Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
Hai, kemungkinan nanti malem apdet, tapi itu bagian terakhir dari cerita ini ehehe. Semoga sukak ya~
 
PART 15 (Ending)

WmMXogvg_o.png


Setelah threesome tadi, penisku masih sedikit ngilu saat ini. Hari sudah terang, Shani dan Gracia sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan aku masih terduduk di sofa. Sesaat sarapan selesai dibuat...


"Parah, badan aku pegel-pegel..." Shani mengeluh.
"Iya, ini gegara kakyov! Pertama kali aku tidur di kamar mandi!" Gracia menimpali.

"Hei, kalian cuman pegel, nah aku? Ngilu juga nih!" Aku protes.


Setelahnya kami terus berdebat sampai Shani teringat sesuatu...


"Kamu jadi pulang, yov?"


Aku terhenti, menatapnya.


"Jadi kok, ya emang harus pulang..."


"Kalo aku hamil gimana?" Shani berbisik.


DEG...


"Kamu keluar banyak banget tau..."


Please jangan lagi...


Aku panik sekarang mendengar Shani mengatakan itu. Seketika menyesal dengan yang baru saja aku lakukan padanya. Aku harus gimana?!


Dia sayu menatapku tapi ganti tertawa, "Nggak kok, tenang aja..."

"Ci Shan! Parah ya, aku sampe kaget...!" Gracia memukul lengan Shani pelan.
"Kalo ci Shan hamil juga pasti bapak banyak anak ini panik kelimpungan gatau harus ngapain kayak orang bodoh..." Lanjutnya menatapku sedikit sinis.


Aku ganti menatapnya ketus.


"Apa-apaan bapak banyak anak?"
"Ya abis kamu selalu manggil aku ibu satu anak!" Gracia melotot.
"Ya kan emang bener-
"Yaudah sama. Aku juga bener dong?!"


"Aduh apaan sih kalian berantem terus!" Shani sedikit kesal.


Kami berdua tersadar setelah Shani kesal dan melanjutkan makan kami...


***

hrRCg1QN_o.jpg


Dan ya, hari yang di tunggu tiba. Aku harus kembali ke Indonesia, sudah hampir dua bulan aku disini. Melebihi batas waktu, aku jadi tau keadaan Gracia dan Gio disini. Meskipun kami nggak bisa sama-sama karena aku sudah lebih dulu memilih Shania...


Aku pernah berkata pada Gio, jika dia besar nanti dia harus melakukan hal yang benar. Percaya pada apa yang dirasakan. Agar jangan seperti aku yang melewatkan rasa sayangku pada ibunya hingga sekarang harus menyesal. Tapi, aku juga bersyukur saat itu ada Shania. Coba kalo nggak ada Shania? Mungkin aku malah menelantarkan Yuvia dan kesini bersama Gracia. Gracia benar bahwa tinggal disini untuk dirinya dan Gio bukanlah jawaban dari semuanya...


Dan Shani...

Aku gatau harus ngomong apa...

Aku sudah di bandara, menunggu jadwal keberangkatanku. Gracia mendadak tidak bisa mengantarku pulang karena Gio terkena demam, aku sempat ingin membatalkan kepulanganku tapi Gracia malah marah-marah...


"Nggak ada yang mau kamu ucapin gitu, Shan?" Aku memecah keheningan setelah setengah jam menunggu terdiam.


Aku ditemani Shani, entah mengapa dari perjalanan menuju bandara hingga saat ini sudah di bandara dia lebih banyak diam, aku jadi khawatir apa jangan-jangan perkataannya tadi itu sebenernya kenyataan?


"Halo! Mbaknya..."
"Ah? Kenapa?" Shani tersadar.


Dia melamun...


"Ngelamunin apaan?" Tanyaku.

"Nggak, tiba-tiba aku kepikiran kata-kata kamu soal orang tua..." Shani tersenyum.
"Iya ya, mungkin aku terlalu jahat kali ya sampe nggak mau pulang kesana..." Lanjutnya.


"Trauma sih wajar, tapi nggak perlu selama itu juga. Sepuluh tahun bukan sebentar loh..." Jelasku.

"Iya sih, tapi aku masih takut kalo ke Indonesia..." Shani melemah menatapku.
"Rasa takut ya dilawan aja, Shan. Jangan diikutin. Percaya deh..." Aku tetap berusaha meyakinkannya.
"Semuanya pasti udah berubah..." Aku tersenyum.


Shani menatapku dalam,


"Dari kamu aku belajar banyak hal. Terutama tentang orang tua, selama ini aku nggak kepikiran tentang orang tua aku, tapi karena kamu aku sadar. Aku harus mengunjungi mereka..."

"Janji?" Aku menatapnya serius.
"Janji!" Shani nyengir.

"Kamu enak masih punya orang tua, Shan..." Aku menghela nafas.
"Semua orang juga punya orang tua kali. Cuman bedanya masih hidup atau udah meninggal aja..." Balas Shani enteng.

wihs9wtd_o.jpg


Aku terdiam sesaat mendengar perkataannya, teringat sesuatu...


"Gimana perasaan kamu sama aku, Shan?"


Shani kaget menoleh, "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"


"Eee, nggak papa, tiba-tiba keinget..." Aku sedikit panik.


"Ya-


DEG...


"Oiya, foto ini buat aku?"


Biarkan jadi misteri. Aku tidak mau mendengar jawabannya dan malah berusaha mengalihkan pembahasan, mengambil secarik foto dari dalam dompetku, foto yang saat itu pernah diberikan Shani padaku, foto diriku dan dirinya...


"Oh, simpen aja. Siapa tau kamu kangen sama aku..." Dia berusaha tersenyum.


Aku tertawa canggung dan menatap foto itu. Shani jadi diam menatapku...



***


Januari, 2019...


Aku terbangun, semalam kami semua merayakan pergantian tahun bersama. kulihat Shania masih tertidur pulas di sebelahku, sementara Yuvia juga masih tertidur di ranjang sebelah. Aku berdiri melangkah menuju jendela. Entah kenapa tanganku seolah bergerak sendiri membuka laci meja kecil di dekat jendela...

Menemukan sebuah foto bertuliskan "Nuernberg-2017" di belakangnya...

Kubalik foto tersebut, menampakan diriku bersama seorang gadis sedang tertawa...

Aku jadi tersenyum melihatnya...


"Apa kabar kamu?"



Androidku bergetar...

"Halo?"

"Masih inget aku?" Suara dari seberang terdengar.


Aku kenal sekali suara ini...


"Aku ada di Indonesia..."


Aku kaget mendengarnya. Setelah dua belas tahun akhirnya dia berani kembali ke Indonesia? Shani... Shani...


"Bisa ketemu?" Tanyanya.
"Bisa kok..." Aku berusaha santai.


***

yhYyxhfC_o.jpg


Shani menungguku di taman, sepertinya ada hal yang serius yang ingin disampaikannya. Entahlah...


"Jadi? Gimana?" Suaraku membuatnya kaget.
"Taraa... Aku disini!" Dia tertawa.
"Udah nggak takut sama masa lalu kamu disini?" Tanyaku lagi.
"Ya karena denger nasehat kamu, aku jadi berani. Dan, ya, kamu bener. Semua udah berubah..." Dia masih menatapku.

"Gimana orang tua kamu?"
"Mereka seneng akhirnya aku bisa kesini..." Shani melemah. Aku diam menatapnya.

"Udah sebulan aku disini. Aku beraniin diri kesini, masih ada rasa takut diawal. Tapi setelah ketemu orang tua aku, aku bisa tenang... Ya semoga aku nggak pernah ketemu mantan pacar sepupu aku lagi..."

Jelas Shani panjang, ya Shani akhirnya bisa berdamai dengan masa lalunya yang kelam dengan mantan pacar sepupunya. Dua tahun itu waktu yang lama kan ya? Shani berubah secara fisik, sekarang sudah mulai berisi... Tidak, tunggu. Sepertinya keadaan ini familiar...


"Aku jadi kangen... Sekarang apa kabar dia?" Gracia nyengir.
"Dia?" Aku bingung menatapku.


Gracia tidak menjawab hanya menarik mataku menatap selangkangannya...


"Astaga... Baik kok, mau ngerasain lagi?" Aku mengerti maksudku.
"Ah, nanti Gio punya adik lagi..." Dia tertawa.


Di toilet taman...


"MMHH... KaaKK... AAAKKK..."


Aku dan Gracia melakukannya di toilet taman, tentu dengan perasaan was-was. Takut ada yang mengetahui kegiatan kami. Tapi ya... Beberapa menit kemudian kami sudah lupa kami dimana karena sudah sama-sama nafsu...


"Lebih... Mmhh... Kerass... Kaakk..."


Posisi Gracia menungging sementara aku di belakangnya memompa penisnya di dalam vaginanya. Tangannya bertumpu pada wastafel toilet...

Aku tidak tahan dan menariknya ke salah satu bilik toilet...

Ganti posisi kali ini aku duduk di kloset dan Gracia dipangkuanku berhadapan...


"Hmm... Gee... NGGHH... Mmmhh..."


Tubuh kami sama-sama basah keringat...

Oh... Aku merasa ada sesuatu yang mau meledak...


"KaaKK... Aku mo kuaarr... HAAHH..."
"Barengann... Ngghh..."


Aku mendorong penisku lebih dalam...


"KAAAAKKKK!!!"
"AAHHH GEEE!!!"


Gracia squirting hebat. Aku merasakan cairan hangat menyemprot dari dalam penisku, banyak sekali...


Kami sama-sama terkulai lemas...



DEG...

Kejadian ini persis dengan Gracia saat itu...


"Kenapa?" Shani bingung.
"Gapapa..." Aku tersenyum.


Dengan satu kali gerakan aku mencium bibirnya. Dia kaget reflek melotot dan menamparku! Untung pelan...


"Aku kan udah pernah bilang! Jangan begini lagi!" Dia sedikit naik.


Melihat suasana di sekitar kami cukup sepi...


Kembali mencium bibirnya beberapa kali secara intens, Shani yang tadinya berusaha menolak perlahan...


"Tolong yov, yang di Jerman. Biarkan di Jerman..."
"Please, Shan..."
"Nggak..."


Entah mereka mau bilang aku otak selangkangan atau apalah...

Tapi saat ini...

Aku ingin tubuhnya!



Shani menghela nafas panjang, menatapku serius...


"Sadar! Mau sampe kapan kamu begini terus?!"


Aku kaget dia tiba-tiba membentak.


"Apa sih yang bikin kamu nafsu sama semua cewek? Dikit-dikit begituan. Kontrol dong!"
"Aku udah bilang yang di Jerman tetep di Jerman yaudah gausah maksa! Aku bukan kayak mereka semua yang mau aja nurutin nafsu kamu!"


Aku jadi terdiam menatapnya yang sekarang marah-marah...


"Nggak setiap ketemu terus harus begituan! Sadar! Kontrol! Kamu laki-laki harusnya ngelindungin perempuan! Bukan malah terus selalu diajak begituan!"

"Ya tapi kan aku-

"Apapun alasan kamu. Tapi nggak semua perempuan mau diajak buat begituan!
...Kamu itu sampah! Adik sendiri di hamilin dan membuat Gracia berjuang sendirian!"

"Tapi kan disini ada Shania, sahabat aku!" Aku mengelak.

Shani menghela nafas lagi, "Aku nggak perduli siapa Shania. Intinya, harusnya kamu nyusul Gracia!"


Aku merasa seperti di tampar kedua kalinya...


"Aku masih berjanji sama diri aku sendiri. Aku nggak mau ngecewain Gracia. Dan aku jadi kecewa sama kamu. tadinya ada yang mau aku bahas, tapi kamu malah begini, kamu sama aja kayak mantan pacar sepupu aku!"


Shani berlalu meninggalkanku yang masih terdiam menatapnya menjauh...


Dan setelah hari itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Shani, aku tidak tau apa dia sudah kembali ke Jerman atau masih di Indonesia. Gracia juga sudah tidak pernah membahas soal Shani lagi...


Shani benar. Aku harusnya bisa mengkontrol nafsu, saat di kamar Yuvia harusnya aku kontrol nafsu untuk jangan bersetubuh dengannya, adikku sendiri! Sekarang aku benar-benar menyesal memilih Shania. Untuk itu aku berharap semoga Gio nggak menjadi seperti aku yang harus menyesal seperti ini, tapi dia harus seperti Gracia yang yakin dan percaya akan sesuatu...


***

ztlKfTF5_o.png


Tidak terasa sudah dua tahun berlalu setelah kisahku di Jerman tertulis. Pilihan orang ternyata emang bisa salah, tapi kalo udah salah yaudah jalanin aja. Menyesal boleh, tapi jangan terlalu lama, coba berdamai dengan itu...

Aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia bersama Yuvia, Shania, dan ketiga anakku. Sementara Gracia dan Gio tetap di Jerman dan sesekali aku kesana atau mereka kesini hanya untuk sekedar saling bertemu. Mereka semua berarti bagi hidupku...


Yuvia, adik perempuanku satu-satunya yang aku sayang tapi setelah berbagai macam kejadian itu sempat membuatku terpukul dan merasa gagal sebagai kakak...

Shania, sahabatku dari kami masih kecil. Dia perempuan yang mau menungguku hingga aku menyadari perasaanku padanya...

Gracia, junior kampus yang tidak sengaja bertemu dan harus tersingkir dan sempat terlupakan di luar negeri. Membesarkan anakku sendirian disana, beruntung kami kembali dipertemukan dan rasa penyesalanku masih ada sampai saat ini...

Dan... Shani... Sahabat Gracia selama di Jerman, aku menyesal sempat berada diantara mereka dan seolah menguji persahabatan mereka yang ternyata begitu kuat, tapi aku senang mengetahui dia akhirnya bisa berdamai dengan masa lalunya memberanikan diri untuk kembali dan bertemu keluarganya walaupun pada akhirnya aku yang mengecewakannya...



-TAMAT-

0cqtbwPX_o.png


Terimakasih buat semuanya yang udah baca, komen, like, dll. Akhirnya bisa nyelesain trilogi kisahnya Yovie wkwkw maaf kalo selama ini masih kurang sana sini dan makasih juga buat kalian yang ngikutin dari awal ataupun baru ngikutin. Sampai jumpa di cerita yang lain! (kalo ane masih mau nulis)

Klak Kluk Klik Kluk~
Keep semprot!


Nuernberg, Jerman...


Di sebuah flat yang sepertinya familiar...


"Ngghh... Ciikk...!"
"Mmmhh... MMAAHH... Ngghh...!"
"Aku mau kuaar!"

"Be... Ntar...! Kuarin aja didalem!"

"Cici Shani...!"
"Gio...!"
 
Terakhir diubah:
Haloo, wah saia ucapkan selamat tamat mas Yovieee, hehe. Sebenarnya mulai ngikutin cerita dari Crescentia sih, dan langsung sukak dengan penulisannya sampai ke cerita ini. Hehe.

Salah satu inspirasi saya buat mau nulis stensilan disini wkkwkw dan salah satu author favorit juga sebenernya. Hehe

Sampai jumpa kak Yov di cerita selanjutnya wkkwkw

Btw.... ITU GIO NGAPAIN WOE
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd