Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sebuta-butanya Cinta, Masih Lebih Buta Cinta Uang

wawor

Suka Semprot
Daftar
24 Feb 2012
Post
6
Like diterima
10
Bimabet
Part 1 – Awal Sebuah Masalah (Karena Uang, Uang, dan Uang)

Nama saya A-cun, seorang pegawai swasta. Kondisi keuangan kami serba cukup, artinya penghasilan saya pas cukup untuk menutupi biaya hidup. Tak ada sisa uang untuk gaya hidup mewah atau ditabung. Apalagi sejak anak masuk kuliah tahun lalu, saya jadi makin kembang kempis mengatur keuangan. Beruntung sekali anak saya satu-satunya ini, Vina namanya, tidak suka hidup hura-hura mengikuti teman-temannya. Ia cukup mengerti kemampuan ayahnya yang tak sanggup membiayai itu semua. Selain itu juga saya bersyukur meski cantik, Vina termasuk gadis alim. Aku selalu berharap semoga ia mendapat pasangan anak orang kaya supaya kehidupan kami jadi lebih baik. Untuk itu, meski berat, aku masukkan ia ke universitas elit yang kebanyakan dari golongan mampu. Untuk itu pula, ketika ia mulai dekat dengan teman cowoknya dari keluarga pas-pasan waktu SMA, saya paksa untuk memutuskan hubungan cinta monyetnya itu. Saat ini, ia masih belum punya cowok resmi karena kuajarkan ia untuk bersikap jual mahal dikit sekaligus memilih yang terbaik diantara yang terbaik. Dengan demikian, akan makin banyak cowok yang berlomba-lomba untuk mengambil hatinya.

Sementara makin lama pengeluaran terasa makin berat saja karena kini saatnya membayar uang kuliah Vina, disamping uang les ekstra per bulan yang tidak sedikit. Pada saat itu ada sahabat saya yang menawarkan peluang investasi yang menggiurkan. Karena tak punya cukup modal, saya pinjam duit dari seorang kepala mafia yang merangkap rentenir. Dua bulan pertama saya menerima bunga investasi itu yang setelah dipotong cicilan hutang, masih cukup besar jumlahnya. Hitung-hitungan saya, hutang bakal lunas setelah enam bulan. Setelah itu semuanya masuk ke kantong. Dalam waktu setahun saya bakal punya uang seratus juta lebih. Dalam waktu dua tahun saya bakal jadi milyarder. Sungguh investasi yang menakjubkan!

Namun, sungguh bangsat teman saya itu. Setelah empat bulan menepati janjinya, di bulan kelima tiba-tiba uang saya tak kunjung dibayar. Setelah ditagih terus, ia malah kabur. Kini saya jadi kelimpungan karena harus membayar hutang saya.

Hari Minggu petang itu saya sedang duduk-duduk di rumah sambil nonton TV. Tiba-tiba ada suara orang menggedor-gedor pintu pagar dengan keras. Hatiku langsung terkesiap melihat mobil boks di depan pagar dengan dua orang berkulit hitam dan bertampang sangar. Karena dua orang itu adalah orang suruhan kepala mafia itu. Aku ajak mereka masuk ke teras depan karena malu dilihat dan terdengar tetangga. Tapi sebelumnya, kuwanti-wanti Vina agar tak keluar.
“Koh A-cun, bos nagih bayaran bulan ini!” kata si kumis lebat tanpa tedeng aling-aling.
“Waduh saya belum ada uang sekarang. Minggu depan saya terima bayaran,” kataku memohon.
“Nggak bisa! Kata Bos, harus dibayar hari ini juga. Apalagi Bos sudah murah hati karena harusnya jatuh tempo minggu lalu.”
“Wah, tapi saya betul-betul nggak punya duit sekarang..”
Tiba-tiba sikap mereka jadi kasar. ”Kalau nggak ada duit, kita harus ngambil barang-barang berharga yang ada di rumah ini!”
“Eh, tunggu...,” namun bleek, aku didorong dengan kasar oleh mereka yang langsung masuk ke dalam.
“Apaan nih... video, TV, radio compo.. aah, semuanya barang rongsokan yang nggak ada nilainya.” Braakkk! Didorong dan dibantingnya semua barang-barang itu. “Payah nih, masa sama sekali nggak ada barang bernilai disini.”

Lalu mereka masuk ke kamarku. Dalam hati aku berharap semoga disaat yang genting ini, Vina menuruti omonganku tidak keluar dari kamarnya dan mereka tak mengganggu dirinya.
“Nah, ini kayaknya boleh nih,” kata salah satunya sambil memegang patung giok berwarna hijau.
“Jangan yang itu Bang,” kataku memohon,” Itu adalah patung warisan keluarga kami turun temurun.”
“Peduli setan sama warisan moyangmu. Yang pasti kau harus bayar hutang hari ini!”
“Eh.. foto siapa ini?” tanya si brewok tiba-tiba melihat pas foto Vina di antara sekian banyak barang di atas meja.
“Ini anakmu?” tanyanya. Deg! Hatiku langsung berdetak keras.
“Liat nih, anaknya.” kata si brewok sambil menunjukkan pas foto Vina kepada si kumis. “Cantik ya?”
“Wah, anakmu boleh juga nih. Bisa dipake buat bayar hutang. Hahaha. Bos pasti senang dapet cewek kayak gini.”
“Ayo, mana anakmu. Suruh dia keluar. Kita pengin liat. Hahaha.”
“Jangan Bang. Anakku nggak ada disini. Sudah patung itu ambil aja, harganya cukup buat bayar seluruh uang hutang saya,” kataku berbohong dan membujuk mereka.
“Nggak bisa. Kita pengin kenalan dulu sama anakmu. Heheheh.”

Dan, brakkk! Kedua preman itu membuka dengan paksa pintu kamar Vina. Dan, aaahhh, terdengar suara jeritan Vina yang langsung diseret keluar oleh mereka. Dan, plaakkk, aku ditampar oleh si kumis. “Kau tadi bilang anakmu nggak disini. Bohong ya.”
“Hehehe, mungkin dia takut anak gadisnya ini bakal kita apa-apain. Hahahaha,” kata si brewok berusaha menjawil dan meraba pipi Vina. Eeh, Vina menjerit sambil melawan berusaha melepaskan diri. “Tetap di tempat. Kalau nggak aku pukul sampe babak belur bapakmu ini!” ancam si kumis dan.. buuukk! Uuugghh, ditinjunya ulu hatiku. Vina yang ketakutan akhirnya diam tak berani bergerak.
“Emang cantik ya cewek ini, hehehe,” kata si kumis meninggalkanku dan berjalan mendekati putriku.
“Setuju gan. Selain itu juga, aduuh mulusnya bodinya, “ kata si brewok tak berkedip memandang tubuh putih Vina yang saat itu memakai hot pants dan tanktop.
“Kelihatannya anak baek-baek neh cewek. Hahaha. Jangan-jangan masih perawan ya. Hehehe.”
“Mau perawan atau kagak, yang penting sexy banget nih cewek. Hahahaha...,” kata si brewok semakin kurang ajar dengan meraba-raba wajah Vina dan memegang-megang tangan, paha dan sekujur tubuhnya. Hatiku langsung miris melihat anak perempuanku digerayangi oleh preman kasar kayak gini. Tapi apa dayaku? Sampai kini pun aku masih agak susah berdiri karena ulu hatiku masih sakit. Dan sakit hatiku makin berlanjut. Saat itu si kumis meremas-remas payudara Vina dengan tangan satunya meraba-raba bagian bawah. “Hehehehe. Asoy banget nih amoy,” katanya sambil terkekeh-kekeh. “Gimana rasanya enak ya abang raba-raba?” Hahahahaaa.
“Tentu enak donk. Pasti dia suka kita mainin. Makanya dia sengaja pake baju sexy gini untuk menyambut kita. Hahaha,” kedua preman bangsat itu saling berlomba-lomba menggrepe-grepe Vina di depan mataku. Sementara Vina diam tak bergerak. Namun kedua matanya basah berair.
“Eemmhhh,” kedua preman itu bersamaan mencium pipi kiri dan kanan Vina. Sementara tangan si kumis mulai menyusup masuk ke dalam kaus Vina dan di dalam merayap naik ke arah dada.

Aku sudah tak tahan lagi melihat ini semua. Demi kehormatan putriku, aku nekat melawan. Tanpa peduli rasa takut lagi, dengan suara keras aku berteriak dan menerjang mereka. Aku sempat menarik keluar tangan si kumis dan meninjunya namun, jebuukk! Aku kena hantam oleh si brewok dan bakkk aku ditendang oleh si kumis. “Kurang ajar sekali kau,” bentak si kumis yang marah kena bogemku. “Padahal kita ini sebenarnya cuma mau maen-maen bentar aja. Tapi sekarang, anakmu ini akan kuperkosa di depan matamu!”
“Jangan, ampuni dia, bang. Dia nggak bersalah apa-apa,” kataku mengiba sambil kesakitan.
“Hahaha. Lihat , kini akan kurobek dulu pakaiannya...”
“Aaahh, Papaaaa,” terdengar suara Vina berteriak memanggilku. Namun aku tak bisa menolong apa-apa. Bahkan kini aku memejamkan mataku tak berani melihat kejadian mengerikan yang akan terjadi itu.

Untung, disaat yang amat genting itu, tiba-tiba suara bel berbunyi dan terdengar teriakan orang dari luar.
“Koh A-lok? Ada apa ribut-ribut?” Suara seorang tetangga di dekat rumah. Rupanya ia mendengar suaraku saat berteriak barusan.
Hal itu membuat dua preman bangsat itu menghentikan aksinya. Untung pakaian Vina belum sempat dirobeknya. Mereka berdua kini menjauhi Vina untuk mengambil patung giok itu.
“Ah, nggak. Nggak ada apa-apa kok Pak Samsul. Ini ada tamu datang,” kataku berbohong karena malu kalau kejadian ini diketahui tetangga.
“Oh, ya udah kalo gitu,” katanya sambil berjalan meninggalkan.

“OK, kita jalan dulu,” kata si brewok. “Anggap ini semua sebagai peringatan. Untuk saat ini patung ini kita ambil untuk bayar hutang bulan ini. Tapi awas! Bulan depan harus bayar lunas dan tepat waktu. Kalau nggak, kita akan datang lagi,” ancam si brewok itu.
Sebenarnya patung itu harganya jauh di atas hutangku bulan itu jadi seharusnya hutangku bisa dianggap lunas. Bahkan mungkin patung itu harganya malah diatas seluruh hutangku secara keseluruhan. Tapi saya hanya bisa pasrah saja. Yang penting kedua bangsat ini segera meninggalkan rumahku. Aku amat kasihan melihat keadaan Vina.
“Kalau kamu nggak punya uang, kamu bisa gadaikan putrimu itu kepada Bos selama seminggu. Hehehe. Aku yakin bos pasti nggak keberatan dapat makhluk mulus kayak gini. Setelah itu mungkin kita bisa kecipratan ikutan nyicipin juga. Hehehehee.”
“Bulan depan, kamu pake baju yang lebih sexy lagi ya, sayang. Hahahahaaa.”

Kedua orang itu sambil tertawa-tawa meninggalkan kami berdua dalam keadaan terpuruk. Aku cuma bisa bersyukur, pada akhirnya Vina terhindar dari aib memalukan dan keperawanannya masih utuh. Dan untuk sementara ini situasi cukup aman. Namun aku jadi nggak bisa tidur karena bulan depan masalah amat besar bakal menanti...

(End of part 1. To be continued in part 2)
 
Wah sayang bersambung nih. Ceritanya ok juga tuh. Ayo gan, lanjutkan !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd