Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bimabet
Chapter 15

Isinya tumpukan buku tua, untuk apa ayahku menyimpan buku buku ini dalam sebuah peti dan disembunyikan di dalam gudang seolah olah ini barang berharga yang bernilai puluhan bahkan ratusan juta. Apa ayahku sudah kehilangan akal sehatnya? Mungkin juga, bersembunyi belasan tahun, terkucil dan tidak bisa bertemu dengan orang orang yang dicintainya membuatnya menjadi gila.

"Buku?" gumamku membuat Bu Tris menoleh ke arahku dengan senyum hasnya. Aku menatap Bu Tris tanpa menyembunyikan rasa heranku dengan tumpulan buku di dalam kotak. Kalau ayahku seorang kutu buku, dia tidak akan menyimpan tumpukan buku itu di dapam sebuah koper yang tersembunyi di gudang. Buku buku itu tentunya akan tertata rapi di sebuah rak buku di dalam kamar atau tempat yang mudah dijangkau saat akan membacanya.

"Ya, buku..!" gumam Bu Tris mengikuti apa yang kuucapkan. "Kamu tentu heran kenapa buku buku ini tersimpan di dalam koper besi, bukan di taruh di rak buku sehingga akan mempermudah saat akan membacanya?" tanya Bu Tris.

"Ya, kenapa?" tanyaku bodoh, mungkin Lilis akan dengan mudah menerkanya. Tapi aku tidak secerdas, Lilis. Bagiku semua hal itu terjadi dengan cara yang sederhana. Aku tidak tahu siasat licik dan tipu daya yang menghalalkan segala macam cara sehingga aku terjun ke dunia seperti yang sekarang aku geluti. Bukan terjun, lebih tepatnya, aku dipaksa untuk masuk ke dalamnya.

Bu Tris mengeluarkan semua buku ke luar dan menumpuknya dengan rapi di sisi koper besi. Semua buku dikeluarkannya hingga tidak ada yang tersisa lagi. Ada selembar koran tua yang menjadi alas koper. Aku tidak tahu koran dari tahun berapa, yang jelas kertasnya sudah berubah warna saking tuanya. Bu Tris mengangkat koran itu, ternyata ada map yang ditutupi plastik bening. Perlahan dan sangat berhati hati Bu Tris mengambil map dan menyerahkannya kepadaku.

"Buku buku ini disimpan di dalam koper besi untuk menyembunyikan map ini, map inilah yang mereka cari dari ayahmu. Isi dalam map ini sangatlah berharga. Semua orang mencarinya, Bu Narsih, Bu Dhea bahkan Japra, tapi tidak ada yang berhasil menemukannya. Karena Map ini tersimpan di dasar tumpukan buku yang tidak ada artinya. Bahkan sebagian besar buku yang tersimpan, sudah tidak lagi utuh." kata Bu Tris menerangkan keherananku.

"Apa ini,Bu? Kenapa Bu Narsih juga menginginkan berkas ini? Apa hubungan Bu Narsih dengan semua ini?"" tanyaku heran sambil menerima map yang diberikan Bu Tris. Apa yang tertulis di dalam Map ini sehingga sabgat berharga. Yang lebih mengejutkan, kenapa Bu Tris menyebut Bi Narsih juga menginginkan benda ini.

"Ternyata kamu tidak tahu tentang Bu Narsih, lawan yang paling ditakuti ayahmu. Bu Dhea hanyalah boneka yang digerakkan oleh Bu Narsih." jawab Bu Tris tersenyum mengejekku.

"Tidak mungkin Bi Narsih terlibat dengan hal ini...!" jawabku jengkel, aku sangat mengenal Bi Narsih.

"Bukalah..!" jawab Bu Tris yang kembali sibuk memasukkan semua buku ke dalam koper besi, menatanya seperti tadi. Padahal buku buku itu sudah tidak berharga lagi setelah map yang berisi berkas penting sudah berada di tanganku.

Perlahan aku membuka plastik penutup map dan mengeluarkan map tersebut. Ada beberapa lembar kertas di dalamnya. Dua lembar yang tidak menarik perhatianku. Baru pada lembar ke tiga, aku melihat skema bagan organisasi dan aku juga tidak begitu tertarik melihatnya. Tapi karena tidak ada lagi lembar berikutnya, aku mulai membacanya.

Aku tidak tahu nama nama yang terdapat pada bagan skema organisasi, yang jelas ada beberapa nama dalam pangkat kepolisian terdapat di dalamnya. Apakah benda ini berharga atau tidak, aku tidak terlalu mengerti dan aku tidak perduli. Biarlah aku bicarakan hal ini dengan Lilis sepulangnya dari sini. Lilis pasti akan tahu dan memahami semuanya dengan jelas.

"Apa ini, Bu?" tanyaku heran melihat bagan skema organasasi yang berada di tanganku. Aku membaca beberapa perwira tinggi kepolisian memegang tugas penting dalam organisasi ini. Walau aku sudah mengambil keputusan untuk mempelajarinya dengan Lilis, tidak ada salahnya aku bertanya ke Bu Tris, sepertinya dia sangat dipercayai oleh ayahku sehingga ayahku memberitahukan di mana map ini tersimpan.

"Menurut ayahmu, ini adalah skema organisasi yang mengendalikan perederan narkoba. Itu sebabnya ayahmu dianggap sangat berbahaya karena tahu jalur distribusi narkoba dan orang orang penting yang terlibat di dalamnya. Orang orang yang duduk di kursinya yang empuk. Itu sebabnya ayahmu bersembunyi belasan tahun di sini." jawab Bu Tris tersenyum menyembunyikan matanya yang terlihat berlinang. Dia menangis sambil tersenyum. Aku tidak alasan Bu Tris menangis dan itu bukan urusanku sama sekali.

"Karena, ini? Dari mana ayahku mendapatkan, ini?" tanyaku sambil menunjukan berkas ke arah Bu Tris, sekedar memastikan apa benda ini benar benar berharga sehingga membuat ayahku bersembunyi ketakutan. Meninggalkan anak anaknya terlantar kehilangan kasih sayang seorang ayah. Membuat ibu, aku dan adik adikku terlantar, seperti benda yang tidak ada artinya sama sekali.

"Ayahmu mendapatkan benda ini saat merampok di rumah seorang Jendral,, hanya itu yang Bu Tris tahu. Ayahmu tidak pernah bercerita secara detil." jawab Bu Tris kembali mengunci koper besi itu dan sebelum dia mengangkatnya, aku mendahulinya mengangkat koper itu dan memasukkannya ke dalam lemari. Ke tempat koper besi ini tadi, sebelum dikeluarkan.

"Kenapa Bu Tris baru menceritakannya, sekarang?" tanyaku menatap wajah cantik yang terlihat lebih tua dibandingkan usianya. Karena aku yakin, usianya pasti seusia ibuku. Apakah beban hidup yang dirasakannya, membuatnya menjadi cepat tua? Sekali lagi itu bukanlah urusanku. Urusanku sudah terlalu banyak, buat apa lagi aku harus berpikir tentang orang lain.

"Pesan ayahmu, aku harus menyerahkan berkas ini apa bila kamu kembali terlibat dalam urusan dunia hitam, saat kamu datang kembali untuk menyempurnakan semua ilmu yang kamu miliki dengan membawa dua orang gadis yang mempunyai penampilan berbeda." jawab Bu Tris tenang, namun aku masih bisa mendengar isaknya yang halus.

Aku memeluk Bu Tris seperti aku memeluk ibuku, berusaha membuatnya lebih tenang. Bu Tris balas memelukku sehingga aku bisa mencium bau rambutnya yang harum oleh shampo yang dipakainya. Payudaranya yang besar menempel pada dadaku, membangkitkan gairahku yang sempat hilang sejak kematian Mang Karta. Itu sebabnya aku berusaha mengulur waktu melakukan ritual dengan Limah dan Yoyoh. Karena kontolku seperti kehilangan keperkasaannya. Aku takut ritualku gagal, bukankah kata Ki Ja'i, aku akan celaka kalau ritualnya gagal aku laksanakan.

"Idih, kontol kamu bangun..! Kamu nafsu ya sama ibu ibu tua?" goda Bu Tris mendongakkan wajahnya, menatapku dengan senyum menggoda. Bu Tris meraba kontolku yang kembali perkasa, setelah sekian lama tertidur kehilangan tenaga. Aku menarik nafas lega, karena kontolku kembali bangkit dengan perkasa membuatku merasa tidak nyaman.

"Bu..!" aku mendesah lirih, membiarkan Bu Tris berjongkok di hadapanku, berusaha melepas kontolku dari sangkarnya. Tangannya begitu terampil saat membuka sabuk dan kancing celanaku, perlahan Bu Tris menurunkan resleting celanaku dan mengeluarkan kontolku dari sangkarnya. Aku menarik nafas lega, kontolku terbebas dari sangkarnya, rasa tidak nyaman hilang dalam sekejap.

"Kontol kamu benar benar dahsyat, bahkan melebihi keperkasaan kontol ayahmu." kata Bu Tris membelai kontolku dengan lembut, membuatnya semakin keras saja.

Apakah benar kontolku lebih perkasa dari ayahku atau hanya sekedar menyenangkan hatiku saja? Yang jelas, sejak kematian Mang Karta, aku sempat kehilangan gairahku, kontolku seperti lunglai tidak bertenaga. Aku seperti seorang pria impoten. Bahkan saat melihat kecantikan Limah, kontolku tidak mampu berdiri maksimal, hal itu yang membuatku ragu dapat melaksanakan ritual dengan dua orang gadis sekaligus. Aku harus mengujinya dengan Bu Tris, untuk memastikan bahwa aku masih tetap perkasa seperti dulu. Ya, aku harus mencobanya, jangan sampai ritualku gagal.

"Bu...!" aku merintih nikmat saat lidah Bu Tris menyapu batang kontolku, bergerak dari pangkal hingga kepalanya yang seperti ujung tombak yang akan menghujam ke lobang memek setiap wanita yang menginginkannya. Aku berharap, ujung tombak ini akan mpu mengantarkan Bu Tris ke surga dunia yang tersembunyi di lobang memeknya.

"Kontol kamu ennnak, Bu Tris suka sekali baunya..!" kata Bu Tris mulai melahap kepala kontolku dengan bernafsu, berusaha memasukkan semua batang kontolku ke dalam mulutnya yang mungil, tentu saja dia tidak mampu melakukannya. Panjang kontolku tidak memungkinkan Bu Tris melahap semuanya.

"Kontol kamu kepanjangan..!" kata Bu Tris menyerah karena semua usahanya untuk memasukkan batang kontolku gagal, matanya berair karena usaha kerasnya. Air liurnya menetes membasahi dagunya, hal itu membuatnya terlihat semakin cantik dan binal membuatku semakin terangsang untuk menikmati lobang memeknya yang nikmat. Membayangkan kenikmatan memek Bu Tris membuatku teringat dengan Marni, adik satu ayah.

"Gimana kabar, Marni?" tanyaku, spontan. Sudah beberapa bulan ini aku tidak mendapatkan kabar Marni, padahal rencananya dia akan pindah ke Bogor. Bahkan aku sudah mencarilan rumah untuknya dengan uang peninggalan ayahku. Atau lebih tepatnya, uang hasil menjual emas peninggalan ayahku.

"Loh, apa Marni belum menghubungimu?" tanya Bu Tris heran. Dia bangun dari jongkoknya tanpa melepaskan kontolku yang terus digenggamnya, seolah tidak rela kontolku pergi sebelum menghujam memeknya.

"Belum, sejak terahir kali kami bertemu Marni belum pernah menghubungiku lagi, padahal aku sudah menyiapkan sebuah rumah untuknya." Jawabku sambil menarik ujung daster Bu Tris ke atas dan tanpa menunggu persetujuannya, aku berjongkok sambil menarik celana dalamnya terlepas dari pahanya yang besar. Aroma has bau memek tercium olehku. Bau memek yang sudah basah oleh cairan birahi.

"Jang....!" Bu Tris menjerit lirih saat jariku meraba dan mulai mempermainkan itilnya. Memeknya sudah benar benar basah oleh cairan birahi. Pembicaraan kami tentang Marni terputus begitu saja. Seolah itu bukanlah sesuatu yang penting dan dengan mudah kami campakkan di atas tumpukan debu yang berada di setiap penjuru gudang.

Sama seperti diriku yang sudah sangat terangsang, lebih tertarik mendorong pahanya agar duduk di meja kayu yang kotor dan berdebu. Siaa yang perduli, toh apa yang kami lakukan lebih kotor dibandingkan meja yang kini di duduki Bu Tris, meja itu dengan mudah dibersihkan hingga seperti baru. Sedangkan apa yang kami lakukan tidak akan pernah bisa dibersihkan, nodanya akan membekas dan kami bawa hingga mati. Tapi siapa yang perduli dengan hal itu, sex adalah surga dunia.

Aku membenamkan wajahku di selangkangan Bu Tris, memeknya yang berbulu lebat tidak menghalangi lidahku bermain di celah sempit yang sudah sangat basah. Baunya yang menyengat, justru semakin membuatku bernafsu untuk menikmatinya. Tubuh Bu Tris menggeliat saat lidahku mempermainkan itilnya, tangannya menjambak rambutku dan membenamkan wajahku ke selangkangannya. Tidak ada lagi norma, sopan santun yang seharusnya terjaga. Semuanya runtuh di selangkangan.

"Jang, Bu Tris gak kuatttttt..... Ibuuuuu kelllluar...!" Bu Tris menekan kepalaku ke selangkangannya sehingga aku sulit bernafas. Aku menghisap setiap cairan yang seperti menyembur saat tubuh Bu Tris mengejang diterjang badai orgasmenya yang dahsyat.

"Ennak, Bu?" tanyaku menggoda Bu Tris yang tergolek tidak berdaya di atas meja dengan pantat di tepi meja dan kaki yang mengangkang lebar.

"Sudah lama sekali Ibu tidak pernah orgasme, terahir ibu merasakannya denganmu..!" jawab Bu Tris dengan pandangan mata yang sayu menatapku.

Aku hanya tersenyum senang, kini saatnya aku mencoba keperkasaan kontolku yang cukup lama tertidur sejak kematian Mang Karta. Perlahan aku mengarahkan kontolku ke lobang memek Bu Tris, memastikannya berada di tempat yang tepat. Bles, tanpa hambatan menerobos masuk ke lobang sempit yang sudah sangat basah dan hangat.

"Jangggggg.......! Mata Bu Tris mendelik merasakan kontolku yang menerobos memeknya.

"Enak, Bu?" tanyaku menggoda Bu Tris, perlahan aku mengeluarkan kontolku dari memeknya.

"Jang, jangan dicabut...!" rintih Bu Tris sambil mengangkat tubuhnya, melihat ke arah kontolku yang berlumuran lendir birahinya. Tangannya menarik kontolku dengan keras ke arah lobang memeknya yang menganga akibat hujaman kontolku, tadi. "Masukin lagi, Jang...!" renget Bu Tris.

"Begini, Bu?" kataku sambil menghujamkan kontolku dengan keras membuat tubuh Bu Tris terdorong ke depan.

"Iyaaaaaa, terus Jang...!" Bu Tris berteriak, suaranya lepas tanpa rasa takut terdengar oleh orang yang berada di luar gudang. Bisa saja ada orang yang masuk ke dapur yang sering dijadikan dapur umum saat Gunung Kemukus mengadakan acara.

Aku semakin bergairah mendengar jeritan Bu Tris, terlebih kontolku sepertinya benar benar sudah pulih seperti sedia kala, tidak ada tanda tanda kekerasannya mengendur. Bahkan, aku merasakan kontolku sangat keras sehingga aku agak meringis ngilu saat kontolku tertekuk setiap kali Bu Tris ikut menggoyangkan pinggulnya menerima hujaman kontolku yang keras dan bertenaga. Rasa ngilu yang kuterima tidak mengurangi rasa nikmat dan kebahagiaanku karena keperkasaanku yang telah menaklukkan banyak wanita, telah kembali.

"Jang, kontol kamu mentok di memek Ibu....! Terussss Jang, entot ibu sampai kamu puas...!" rintihan Bu Tris semakin memenuhi gudang. Tumpukan barang yang berada di dalam gudang, mampu meredam suaranya.

Aku semakin bernafsu memompa memek Bu Tris, dasternya semakin terangkat ke atas, sehingga perutnya yang buncing terlihat berguncang keras oleh hentakanku. Meja tempatnya rebah, bergeser hingga membentur lemari tua. Untung saja tidak ada benda yang terjatuh dari atas lemari, padahal banyak benda yang bertumpuk di atasnya. Hanya butiran debu yang berjatuhan dari atas mengotori tubuh kami, tapi hal itu tidak mampu mengusik keasikan kami yang sedang dimabuk birahi.

"Bu, ennnnak banget. Belum pernah aku ngentot seenak ini...!" kataku jujur, inilah sex ternikmat yang aku rasakan setelah sejak kematian Mang Karta, kontolku seperti impoten. Tidak bereaksi oleh godaan birahi Desy, bahkan Bi Narsih dan Limah yang sempat mengusik birahiku, tidak mampu membuat kontolku sekeras sekarang.

"Janggggg, ibbbbbu kelllluar lagiiii...!" Bu Tris kembali berteriak menyambut orgasme dahsyat yang membuat sekujur tubuhnya mengejang, setiap otot di sekujur tubuhnya seperti dilolosi, membuat setiap sendinya seperti terlepas.

Aku semakin bersemangat memompa memek Bu Tris karena akupun sepertinya akan segera mendapatkan orgasmeku.

"Bu, Ujang juga kelllluar....!" ujarku saat kontolku menembakkan bermili mili pejuh ke dalam memek Bu Tris yang terkapar kelelahan...

"Jang, ibbbu kelllluar lagi...!" jerit Bu Tris saat tubuhku mengejang, jiwaku melayang di antara badai orgasme. Suara Bu Tris seperti datang dari dimensi lain, mengiringi kenikmatan yang sedang kurasakan. Senikmat inikah orgasme yang kurasakan setelah bangkit dari keterpurukan?

Kubiarkan kontolku tetap terbenam di dalam lobang memek Bu Tris, aku tidak merasakan tanda tanda kontolku mengendur setelah orgasme terdahsyat dalam hidupku tadi.

"Bu, belom pernah Ujang ngentot seenak ini..!" kataku jujur. Bu Tris hanya yersenyum, matanya terpejam menikmati sisa sisa orgasmenya.

Perlahan aku menarik kontolku dan membenamkannya kembali. Gila, kontolku yetap tegang maksimal, padahal baru saja menyemburkan cairan pejuh yang sangat banyak di memek Bu Tris.

"Jang.... Ampun, kontol kamu masih keras banget....!" rintih Bu Tris sambil menggigit bibirnya merasakan gesekan kontolku pada memeknya yang sangat basah oleh cairan lendirnya dan pejuhku sehingga aku bisa melihat batang warna putih menempel pada batang kontolku. Pemandangan yang membuatku semakin kesetanan dan mulai memompa memek Bu Tris dengan cepat dan liar.

"Ennnak banget memek Bu Tris....!" kataku semakin mempercepat pompaanku. Duniaku saat ini hanya terletak pada memek Bu Tris yang telah memberiku berjuta kenikmatan. Kenikmatan yang nyaris hilang dalam hidupku dan aku tidak rela kenikmatan yang saat ini kurasakan hilang begitu saja.

"Dasar orang gila, datang ke sini mau ritual menyempurnakan ilmu, eh malah asik asikan ngentot sama ibu ibu.,!" kata sebuah suara merdu membutku terkejut. Suara merdu yang terdengar sinis dan mampu membuyarkan kosentrasiku yang sedang memompa memek Bu Tris. Reflek aku membalikkan badan sehingga kontolku tercabut dari memek Bu Tris

Limah berdiri dengan berkacak pinggang di ambang pintu gudang.

Bersambung....
 
Thx updatenya Om

Ternyata gagal Pertamax...
Jangan-jangan keperkasaan Ujang kembali karena khasiat ghaib dari buku-buku tua di dalam koper besi.... :pandaketawa:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd