Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Perfect

Dengan siapa Adi akan melepas keperjakaannya?


  • Total voters
    316
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
waduh... sudah kentang... kena tampar lagi....

kasihan bgt kau adi.....


lanjutkan suhuuu balapati.... lepaskan perjakamu... tuntaskan hasrat birahinu.... wkwkkw
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Yang Terbaik

Dengan bodoh nya aku berjalan menuju pintu sambil menenteng selimut ku. Saat ini aku tidak ubah nya seperti seorang pecundang yang mencoba kabur dari masalah. Aku seperti pria tidak tau diri yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan aku perbuat sendiri. Image ku pasti sudah benar-benar hancur di mata bu Pristy. Surat pemecatan pasti akan segera aku terima dalam waktu dekat ini. Tinggal menungu waktu saja bu Pristy akan segera menendang ku dari restoran milik keluarganya itu.

“Mau kemana?” tanya bu Pristy dengan suara pelan, namun tegas.

“Mungkin, lebih baik kalau saya balik ke kamar aja bu, sa-saya minta maaf,” balas ku tanpa menoleh ke arah nya. Aku masih berdiri mematung ke arah pintu. Nyali ku terlalu kecil untuk memandang nya.

“Kalau kamu balik ke kamar, lebih baik kamu ga usah kerja lagi,” ucap bu Pristy masih dengan suara pelan. Pikirannya pasti sedang kacau. Hati nya pun juga pasti sedang berkecamuk. Suasana pun menjadi sangat canggung. Dan semua itu adalah salah ku. Tanpa berfikir panjang aku lalu kembali duduk di sofa, apapun maksud darinya menahan ku, aku hanya ingin menuruti perintahnya saja. Bu Pristy sendiri masih duduk meringkuk di atas tempat tidur nya.

Bu Pristy pasti marah kepada ku, tapi kenapa beliau melarang ku kembali ke kamar, itu yang masih aku belum tahu alasannya. Apa aku mau di hukum berdiri dengan satu kaki? Anak sekolahan banget pikir ku. Yang pasti, apapun hukuman yang akan aku terima, aku berharap aku tidak di pecat. Aku masih sangat membutuhkan pekerjaan ini. Aku tidak mau membebani mama. Aku ingin mandiri. Tapi perbuatan yang baru saja aku lakukan kepadanya tadi itu memang benar-benar kacau.

“Aku minta maaf udah nampar kamu tadi,” ucap bu Pristy tiba-tiba.

Lah dia malah minta maaf? Apa aku tidak salah dengar?

“Maaf bu?” ulang ku meyakinkan pendengaran ku.

“Iya, aku minta maaf, aku belum siap, aku…”

“Saya yang seharusnya minta maaf bu, saya yang salah.”

“Aku juga salah.”

“Ya, kita sama-sama salah.”

“Padahal ngakunya sudah sama-sama dewasa ya? hahaha,” balas bu Pristy sambil tertawa.

Tawa yang kecut. Tapi meskipun kecut, paling tidak aku jadi lebih lega sekarang. Paling tidak bu Pristy tidak benar-benar marah kepada ku. Aku rasa beliau hanya kaget saja dengan kejadian yang barusan terjadi. Mungkin karena terlalu cepat. Mungkin juga karena beliau sudah lama tidak merasakan sentuhan lelaki. Mungkin begitu.

“Terus sekarang ibu mau nya gimana kalau saya tidak boleh balik ke kamar?”

“Yang tadi itu, jangan sampai ada yang tau yah.”

“Pasti, saya juga ga mungkin nyeritain kejadian konyol kaya tadi ke orang lain.”

“Konyol ya?”

“Banget kalau menurut saya sih, hahaha,” aku tertawa untuk mencoba mencairkan masalah. “Perbuatan paling konyol yang pernah saya lakukan,” lanjut ku.

“Enggak konyol-konyol amat sih. Kalau ternyata aku nya aja yang belum siap gimana?”

“Maksud ibu?”

“Yaaa siapa tau aku cuma butuh waktu. Siapa tau…” ucap nya lagi dengan penuh tanda tanya.

“Hahaha, kalau ending nya kaya tadi sih mending ga usah bu.”

“Makanya aku bilang, kalau ternyata cuma aku nya aja yang belum siap gimana?”

“Ya saya ga tau…”

“Jujur, aku sangat nyaman dengan pelukan mu tadi. Aku juga sangat menikmati sentuhan mu. Tapi aku belum siap, bukan berarti tidak, tapi belum untuk malam ini.”

“Tapi setelah kejadian tadi, saya jadi sadar kalau seharusnya kita tidak melakukan itu.”

“Kenapa?”

“Saya tidak mau kalau sekedar enak-enak nya aja tanpa ada rasa.”

“Yaakiin?” tanya bu Pristy dengan menggoda.

“Seratus persen yakin,” balas ku dengan mantab.

Bu Pristy sempat tersenyum kepada ku sebelum beliau bangkit dari tempat tidur nya dan berjalan ke arah ku. Tatapannya berbeda dari biasanya. Tatapan yang penuh dengan arti. Seperti ada yang di sembunyikannya. Beliau terus berjalan dengan anggunnya, dan tanpa ku duga sebelumnya, bu Pristy lalu bersimpuh tetap di depan ku duduk.

“Mulut ku yang di bawah sana memang belum siap, tapi kalau mulut ku yang ini, siap kapan saja,” ucap bu Pristy dengan manja sambil menggigit bibir nya sendiri yang sensual itu. Kedua tangan bu Pristy mendarat di ke dua paha ku yang terbuka cukup lebar. Jari jemari nya yang lentik itu kemudian bergerak naik ke arah pinggang ku lalu berhenti di bagian atas celana kolor yang aku kenakan.

“Bu maaf bu, tapi kita tidak harus melakukan ini,” tolak ku dengan lembut namun terlambat. Lagi pula penolakan ku hanya setengah hati. Aku memang mengatakan kalau kami tidak harus seperti ini, tapi aku tidak menolak ketika Bu Pristy dengan lihainya menarik kolor yang aku kenakan ini hingga sebatas lutut ku. Dan sekarang penis ku terpampang dengan jelas di depan nya. Bu Pristy awalnya nampak kaget dengan kemaluan ku, tapi kemudian langsung tersenyum dengan wajah yang berseri-seri.

“Bu, beneran deh bu, saya tadi beneran khilaf, dan kalau pun saya harus melupakan kejadian tadi, saya bersedia dengan senang hati, dan kita tidak harus melakukan ini.”

“Hiihhaam haha hamu…” balas bu Pristy dengan tidak jelas karena tanpa persetujuan ku beliau sudah melahap penis ku itu dengan rakus. Tapi sayang, penis ku terlalu besar hingga hanya sebagian saja yang bisa di telannya.

“Ouuhh…aahhh…” reflek aku mendesah pelan.

Tentu saja, ini adalah pengalaman pertama ku penis ku di kulum seperti ini. Dan tidak tanggung-tanggung, yang mengulum adalah ibu manajer ku sendiri. Rasa canggung, malu, dan bangga semuanya campur aduk menjadi satu.

“Henagh haann…?” tanya bu Pristy lagi sambil mengerlingkan matanya dengan genit. Aku melihat dan merasakan sendiri bagaimana bibir seksinya itu menyusuri setiap inchi permukaan kulit kemaluan ku. Kepalanya bergerak maju mundur memberikan kenikmatan tersendiri kepada ku. Sekarang aku baru sadar, ternyata bos ku ini binal juga, dan seperti inilah sisi liar yang lain dari nya. Tapi aku sangat menyukai nya. Sungguh beruntungnya diri ku malam ini pikir ku.

“Egnghh…”

“Adi junior maco juga ternyata, sama kayak kakak nya, hihihi…slluurrppss…aahhsshh…” komentar nakal dari bu Pristy yang sempat melepas sebentar penis ku dari kulumannya lalu melanjutkan oral sex nya kembali.

“Aah masa sih bu? Biasa aja menurut saya.”

“Aghhsshh…ini sih di atas rata-rata tau…” balas bu Pristy lagi sambil mengocok pelan penis ku yang sudah basah berlumurkan air liur nya. Tatapannya terhadap kemaluan ku penuh dengan birahi. Beliau pasti sudah lama tidak merasakan momen-momen seperti ini lagi.

“Ahhsshh…oouugghh…” desah ku lagi keenakan menerima kocokan yang kadang pelan, namun kadang cepat dari tangannya yang lembut itu. Ternyata begini rasanya kalau dikocokin sama wanita cantik, rasanya bikin melayang-layang.

“Kenapa? Enak yah?” tanya bu Pristy dengan mesra. Aku hanya bisa mengangguk pelan. Aku tidak bohong. Ini memang enak sekali. Jauh lebih enak dari pada saat aku bermasturbasi sendiri. Ya iyalah.

“Celana nya di buka aja yah,” pinta bu Pristy namun tanpa persetujuan ku terlebih dahulu beliau sudah menarik celana kolor ku itu ke bawah lagi hingga lolos dan sekarang aku tinggal mengenakan kaos saja. Entah kenapa aku malah reflek menarik bagian bawah kaos ku hingga menunjukkan otot perut ku yang sedikit terbentuk.

“Uuuhh…badan kamu bagus juga,” ucap bu Pristy sambil menggigit bibir bawahnya ketika melihat otot perut ku. Jemari tangan kiri nya yang lentik dengan kuku berwarna merah muda itu lalu meraba dan mengusap pelan otot-otot di perut ku. Sensasi geli yang ditimbulkan membuat ku semakin belingsatan. Apalagi jemari tangan kanan nya masih terus memberikan rangsangan dengan kocokan pada penis ku.

“Biasa aja ah bu, masih kalah lah sama binaragawan, hehehe.”

“Ya beda lah kalau sama binaragawan, tapi ini udah bagus kok, kamu sering olah raga yah?” “Cuuuh!!” tanya bu Pristy lagi lalu dengan santai nya meludahi kepala penis ku kemudian meratakan ke seluruh permukaan penis ku dengan tangannya.

“Aahhgghh…yaahh…kadang-kadang buu…”

“Hihihi, kamu kenapaa? Enak yaaah aku giniin?” tanya bu Pristy sambil bangun dari bersimpuh nya lalu duduk di samping kanan ku. Duduk nya sedikit condong ke arah ku dengan kaki menyilang yang membuat pahanya terlihat sangat seksi.

“Ehmm i-iya enak bu…”

“Mau yang lebih enak lagi?”

“Mau, eh engg-enggak bu…”

“Hihihi, mau apa enggak nih jadinya? Apa enggak mau nolak?” tanya bu Pristy dengan suara yang sangat menggoda di iringi dengan jilatan di sekitar perut dan dada ku. Rasa geli yang di timbulkannya membuat ku melayang-layang. Badan ku terasa mengambang di udara. Tulang-tulang di persendian ku terasa ingin lepas.

“Bu, kenapa harus seperti ini sih?” tanya ku mencoba mencoba menghentikan ini semua sebelum terlalu jauh. Tapi badan ku diam saja menerima dengan pasrah setiap perlakuan nikmat dari nya.

“Kamu ga mau? Aku lepas nih…”

“Eh, ehhmm…”

“Hihihi, berarti mau kan?”

“Iya mau, tapi…” mendadak aku menjadi sangat ragu. Aku bimbang. Aku galau.

“Anggep aja ini tuh imbalan karena kamu udah nemenin aku malam ini,” ucap bu Pristy sambil mengurut penis ku dengan tangan kanannya. Tatapannya masih penuh dengan birahi.

Cuuuh!!” bu Pristy meludah lagi, namun tidak di penis ku, tetapi di telapak tangannya sendiri lalu melumurkannya ke batang penis ku kembali. Sikap liar nya itu membuat sensasi yang aku rasakan terasa semakin nikmat. Apa lagi bu Pristy semakin intens mengocok penis ku hingga kadang terasa ngilu, tapi ngilu yang teramat nikmat.

“Sluurrppss…aahhsshh…ghhagghhaagghhaagghh…” tanpa aba-aba bu Pristy mencondongkan badannya dan langsung mengulum penis ku lagi. Bukan hanya itu, dia bahkan berusaha memaksakan seluruh batang yang keras itu ke dalam mulut nya. Tapi sia-sia karena tidak muat. Penis ku terlalu panjang untuk mulutnya. Tapi dia terus memaksa.

“Gghhagghhaagghhaagghh…sluurrppss….gghhagghhaagghhaagghh…huuookksss…” bu Pristy tersedak dan hampir muntah kalau saja dia tidak melepas penis ku dari mulut nya yang menyodok hingga ke tenggorokannya itu. Dia menatap ku sebentar lalu kembali mengamati kejantanan ku yang berlumuran dengan air liur nya itu lalu mengurut nya pelan. Pandngannya sayu, mata nya nampak memerah seperti habis menahan rasa sakit. Aku sebenarnya kasihan kepadanya, tapi jujur sensasi yang aku rasakan sekarang jauh lebih hebat dari yang sebelumnya. Bagaimana aku bisa merasakan nikmat di atas ketersiksaan yang dia rasakan. Bagaimana aku sangat berkuasa atas tubuh yang dimiliki nya itu. Rasanya sungguh susah untuk di jelaskan.

“Gghhagghhaagghhaagghh…sluurrppss….gghhagghhaagghhaagghh…huuookksss…”

“Aahh…buuu…enak…” desis ku pelan.

Rasa nikmat yang aku rasakan sekarang mulai mengalahkan ke canggungan ku kepada nya. Aku benar-benar menikmati sensasi yang di timbulkan ketika ujung penis ku mendesak dan benar-benar mentok ke dasar tenggorokannya. Aku tidak akan segan lagi untuk mengakui kalau perlakuaannya kepada ku itu memang benar-benar nikmat. Dan mungkin akan membuat ku ketagihan.

“Iihhh…susah banget sih…” omel bu Pristy pelan. Wajah nya nampak gemas sendiri. Tangan kanannya mengocok penis ku dengan cepat.

“Apanya bu yang susah? Aaahhsshh…” tanya ku dengan polos.

“Aku pengen masukin si junior ini semuanya ke mulut ku, tapi kayanya ga akan mungkin, ga akan muat. Selain besar, dedek kamu ini juga panjang, uuuhh…tinggi, kaya kakak nya, hihihi.”

“Oh, hehehe, ibu bisa saja. Kalau ga bisa ya ga usah di paksain bu, saya nya yang ga tega kalau ngeliat ibu mau muntah sampai mendelik gitu.”

“Tapi enak kaaan?” tanya bu Pristy mesra. Aku hanya mengangguk pelan sambil nyengir.

“Hehehe, mau lagi?” tanya nya dengan sangat menggoda. Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

“Rasanya himana hiihh halau hihiniin…gghhagghhaagghhaagghh…sluurrppss….gghhagghhaagghhaagghh?” tanya bu Pristy tidak jelas karena mulut mungilnya sudah terisi penuh lagi dengan penis ku yang menurut nya besar itu. Beliau bertanya gimana rasanya kalau di giniin? Susah bu di jelaskan. Pokoknya enak. Apalagi beliau langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi menaik turun kan kepalanya membuat penis ku keluar masuk hingga mentok ke dasar tenggorokannya.

“Aahh…eennaakk buu…” desah ku keenakan.

“Gghhagghhaagghhaagghh…sluurrppss….gghhagghhaagghhaagghh… sluurrppss….gghhagghhaagghhaagghh…ppwaaahhsshhh…hah….hahh…hahhh…” nafas bu Pristy tersengal setelah hanya berhasil mememasukkan setengah dari batang penis ku ke dalam mulut nya. Air liur kemudian mengalir deras dari mulut nya menetes ke selangkangan ku. Bola mata nya semakin memerah. Air mata nya hampir keluar.

“Bu…kalau ibu nya sampai kesiksa kaya gini saya beneran ga mau! Ga tega…” ucap ku iba. Aku lalu menarik badannya agar duduk nya tegak kembali.

“Yang tadi itu, imbalan karena kamu udah jagain aku sekarang, hihihi.”

“Bu…”

“Masih kurang ya? Tenang, belum selesai kok,” lanjut bu Pristy lalu beliau turun dari sofa dan bersimpuh kembali tepat di depan ku. Paha ku di buka nya lebar-lebar.

“Bu, ibu ga perlu ngelakuin ini. Atau paling enggak, ibu ga harus ngesiksa diri sendiri kaya tadi.”

“Jadi kalau aku ngejilatinnya sama ngisepnya lembut kaya gini, kamu mau?” tanya bu Pristy sambil menjilati dan mengulum penis ku lagi namun dengan tempo yang pelan dan lebih lembut. Penis ku juga tidak dimasukkan ke dalam mulutnya, beliau hanya menjilati kepala dan permukaan batangnya saja. Jujur sensasi nya berbeda, tapi aku lebih suka seperti ini dari pada aku harus melihat dia tersiksa seperti tadi.

“Iya bu, seperti itu juga ga apa-apa, saya beneran ga tega.”

“Kamu manis banget siii, uuuhhh jadi gemeeess…hihihi. Aku hisap lagi yaah…” tanya nya lagi-lagi dengan senyum yang menggoda. Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan.

“He’eehh…aahhhsshh…”

“Sslluurrppss…aahhsshh…sslluurrppss…nanti kalau sudah mau keluar bilang yaah…,” ucap bu Pristy di sela-sela aksinya menjilati penis ku.

“Aahhgg…kenapa memang nya?”

“Aku…ehhmm…sslluurrpsss…aahhsshh...mau nya kamu nembakin sperma kamu ke wajah akuuh…aahhsshh…sslluurrppsss…”

“Aahhsshh…uuuhhhsshh…ibu nakal banget siiii…uuuhhhssshh…”

“Hihihi, tapi kamu suka kan? sslluurrpsss…aahhsshh...”

“Suka banget bu…aahhhssshh…tapiii…aahhshhh…biar sama-sama enak gimana cara nya? aahhsshh…sayaa…aahhhssh…juga pengeeenn…aahhsshh…ibu ennaaakk…sayaa jugaaa pengen ibuu puaassshhshshh…”

“Hihihi, sslluurrppss…aahhsshh…sslluurrppss… kalau itu besok malem aja kamu puasin aku nya. Sslluurrppss…aahhsshh…sslluurrppss…sekarang…biarin aku yang puasin kamu… ehhmm…sslluurrpsss…aahhsshh...”

“Eh, ehhmm…ter-terserah ibu aja deh, tapi ini beneran enaak bangeeet…aahhshhhshh…uuhhh…” racau ku karena sudah gila dengan services kenikmatan yang diberikan oleh atasan ku sendiri ini. Rasanya benar-benar gila. Bagaimana lubang kencing lo di jilatin sama bu bos lo sendiri, rasanyas udah jadi kaya orang paling berkuasa di dunia.

“Sslluurrppss…aahhsshh…sslluurrppss…hihihi…sslluurrppss…aahhsshh…sslluurrppss…eh tapii…kamu pengennya nembak dimana?”

“Aahhshhh…maksuud ibuuu?”

“Iyaaah…sslluurrppsss…sshhshhhshh…kamu mau nembakin sperma nya di wajah ku…sslluurrppsss…sshhshhhshh…atau di ehmm…di dada, atau…mau nembak di mulut ku ajah biar langsung aku telen? sslluurrppsss…sshhshhhshh…” tanya bu Pristy dengan begitu menggoda sambil terus mengulum dan menghisapi penis ku dengan nakal nya.

“Aahhsshh…di mana aja bu…aahhsshh…”

“Aku nurut aja sama kamu…sslluurrppsss…sshhshhhshh… mau semprotin sperma nya dimana…sslluurrppsss…sshhshhhshh…tinggal bilang...sslluurrppsss…sshhshhhshh…”

“Saya mau…aahhsshhh…ibu nelen sperma sayaa…aahhsshh…” ucap ku dengan berdebar meskipun aku yakin bu Pristy dengan senang mau menerima nya.

“Iiihhh nakal yah kamuu…sshhslluurrpp…sshhslluurrpp…sshhslluurrpp…masa bos kamu sendiri di suruh nelen sperma kamu sih, hihihi,” goda bu Pristy sambil merapikan rambut nya yang tadi berantakan. Rambut yang tadi menutupi pandangan ku itu kini di rapikan ke belakang daun telinganya, sehingga sekarang aku bisa dengan jelas melihat batang penis ku keluar masuk ke dalam mulut nya. Sedotan dan kocokan yang di berikannya semakin kencang dan cepat.

“Aahhsshh…enak buu…aahhsshh…ooohhhsshh…”

“Sslluurrpsshhsshh…henaghh haaa…kalau begini gimana? Ghaaghh…ghagghh…ghagghh…” tanya bu Pristy tiba-tiba setelah mengulangi aksi nya tadi yang berusaha memasukkan seluruh batang penis ku ke dalam mulut nya hingga mentok ke tenggorokannya.

“Aahhsshh…buu…ampuuun…saya mauu keluar kalau kaya gini caranya…” erang ku karena rasa nikmat yang aku rasakan di sekujur persendian ku semakin tidak tertahan kan.

“Hihihi…sslluurrppsss…sshhshhhshh…rasain nihh…sslluurrppsss…sshhshhhshh…ghaaghh…ghagghh…ghagghh…sslluurrppsss…sshhshhhshh…ghaaghh…ghagghh…ghagghh…” bu Pristy semakin kuat mendorong penis ku masuk ke dalam tenggorokannya. Saat ujung penis ku mentok ke dalam tenggorokannya itu beliau menatap ku dengan sorot mata yang terlihat sangat tersiksa. Matanya memerah hampir keluar karena menahan mual. Tapi bu Pristy tidak juga melepasnya. Justru malah semakin kuat menekan dan mendorong penis ku ke dalam tenggorokannya. Beliau seolah ingin memperlihatkan bagaimana tersiksanya dirinya demi memberikan kenikmatan kepada ku. Dan beliau berhasil.

“Aahhhsshhh…buuu…aahshhhhss…sayaaa…keeluuaarr…” tanpa bisa aku tahan lagi akhir nya cairan kental berwarna putih keruh itu menyembur dengan deras nya langsung ke tenggorokan bu Pristy. Kepala nya tidak lagi naik turun seperti tadi, tetapi tangan kanannya yang gantian mengocok pangkal penis ku, seolah ingin memeras hingga habis sperma ku dan menelannya semua. Pipi nya yang putih mulus itu kadang terlihat kempot karena kuatnya sedotannya terhadap lubang kencing ku ini. Gila, aku baru saja nembakin peju ku ke dalam mulut atasan ku sendiri, dan beliau menelannya.

“Aaaaa…” suara yang keluar dari mulut bu Pristy ketika beliau menarik kepalannya membuka mulutnya hingga menganga. Dan dengan nankalnya malah memain-mainkan sisa sperma ku yang belum tertelan oleh nya itu. Penis ku tadi memang memuntahkan cairan kental itu cukup banyak. Aku yakin bila yang sebagian lagi tidak di telannya maka mulut nya itu tidak akan mampu menampung semuanya.

Bu Pristy masih terus memainkan sperma ku di dalam mulut nya. Kadang sperma itu luber hingga ke ujung bibir seksi nya dan hampir menetes, namun dengan cepat lidah nya menjilatnya kembali hingga masuk ke dalam mulut nya lagi. Begitu terus hingga beberapa kali. Liar, benar-benar liar pikir ku. Tapi aku suka. Apalagi ditambah dengan tatapan mata nya yang binal dan menggoda.

“Nakal…” protesnya manja sambil menggenggam erat penis ku yang sudah mulai mengecil.

Cuup!!” beliau kemudian mengecup ujung penis ku, tepat di lubang kecil yang baru saja mengeluarkan lahar panas itu.

“Hehehe,” aku hanya bisa nyengir. Setelah orgasme tadi, akal sehat ku sedikit demi sedikit mulai kembali. Setan mungkin sudah selesai dengan tugas nya. Kecanggungan ku ke bu Pristy mulai kembali. Namun karena tidak mau merusak suasana, aku mencoba untuk tetap rileks, bu Pristy sepertinya juga benar-benar menikmati perlakuannya kepada ku tadi. Aku? jangan di tanya. Hahaha.

“Untungnya malem ini…”

“Pagi ini bu, hehehe,” ucap ku memotong ucapannya. Tapi saat ini memang sudah pagi. Hampir pagi. Sudah jam tiga lewat. Bu Pristy sudah berpindah ke atas lagi dan duduk di samping ku. Tangan kanan ku langsung di rentangkannya dan beliau bersandar di sana. Tubuhnya menyamping ke arah ku. Kepalannya rebah di bahu ku, sedangkan tangan kanan nya mendarat di perut ku lalu merambat ke dada ku. Dan mengusapnya pelan.

“Bawel ah. Betot lagi nih dedek nya!” ancam nya bercanda.

“Hahaha, jangan bu, ampun, yang tadi itu aja saya udah hampir pingsan, hehehe.”

“Hihihi, enak yah?”

“Banget bu…oiya tadi mau ngomong apa?”

“Hehehe, aku cuma mau bilang, untungnya malem ini aku lagi tidak mood untuk lanjut lebih jauh lagi, tapi besok malem, aku ga akan kasih kamu ampun, hihihi.”

“Waduh, lagi ga mood aja bisa hot banget nyepongnya, eh, hehehe, apalagi kalau lagi mood? Hehehe,” ledek ku.

“Aaa…rese aahh. Udah berani ngeledek yaaa. Awas ya kamu…liat aja besok, ga aku kasih ampun nih dede…” ancamnya balik dengan manja sambil menggoyang-goyangkan penis ku yang sudah lemas. Ancaman yang sepertinya akan sangat menyenangkan. Entahlah. Aku tau ini salah, tapi aku hanya manusia biasa, dan aku ingin menikmati ini semua selagi bisa. Dosa nya? di pikir nanti saja.

“Hehehe, maaf bu maaf…”

“Dasar jelek. Awal nya aja malu-malu, kesini nya keenakan. Ihhh…lucuu…” ucap bu Pristy yang masih memainkan penis ku itu dengan gemas.

“Hehehe, Namanya juga manusia bu, kalau enak ya di nimakti aja, hehehe,” balas ku.

Ya, aku hanya manusia. Dan aku ingin menikmatinya. Yang lain, itu urusan nanti. Jalani saja. Yang penting aku tidak merugikan orang lain. Toh bu Pristy juga menikmati. Dan yang paling penting dia tidak terpaksa. Jadi ga ada yang salah, kan?

Aku lalu memeluk bu Pristy. Aku mencoba memberikan kenyamanan untuk nya, kepada wanita yang hanya beberapa tahun lebih muda dari mama itu. Entalah apa yang dia rasakan saat ini, aku juga tidak tau pasti kenyamanan seperti apa yang aku berikan ini. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuknya.

[Bersambung]
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd