Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Contoh Frasa Berpola DM, MD, dan MDM dalam kalimat Bahasa Indonesia
Pola DM adalah pola suatu frasa yang dimulai dari fungsi diterangkan yang kemudian dijelaskan atau dilengkapi dengan fungsi menerangkan. Sebaliknya, pola MD adalah pola yang justru dimulai dari fungsi menerangkan yang kemudian diikuti oleh fungsi diterangkan. Adapun pola MDM adalah pola yang fungsi diterangkannya dihimpit oleh dua fungsi menerangkan.

Supaya lebih jelas, berikut Era tampilkan beberapa contoh frasa berpola DM, MD, dan MDM dalam kalimat bahasa Indonesia:

1. Contoh Frasa berpola DM dalam Kalimat

  • Ayah menanam pohon jambu di halaman belakang. (D: pohon, M: jambu)
  • Buku tebal itu dibaca Ayah dengan sungguh-sungguh. (D: buku, M: tebal)
  • Adik memakai baju baru pemberian Ibu di hari lebaran kemarin. (D: baju, M: baru)
  • Sinta memakai baju berwarna merah jambu. (D: merah, M: jambu)
  • Gadis cantik itu sedari tadi menatapku. (D: gadis, M: cantik)
  • Kucing Anggora itu merupakan kucing yang dipelihara oleh Allysa. (D: kucing, M: Anggora)
2. Contoh Frasa Berpola MD dalam Kalimat

  • Ibu sedang menanak nasi. (M: sedang, D: menanak)
  • Ayah sedang membaca koran di beranda rumah. (M: sedang, D: membaca)
  • Ayahnya merupakan seorang pegawai yang bekerja di sebuah perusahaan swasta. (M: seorang, D: pegawai)
  • Sepotong roti itu telah habis dimakan oleh adiku. (M: sepotong, D: roti)
  • Ayah berhasil menangkap seekor ikan saat memancing di empang tetangga. (M: seekor, D: ikan)
3. Contoh Frasa Berpola MDM dalam Kalimat

  • Ayah meminum secangkir kopi hangat di pagi hari. (M: secangkir, D: kopi, M: hangat)
  • Gadis itu tinggal di sebuah rumah mewah yang ada di bilangan Jakarta Pusat. (M: sebuah, D: rumah, M: mewah)
  • Aku bertemu seorang gadis cantik saat tengah berjalan-jalan di taman kota. (M: seorang, D: gadis, M: cantik)
  • Di pinggir rumah itu terdapat sebuah pohon besar yang daunnya rimbun, serta berbuah banyak. (M: sebuah, D: pohon, M: besar)
  • Seekor kucing kampung masuk ke rumahku dan mencuri ikan pindang yang ada di meja makan rumahku. (M: seekor, D: kucing, M: kampung)
 
Pengecualian Hukum DM

Dalam setiap bahasa terdapat peraturan-peraturan untuk pemakaiannya. Peraturan-peraturan tersebut merupakan pedoman atau pegangan dalam membahasa, sehingga tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam penggunaannya sehari-hari. Salah satu peraturan yang ada dalam bahasa Indonesia ialah Hukum DiterangkanMenerangkan, yang disingkat dengan Hukum D-M. Kebalikannya adalah Hukum M-D, yang berlaku antara lain dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Pengaruh bahasa Belanda sangat besar dalam pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pendudukan Belanda selama tiga setengah abad di Indonesia. Dengan demikian peraturan dalam bahasa Belanda sedikit banyaknya memasuki bahasa Indonesia dalam pemakaiannya. Selain bahasa Belanda, juga bahasa Inggris yang merupakan bahasa kedua secara resmi diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia, mempunyai pengaruh dalam penerapan Hukum D-M dalam bahasa Indonesia.

PENGERTIAN HUKUM D-M DAN PEMAKAIANNYA

Hukum D-M merupakan hukum susunan dua atau lebih dua kata dalam bahasa Indonesia dengan ketentuan kata yang terletak di depan adalah kata yang diterangkan (D) dan kata yang belakangnya adalah kata yang menerangkan (M). Hukum ini pertama kali dikemukakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana, seorang ahli bahasa Indonesia.

Contoh: anak sulung: anak (D)- sulung (M), berlaku hukum D-M.
Bank Asia Sentral : Bank (D)-Asia Sentral(M), berlaku hukum D-M.

Dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan oleh pengaruh bahasa Belanda dan Inggris, terjadi penyimpangan-penyimpangan mengenai pemakaian Hukum D-M dalam bahasa Indonesia, sehingga mengikuti hukum sebaliknya, yakni Hukum M-D, yang berlaku dalam bahasa Belanda dan Inggris.

Contoh-contoh penyimpangan:

1. Pusat Pasar: Pusat (M)- Pasar (D), yang berasal dari bahasa Belanda, yakni Centrale Passer
(Hukum M-D), yang dalam bahasa Indonesia seharusnya menjadi Pasar Pusat
(Pasar Sentral), sehingga menjadi Hukum D-M.

2. Perdana Menteri: Perdana (M)- Menteri (D), yang berasal dari Prime Minister (Hukum M-
D) dalam bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia seharusnya
menjadi Menteri Perdana (Hukum D-M).

3. Deli Plaza: Deli (M)- Plaza (D), yang mengikuti Hukum M-D dalam bahasa Inggris.
Seharusnya dibalik menjadi Plaza Deli (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.

4. es krim: es (M)-krim (D), yang berasal dari 'ice cream' (Hukum M-D) dalam bahasa Inggris.
Seharusnya krim es (Hukum D-M) dalam bahasa Indonesia.

5. kelas interval: kelas (M)- interval (D), yang berasal dari 'class interval' (Hukum M-D) dalam
bahasa Inggris. Seharusnya diindonesiakan menjadi interval kelas (Hukum
D-M) dengan interval (D)-kelas (M).

6. Wakil Direktur: Wakil (M)-Direktur (D) yang berasal dari Vice Director (Hukum M-D) dalam
bahasa Inggris.Diindonesiakan, seharusnya menjadi Direktur Wakil (Hukum
D-M) dengan Direktur (D)-Wakil (M).

7. Pembantu Dekan: Pembantu (M)- Dekan (D) yang berasal dari 'Vice Dean' (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris. Selayaknya dalam bahasa Indonesia menjadi Dekan
Pembantu (Hukum D-M)

8. Letnan Kolonel: Letnan (M)- Kolonel (D), yang berasal dari Lieutenant Colonel (Hukum M-D).
Diindonesiakan seharusnya menjadi Kolonel Letnan (Hukum D-M).

9. Brigadir Jenderal, Mayor Jenderal, dan Letnan Jenderal menggunakan Hukum M-D seperti pada
no. 8, yang berasal dari bahasa Inggris yakni Brigadier General, Major General dan Lieutenant
General, yang diindonesiakan menjadi Jenderal Brigadir, Jenderal Mayor dan Jenderal Letnan,
yang menggunakan Hukum D-M.

10. Helvetia Graha: Helvetia (M)- Graha (D) yang mengikuti Hukum M-D, seharusnya menjadi
Graha Helvetia, yakni Hukum D-M.

11. Mantan Presiden: Mantan(M)-Presiden (D), yang berasal dari Ex President (Hukum M-D)
dalam bahasa Inggris,yang diindoesiakan seharusnya menjadi Presiden
Mantan (Hukum D-M)
.
PENGECUALIAN HUKUM D-M

Dalam bahasa Indonesia tidak selalu berlaku Hukum D-M, ada pengecualiannya. Pengecualian-pengecualian tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana adalah sebagai
berikut:

1. Beberapa jenis kata bantu dan kata keterangan, misalnya: akan, lagi, masih, kurang, makin, lebih,
terlalu, amat, sedang, sudah dan sebagainya.
Contoh: sudah mekar: sudah (M) - mekar (D), berlaku kebalikan Hukum D-M, yakni Hukum M-D.
amat susah: amat (M)-susah (D), berlaku Hukum M-D.

2. Kata bilangan: misalnya sebuah, sebutir, sebiji, seutas, sebatang, sehelai, satu, dua, tiga, dan
sebagainya.
Contoh: sebuah jeruk: sebuah (M)- jeruk (D), berlaku Hukum M-D (Berapa jeruk?)
tiga orang: tiga (M)- orang (D), berlaku Hukum M-D (Berapa orang?)

3. Kata depan: misalnya: di, ke, dari, atas, kepada, dan sebagainya.
Contoh: dari Medan: dari (M)- Medan (D), berlaku Hukum M-D, kebalikan Hukum D-M.
kepada saya: kepada (M)-saya (D), berlaku Hukum M-D.

Selain pengecualian-pengecualian tersebut di atas tidak ada pengecualian yang lain dari Hukum
D-M.

Adakalanya untuk menghindari terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap peraturan
yang berlaku (Hukum D-M), maka gabungan dua kata yang terpisah, disatukan penulisannya,
sehingga menjadi satu kata. Umpama: pasca sarjana: pasca (M)-sarjana (D), berlaku Hukum M-D,
ditulis pascasarjana, sehingga tidak ada masalah Hukum D-M.Dapat juga lagi: mantan gubernur:
mantan (M)-gubernur (D), Hukum M-D, dijadikan satu kata, yakni mantangubernur, sehingga
hilanglah masalah Hukum D-M.

******

Penyimpangan-penyimpangan dari Hukum D-M, yang bukan pengecualian, karena berasal dari bahasa asing (antara lain bahasa Belanda dan bahasa Inggris) sebaiknya dapat diperbaiki demi tertibnya dalam membahasa Indonesia. Meskipun penyimpangan-penyimpangan tersebuttelah berlangsung sangat lama, pintu tetap terbuka untuk mendapatkan yang benar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kakak cantik... dedek mau nanya nih.. kan dedek kagak sekolah nih.. jadi dedek mau nanya.. DM..MD.. ama MDM itu apaan ya....

maksih kakak.. salam sayang dan damai dari dedek...

Hachiimmm...hmmm. langsung pilek nih
Paman guru om Jo... maaf lupa ngasih keterangan tentang tulisan diatas..

DM = Diterangkan-Menerangkan
MD = Menerangkan-Diterangkan
MDM = Menerangkan Diterangkan Menerangkan

 
Terakhir diubah:
Paman guru om Jo... maaf lupa ngasih keterangan tentang tukisan diatas..

DM = Diterangkan-Menerangkan
MD = Menerangkan-Diterangkan
MDM = Menerangkan Diterangkan Menerangkan


busyetdah.. udah paman.. guru pula lagi..


ah ..ya sudah lah.. susah ntar jadinya.. bisa merah delima seluruh badan kalau protes... maksih penjelasannya... semoga tamu yang belum nongol. paham bila telah berkunjung...
 
Nah. ..
Ternyata, istilah 'es krim' dan 'Perdana Menteri' itu tidak sepenuhnya tepat, ya.
Tapi, karena telah berlangsung sejak lama, kita tidak menyadarinya.

Lagi-lagi, dapat ilmu berharga di sini .. makasih banyak, Neng .. :)
 
Nah. ..
Ternyata, istilah 'es krim' dan 'Perdana Menteri' itu tidak sepenuhnya tepat, ya.
Tapi, karena telah berlangsung sejak lama, kita tidak menyadarinya.

Lagi-lagi, dapat ilmu berharga di sini .. makasih banyak, Neng .. :)
Iyaaaa... sama2 kang PB...

Kayaknya es krim dan perdana mwnyri ini uda g bisa di ganggu gugat deh kang... kayak uda jadi kata resmi lho ini
 
TENTANG PENULISAN DIALOG

Dialog atau petikan adalah kalimat yang mewakili ucapan langsung dari seorang tokoh atau tiruan bunyi dari hewan atau benda. Tanpa dialog, sebuah cerita rasanya sangat membosankan, maka dari itu, berikut saya uraikan cara-cara menuliskan dialog:

1. Dialog yang berdiri sendiri

Sebuah dialog biasanya ditulis dengan tanda kutip (“…”). Semua tanda baca yang mengakhiri dialog, diapit oleh tanda tersebut. Misalkan:

(a) “Aku hanya manusia biasa.”

(b) “Siapa nama belakangmu?”

(c) “Camkan kata-kataku!”

Perhatikan tiga jenis kalimat di atas! Taruhlah tanda baca (koma, titik, tanda tanya, atau tanda seru — menyesuaikan jenis kalimat) di dalam tanda petik.

Dialog seperti ini (tanpa tag) biasanya kita jumpai di percakapan pertengahan dalam sebuah cerita.

2. Dialog dengan tag
Tag dialog adalah sebuah frase yang mengidentifikasikan siapa yang mengucap dialog tersebut. Misalkan:

(d) “Kemarin aku di rumah saja,” ucap Sekar tiba-tiba.

(e) “Bagaimana kau tahu nomor teleponku?” tanya Amel pada cowok di depannya.

(f) “Pergi!” teriakmu dengan menunjuk pada pintu keluar.

Yang bergaris bawah dinamakan tag dialog yang mengidentifikasi tokoh yang berbicara. Biasanya ditandai dengan kata kerja yang merujuk pada ucapan, misalkan ucap, gerutu, kata, teriak, pekik, maki, tutur, sela, dll. Jangan lupa untuk selalu mengawali tag dialog dengan huruf kecil karena itu merupakan satu kesatuan kalimat bersama dialog sebelumnya.

Pada contoh (d), perhatikan tanda koma yang mengakhiri dialog.

Pada contoh (e) dan (f) tetap gunakan huruf kecil untuk mengawali tag dialog walaupun sebelumnya ada tanda tanya (?) ataupun tanda seru (!).

Bagaimana jika tag berada sebelum dialog dituliskan, misalkan:

(g) Tiba-tiba Sekar berucap, “Kemarin aku di rumah saja.”

(h) Amel bertanya pada cowok di depannya, “Bagaimana kau tahu nomor teleponku?”

(i) Kamu berteriak sambil menunjuk pintu keluar, “Pergi!”

Jika dialog tag berada sebelum dialog, pisahkan dengan tanda koma!

Contoh lain dialog dengan tag:

(j) “Bukan aku yang mencuri,” Anna menggerutu.

(k) “Cepat bangun, Ira!” suara Ibubenar-benar mengagetkanku.

(l) “Bisakah kamu datang besok?”
pertanyaan Yuka barusan
membuat hati Haikal gundah.

Perhatikan frase yang bergaris bawah. Frase itu mengidentifikasi tokoh yang mengucap dialog sebelumnya. Sebuah tag dialog dapat ditandai jika dialog sebelumya dihapus, maka frase tersebut kurang sempurna. Misalkan:

(j) Anna menggerutu. (Apa yang digerutukan Anna?)

(k) suara ibu benar-benar mengagetkanku. (Suara yang mana?)

(l) pertanyaan Yuka barusan membuat hati Haikal gundah. (Pertanyaan yang mana?)

Jadi, sebuah tag dialog adalah satu kesatuan kalimat dengan dialog sebelumnya. Jika dialognya dihapus, maka tag tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain frase yang tidak sempurna.

3. Dialog yang diikuti kalimat lain

Terkadang sebuah dialog akan diikuti oleh sebuah frase yang seakan-akan dialog tag tapi sebenarnya kalimat lain yang berdiri sendiri. Misalkan:

(m) “Dunia ini hanya sementara.” Dian memandangku dengan wajah tenang.

(n) “Bagaimana bisa?” Guru itu berdiri dengan kedua tangan menumpu pinggang.

(o) “Jauhi anakku!” Ayah Dewi menunjuk pada pintu keluar.

Jika sebuah dialog tidak diikuti oleh tag, maka akhiri dengan tanda titik, tanya, atau seru sesuai jenis kalimat. Dan awali frase berikutnya dengan huruf kapital.

Perhatikan frase yang bergaris bawah. Melihat susunannya, seakan itu adalah dialog tag. Tapi sebenarnya itu kalimat yang berdiri sendiri yang menjelaskan tindakan yang dilakukan tokoh dalam waktu yang bersamaan atau setelah dialog diucapkan.

Intinya, jika sebuah frase merupakan suatu kegiatan lain yang tidak ada hubungan dengan dialog sebelum atau sesudahnya, maka itu kalimat yang berdiri sendiri dan bukan tag dialog.

Cara membedakannya dengan menghapus dialog sebelumnya. Jika frase dapat bediri sendiri dengan sempurna, maka itu bukan tag dialog. Jika frase masih mengambang (seperti contoh sebelumnya) maka itu bisa jadi tag dialog (karena bisa saja sebuah tag diikuti dialog tidak langsung). Coba kita hapus dialog pada contoh di atas:

(m) Dian memandangku dengan wajah tenang.

(n) Guru itu berdiri dengan kedua tangan menumpu pinggang.

(o) Ayahmu hanya menunjuk pada pintu keluar.

Pada tiga contoh di atas, kalimat tetap dapat berdiri sendiri walaupun dialog sebelumnya telah dihapus.

4. Dialog yang terputus

Jika ingin mendramatisir sebuah cerita, biasanya pengarang akan menyisipkan kalimat yang terputus. Misalkan:

(p) “Bagimana jika …,” jelas Fitri, namun terhenti saat melihat Bu Dwi nampak berjalan memasuki kelas.

(q) “Aku ingin …,” bisik Anna tepat di telinga Rean, “kamu jadi pacarku!”

(r) “Bisakah kamu ….” Mata Sekar nampak berkaca-kaca.

Jika ingin memutus sebuah dialog atau menghilangkan/menunda kata-kata berikutnya, gunakan tanda elipsis (…)

Pada contoh (m) dan (n) dialog diikuti dengan tag, jadi akhiri dengan tanda koma. Jika ada kelanjutan dialog di akhir kalimat, pisahkan dialog tag dengan tanda koma dan awali dialog dengan huruf kecil. Karena frase itu kelanjutan dari frase sebelumnya.

Pada contoh (p), dialog tidak diikuti oleh tag. Jadi tambahkan satu titik di belakang dialog yang berfungsi sebagai penutup kalimat. (Atau jika menggunakan tanda baca lain, misalkan tanda tanya/seru, cukup gunakan tiga titik diikuti tanda baca berikutnya.)

Tanda elipsis yang berfungsi sebagai kata ganti kata yang hilang atau terputus, gunakan spasi untuk memisah dengan kata sebelumnya. Jadi anggap saja tanda elipsis adalah sebuah kata juga namun dihilangkan/ditunda.

Namun tetap berhati-hati dalam menuliskan sebuah dialog yang terputus-putus. Karena kurang enak dibaca jika terlalu sering digunakan. Kecuali tokoh memang gagap.

5.Ungkapan seruan

Ungkapan seruan seperti aduh, ah, ya, wah, wow, em, hmmm, dll, pisahkan dengan tanda koma. Misalkan:

(s) “Aduh, sampai lupa bayar arisan!” teriak Ibu Kos.

(t) “Hati-hati, ya, Dek!”

(u) “Hmmm, mungkin begitu juga bisa,” gumamku sambil mengusap dagu.

6. Dialog yang terputus karena aktivitas lain di tengah-tengah

Terkadang, sebuah dialog bisa saja terputus oleh aktifitas lain yang bukan tag dialog. Misalkan:

(v) “Menurut hukum newton tiga …” –Benjo membuka kembali buku fisikanya– “gaya aksi sama dengan gaya reaksi.”

Perhatikan contoh di atas! Jika dialog terputus oleh aktivitas lain ditengah-tengah, gunakan tanda pisah N Dash (–) untuk mengapit kegiatan tersebut, kemudian lanjutkan dialog dengan huruf kecil.

Sesuai kegunaan tanda pisah (–/—) dalam EYD bahwa tanda pisah digunakan untuk menyisipkan keterangan lain di luar bangun kalimat.

Jika tidak menemukan tanda N Dash di keyboard Android, pencet dan tahan tanda hubung (-) hingga muncul tiga tanda pisah M Dash (—) dan N Dash (–). Disebut M Dash karena lebar tandanya sama dengan karakter M, sedang N Dash lebarnya sama dengan huruf N.

Saya belum mendapat referensi apakah yang benar menggunakan tanda M Dash atau N Dash dalam menyisipkan sebuah aktifitas pada dialog. Karena nampaknya EYD Bahasa Indonesia belum mengatur perbedaan pengunaan kedua tanda baca tersebut.

Perlu diketahui juga, tanda hubung (-) dan tanda pisah (–/—) mempunyai beda kegunaan. Semoga lain kali saya punya waktu untuk menjelaskan perbedaan dua tanda ini.

7. Dialog di dalam dialog

Bagaimana jika ada sebuah dialog di dalam dialog? Misalkan:

“Aku sudah minta ijin ke ayahmu, katanya, ‘Jangan coba-coba ngajak keluar putriku malam-malam!’, sambil membawa sebilah parang yang diarahkan tepat di depan wajahku,” jelasku lewat sambungan telepon.

Gunakan tanda petik tunggal (‘…’) untuk mengapit dialog dalam sebuah dialog. Kamudian pisahkan dengan tanda koma untuk memisahkan dengan kalimat selanjutnya.

8. Dialog yang terlalu panjang

Pada saat tertentu, kita terkadang diharuskan untuk memisah dialog menjadi beberapa paragraf jika dirasa terlalu panjang. Misalkan:

(x) Lauren bercerita banyak, “Saat aku masuk ke hutan itu, aku tak sengaja menginjak sebuah jebakan babi hutan yang dipasang oleh penduduk pribumi. Badanku terseret tali hingga menggelantung dengan kepala di bawah. Sekejab itu aku langsung pingsan karena rasa kaget dan takut yang bercampur aduk.

Setelah beberapa saat, aku pun sadarkan diri. Kulihat sekelilingku, banyak penduduk pribumi mengelilingiku dengan tombak yang siap menancap ke tubuhku. Buluku semakin berkidik saat kucium aroma darah yang menelisik masuk ke hidung. Aku benar-benar pasrah saat itu.”

Dialog yang terlalu panjang bisa saja dipisahkan menjadi dua paragraf atau lebih. Perhatikan tanda kutipnya, cukup taruh di awal paragraf pertama, dan di akhir di paragraf terakhir.

Memang ada sebagian dialog yang tetap menggunakan tanda petik di awal dan akhir dialog walaupun dialognya terpisah menjadi dua paragraf. Namun menurut saya, contoh di atas lah yang benar. CMIIW

Cara yang sama juga bisa dilakukan untuk dialog yang berisikan puisi. Misalkan:

(y) Reno membacakan puisi itu dengan suara merdu,

Pergilah sayang, pergi!

Jangan hiraukan aku yang gila ini

Jika hidupku dan hidupmu hanyalah racun yang saling bunuh

Gelas yang retak tak kan bisa disatukan lagi

Contoh (y) adalah dialog yang berisi bacaan tentang puisi. Cukup taruh tanda petik di awal baris pertama dan di akhir baris terakhir.

9. Sapaan dalam sebuah dialog

Untuk menuliskan sebuah sapaan atau kata ganti kepada seorang tokoh dalam dialog, gunakan huruf kapital untuk mengawalinya. Misalkan:

(z) “Apa kamu akan menyia-nyiakan masakan ibu, Nak?”

(aa) “Apa besok Ayah ada acara?”

(ab) “Mungkin Ibu akan segera mendapat kabar dari Pak Darman.”

(ac) “Di rumahku dingin banget lho, Yank!”

10. Dialog yang berisi angka

Penulisan angka dalam sebuah dialog harus dituliskan dengan huruf atau dieja kata. Misalkan:

(ad) “Sekarang baru pukul empat lebih dua puluh tiga menit.”

(ae) “Sisa kembaliannya tujuh juta tiga ratus dua puluh lima ribu lima ratus tiga puluh dua rupiah lima puluh sen ya, Bu!”

 
Bimabet
DIALOG TAG

Apa itu dialog tag?
Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, yang menginformasikan identitas si pengucap dialog.

Perhatikan contoh berikut:

a) "Aku membencimu," kata Netta.
b) Netta berkata, "Aku membencimu."

Dialog tag biasanya ditandai dengan kata "ujar", "ucap", "kata", dsb. Jika dialog tag-nya ada di akhir, maka akhiri dialog dengan tanda baca koma seperti dicontoh (a).
Dan jika dialog tag-nya ada di awal, maka akhiri dialog tag-nya dengan tanda koma dan akhiri dialog dengan tanda titik atau tanda tanya jika dialognya berupa kalimat tanya.

Dan jangan lupa, awali dialog dengan huruf kapital jika dialog tag-nya berada di awal seperti contoh (b). Tapi, harus bisa membedakan mana dialog tag dan mana yang bukan dialog tag.

Seperti contoh di bawah ini, perhatikan:

c) "Kemarin aku melihatmu berjalan berdampingan dengan Hurem." Retno menatap Miki tajam.

d) Mata Retno menatap Miki tajam. "Kemarin aku melihatmu bersama Hurem."

Nah, contoh di atas itu BUKAN lah dialog tag. Melainkan kalimat aksi/aktivitas yang mendeskripsikan aktivitas lain si pengucap sambil mengucapkan dialog.

Jika kalimat yang mengikuti dialog bukan dialog tag, maka akhiri dialog dengan tanda titik seperti contoh (c).
Dan jika kalimat tersebut berada di awal sebelum dialog, maka akhiri kalimat itu dengan tanda titik juga, seperti di contoh (d).

** Perlu diingat juga, jika kalimat setelah dialog BUKAN lah dialog tag maka harus diawali dengan huruf besar walaupun dialog diakhiri tanda tanya sebelum ditutup dengan tanda petik.

Misalnya seperti ini:
e) "Kau mencintaiku?" Mata Muj menatap penasaran ke arah Fara.

•Bagaimana jika dialog tag terletak di antara dua dialog?

Perhatikan contoh di bawah ini:

f) "Aku mencintaimu," bisik Brian pada Sesya. Brian menggenggam tangan Sesya. "Tanpa peduli apakah kau juga mencintaiku atau tidak, aku tidak bisa menghentikan perasaanku begitu saja."


Jika situasinya seperti itu, maka akhiri dialog pertama dengan tanda titik dan awali dialog kedua dengan huruf besar seperti contoh (f).

g) "Kau!" geram Nadya, "siapa yang telah menghamilimu, Tias?"

Beda kasus kalau situasinya seperti di atas. Dua dialog di atas sebenarnya masih dalam satu kalimat atau kata lain dialognya itu masih nyambung, cuma terpisah dengan dialog tag. Jika begitu, maka dialog pertama diakhiri dengan tanda koma begitu pula dengan dialog tag-nya, dan awali dialog kedua dengan huruf kecil seperti contoh (g). Dikarenakan sebenarnya dialog pertama dan kedua itu masih dalam satu rangkaian.


MACAM MACAM DIALOG TAG:

•>Netral:
ujar, ucap, kata, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta.

•>Netral sebagai respons:
sahut, jawab, balas, terang, jelas, sela, tukas, potong

•>Ada emosi:
sindir, ejek, hina, cela, kelakar, canda

•>Emosi bernada tinggi:
teriak, jerit, raung, seru, sergah, murka

•>Emosi bernada rendah:
bisik, gumam, lirih


 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd