Yessica Tamara, atau biasa dikenal dengan Chika, lahir di sebuah keluarga yang kaya, Ayahnya adalah kolektor barang antik, berbagai macam barang dan artifak berharga dari seluruh penjuru dunia ada di rumahnya, kegiatan jual beli barang tersebut adalah salah satu hobi dari para milyuner di dunia. Bisnis yang sudah dijalani ayahnya sejak 20 tahun lalu ini membawa keluarganya menjadi kaya raya.
Memiliki kekayaan bukan berarti mendapat kebahagiaan, sejak kecil kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya, selain bisnis jual beli barang antik, kedua orang tuanya memiliki berbagai bisnis dan aset lain, seperti hotel & apartemen, perusahaan kontraktor, dan masih banyak lagi, tidak heran jika teman-temannya menjuluki Chika sebagai Crazy Rick Jakartans, kekayaan keluarganya seolah tak akan habis sepanjang masa.
Dengan berbagai privilige yang ia miliki, tak lantas menjadikan hidupnya bahagia, kedua orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaannya, pada hari biasa mereka selalu pulang malam, dan mereka juga tidak pernah meluangkan waktu untuk menghabiskan weekend bersama anak tunggalnya tersebut, teman-teman Chika pun kebanyakan fake, mendekati Chika hanya untuk memanfaatkan privilege Chika demi kepentingan mereka sendiri. Hal tersebut membuat pribadi Chika menjadi pendiam dan tidak mudah bergaul, sepanjang umurnya dia tidak memiliki banyak teman.
Namun untungnya, sekitar 2 tahun lalu ia tergabung dalam suatu idol grup ibukota yang membuatnya memiliki cukup banyak teman dan fans untuk berinteraksi. Ia sangat bersyukur setelah menjadi bagian dari idol grup tersebut, sejak menjadi member, kehidupan Chika berubah menjadi sedikit lebih baik, ia dikelilingi orang-orang yang tulus. Ya setidaknya saat dia ada kegiatan, begitu kembali ke rumah, Chika akan tetap kembali merasa kesepian karena tidak adanya hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya.
Maret, 2021
Chika baru saja pulang setelah ada kegiatan, ia berjalan malas menuju kamarnya yang ada di lantai 2, dia tidak bersemangat begitu masuk rumah, karena ia tau disini dia hanya sendirian, karena jelas orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaannya, menyisakan para pelayan yang menjaga rumah ini. Semalam kedua orangtuanya telah memberi tahu Chika bahwa mereka berdua akan pergi ke luar negeri beberapa hari untuk mengurusi bisnis mereka, hal yang sering mereka berdua lakukan.
Dengan moodnya yang jelek ia berjalan melewati ruangan khusus tempat ayahnya meletakkan koleksi barang antikya, secara tidak sengaja Chika melihat sebuah kotak yang ada di ruangan penyimpanan tersebut, sepertinya barang itu baru saja didapat oleh ayahnya karena selama ini Chika belum pernah melihatnya, kotak tersebut seperti memiliki aura negatif yang kuat, tapi entah kenapa seperti memanggil Chika untuk melihatnya lebih dekat. Sebenarnya Chika juga tidak mau berurusan dengan barang-barang milik ayahnya, namun kotak satu ini terus memancing perhatian Chika hingga akhirnya ia memutuskan melihat barang tersebut dari dekat dan memutuskan untuk membawanya ke kamar. Entah apa yang dipikirkannya, yang jelas ada rasa penasaran yang sangat kuat untuk membuka kotak tersebut
Sesampainya di kamar, ia meletakkan kotak tersebut di meja dan membanting tubuhnya ke kasur, hari ini hari yang cukup melelahkan, latihan rutin idol group yang ia ikuti cukup menguras tenaga, belum lagi moodnya yang rusak setelah mengingat kalau orang tuanya pergi keluar negeri dan meninggalkan ia sendirian untuk kesekian kalinya. Ingin sekali rasanya ia bereinkarnasi dan hidup bersama keluarga yang biasa-biasa saja, yang ia butuhkan hanya kedekatan dan kasih sayang orang tuanya. Sembari berisirahat pandangan Chika lagi-lagi tertuju pada kotak tersebut, kali ini aura yang muncul dari kotak tersebut semakin kuat seakan menarik Chika untuk membukanya, namun aura tersebut cukup membuat Chika merinding dan berpikir dua kali untuk membuka kotak tersebut, meskipun di satu sisi ia sangat penasaran dengan isinya. Dengan berat hati, Chika pun memutuskan untuk menelpon ayahnya untuk menanyakan apa isi kotak tersebut
“Halo, Pa? Chika mau tanya sesuatu”
“Iya, Chik? Ada apa? Papa lagi sibuk ini, lagi ketemu sama orang penting, kalo ada apa apa tanya Sebastian aja, ya? papa sayang kamu” Jawab ayahnya mengacu pada kepala butler yang mengurus rumahnya
“huft” keluh Chika ketika telepon tersebut diputus oleh ayahnya, hal ini lah salah satu penyebab Chika kesepian, orang tuanya lebih mementingkan pekerjaannya daripada sekedar berinteraksi dengan anaknya, bahkan telpon dari anaknya pun tidak diahiraukan. Chika yang terlanjur kesal akhirnya berniat untuk menyimpannya dan membawanya saat ada kegiatan bersama temannya besok.
Esok harinya, Chika pun bersiap untuk melakukan kegiatan latihan rutin bersama anggota idol group lainnya, tidak lupa membawa kotak tersebut di tasnya
“Kak Vivi”
“Iya Chik?”
“Nih liat kak, kemarin aku nemu kotak ini di rumah, terus kayak penasaran gitu aku mau buka tapi gakberani, gimana menurut kak Vivi?”
“Emang kotak apa tu Chik?”
“Nggak tau kak, kak Vivi tau sendiri kan papa kolektor barang-barang antik kayak gini, tapi entah kenapa yang satu ini kayak bikin aku penasaran banget, kemarin aku udah mau coba buka sendiri tapi hawanya gaenak banget akhirnya gajadi deh”
“Hmm, ya mending gausah deh Chik, gue juga ngerasa gaenak liat nih kotak, buang aja kali”
“Eehh gila lu ya kak, ntar kalo papa aku nyariin gimana”
“Sumpah kesan pertama gue liat tuh kotak aja merinding, ngapain sih lu bawa Chika”
“Aku gabisa kak, dari kemarin udah coba aku tinggalin tapi kayak penasaran banget gitu lho”
“Terus ga tanya papa kamu Chik?”
“Ya kayak biasa kak jawabannya, sibuk ngurusin hidupnya sendiri” Jawab Chika sedih, Vivi tau betul kehidupan Chika diluar menjadi idol, seorang gadis rapuh yang merasa kesepian.
Vivi bagaikan sosok kakak bagi Chika disini, oleh karena itu, dia sering jadi tempat untuk Chika menceritakan keluh kesahnya, memang Vivi adalah pendengar yang baik dan sosok yang bisa dianggap dewasa di angkatannya
“Eh apatuh Chik?” Saut Ara yang baru datang langsung mengambil kotak tersebut dari hadapan Chika dan Vivi
“Kue ya Chik? Isinya apa ni? Boleh dibuka ga”
“Woy Ra, bukan! kembaliin sini!”
“Ah pasti isinya enak nih, bagi lah kak Vivi jan pelit-pelit lu” Ara yang tidak menghiraukan perkataan Vivi langsung mencoba membukanya, namun sayang kotak tersebut terkunci rapat
“Lah apaan nih gabisa dibuka gini”
“Hufft” Vivi dan Chika bernafas lega, mereka tau kotak tersebut bukan kotak sembarangan dan panik ketika Ara mengambilnya, setelah itu baru mereka ceritakan ke Ara tentang kotak tersebut
“Hmm, tapi kok gue penasaran ya Chik, emng lu berdua gak penasaran apa?”
“Penasaran Raa, lagian juga gabisa dibuka gitu” Jawab Chika
“Gaada yang gak mungkin Chika, bentar-bentar” Ara yang menarik kotak itu tanpa sengaja membuka celah dibawah kotak itu yang berisikan beberapa kertas, di kertas yang penampakannya sudah lusuh itu terdapat tulisan tulisan menggunakan bahasa indonesia dengan aksen kuno, sepertinya Chika tidak sadar ada celah rahasia di kotak itu semalam
“Pandora Box. Kotak yang berasal dari abad pertengahan ini berisi sebuah harta dan kekuatan besar, siapapun yang membukanya niscaya akan mendapatkan keinginannya terpenuhi. Lah gitu doang? Aneh banget. Oh lengkap sama tutorial bukanya nih, aku bacain ya, yang pertama harus ada tujuh orang cewek buat mulai ritual pelepasan segel kotak ini” kata Ara yang membaca isi kertas tersebut
“Ritual? Udah Ra gausa dilanjutin, kotak gabener ini Chik, bener dibuang aja kok”
“Tunggu kak Vivi, aku penasaran, plis ya?” Jawab Chika menahan Vivi yang ingin melempar kotak tersebut, ia sangat tertarik dengan akhir kalimat yang diucapkan Ara, siapapun yang membukanya niscaya akan mendapatkan keinginannya terpenuhi
“Gasin deh, gue juga penasaran sama hal-hal mistis gini dari dulu Chik, siapa tau bisa buat konten nih, unboxing kotak misterius” kata Ara dengan antusias
“Haah, yaudah deh, pokoknya janji dulu, kalo udah ngerasa gaenak gue bakal buang tuh kotak”
“Nah gitu dong, Iya iya kak Vivi, hehe”
“Siip, ntar gue baca-baca dulu deh Chik, sekalian ajak anak-anak lain deh biar pas tujuh orang”
“Iya Ra, biar gue simpen dulu kotaknya, ntar weekend aja kali ya ke rumah gue?”
“Oke, siap Chika”
To be Continued
