Membuat cerita itu harus pakai sense, harus masuk di akal sehat. Ini cerita logis, nggak ya? Apalagi ceritanya bertipe drama non fantasy model begini. Jadi ceritanya nggak terkesan "certot yang asal crot".
Pesantren di dekat pasar, kemungkinan besar pesantren kecil, dan agak kumuh; biasanya buat belajar agama saja, sebagai pelengkap sekolah umum. Bukan pesantren full dedicated semodelan G*nt*r di C*r*b*n sana. Kira-kira ada nggak artis yang mau masuk ke pesantren kayak gitu? Mereka pasti lebih milih: 1. sekolah agama yang full, atau 2. sekolah umum lalu panggil guru agama ke rumah. Toh duit mereka segunung.
Lebih masuk akal kalau si artis secara kebetulan mobilnya kena ranjau paku, jadi terpaksa berhenti di dekat pasar itu. Tapi cerita begitu malah klise, karena sudah ada yang bikin dengan lebih meriah (Suhu aflatun); satu grup malah, bukan satu orang artis saja .