Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rama & Shinta (Story of Naomi JKT48)

ExWota

Semprot Kecil
Daftar
22 Sep 2017
Post
65
Like diterima
19
Bimabet
Rama & Shinta
(Story of Naomi JKT48)
PART I

Taman Suropati, 1 Februari 2018, sepasang kekasih berjalan dgn mesra, tangan si lelaki memeluk kuat pinggul si wanita, sementara itu sepasang muda mudi sedang asik duduk sambil menatap layar laptop mereka. Langit sore ini begitu cerah, berwarna biru, terbentang luas dari ufuk Timur ke ufuk Barat, Gumpalan awan berwarna putih bagaikan kapas yg bergulung2 memberi sedikit warna pada sempurnanya langit. Kendaraan lalu lalang, berpacu dgn waktu, saling mendahului. Suasana yg begitu bahagia, semua terlihat sumringah, bermain, berlari, tertawa, bercanda, namun ada seseorang yg menampakkan kesedihannya, duduk seorang diri, terkadang menatap langit, ya dia adalah Rama. Seorang pemuda berusia 24 tahun, bertubuh atletis, berwajah campuran, seperti memiliki darah latin.

Rama sedang duduk di atas gundukan kecil dan bersandar pada sebuah pohon palem. Kakinya menekuk, mengambil kerikil, lalu melemparnya ke depan, kemudian melihat langit, sorot matanya yg tajam, menggambarkan sebuah penyesalan, ya, sebuah penyesalan akibat mencintai terlalu dalam. Hatinya menderu, bagaikan mesin diesel yg telah panas, berdegup begitu kencang, mengingat kembali. Wajah kekasihnya, tiba2 muncul dari balik awan, tersenyum manja, kemudian terhapus oleh desiran angin sejuk yg menerpa.

Huuuffffttttt, helaan nafas yg begitu panjang, pertanda sebuah tekanan yg sungguh besar dari dalam hatinya. Tiba2 Rama bangun dari duduknya, sedikit menyentak, “Aahhhh F*ck you Cindy”, tiba2 sebuah kata terucap dari mulutnya, hanya beberapa orang yg mendengar lalu melihatnya. Sebuah ucapan yg refleks keluar dari mulutnya.

Cindy adalah kekasih Rama, yg telah lama saling mencinta, segala rencana tentang masa depan telah terukir di dalam hati mereka masing2, namun semua berubah karena satu hal. Cindy memilih laki-laki lain, sungguh tragis. Lalu Rama pun menoleh, melihat keadaan sekitar, merasakan kedamaian yg dipancarkan dari kebahagiaan orang2 sekitar, tapi tiba2, sepasang mata bertemu sesaat, saling pandang singkat, lalu menoleh ke arah lain. “Ahhh, dia begitu cantik”, kata Rama di dalam hatinya, setelah melihat seorang gadis yg sedang duduk sendiri.

naomi.jpg

Kemudian Rama kembali menoleh dan melihat sekitar, matanya mencuri pandang pada sosok gadis tersebut, dan lagi2, mata mereka bertemu untuk kedua kalinya, sebuah kebetulan yg trus berulang, itulah pertanda baik. Rama tersenyum padanya, diikuti oleh senyum manis dari bibir tipis gadis tersebut. Pandangan mereka seakan2 menjadi sebuah magnet. Rama berjalan, mendekat ke arah si gadis. “Maaf, sy boleh duduk di sini?” kata Rama sembari menunjuk tempat kosong di samping gadis itu, “Oh iya, silahkan”, sambut hangat dari gadis tersebut.

Lalu mereka berdua pun tidak sendirian lagi, mereka duduk, sesaat melihat2 keadaan sekitar, berharap ada yg memulai pembicaraan. “Mmmm, namanya siapa ya?” tanya Rama sambil menyodorkan tangannya mengajak berkenalan. “Aku Naomi”, kata gadis itu, “Ohh, aku Rama”. Cukup dgn perkenalan itu, suasana menjadi cukup cair. Obrolan pun mulai dibuka.

Rama: Sendirian aja?
Naomi: Nunggu temen sih, klo kamu?
Rama: Hmmmmmm, iya sendiri, dan selalu sendiri

Naomi tersenyum mendengar jawaban dari Rama, “Pacarnya mana?”, tanya Naomi kepada Rama, “Aku gk punya pacar”, jawab Rama. Terlihat wajah Naomi seperti orang tidak percaya. “Kamu sendiri? Lagi nunggu cowoknya ya?” tanya Rama kepada Naomi, “Nggak jg, aku gk punya pacar”, jawab Naomi. “Ahh, boong bgt deh, perempuan secantik kmu gk punya pacar”, tanya Rama kembali, seolah2 tidak percaya dgn jawaban dari Naomi yg membuatnya tersenyum kembali. “Baru juga kenalan, kok udah ngegombal sih”, kata Naomi sambil tersenyum, “Aku gak gombal, serius aku nanya”, protes Rama karena dikira gombal. “Aku serius, gk punya pacar dan belum mau pacaran”, sebuah jawaban yg diplomatis dari Naomi.

Huuffftttthhh, helaan nafas yg begitu dalam kembali keluar dari mulut Rama. “Aku perhatiin kmu dari tadi, sprtinya kmu sedang sedih bgt”, tanya Naomi yg membuat Rama menoleh ke arahnya. “Masalah ama ceweknya?” Naomi bertanya kembali. “Iya”, jawab Rama dgn singkat dan lugas. Naomi mengerlingkan dahinya lalu kembali bertanya, “Emang masalahnya apa?”, Rama mencari kerikil di sela2 rumput yg didudukinya, kemudian dilemparnya ke depan, lalu mencabut rumput dan digulung2kan ke jarinya. “Aku dulu pemain bola, sempat bermain di Liga Singapura”, “Begitu mudah aku mendapatkan kekasih, tapi hatiku tiba2 kepincut oleh Cindy”, jawaban dari Rama, “Oh, nama ceweknya Cindy? Trus2, lanjutin donk”, Makin lama, Naomi makin penasaran dgn cerita Rama.

“Kami sudah berniat menikah tahun ini, tapi ada tragedi 6 bulan yg lalu, aku cidera parah, dan klub tidak memperpanjang kontrakku, jadi aku harus kembali ke Indonesia dan nganggur hingga saat ini”, jawaban dari Rama cukup bisa dijadikan kesimpulan tentang masalahnya saat ini. Rama menjelaskan bahwa Cindy meninggalkannya lantaran dia bukan lagi seorang pemain sepakbola dgn penghasilan tinggi.

“Emang Cindy ninggalin kmu gitu aja?” Tanya Naomi kembali. “Dia mulai berubah sejak aku putus kontrak, mulai cari2 alasan hingga akhirnya Minggu lalu Cindy mutusin aku”, jawaban dari Rama diikuti dgn helaan nafas yg begitu panjang dari keduanya. Semilir angin sepoi sepoi bertiup dgn sejuknya. Cahaya di langit mulai menunjukkan warna jingganya. Senja mulai datang menyambut sang rembulan. Suasana yg begitu romantis, obrolan mereka berdua makin dalam, benar2 dari hati ke hati.

Berkali2 mereka berdua menghela nafas panjang, pertanda permasalahan yg dialami adalah sama, yaitu tentang cinta. “Aku mencintai cowok yg dicintai oleh adikku sendiri”, perkataan dari Naomi yg membuat Rama sedikit terkejut membayangkan konflik tersebut. “Tapi pada akhirnya, cowok itu menyatakan cintanya kepadaku, hanya saja aku gk mau menyakiti perasaan adikku”, sebuah keputusan yg bijak dari seorang kakak. Walaupun sesungguhnya pengorbanan akan cinta tidak harus dilakukan, karena ada banyak pilihan di luar sana. Mereka berdua mencoba saling menasehati, memberikan solusi, saling memotivasi, memberikan kekuatan, hingga timbul chemistry di antara mereka berdua. Selalu, kepada siapa jatuh cinta, Perasaan tak dapat berhenti, Pria dan wanita, bila bersama, Sudah pasti ada sesuatu, Reaksi kimia.

Naomi menepuk pundak Rama, di saat dirinya mulai bercerita tentang pengorbanan, yg membuat matanya berkaca2. Entah berapa kerikil yg telah diambilnya dan dibuangnya kembali, entah berapa helai rumput yg telah dicabut dan dilingkar2kan ke ujung jarinya.

45b5250bd9773eafb45bb56ee3e20fe5.jpg

Matahari pun terbenam, mengubah warna biru di langit malam, menjadi warna hitam yg gelap namun bertabur bintang. Semilir angin yg semula menyejukkan badan kini berubah menjadi dingin dan cukup menusuk di dada. Namun, itu tidak berpengaruh bagi Rama dan Naomi yg sedang asik dan terhipnotis oleh kisah perjalanan cinta mereka masing2. Udara makin dingin, suasana makin hening, cahaya lampu remang2 cukup membuat romantisnya suasana. Tanpa tersadar mereka berdua sudah dalam tingkatan merasa nyaman, lalu tiba2, tangan Naomi meraih lengan Rama, kemudian kepalanya bersender di bahu Rama, seakan2 tenggelam dalam kisah yg diceritakan.

Naomi bercerita dan tanpa tersadar air matanya menetes. Kisah cintanya begitu dalam, namun harus kandas, karena suatu alasan yg benar2 langka. Rama menggenggam tangan Naomi, jari2nya menyusup di antara jari jemari Naomi, kemudian digenggamnya dgn erat, seakan2 memberi kekuatan dan semangat baginya. Perlakuan romantis ini bukanlah cerminan dari sikap murahan keduanya, melainkan terhanyut dalam suasana dan cerita.

Tangan kanan Rama menghapus air mata yg terjatuh di pipi Naomi. “Ohhh betapa lembutnya pipi ini”, sebuah ungkapan di dalam hati Rama yg menyentuh kulit Naomi. “Bagaimana Cindy? Apakah dia cantik?”, tanya Naomi soal fisik Cindy kepada Rama. Sebelum menjawab, Rama kembali mencari sebuah kerikil, kemudian menarik nafas begitu dalam, membuka layar HPnya, lalu menunjukkan sebuah foto, “Hmmmm, dia cantik, wajar aja kamu cinta”, kata Naomi. Tangan mereka terlepas, Naomi kembali duduk dalam posisi normal sambil memperhatikan wajah Cindy.

“Ahh, sudahlah, ini masa lalu”, kata Rama kemudian mengambil kembali HPnya dari tangan Naomi, lalu menghapus foto2 Cindy. “Sudah waktunya untuk menatap ke depan”, kata Rama kembali menunjukkan ketegasan di wajah dan sikapnya. Naomi melihat jam tangan fossil yg dikenakannya. Naomi menghentakkan kakinya, lalu berpegang pada lutut kemudian berdiri. “Sudah waktunya pergi”, kata Naomi singkat, “Boleh minta nomernya gak? Atau Line gtu?”, tanya Rama seakan2 tidak ingin kehilangan gadis tersebut. “Lain kali ya, makasi ya udah temenin aku”, kata Naomi sambil berjalan mundur, kemudian berbalik badan dan berlalu pergi, ingin kukejar dan menanyakan kontaknya kembali, namun pasti akan meninggalkan kesan yg tidak baik. “Tapi gadis itu, siapakah dia? Hanya sekedar namakah yg kudapatkan malam ini?” Kata Rama dalam hatinya sembari memandang Naomi dari kejauhan yg sedang berjalan kemudian menghilang tertutup oleh pepohonan rindang di taman.

Kalau boleh jujur, Naomi lebih cantik dari Cindy, tetapi Rama bukanlah seseorang yg suka tergesa2 apalagi dalam hal percintaan, karena secara jujur, Naomi sudah dapat menarik perhatiannya namun belum masuk ke tahapan menyentuh hatinya. Kesendirian kembali menyerang Rama. Malam semakin larut, desiran angin dingin menyeruak menembus kemeja yg digunakan. Semua berasal dari hati, jika hati sedang bahagia maka rasa dingin pun berubah menjadi hangat, dan kehadiran Naomi tadi sempat membuat Rama melupakan suhu dingin serta kisah kelam cintanya.

Malam makin sunyi, hanya ada beberapa orang yang berkumpul di luar taman, beberapa pedagang keliling masih semangat menjajakan dagangannya, mencari rezeki hingga tengah malam di tengah kerasnya kehidupan di Ibu Kota.

JAM 11 Malam

Sebuah notifikasi yg menandakan kalau Rama telah mendapatkan driver pesanannya, menuju ke sebuah daerah di daerah Manggarai. “Halo Pak, saya tunggu di depan Taman Suropati, saya pake baju kemeja warna biru”, Rama menjelaskan posisinya saat ini kepada Driver Gojek yang dipesannya. Tak lama kemudian datanglah Gojek tersebut lalu mengantarnya ke sebuah kost. “Eh baru pulang”, tanya seorang wanita malam yang kebetulan satu kost dengan Rama. Sebuah potret kehidupan yg penuh warna warni, kehidupan Rama yg dulunya tinggal di sebuah Apartment dengan berbagai fasilitas di Singapura, kini harus rela tinggal di kamar kost berukuran 3×3 meter.

Bukan tentang wanita malam, bukan tentang masa lalu yg indah, dan bukan tentang kamar berukuran kecil, namun ini semua tentang Naomi. Seorang gadis cantik yg tadi dilihatnya dan sempat bersikap manja padanya. Apakah dia dihadirkan oleh Tuhan untuk mengisi hati Rama yg sedang terluka? Pasti ada hikmah di dalam sebuah pertemuan yang tidak disengaja.

Semakin malam, sebuah pribadi yg lain muncul dari dalam diri Rama, mencaci maki dirinya yg tidak berhasil mendapatkan nomor kontak Naomi. Ya, penyesalan selalu datang terlambat, kalau saja Rama agak sedikit memaksa, pasti malam ini sudah ada ucapan selamat tidur yg dikirimnya. Ohh gadis misteri, dia tidak akan hadir jika tanpa suatu alasan, tidak mngkin memberi warna kemudian menghapusnya begitu saja.

BERSAMBUNG
 
Lanjutkan suhu mantap nihh pasti kelanjutannya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Awal yang romantis...
Ga sabar pengen tau kelanjutannya...
Keep it up Suhuu
 
Rama & Shinta
(Story of Naomi JKT48)
PART I
I
Kicauan burung saling bersahutan memecah pagi, seteguk kopi pahit buatan seorang wanita malam yg peduli dengan Rama. Namanya adalah Ningsih, namun dia dikenal sebagai Neng Vina saat malam. Usianya terpaut 3 tahun, dimana Ningsih lebih tua dari Rama. Wajahnya manis berkulit eksotis dan bertubuh langsing dengan buah dada yg sedikit menonjol dan bokong yg bulat. Kamarnya berhadapan dengan kamar Rama, setiap pagi Ningsih selalu membangunkan Rama, membawakannya sarapan, itu dilakukannya dgn ikhlas tanpa meminta balasan, seolah2 Rama dianggap sebagai adiknya sendiri.

Pagi begitu cerah, “Heyyy”, tiba2 Yanti menepuk pundak Rama dan mengagetkannya. Yanti, seorang karyawan swasta, bertubuh kurus, berhijab kalau sedang bekerja. “Ehhhh, kaget tau”, protes Rama. Pemuda ini memang terkenal humble dan gampang bergaul, apalagi dengan lawan jenis. Wajah latinnya membuat banyak wanita dekat dengannya. “Jangan gangguin Rama, dia lagi patah hati tuh”, kata Jono, seorang cowok berbadan tegap dan kalau malam namanya menjadi Jeni yg saat itu sedang menyemir sepatunya. Cekrek, kenop pintu terbuka dari samping kamar Rama, dan keluarlah seorang lelaki muda sudah mengenakan seragam angkatan diikuti oleh kekasihnya, Lilis. Ya, Lilis adalah seorang mahasiswi tingkat akhir. Sesekali pacarnya menginap di kost Lilis dan apabila mereka bercinta, wowww, suara desahannya membahana seantero Kostan.

Kehidupan di kost yg penuh warna, penghuni dari berbagai latar belakang, namun semuanya sudah seperti keluarga sendiri, hidup saling tolong menolong. Jika ada yg terkena masalah, mereka saling curhat dan memberi solusi, kecuali Rama yg agak tertutup. Bukan karena sombong, namun dia baru 2 bulan tinggal di kost ini.

Pukul 1 Siang

Keadaan Kost agak sepi, mereka semua berkegiatan, kecuali Ningsih. Dia memang seorang wanita malam, wanita penghibur, namun kepeduliannya dan keramahannya membuat penghuni kost menganggapnya sebagai kakak tertua, dia dijadikan tempat curhat, tempat mencari nasehat dan mencari solusi dari setiap permasalahan warga Kost ini. Kata2nya emang bijak, tapi kalau sudah memakai baju dan celana ketat, semua mata tertuju padanya. Selain parasnya yg ayu khas lokal bgt, tubuhnya jg langsing dan seksi. “Hari ini gak casting lu?” Tanya Ningsih pada Rama, “Belum ada panggilan nih”, jawab Rama.

Semenjak menganggur, Rama sering coba2 ikutan casting, namun hingga saat ini belum ada panggilan dari pihak Production House. Nasib orang tidak ada yg bisa menebak, walaupun sudah sembuh dari cidera yg dideritanya, tapi belum ada satu klub bola pun yg berminat meminangnya. “Eh lu ngeliatin pantat gw yahh”, tiba2 sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ningsih, “ehhh, mmmm, nggak, suerrr deh, nggak”, jawaban dari Rama yg agak sedikit gelagapan memecah lamunannya. Ningsih pun tertawa, trnyata dia hanya niat menjahili Rama. Bruk Bruk Bruk, suara langkah kaki sedang berlari, membuka gerbang Kost lalu masuk ke dalam, ternyata itu Hendro, “Eh, Ram, ikut ke kamar gw, ada yg baru nih”, kata Hendro mengajak Rama dgn antusias.

Hendro adalah seorang penjaga toko yg punya hobby agak aneh. Dia suka mengoleksi hal2 yg berbau Jejepangan. Hmmmm bukan Jepang juga sih, lebih tepatnya hal2 yg berbau Idol Grup, lebih spesifik lagi? Hal2 yg berbau JKT48. Usianya 22 tahun, terpaut 2 tahun dari Rama, jadi hanya Rama lah yg cepat dekat dengannya.

1.jpeg


Bruuuk, pintu kamar ditutup, lalu Hendro mengeluarkan sebuah DVD dari tasnya, lalu mengeluarkan Lighstick, kemudian mematikan lampu dan menyalakan Laptop lalu memutar DVD tersebut. Oiii Oiii Oiiii, “Eh ayoo ikutan donk”, kata Hendro. Yaaa, selama ini hanya Rama yang bisa “berpura2” antusias terhadap hobbynya, dan “berpura2” ikutan hobby jg. “Wahhh Cinhap bro, duhhh cantiknyaaa, ehhh liat tuh, Zara, emng lincah yaa, pantes aja dia senbatsu terus”, kata Hendro, entah maksudnya apa, tapi Rama memasang wajah antusias. “Ohh Zara senbatsu terus ya? Keren ya, imut lagi”, kata Rama berusaha menyenangkan hati Hendro, hahaha.

Kemudian Hendro mengambil sebuah foto dari tasnya, lalu memamerkannya ke Rama, foto yg disebut twoshoot, atau foto berduaan dengan idolanya. Ternyata itu adalah foto Hendro dan Zara yg sedang berdua dengan latar belakang dinding yg itu2 saja. Ya, karena beberapa fotonya berlatar belakang sama. Rama melihat dan mengangguk2. “Wah keren lu Ndro, bisa foto berduaan”, kata Rama, kembali “berpura2” memuji. “Bro, gw mau kasi tau lo sesuatu, tapi ini rahasia kita berdua ya”, kata Hendro setengah berbisik, “Apaan bro?”, tanya Rama. “Waktu HS, Zara pernah ngasi tau gw, klo trnyata selama ini dia sering memperhatikan gw, baca2 mention dari gw, itu berarti dia ada memendam rasa ama gw bro”, jawab Hendro, membuat Rama sedikit bingung… Hmmmm (spesialnya dimana yahh?) dalam hati Rama bertanya, namun karena ingin tetap “berpura2” antusias, Rama hanya mengangguk2 dan memasang tampang keheranan.

Kasian jg sih si Hendro, terjebak cinta platonik. “Klo Zara jadi istri gw, tiap hari gw entot bro”, kata2 dari Hendro mulai liar, “Waduh, mulai mesum deh lu”, protes Rama, “Gw serius, apalagi klo ama Cinhap jg, gw ajak threesome, ohhh yesss”, Hendro mulai menggila dgn imajinasinya. “Ahhh udahlah, aku mandi dulu ya”, Rama mulai risih, lalu meninggalkan kamar Hendro.

Pukul 4 Sore

2-6.jpg


Rama mengenakan kaos berwarna putih, celana jeans pendek selutut, menyalakan HP dan memakai Headset, kemudian berlari. Terkadang dia tetap berolahraga menjaga stamina tubuhnya. Kali ini tujuannya berlari adalah Taman Suropati yg letaknya beberapa kilometer dari Kostnya. Butuh waktu sekitar 30 menit dgn berlari kecil. Alunan musik New Electro House memberi semangat untuk Rama.

Setelah 40 menit berlari, tibalah Rama di taman tersebut. Tidak hanya dirinya, ada beberapa orang yg sedang jogging dgn style yg hampir sama. Setelah tiba di Taman tersebut, mulailah hati Rama bergejolak, berlari mengelilingi taman, melihat kesana kemari, mencari sosok gadis yg ditemuinya kemarin. Berkali2 dia memutari taman, tapi tidak ada tanda2 kehadirannya. Seketika itu Rama tertunduk lesu, harapannya untuk bertemu Naomi pupus. Rupanya pertemuan pertamanya telah meninggalkan kesan bagi dirinya.

Dengan langkah gontai Rama berjalan, kemudian duduk di tempat kemarin, bersandar pada sebuah pohon, memetik 3 helai rumput, lalu diikatnya membentuk simpul yg tak jelas. Kemudian memandang langit, sambil mendengarkan lagu The Actor milik MLTR melalui headset yg dikenakannya sejak tadi. Dibuang simpul2 rumput yg dibuatnya tadi, kemudian bersandar sedikit merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata sambil menikmati matahari senja.

Pukul 5 lewat 30 Sore

Tak terasa matahari sudah tak tampak, tertutup oleh gedung2 tinggi ibu kota. Rama membuka matanya, melihat sekitar, masih ada beberapa orang sedang menikmati suasana nyaman di taman. Merasa masih memiliki teman, Rama kembali memejamkan matanya sambil melamun. Entah apa yg dilamunkannya, namun sepertinya sesuatu yg berkesan, karena senyum sempat terkembang dari bibirnya. “Rama”, sebuah sentuhan dan suara dirasakan oleh Rama di lututnya yg menekuk tersebut. Saat dibuka matanya. “Naomi, aku nyariin kamu dari tadi”, kata Rama dengan senyum sumringah, tidak bisa ia sembunyikan kegembiraannya kali ini.

3-3.jpg


Kemudian Naomi duduk di samping Rama yg tampak begitu sumringah. “Gak nyangka ketemu kmu lagi dsini”, kata Rama yg terus tak dapat menyembunyikan senyumannya. “Aku jg iseng aja sih lewat sini, eh trnyata ketemu kmu lagi”, kata Naomi, yang saat itu mengenakan kaos berwarna hitam bertuliskan Something.CO dgn celana legging selutut berwarna abu rokok. Tampak rambutnya sedikit basah karena keringat, kemudian dagu dan leher yg juga basah sehingga menghasilan kilapan saat terkena pantulan cahaya lampu remang2 di taman. Lehernya yg putih dan jenjang tak luput dari perhatian Rama yg saat itu tengah sibuk mencari kerikil sambil sesekali mencuri pandang ke wajah Naomi.

Saat mata mereka bertemu, senyum pun terkembang satu sama lain. “Kok baru nongol nih?” Kata Rama bertanya, seolah2 mereka sudah sering bertemu, “Iya, aku abis latihan tadi”, jawab Naomi singkat. “Latihan apa? ngeDance? Basket?” kata Rama menebak, “Kok tau hobby aku sih? Aku suka dance ama basket jg”, jawab Naomi kembali.

“Boleh minta kontak kamu gak?” pinta Rama, kemudian Naomi menyodorkan tangannya, meminta HP Rama. Setelah diberikan oleh Rama, kemudian Naomi mengetikkan nomor HP dan disimpan oleh Naomi sendiri. Mereka pun kembali ngobrol, tak terasa cahaya bulan mulai tersenyum di langit malam menyaksikan keakraban sepasang muda mudi yg mengalami nasib sama soal percintaan. “Makan yuk”, ajak Rama, disambut dengan anggukan kepala dari Naomi tanda mengiyakan ajakannya.

Rama pun berdiri hanya dgn sekali hentakan kaki, kemudian menyodorkan tangan ke arah Naomi, dan dengan sekali tarik, Naomi berdiri seutuhnya. Mereka berdua berjalan, mengelilingi taman, padahal ada penjual nasi goreng di dekatnya, namun mereka malah memilih jalur terjauh. Ahhhh, rupanya bibit2 cinta sudah mulai tumbuh di antara mereka, walaupun terlalu prematur untuk mengambil kesimpulan, namun bagi seorang wanita, kenyamanan adalah syarat utama dan pintu masuk menuju hatinya.

Mereka berjalan dgn langkah yg kecil dan lambat, seakan2 waktu berjalan lambat dan tidak ingin untuk dilalui. Akhirnya mereka memilih sebuah lalapan bebek yg terletak di ujung taman. “Pesan 2 ya bang”, kata Rama kepada cowok penjual Lalapan Bebek. “Minumnya apa?” tanya abang penjual, “Teh anget, teh anget”, suara Rama dan Naomi kompak mengatakan teh hangat. Mereka saling liat dan tersenyum, lalu duduk di sebuah tempat duduk beton dgn sandaran besi pipa sambil menunggu pesanan mereka.

bebek-boromeus_watashinogurume-dot-wordpresscom.jpg


Tak sampe 3 menit, makanan mereka datang diantarkan oleh abang tadi, kemudian teh hangat mereka jg datang. Belum mulai makan Naomi mencuci tangannya terlebih dahulu kemudian menggenggam setengah porsi nasi miliknya, lalu diambilnya dan ditumpahkan ke piring Rama. “Ehhhh, kebanyakan punyaku”, protes Rama, yg kemudian mengembalikannya kembali, tapi ditolak oleh Naomi sambil tertawa lalu menyentak menjauh. Kakinya menyenggol teh hangat milik Rama yg kemudian tumpah mengenai paha Rama. “Ahhhh”, kata Rama merasa kepanasan, “Duh maaf, ehh maaf bgt”, kata Naomi yg dgn refleks mengelap paha Rama yg ketumpahan teh hangat yg trnyata masih panas itu.

Tiba2 Rama melihat ke arah Naomi, “Ehhh maaf ya”, Naomi salah tingkah, karena refleks memegang paha Rama. Melihat tingkah laku Naomi membuat Rama tersenyum padanya. Kemudian makan malam pun berlangsung. Rama makan dgn lahapnya, sementara itu Naomi makan dgn porsi yg kecil2, entah karena jaim di depan Rama ataukah emang cara makannya begitu. Sesekali mereka saling lihat, lalu mengobrol singkat dan kemudian melanjutkan menghabiskan makanannya. Beberapa kali Naomi menyeruput teh hangat miliknya. Tatapan mata Rama begitu fokus memperhatikan gerak gerik Naomi. “Kok ngeliatin aku terus sih?”, tanya Naomi dgn tiba2 seolah2 menyadarkan lamunan Rama.

Mendapatkan pertanyaan secara tiba2, “uhukk uhuukkk”, Rama terbatuk, mungkin karena keselek atau ada alasan lain. Melihatnya batuk, Naomi segera menyodorkan teh hangat miliknya yg kemudian diambil dan diminum sedikit oleh Rama. “Tuh, makanya jgn usil klo lagi makan”, kata Naomi. Mereka pun menghabiskan makanannya, kemudian mencuci tangan lalu Naomi meminum teh hangat tadi hingga setengah gelas dan sisanya diberikan kepada Rama.

Hmmmm, ini sebuah pertanda, minum di gelas yg sama, saling berbagi, saling peduli, apalagi kalau bukan cinta? Ahhh, jangan terlalu pede dulu. Bisa jadi ini hanyalah kepedulian saja. Setelah menghabiskan teh hangat tadi, Rama meminta segelas air mineral kepada abang penjual bebek tersebut, lalu menanyakan harga kemudian membayarnya. Naomi dan Rama kembali berjalan ke tempat tadi. Mungkin dari sekian banyak tempat, hanya tempat itulah yg nyaman.

Setelah sampai di tempat tersebut, keduanya kembali duduk, Rama bersandar pada pohon, lalu Naomi duduk sambil memeluk lutut. Naomi mencari kerikil di bawah kakinya, kemudian melemparnya ke depan, sebuah kebiasaan baru karena tertular oleh Rama. Mereka berdua lebih banyak berdiam diri, tapi terasa saling menikmati suasana hening dan nyamannya taman di bawah cahaya sinar bulan. “Kesibukannya apa nih?” Tiba2 Rama bertanya memecah keheningan, “Hmmm, ada deh”, jawab dari Naomi sambil tertawa kecil, “Tinggalnya dimana?” Rama kembali bertanya, “Mmmm, ada jg, hihihi”, kembali dijawab begitu oleh Naomi. “Ya udah deh klo gk mau kasi tau”, kata Rama sedikit cemberut.

Naomi tidak bermaksud menyembunyikan jatidirinya, namun masih terlalu dini untuk mengungkap siapa dirinya pada orang asing, walaupun sudah terasa sangat dekat. Mungkin di dalam hati Naomi, masih ada bayangan Stefan yg terus mengganggu dirinya.

21480406_126504754753059_1589229030136086528_n.jpg


“Pulang yuk”, tiba2 kata2 tersebut keluar dari mulut Naomi, sebuah kata2 yg sangat tidak diinginkan oleh Rama yg masih ingin bersama dirinya. Hmmm, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Siapa tau Naomi harus kuliah atau bekerja esok pagi. Rama sempat mengiyakan, tapi Naomi masih belum juga beranjak dari duduknya. Rama yg masih nyaman berada di dekatnya juga tidak mau berdiri terlebih dahulu. Akhirnya mereka berdua kembali diam tanpa kata.

Rama meraih tangan Naomi, digenggamnya dgn erat sambil berkata, “Yuuk, pulang, kasian kamu, kecapean”, kata Rama yg kemudian berdiri duluan dan menarik tangan Naomi. Mereka berdua sudah berdiri, tangan Rama masih menggenggam tangan Naomi, makin lama makin erat, kemudian Naomi pun memegang tangan Rama, seakan2 mereka berdua masih ingin bersama. Naomi mendekat ke arah Rama, begitu dekat. “Aku pulang dulu ya”, tiba2 Naomi berbalik badan kemudian tangan mereka masih saling menarik, meregang dan akhirnya terlepas.

Naomi pun berjalan dengan langkah yang cukup cepat. Berlalu hingga menghilang di balik pepohonan di taman. Oke, sudah cukup pertemuan hari ini, Rama sedikit lega, karena mendapatkan nomor kontak Naomi. Dipesannya ojek online oleh Rama, dan beberapa saat kemudian tibalah ojek online tersebut yg mengantarnya ke Manggarai.

“Eh bangsat, gw bukan cewek murahan kyk lo”, “Gw jg bukan cewek murahan tau, lo yg bangsat”, “Ahhhh, lu ngentot sampe kedengeran kita semua masih aja ngaku bukan cewek murahan”, suasana di kost sedang gaduh saat Rama tiba. Yanti dan Lilis hampir saja saling jambak kalau saja tidak ada Jono dan Ningsih. “Ada apa sih?” Tanya Rama yg bingung. Kemudian Lilis masuk ke kamarnya dan membanting pintu, diikuti oleh Yanti yg juga kembali ke kamarnya sendiri. “Si Yanti, kata dia, pacarnya Lilis gangguin Yanti, trus si Lilis gak terima bgt”, kata Ningsih.

Ahhh, hanya masalah miskomunikasi doank nih. Emang cowok, kebanyakan melihat rumput tetangga lebih hijau. “Gimana kencan kamu?” Tanya Jono kepada Rama, “Kok tau klo aku kencan?” tanya Rama yg kebingungan. “Ya Tau lah, tuh wajah kamu cerah bgt, kyk org lagi seneng”, jawab Jono kembali, disambut dengan tertawaan oleh Ningsih. Rama hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jono. Kemudian Rama masuk ke dalam kamarnya. “Ehhh, ngapain kmu dsini Ndro?” tanya Rama, trnyata Hendro sedang tiduran di kamar Rama yg jarang dikunci, karena tidak ada barang berharga di kamarnya.

Hendro tiduran sambil melihat HPnya, “Lagi bayangin ngentot ama Zara n Kyla nih, gmana klo mereka berdua rebutan kontolku ya?”, kata Hendro, “Eh sialan, mesum bgt sih lu, udah, gw mau tidur nih”, kata Rama, dan kemudian Hendro bergegas keluar dari kamar Rama dan kembali ke kamarnya. Rama sempat menggeleng2kan kepalanya melihat kelakuan Wota satu ini.

BERSAMBUNG
 
baru nyimak cerita ini, awalnya menarik juga, btw KENAPA ADA FOTO ZARA hhhhhhhh
 
Ini mah copas, ane copas kemaren langsung siblock
 
Wah, nunggu update'an nih
Semoga cepet ada update nya
 
Rama & Shinta
(Story of Naomi JKT48)
PART I
II
Suara rintik2 hujan yg mengenai atap seng tempat parkiran motor menghasilkan suara gemuruh yg sungguh mengganggu hingga membuat Rama terbangun di pagi ini. Namun hujan di pagi hari adalah sebuah hal terindah yg akan dia rindukan kelak karena menyimpan banyak memory indah. Rama menggeliat, kemudian mengucek2 matanya lalu duduk. Hal pertama yg dilakukannya setelah kesadarannya sudah mencapai 100% adalah mengambil HP kemudian mengeceknya. “Met bobo’ jg ya, Have a nice dream”, itulah balasan chat semalam yg belum sempat dibaca oleh Rama dari Naomi. Cukup sebaris kalimat dari Naomi sudah cukup membuat paginya Rama menjadi berbunga2.

Dua hari adalah waktu yg sangat singkat untuk mencintai seseorang, namun Love at First Sight bukanlah bualan. Bukan kata2 gombal untuk merayu, tapi benar2 dirasakan, walaupun kadarnya tidak sebesar cinta Rama pada Cindy, tapi lambat laun mampu mengikis hingga malam2 Rama tidak lagi meratapi kesedihan akibat gagalnya rencana masa depan yg dirajut bersama. “Selamat pagi, jgn telat sarapan ya”, Rama kembali mengirimkan chat pada Naomi di pagi buta ini.


Kutatap langit di pagi hari, kuawali hari dengan doa, semoga satu hari ini bisa, dipenuhi oleh senyum, sayup2 terdengar sebuah lirik lagu yg begitu bermakna membuat Rama terfokus mendengar. Lagu tersebut dari kamar Hendro, si maniak JKT48. Tapi lagu ini benar2 cocok didengarkan di pagi hari, lirik lagu dan nada yg membangkitkan semangat. “Ningsih, makasi sarapannya”, suara dari Joseph, seorang Preman dari Timur yg jg tinggal di kost itu, tapi jarang terlihat.

Tok tok tok, “Rama, nih sarapannya”, ketokan pintu dari Ningsih di kamar Rama. Sesaat kemudian Rama membukakan pintu, lalu Ningsih masuk membawa Nasi Goreng omelet dan teh hangat. “Teteh udah sarapan?”, tanya Rama, “Udah kok, kmu sarapan aja”, jawab Ningsih. “Teh, ada pnya kenalan tukang pijet gak? Badanku pegel semua nih, kmarin abis olahraga”, tanya Rama sambil melahap sarapan paginya, “Eh, teteh aja yg mijet, teteh jago lo”, jawab Ningsih sambil tersenyum. Setelah sarapan, Rama meminum teh hangat, kira2 setengah gelas, lalu sisanya ditaruh kembali di mejanya.

Ningsih sempat pergi ke kamarnya lalu kembali lagi ke kamar Rama membawa minyak untuk pijet. “Nih klo gk percaya, teteh punya minyaknya kok”, kata Ningsih. Rama hanya tersenyum, “Serius nih mau pijetin aku?”, tanya Rama, “Udah, buka baju sono, pake kolor aja”, kata Ningsih. Lalu Rama mengambil sebuah karpet kemudian membentangkannya serta mengambil sebuah bantal. Setelah itu Rama membuka bajunya dan hanya mengenakan celana kolor yg memang sudah dipakainya untuk tidur.

Rama pun tidur tengkurap beralaskan karpet. Ningsih menutup pintu kemudian mulai mengoleskan minyak mulai dari bagian kaki. Diurutnya kaki Rama dengan penuh kesabaran. “Gmana, pas gak? Atau kurang keras?”, tanya Ningsih, “Pas bgt teh, enak bgt”, jawab Rama. Setelah beberapa saat mengurut bagian kaki hingga ke paha, kini Ningsih beralih ke punggung. Jari2 Ningsih mulai bermain, jempolnya begitu kuat menekan punggung Rama dan membuatnya sedikit kesakitan. Hampir 2 jam Rama dipijat, rupanya Ningsih selain perhatian juga pemijat professional. Dia benar2 mengetahui titik2 pijatan.

Setelah dipijat, Ningsih pun kembali ke kamarnya, dan Rama mulai membersihkan dirinya kemudian mandi. Hari ini ia berencana untuk ikutan casting. “Selamat pagi Rama, maaf baru bales, btw, ntar sore ke taman lagi gak?”, isi chat dari Naomi yg dibaca oleh Rama setelah mandi. “Iya, gpp, trgantung, klo kmu ksana, aku jg ksana”, jawab Rama. “Ya udah, ntar ketemu jam 4 aja ya, coz aku gk bisa sampe malem”, jawab Naomi. Chat ini kembali membuat Rama sumringah, bibirnya tersenyum karena bahagia. Kebahagiaan membuatnya semangat menjalani aktifitas. Semua berawal dari hati yg bahagia. Rama melakukan casting dgn sempurna. Dia berharap banyak dari casting, karena selama ini, dia hanya hidup dari sisa tabungan dan pesangon dari mantan klubnya.

Tepat Pukul 4 Sore

blue-sky-with-clouds_1112-454.jpg


Rama duduk di tempat biasa, cuaca yang hangat karena perpindahan dari siang menuju malam. Seakan2 tidak ingin terlambat sedetikpun, Rama tiba 15 menit sebelum pukul 4 sore. Dengan wajah yg sumringah Rama menatap langit. Langit biru dgn sedikit awan yg bergulung, tampak begitu cerah, sudah tidak ada lagi bayangan mantannya yg begitu mengganggu. Berbagai pertanyaan dan bahan obrolan telah dipersiapkan olehnya, agar pertemuannya kali ini akan lebih berkualitas.

Rama mengambil sebongkah batu, kemudian mengukir tanah berumput yg didudukinya dgn tulisan NAOMI. Pertanda apakah ini? Cintakah? Jantungnya berdegub lebih kencang dari biasanya. Tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya. 30 menit berlalu, masih belum ada tanda2 kedatangan Naomi. “Aku udah di taman”, chat dari Rama belum dibaca oleh Naomi. “Mungkin aja kena macet”, ungkapan Rama di dalam hatinya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Pukul 5 Sore

Satu jam sudah Rama menunggu di taman ini, rasa resah menyelimuti dirinya, jantungnya yg berdegub kencang karena bahagia berubah menjadi rasa gelisah yg teramat dalam. Satu jam adalah waktu yg cukup lama menunggu seseorang. Chat yg dikirimnya belum dibaca oleh Naomi. Rama pun duduk menekuk lutut dan kepalanya tertunduk lesu ditopang oleh kedua lututnya.

Pukul 6 kurang 15 menit

Perasaan putus asa bergelayut di hati Rama. Tidak ada lagi semangat di dalam dirinya. Posisinya tidak berubah sejak tadi, menandakan lesu yg amat sangat. Gadis yg hampir saja dapat menghapus nama Cindy dari hatinya kini tidak datang menemuinya. Perasaan kecewa berubah menjadi khawatir, “Jangan2 terjadi apa2”, hati Rama menjadi bergejolak. Rama mencoba menelpon Naomi berkali2, namun ternyata nomor Naomi tidak aktif. Berbagai usaha dilakukan namun semuanya gagal. Rama pun kembali tertunduk lesu.

Pukul 6 Kurang 5 menit

aa.jpg


Di tengah mata yg terpejam, Rama menghela nafas yg panjang. “Rama”, tiba2 sebuah suara menyadarkannya. Sontak Rama pun berdiri ketika melihat suara itu dari mulut Naomi. “Maaf bgt ya, kmu gk marah kan?”, tanya Naomi, “Aku gak marah, tapi aku khawatir, kenapa sih gk bales chat aku?”, protes Rama yg benar2 khawatir dgn keadaan Naomi.

“Maaf bgt ya, aku tadi ada kegiatan yg bener2 gk bisa ditinggal”, “Trus HP aku mati, lowbatt, lupa bawa powerbank”, “Sebenarnya aku ada show di theater ntar lagi”, “Tapi aku sempetin kesini buat ketemu kamu, walaupun bentar”, Naomi berusaha menjelaskan. “Show apa? Theater apa?”, tanya Rama yg sedikit kebingungan. “Maaf bgt ya, aku ksini cuma mau ketemu bentar aja, aku pergi ya, aku udah terlambat”, kata Naomi. Wajahnya tampak sedikit lusuh, berkeringat, nafasnya tersengal seperti orang yg sedang kelelahan. “Aku pergi dulu yaa, Daaa”, kata Naomi seraya berjalan mundur meninggalkan Rama.

Rama sedikit kecewa karena penantiannya yg hampir 2 jam itu terasa sedikit sia2. Tiba2 Naomi kembali menoleh dan sedikit berteriak, “Minggu ya, kita jln klo ada waktu”, kata Naomi, kemudian Rama memberikan jempol tanda setuju. Di tengah kesibukannya, Naomi masih menyempatkan waktu menemui Rama. Apakah perasaan kedua insan ini sama? Hanya mereka berdua yang tau.

Rama pun kembai ke kostnya, wajahnya sedikit murung, walaupun hatinya tidak terlalu kecewa karena pertemuan yg singkat tadi sudah cukup bagi Rama untuk membuktikan kalau Naomi adalah seorang wanita yg komitmen. Langkah kaki Rama terdengar dari ruangan tengah Kost, saat dibuka pintu, betapa terkejutnya ia. Jono, Ningsih, Yanti, Lilis, Joseph, Hendro dan 2 orang temannya sedang duduk dan makan2 di ruang tengah.

272px-Set_menu_Ayam_Bakar_Tempe_Tahu.jpg


“Siapa ulang tahun nih?” Tanya Rama, “Udah, duduk sini lu, Kang Jono dapet kerjaan nih, kita ditraktir”, jawab Yanti. Rama pun girang mendapatkan berita bahagia tersebut, lalu mengambil nasi dan mengambil sepotong ayam bakar. Woww, sungguh menu yg komplit, Ayam Bakar, Sate Taichan, Martabak Manis, Es Kelapa Muda, semua ada di satu meja. Bener2 pesta besar nih. “Eh, yg dapet kerjaan Kang Jono atau sis Jeni nih?”, tanya Rama, disambut dengan gelak tawa penghuni kost lainnya, kecuali 2 orang teman Hendro yg bingung.

Hendro tampak menambah nasinya, “Eh sembarangan kamu, Jeni wes Modyar”, kata Jono dgn logat Jawanya yg kental. “Aku wes ketrimo kerjo seng halal saiki”, “Ojo nyebut2 Jeni, aku ae isin”, Hmmmm, mungkin hanya Lilis dan Hendro yg mengerti bahasanya tapi sedikit tidak intinya adalah Jono sudah kerja halal sekarang. Lilis dan Yanti tampak akrab kembali. Mereka semua tampak berbahagia, sebuah kost sederhana yg diisi oleh orang2 sederhana dgn latar belakang berbeda2, namun suasana seperti ini akan selalu dirindukan oleh para penghuni kost.

Jono lelaki berusia 37 tahun, berjuang hidup dengan menjadi “waria”, walaupun dia sendiri mengaku kalau dia adalah cowok tulen, dan terpaksa melakukan itu demi anak istrinya di Kampung. Namun kini dia telah mendapatkan pekerjaan yang halal, semua penghuni kost begitu bahagia. Kecuali satu orang, ya, dia adalah Ningsih, sedari tadi wajahnya hanya murung saja.

“Teteh kenapa? Perasaan dari tadi murung terus”, tanya Rama yg bingung melihat Ningsih. Lalu seketika semua mata melihat ke arah Ningsih. “Wes, ojo ditanyai, Ningsih sedih mau pisah ama aku, hehehe”, jawab Jono. Kemudian semua mata beralih ke Jono, mereka bingung, “Pisah? Maksudnya?”, Yanti bertanya, “Iya, lusa Kang Jono balik ke Jawa Timur, udah gak di sini lagi”, jawab Ningsih dgn wajah sendu. Sontak semua penghuni kost terkejut, semua protes, tidak ada yg ingin berpisah dgn Jono. Seketika mereka semua hilang semangat, kecuali Hendro yg tampak sedih namun masih lahap.

Ningsih kemudian menangis dan memeluk Jono, “Udah ahh, kok kyk mau ditinggal mati aja”, “Kan masih ada HP, masih bisa berhubungan”, “Hargai donk saya, udah capek2 beliin makanan, abisin”, Kata Jono berusaha mencairkan suasana kembali. “Huuuuu”, tiba2 suara isak tangis terdengar, ternyata Joseph menangis, sejak tadi dia hanya diam dan makan lalu ikut terbawa suasana. Sontak saja, tangisannya bukannya membuat yg lain sedih, semuanya tertawa terbahak2 melihat Joseph nangis. Wajahnya yg serem dan badannya yg besar, namun suara tangisannya seperti anak kecil.

Ningsih yg tadinya menangis jadi terbahak2 melihat seorang preman menangis tersedu2. Nasi sampe menyembur keluar dari mulut temannya Hendro karena tidak kuat menahan tawa. Jono jadi terbatuk2 karena tersedak, baru kali ini mereka melihat seorang preman sangar menangis tersedu seperti anak bayi. “Woiii, lagi sedih nih, kok malah pada ngetawain”, kata Joseph yg bingung melihat teman2nya tertawa.

Kebersamaan dan kesederhanaan membuat mereka makin erat tanpa sekat tanpa peduli latar belakang dan profesi mereka masing2. Ketika salah satu diantara mereka akan pergi dan berpisah, bagaikan kehilangan sesosok keluarga yg sudah terlanjur disayangi. Tapi bagaimanapun, Jono punya keluarga sendiri yg harus dihidupinya. Pertemuan dan perpisahan menjadi kepastian dalam hidup yg tak bisa dihindari. Kebersamaan seperti ini akan sangat dirindukan. Rama melihat tawa mereka satu persatu, disimpan dalam memorynya sebagai bahan cerita untuk keturunannya kelak.

Hari semakin malam, mereka semua kembali ke kamar masing2, kecuali Joseph, dia keluar memakai jaket berwarna hitam, memacu sepeda motornya entah kmana. Rama pun masuk ke kamarnya, sementara itu terdengar suara begitu ribut dari kamar Hendro, rupanya dia dan teman2nya sedang asik menonton konser JKT48 di laptopnya. Entah apa yg mereka teriakkan. Kriiiiinggg, HP Rama berbunyi, ada telpon masuk, tak lama kemudian Rama berlari mengambil HP lalu mengangkatnya. “Halo, lagi ngapain Rama?”, suara Naomi benar2 menyejukkan hati Rama, “Gk ada nih, lagi diem aja, knp?”, jawab Rama, “Belum tidur?”, tanya Naomi kembali, “Belum ngantuk nih”, jawab Rama kembali, “Jalan yuk”, ajakan dari Naomi sempat membuat Rama bingung, saat dilihat jam di HPnya, sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Tapi ajakan itu tak mungkin ditolak oleh Rama. “Ketemu dmana nih?”, tanya Rama. Akhirnya mereka berdua sepakat bertemu di sebuah taman di dekat Plaza Senayan. Rama pun memesan ojek online.

Pukul 10 lewat 30 menit malam hari

2-8.jpg


Rama turun tepat di samping halte bus depan Plaza Senayan, lalu berjalan menuju taman. Mereka janjian bertemu di sebuah pohon beringin besar yang terletak di samping sebuah Cafe yg buka hingga tengah malam. Dari kejauhan tampak Naomi sedang duduk sendirian sambil memegang HP, dan sesekali menyibak rambut panjangnya. Rama berjalan mendekatinya kemudian duduk di sampingnya secara tiba2. “Udah lama ya?”, tanya Rama, “Nggak kok, baru aja”, jawab Naomi. Tampak dari wajah Naomi, sepertinya dia menyimpan sesuatu yg ingin di share, tapi Rama tidak ingin terburu2, dan ia ingin semua mengalir apa adanya.

Hampir 5 menit mereka terdiam, menghela nafas, menatap ke depan dan tidak saling melihat sama sekali. Rama mencari sesuatu di belakangnya, kemudian ia menemukan sebongkah batu, lalu dilemparnya kemudian ditangkap. Dilempar lagi, kemudian di tangkap lagi. Naomi melihat ke batu tersebut, memperhatikannya, seolah2 tidak ada yg perlu dibicarakan, hanya ingin bertemu saja.

Naomi mengambil ikat rambut dari saku celananya, kemudian merapikan rambutnya dan mengikatnya di belakang membentuk ekor kuda. Rama melihatnya, batu yg tadi dilempar2 kini digenggamnya dgn erat. “Wowww, begitu mulus leher Naomi”, kata Rama dalam hati, sambil menelan ludah. “Hmmmmm, kmu masih kepikiran ama Cindy gak?”, tanya Naomi sambil menghela nafas dalam.

Pertanyaan dari Naomi menjadi pertanda bahwa malam ini akan panjang.

Rama: Klo boleh jujur, aku udah gak pernah mikirin Cindy lagi
Naomi: Udah 100% lupa?
Rama: Ya nggak 100% juga, tapi 90% udah aku lupain, klo kamu?
Naomi: Aku pingin bgt ngelupain Stefan, tapi setiap dia dateng ke rumahku, perasaan itu selalu muncul
Rama: Berarti, kmu masih cinta ama dia?
Naomi: Udah aku bilang, aku gk mngkin cinta ama dia lagi

Hmmmm, sebuah pernyataan yg membingungkan. Posisi Naomi sangat sulit, tapi bagi Rama, ini juga menjadi sebuah dilema, karena secara jujur, Rama bisa melupakan Cindy karena hatinya perlahan2 diisi oleh Naomi. “Hufffttt, mngkin aku harus jujur nih, aku ungkapin aja deh”, kata Rama dalam hati.

Rama: Naomi, aku boleh jujur gak?
Naomi: Ya, kenapa?
Rama: Semenjak kita berkenalan, lambat laun aku bisa ngelupain Cindy, hingga kita ketemu tadi sore, aku benar2 ngelupain Cindy
Naomi: Kok bisa?
Rama: Ya, entah knp aku jadi kepikiran kamu
Naomi: Mksd aku, kok bisa secepat itu?
Rama: Nothing is impossible, and I believe love at first sight
Naomi: Kamu jatuh cinta ama aku?
Rama: Hmmmm, aku tau ini konyol dan terlalu cepat, tapi kenyataannya, aku mulai jatuh cinta sama kamu
Naomi: Jujur, aku jg merasa nyaman sejak pertama kali ketemu sama kamu, entah knp, tapi …
Rama: Tapi kenapa?
Naomi: Aku belum bisa, aku gk mau kmu kecewa, perasaanku ama Stefan terkadang muncul
Rama: Ya udah, aku sabar nunggu kamu sampe kmu bener2 bisa memilih

Rama tampak begitu kecewa, batu yg digenggamnya tadi dilempar sejauh mungkin dan entah terjatuh dimana. Rama menarik nafas yg begitu dalam, kemudian mengambil sebuah daun yg telah mengering lalu diremasnya hingga hancur. Matanya kini menatap langit, menyaksikan indahnya taburan cahaya bintang yg agak redup karena terangnya cahaya lampu di Ibu Kota.

Naomi: Kamu kecewa ya?
Rama: itu manusiawi, sebagai seorang cowok, aku merasa ditolak
Naomi: Tapi itu bukan penolakan, katamu kamu mau nunggu
Rama: Ya, ini hanya reaksi sesaat aja kok
Naomi: Terima kasih ya, mau ngertiin aku

3-5.jpg


Rama pun tersenyum, disambut senyum pula oleh Naomi. “Jalan yuk, muter2, bosen di sini terus”, ajak Naomi sambil berdiri dan menyodorkan tangannya, menarik Rama yg masih duduk. Naomi, seorang gadis cantik dan mungil ini memiliki tenaga yg cukup besar. Kemudian mereka berdua pun berdiri lalu berjalan, menyusuri jalan setapak di taman yg sepi. Kendaraan masih lalu lalang di jalan raya. Mereka berdua terus berjalan. Wajah Rama masih cemberut, seakan2 masih belum mau menerima bahwa dirinya baru saja ditolak. Padahal itu bukanlah sebuah tolakan, hanya menyuruhnya untuk bersabar menunggu waktu yg tepat.

“Udah malem nih, pulang yuk”, ajak Rama. Ajakan ini disangka sebagai sebuah reaksi yg negatif dari Rama akibat ditolak oleh Naomi. “Udah bosen ya jln ama aku?” tanya Naomi ingin memastikan. Rama hanya terdiam, tak menjawab. Mereka masih melangkah dgn santai, namun suasananya berubah. Angin sepoi2 bertiup semilir meninggalkan rasa dingin di wajah mereka berdua. Mereka terus berjalan menyusuri jalan setapak sedari tadi. Rama diam seribu bahasa, dan tidak bisa menyembunyikan mimik wajah kecewa.

Naomi sesekali melihat ke arah Rama, dia terlihat kebingungan karena telah membuat Rama kecewa. “Ya udah deh, kita pulang ya, maaf udah buat kamu kecewa”, kata Naomi. Kemudian Naomi mempercepat langkahnya meninggalkan Rama. Rama hanya terdiam sesaat melihat Naomi meninggalkannya. Tak lama kemudian Rama mengejar Naomi, “Naomi, maafin aku, tapi yg ada di hatiku saat ini cuma kamu, aku hanya merasa jealous dgn Stefan krna kmu … mmmmpphhhh”, belum sempat Rama menyelesaikan kata2nya, tiba2 Naomi menyambar bibir Rama, menciumnya dgn lembut, Rama hanya tertegun dan belum sempat beraksi apapun tiba2 Naomi melepas ciumannya, kemudian berlalu pergi tanpa berkata sepatah katapun. Terlihat Naomi naik ke atas taksi yg ngetem di pinggir jalan.

Rama hanya terdiam, masih bingung dgn apa yg baru saja dialaminya. Entah berapa lama Rama terdiam, masih ada banyak pertanyaan yg belum sempat ditanyakan oleh Rama. Siapakah gadis ini sebenarnya? Sebuah tanda tanya besar kini muncul di benak Rama. “Jalani hidup apa adanya, jgn terlalu dipusingkan, ntar pusing beneran”, sebuah nasehat dari Jono kembali diingat oleh Rama. Diapun menghela nafas dalam, berusaha menenangkan pikirannya.

Huhhhh ... Malam yg “tidak jadi” panjang.

BERSAMBUNG
 
Pertamax kah??
Akhirnya yg ditunggu-tunggu muncul juga... hehhee
Thanks updatenya Suhuu...
 
Bimabet
Hu, update lagi dong. Banyak kok yang suka ceritanya, tapi mereka jarang yg komen aja
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd