Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Panggil aku senpai SEASON 2 (Update Chapter 2)

Jadi kamu #TeamErika #TeamAriel atau #TeamAmel ?

  • #TeamAmel

    Votes: 41 21,1%
  • #TeamAriel

    Votes: 54 27,8%
  • #TeamErika

    Votes: 47 24,2%
  • #TeamGita

    Votes: 27 13,9%
  • #TeamVivi

    Votes: 25 12,9%

  • Total voters
    194
Wkwk gue doang yang rajin nge up cerita ini ya, update dong senpai kangen erika nih
 
Erikalg di Jakarta ni hu siapa tau jd semangat buat update lg hehe
 
Btw setelah baca ulang part 1, kok sama yah kehadiran teater ane berhenti di 204 setelah oshi grad😂😂😂
 
Part 10

"Selamat datang di Bukit Moko, Erika-hime" aku membungkuk mempersilakan erika berjalan terlebih dahulu.

Saat itu pukul 4 pagi, kami berjalan menuju pintu masuk warung daweung, disana ada semacam loket tempat kita membeli karcis masuk memilih menu. Warung Daweung dulunya tidak mensyaratkan pembelian karcis masuk, karena toh hanya warung. Tapi seiring meningkatnya inflasi, sepertinya pemilik warung memberlakukan strategi bisnis baru dimana para pengunjung wajib membeli karcis masuk. Untungnya, karcis seharga 20 ribu rupiah tersebut sudah termasuk Makanan dan minuman yang pilihannya dibatasi antara mie instan, nasi rames, teh, kopi, nutrisari, dan chocolatos drink. Mata erika berbinar melihat tulisan "MIE REBUS SOTO + TELUR". Aku hanya tertawa saja dan menuliskan pesananku berupa mie kuah ayam bawang + telur dan hot chocolate sebagai minuman. Karena aku bukan penyuka kopi, apalagi penikmat senja. Aku lebih tepatnya adalah penyuka dan penikmat gadis remaja (kecuali Kinal, yang sebentar lagi sudah tidak bisa).

"Mie nya double ya kang!" kata Erika seraya menyerahkan kertas pesanannya. Aku melongo.

"Kenapa?" tantang Erika.

"Gakpapa." jawabku singkat.

Aku memandang sebidang kaca yang penuh dengan stiker. Kumpulan stiker ini terdiri dari nama dan logo berbagai komunitas yang ada di Bandung. Mengingat Bandung adalah kota yang dingin, budaya "guyub" menjadi sesuatu yang normal. Jika melewati kota Bandung di malam hari, bisa dilihat banyak tongkrongan-tongkrongan pinggir jalan yang mengepul karena asap kopi dan asap rokok, biasanya disertai dengan jajaran motor yang terparkir, sampah kacang, dan kertas catatan. Kertas ini biasanya berupa catatan skor permainan kartu, di tempat tongkronganku dulu, kami diajarkan memainkan beberapa jenis permainan kartu seperti Remi, Truff, Capsah atau poker (apapun istilah yang kalian gunakan), blackjack, Heart, 7 Spade, dan Lang (permainan kartu yang diperkenalkan oleh seniorku yang berasal dari Pulau Samosir, Danau Toba. Sebuah permainan gabungan antara Heart dan Truff). Biasanya, permainan kami disertai dengan uang taruhan, namun catatan tersebut lebih sering berfungsi sebagai catatan hutang. Beberapa orang yang berperilaku syar'i sepertiku (tidak minum alkohol, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi yang haram-haram) tidak menggunakan uang untuk taruhan, kami menggantinya dengan push-up. Itulah kenapa, lenganku dulu cukup besar (sekarang juga sih, tapi lemaknya lebih dominan).

Aku tersenyum melihat stiker tongkronganku tertempel disana. Aku menyentuhnya sejenak sambil flashback. Bukan aku yang menempel stiker itu disini, tapi seniorku di SMA, angkatan 2008. Saat itu adalah syukuran kelulusan angkatan mereka sekaligus peluncuran jaket angkatan mereka. Jaket yang sangat kuidamkan sejak aku kelas 1 SMA. Selesai flashback, aku mengajak erika menuruni lorong berlantai batu yang licin karena ditumbuhi lumut. Kemudian kami tiba disebuah area terbuka. Di sisi sebelah kanan kami, terdapat deretan saung berjumlah 4 yang dilengkapi dengan meja, bantal duduk, dan colokan. Beberapa bangku yang terbuat dari batu tersebar di beberapa bagian area tersebut, yang ujungnya terdapat lereng. Di tengah, terdapat api unggun.

mnyUGPJ.jpg


Kami duduk di saung paling ujung kanan, karena lampunya yang terang dan letaknya lebih dekat ke wc, karena cuaca dingin seringkali membuat kita beser.

Benar saja.

"Senpai... Aku mau pipis.." kata Erika.

"Ya pipis aja, ngapain laporan?" kataku.

"..... Temenin... Takut :( "

"Hadeeeeh..." Aku menghela napas panjang dan mengantar erika ke depan toilet.

Sekembalinya kami dari Toilet, tidak lama kemudian pesanan kami datang. 2 mangkuk indomie kuah rasa soto beserta telur dan cengek (cabe rawit) beserta minuman hangat kami.

"Ittadakimas!!" Erika berseru lalu mulai menyeruput Mie nya. "Aaaa oishii~"

Aku tertawa melihat tingkahnya dan akupun mulai menyantap makananku.

"Senpai.." erika bertanya disela-sela makan

"Hmm?"

"Mau nikah kapan?" tanya erika.

Seketika aku tersedak dan batuk-batuk. Erika dengan cepat menyodorkan minuman.

"... Uhuk.. kok... Tiba-tiba nanya gitu?" kataku setelah batuk reda.

"Errr... Gapapa siih... Soalnyaaa..." Erika terlihat ragu-ragu.

"Soalnya apa?" tanyaku.

"Soalnya senpai sering melakukan sex padahal belum menikah!" Erika berkata dengan nada suara tajam. Aku tersentak mendengar perkatannya. Wajah erika merah padam.

jfkKwvt.jpg


"......"

Suasana jadi agak kaku selama beberapa puluh detik. Kami berdua diam tak bersuara.

"Senpai tau kan, kalau sex pra-nikah itu dosa?" Erika mulai berbicara.

"... Iya..." jawabku.

"Terus kenapa masih melakukannya?" Erika kembali bertanya secara serius sambil melotot tajam ke arahku. Aku menjadi agak salah tingkah. Jujur saja, dalam Agama Islam, hubungan dengan lawan jenis diatur sedemikian ketatnya hingga bersentuhan pun dilarang, tapi aku melakukan yang lebih parah, dan seakan mengabaikan itu semua.

"Dari segi agama, jelas dosa besar," kata Erika. "Dari segi kesehatan, beresiko terkena penyakit kelamin. Dari segi psikis, senpai secara tidak langsung akan menjadikan partner sex terdahulu sebagai pembanding bagi pasangan di masa depan. Sama sekali tidak ada hal positif dari kebiasaan tersebut!"

Aku terdiam, shock, sekaligus malu. Erika menamparku sebegitunya.

Erika masih melotot menatapku, beberapa detik kemudian ia mengendurkan pandangannya dan menghela napas panjang. "Aku paham, pergaulan zaman sekarang yang sangat bebas membuat semua tidak bisa dikontrol, butuh tembok iman dan pengendalian diri yang kuat untuk mengendalikan semuanya."

Erika berdiri dari tempat duduknya, menghilang dari hadapanku, kemudian secara tiba-tiba, ia memeluk leherku dari belakang. Aku tidak sanggup merespon ini semua. Aku hanya bisa tertunduk lesu.

"Aku peduli padamu senpai, please stop this kind of habbit. Jika memang sulit, batasi lah, setidaknya, lakukan lah sex dengan orang yang benar-benar kamu cintai.." erika berkata dengan suara pekat.

Aku tertampar begitu parah mendengar perkatannya ini. Terakhir kali aku berhubungan sex dengan orang yang aku cintai, perempuan tersebut mengumumkan rencana pertunangannya yang akan dilaksanakan hari ini tepat setelah kami ejakulasi.

Erika mengetatkan pelukannya di leherku, nafasnya panjang dan lembut. Aku tenggelam begitu dalam dalam pikiranku sendiri. Selang beberapa detik, aku bisa mendengar erika yang bersusah payah menahan tangis. Nafasnya sesenggukan.

Cukup lama kami terdiam dalam posisi ini, hingga akhirnya terdengar adzan subuh di kejauhan. Erika terisak sedikit lalu kemudian melepaskan pelukannya. Aku masih menunduk. Aku bisa merasakan erika bangkit, memakai sepatunya, kemudian pergi begitu saja. Aku hanya bisa melihat semua kejadian tersebut melalui sudut mataku.

A cold and frosty morning there's not a lot to say
About the things caught in my mind
As the day was dawning my plane flew away
With all the things caught in my mind
And I want to be there when you're
Coming down
And I want to be there when you hit the ground
So don't go away, say what you say
But say that you'll stay
Forever and a day in the time of my life
'Cause I need more time, yes, I need more time
Just to make things right

me and you, what's going on?

***


"Kenapa masih diem disini? Buruan ambil wudhu, solat subuh!" Terdengar nada suara erika yang seperti mengomel. Aku membalikkan badan, masih melongo.

"Itu musholanya disana, ada sarungnya juga. Aku tadi pakai mukena disana dan cukup bersih. Sana cepetan sholat! Sebentar lagi matahari terbit!" Erika kembali mengomeliku. Aku mengerjap sedikit, caranya mengomel persis seperti ibuku.

"CEPETAN!!"

"... I... iya bun.." aku tergagap lalu cepat-cepat bergerak menuju mushola.

**

"Aaah itu diaa!!" Erika berseru menunjuk ke ufuk timur yang bersemburat merah, sang surya mulai menampakkan wujudnya di dunia.

"Ayoo!!" Erika menarik tanganku menuju tempat yang lebih dekat ke lereng bukit, sehingga pemandangan yang terlihat lebih luas, hamparan hijau perkebunan warga yang dilatarbelakangi langit kelabu pucat bersemburat merah. Aku menatap sosok gadis dihadapanku itu.

Cantik. Sangat cantik.

"Fotoiiin..!!" Erika menyerahkan handphonenya padaku, aku nyengir sedikit dan mulai mengambil gambar.

Ah, mungkin keadaan sudah tidak setegang subuh tadi.

Kami mengambil beberapa foto dengan sudut dan latar pemandangan yang berbeda. Sampai akhirnya erika menarik lenganku mendekat ke sisinya, memeluk dari samping, dan merentangkan tangan pemegang handphonenya.

"Senyum dooong.. cheers!!" Erika mengambil foto selfie kami. Aku melihat fotonya, latar belakangnya sangat indah. Erika tersenyum singkat dan memasukkan hp ke kantong jaketnya.

"Aku lapar! Makan yuuuk.." erika meraih tanganku dan menggoyang-goyangkannya. Yaampun.

"Yuk! Ada satu makanan khas orang Sunda yang biasa disantap untuk sarapan."

"Apatuuuh~" erika bertanya dengan nada riang.

"Kupat tahu!" seruku.

"Heee, apa ituu??" Erika bertanya lalu menempatkan telunjuk di depan bibirnya. Yaampun.

"Udah liat aja nanti yah, aku tau tempat Kupat Tahu paling enak di dunia ini." kataku sambil menarik tangannya untuk berjalan.

"Sedunia pisan???" erika bertanya dengan logat sunda yang dibuat-buat. Lucuk sekali.

"Yup, kalau gak enak, berarti kita beda dunia! Hahaha yukk" aku mendorongnya berjalan ke arah mobil kami, di dekat mobil, kedua ajudan kami yang nampaknya baru bangun tidur menggeliat sejenak kemudian segera membuka pintu mobil.

Kami meluncur menuruni jalanan bukit dan melaju sepanjang jalan PH. H. Mustofa

"Ini namanya jalan PH. H. Mustofa, tapi lebih dikenal dengan nama jalan suci. Tau gak kenapa bisa gitu?" Aku mengatifkan mode Pemandu Wisata.

"... Karena airnya bersih?" Erika coba menjawab.

"BHAAKK! bukan! Hahahahaha"

"Terus apaaa ih jangan ngetawain.."

"Hahahaha, Suci itu singkatan neng, Surapati - Cicaheum, nah jalan ini yang menghubungkannya. Jalan Surapati terentang dari lapangan gasibu sampai perempatan Jalan Pahlawan, Cicaheum sendiri ada di arah tenggara Bukit Moko, sekitar 800m dari ujung jalan Padasuka. Terminal Cicaheum merupakan terminal induk Kota Bandung di sebelah Timur, semua perjalanan ke arah Timur berawal dari sana. Sebut saja : Garut, Tasikmalaya, Cirebon, Jawa Tengah (jalur Pantura dan jalur Selatan), Jawa Timur, hingga Denpasar. Berbeda dengan Terminal Leuwi Panjang yang dikhususkan untuk perjalanan ke arah Barat seperti Bogor, Jakarta, Serang, Lampung, hingga ke Aceh."

Erika hanya mengangguk-angguk saja saat aku menjelaskan.

"Nah, Kupat Tahu ini adanya di Jalan Gempol. Disini selain Kupat Tahu, terdapat juga kedai makanan legendaris lainnya yaitu Roti Gempol. Bedanya, Roti Gempol sekarang sudah lebih komersil dengan turut membuka cabang bersama Kopi Anjis. Tapi buatku, lebih enak kalau makan di Jalan Gempolnya langsung sih." ujarku.

"Terus kok aku ga diajak kesana?" tanya Erika

"Percayalah, habis makan Kupat Tahu, kamu akan kenyang." kataku.

"Ah enggak kok, aku kuat makan lagii" kata erika.

"Haa? Bener nih yaa??"

"Iyaaa!!!"

"Kalo ternyata gak kuat??"

"Senpai turutin semua apa kataku.."

"IH KOK GITU???"

"HAHAHAHAHAHA DEAL YA!!!" Erika terbahak menertawakan kesepakatan yang dia buat secara sepihak itu. Aku hanya bisa mendengus jengkel, yang membuatnya semakin terpingkal.

"Seriusan, kamu harus nyoba ini Kupat Tahu, soalnya dia cuma jualan sampe jam 8 pagi. Apalagi hari libur gini, kadang jam 7 udah abis." kataku.

"Hee? Macaciih??" Erika meledek.

"Hih! Ngeselin! Tuh udah mau nyampe, ayo siap-siap turun." kataku. Erika mengekor dibelakangku berjalan menuju warung Kupat Tahu tersebut.

x0zX5fW.jpg


Tidak ada plang khusus yang menunjukkan nama atau apapun, hanya sebuah rumah sederhana yang terletak tusuk sate di jalan gempol. Terdapat gerobak dan kursi serta meja untuk makan. Kondisi saat ini cukup lengang karena waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi. Kami memesan 2 porsi kupat tahu dan 2 gelas teh hangat. Erika meminta teh tawar tanpa gula untuk kami berdua. "Supaya sehat, kurangi konsumsi gula." ujar Erika tanpa memedulikan tatapan perlawanan dariku.

Akhirnya, pesanan kami tiba.

daAbd4x.jpg


"Aaaahhh~~ ENAK BANGEEET~ ummmm~" erika mendecap merasakan nikmatnya bumbu kacang yang menemani potongan ketupat dan tahu goreng.

Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa dari Kupat Tahu ini, cara memasaknya pun sama. Tapi entah mengapa, bumbu kacang yang digunakan sangat lezat, ditambah lagi potongan ketupat yang padat dan tahu asli dari Cibuntu yang sangat lezat, tidak seperti kebanyakan tahu di Jakarta yang terksturnya cenderung mengeras dan asam.

Satu hal yang aku sangat yakin Erika tidak akan mampu menyantap hidangan lain setelah memakan Kupat Tahu ini adalah rahasia didalam ketupatnya. Potongan ketupat yang digunakan tidak terlalu besar, tetapi memiliki tekstur yang lembut dan sangat padat. Aku sendiri awalnya meremehkan dan sempat ingin memesan 2 porsi pada kunjungan pertamaku kesini, namun entah kenapa, setelah selesai makan dan minum, perutku langsung terasa penuh tidak keruan.

Dan benar saja, Erika yang sudah selesai menyantap Kupat Tahu dengan lahap (tidak lupa kerupuk terasinya dihabiskan tanpa sisa) langsung membujur tidak bergerak di tempat duduknya. Aku yang teringat stiker LINE langsung terbahak.

"Tuhkan, gimana mau makan Roti Gempol? Baru beres makan Kupat Tahu aja udah gabisa gerak gitu! Hahahhaha" aku menertawakan pemandangan langka tersebut. Erika hanya mendengus kesal tapi tidak mampu bangkit, ia hanya berkata "tunggu 10 menit juga nanti lapar lagi".

Sambil membiarkan Erika mencerna makanan, aku bangkit dan berjalan sedikit keluar warung, mengedarkan pandangan ke sekitar jalan gempol. Roti Gempol adalah makanan favorit mantanku, aku pertama kali mengenal Roti Gempol pun darinya, dan belakangan, ibuku juga sangat suka Roti Gempol dan selalu minta dibawakan walaupun aku tidak langsung pulang setelah membeli. Bukan, bukan mantanku yang kemarin, ini mantanku waktu aku di Bandung.

Setelah 15 menit, aku kembali ke tempat duduk. Erika masih di posisi yang sama, aku menertawakan keadaannya itu.

"Hahahaaha, udahlah, Rotinya lain kali aja deh kalo gitu, kamunya aja gabisa gerak gitu hahahha" kataku pada Erika.

"Huff... Iyadeh... Aku nyerah... Kenyang banget entah kenapa.. dan ngantuk juga nih, kan kita begadang semalaman." Erika mulai menguap.

"Hahaha iyaa, yaudah kita pulang yuk.." ajakku sambil mengulurkan tangan pada Erika, yang menyambutnya dan bangkit. Aku membayar 48 ribu untuk makanan kami, dan kami pun masuk kedalam mobil untuk menempuh perjalanan kembali ke Dago, lokasi tempat hotel kami menginap.

"Umm.. senpai?" Erika bertanya di perjalanan.

"Hmm?"

"Senpai enggak pulang ke rumah? Rumahnya di Bandung kan?" Erika bertanya.

"Iya, rumahku sebenarnya deket Bukit Moko tadi, ada dijalan Padasuka, dibawah bukit itu hahaha.." jawabku.

"Ih, kok gak pulang ke rumah? Nanti mamanya nyariin.." kata Erika.

"Memang niat mau mampir ke rumah kok nanti sore, mungkin sampai malam.." kataku.

"Aku mau ikut!" Erika mendadak bersemangat.

"Hee? Ngapain??" tanyaku.

"Pengen ketemu mamanya senpai.. hehehe... Sekalian main sama adik-adiknya senpai jugaa~" kata erika.

Jujur aku terkejut, karena aku belum pernah menceritakan satupun hal mengenai keluargaku, aku tebak erika hanya menebak dan berbicara secara umum saja.

"Umm.. okedeh boleh, kebetulan adik aku dua-duanya wibu, pasti akan cocok ngobrol sama kamu.." kataku.

"Asyik!!! Horee!!!" Erika memekik girang.

"Lagian, senpai jahat juga kalau punya rencana mampir ke rumah. Terus aku ditinggal sendirian gitu? Gabut dong hih.." kata erika.

"Yah.. akusih mikirnya kan disini ada member yang lain juga, jadi kamu ada temen laah.."

"GAK, POKOKNYA AKU IKUT KE RUMAH KAMU, TITIK." Erika sudah membuat keputusan.

"Haik-haik, hime-sama.." kataku pura-pura membungkuk dihadapan tuan putri.

Kami pun tiba di hotel. Setelah mengucapkan terima kasih kepada kedua ajudan, kami berjalan menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar. Kebetulan kamarku dan erika berada di lantai yang sama. Kamipun berjalan menyusuri koridor untuk menuju kamar. Kamar erika terletak lebih dekat, kami pun tiba di depan pintu kamarnya.

"Baiklah tuan putri, selamat istirahat.." kataku.

"Selamat istirahat juga senpai, makasih udah ajak jalan-jalan hehe.." ujar erika sambil membuka pintu kamarnya.

"Okedeh, sampai ketemu nanti sore ya, sekarang tidur dulu.." kataku sambil lalu, aku bergerak menuju kamarku yang terletak diujung lorong, belum ada 2 langkah, mendadak tanganku ditarik oleh erika.

"Kamu jangan pura-pura lupa ya, perjanjiannya tadi kalau AKU ga sanggup makan lagi, kamu mau nurut semua permintaanku, sekarang, aku minta kamu MASUK." tanpa aba-aba, erika menarik tanganku dengan kencang dan tubuhku yang limbung terbawa masuk kedalam kamarnya yang ia kunci dari dalam.

gwaol1T.jpg


Me and you, what's going on?
 
Terakhir diubah:
Ngeliat poto makanan nya kok keliatan nya enak ya??
Jadi pengen 😍
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd