Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI SATU CINTA (LKTCP 2018)

john robert

Senpai Semprot
Daftar
24 Nov 2013
Post
915
Like diterima
701
Bimabet
Satu Cinta





1


“ Dodi… Please… Jangan tinggalkan aku,” kata Sintia. Air mata membasahi pipinya.


Dodi membuang muka. Tidak mau melihat tangisan Sintia. Tidak peduli. Tidak bersimpati. “ Keputusanku sudah bulat. Aku mau putus.” Kata Dodi.


“ Tapi aku… Sudah menyerahkan segalanya ke kamu, Dodi. Bahkan kegadisanku.. Sudah kuserahkan… Kepadamu,” Kedua tangan Sintia mencengkram kerah baju Dodi sekuat tenaga.


“ Tidak…” Tangan kiri Dodi dengan mudah menepis cengkramannya. “Hubungan kita sudah Selesai!! End!!” Bentak Dodi kemudian pergi begitu saja.


Kedua mata Sintia menatap Dodi yang mulai menjauh. Semakin jauh. Semakin menghilang.


Sintia bersimpuh. Tubuhnya bergetar hebat kemudian berteriak, “ Dodi….. Please…. Jangan tinggalkan aku, Sayang… Please…”


2


Waktu sudah dipilih. Ayah dan ibunya sudah berangkat kerja. Rumah sudah kosong. Pesan perpisahan telah dibuat. Bagi Ayahnya. Bagi Ibunya. Bagi Dodi. Tali tambang telah menggantung. Kursi kayu telah siap. Sintia tinggal menghidupkan aplikasi kamera instagram, memilih “angel” yang pas, lalu naik ke atas kursi, dan menggantung diri sendiri.


Sintia ingin bunuh dirinya ditayangkan secara live.


Di usia yang tahun ini memasuki 20 tahun, menayangkan bunuh diri secara live adalah sebuah pilihan. Yaitu, untuk ditonton. Disaksikan. Dihargai. Dan diakui eksistensi cintanya oleh masyarakat luas.


“ Dodi.. Sayang,” kata Sintia menangis menghadap kamera. “ Aku mencintaimu.”


Sintia naik ke kursi. Tali tambang dikalungkan ke leher. Tekadnya sudah bulat. Hidupnya harus segera diakhiri.


Padahal dia baru berumur 20 tahun.


“ Selamat tinggal, Dodi! Selamat tinggal semuanya,” Sintia melambaikan salam perpisahan. Kakinya menendang kursi. Seketika jeratan tambang menjerat leher. Mengurangi secara drastis asupan oksigen ke dalam tubuh. Membuat udara tidak bisa lagi dihirup apalagi dihembuskan. Menghilangkan warna kehidupan di wajah. Di Kulit. Di kaki. Di seluruh tubuh. Bahkan bukan hanya itu, tarikan gravitasi bumi memaksa kedua kakinya menendang-nendang di udara. Menghadirkan kesakitan teramat sangat.


Semua siksaan dan rasa sakit datang begitu cepat. Hanya dalam hitungan detik tubuh Sintia berubah dari memancarkan aura kehidupan menjadi meronta-ronta. Tangannya mencakar-cakar leher sendiri sambil menyongsong kematian.


Bersamaan dengan itu, jiwa Sintia yang sebelumnya nyaman bersemayam di dalam tubuh juga mulai bergolak, berontak, memukul-mukul. Jiwanya kaget diperlakukan seperti ini. Jiwa sangat berbeda dari tubuh fisik. Jiwa sangat halus. Tidak bisa dirasa oleh panca indera. Tidak bisa dikendalikan. Sebelumnya ada dua elemen dalam tubuh yang mampu mengendalikan jiwa. Namun sayang keduanya telah dihilangkan oleh Sintia dengan menggantung diri.



3


Seketika seluruh tubuh Sintia merasakan sakit akibat jeratan tambang di leher. Mulai dari siksaan di otot-otot kaki, rasa panas pada paru-paru, tekanan dramatis di sekujur pembuluh darah, panas membara di kedua mata, sampai wajah yang berubah warna menjadi keunguan.


Namun demikian di waktu yang sama, Sintia juga merasakan jenis siksaan berbeda : siksaan yang belum pernah dia rasakan selama hidup ; siksaan yang berasal dari hilangnya tarikan dan hembusan nafas akibat leher terjerat tali tambang.


Selama ini, ada dua elemen penting dalam diri Sintia yang tidak pernah disadari apalagi disyukuri : pertama adalah tarikan nafas. Berfungsi menjadi pencegah jiwa untuk melakukan perjalanan melintasi ruang di luar dirinya sendiri. Kedua adalah hembusan nafas. Berfungsi mencegah jiwa melintasi dimensi waktu yang berbeda.


Kedua bentuk aliran nafas ini telah dihentikan secara paksa. Itu artinya walaupun hanya memiliki rentang waktu sangat singkat sebelum kematian tiba, jiwa Sintia tidak lagi memiliki penghalang untuk mendobrak batasan ruang dan melampaui batasan waktu. Jiwa bisa terbang, melesat, memberontak, memaksa Sintia mengalami kondisi pisah raga : Keluar dari tubuh asli dalam kondisi masih meronta-ronta, lalu memindahkan kesadaran Sintia dalam relatifitas waktu yang berbeda. Masuk ke dalam tubuh lain. Di ruang berbeda. Bukan di tubuh asli Sintia. Namun di tubuh gadis lain. Seorang gadis cantik. Tidak kalah cantik dari Sintia. Tapi bukan Sintia.


Umur gadis ini sebaya dengannya. Masih di awal dua puluhan. Berkulit kuning langsat seperti wanita Sunda. Berwajah cantik. Bertubuh molek dengan payudara berisi. Memiliki pantat menonjol dan kaki yang jenjang.


Si gadis sekarang sedang duduk di tengah ranjang kecil berwarna putih. Mengenakan lingerie model baby doll berwarna merah menyala dan tengah dikelilingi oleh tiga orang laki-laki. Satu sedang duduk di belakangnya ; laki-laki berperawakan kurus, Mengenakan kaos putih. Satu sedang duduk di depannya ; laki-laki berkulit putih, berperut buncit, juga mengenakan kaos berwarna putih. Satu lagi ; laki-laki berkumis, sedang berdiri di pinggir ranjang kecil, mengenakan kaos singlet berwarna abu-abu, sedang memegang ponsel dan memvideokan aktifitas mereka.


“ Gitu donk, sayang, kamu akhirnya mau mengikuti kemauan abang,” kata si kurus. Sambil bicara, lengan si kurus memeluk tubuh gadis yang Sintia masuki tubuhnya sambil mulai menjamah kedua bukit payudaranya.


“ Ahhhhh,” Sintia mendesah. Walaupun bukan tubuh asli, dia bereaksi akibat dipeluk. Payudaranya menegang akibat dijamah.


“ Karena loe udah mau ikut apa kata yayang loe ini, Cindy,” kata si gemuk yang duduk di depannya. “ Berarti loe secara resmi jadi lonte gue. Sebentar lagi status loe sama kayak lonte-lonte di luar sana. Pernah gue rasain memeknya.” Sambil berkata dengan nada melecehkan, tangan kiri si gemuk memegang kepala si gadis, lalu memaksa mencium bibirnya.


“ Udah gak usah banyak bacot loe berdua,” kata si kumis bersinglet abu-abu sambil berdiri memegang ponsel. “ Garap tuh cewe, cepet! Udah pegel tangan gue mau ngevideoin aksi ngentot loe-loe pade.”


“ Iya, sorry, Bang. Oke langsung action aja, kita.” Diperintah si kumis, si kurus bergerak cepat merebahkan tubuh si gadis hingga telentang di ranjang. Si gemuk juga bergerak tak kalah cepat, setelah si gadis terlentang di ranjang dia sigap menyingkap bagian bawah lingerie baby doll merah, dimana Sintia sudah tidak mengenakan celana dalam dan area kewanitaannya bersih tanpa bulu sama sekali.


“ Lihat, tuh! keren gak memek yayank gue!” Kata si kurus penuh kebanggaan kepada si gemuk.


“ Wiuuuuhhhhhhh, memek cewe loe memang high quality, Bro,” jawab si gemuk. “ Gue duluan ngicip, ya?”


“ Babi, loe!” Umpat Si Kurus. “ Gue cape-cape nyuruh dia potong tuh jembut. Eh, loe, mau potong kompas lagi!”


“ Lagian loe kan udah nyobain tiap hari nih memek. Masa loe gak mau kasih gue kesempatan pertama? Dasar anjing, Loe!” Si gemuk balas mengumpat.


“ Udah! Memang ta’i loe berdua!” Si Kumis membentak. “ Gue disini yang nentuin siapa duluan. Ngerti, loe-loe pade?”


Dibentak si kumis, mereka berdua mengangguk terpaksa. “ Ya udah gimana abang aja, lah. Nurut kita!” Jawab mereka.


Si kumis kemudian berkata, “ keputusan gua, loe belakangan!,” katanya pada si kurus. “ Loe kan cowonya, loe kedua setelah dia!”


“ Dan Loe, ta’i” Tunjuk si Kumis pada si gemuk. “ Loe duluan!”


“ Yuhuuuuuiii,” si gemuk girang. “ Videoin gue yang bener, Om!”


“ Dasar tai babi, Loe!” Maki si kumis.


Posisi si gadis yang sudah telentang tanpa celana dalam memudahkan si gemuk untuk langsung mengeksplore area kewanitannnya.


“ Loe wangi amat, sih, Cindy!! Gak nyangka gue bisa ngerasain memek sewangi ini,” kata si Gemuk.


“ Cepetan, Loe! Jangan banyak bacot!” Bentak Si Kumis.


“ Oke, Om.”


Si gemuk mulai menjilati area kewanitaan tanpa bulu Sintia. Jilatan hangat si gemuk segera terasa di pori-pori kulit menghadirkan sensasi lembut lidah tak bertulang menggesek-gesek organ intim wanita paling sensitif.



“ Uuuuuhhhhh,” desah Sintia. “ Aouuuhh…. uuuuhhh… Sssssssss.”


“ Nah, pinter juga loe ngoralnya!” puji si kumis kepada si gemuk. “ Sekarang Loe jilat terus tuh memek sampai becek. Dan loe, jangan diem aja, loe!,” tunjuk si kumis kepada si kurus, “ Loe garap tuh susu sampai keluar!”


Si kurus menurut. Tubuh si kurus mendekati si gadis kemudian condong ke arah payudara, dan mulai menghisap bergantian kedua puting yang mengacung.


“ Aaaaahh….Aaaaaaahhhhh….. Aaaaaaaa.”


Desahan Sintia seketika menjadi ketika diserang dari dua arah. Dari bagian bawah tubuh, si gemuk sangat rakus melakukan oral. Dari bagian atas, si kurus asyik memeras payudaranya kemudian menghisap dalam-dalam, berharap memperoleh susu alami bergizi tinggi.


“ Oke, cukup!” Perintah si kumis. “ Sesuai perintah gue tadi loe gemuk… Sekarang masukin senjata loe ke memeknya!. Dan loe kurus…. Punya loe masukin aja ke mulut cewe loe!”


Si kurus dan si gemuk menurut. Sintia dibuka lebar kakinya oleh si gemuk dan lehernya disangga bantal oleh si kurus sehingga kepala si gadis tertengadah menatap si kurus dalam posisi terbalik.


Pengaturan posisi ini berlangsung singkat. Setelah mereka bertiga sudah diposisi nyaman, si gemuk bergerak pertama mengangkat batang penis, menyapukan ke sisi gundul area kewanitaan si gadis, mendorong sebentar, dan memasukkannya dalam-dalam.


Melihat si gemuk sudah bergerak, si kurus tidak mau kalah. Penisnya diarahkan ke mulut Sintia yang sudah terbuka lebar, kemudian mulai dimasukkan dan digerakkan maju mundur.


“ Keciiplllak… Keciplakkk… keciplakkk.”





Bunyi penis menumbuk area kewanitaan, dan gesekan penis di dalam mulut mulai terdengar menghadirkan nada persenggamaan.


“ Uuuuuuughh, rapet amat sih memek loe, lonte,” kata si gemuk.


“ Oooow, yankkk….. mulutmu….. uuuhhh sexy….” puji si kurus.


Sintia tengah dijepit oleh dua alat kejantanan secara bersamaan. Dalam posisi terjepit begini, kedua tangannya berusaha menyentuh bagian pantat si kurus untuk memudahkan dalam mengambil nafas, dan kakinya berusaha dikangkangkan lebar-lebar agar nyaman menghadapi tusukan dari si gemuk yang semakin cepat.


Gerakan mereka bertiga semakin lama terlihat semakin kompak : maju mundur secara taratur, saling mengisi, saling menerima.


Waktu berjalan cepat. Gerakan kompak mereka terus berlangsung dan divideokan oleh si kumis sampai lebih dari 10 menit, dimana si gemuk mulai tidak tahan. Demikian pula si kurus juga sudah tidak mampu lagi bertahan dan… Crooott… Crooot… Crooot…si gemuk duluan meraih klimaks di dalam tubuh si gadis.


“ Agggggghhhhhhhhhhh……. Crrroooooooottttt… Crrrrrrooooooottttttt.” Hampir bersamaan, si kurus menyusul. Dia menumpahkan seluruh cairan klimaks di dalam mulut Sintia.


Setelah klimaks tercapai, mereka bertiga sama-sama ambruk. Sintia terlihat sangat kelelahan sehabis meladeni dua orang laki-laki. Si gemuk terlihat puas. Si kurus tersenyum kecut. Dan si kumis bertepuk tangan sambil tertawa lebar.


“ Bagus banget aksi ngentot loe berdua,” kata si kumis. “ Bravo! Keren! Bisa jadi bintang bokep loe-loe pade. Sekarang loe berdua minggat! Gue mau ngentot nih lonte.”


“ Ampuuunnn…. Enggak, mau, Bang!” Sintia segara menjawab. “ Sudah cukup, Bang. Kan perjanjiannya hanya sekali….”


“ Maksud loe… loe nolak??” si kumis bertanya. “ Sekarang giliran gue. Loe gak mau ngelayanin gue???”


“ Ampun, Bang, kan, Cuma sekali perjanjiannya. Ini juga, Bang, Cindy mau dibeginiin sama abang-abang karena Cindy mau ngebantu ngelunasin utang orang tua,” si gadis memelas.


“ Persetan masalah utang orang tua loe!,” Si kumis berteriak. “ Gak mau tau gue. Yang gue mau tau satu : Loe gak mau ngelayanin gue? Hahh? Dasar anjing, loe!!”


“ Ampun, Bang. Cindy gak mau lagi, Bang. Cindy mau dibeginiin juga karena katanya mau dibayar, Bang… Uangnya nanti Cindy mau pake buat bantu bayar utang orang tua, Bang….”


Mendengar jawaban Sintia, si kumis terlihat sangat marah lalu pergi begitu saja keluar kamar. “ Dasar anjing!” Dia memaki sambil berlalu.


“ Udahlah, Yank, sekali saja, layani lah dia,” bujuk si kurus sepeninggal si kumis.


“ Iya, nanti uang buat loe gue tambah, deh” sambung si gemuk.


“ Braaaaaaaaaaaaaaaaak.” Sangat cepat terdengar bunyi pintu dibanting. Si kumis masuk lagi ke kamar membawa sebilah golok tajam.


“ Loe bedua pegangin tuh si anjing!!” Perintah si kumis sambil berteriak.


Si kurus dan si gemuk melihat kemarahan sangat besar di dalam diri si kumis. Mereka berdua sontak memenuhi perintahnya memegangi si gadis.


“ Ampun, Bang…. Ampun.” Si gadis memelas. Tubuhnya mulai dipegangi kuat-kuat. Si kumis naik ke ranjang. Menindih tubuhnya. Mengalungkan golok ke leher cantiknya.


“ Anjing loe! Loe berani nolak keinginan gue, Hah?” Bentak si kumis.


“ Ampuuun, Bang…. Ampuunn…” Jawab Sintia ketakutan.


“ Udah, Yank, layananin aja dia. Dengerin Abang. Sekali aja.” Si kurus sambil memegangi tangan si gadis berusaha meredakan situasi.


“ Iya, Cindy,” Si gemuk juga berusaha membantu. “ Gue janji bayaran buat loe gue tambah. Dua kali lipat kalo loe mau.”


Sintia mengangguk mendengar nasihat si kurus dan si gemuk. “ Baiklah, Bang… Cindy mau, Bang. Cindy mau ngelayanin Abang,” ujarnya sambil memelas.


“ Bagus. Makasih, Yank,” si kurus lega. “ Bang… Udah, Bang,” kata si kurus pada si kumis. “ Udah mau kok dia ngelayanin abang. Lepasin goloknya.”


“ Loe ok banget, Cindy! Gue pasti bayar loe dua kali lipat,” kata si gemuk. “ Gue janji.”


Si kumis mengangguk mendengar jawaban si gadis dan ajakan si kurus. Si kumis mengangkat golok. Menjauhkan sejenak dari leher si gadis, sebelum dengan sekuat tenaga merubah arah golok itu ketika masih di udara dan menebaskan kuat-kuat ke leher Sintia.


“ Crrrooooooooooot.”


Seketika darah melesat membasahi wajah si kumis.


Wajah Sintia juga langsung dipenuhi cipratan darah berwarna merah kental keunguan. Suaranya sontak meraung-raung kesakitan. Seketika hadir pemandangan mengerikan dari luka menganga lebar di leher si gadis akibat lehernya tertancap golok.


Si kumis di lain pihak terlihat begitu penuh amarah membenamkan golok itu dalam-dalam.


“ Hiiiiiiiigggghhhhhh.” Jerit mulut Sintia. “ Hiiiiiggggggggghhhhhh.”


Panik mendengar suara mengerikan dari mulut si gadis, si kumis berusaha mencabut golok dari daging lehernya sekuat tenaga, kemudian mengangkatnya lagi, dan sekuat tenaga menghujamkan lagi. Mengangkat lagi dan menghujamkan lagi .


Si kurus syok. Tidak percaya melihat pemandangan mengerikan yang terjadi tepat di depan mata, dia mual lalu menutup mulut kemudian lari keluar kamar untuk muntah.


Si gemuk walaupun pandangannya tertutup sebagian oleh badan si kumis, sama sekali tidak bisa bergerak. Cipratan-cipratan darah dari golok si kumis mengenai wajah, baju, dan menyiprat di kaki.


“ Heggghhhh.”


Saat kepala sudah hampir lepas dari leher, Sintia masih mengeluarkan suara seperti meringkik dengan kondisi tubuh yang berubah begitu menjijikkan. Melihat ini si kumis berdiri. Si kumis lalu menurunkan celana dan mengeluarkan penisnya untuk diarahkan ke tubuh si gadis kemudian mengencinginya.


“ Mati loe, Anjing!.” Maki si kumis sambil mengencingi tubuh si gadis yang sekarat.


Terlihat sangat puas si kumis melakukan semua tindakan biadab ini.


Bahkan tidak cukup sampai disitu, setelah puas mengencingi tubuh Sintia, si kumis lalu meludahi tubuh sekarat itu tiga kali, sebelum turun dari ranjang dan beranjak pergi.


Si gemuk masih melongo. Si gemuk masih tak tercaya melihat seorang laki-laki bisa melakukan perbuatan sedemikian keji... dan sedemikian biadab… kepada seorang wanita.


4


Satu tarikan nafas bisa menahan jiwa Sintia mendobrak batasan ruang. Satu hembusan nafas bisa menahan jiwa menembus batasan waktu. Sayang keduanya sudah tidak ada lagi. Keduanya sudah dicekik oleh jeratan tali tambang.


Kehilangan kedua aliran nafas seharusnya tinggal membuat Sintia menunggu kematian tiba dengan tenang. Sayang jiwanya tidak ingin Sintia mengalami kematian yang gampang.


Baru saja dalam waktu satu detik di atas jeratan tambang, jiwanya mendobrak batasan ruang dan batasan waktu, memaksa Sintia mengalami pengalaman kehidupan sebagai seorang gadis bernama Cindy dalam waktu relative, di ruang berbeda. Pada detik berikutnya, jiwa Sintia mengembalikannya lagi ke tubuh asli dengan kondisi kaki masih menendang-nendang. Masih tergantung. Kejang-kejang. Tangan mencakar-cakar. Tidak bisa bernafas.


Sekarang dalam kondisi sudah semengenaskan ini. Di detik berikutnya. Masih disaksikan oleh ratusan pasang mata di aplikasi kamera instagram, jiwa Sintia kembali bergerak. jiwanya pisah raga lagi. Menembus kembali batasan ruang dan waktu. Masuk ke dalam tubuh wanita lain. Di ruang berbeda. Di relatifitas waktu.


Sekarang Sintia dibawa masuk ke tubuh wanita Jepang cantik yang sedang duduk berdua di kamar hotel mewah dengan seorang laki-laki tua. Mereka berdua sedang duduk di atas ranjang mewah hotel sambil bicara bahasa Jepang. Seharusnya Sintia tidak bisa bahasa Jepang. Namun sekarang dia bisa. Sintia mengenakan sebuah kimono berwarna pink. Pak tua mengenakan baju setelan lengkap.


“ Haruka, Ini adalah peluangmu menjadi artis Jepang papan atas,” kata pak tua.


“ Baik, Pak,” sambil menjawab si cantik membungkukkan tubuh sebagai simbol penghormatan.


“ Syaratnya kamu harus mengikuti keinginanku. Aku sudah lebih dari 25 tahun di dunia show bizz, Haruka. Aku bisa mengorbitkanmu cepat. Aku bisa menciptakanmu sebagai bintang papan atas dalam semalam. Bagaimana?”


“ Baik, Pak. Haruka siap memenuhi keinginan, Bapak.”


“ Bagus. Sebagai langkah awal kamu harus minum pil ini!” Perintah pak tua sambil menyerahkan pil berwarna putih dan segelas air.


Sintia membungkuk hormat, tanpa bertanya mengambil pil putih di tangan pak tua, kemudian memasukan ke mulut dan meminumnya.


“ Kamu pintar,” Kata pak tua. “Calon artis Jepang papan atas.”


Setelah itu mereka berdua mengobrol santai selama 15 menit seperti sengaja menunggu efek dari pil putih itu bekerja.


“ Ok. Sudah 15 menit. Pil putih pasti sudah bereaksi. Ayo Haruka lepaskan kimonomu!” Perintah pak tua.


Penuh hormat si cantik menurut, lalu berdiri, membuka tali kimono, dan segera menghadirkan pemandangan seorang wanita Jepang cantik jelita, bertubuh indah, berkulit putih bersih, telanjang bulat dihadapan pak tua. Tinggi wanita cantik ini sekitar 158 cm. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara berisi. Pantat sangat kencang dan area kewanitaan ditumbuhi bulu-bulu kemaluan.


“ Kamu memang sexy, Haruka, ” puji pak tua sambil menggenggam tangan Sintia, kemudian menggandeng, dan merebahkannya ke atas ranjang. “ Aku adalah laki-laki penggemar soft BDSM,” lanjutnya sambil menunjukkan alat seks di tangan. “ Ini adalah borgol BDSM. Kamu pasti sudah pernah lihat di film-film dewasa. Sekarang aku ingin kamu terikat di empat sudut ranjang dengan keempat borgol ini. Kamu, mau?”


Si cantik mengangguk sebagai bentuk persetujuan.


“ Baiklah, kita mulai saja!” Kata pak tua sembari memborgol si cantik secara ketat menggunakan borgol di empat sudut ranjang dimulai dari kaki kanan, lalu kaki kiri, tangan kiri dan tangan kanan. Setelah semua terpasang, barulah ia mengeluarkan penutup mata berwarna merah kemudian bertanya, “Penutup mata akan aku kenakan di matamu, Haruka, kamu bersedia ditutup mata?”


“ Bersedia, Pak.”


“ Kamu siap melayaniku?”


“ Siap,Pak.”


“ Bagus!”





Pak tua mulai beraksi. Tangan tuanya mulai menyentuh bagian tubuh Sintia mulai dari bibir, leher, bahu, ketiak, payudara, sampai gundukan jembut di area kewanitaan.


“ Aku tidak mau dibohongi dengan permainan cinta palsu, Haruka. Aku tidak suka orgasme-orgasme tipuan,” pak tua berkata. “ Kamu adalah calon artis. Kamu pasti pintar berakting. Kamu pasti pintar memalsukan orgasmemu demi mendapatkan ketenaran. Jadi pil putih tadi adalah obat perangsang dosis tinggi yang akan membuat setiap wanita menjadi terangsang secara alamiah dan mendapat orgasme sejati. Tidak akan ada lagi tipu menipu dan fake orgasme. Semuanya alamiah. Semuanya natural.”


Sintia mendengarkan perkataan pak tua dan merasa mulai terangsang. Efek pil putih tadi mulai bereaksi. Perlahan dia merasakan titik titik sensitive tubuhnya menjadi sedemikian responsif, dan dia menjadi begitu peka terhadap rangsangan sekecil apa pun. Bahkan lebih dari itu, puting payudaranya juga menjadi begitu tegak bersamaan dengan tegaknya bulu kuduk halus di tangan, tengkuk dan paha.


“ Aku lihat pil putih sudah mulai bekerja. Aku benar-benar akan menikmatimu sekarang, Haruka.”


Si cantik berusaha menahan semua rangsangan sambil menggeliat-geliat. Tangannya mencengkram borgol kuat-kuat. Kakinya digoyang-goyangkan terus berusaha meredakan semua getaran impuls rangsangan yang datang.


Pak tua di lain pihak mulai mencium bibir Sintia dan mereka berdua segara saja berciuman penuh antusias. Penuh gairah. Penuh syahwat. Gairah mereka berdua sangat cepat tersulut dipicu oleh pertukaran energi dari bibir si cantik kemudian menjalar ke bibir Pak Tua.


Seharusnya di usia sepuh, pak tua sulit merasakan gairah bercumbu sedemikian orisinil. Sebuah cumbuan panas bergaya anak muda. Kekinian. Penuh vitalitas. Penuh rasa. Penuh kekuatan pendorong cinta.


Tapi berkat bantuan pil putih, ia bisa merasakan semua itu. Pak tua bisa merasakan sebuah gairah bercumbu orisinil. Tidak dibuat-buat. Natural. Betapa kini dirasakan olehnya ledakan nafsu dan rangsangan dari bibir si cantik menjalar kuat dan berusaha meledakkan libido tuanya.


Maka pak tua benar-benar berusaha merasakan semua sensasi yang datang. Tadi ia bilang tak ingin kecewa. Jadi sekarang benar-benar berusaha dirasakan bagaimana gairah Sintia begitu meledak-ledak, kemudian menjalar membangkitkan libidonya secara alami.


Di lain pihak, gairah Sintia menjadi semakin tak terkendali akibat dicium. Saking bergairahnya lidah Sintia kini menari-nari mengundang lidah pak tua untuk bergulat lidah. Ajakan ini langsung disambut oleh pak tua, membuat lidah mereka berdua seketika bergulat begitu mesra.


Dalam pergulatan lidah, tentu saja lidah Sintia yang memiliki usia jauh lebih muda unggul telak. Bagaimana tidak? Lidah Sintia masih penuh vitalitas. Penuh percaya diri dan terus menerus menari-nari seperti belut ; menyapu lidah pak tua, kemudian membelit, menghisap, lalu berpindah menjilati bibir bagian atas dan bawah milik pak tua secara bergantian.


Semua jilatan, belitan dan hisapan lidah dilakukan si cantik dengan penuh gairah. Sangat bergairah malah, sampai-sampai pak tua harus mengalah dan melepaskan ciuman secara bijak. Pak tua merasa tidak akan kuat meladeni permainan lidah wanita muda kekinian.


“ Kamu hebat, Haruka.” Puji Pak Tua.


“ Aaaah,” si cantik menjawab pujian pak tua sambil mendesah. “ aaaahhh…. aaaahhhhhh,” akibat pengaruh pil putih titik-titik sensitive di tubuh Sintia terus saja terangsang secara intens.


Pak tua tersenyum lebar melihat si cantik terus saja terangsang. Walaupun demikian ia sadar tidak akan mampu meladeni pertempuran di bibir. Jadi ia lebih memilih tau diri. Pak tua meninggalkan pertarungan di bibir dan memilih melakukan petualangan menjelajahi lekuk tubuh Sintia menggunakan strategi berbeda.


Pak tua tidak akan lagi menjelajahi tubuh si cantik hanya menggunakan bibir, atau lidah saja. Ia tau itu belum cukup. Jadi mulai dari petualangan di leher Sintia, ia akan memilih menjelajahi terlebih dahulu leher jenjang itu menggunakan hidung, sebelum nanti mulai mencium, menjilat, dan mengulum dengan buas.


“ Ahhhhhh, Bapak,” desah Sintia saat lehernya dihirup pak tua.


“ Aaaaahhhh…. aaaahhhh….aaahhhhh,” desah si cantik lagi saat merasakan hirupan pak tua berubah menjadi ciuman dan jilatan.


“ Hegggggh,” pak tua juga menggumam. Jelas dirasakan batang penisnya sendiri mulai bangkit dari balik celana.


Bagaimana pun semua gairah kewanitaan yang di pancarkan Sintia, lengkap dengan aroma tubuh wangi dan pesona tubuh sexy, membuat kemaluan pak tua bangkit.


Namun masih belum cukup keras. Masih bukan tipe ereksi optimal. Untuk itu sekarang Pak Tua berpindah lagi. Ciumannya beralih dari leher, lalu mulai menjelajahi pundak si cantik sebelah kanan dan merasakan getaran-getaran hebat denyut kehidupan yang mengalir di sana.


Merasa belum puas di bahu, pak tua bergerak menyamping menyusuri lengan, menciumi seluruh bagian lengan Sintia dengan kekaguman teramat sangat.


Sintia yang masih dalam keadaan tak berdaya hanya bisa terus menikmati berbagi sensasi kenikmatan dari pak tua. Matinya indera penglihatan karena ditutupi oleh penutup mata membuat berbagai rangsangan semakin tak tertahankan lagi, termasuk rangsangan di sisi lengan.


Sekarang pak tua tengah menciumi lengan si cantik dengan penuh kekaguman dan penghayatan. Kedua hal ini timbul bukan hanya disebabkan wangi lengan Sintia yang terhirup, namun juga berkat pemandangan lembah ketiak milik si cantik. Bagaimana bisa pemandangan indah lembah ketiak seorang wanita bisa begitu mengundang birahi? Berkali-kali pak tua melihat pemandangan indah ketiak milik si cantik dengan penuh kekaguman sampai pada suatu titik, pemandangan indah lembah ketiak Sintia benar-benar membuat ia tak tahan lagi.

Dipenuhi nafsu membara, pak tua bergerak cepat mendekati ketiak si cantik, kemudian ia mengangkat sedikit lengan Sintia agar terbuka lebar dan mulai menghirup aromanya.


Sama sekali tidak ada bau tidak sedap tercium dari sana. Pak tua malahan mencium aroma wangi semerbak menandakan keseriusan Sintia dalam merawat tubuh. Apabila diibaratkan, aroma ketiak yang terhirup memancarkan aroma feminin nan begitu memikat dan menggairahkan.


Aroma ketiak Sintia membuat Pak Tua menjadi kalap, kemudian tanpa mau menunggu lebih lama lagi, mulai dihirup lalu diciumi setiap lembah ketiak yang menggoda ini dan dihisap dalam–dalam. Persis seperti anak kecil baru mendapatkan es krim dan tidak mau melewatkan satu senti pun sensasi rasa nikmat yang ditawarkan.


“ Bapak…. Jangan di ketiak….. Ampuuun…. Haruka…. Tidak kuat…. aaaaahhhh,” Sintia menjerit merasakan ciuman dan hisapan bertubi-tubi di ketiak.


Pil putih tadi ternyata juga bisa meningkatkan sensasi rangsangan di ketiak menjadi puluhan kali lipat hingga dia seperti merasakan kenikmatan sedemikian cepat menjalar dari ketiak menuju perut.


Bahkan rangsangan kenikmatan semakin terasa menjadi-jadi, kala pak tua mulai mengerjai ketiak si cantik yang sebelah kiri, dan, “ aaaaahhhhhhhhhhhh…….. Ooooohhhh,” Sintia seketika orgasme. Sebuah orgasme tak terduga dihasilkan saat hisapan di ketiak sebelah kiri tepat dilakukan oleh Pak Tua di bagian tengah ketiak yang merupakan bagian paling lembut dari area itu.


Sebenarnya hisapan pak tua dilakukan begitu kasar, namun kekasaran di area terlembut menciptakan ledakan kenikmatan tak disangka. Seperti kombinasi alfa dan omega. Yin dan yang. Kombinasi dua elemen berbeda. Namun sama sekali tidak bisa dipisahkan. Saling mengisi. Saling melengkapi. Kombinasi kenikmatan yang membuat kepala si cantik menjadi tertengadah, matanya terbelalak, bibir terbuka tegang, puting susu mencuat, dan diakhiri oleh klimaks di area kewanitaan yang meledakkan cairan bening begitu banyak.


“ Auuuugggghhhhhhhh,” raung Sintia di tengah orgasme.


Pak Tua mendengar raungan si cantik dan merasa bangga. Bagaimana tidak, di usia sepuh, berhasil membuat seorang wanita cantik berusia muda orgasme adalah sebuah prestasi tersendiri. Sebuah kebanggan sejati. Dan harus diteruskan dengan membawa si cantik menuju ke orgasme kenikmatan selanjutnya…


Maka pak tua berpindah meninggalkan ketiak sexy milik si cantik menuju ke kedua puting susu yang telah keras. Sedari tadi kedua puting susu Sintia seperti menantang pak tua : kedua puting itu mengacung, ereksi dan meledek untuk dijamah.


Dalam keadaan Sinta terborgol dan mata tertutup, Pak Tua tentu saja mudah meladeni tantangan dari kedua puting payudara ini dan tanpa usaha apa pun langsung melahap kedua puting susu itu secara bergantian dengan buas.


“ Bapak…. Aaauuuuuuhhhh……Bapakkk…Ahhhhh.”


Sintia meledak secara histeris akibat sedotan bergantian di puting payudara sebelah kanan kemudian berganti ke sebelah kiri. Apalagi pak tua betul-betul memanfaatkan efek mata si cantik yang tertutup untuk memperhebat efek rangsangan barusan. Sama sekali Sintia tidak mengetahui payudara sebelah mana yang akan dihisap oleh pak tua.


Lantas bagaimanakah efek dari rasa keterkejutan akibat mata tertutup bagi Sintia? Sebuah rasa nikmat berkali-kali lipat.


Pak tua sangat menikmati kekagetan dan desahan nikmat dari Sintia. Bahkan ia menyadari : kenikmatan akibat payudara seorang wanita dikenyot seperti bayi adalah lebih nikmat dari sensasi rangsangan di ketiak. Sebab, kenikmatan dari puting payudara bersifat sangat dahsyat, mampu menyeret seluruh bagian tubuh yang lain. Inilah sebabnya, sejak payudaranya dikenyot, kedua telapak kaki si cantik menjadi tegang dan menginjak-nginjak permukaan ranjang, berusaha menaikkan pantatnya ke udara.


Demikian terjadi terus menerus sampai dengan di sebuah titik puncak, kedua kaki Sintia kompak ; bersama-sama menjejak permukaan ranjang kuat-kuat, bersamaan mengungkit tubuhnya ke udara kemudian meledak begitu hebat dalam klimaks teramat dahsyat.


“ Bapak, Haruka dapetttt orgasme….. lagi…… Haaagggghhhhhhh,” raung si cantik.


Tubuh Sintia kembali histeris. Naik turun tak beraturan. Kepalanya menggeleng-geleng tak karuan ; sebentar mendangak sambil mendesah, sebentar kemudian terbanting-banting ke kiri dan kanan, menunjukkan ketidakmampuan mengendalikan gelombang klimaks yang menghajar bertubi-tubi.


Pak tua menghadapi ledakan orgasme si cantik sebagai seorang laki-laki sejati. Dengan jantan ia ikuti semua gerakan Sintia tanpa pernah melepaskan kenyotan dari puting payudaranya. Lihatlah betapa jantan ia bergerak naik turun sambil mengenyot puting payudara si cantik selama tubuh cantik itu terjungkit-jungkit. Betul-betul merupakan gambaran seorang pejantan : mengetahui benar keinginan seorang wanita.


“ Ayo Haruka keluarkan saja… Jangan ditahan-tahan. Kamu makin cantik saat sedang orgasme,” bisik sang pejantan tua setelah melepaskan kenyotannya.


Merasa didampingi secara dewasa, dimanjakan oleh sang pejantan, membuat Sintia mampu melewati fase kegusaran orgasme sembari merasakan dirinya menjadi sedemikian sexy. Ya, Sintia memang merasa benar-benar sexy saat sensasi klimaks tengah menyebar ke seluruh penjuru tubuh. Sebab bagaimana tidak? seluruh bagian tubuhnya, mulai dari perut, kaki, sampai kepala seperti tersetrum listrik bertegangan tinggi. Bedanya setruman ini sama sekali tidak menyakitkan tapi sangat nikmat dan membuat ketagihan.


Saking nikmatnya, si cantik baru bisa menarik nafas lega beberapa menit kemudian atau setelah seluruh rangkaian badai kenikmatan dahsyat itu surut. Tepat disaat itulah, Sintia dapat merasakan kepercayaannya kepada sang pejantan tua tumbuh menjadi sebuah kepercayaan positif. Matanya memang masih belum bisa melihat karena masih tertutup rapat. Namun dia bisa merasakan, pak tua sangat menyayanginya dilihat dari cara pak tua tadi menghisap payudaranya secara total sampai titik kenikmatan terakhir.


Tanpa terasa akibat merasa disayang, keyakinan total mulai hadir di dalam diri Sintia kepada pak tua. Sebuah keyakinan yang membuat dia hanya diam saja saat sang pejantan ternyata tidak memberikan waktu istirahat sama sekali. Alih-alih memberikan waktu istirahat, sang pejantan sudah bergerak menyerang lubang pusar si cantik. Lubang udel bolong itu dijilati terus oleh pak tua membuat Sintia kembali diusik oleh sensasi kenikmatan.


“ hahhhhhh….. Aaaaahhhh…. Bapak…..” Desah Sintia tanpa berusaha melawan.


“ Ssllllllrrgg…. ssssllllrrgg…” Pak tua semakin bersemangat.


Tapi berbeda dari sebelumnya, sang pejantan tidak berlama-lama bermain di pusar. Pak tua cepat sekali berpindah ke kedua sisi pinggang si cantik kemudian turun lagi bergerak ke arah jembut sexy di pangkal area kewanitaan.


Jembut Sintia adalah salah satu pemandangan unik bagi pak tua. Sebab bagi wanita Jepang, jembut adalah salah satu simbol kedewasaan. Para wanita disana akan membiarkan jembut kewanitaan mereka tegak berdiri untuk menegaskan identitas tak terbantahkan sebagai seorang wanita matang.


Jadi jembut di hadapan sang pejantan tua adalah sebuah pertunjukan dari Sintia untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita dewasa : sudah siap mengarungi tantangan dunia. Sudah siap merasakan nikmat persenggamaan seksual bersama seorang laki-laki perkasa.


Di lain pihak, sang pejantan sudah cukup banyak merasakan asam garam kehidupan. Pak tua tentu saja telah menyadari semua simbol ini. Jadi ia sangat menghargai jembut halus milik si cantik dan tanpa berusaha menyakiti, mulai menenggelamkan wajah di balik jembut Sintia yang halus, harum, dan penuh gairah muda.


Sintia sendiri tengah merasakan kepala sang pejantan mulai menembus rimbun area jembut, dan mulai meronta. Masih dalam kondisi kedua tangan terborgol dan kaki mengangkang lebar, dia sedang berusaha menjadi se-relax mungkin. Sintia menyadari apabila dia tidak relax, empat borgol di empat sudut ranjang akan berubah menjadi sangat menyakitkan.


Karena itu bagaimana pun caranya si cantik tengah berusaha mengatur posisi agar menjadi senyaman mungkin. Lagi pula apabila mampu bersikap relax, nanti saat bibir sang pejantan mulai masuk , menyeruak, lalu menikmati jembut itu secara total, dia akan bisa merasakan sensasi orgasme dalam mode terangsang atau mode tegangan sensitivitas ekstra tinggi bagi wanita.


Bagai gayung bersambut, dipicu oleh rasa percaya kepada pak tua karena merasa disayang dan dimanjakan. Ditambah komitmen untuk membuat relax seluruh bagian tubuh. Sintia akhirnya benar-benar merasakan mode terangsang saat lidah sang pejantan tua mulai bekerja, dan membuat semua sensasi ditubuh si cantik menjadi terasa sedemikian nikmat, dimulai dari getaran di garis lurus pada jembut area kewanitan, kemudian bergerak teratur naik-turun, atau berputar-putar searah jarum jam.


Secara filosofis gerakan berputar-putar lidah pak tua seakan ingin membimbing jembut si cantik sebagai wanita dewasa. Pak tua ingin menegaskan kepada Sintia bahwa bahkan saat sudah matang, seorang wanita harus tetap dibimbing oleh sosok laki-laki dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan, termasuk menghadapi ketidakpastian kenikmatan seksual, yang akan membuat setiap wanita menjadi hilang kendali.


Secara nyata, Sintia memang tidak lagi sanggup mengendalikan rangsangan kenikmatan pada mode terangsang. Bagaimana dia bisa mengendalikan semua kejutan ini? Sedangkan rangsangan yang datang benar-benar seperti gelombang air bah dahsyat : menenggelamkan semua rasionalitas akal sehat, memutar si cantik dalam gelombang tinggi kenikmatan, dan melemparkan sekaligus dalam badai orgasme teramat kuat.


Kini secara nyata melalui penghantar lidah pak tua di area kewanitaan si cantik, mode kenikmataan telah diaktifkan. Sintia merasakan mode kenikmatan seperti tombol lampu yang sudah ditekan, kemudian menyala sebagai angin puting beliung, pelan-pelan menyapu seluruh senti area tubuh dengan penuh kekuatan.


Ibaratkanlah sebagai sebuah gelombang, gelombang angin puting beliung di dalam diri si cantik, mulai membawa sensasi naik turun di area kewanitaan. Kenikmatan tersebut kemudian bagai berputar-putar menjadi semakin tidak terkendali, memaksa semua cairan di tubuh Sintia untuk berkumpul di satu titik pusat.


Kemudian bagai dikomando oleh satu rantai kekuasaan, setelah semua cairan kenikmatan terkumpul, cairan tersebut bersepakat menimbulkan berbagai rasa kesemutan di kedua tangan si cantik. Setelah itu, dimulai oleh rasa kesemutan di tangan, rasa yang sama kompak menjalar juga ke kedua kaki membawa simpul-simpul tegangan ekstra tinggi kepada betis, paha, sampai pantat.


Inilah mode terangsang. Membuat si cantik memasuki keadaan bingung, yaitu seorang wanita matang, tapi sama sekali tidak mampu mengendalikan sensasi kenikmatan dahsyat dan menjadi gusar tak terkira.


“ Aaaauuuuuuuuuhhhh,” Sintia mendesah sambil mendelik.


Semua menjadi semakin kacau. Kesadaran si cantik yang sudah tidak terkendali semakin berantakan dihantam oleh angin puting beliung yang menghantam wilayah area kewanitaan, berpindah menyisir pusar dan wilayah perut, menghadirkan sensasi rasa seperti mau buang air kecil, kemudian memaksanya meronta ronta semakin hebat.


“ Aaaaaaaaaaaaaggggggggghhhhhhhhhhh.”


Histeria kenikmatan berhasil dirasakan.


Rasa kesemutan, diiringi rasa ingin buang air kecil seperti telah menyapu seluruh tubuh Sintia sampai-sampai meningkatkan rangsangan di kedua puting susu menjadi mengingkat 100 kali lipat. Membuat si cantik lantas lantang membusungkan payudara tinggi-tinggi ke udara.


Pada momentum Sintia sedang histeris. Pak tua paham. Sesederhana inilah sikap seseorang laki-laki berpengalaman. Saat histeria si cantik melanda, sang pejantan tenang. Pak tua memahami kegusaran yang sedang dihadapi. Jadi kedua tangan keriputnya cepat menangkap pantat si cantik yang gusar melayang di udara dan menahan kuat-kuat. Kemudian tanpa harus menunggu lebih lama lagi, lidah sang pejantan tua masuk di area pantat sexy Sintia kemudian menyapu dan menjilati lebih ke bawah, ke arah lubang anusnya.


Kontan saja jilatan di lubang anus menghasilkan sensasi kenikmatan tidak kalah dahsyat. Seperti mode kenikmatan stadium lanjut. Si cantik merasakan lubang anusnya bergetar hebat. Menyaingi getaran di area kewanitaan. Lubang anusnya seakan tidak mau kalah untuk ikut membuang cairan kenikmatan akibat terus dijilati tiada henti oleh pak tua.


“ Aaaaaaaa……” Sintia merintih saat anusnya dijilati oleh sang pejantan.


“ Eeeeeeeeeeeekkkkkkkkk,” Rintihan itu kemudian berubah menjadi ringkikan, dan…


“ Huffff…..hufffff….hufffff,” si cantik berusaha mempertahankan kesadaran dengan bernafas melalui mulut namun percuma saja. Mode kenikmatan sudah memasuki stadium lanjut. Rangsangan kenikmatan sudah siap meledak sebentar lagi. Dan dalam satu… dua.. tiga jilatan lagi …. Sintia akhirnya meledak. Kembali. Tidak kalah hebat.


“Hhhhhhhheeeeeeeeeegggggggggg.”


Sintia mendelik sesaat hilang kesadaran.


Angin puting beliung kenikmatan meledak di area kewanitaannya, menyemburkan cairan bening teramat banyak. Selanjutnya dari sana, angin putting beliung kenikmatan meledak lagi di lubang anus. Menghasilkan sensasi nikmat dari saraf-saraf hyper sensistif di daerah anal dan cepat sekali menghantarkan kenikmatan ke seluruh tubuh, memaksa posisi tubuh si cantik menjadi lebih teracung ke atas. Warna wajah si cantik juga berubah menjadi merah merona menandakan aliran darah sedemikian keras telah menyebar ke seluruh tubuh, menghadirkan sensasi kenikmatan paripurna.


Inilah puncak kenikmatan untuk kesekian kalinya. Tubuh Sintia terangkat tinggi. Dia meraung. Kemudian rebah di ranjang. Pak Tua mengejarnya, menjilati lagi dan membawa si cantik meledak lagi… lagi… dan lagi…
 
Terakhir diubah:
5





Tak lama setelah badai orgasme reda, pak tua bangkit dari selangkangan Sintia, lalu mengelap mulut menggunakan kedua tangan.


“ Haruka kamu benar-benar memuaskan!”


Sang pejantan tua menatap lekat-lekat wajah Sintia. Pemandangan si cantik yang masih tergelepar-gelepar membuat ia sangat bergairah hingga begitu penuh rasa percaya diri berani melepaskan baju dan celana memperlihatkan di bawah berdiri batang penis keriput yang sudah sangat susah berdiri.


Pak tua sendiri tadi bilang, hanya bisa berdiri melihat pemandangan orgasme seorang gadis yang natural. Alamiah. Si cantik baru saja menunjukkan kedua hal tersebut tanpa malu-malu. Membuat penis sang pejantan yang memiliki ukuran tidak sampai 10 cm kini menjadi ereksi optimal. Pak tua tidak mau menyia-nyiakan momentum langka ini dan mengarahkan penis tua itu ke area kewanitaan Sintia.


Sebentar pak tua berusaha mengelusi jembut Sintia. Berusaha memahaminya. Sebelum dengan jantan menembusnya.


“ Bapak, jangan sekarang…. aaaahhh,” raung Sintia. “ Masih geli….”


Pak tua sama sekali tidak mempedulikan raungan Sintia. Menggunakan bantuan tangan ia mengambil dua bantal dari pinggir ranjang. Dua bantal tadi digunakan sang pejantan menyangga pantat si cantik agar naik lebih tinggi dari permukaan ranjang kemudian ia mulai menghujamkan tombak penisnya dalam dalam.


“ Haruka…… Kamu benar-benar rapaaaatttttttt…..”


Sang pejantan tua menggigit bibir tak tahan. Berhasil menembus area kewanitaan si cantik, ia disambut oleh cengkaraman sangat ketat di dinding area kewanitaan. Terlalu ketat malah cengkraman yang terasa di penis dan terus berdenyut-denyut secara ritmis karena kondisi Sintia masih mengalami kondisi pasca orgasme. Sensasi inilah yang membuat sang pejantan harus mendangakkan kepala ke langit langit hotel, takjub mendapati kerapatan organ kewanitaan yang begitu menggigit.


Sebagai lawan bersenggamanya, Sintia juga tengah merasakan sensasi kenikmatan dalam bentuk berbeda. Setelah tadi dihantam oleh angin puting beliung kenikmatan, sekarang akibat penetrasi pak tua, dia merasa dihantam oleh rasa geli. Bagi setiap wanita sensasi pasca orgasme selalu menghadirkan rasa geli. Seharusnya kondisi pasca orgasme tidak langsung diikuti oleh penetrasi. Tapi pak tua telah memberinya pil putih perangsang. Pil putih memungkinkan penetrasi terjadi seketika, dan mampu merubah rasa geli di area kewanitaan menjadi rasa geli penuh kenikmatan. Mengajak sekali lagi si cantik untuk merasakan sensasi memabukkan. Berasal dari tumbukan penis kecil pak tua dengan dinding-dinding dalam organ kewanitan yang terus berdenyut-denyut.


“ Ploookkk….Ploookkk…. Plooookkk…”


Pak tua menusuk cepat menggunakan penis kecil. Si cantik menyambut tusukan yang datang menggunakan denyutan-denyutan pasca orgasme di area kewanitan. Pada gilirannya, kombinasi dari penis kecil dan denyutan-denyutan ritmis, memaksa sisi tersembunyi g spot milik si cantik keluar ke permukaan : g spot menjadi lebih terlihat dan terasa di dalam dinding kewanitaan kemudian tergesek oleh penis pak tua.


Karena gesekan penis berlangsung sangat cepat, Sintia kembali masuk ke mode kenikmatan. Apalagi pada saat sang pejantan tua mencelupkan satu jari tengah ke bibirnya.


“ Emut jari ini, Haruka,” perintah pak Tua. “ Emut sampai terlumuri semua oleh ludahmu.”


Sintia menjalankan perintah sang pejantan. Sambil dipenetrasi, dirinya mengemut jari tengah pak tua sungguh-sungguh dan memastikan semuanya terlumasi.


“ heeeeeeeeeeeeggggggg….. aaaaaaaaaaaaaaaaah ………..aaaaaaaaaaaaaah……AAAAAAAAH.”


Pak tua mencabut jari tengahnya setelah terlumasi. Jari itu kemudian dibawa ke lubang anus si cantik dan ditusukkan dengan mantab.


“ Bapak……………”


Desahan Sintia semakin nyaring. Anusnya sudah ditusuk. Matanya kembali berputar ke atas menyisakan bagian putihnya saja. Jari tengah sang pejantan tua menusuk lubang anus si cantik semakin dalam, dan semakin dalam sampai akhirnya semua bagian jari itu masuk seluruhnya.


Mendapat dua penetrasi sekaligus di dua lubang sensitif membuat Sintia kembali mengalami rasa histeris. Puting beliung kenikmatan kembali melanda dan payudaranya secara otomatis kembali diacungkan ke udara sama seperti orgasme sebelumnya. Bedanya sekarang bibir pak tua bisa menangkap acungan susu si cantik, kemudian menghisapnya.


Disinilah Sintia mulai dihantam badai orgasme akibat triple penetrasi. Dimulai dari ledakan di organ intim kawanitan. Ledakan kenikmatan lalu disambut di lubang anal dan dilengkapi oleh letupan di payudara.


“Aiiiiiiiihhhhhhhhh……..eeeeeeeeeeeehhhhhhhh………… heeeeeeeeeeeggggggghhhhhhh”


Tubuh Sintia terbanting-banting naik turun tak karuan. Membuat penis kecil pak tua seakan teraduk aduk dan…. “Crooooottt” sang pejantan tidak mampu lagi bertahan. “ Crrrrrooooot…….. Crooooooooooot…………. Croooooooooooootttttttt.”


Empat semburan sperma menyembur hangat di dalam area kewanitaan Sintia saat pak tua akhirnya mencapai klimaks. Setengah mati sang pejantan berusaha menahan kenikmatan yang melampaui usia biologis tapi tidak sanggup. Walaupun terlihat jantan ia benar benar sudah tua. Gelombang kenikmatan tadi bukan untuknya. Dengkul pak tua seperti mau copot. Jantungnya berdebar-debar seperti habis melakukan lari sprint 100 meter. Kedua kakinya kram.


“ Haruka… Kamu… benar… benar… luar biasaaa."


Aneh... Sintia yang seharusnya bisa pulih cepat karena masih muda merasakan rasa payah lebih-lebih dari pak tua. Bahkan lebih parah. Sintia mulai merasakan rasa panas di tenggorakan. Seluruh kenikmatan tadi seolah berbalik menyerang tenggorakannya dan membawa hawa panas tak tertahankan disana.


“ Uhhhuuukkk….Uhhhuuuuuuukkk…………Ahhhhhhhhaaaaaaaaakkkk.”


Sintia terbatuk. Bukan batuk biasa tapi batuk berdarah. Semakin dia terbatuk semakin kental dan banyak darah dikeluarkan.


Pak tua panik.


“ Aahhhhhhhhhaaakk…………Uuuhhhhhhhhuuuuukkk……..Uhhuuuuuuuuuuukkkkk.”


Sintia terus menerus batuk darah. Seperti reaksi alergi. Tidak mampu dihentikan. Batuk darah ini berlangsung selama 10 menit tanpa henti, sampai akhirnya nyawa Sintia tidak tertolong lagi. Si cantik menghembuskan nafas terakhir sendirian di atas ranjang mewah sebuah kamar hotel di Jepang, ditinggalkan begitu saja oleh sang pejantan pengecut yang lari menyelamatkan diri ketakutan.


Tepat pada saat Sintia bisa merasakan kematian kembali akibat 10 menit batuk berdarah, jiwanya sekali lagi menembus batasan ruang dan waktu meninggalkan tubuh dari wanita bernama Haruka kemudian mengembalikannya lagi ke tubuh asli.


6


Sintia merasakan sangat sakit ketika lehernya ditebas golok berkali-berkali. Dia juga merasakan sensasi batuk berdarah sampai nyawanya melayang. Tapi jiwanya lebih bisa mengembalikan seluruh sensasi mengerikan itu ke tubuh asli dalam waktu singkat.


Dari wangi sebuah kamar hotel di Jepang, Sintia kembali ke rumahnya. Masih dengan jeratan tambang di leher. Masih melakukan tendangan menggunakan kedua kaki. Masih mencakar-cakar leher penuh kepanikan.


Secara resmi Sintia sebentar lagi mati. Sejak awal tergantung tadi dia tidak bisa bernafas. Jiwanya tau itu. Namun jiwa masih ingin melakukan pembalasan. Jadi sekarang jiwa Sintia harus secepatnya terbang. Menghujam. Tanpa keraguan. Dalam waktu satu detik di waktu relative, di ruang berbeda. Kali ini memasukkan dirinya ke dalam tubuh seorang wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun. Wanita ini sedang berada di kamar bersama suaminya yang merupakan seorang warga negara asing.


“ Ma, anak-anak sudah berangkat sekolah semua,” kata si bule sambil mendekati Sintia.


“ O ya?” Jawab Sintia balik bertanya.


“ Iya. Papa sengaja percepat mereka berangkat. Papa kan ada urusan “spesial” sama Mama,” lanjut si bule yang ternyata fasih berbahasa Indonesia.


Setelah bicara, tanpa malu-malu, si bule kemudian mendekati Sintia dari belakang, memeluknya dengan mesra sampai mereka berdua terjerembab jatuh di atas ranjang. Sintia merasakan postur tubuh suaminya sangatlah tinggi, barangkali menyentuh 190 cm, memiliki otot tubuh kekar, membuat Sintia menjadi merasa sangat mungil.


“ Ahh… Mama belum siap, Pa,” Sintia mendorong. “ Kalo Papah mau minta jatah, Mama siap-siap dulu, deh.”


Si bule tidak membantah. Sintia bisa bangkit dari ranjang, kemudian bergerak ke kamar mandi. Sepanjang perjalanan menuju kamar mandi dia melihat foto wanita yang sekarang sedang dimasuki tubuhnya. Wanita ini sedang berfoto keluarga bersama si bule. Diantara mereka berdua berjejer dua anak perempuan sangat manis. Dua duanya indo. Melihat mereka benar-benar merefleksikan gambaran keluarga sakinah.


Masuk ke dalam kamar mandi, Sintia segera melakukan ritual bebersih sebelum bercinta sambil terus memikirkan tentang keharmonisan rumah tangga wanita ini. Dari foto tadi mereka semua terlihat sangat berbahagia. Tidak salah. Perilaku si bule pasti sangat bertanggung jawab. Keluarga harmonis otomatis tercipta.


“ Ma….,” Panggil si bule dari luar kamar mandi.


“ Ya, Pa.”


“ Papa sudah siapin lingerie sexy buat Mama, dipakai, ya!”


Sintia melirik ke dekat wastafel dan langsung menemukan benda yang dimaksud. Woowww ini jenis lingerie mahal. Jeritnya dalam hati.


Kagum dengan perhatian si bule, tanpa berlama-lama Sintia segera mengenakan lingerie model two piece yang telah disiapkan. Betul-betul lingerie yang sangat sexy. Modelnya two piece. Bentuk CD nya adalah model G String : membentuk garis lurus di belahan pantat. Di bagian depan G string : bermotif rumbai rumbai cantik berwarna hitam ditambah oleh stocking sexy berwarna senada.


Untuk bentuk model BH lingerie ini sangat menggairahkan, berwarna pink berpadu hitam. Sangat hot. Juga sangat mahal. Pikir Sintia takjub. Hebatnya, meski pun sudah punya dua anak, tubuh wanita ini tetaplah terjaga. Tetap terlihat molek. Hanya terdapat beberapa selulit wajar. Tidak mengganggu penampilan tubuh secara keseluruhan.


“ Ayo, donk, Ma, Papa sudah gak sabar,” rajuk si bule.


“ Ok, Pa, Mama sudah siap.”


Sintia keluar dari kamar mandi mengenakan two piece lingerie sexy. Seketika si bule menatap takjub penampilan sang istri.





“ Mama, betul-betul seperti dewi kahyangan.”


“ Aiiih, Papa bisa ajahh.”


“ Ma.”


“ Apa?”


“ Papa, kan, mau tugas ke luar Kota,” kata si bule sambil mengambil kamera DLSR Nikon di laci meja rias. “ Nanti papa pasti kangen banget sama Mama. Jadi boleh, ya, sekarang Papa ambil foto Mama pake lingeri buat bekel Papa di sana.”


“ Aiiihh… Papahh… Malu, tau.”


Si bule tersenyum, “ Gak apa,Ma, kan cuma sekali-kali. Demi Papa juga, kan? Bukan buat cowo lain.”


Sintia terdiam sejenak. Sebagai seorang istri, mendengar kalimat demi suami merupakan sebuah kartu mati. Tidak bisa dilawan.


“ Yah,” jawabnya kemudian, “ Karena demi Papa, oke lah. Tapi… Ingat… Sekali ini saja, ya!”


Si bule sangat gembira mendengar jawaban sang istri yang membuat mereka berdua bisa segera memainkan peranan sebagai seorang fotografer dan foto model.


“ Yuk, balik badannya. Papa ingin foto pantat Mama,” perintah si bule. “ Dibuka, donk, belahan pantat, Mama. Nungging sedikit. Yak, pas… Tahan!!”


Sintia menuruti semua keinginan si bule.


“ Ayo balik badannya. Diangkat kedua tangannya. Emmm… Yes… Kakinya juga dibuka sedikit…. Uuuuu… yeeeaaaa. Pose mukanya jangan malu-malu begitu! Ayo donk, dibuat bitchy!”





Menurut. Sinta mengangkat tangan. Membuka kaki. Membuat wajah manjadi binal. Dan berpose ala foto model.


“ Papa awas, ya!!! Gak mau lagi deh foto foto begini!! Banyak banget permintaan papa kayak anak remaja aja.”


“ Lho, Papa kan memang masih remaja.” Jawab suaminya.


“ O ya?”


“ Yo’i”


“ Kita lihat aja laki-laki remaja sanggup gak menahan ini!”


Begitu gemas Sintia menabrak si bule sampai jatuh telantang di ranjang dan langsung menciumnya dengan French kiss yang dalam. Sambil mencium, tangan Sintia melepas cepat kaos dan celana di tubuh sang suami hingga terserak semua di lantai kamar.


Sintia memang berniat mengerjai si bule. Maka tanpa perlu berlama-lama melakukan French kiss, dirinya menuju penis si bule yang sudah tegang maksimal dan memiliki ukuran sangat panjang. lebih dari 20 Cm.


Sebagai seorang wanita normal, muncul kekaguman, rasa gemas, dan rasa keingintahuan terhadap penis panjang dan sebesar ini.


“ Oooooh, Mama,” desah si bule ketika merasakan penisnya mulai dipegang erat sang istri.


Sintia tidak menjawab. Dia tengah berkonsentrasi penuh dan mulai memegang penis panjang dan besar millik sang suami menggunakan satu tangan. Semua ini dilakukan dengan penuh cinta. Sebagai bukti nyata, tangan halus Sintia kini menegakkan Penis panjang si bule tinggi-tinggi sehingga berdiri seutuhnya. Kepala si bule gelisah sampai terangkat dari tempat tidur karena penasaran akan kelakuan sang istri.


Di luar dugaan barangkali, sang istri tidak menyerang batang penisnya secara terburu-buru. Alih-alih gegabah, sang istri malahan menyerang terlebih dahulu dua bola zakar di bawah dan mulai menghisap bola-bola sexy itu.


“ Ooooooouuuuuuughhhhhhh,” Jerit si bule. “ Mama…. Mamaaaa…. Ouuuuuugggggghghhhhh.”


Sintia berhasil menghasilkan lenguhan-lenguhan dari si bule akibat perlakuan di buah zakar. Keberhasilan ini diperoleh setelah menghisap secara bergantian bola kemaluan milik si bule dengan penuh cinta dan kasih sayang tanpa pernah membiarkan penis panjang itu rebah di perut sang suami.


Sintia memastikan penis si bule tegak berdiri menggunakan satu tangan sambil terus menghisap bola zakar di bawah. Dia baru beranjak kepada batang penis setelah merasa puas melumeri kedua bola zakar si bule .


Sekarang satu tangan Sintia yang lain menyentuh bola zakar si bule, kemudian menggunakan lendir-lendir berceceran disana untuk mengoles batang penis yang sedemikian panjang mulai dari bawah sampai ke ujung.


Si bule melenguh merasakan penisnya terasa sedemikan basah. Tak tahan diperlakukan sedemikian sensual, si bule mengangkat kepala dari ranjang untuk melihat posisi sang istri yang tengah berusaha menjalin kontak mata sambil mulai melumasi batang panjang penis menggunakan ludah.


Kontak mata antara suami- istri dalam hubungan ranjang sangatlah sensual. Kontak mata mempercepat semua rangsangan agar segera sampai ke frekeunsi tertinggi, yaitu sang istri harus segera melakukan oral seks kepada penis si bule untuk mempercepat semua proses kenikmatan yang tengah terjadi.


Maka kepala Sintia pun turun ke kejantanan si bule melaksanakan tugas sebagai seorang istri berbakti. Awalnya Sintia melakukan oral dari ujung penis, dijilatinya berkeliling mulai dari lingkaran paling luar sampai ke lingkaran terdalam, atau dekat garis lurus ujung penis. Dari sana dia memutar-mutarkan lidah di seputaran area itu berkali-kali agar bisa membasahi penis secara menyeluruh. Kemudian setelah itu barulah dirinya mulai menjilati batang penis si bule secara perlahan sambil mengurut batang panjang itu.


“ fuccccccckkkkkkk,” teriak suami bulenya. “ Mama…… fuccckkkkkkkkkk.”


Mendengar si bule mulai merintih-rintih, Sintia menggencarkan serangan. Bibir mungilnya yang tengah mengemut penis panjang si bule mulai menghisap kuat-kuat. Dalam melakukan hisapan dia melakukan dengan penuh penghayatan hingga sang suami bisa merasakan seperti ditarik-tarik ngilu namun nikmat.


Sintia seakan sengaja mekakukan oral seks penuh penghayatan pada si bule agar mengundang seluruh cairan putih kental di dalam penis untuk bergerak naik semua. Dalam pikiran Sintia tergambar bagaimana bergairahnya ribuan kecebong sperma milik si bule : mereka saling berebutan, saling mendorong, agar bisa segera keluar dari tempat penyimpanan yang gelap.


Ah apabila memang demikian biarkanlah mereka semua cepat keluar. Pikir Sintia sambil mempercepat semuanya. Dimulai dari pangkal penis, Sintia membentuk cincin sempit sekali menggunakan kedua tangan. Cincin sedemikian sempit seketat area kewanitaan kemudian dinaikkan sampai ke ujung penis secara perlahan sambil memastikan si bule merasakan setiap senti penis di remas oleh cincin tangan ini.


Perlahan gerakan naik turun tangan Sintia di batang penis si bule berjalan beriringan dengan gerakan mulut yang menyedot penuh penghayatan.


“ Fucccckkkk,” Suaminya memekik. “ Papa gak tahan lagi, Mama.Ahhhhhhhhhhhggggggggg…….. "

Croooooootttttttttttt.


Akhirnya di mulut sang istri pertahanan si bule jebol. Dihantarkan oleh kombinasi bibir mungil dan cincin ketat tangan sang istri, berpuluh juta kecebong sperma tidak tertahan lagi ke luar dari sarang. Mereka berebutan naik ke ujung penis, saling mendorong, berebutan, dan memukul satu sama lain. Sama sekali tidak ada diantara mereka mau mengalah. Mereka ingin menjadi juara pertama yang sanggup keluar dari ujung penis, sampai di titik klimaks : ketika sedotan bibir sang istri mencapai titik terkuat, satu butir sperma paling atas berhasil menyeruak keluar, disusul oleh yang berikutnya, berikutnya… dan berikutnya… Sampai dengan kesemua kecebong sperma milik si bule tumpah di bibir Sintia kemudian ditelan tanpa perasaan jijik.


Sintia sama sekali tidak merasa jijik meminum sperma si bule. Dia malah menganggap sperma-sperma tadi sangat menyehatkan. Maka dengan penuh cinta Sintia menyambut puluhan juta kecebong sperma tadi dan ditelan begitu rakus. Sintia seperti mengetahui rahasia tersembunyi dari meminum kecebong sperma. Dia seperti mengetahui kecebong sperma bisa mempercantik, menguatkan, bahkan mencerdaskan kaum wanita secara mengejutkan.


“ Amppuuuuuuuunnnnnn…… Ampuuuuuuuuuuuuuunnnnn.”


Karena sang istri tidak mau beranjak dari penisnya yang pelan-pelan telah menjadi lembek, si bule terpaksa menggunakan kedua tangan untuk mengangkat kepala Sintia dan membawa dalam pelukannya.



“ Huuufffff…. Mama benar-benar hebat,” puji si bule sambil mengangkat dagu sang istri dan menciumnya.


Si bule juga tidak jijik melihat bekas sperma di mulut sang istri. Alih-alih jijik, si bule malah sangat menghargai bekas-bekas sperma itu sebagai bentuk perjuangan keras sang istri, dan mereka berdua sama-sama menghisap sperma yang merupakan tanda bukti kesatuan cinta mereka.


“ Ma,” kata si bule setelah ciuman mereka terlepas.


“ Iya, Pa.”


“ Kita beruntung, ya?”


“ Beruntung gimana, Pa?”


“ Kita beruntung memiliki keluarga harmonis.”


Sintia mengangguk sebagai bentuk persetujuan.


“ Pernikahan kita langgeng. Putri kita cantik. Kehidupan ekonomi kita mapan.”


“ Iya, Pa. Kehidupan kita sangat bahagia.”


“ Coba kamu bayangin, Ma, kalo kamu dulu memutuskan bunuh diri waktu putus sama pacarmu, pasti tidak akan ada kebahagiaan seperti ini.”


Sintia terkejut. “ Mama memutuskan bunuh diri, Pa? Kapan?”


“ Iya. Waktu kamu putus dari pacarmu dulu..”


“ Maksud, Papa?”


“ Dulu kan… Kamu pernah memutuskan mau bunuh diri waktu diputusin sama mantanmu.”


Sintia menjadi sangat terkejut. Seketika dia berusaha lepas dari pelukan si bule kemudian berdiri dan melihat foto yang tadi dilihat dalam perjalanan ke kamar mandi.


Sintia menghampiri foto itu, melihat dengan seksama, dan melihat kesamaan wajah identik antara wanita di foto itu dengan… dia.


“ Kenapa, Ma?” Tanya si bule.


“ Pa… Siapa nama, Mama?” Sintia bertanya balik.


“ Sintia Nirmala,” jawab si bule.


“ Siapa, Mama??”


“ Istri, Papa.”


“ Berapa umur Mama sekarang?”


“ 35 Tahun.”


Sintia menggeleng-gelengkan kepala kemudian berkata, “ Pa….Sintia Nirmala… Adalah Mama… Mama benar-benar bunuh diri…..15 tahun lalu…”


Si bule tertawa. “ Ha.. Ha… Ha… Mama lucu.”


“ Pa, Mama tidak bercanda. 15 tahun lalu mama bunuh diri.”


Si bule tertawa lagi makin keras.


“ Mama serius, Pa. 15 tahun lalu Mama bunuh diri.”


“ Ha… Ha… Ha…”


“ Pa….” Sintia terdengar panik, segera mengambil foto keluarga dan menunjukkan kepada si bule.“ Kenapa Mama di foto ini menghilang, Pa?? ”


Si bule tertawa makin kencang.


“ Pa… Kenapa Mama di foto menghilang? Mama gak mau menghilang, Pa… Mama gak mau kebahagiaan ini menghilang…. Mama gak mau Papa menghilang.. Mama gak mau anak-anak kita menghilang.”


Si bule menjawab pertanyaan dengan tawa yang semakin menggila.


7


Jiwa Sintia mengembalikannya lagi masuk ke tubuh asli.


Jiwa tau sebentar lagi leher Sintia akan patah dan disusul oleh pendarahan parah di otak.


jiwa tau Sintia makin tergantung mengerikan di atas tambang. Tidak sampai setengah menit lagi kematian pasti menjemputnya secara mengerikan.


Tapi untuk pertama kali di jeratan tambang, Sintia merasa menyesal telah melakukan bunuh diri. Air mata yang sebelumnya sudah keluar dari matanya secara otomatis hanya karena rasa sakit tak terkira, kini berganti keluar penuh rasa penyesalan. Air mata yang keluar sekarang adalah sebuah air mata berbeda. Sebuah air mata penuh kepasrahan. Keluar dari lubuk hati paling dalam.


Jiwa menunjukkan : seandainya dirinya lebih sabar, di masa mendatang telah menunggu masa depan gilang gemilang dan diimpikan oleh setiap wanita ; suami bule, kaya, anak-anak indo cantik, dan keharmonisan rumah tangga sakinah. Sayang semua itu, pada akhirnya, merupakan sebuah penyesalan yang datang terlambat.


Jiwa juga menunjukkan : karena ketidaksabaran dan keputusasaanlah semua ini bisa terjadi. Oleh karena itu, walau hanya tersisa sekian detik lagi, jiwa Sintia akan menerbangkannya lagi.. lagi dan lagi… memaksanya merasakan siksaan hidup.. mati.. hidup.. mati.. tak berkesudahan.. sampai nanti sang maut sendiri akan datang dan mencabut nyawa... Secara mengerikan.


Bagi jiwa tidak ada penyesalan melakukan semua ini. Karena bagi jiwa, sebelum sang maut datang, lebih baik dia sendiri yang melakukan siksaan mengerikan ini terlebih dahulu kepada diri manusia yang sama sekali tidak punya rasa terima kasih dan terlalu mudah putus asa.


“ Sudah cukup, wahai jiwa yang mengamuk… dengarkanlah Aku!”


Sebuah Suara tiba-tiba muncul dari dalam lubuk hati Sintia. Sebuah Suara yang tenang dan bijaksana. Suara yang menentramkan di satu sisi. Namun di sisi lainnya mengandung kekuasaan absolute sehingga harus dipatuhi. Harus didengar. Suara ini seketika membuat jiwa Sintia tunduk tak berdaya.


“ Tenanglah, wahai jiwa,


Cukupkanlah penyiksaanmu pada diri Sintia,



Sebab, wahai jiwa,


Walaupun engkau merasa Sintia layak untuk disiksa,


Karena dia kotor,


Karena dia terburu-buru,


Karena dia terlalu mudah putus asa,


Karena dia terlalu bodoh,


Karena dia terlalu berdosa,


Karena dia terlalu ingin membunuh dirinya sendiri,




Dan berjuta-juta alasan lainnya,


Ketahuilah..


Bahwa sesungguhnya..


Aku selalu mencintainya.




Dan ketahuilah wahai jiwa,


Ketika Aku mencintainya,


Maka..


Walaupun semua mahluk di dunia ini bersatu,


Untuk menghancurkannya,


Untuk menghakiminya,


Untuk mengencingi harga dirinya,


Untuk memperkosa martabatnya,


Dan menimpakan berbagai penghinaan tak terkira kepadanya,




Cukup dengan satu ucapan tobat darinya,


Cukup dengan satu penyesalan terdalam,


Cukup dengan satu butir cintanya,


Yang berasal dari lubuk hati seorang manusia,




Sudah cukup bagi-Ku


Untuk melenyapkan semua penderitaannya


Dan kembali menganugerahkan kehidupan yang baik kepadanya




Semoga saja wahai jiwa…


Dia bisa bersyukur.




Semoga saja…


Walau hanya satu detik..


Dia bisa menyadari..


Bahwa Aku…


Selalu mencintainya.



Sintia mendengar Suara itu menenangkan jiwa. Menentramkan hati. Sintia melihat Suara itu membangkitkan keajaiban dalam diri secara misterius dengan menghadirkan kedua orang tuanya untuk pulang lebih cepat, kemudian bergerak secara tepat ke kamar tempat usaha bunuh diri ini berlangsung, menemukannya, kemudian menyelamatkan nyawanya tepat pada waktunya.


***


Tiga tahun kemudian, satu orang pengguna instagram yang pernah menyaksikan langsung gagalnya aksi bunuh diri Sintia, dan dua orang yang pernah membaca kisah Sintia memutuskan bunuh diri.


Satu ingin menjatuhkan diri dari tingkat 14 apartemen.


Satu ingin minum oplosan dosis tinggi.


Satu ingin memotong urat nadi.


Karena pernah melihat dan membaca kisah Sintia, mereka bertiga sadar memiliki tiga pilihan:


Pilihan pertama adalah menghadapi amukan jiwa,


Pilihan kedua adalah menghadapi keganasan sang maut,


Dan pilihan ketiga adalah memilih bersabar dalam lautan cinta.


Pilihan mana pun yang dipilih adalah tergantung pilihan mereka. Sebab hanya manusia, satu-satunya mahluk di muka bumi ini, yang dikaruniai kehendak bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.


Tamat.


Terima kasih kepada para dewan juri atas kesempatan mengikuti LKTCP 2018,


Mohon maaf merepotkan harus membaca karya nubie yang sangat jauh dari standart,


Mohon maaf merepotkan harus menilai karya nubie yang sangat amatiran.




Terima kasih kepada para pembaca yang telah mampir,


Walaupun hanya sekedar menengok judul cerita yang di bawah standart ini,


Walaupun hanya sekedar membaca sekilas cerita amatiran ini,




Dukungan dari para pembaca sangatlah berarti bagi nubie.




Terima kasih kepada para pembaca yang telah memberikan komentar di cerita amatir ini,


Baik itu saran, masukan, kritikan, lanjutkan, atau lancrotkan.


Komentar para pembaca menghidupkan para penulis amatir seperti nubie.


Agar terus bersemangat menulis dan berkarya.




Dukungan dari para pembaca sangatlah berarti bagi nubie.




Terima kasih semuanya.
 
Terakhir diubah:
ceritanya bagus om, dan ending nya pun bagus. good luck on the competition om @john robert
Terima kasih banyak, Suhu Tecoomz. Apresiasi Suhu sangat berarti buat ane.

Wahhh thanks om @john robert

Ceritanya sangat menginspirasi banget nih.
Belajarlah utk menerima kenyataan.

Hiduplah tuk hari esok...
Masa lalu, jadikan sebuah pelajaran berharga agar tdk terjatuh di lubang yg sama.

:jempol:
Thanks
Terima kasih banyak, Suhu Tj44. Sangat berarti buat ane.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd