Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tangga Kenikmatan Bersama Rahma

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ceritanya makin menarik hu
Cuman boleh kasih saran hurupnya jangan besar-besar, 2 update terakhir hurupnya terlalu besar.
kemudian kalo bisa kasih index hu biar kalo mau cari cerita sebelumnya gampang
 
ceritanya makin menarik hu
Cuman boleh kasih saran hurupnya jangan besar-besar, 2 update terakhir hurupnya terlalu besar.
kemudian kalo bisa kasih index hu biar kalo mau cari cerita sebelumnya gampang
 
lancrootkan suhu
 
UPDATE 3

*****
Setelah semua foto aku pindahkan ke komputer dalam satu folder, tak terfikirkan olehku untuk memisahkan foto berharga tadi ke tempat yang lebih aman. Keberuntunganku serasa hilang karena kecerobohanku. Ketika malam tiba, Rahma meminta izin kepadaku untuk memakai komputerku.
"Dik, komputer kamu nganggur kan?" tanya Rahma.
"Iya, kenapa?" tanya ku membalas.
"Nggak papa, pengen main game aja. Lagi boring nih." jawabnya.
"Ya udah pake aja, anggep kaya kamar sendiri. nggak usah sungkan. hehe." kataku mengiyakan.
"Oh iya, tadi foto-foto yang dari kameraku kamu taruh dimana?" tanya Rahma lagi.
"Di disk D folder KEGIATAN."jawabku spontan.

Saat itu aku baru ingat, bahwa foto tadi masih berada dalam folder yang sama. "Kalau aku pindah dulu, malah ketahuan Rahma kalo aku udah liat." kebingunganku dalam hati. Akhirnya aku lebih memilih keluar kamar, daripada nanti muncul perasaan malu diantara kami berdua.

Malam itu seakan aku menjadi seorang yang pendiam dan memilih sendiri berada di depan rumah. Aku juga merasa bahwa aku menghindari Rahma pada malam itu. Ada perasaan takut dan juga pasrah, ketika ku bayangkan Rahma tau dan dia semakin membenci atau menjauhiku.

Malam pun semakin larut, sebagian dari kami juga sudah mulai merebahkan diri untuk beristirahat. Haris, dkk. pun meminta izin kepadaku untuk mematikan lampu ruang depan, dan tak lama mereka nampak terlelap.
Aku mencoba melirik ke kamarku melalui celah papan kayu. Terlihat Rahma masih asik bermain game Mad Caps (permainan menata tutup botol yang sama). Aku masih canggung untuk menyapanya, namun waktu sudah tengah malam. Akhirnya kuberanikan diri untuk melongok ke kamar dan menyapa Rahma dari pintu.
"Kok belum tidur, udah tengah malam lho Ma..." tegurku kepada Rahma.
"Eh, kamu Dik. Iya nih belum pengen tidur. Kamu juga belum tidur?" tanya Rahma kepadaku.
"Iya, nggak tau nih rasanya belum ngantuk aja." jawabku seenaknya.
"Temen-temen udah pada tidur semua?" tanya Rahma sambil beranjak keluar kamar untuk memastikan.
"Udah kayaknya, yang cowok juga udah dari tadi kok." sahutku.
"Kamu belum ngantuk kan Dik?" tanya Rahma.
"Belum, kenapa emang? pasti mau minta anterin ke belakang nih." jawabku sambil menggoda.
"Enggak kok beneran, temenin aku ngobrol ya... sampe aku pengen tidur." pinta Rahma padaku.
"OK, tapi di ruang depan aja ya..., jangan di kamarku. Nanti jadi fitnes." candaku sembari mengiyakan.
"Siapa juga yang minta di kamar? wekkk!" jawab Rahma sambil ngeledek.

Akhirnya kami berdua menuju ruang depan sambil gelap-gelapan. "Hati-hati Ma ngelangkahnya, nanti kalo nginjek barang berharga bisa suram masa depan mereka." candaku dengan lirih.
"Apaan sih...?" timpal Rahma dengan judes.
Setelah kami berdua duduk di sofa, kami pun ngobrol nano-nano campur aduk. Sampai tiba-tiba Rahma bertanya kepadaku dengan nada serius.
"Dik, aku mau tanya sama kamu. tapi kamu jawab jujur ya..." pinta Rahma dengan suara lirih.
"Iya... aku jujur... aku emang masih jomblo kok. hehe..." candaku untuk mengurangi ketegangan yang mulai aku rasakan.
"Yeee, nggak nanya wekkk!" jawab Rahma.
"Eh, suaranya itu lho ah... temen-temen pada bangun nanti." cegahku pada Rahma.
"Iya-iya maaf... nggak sengaja kenceng kok... udah bawaan kayaknya. Hehe..." sahut Rahma membela diri.
"Mau tanya apa sih, pake syarat harus jujur segala." tanyaku.
"Hem, gini Dik... beneran kamu tadi cuma liat fotoku yang pake tengtop itu?" tanya Rahma padaku.
"Iya kok, bener. Suwer deh." jawabku mulai gelisah.
"Beneran cuma itu???!!!" tanya Rahma memastikan.
"Iya Rahma, emang ada yang lain?" tanyaku pura-pura nggak tau.
Tiba-tiba tangan Rahma memegang dadaku seraya berkata. "Aku nggak percaya kamu cuma liat yang itu, buktinya detak jantung kamu cepet kayak gini."
"Apaan? ini karna kamu tiba-tiba megang dadaku tau." jawabku mengelak.
"Udah lah ngaku aja, aku nggak papa kok. Ini rahasia kita berdua." desak Rahma.
Dengan keadaan terdesak, antara enggan mengakui dan takut akhirnya aku menjawab.
"Maaf Ma, aku emang udah liat yang itu. Aku janji nggak bakalan bilang sama siapa-siapa, plus nanti aku hapus fotonya." jelasku untuk meyakinkan Rahma.
"Nggak usah dihapus Dik, udah aku hapus tadi. Oh iya, di Recycle Bin juga udah aku hapus. Maaf..." ungkap Rahma sembari melepas tangannya yang dari tadi menempel di dadaku.
"Emmhhh, ya bener deh kalo gitu. Hehe..." timpalku sambil menutupi rasa kecewa.
"Kamu juga sih, iseng nya sampe gitu. Coba kalo temen lain yang lihat..." tambahku dengan nada sedikit menyalahkan.
"Sebenernya aku nggak iseng Dik, tapi itu karna tunanganku." jawab Rahma.
"Maksudnya?" tanyaku penasaran.
"Ya itu, foto-foto itu reques dari tunanganku." jelasnya singkat.
"Lho... kamu kok mau? kalo orang lain tau, kamu juga kan yang rugi." kataku sok menceramahi.
"Hem, ya gimana lagi... rasanya berat aja sama dia kalo nggak aku turutin." jawab Rahma.
"Ha??!! maksudnya??!!! kamu dipaksa gitu??!! tanyaku semakin mendesak.
"Enggak Dik..., enggak...! hem... malah jadi curhat sama kamu aku." kata Rahma.
"Nggak papa kan, darpada dipendem jadi penyakit."kataku menenangkan.
"Gitu ya? tapi kamu janji kan nggak bakalan bilang siapa-siapa tanpa terkecuali...?" tanya Rahma memastikan.
"Iya iya, aku janji deh... kan emang udah jadi rahasia kita berdua dari tadi." jawabku meyakinkannya.
"Jadi gini, semenjak aku tunangan sama Mas ku itu, sebagian besar biaya kuliahku dia yang nanggung. Semua kebutuhanku bisa dibilang dia yang memenuhi, sampai make up dan pulsa juga." curhat Rahma di tengah remang-remang gelap ruang depan.
"Emmmmm..., asik ya ada yang njamin gitu. hehe..." candaku padanya.
"Ya di satu sisi sih asik aja, tapi kalo lagi nggak mood ya tetep gimana... gitu rasanya. ya keluar bosennya lah, malah jadi sensi lah, ya gitu deh pokoknya." terang Rahma.
"Emmmm..." jawabku singkat.
"Hih nyebelin! dari tadi cuma am em am em..." kata Rahma kesal.
"Hehe. Trus aku harus gimana? kan ada orang curhat harus didengerin kan..." jawabku.
"Ya iya, tapi nggak gitu juga kan. hemhhh!" sahut Rahma.
"Iya deh maaf, eh Ma..., gantian dong aku yang nanya. tapi kamu harus jujur ya..." pintaku meniru Rahma tadi.
"Tanya apaan? pake niru-niru segala. dasar plagiat!" jawab Rahma.
"Hehe... tapi kamu jangan marah ya..." pintaku pada Rahma.
"Kalo kamu kelamaan, aku marah aja deh." jawab Rahma.
"Hehe..., tunangan kamu pernah minta yang macem-macem nggak?" tanyaku mulai nakal.
"Apaan sih?!! itu pertanyaan yang nggak perlu dijawab." jawab Rahma judes.
"Alaaahhh, udah jujur aja..." kataku mendesak.
"Nggak kok, cuma gitu-gitu aja." jawab Rahma mulai kikuk.
"Gitu-gitu yang gimana ah...?" desakku lagi.
"Ya gitu, minta foto sexy... trus kalo ketemu kameranya dia yang bawa." jelasnya padaku.
"Emmmhhh... gitu ya?" tanyaku memastikan.
"Iya... gitu..." jawab Rahma singkat.

Sebenarnya aku ingin mengorek lebih dalam lagi, namun waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 lebih. Dalam kegelapan sudah mulai terdengar suara Rahma menguap berkali-kali. Aku pun mempersilahkan Rahma untuk tidur.
"Kalo udah ngantuk dibawa tidur aja, daripada mangap-mangap gitu..." kataku pada Rahma.
"Nggak kok, nanti aja. Masih pengen ngobrol. hehe..." jawab Rahma.
"Oh iya, kamu belum cerita masalah cewek dan kalo aku lihat kamu juga jarang deket sama cewek. hehe... becanda loh ya..." tanya Rahma sambil bercanda.
"Emmmm... itu ya... jadi gini... pada zaman dahulu..." kataku memulai cerita, dan Rahma langsung memotong
"Eh eh, ini bukan dongeng loh ya..." kata Rahma.
"Ye...! belum selesai princes, udah main potong aja." jawabku tak terima.
"Haha, iya iya maaf... silahkan dilanjut ceritanya. Aku akan jadi pendengar setia." kata Rahma kepadaku.
"Jadi dulu waktu aku masih sekolah, aku suka dengan seseorang." kataku memulai cerita.
"Cewek?" tanya Rahma memotong.
"Enggak, bencong. Katanya mau dengerin, tapi motong terus dari tadi." jawabku kesal.
"Iya deh... maaf lagi, janji deh bakal dengerin." kata Rahma berjanji.

Aku pun memulai cerita dari awal kenal, deket, PDKT, dan jadian. Lalu aku melanjutkan kisah piluku ketika ditinggal menikah.
"Sejak saat itulah aku nggak begitu dekat dengan cewek. Ya mungkin karena trauma atau ..."
Ceritaku terpotong, karena tiba-tiba Rahma tersandar di bahuku. Tadinya aku berfikir ini seperti film, aku bercerita dan dia menyandarkan tubuhnya di bahuku. Namun ternyata tidak, ketika ku panggil Rahma dengan pelan dia tak membalas, dan aku yakin di tertidur.
"Ma..." pangilku dengan suara lirih.
"Hmmm..." jawab Rahma tak sadar.
"Pindah ke dalem aja kalo mau tidur..." pintaku pada Rahma.
"Hmmm..." jawab Rahma lagi.
"Cantik-cantik kaya Kebo, baru aja diceritain udah langsung merem." hardikku dalam hati.

Sempat aku berfikir untuk mengerjai Rahma saat itu. "Kalo aku geser, dia mesti glubrak jatuh, kaget, terus bangun." gumamku dalam hati sambil terkekeh kecil. Di saat yang sama naluri kemanusiaanku menentang dan seakan berkata, "Coba kalo kamu yang digituin, mesti kaget, trus marah, dsb." Akhirnya aku pun merelakan diri untuk tetap duduk menjadi sandaran bidadari ini.
"Biarlah, nanti aku bangunin pas waktu sahur aja. Lagian aku juga nggak ngantuk." kataku dalam hati.

Malam itu memang aku belum merasa ngantuk walaupun waktu sudah menunjukkan hampir jam 02.00 pagi. Tak bisa aku pungkiri, dinginnya malam di daerahku memang menciptakan gejolak-gejolak nafsu yang luar biasa. Saat itu juga gelora birahiku berbisik, "Inilah kesempatanmu untuk bergerilya." Detak jantungku mulai berdegup kencang. Namun aku berfikir, "seandainya Rahma terbangun, mau ditaruh di mana mukaku." kata hatiku mulai bergejolak.

Akhirnya aku mencoba menggoyang-goyangkan badannya sambil memanggilnya dengan suara pelan.
"Rahma, bangun... hei..." panggilku sambil mengerak-gerakkan badannya.
Beberapa kali aku mengguncang tubuhnya dengan tujuan untuk memastikan bahwa Rahma memang terlelap. Aku mulai mencoba menggeser tangan kananku, sehingga posisiku merangkul Rahma. Namu aku masih merasa kesulitan untuk melakukan gerilya, sehingga ku geser tubuh Rahma agar posisinya bersandar ke belakang dan punggungnya menempel di dadaku. Ku goncangkan lagi tubuhnya dengan kedua tanganku untuk kembali memastikan, namun Rahma hanya menghela nafas. "Hmmmmmhh..." Ku coba memanggilnya kembali, "Rahma..., Hei..., Rahma..." Namun Rahma tak menjawab. Akhirnya aku pun semakin mantap untuk melakukan gerilya menelusuri payudaranya yang begitu sintal.

Aku mulai meraba payudara Rahma dengan pelan dari luar. Ku usap dari arah bawah ke atas lalu sedikit memutar ke samping. Nafasku mulai tak teratur. Rambut Rahma yang terurai dan tepat berada di depan wajahku, membuatku semakin bergairah. Semakin aku merasa berani, kuselipkan telapak tanganku melalui lubang bawah kaos Rahma. Ku telusuri perut dan pinggangnya yang ramping, lalu ku arahkan telapak tanganku ke atas ke wilayah pegunungan himalaya. Penisku mulai terasa berontak dari dalam dan mulai terasa pegal karena tertahan karet CD. Dengan keadaan tersiksa, akhirnya ku coba membebaskannya agar bisa menghirup udara segar. Ku keluarkan penisku dari CD, dan kulanjutkan kembali menelusuri payudara Rahma. Gumpalan daging yang begitu terasa hangat dan masih terbungkus BH, ku remas perlahan dengan nafas yang semakin terengah-engah.
Seakan sudah kehilangan akal sadar, dan tak memikirkan apa yang akan terjadi, ku selipkan tangku ke dalam BH. Dari bawah ku masukkan perlahan sampai akhirnya aku bisa menggenggam payudara Rahma bagian kiri. Aku remas dan aku pijat dengan sangat pelan. Tiba-tiba ku dengar Rahma mendesah pelan. "Mmmmhhhh"

Keringatku mulai bercucuran, jantung berdegup kencang bukan karena nafsu lagi, tapi karena aku ketakutan. Aku mencoba untuk tetap terdiam dengan tangan yang masih menempel di payudara Rahma. Ketika aku menggeser pelan tanganku, kurasakan puting Rahma seakan lebih mencuat keluar dari sebelumnya. Ku rasakan degup jantung Rahma juga seakan lebih cepat. Aku dikagetkan lagi ketika Rahma tiba-tiba memanggil tunangannya dengan lirih. "Mas Lutfi..." Saat itu juga aku merasa sedikit lucu, dan aku berfikir... "Apa dia lagi ngimpi sama tunangannya ya...?" tanyaku dalam hati dengan sedikit senyum. Namun di satu sisi aku juga masih merasa takut, sehingga tanganku masih terparkirkan di dalam BH tanpa bergerak sedikit pun. Antara perasaan takut meneruskan dan enggan menyudahi, membuat tanganku tetap menempel di payudara Rahma. Semakin lama, sensasi hangat pun mulai terasa bertambah. Tubuh Rahma pun mulai terasa berkeringat. Udara yang biasanya terasa dingin, malam itu sungguh berbeda. Ya... terasa hangat dan berkeringat.

Semakin lama aku pun memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengeluarkan tanganku dari dalam BH. Akhirnya seakan Tuhan memberikan jalan. Rahma menggeliat dan itu aku gunakan sebagai kesempatan untuk menarik tanganku keluar dari dalam BH. Namun karena payudara Rahma yang cukup besar, membuat sebagian payudaranya "nyempil" di bawah BHnya ketika aku menarik tangan. Aku pun sempat merasa kaget, namun kecerdasan mendadakku keluar. Keadaan yang ku rasa bahaya, aku gunakan sebagai bahan untuk membangunkan Rahma.
"Hei... Hei... bangun... udah hampir sahur... aku lelah nahan kamu dari tadi..." kataku pada Rahma sembari menggoyang-goyang tubuhnya.
Akhirnya Rahma tersadar dan bertanya kepadaku. "hemmmm... emang udah jam berapa? masih ngantuk gini." jawabnya antara sadar dan tidak sadar.
"Hampir jam 3, udah... bangun... temen-temen cewek yang lain dibangunin. katanya mau menghangatkan lauk buat sahur..." jawabku pada Rahma.
"Hem... iya... tapi masih ngantuk..." kata Rahma.
"Udah sana bangun... pegel ni nahan kamu dari tadi." kataku semakin keras.
"Haa??? aku dari tadi tidur nyandar kamu??? ya ampun... maaf Dik..." kata Rahma dengan nada kaget dan perasaan sungkan.
"Iya... nggak papa kok. udah sana bangunin temen-temen cewek." perintahku.
"emmmhhh... iya..." jawab Rahma sembari bangun dan menuju ruang tengah.
Aku pun merasa lega, karena aku merasa Rahma tidak sadar terhadap apa yang aku lakukan kepadanya selama dia tidur.
 
Maaf jikalau kurang menarik, dan hanya sedikit yang mengandung "tegangan" .
newbie hanya berusaha menyajikan seadanya berdasarkan pengalaman pribadi newbie.
mohon maaf kalau belepotan.
:ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd