Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Parade Terakhir Reog Ponorogo [LCPI 2016]

Jujur, sebagai seseorang yg tdk tau apa itu seni, sy bingung mo komen apa.

Yg jlas, ceritanya bener" menyentuh dan sy jg merasakan adanya spt sindiran thd kondisi skrg, yg saya rasa terlalu mengagungkan budaya asing dan menepikan serta melupakan budaya sendiri...

*jdi inget pas suka liat jathilan, reog SM layar tancep pas masih kecil dulu...*
 
Keren deh ceritanya,
Sayang generasi muda lebih suka budaya impor

Cuma bisa kasih
:jempol:
 
asem ampe kebawa emosi bacanya :bata: Mudah2an kelak jangan terjadi seperti ini. Aamiin

Oiya maaf kepo :ampun: , Sist asli ponorogo ya ? :)
 
Jujur, sebagai seseorang yg tdk tau apa itu seni, sy bingung mo komen apa.

Yg jlas, ceritanya bener" menyentuh dan sy jg merasakan adanya spt sindiran thd kondisi skrg, yg saya rasa terlalu mengagungkan budaya asing dan menepikan serta melupakan budaya sendiri...

*jdi inget pas suka liat jathilan, reog SM layar tancep pas masih kecil dulu...*

Iyaaaph. kadang berandai2 bisa kayak jepang, hampir semua Anime yg saya tonton selalu memasukan unsur budaya dan legendanya tanpa takut dibilang kampungan. dan Indonesia sebenernya udah banyak kayaknya komik2 semacam itu, hanya saja peminatnya kecil. Sayang sekali.
Keren deh ceritanya,
Sayang generasi muda lebih suka budaya impor

Cuma bisa kasih
:jempol:

Saya juga suka banget budaya jepang loh... tapi tetep ga lupa dan mau melestarikan budaya Indonesia, khususnya Reog^^.
asem ampe kebawa emosi bacanya :bata: Mudah2an kelak jangan terjadi seperti ini. Aamiin

Oiya maaf kepo :ampun: , Sist asli ponorogo ya ? :)

Wah ada yg baca lagi, makasih ya^^
Saya nangis waktu nulis bagian mereka nari gada yg nntn, sama akhir2. hehe... bukan asli ponorogo sih, tapi pernah tinggal di sana selama 2 tahun. Dan dr kecil emg udah suka bgt sama Reog.
Deni dan Veri adalah orang2 yg kebetulan jadi teman saya di sana. Hehe...
 
Oalah tak kirain pribumi wengker sist :D
Alur Ceritanya beneran :jempol: sist, ane ampe kebawa emosi, soalnya ane asli ponorogo dan sangat2 menyukai seni budaya reog, yo meskipun menjadi penari bujang ganong amatiran dulu semasa sekolah :)
Salam kenal ya suhu sist :ampun: :beer:
Monggo diunjuk es dawet jabung khas kota reog :cendol: soalnya kemaren kehabisan dawet makane nunggu muter :)
 
Oalah tak kirain pribumi wengker sist :D
Alur Ceritanya beneran :jempol: sist, ane ampe kebawa emosi, soalnya ane asli ponorogo dan sangat2 menyukai seni budaya reog, yo meskipun menjadi penari bujang ganong amatiran dulu semasa sekolah :)
Salam kenal ya suhu sist :ampun: :beer:
Monggo diunjuk es dawet jabung khas kota reog :cendol: soalnya kemaren kehabisan dawet makane nunggu muter :)
Waaah orang Ponorogo asli, jujur aja loh saya awalnya takut menyinggung orang Ponorogo dengan cerita ini karna saya cuma tau permukaannya aja soal Reog. dah gitu cerita ini juga banyak yang bukan fakta, saya tambahin sana-sini. Parade 300Reog gapake pimpinan kawanan kan?hehe.
Tapi kata temen sehobi nulis ga masalah kok.
Dan melihat masyarakat Ponorogo yang sangat mencintai dan bangga seni ini saya yakin kok Reog ga akan punah dan dilupakan kayak di cerita ini.
Terima kasih dawet Jabungnya^^, kangen bgt... apalagi kangen belanja di Poper terus makan sup iga bakar di Joglo manis. hahaha...
 
reog sudah:hore: menjadi bagian kekayaan Nusantara. walau ane bukan dari ponorogo, ane bangga dan merasa ikut memiliki kesenian hebat ini.

jika negeri tetangga bangga dengan Barongsai kita juga punya Reog yang tak kalah hebohnya...
bukan kah begitu, non:hore:

ane mau:kk: nanggap reog achh...... pabila sunatan anak nanti..


ehh:takut: anak ku kan cewe ya!
duch..momen apa ya:sendirian: yang pantas..​
 
Terakhir diubah:
Terima kasih dawet Jabungnya^^, kangen bgt... apalagi kangen belanja di Poper terus makan sup iga bakar di Joglo manis. hahaha...

Pas coment pertamakan nubi udah ngomong kalau ampe kebawa emosi sist bacanya, pas mau akhir cerita ane baru sadar kalau ini hanya cerita fiksi :bata:

Wah teryata maniak sup Iga juga sist, opo jangan2 11 12 ama ki suman yo :Peace: poper sekarang udah berubah lo sist :)
 
reog sudah:hore: menjadi bagian kekayaan Nusantara. walau ane bukan dari ponorogo, ane bangga dan merasa ikut memiliki kesenian hebat ini.

jika negeri tetangga bangga dengan Barongsai kita juga punya Reog yang tak kalah hebohnya...
bukan kah begitu, non:hore:

ane mau:kk: nanggap reog achh...... pabila sunatan anak nanti..


ehh:takut: anak ku kan cewe ya!
duch..momen apa ya:sendirian: yang pantas..​

Yep! Reog milik semua rakyat Indonesia^^
Jangan sedih dan jangan bingung momen apa yg pas buat nanggap Reog yaitu saat Om Oyes sunat untuk yang kedua kalinya! Horeee!

Pas coment pertamakan nubi udah ngomong kalau ampe kebawa emosi sist bacanya, pas mau akhir cerita ane baru sadar kalau ini hanya cerita fiksi :bata:

Wah teryata maniak sup Iga juga sist, opo jangan2 11 12 ama ki suman yo :Peace: poper sekarang udah berubah lo sist :)
Ahaha... iyaaa sukak banget sup IGAnya, paling enak se Ponorogo tuh Joglo manis, jus jambunya juga mantap. Hahaa
Poper berubah gimana? tambah gede ya?
 
Untuk penggemar poker, tunjukan bakat asli bermain poker anda ,

kami menyediakan permainan Poker, Domino, Adu Q, Capsa susun, Bandar Q, kunjungin ya web kami di www***laupoker.net dapatkan bonus rollingan dan jackpot ratusan juta rupiah,Dengan minimal deposit Rp, 15.000, dengan satu id anda dapat memainkan 5 game permainan langsung .

Bergabung Segera dan Dapatkan Bonus Rolingan 0.5% dan Bonus Refferal 10%

Ayo gabung dengan www***laupoker.net dan nikmati Bonus Rollingan dan Bonus Refferal
Contact :
YM : galaupoker_cs
Pin BBM : 2B5B77F3
HP / WhatsApp : +855-1745-2561
Facebook : https://www.facebook.com/Galaupoker.net/

daftarkan id anda sekarang juga :http://www***laupoker.net/?ref=323121


Gabung sekarang juga bersama kami www***laupoker.net.
Terimakasih dan Selamat bergabung^^
 
"Parade Reog Terakhir Ponorogo", mengisahkan tentang persahabatan Bagus, Veri, dan Deni. 3 orang sahabat dari kecil yang berjuang mempertahankan kesenian Reog Ponorogo yang tergerus zaman. Cerita ini memiliki rentang waktu luas, dari masa kanak-kanak mereka bertiga, sampai akhirnya tua dan mati. (dan ternyata cuma mimpi?)

Dalam perlombaan ini peserta dibatasi dengan jumlah kata sebanyak 2500-3500 kata, dan dengan batasan seperti ini banyak peserta yang menyiasatinya dengan perpindahan latar (baik waktu dan tempat) berkali-kali. Jarang yang bisa membuat satu konflik tajam dengan jumlah kata yang minimal. Jadi dengan segala keterbatasan itu, kenapa harus memaksakan diri membuat cerita dengan rentang waktu sampai berpuluh-puluh tahun?

Pembukaan disampaikan dengan baik, tiga orang anak kecil yang terkagum-kagum menyaksikan pertunjukan reog. Percakapan Bagus dengan ayahnya, berhasil menyampaikan pesan penulis mengenai pentingnya menjaga budaya tradisional kepada pembaca.

Plot mulai mengendur ketika terjadi timeskip, Bagus yang ditaksir Putri, anaknya Mbah Sugeng. Saya heran, baik "Tumanurung", "Kiri", dan cerita ini sama-sama berusaha memasukkan bumbu romansa ke dalam cerita, -yang menurut praktis saya- kalaupun itu dihilangkan, tidak akan memberikan efek berarti bagi kelangsungan plot.

Jamak pembaca yang berkomentar tentang cerita yang heart warming, tentang persahabatan etc. Tapi menurut saya kekuatan utama dari cerita ini terdapat pada pergulatan batin seniman reog yang mendapat tantangan kemajuan jaman. Pergulatan ideologis, peperangan kaum tradisional dan agamis, Hal ini seharusnya bisa diangkat lebih mendalam.
Ketakutan manusia akan dosa sedikit demi sedikit mulai membuat Reog diragukan pecintanya, jika dahulu mereka dengan lantang rela berperang saat Reog direbut Malaysia kini mereka berbalik mendukung Reog dimusnahkan.
Dua kata: merinding abis.
Dalam hal ini penulis berhasil menyampaikan kritik budaya pada pembaca. Kita lihat pada bagian:
Aku terdiam mendengar perkataan Bapak, tidak tahu pasti apa maksudnya. Kadang akumerasa kesulitan memahami perkataan orang dewasa, aku hanya bisa menangkap 'Lebih hebat ngajarin, biar budaya Reog terus ada,lestari sampai anak cucu.' Iya aku rasa tidak ada yang lebih membahagiakan jika apa yang kita cintai terus ada sampai kapan pun.
Dan ketika angan-angan tokoh utama dibenturkan dengan kenyataan pada bagian:
Jaman berubah, Ponorogo bukan lagi kota kecil yang menjadikan Reog sebagai daya tarik. Tanah kelahiranku memang tak kalah melegenda dari yang lalu, tapi kini yang menjadi daya tarik adalah kemajuan tekhnologi yang sangat modern.
Kami terus menari seperti kesurupan, bahkan aku telah memamerkan semua tekhnik tari andalanku tapi mereka tidak maumelihat kami. Peluh menetes, bahkan mataku mulai basah, usaha kami sia-sia.
To fight till the end.

Penulis berhasil menyampaikan keresahan kepada pembaca dengan brilian, yang menjadi poin penting bagi dewan juri untuk menempatkan cerita inipada posisi 3 besar.Diksi dan tata kalimat "Reog" mengungguli peserta yang lain. Diksi yang apik, dan frase-frase yang dirangkai menarik menjadikan cerita ini berada di posisi 3 besar dalam divisitata bahasa. Namun dibanding "Tumanurung" dan "Kiri", "Parade Terakhir Reog Ponorogo" masih mengalami kesalahan gramatikal, terutama penggunaan "di" sebagai kata depan atau awalan.

Selebihnya?Perfect.Catatan khusus di luar penilaian dewan juri1. Ending "cuma mimpi" itu ngeselin. Emang di tahun 2065 masih ada DVD? Tapijika penjelasannya cerita ini hanya mimpi seorang bocah, bisa dimaklumi....
 
@apelberacun

Ending cuma mimpi? Kayaknya mbaknya salah deh. Itu bukan mimpi tapi kehidupan setelah kematian. CMIIW.

Awalnya malah aku kira flashback. Tapi kemudian setelah bener2 dibaca lagi baru ngeh kalo itu afterlife.

Yang teliti dong ya. Maaf. :ampun:
 
Halo apel, yep bener itu bukan mimpi kok.
Pas baca review lgsg tanya ke bbrapa temen yg udah baca mereka nangkepnya apa, tapi emg bbrapa nangkepnya itu Flashback, bbrapa nangkep itu Afterlife, me sendiri bawanya ke afterlife jadi ponorogo yg sebenernya ya itu udah maju dan lupain Reog. Me juga kasih hint di cucu2 Bagus sama Veri yg senyum pas liat DVD sama bbrapa miniatur Reog, me mau ngajak pembaca berpikir "Syukurlah masih ada 2 cucu itu yg nantinya/mungkin akan membangun/mengenalkan Reog kembali." Tp ga salah juga klo tiap org nangkepnya beda2, berarti penyampaian me yg kurang bagus, next biar me perbaiki lg.
Oh iya, soal DVD tahun segitu kayaknya jg udah me kasih sdikit keterangan, klo DVD/DVD player udah langka sama kayak piringan musik klo skrg.
Btw terima kasih usaha kerasnya selama penjurian.

#Shibuyarigato^^
 
Selamat siang.
Mohon maaf atas kesalahpahaman yang muncul karena mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian/ketidakjelasan saya ketika memberikan review/opini dari cerita ini.

Terutama pada bagian
Ending Cerita Reog



Terimakasih atas penjelasan penulis yang sudah memberikan komentar atas review tersebut.

Adapun alasan saya ketika menerjemahkan cerita itu sebagai mimpi/imajinasi sang tokoh adalah sebagai berikut :
1. Ending yang multitafsir
2. Setting(/pengaturan latar) masa depan yang kurang kuat sehingga menimbulkan satu pertanyaan kecil , tentang DVD.

Untuk ending/penutup cerita

saat aku membuka mataku kembali aku berada disebuah tempat yang sangat lapang di penuhi orang-orang banyak persis seperti berpuluh tahun yang lalu. Dilatari sebuah tugu bertuliskan ‘Manunggale Cipto, Roso, Karso Agawe Rahayuning Bumi Reog’, mereka semua melambai seperti telah lama menunggu kedatanganku.

Ada dua pemikiran saat saya membaca paragraf ini.
1. Si tokoh lagi bermimpi/berimajinasi/berkhayal karena kerinduannya akan masa lalu.
2. Afterlife /berada dalam alam lain.

Alasan dua hal tersebut muncul adalah sebagai berikut:
1. Mimpi karena itu terjadi ketika kata end sudah ditulis. jadi "timeline"-nya bisa kapan saja bukan? mimpi sebelum kematian? atau di waktu lain?

2. Afterlife karena ada penjelasan mati

Disini saya memahami dua hal tersebut.

Maka dari itu, Saya putuskan untuk memberikan "catatan di luar penjurian" yang artinya adalah sekedar catatan saja bukan review/opini utama.


Saya kembali memperhatikan paragraf setelahnya

Aku melihat Deni memasang wajah kesal, dan Veri yang nyengir dengan topeng Bujang Anom di tangannya.

“Ayok Gus cepet kelamaan kamu! Aku dah nunggu lama buanget lho!” ucap Deni.
“Agus lelet!” tambah Veri.

Gaya bahasanya terkesan anak kecil .Bukan orang dewasa. Jadi mereka kembali menjadi bocah?

Dan hal ini membuktikan kalau alur waktu/timeline epilog dapat kapan saja sebagaimana pernyataan saya diatas bukan?
Lalu bagaimana dengan orang dewasa yang lain? jadi bocah juga? sepertinya tidak sih.
Di sini terlihat kontradiksi atau ketidak-sinambungan dengan bagian sebelumnya.

Hm... Saya berpikir lagi bahwa di sini kembali terselip harapan si tokoh dan kerinduan akan masa lalunya.

Kerinduan membuat seseorang menciptakan imajinasi (yang dapat ) berupa keinginan terdalamnya bukan?



Dan seketika aku seperti tersadar, aku tersenyum, aku telah pulang ke Ponorogoku yang dahulu. Bersama Deni dan Veri beserta orang-orang yang mencintai Reog Ponorogo.


Aku berlari menghambur dan memeluk Deni dan Veri, saat Slompret yang lama tidak aku dengar mulai menggema kembali kami berlari membaur dan menari bersama ratusan dadak merak yang gagah, disertai sorakan semua orang yang telah menunggu-nungguku

Ini Kehidupan setelah kematian atau suasana orang-orang mau nonton reog? Apalagi disebutkan Veri membawa topeng Bujang Anom.
(Perhatikan kata 'sorakan' )
Kata "sorakan" ini berlaku untuk puluhan atau ratusan orang. Tidak hanya dua atau tiga. Ini artinya di sana berkumpul banyak sekali yang menunggu tokoh utama. Sang tokoh mau mempertunjukan Reog? Atau mau ke akhirat?

Atau....hanya mimpi/khayalan sang tokoh saja?

Saya tidak bermaksud mengejar penulis untuk menjelaskan hal tersebut. Murni pemikiran saya atas untaian paragraf dalam epilog.

Maka dari itu saya kasih catatan "Ini di luar penjurian". Dan sepertinya banyak yang tidak memperhatikan embel-embel tersebut.


Dari sini bisa dilihat bahwa kekeliruan gramatikal dan kurang jelasnya serta inkonsistensi dalam epilog itu membuat narasi terkesan ambigu.
Banyak yang mengira itu afterlife? silakan karena penulis bertujuan begitu.

Namun saya pribadi lebih melihat ke dalam jiwa dan perasaan si tokoh, apalagi rasionalisasi cerita sepertinya sangat kental di sana. Sebelum epilog tidak ada misteri atau bumbu fantasi. Lalu endingnya tiba-tiba dipaksakan suasana "afterlife" yang kurang tergambar dengan baik karena beberapa kekeliruan gramatikal.

Sudah sepantasnya beberapa pihak tidak setuju. Namun inilah alasan pertimbangan saya ketika menulis catatan kecil itu.
Mohon dimaklumi apabila berbeda pendapat atau terkesan tidak teliti.



(Untuk DVD)

Masalah dvd itu teknis kecil saja, jadi saya menggunakan kalimat tanya, "Kira-kira masih adakah dvd?"

Bukan untuk menolak narasi penulis yang menyebut dvd sangat jarang. Dan tentu itu cukup saya sadari dari awal membaca cerita ini). Penulis memberikan alasan yang masuk akal.

Untuk itulah saya masukan ke "catatan di luar penjurian" bukan review atau kritik utama.

Melainkan karena perkembangan piringan hitam yang sekarang terpajang di museum dan atau tempat tertentu saja, berbeda keadaannya dengan dvd yang merupakan hasil teknologi sekarang.

Seperti kita tahu, teknologi era tahun 2000 ke depan itu dua sampai tiga kali perkembangan kecepatannya dibanding beberapa dekade ke belakang bukan?

Jadi....kira-kira masih adakah penjual dvd ?


Itulah penjelasan saya.

Semoga banyak pertanyaan terjawab dari alasan yang saya kemukakan.

Sekali lagi, dua hal ini di luar penjurian. Sehingga ending yang secara tak sengaja menjadi ending multitafsir menjadikan pendapat saya (mungkin) kurang diterima oleh satu atau mungkin beberapa pihak.

Itu saya mengerti. Dan terimakasih. Juga mohon maaf apabila ada kalimat yang secara tak sengaja menyinggung satu atau dua pihak.


Salam,

apelberacun
 
Terakhir diubah:
ouwwe:eek: rame-rame ya??
aseek:hore: ada pagelaran Reog nichh..
:Peace:

kalau yang diperdebatkan:cool: ending cerita setelah kata 'the end' tersebut mamang akan membuat masing-masing pembaca ada kesan yang berbeda dalam menafsirkan nya.

tentang kehidupan setelah kematian kita juga tak tau seperti apa. tergantung masing-masing apa yang diyakini nya.

kembali:kacamata: ke cerita. ane malah berkesan, sebagai tokoh utama yang merasa sedang dikumpulkan di suatu alam impian bersama-sama mereka didalam nya di suatu tempat surga pecinta Reog.
:)

untuk betang waktu terjadinya, ada benarnya seperti penjelasan nona Apelberacun.. kesan yang timbul tidak sejalan dengan kemajuan perkembangan jaman pada tahun nya. seolah di kota ponorogo jauh tertinggal untuk masa itu.

mungkin lain halnya bila di mundurkan awal mulainya cerita dan berakhir beberapa tahun saja setelah 'kini' khusus untuk teknologi kepingan DVD nya..
:D

aduh:ampun::ampun: maap ya, non Vio... ane malah jadi besar kepala gini di thread reog..
apa karena ada,
Nona Violet dan Nona Apel juga Nona Davina ane jadi salah tingkah:o:o


sebenarnya ini :jempol:bagus lho... untuk saling mengoreksi sekalian berdiskusi. agar kedepan lebih nyaman
:kk:
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd