyeramkan kalo kamu tahu apa yang dia lihat dikomputernya." Imbuh Jeremy.

"Apa itu?." Tanya Sisca.

"Komik, komik kiriman dari pengarang."

"Coba liat." Kata Sisca sembari mengambil Tablet dari tangan Jeremy.

Judul komik itu adalah, 'Matinya Kerudung Hitam'

Gambar komik dimulai dengan gambar seseorang yang sangat mirip dengan Sarah, di komik itu, perempuan itu juga memegang sebuah cangkir kemudian terkejut saat melihat layar monitor, persis seperti yang terekam di kamera CCTV kantor Sarah. Bukan itu saja, karakter wanita di komik itu juga bernama Sarah Luciana. Lalu tertuliskan angka tahun 2000.

Komik itu bercerita saat Sarah masih berumur 14 tahun, dan sedang diadakan pesta kelulusan disekolahnya, seperti pada umumnya orang tua siswa mendampingi anak-anaknya saat itu. Lalu datanglah seorang yang memakai pakaian serba hitam dengan baju berlengan panjang dan bertopi besar serta cadar hitam yang menghiasi topi itu sehingga lebih mirip sebuah kerudung. Berharap bisa menyembunyikan wajahnya dari kerumunan orang tua siswa disekolah Sarah.

Beberapa siswa mulai berteriak ketakutan, sebagian lagi mulai meneriaki wanita itu dengan sebutan HANTU. Lalu beberapa ibu-ibu juga mulai berbisik, beberapa lagi terang-terangan bertanya pada anaknya, ibu siapa itu? Dan menyuruh anaknya untuk menjahui anak wanita itu.

Wanita berkerudung hitam itu adalah ibu Sarah Luciana. Saat Sarah dihampiri oleh ibunya untuk mengucapkan selamat atas kelulusannya, Sarah malah lari, Ia malu, Ia malu dengan keadaan ibunya, ia berlari pulang meninggalkan ibunya sambil menangis.

Ketika dirumah, Sarah menulis di diarynya, berlatarkan foto dirinya dan kedua orang tuanya dengan wajah sang ibu yang dicoret-coret menggunakan spidol hitam, Ia menulis. "Aku Harap Ibuku Mati Saja!!!."

Ketika sang ibu sampai dirumah, ia mencoba mencari Sarah kedalam kamar Sarah, tapi dia hanya menemukan sebuah buku bertuliskan 'My Diary' diatas meja belajar Sarah, perlahan dia membuka diary anaknya, dan melihat tulisan Sarah dengan foto wajahnya yang dihitamkan oleh Sarah, dia menangis. Dia terpukul, anak yang disayanginya menginginkan dia mati. Demi kebahagiaan Sarah, sang ibu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Ia mengikatkan tali ke atap tepat ditengah-tengah ruang keluarga dan menggantung dirinya, sesaat setelah dia menendang kursi yang menjadi tumpuannya, Sarah datang, Sarah berteriak histeris dan berusaha menahan tubuh ibunya, ketika Sarah dengan wajah memerah dan berlinang air mata mendongak keatas melihat wajah ibunya yang tidak memiliki mata kanan, serta kulit wajahnya yang berkerut akibat terbakar. Sarah teringat ejekan teman-temannya. Dengan air mata yang masih mengucur deras ia berkata "Matilah bu.. matilah, demi kebahagianku." Lalu Sarah melepaskan kaki ibunya dan dia sedikit menjauh dari tubuh ibunya yang menggelepar tergantung.

"Maafkan aku bu, aku akan lebih bahagia jika ibu MATI." Kata terakhir gadis 14 tahun itu didalam komik.

"Shit..." "Menggerikan." Kata Sisca.

"Lihat posisi korban dikomik." Kata jeremy.

"What the..." potong Thomas.

Posisi Sarah Luciana didalam komik dengan posisi tubuh kaku Sarah Luciana didalam Bak sampah. Benar-benar sama.


Pk. 14.30
#POLICE HEADQUARTER DIVISI PEMBUNUHAN


Setelah melihat kedua rekaman dari CCTV tempat terbunuhnya Sarah Luciana, Sisca memerintahkan Detective Jeremy dan Detective Thomas pergi kerumah korban, Sedangkan Sisca harus menghadap Kapten Purba untuk memberi laporan perihal kasus yang sedang ditanganinya.

‘Tok.. Tok.. Tok…’

“Ihya… mmasuk.” Terdengar suara kapten Purba mempersilahkan masuk dari dalam kantornya.

“Siang pak.” Hormat Sisca kepada sang kapten yang sedang duduk dibalik meja kerjanya dengan wajah nampak sedikit aneh dan beberapa keringat menghiasi dahinya.

“Ehm.. Anggun kemana pak? Kok ga kelihatan di depan tadi?.”

“Ohh.. Anggun, mungkin dia sedang membuatkan kopi, ii-iya tadi aku suruh dia membuatkan kopi tadi.”

“Oowh.. ini pak, saya mau memberi laporan awal tentang kasus tadi pagi.”

“Hem..? oh kasus jazad yang ditemukan di tempat sampah?.”

“Iya, Betul pak.”

“Ohs-okee.. gimana perkembangannya?.”

“Boleh saya duduk pak?.”

“Oh iya, silahkan duduk Sis.”

“Terimakasih pak,” “Jadi gini Pak, bukti otentik dari rekaman kamera CCTV menunjukan korban bunuh diri, tapi ada hal yang mengganjal Pak, direkaman itu korban seolah sedang dikejar oleh orang Pak.”

“Lalu?.” Tanya Kapten Purba sembari menggusap butiran- butiran keringat yang bersarang didahinya.

“Tapi, didalam rekaman itu tidak ditemukan orang lain selain korban pak.” “Sekarang Jeremy dan Thomas sedang menuju rumah korban Pak, untuk menggumpulkan bukti - bukti lain dan kesaksian keluarga korban.”

“Hems...hems… kalo gitu kamu kabari lagi saja nanti gimana perkembangannya. Ok?.”

“Oh-Ok, siap laksanakan Pak.” Sisca pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar, dalam hati Sisca berpikir, ‘ada yang aneh dengan kapten.’.

‘Jedug..’
Sisca mengentikan langkahnya ketika mendengar bunyi seperti benda yang menghantam meja.

Saat dia berhenti dan memutar badannya, Ia sedikit menangkap gerakan aneh tangan kiri sang kapten di bawah meja kerjanya.

“Ada lagi Sis?.” Tanya Kapten Purba membuyarkan penyelidikan singkat mata Sisca.

“Oh, enggak pak. Saya permisi dulu.”

Saat Sisca akan menutup pintu kantor sang Kapten, Ia sengaja menyisakan celah sedikit untuk mengintip sang Kapten. Kapten purba terlihat mendorong kuris kerjanya sehinga jarak dirinya dan meja sedikit lebih lebar, kemudian tangan kirinya terlihat melakukan gerakan aneh tadi tapi lebih cepat dari sebelumnya, tak lama setelah itu Kapten Purba mendongakan kepalahnya dan tersenyum.

‘Shit.’ Batin Sisca.

Sisca kembali ke meja nya dan memperhatikan kantor Kapten Purba. Benar saja tak lama setelah Sisca kembali ke mejanya, ia melihat Anggun, ajudan sekaligus sekretaris Kapten Purba keluar dari kantor sang kapten, Anggun terlihat sedikit merapikan pakaiannya dan sesekali menyeka bibirnya menggunakan tisue.

“Ckckckckck, ternyata benar kata anak-anak.” Gumam Sisca diikuti gelengan kepalanya.

Sisca kembali memusatkan pikirannya kedalam kasus Sarah Luciana. Ia mengambil dua buah kaset rekaman CCTV dan berjalan menuju ruang video. Ruangan yang sedikit gelap. Ia kembali memutar rekaman kedua rekaman itu sekaligus berulang- ulang, mencoba mencari apa yang dia lewatkan.
Sisca mencatat semua hal yang ia pikir penting guna mengungkap kasus ini. Tiba-tiba Sisca terdiam, dia memfokuskan pandangan matanya kesisi gelap yang terekam oleh kamera CCTV. Ia mencoba membesarkan tampilan rekaman CCTV itu, Ia sedikit tidak yakin. Tapi, tapi ia seperti melihat sosok memakai kerudung hitam seperti dalam komik.

Direkaman kedua, saat Sarah berlari di gang, Sisca juga melihat sosok yang sama. Dia yakin, tadi saat melihat rekaman ini bersama-sama dengan Jeremy dan Thomas. Sosok berkerudung hitam itu tidak ada. Bahkan saat Sarah berdiri didalam bak sampah. Sisca melihat sosok berkerudung itu berada tepat di belakang Sarah, tangan kiri Sarah seolah-olah dipandu untuk menghantamkan botol ke kepalanya sendiri dan menusuk-nusukan pecahan botol ke wajahnya sendiri.

Sisca memfokuskan tampilan video ke sosok misterius itu. Saat tampilan video benar-benar meng-close up wajah sosok itu. Sosok itu menoleh ke Sisca.
‘Drttt…Drtt…Drttt…’ Panggilan masuk di ponsel Sisca mengagetkannya.

Sisca melihat layar ponselnya bertulisakan Jeremy. Dan saat ia kembali menatap layar monitor, ia tidak melihat sosok berkerudung seperti sebelumnya. Sisca kemudian memutar kembali rekaman itu, benar, dia tidak melihat sosok berkerudung tadi.

“What the… Apa yang terjadi ini, aku yakin aku tadi melihatnya.” Gerutu Sisca.

‘Drt..Drrt..Drrt..’ Ponsel Sisca kembali bergetar.

“Ya Jer.” “terus apa lagi?.”jawab Sisca yang masih sibuk memutar kembali video rekaman CCtv itu dan berharap ia mendapat jawaban atas apa yang terjadi padanya barusan.

“Hah?.” “Jadi, diary itu memang ada?.” “Dan memang benar Sarah menulis hal seperti itu tentang ibunya?.” “oke kalo gitu, segera kembali ke kantor, ada yang perlu aku omongkan. Oh dan jangan lupa bawakan foto ibu korban.”
“Oke bye.” Kata terakhir Sisca sebelum menyudahi panggilan Jeremy.

Pk. 17.51
#APARTEMENT ALEX


Alex yang sudah dari tadi menunggu korban kejahilannya pulang telah bersiap - siap di balik kaca apartementnya ditemani segelas minuman bersoda, semangkuk sereal dan sebuah teropong yang entah sadar atau tidak, seharian ini mereka berdua sangat mesrah, kemanapun Alex pergi, teropong pembelian Clara anaknya selalu menggelayut manja di leher Alex.

Akhirnya yang ditunggu datang juga, sang suami sudah pulang, sedangkan sang isteri tengah sibuk memotong-motong sayuran didapur. Dapur yang menghadap tepat ke apartement Alex seakan membuat semuanya ini seperti menonton film.

Sang isteri terlihat mencoba membuka percakapan. Sedangkan sang suami nampak ketus menjawab pertanyaan isterinya. Pertengkaran pun tak terelakan, beberapa kali sang suami terlihat memaki-maki isterinya yang tetap sibuk meotong-motong sayur. Entah apa yang dikatakan sang isteri, saat suaminya mengambil sebuah kaleng minuman bersoda didalam lemari es, lalu ia terlihat seperti setengah melemparkan pisau yang dipegangnya kemeja dan berlari menuju kamar.

Muka sang suami sedikit memerah, dia berdiam diri senjenak dan terlihat mengumpat, ia melihat keatas meja, kearah pisau dapur yang tadi dipegang oleh isterinya.

Sang suami meletakan kaleng minuman bersoda, mengambil pisau dapur yang tergeletak diatas meja dan berjalan menuju kamarnya. Tak lama setelah itu kelambu kamar pasangan suami isteri itu terlihat sedikit tertarik seperti ada sesuatu yang terdorong hingga menabrak dinding berkelambu itu.

“Oh shit..” kata Alex.

Alex menjatuhkan teropong yang dipegangnya dan langsung mengambil handpone.

“Sis, aku melihat pembunuhan.”

Pk. 19.10
#APARTEMEN ALEX


“Lelaki itu membunuhnya!!!.”

“Oke, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kamu bisa tau?.”

“Jadi gini, seharian ini aku bermain dengan teropong pemberian Clara. Aku melihat mobilmu meninggalkan gedung, lalu aku melihat kesebrang jalan sana, aku melihat isteri pria itu selingkuh dengan seorang pemuda saat suaminya pergi bekerja...”

“Lalu kamu melihat mereka bercinta gitu?.” Potong Sisca dengan sedikit menggoda kekasihnya.

“Nggak gitu sayaaang… dengerin dulu dong ceritaku.” Jawab Alex sedikit kesal.

“Iya iya…”

“Jadi waktu pemuda itu datang dan mereka bercumbu, suami wanita itu pulang, sepertinya dia meninggalkan sesuatu, dan saat si pemuda itu berhasil keluar dari apartement mereka, suami wanita itu menemukan topi pemuda itu yang tertinggal. Dan mereka baru saja bertengkar hebat, lalu si isteri masuk kamar diikuti oleh suaminya dengan sebuah pisau ditanggannya, dan coba tebak. Sampai sekarang mereka belum keluar kamar.”

“Kamu yakin?.” Tanya Sisca penuh tanya.

“I-i-ya aku yakin dengan apa yang kulihat.” Jawab Alex tak mau kalah.

“Lalu kenapa pria itu nampak seperti orang pada umumnya?.”

“Hah?.” Alex bingung dengan apa yang dimaksud Sisca.

“Tuh, lihat aja sndiri.” Sisca menyodorkan teropong yang sejak Alex bercerita panjang lebar tadi sudah dipakainya untuk melihat kesebrang jalan.

“Lihat baju yang dipakai pria itu, tidak ada noda darah setetespun, dan lihat ekspresi wajah pria itu, dia tidak terlihat tertekan, atau bingung, padahal untuk orang biasa yang baru saja melakukan pembunuhan hal itu sangat tidak mungkin.” Jelas Sisca saat Alex sedang sibuk memperhatikan apartement diseberang jalan.

“Atau…” kata Sisca sedikit menggoda sehingga membuat Alex menurunkan teropong ditangannya dan menoleh ke Sisca.

“Apa??.” Tanya Alex heran

“Atau kamu dari tadi pagi melihat jendela apartement ketiga, diatas apartement pasangan suami isteri itu?.” Tanya Sisca yang berubah menjadi penuh selidik.

“Ha?.” Alex yang bingung kembali mengangkat teropong dan mencari maksud Sisca.

‘Gleg….’ Alex hanya bisa menelan ludah.

Pemandangan perempuan muda yang tadi pagi ber-yoga berubah menjadi pemandangan erotic, perempuan muda itu sedang memainkan vaginannya menggunakan sebuah dildo karet dengan ukuran yang cukup menakjubkan. Tak sampai disitu, perempuan yang tadinya memainkan vaginanya dengan posisi terlentang diatas tempat tidurnya, kini merubah posisi, ia berlutut diatas tempat tidurnya, menurunkan bagian atas tubuhnya hingga memamerkan bongkahan pinggul dengan vagina yang sedikit basah seperti tepat didepan wajah Alex.

‘Ehem..’

Alex terkejut, sesaat dia lupa jika disampingnya berdiri Sisca, kekasihnya.

“Ckckckck, bilang aja kamu kesepian sayang...”

“Hem? Engg-engg…” Alex tak dapat menyelesaikan kalimatnya, karena Sisca membekap mulut Alex dengan bibir tipisnya diikuti sapuan lidah yang sedikit basah.

‘Drt..Drt…Drt…’ suara ponsel Sisca memaksanya menyudahi ciuman panas mereka berdua.

“ Halo Jer, ada apa? oke, trims ya.”

‘ctit’

“Ada apa beb?.” Tanya Alex.

“Ehm, Jeremy, dia mengirimkan komik yang baru saja di posting.”

“Komik?.”

“Iya, kasus hari ini ada hubungannya dengan komik horor yang ada di internet.”

“Slasher corp.?” Tanya Alex.

“Kok kamu tau?.”

“Heeemmm kamu lupa sapa aku?.” Kata Alex diikuti senyum narsisnya.
“Gimana kasusnya beb?"

“Ga tau Lex, korban terekam kamera CCTV dan sudah pasti bunuh diri. Tapi, kondisi jenazah korban, posisi korban saat ditemukan, benar benar sama persis dengan yang ada dikomik yang ada di layar komputer korban.”

“Wuuuuu… hantuuuuuuu.” Ledek Alex dengan mimik benar benar sperti anak kecil.

Sisca mengambil tablet dan melihat komik yang baru saja dikirimkan Jeremy.

“Wajah ini…. Sepertinya aku sering melihat wajah ini.” Gumam Sisca.

“Boleh ku lihat.?” Tanya Alex.

Sisca memberikna tabletnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman. Alex tampak sibuk membaca komik online itu.

“Sis…” tiba tiba raut wajah Alex berubah.

“hm?.”

“Apapun yang terjadi, akan segera terjadi.”

“Maksudmu?.” Sisca meletakan gelas dan bergegas menghampiri alex.

“Lihat komik ini, ini adalah pembawa berita, dan…..” Alex menghentikan kalimatnya, ia seperti tertegun melihat keluar jendela apartementnya.

Sisca yang melihat reaksi aneh Alex perlahan membalikan badannya menghadap kejendela dan mencoba mencari sesuatu yang dilihat oleh Alex.

“Shit….” Gumam Sisca.

Beberapa kali Sisca melihat tablet dan kembali melihat keluar jendela apartement.

“Fuck…” lagi lagi Sisca bergumam.

Sisca dan Alex sedang melihat seuah Videotron, layar raksasa yang menempel disebuah gedung beberapa blok dari apartement Alex. Wanita pembawa berita di videotron itu dan wanita yang ada di komik itu sama, ditambah dengan newsticker yang berjalan rapi menyusuri bagian bawahVideotron dan sebuah jam yang menunjuk angka yang sama dengan yang ada di komik Pk. 19.50.

“I'ts happening…” kata Sisca sontak memberikan tablet kepada Alex dan mengabil ponselnya.

“Halo Jer, kamu sudah baca komiknya?.”

“Belum sih, kenapa?.”

“Cepat kamu baca dan cari tau dimana kejadian berikutnya akan terjadi, aku segera meluncur ke markas.”

‘muach’ sebuah ciuman singkat mendarat di pipi kanan Alex sebelum Sisca pergi.

“Thanks ya babe. Besok pagi aku akan kesini.” Kata terakhir Sisca sebelum meninggalkan Alex.

“Oke beb, any time, hati-hati dijalan, oh... call me.”

Sisca hanya mengedipkan mata dan menutup pintu apartement Alex.

“Fiuhhsss… sendiri lagi.” Gerutu Alex.

Alex mendorong kursi rodanya menuju sebuah minibar yang terletak di dekat dapur apartementnya, menuangkan sedikit wishkey di sebuah gelas dan kembali meluncur ke ‘layar lebar’ favoritnya hari ini. Beberapa mililiter cairan keemasan yang berada di sebuah cangkir sudah berpindah tempat, menyusuri kerongkongan Alex.

Tiba – tiba mata Alex terbelalak, dia seperti teringat sesuatu. Dengan tergesa-gesa dia mencari teropongnya, setelah menyambar teropong manja yang tergelektak di meja, Alex langsung mengarahkan pandangannya ke apartement seberang.

“Yaaah…..”

Alex kecewa, jendela apartement wanita yang sedang bermasturbasi sudah tertutup gordyn gelap. Pandangan Alex pun kebali ke apartement suami isteri tadi. Kosong, didalam apartement itu seperti tidak ada penghuninya.

Alex menyusuri ruangan demi ruangan apartemen suami isteri itu, benar-benar tidak ada tanda tanda kehidupan. Pandangan Alex kini berada di jendela koridor dari apartement saumi isteri itu. Benar saja, ia melihat suami wanita itu baru keluar dari elevator dengan membawa beberapa perlengkapan cat, ada sebuah masker, beberapa kaleng cat, jubah plastik yang dipakai agar tidak ada cat yang mengenai pakaian. Setelah pria itu sampai didalam apartementnya, ia langsung menuju kamar tidurnya.

“Hmmmp…. mau menghilangkan bukti ya. I’ll get you bro…” gumam Alex.

Pk. 20.05
#UNKOWN PLACE


“Lu ngapain Fred?”

“Hem? Oh ini?, akhir akhir ini aku lagi seneng baca komik pak.”

“Ha? Komik? Jembut mu udah lebat masih aja baca komik?.”

“Hmmmm emang ga boleh baca komik? Lagian ini bukan komik sembarangan pak, ini lagi ngetrend, komik horor!.”

“Apanya yang horor? Tiap hari kita kerja bareng mayat masih aja percaya gituan lu?”

“Ah bapak mah...”

'Trit..trittt..trirrrt...'

“Ya halo, dengan Agus disini.”

Agus Suyono> pemilik usaha rumah duka, umur 49 tahun. Seorang duda hidup sendirian, istri dan anaknya meninggal.

“Kenapa? Oh oke, segera meluncur, terimakasih pak.”

‘ctit’

“Ada apa pak.?” Tanya Fredi

Fredi harahap> pegawai Agus, pemuda kurus dengan badan sedikit tidak terawat, umur 22 tahun, pembaca Slasher corp.

“Ada kerjaan.” Jawab Agus singkat.

“Hah? Malem malem gini?.”

“Iya, seseorang butuh bantuan kita.”

“Yaaahh... pak, aku malam ini ada peringatan 1000 hari nenek ku.”

“Nenek apanya? Bilang aja kalo kamu mau kencan sama purel kemaren.”

“Hissshhh, si bapak mah, gini-gini aku kan anak yang berbakti sama orang tua.”

“Alesan, ya udah lah kalo gitu. Kamu turun sini aja, gw mau langusng ke tkp.”

“Haduuh kok diturunin disini.”

“Laah salah sapa lu ga ikut. Hahahahha.”

Mobil yang dikendarai Agus berhenti didekat sebuah minimart.

“Salam buat nenek lu ya tong. Hahahhaha” Agus pun melenggang pergi setelah meledek Fredi.


Pk. 20.25
#UNKNOWN PLACE


“Eh, pak Agus udah dateng.”

“Iya mas, tumben mas kok telpon malem malem gini.”

“iya pak, soalnya hari ini saya piket sendiri, terus ada jenazah yang harus dimandikan dan disiapkan malam ini, karena orang tua jenazah datang dari luar kota kira-kira jam 10 malem nanti sampai sini, dan kebetulan isteri saya mau melahirkan pak, jadi saya minta tolong pak Agus untuk menyiapkan ya pak.”

“Owalaa.. semoga sukses mas kalo gitu lahirannya, selamet juga.”

“Iya pak, oh ya, ini pak biaya lemburnya pak Agus.” Rico petugas kamar mayat sebuah rumah sakit menyodorkan sebuah amplop kepada Agus.

“Oh, terimakasih mas Rico, kalo boleh tahu, jenazanya ini meninggalnya kenapa ya?”

“Oh, itu pak, kena searangan jantung, kasian pak, masih mudah sudah kena jantung.”

“Ealah.. emang umur orang ga ada yang tahu ya mas.”

“Iya pak, kalo gitu saya pergi dulu ya pak, kalo udah selesai tolong kuncinya diberikan ke reseptionis aja pak, tadi sudah saya infokan kok kalo ada yang menggantikan tugas saya malam ini.”

“Oke deh mas. Hati-hati ya.”

Agus membuka pintu ruang jenazah, ada sebuah meja besi dengan sesosok tubuh tertutup selimut berbaring kaku diatasnya, Agus mulai menyiapkan peralatan untuk memandikan dan merias jenazah. Satu persatu peralatan dia keluarkan dari dalam tas.

“Lah, ini kan punya Fredi. Kok bisa bisanya masuk ketas ini. Ckckc dasar anak kemplo.” Agus bergugam saat melihat tablet milik Fredi tertinggal didalam tas kerjanya.
“Gimana cara pake nya ini?” Agus mencoba mengusap-usap gadget dengan lebar 10inc itu.

“Auk ah...” Dengan sedikit kesal Agus melemparkan tablet milik Fredi keatas meja yang sudah dihiasi beberapa alat make up.

Sesudah semua peralatan yang akan dia gunakan berbaris rapih diatas meja, Agus menghampiri tubuh kaku diatas meja besi itu.

“Hemmm.. masih mudah kok udah kena jantung nak...” gumam Agus.

“Cantik lagi, sayang banget hidupmu singkat.”

Agus beberapa kali menggelengkan kepala dan menelan ludahnya saat ia menyibakan selimut yang menutupi tubuh jenaza.
Kini tubuh kaku itu terpampang jelas tanpa sehelai benangpun yang menutupinya. Bulatan payudara indah menghiasi dada gadis remaja itu. Dua buah puting berwarna merah muda menempel menambah keindahan payudaranya.

Pandangan Agus bergerser ke arah bawah, nampak sedikit bulu-bulu halus hinggap diatas kemaluan gadis tak bernyawa itu. Agus menoleh kekiri dan kekanan memastikan tidak ada orang lain selain dirinya, melihat jam dinding yang bertengger kokoh diatas sana.
Perlahan Agus meraba payudara jenzah gadis itu, tangan kirinya berhetni tepat diputing gadis itu dan sedikit memilin-milinnya. Sesekali Agus meremas payudara kiri jenazah itu dengan kencang.

“Udah ga sakit kan non.?” Tanya Agus diikuti seringai mesum yang menempel dibibirnya.

Tangan kanan pria berumur 49 tahun itu mulai beranjak dari selakangannya, iya, ketika tangan kirinya asyik menjamah payudara jenazah itu, tangan kanan Agus sudah aktif menggesek-gesek pennisnya dari luar celana. Tangan kanan Agus membelai rambut rambut tipis diatas kemaluan jenazah itu, beberapa kali naik turun.
Tangan kanannya berhenti setelah entah sengaja atau tidak, jari telunjuknya tersangkut dibelahan kemaluan gadis itu. Dengan bantuan jari lainnya, Agus mencoba menyibak belahan vagina jenazah itu.

“Shit... indahnya....” gumam Agus saat ia melihat vagina jenazah gadis berumur 17 tahun itu, dengan klitoris imutnya bersandar pada dinding-dinding vagina berwarana merah jambu.

Dengan sedikit kasar Agus melemparkan kedua paha jenazah gadis itu kearah beralwan sehingga kedua kaki gadis itu menggantung diatas mejah besi. Jari tengah pria yang sepantasnya menjadi kakek gadis itu menyeruak masuk kedalam vagina indah gadis itu dengan kasar.

“Enak kan non? Hahahhaha, coba kalo kamu hidup lebih lama, pasti banyak cowok yang tunduk sama memek indah mu.”

Agus mulai mengeluar masukan jari tengahnya, sedangkan tangan kiri agus tak berhenti memilin dan menarik narik puting gadis yang semasa hidupnya biasa di panggil Angel.

Agus memeloloskan celana lusuhnya dan naik keaatas meja besi, keatas tubuh Angel. Ia mengeluarkan pennis dari balik celana dalamnya dan mulai menggesekan gesekan penis tuanya diatas vagina Angel.

“Uh..uh...uh....”

Lendir pelumas dari pennis Agus mulai berlelehan, menodai kulit mulus Angel. Tubuh tak bernyawa Angel hanya bisa mengikuti irama hentakan pinggul Agus, tangan Angel menjuntai, menggantung disisi meja besi, sedangkan Agus tetap sibuk memompa tubuh tak bernyawa Angel.

Dengan bantuan tangan kirinya, Agus membimbing batang pennis tuanya untuk masuk kedalam liang senggama Angel. Sedikit susah memang, tapi Agus yang sudah banyak makan asam garam dalam dunia persetubuhan jenazah tidak mudah menyerah. Dia menghunuskan batang kejantannya kuat-kuat kedalam vagina Angel.

‘Blub…’ terdengar bunyi dari vagina Angel.

Agus mulai memompa vagina Angel, perlahan demi perlahan hingga semakin cepat.

“Aaargh.. Arghhsss... memek mu peret non, hash..hash,,, hashhh,,” racau Agus yang semakin dalam menghujamkan pennisnya.

Selang beberapa menit, tubuh Agus mulai menegang, kedua tanggannya meremas payudara Angel sekuat tenaga, pinggulnya memompah tak berkesudahan. Hingga akhirnya Agus melontarkan beberapa mililiter spermanya didalam rahim gadis 17tahun yang sudah tak bernyawa itu.

Setelah puas dengan tindakan tercelanya Agus kembali memakai celananya, tangan kanan Agus memegang dagu Angel lalu Agus melumat bibir tipis Angel dengan kasar, setelah selesai, Agus melemparkan wajah Angel kekiri, hingga posisi Angel menoleh kearah pintu keluar kamar mayat.

“Makasih non, semoga arwahmu tenang disana.” Kata Agus meninggalkan tubuh Angel menuju meja dimana peralatan kerjanya berbaris rapih menunggu digunakan.
Ketika Agus sampai dimeja, Agus melihat tablet milik Ferdi sudah menyala, terpampang jelas dilayar tablet itu judul sebuah komik.

“Sayang Aku Rindu Kamu”

Agus tertegun, karena saat dia mengusap layar tablet itu keatas, ia mendapati gambar dirinya didalam komik tersebut. Adegan diamana dia menyetubuhi mayat seorang gadispun tergambar jelas dikomik tersebut.

Mata Agus tiba-tiba terbelalak, Ia melihat gambar dikomik itu, jenazah gadis yang baru saja dia setubuhi tergeletak tak berdaya diatas meja besi dengan mata terbuka sedang melihat dirinya. Agus mulai mengeluarkan keringat dingin, karena dia yakin, dia baru saja meninggalkan jenaza Angel dengan posisi wajah menghadap pintu keluar, yang artinya tidak mengahadap dirinya yang sedang berada di meja di samping kanan Angel.

Perlahan dengan sedikit gemetar Agus memutar badan untuk melihat jenaza Angel…..

Pk. 20.55
#Jalan menuju markas besar kepolisian.


‘Drrtt..Drtt..Drt..’

“Ya Jer?.”

“Kami sudah menemukan rumah sakit yang ada di dalam komik.”

“Oke, dimana itu?.”

“Di rumah sakit Dr. Saipoel Sudiro Husodo.”

“Oke temui aku disana, aku langsung meluncur kesana.”

‘Ctit’

Pk. 20.59
#Kamar Jenaza Rumah Sakit Dr. Saipoel Sudiro Husodo


Agus perlahan memutar badannya, Dia tersentak kaget hingga terdorong kebelakang, mendorong meja tempat peralatannya berjejer.

'Prank…’ beberapa peralatan Agus terjatuh kelantai.

Mata Angel benar-benar terbuka, memandang Agus. Agus menghampiri mayat Angel, encoba menutup kembali kedua bola matanya. Tidak bisa, setiap kali Agus menutupnya, kedua kelopak mata Angel kembali terbuka, Agus mengambil selimut yang ada dilantai dan melemparkan kewajah Angel hingga menutupi tubuh bagian atas Angel.

Agus yang sudah mulai ketakutan ia kembali menuju meja dimana tas kerjanya berada, ia kembali terkejut, tubuh Agus tiba-tiba lemas. Ia kembali mengambil tablet milik Fredi, sambil terus melihat tablet itu, Agus berjalan gontai menuju sudut kamar mayat. Iya teruduk bersandar dinding kamar mayat dan terus membaca komik yang muncul dilayar tablet.

Pk. 21.20
# Loby Rumah sakait Dr. Saipoel Sudiro Husodo


“DImana kamar mayatnya!!?.” Tanya Sisca.

“Di-di-disana.” Jawab receptionist sedikit terbata-bata karena kaget.

Dengan sekuat tenaga Sisca berlari menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar mayat.

‘krak..krak…’

“sialan, terkunci!.” Umpat Sisca saat mendapati pintu kamar mayat yang terkunci.

“Brak..brak..brak.. POLISI buka pintunya !!!” teriak Sisca.

Beberapa kali Sisca menriakan kata kata yang sama dengan menggedor pintu kamar mayat, tapi tidak ada jawaban dari dalam.
Sayup-sayup Sisca mendengar suara seorang laki-laki yang hampir tidak bisa terdengar jelas, laki-laki itu seperti menangis sambil bicara.

‘Dor.. Dor…’ Sisca mengeluarkan pistolnya dan menembak lubang kunci pintu kamar mayat lalu mendobraknya.

Ia melihat seorang pria sedang berlutut membelakanginya, terlihat beberapa benda yang menyerupai daging berceceran dilantai. Selang beberapa detik saat Sisca sudah mengusai keadaan sekitar, dan ia tidak melihat orang lain didalam ruangan selain pria itu. Ia melihat sebuah gerakan dari pria itu, dia jatuh tersungkur bersimbah darah dilantai kamar mayat.

DAY TWO
Pk. 03.00


“Hmpppss...hmppsss....” nafas berat Alex menandakan bahwa dia sudah sangat lelap dalam tidurnya.

Tiba-tiba ia terbangun karena teropong yang ada didekapannya perlahan muali merosot kebawah dan jatuh.

“Huffsss....” Alex menghela nafas panjang dan segera mengambil teropong yang terjatuh.

Dengan mata yang masih mengantuk dia mengarahkan teropong ke apartement sebreang, mata Alex terbelalak, iya melihat suami wanita yang ia yakin telah terbunuh berjalan sedang menggeret gulungan karpet menuju keluar apartement, tiba-tiba Alex teringat sesuatu.

“Bukti...”

Ia segera mendorong kursi rodanya menuju ruang tv, ia mencari sebuah benda.

“Nah, I got you boy...”

Alex segera mendorong kursi rodanya kembali menuju posisi pantaunya. Iya menyalakan sebuah handy cam, dan langsung menyorot apartement seberang.

“Shit !!” Alex mengumpat.

Alex gagal mendapatkan bukti rekaman saat sang suami sedang menggeret karpet yang dia yakin berisi tubuh istri lelaki itu, karena lelaki itu sudah menghilang masuk kedalam elevator.

Day three
Pk. 10.00


“Gimana?.” tanya Sisca.

“Nihil Sis.”jawab Thomas

“Masa divisi cyber tidak bisa melacak slasher.corp.?”

“mereka sudah mencoba tapi sepertinya slasher.corp memiliki team IT yang lebih hebat dibanding milik kita.”lanjut thomas.

“Jeremy mana?.”

“Jeremy biasa... on the way beli kopi.”

“Terus saksi-saksi dari kasus di rumah sakit kapan datang.?”

“Sebentar lagi dan dua orang lainnya akan datang jam 2 nanti.”

“Wow... hari ini akan sangat melelahkan. Banyak saksi, banyak korban dan tidak ada satupun tersangkah.”gerutu Sisca.

“Drrtt...drttt...”

“Iya hallo babe.”

“Hallo yang, kamu harus segera ke apartment seberang jalan.”

“Hah? Ngapain.?”

“Kemaren pagi pagi buta pria itu membuang mayat isterinya!.”

“WHAT!!?? Kamu yakin? Kamu lihat mayat isterinya.?

“Yaaa, enggak liat langsung sih. Tapi dia menyeret karpet yang sangat berat serpeti ada mayat didalamnya.”

“Hadeeeh, its all in your mind babe.”

“Enggak Sis... ini beneran. Sumpaaah.”

“Hemm... oke oke, Jeremy ama Thomas akan kesana. Aku harus bertemu dengan beberapa saksi sebentar lagi.”

“Sssiipppp. Makasih yaang.”

Pk. 12.30
#Apartement Alex


“Ok, coba ceritain lagi. Apa yang lu liat lex.” Tanya Thomas.

Jadi awalnya itu, suami wanita itu berangkat kerja, eh gak lama dateng cowo lain, ena ena lah mereka. Terus mereka hampir ketahuan man... ehm... enggak aku yakin suaminya udah tahu. Terus malemnya mereka bertengkar dikamar. Nah pas itu pasti isterinya dibunuh.” Cerita Alex.

“Jadi kamu lihat pas isterinya dibunuh.”selidik Jeremy.

“Yaa, engga juga sih soalnya gordennya ditutup tiba-tiba.”

“Oke jadi itu suami pembunuhnya.?” Tanya thomas yang dari tadi memakai teropong mengamati apartement seberang jalan.

“Iyuup.” Jawab Alex singkat setelah mengambil alih teropong.

“Jer, ayo kita kemon.”

Alex mengamati kedua rekan kerja Sisca dari atas. Nampak Thomas memperlihatkan lencana polisinya. Lalu mereka berbincang sebentar kemudian pria itu mengeluarkan handphonenya. Tidak lama, diberikan kepada Thomas. Sesekali Thomas mengganguk dan menoleh ke arah jendela apartement Alex dengan raut wajah kurang menyenangkan. Lalu Thomas mengembalikan handphone pria itu dan dari gerakan tubuh Thomas, Alex bisa menyimpulkna bahwa dia sedang meminta maaf kepada pria itu.

“Shit Lex. Tebak siapa yang ngobrol sama aku di telpon tadi?.” “Isterinya mannn... isterinya. Dia lagi dirumah sakit, ibunya lagi opname.”

“Whaaattt.” Alex tak kalah shock dari Thomas.

“Itu ga mungkin guys, aku liat sendiri mereka....” Alex tak sempat meneruskan kalimatnya, karena Jermy dan Thomas meninggalkannya begitu saja.

Pk. 15.00
#Police headquarter


“Gimana saksi-saksinya Sis?.” Tanya Jeremy.

“Nihil.” Jawab Sisca pendek diikuti helaan nafas putus asa.

“Santai dikit Sis, mending kamu pulang dulu. Alex benar benar butuh perhatian.”

“O ya?”

“Iyaa pake bangeet.” Timpal Thomas.

“Balik aja dulu, kita akan memantau slasher.corp. kalo ada komik yang di upload kita akan kabari.”

“Okelah kalo begitu.” Jawab Sisca.

Pk.17.30
#Apartement Alex


“Lex, mama sama clara gimana kabarnya?.” Tanya Sisca.

“Yaa gitu deh, mama lagi sibuk menikmati uap air panas gitu dipemandian alam. Kalo Clara lagi menjada hubungan sisi dan tunangannya agar tetap bahagia.”

“Hah?kok gitu.”

“Iya, kata Clara tadi tiba tiba Sisi jadi ragu mau tunangan.”

“Waoow.... bisa gitu ya?.”

“Iya anak muda jaman sekarang emang emejing.” “btw aku sudah bisa jalan loh.”

“Dikit-dikit sih, kamu enggak pingin ngajak aku kekamar Sis.? Hahahaha”

“Yeeee maunyaaa, kaki masih di gips udah minta ngamaar.”

“Ya udaah, nggak dikaamr juga gapapaa, ngga ada orang juga.” Jawab Alex sambil ketip-ketip manja.

Sisca menghampiri Alex yg masih duduk di kursi roda, mengecup tipis kening pacarnya. Kecupan Sisca perlahan turun kebibir Alex, mereka berdua saling melumat, Sisca mulai melepaskan jaket yang dipakainya. Sambil terus berciuman, tapi ada yang aneh. Karena saat ini seharusnya tanggan Alex sudah mulai bekerja menyusrsi bongkahan pantat Sisca atau mengoyak buah dadanya dari luar kaos. Tapi tidak ada tangan tangan nakal yang menjamahnya.

Sisca menghentikan ciumannya, dan melihat Alex. Alex hanya diam Sisca tahu saat ini pikiran Alex sedang tidak berada disini.

“Pasti kamu masih mikir tentang wanita itu.?” teriak Sisca.

“Eh..?” Alex seperti tersadar.

“Ehm.. sory Sis, tapi aku yakin wanita itu sudah dibunuh.”

Sisca berjalan kearah jendela dimana Alex mengamati Apartment seberang jalan. Dia mengambil teropong Alex dan mengamati apartement itu.

“Bukannya Thomas tadi bicara sama wanita itu?.”

“Iyaa, tapi kan by phone, siapa tahu pria itu sudah menyiapkan segalanya. Siapa tahu yang bicara sama thomas itu wanita lain.?”

“Oke kalo gitu, ini waktu yang tepat, dia ada dirumah. Aku akan kesana dan memeriksa apartementnya.”

“Hah.? Bentar Sis, bentar.” Teriak Alex yang sepertinya tidak dihiraukan oleh Sisca.

Alex cepat-cepat mengambil teropong. Menunggu beberapa saat, dan kemudian melihat Sisca sudah ada diddepan pintu apartement pria itu. Nampak Sisca dipersilahkan masuk, Sisca mengamati ruang tamu apartement itu sebentar dan beranjak ke dapur. Didapur nampak pria itu sedang menyiapkan makna malam ada pisau yang tergeletak di atas meja. Setelah berbincang-bincang sebentar. Sepertinya pria itu menawarkan minuman kepada Sisca. Pria itu menghampiri lemari es tapi menghentikan langkahnya. Dan kembali mundur kearah kabinet dapur di dekat pintu, membuka kabinet atas dan mengambil sembuah minuman bersoda.

“Aneh..” gumam Alex dari balik teropong.

Seperti terbangun dari mimpi, Alex ingat seharusnya pria itu mengambilkan minuman bersoda dari dalam lemari es. Bisa jadi mayat isterinya masih belum dibuang, tapi disimpan dilemari es.

Terlambat.

Saat Alex sudah menyadari itu dia melihat kmebali apartement seberang jalan melalui teropongnya Sisca dan pria itu sedang bergumul dan tiba-tiba lampu apartement itu mati.

“Thom! Segera kesini, pria itu menangkap Sisca! Temui aku di apartement sebrang.

Pk.19.00
#Seberang jalan apartment Alex


“wiuut..wiuuut..” Bunyi sirene mobil polisi menggema.

Alex yang berjalan tertatih dengan bantuan kruk segera dihampiri Jeremy dan thomas.

“Dimana Sisca Lex?” tanya Thomas.

“Diatas diaaprtement pria itu.”

Mereka bergegas kesana, pintu apartement pria itu terkunci, Jeremy, Thomas dan Alex menggedor-gedor dan berteriak-teriak memangil Sisca. Tidak ada jawaban.

“Shit, mundur Lex akan kudobrak pintu ini.” Teriak Jeremy.

Braakkk...

Setelah pintu terdobrak mereka bertiga berhambur masuk dalam apartement yang gelap gulita.

BLAAMMMM....
Saat lampu menyala. Alex mendapati semua orang yang dikenalnya berkumpul disana.

Nyanyian selamat ulang tahunpun mulai terdengar.

Kosong... pikiran Alex sesaat kosong. Dia tidak menduga hal ini.
“Happy birthday beb.” Ucap Sisca diikuti Helen dan Clara.

Selain itu wajah wajah baru yang menghantuinya beberapa hari ini juga ada disitu, wanita yang diyakininya telah terbunuh ada disitu. Wanita itu, suaminya dan selingkuhannya adalah murid dari Helen. Mereka adalah aktor.

“Kalian tahu ini.?” Tanya Alex kepada jeremy dan Thomas.

“Tahu lah. Hahahahaha.”


“Kamu yang ngerencanain ini semua yang.?”

“Iya gak semua sih, dibantu Mama sama Clara.”

Drrt..drtt...

“Iya pa? Tenang dulu pa, oke Sisca kesana.”

“Lex, kayaknya aku harus ketempat papa dulu, sepertinya ada masalah.”

“Oke aku ikut.”

“Eh ga usah, ini pesta ultahmu masak kamu ga ada disni. Entar aku telpon kalo udah sampe ya.”

“Okelah kalo begitu.” Alex mengantar kepergian Sisca dengan sebuah ciuman.

Pk. 20.30
#Jalanan menuju rumah orangtua Sisca

Jalanan yang sepi, tidak banyak orang yang tinggal didaerah elit ini. Rumah rumah yang disini rata rata memiliki halaman yang sangat luas, beberapa malah terpisah cukup jauh dari yang lainnya.

Sisca yang sedikit khawatir dengan keadaan ayahnya berupaya memacu mobilnya secepat mungkin. Sekilas dia melihat anak gadis sedang berjalan ditepi jalan. Cukup aneh bagi Sisca jam segini ada anak kecil yang berjalan sendirian.

Tanpa disadari, Sisca kembali melewati seorang gadis yang berjalan ditepi jalan.

“Sepertinya itu anak yang tadi.” gumam Sisca.

Selang beberapa lama, Sisca kembali meleawati seorang gadis. Sudah dipastikan itu adalah anak yang sama, Sisca menginjak rem mobilnya sekuat tenaga. Mobil Sisca sedikit keluar dari jalan aspal dan berhenti di bawah pohon besar. Saat Sisca keluar dari mobil dan melihat kebelakang. Anak kecil itu tidak ada. Sisca menoleh kekanan dan kekiri.

“Kak.”

Sontak Sisca terkejut. Suara anak kecil itu tepat dibelakangnya.

Sisca memutar badan dan melihat anak itu dari ujung kaki ke ujung kepala.

Anak kecil itu hanya tersenyum.

“Kamu mau kemana.?” Tanya Sisca.

“Pulang kak. Rumah ku disana.” Jawab anak itu sambil menunjukan arah jalan yang keluar dari jalan utama.

“Ayo kakak anterin.”

Anak itu hanya mengangguk dan ikutSisca masuk kedalam mobil. Didalam mobil Sisca mulai membuka kembali percakapan.

“Kamu dari mana?.”

“Aku habis nyari papa.”

“Loh papamu kemana.?”

“Kata mama papa enggak mau pulang gara-gara aku nakal.”

“O, ya? Emang kamu anak nakal.?”

Gadis kecil itu tidak menjawab hanya menundukan kepala dan menggeleng.

“O ya, namamu siapa?.”

“Winda kak.” Jawabnya lirih.

“Winda umur berapa.?”

“Umur 10 kak.”

“Kok kamu pake baju gitu win.?” Tanya Sisca sambil fokus menyetir mobil.

Baju yang dipakai anak kecil itu memang sedikit aneh, dia memakai baju kuno, hampir seperti kebaya tapi tidak ada bagus bagusnya.

“Iya kak. Ini baju terkahir yang Winda pakai sebelum meninggal.”

Dziittttt........

Sisca tiba tiba menginjak rem mobilnya saat mendengar jawaban anak kecil itu. Setelah mobilnya berhenti, Sisca menoleh ke kusrsi penumpang. Kosong.

Drrt...drttt....

“I-iya. Halo.” Jawab Sisca dengan jantung berdegub kencang.

“Sis kamu dimana? Sudah ketemu Papa?.”

Ternyata Alex yang menelpon.

“Belom Lex ini masih dijalan.” Jawab Sisca setenang mungkin agar Alex tidak khawatir.

“Sis, Slasher.corp sudah mengupload komik baru. Judulnya PAPA. dan ada Papamu disi...” Kata Alex dibalik telpon yang semakin tidak terdengar oleh Sisca.

Sisca hanya diam mematung melihat Winda memandangnya dari kejahuan.

“Ada apa dengan papa.” Batin Sisca.

-END-
 
Terakhir diubah:
SPECIAL THANKS :
- momod cerpan
- panitia LKTCP 2018
- kaum hemeh yang ada disebelah

berkat kalian junior bisa menuntaskan cerita ini walau harus nunggu empat tahun.
:suhu: MA'ACIH :suhu:
 
Ohh scene di komik sama persis dengan pilem horor korea yg pernah gw tonton, terinspirasi dari sana Hu?
 
Ohh scene di komik sama persis dengan pilem horor korea yg pernah gw tonton, terinspirasi dari sana Hu?
Wah, pilem apa itu hu...? Junior belom pernah nonton yang begituan kayanya :ampun: btw makasih udah mampir om suhu :ampun:
 
kyaaaaaaaah kakak abooooon.....
 
Wah, pilem apa itu hu...? Junior belom pernah nonton yang begituan kayanya :ampun: btw makasih udah mampir om suhu :ampun:

Judulnya Killer Toon, scene komik sm yg angkut anak kecil di tengah jalan, sama Hu
 
Judulnya Killer Toon, scene komik sm yg angkut anak kecil di tengah jalan, sama Hu
Junior coba cari ya Hu... Pengen tauu, makasih Hu :ampun:
 
emang beda kalo master udah turun gunung gini, gantungnya pas :papi:
 
hu, kok mirip salah satu episode serial Castle ya hu? dari ada mamanya, anak perempuannya, pacarnya, sama dua orang temen pacarnya?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd