Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
PART 14

xDtx0xky_o.png


Gracia merundukkan kepalanya dipundakku...

"Udah puas?" Tanyanya.
"Belum, turun yuk..." Ajakku.


"Mmhh... Gre? Kenapa?


DEG...


"Astaga!"


Kami berdua panik mengetahui ternyata Shani jadi terbangun akibat ulah kami. Gracia berusaha menutupi keadaannya yang sudah setengah telanjang. Aku tidak tau harus gimana sekarang...


***

R9F1R2ck_o.jpg


Setelah kejadian semalam, hingga pagi ini suasananya jadi serba canggung hingga Shani akhirnya memutuskan kembali ke flat miliknya. Aku dan Gracia merasa tidak enak dengan Shani...


"Kakyov sih!"
"Kok aku?"
"Iya emang kakyov! Dasar nafsuan!"


Gracia tidak berhenti memarahiku...


"Ya tapi kan kamu juga ngeladenin, ya nggak sepenuhnya aku yang salah dong?" Aku bersikeras.

"Tetep aja awalnya kamu yang salah! Udah ah aku males berdebat!" Gracia meninggalkanku ke dapur.


Aku terdiam duduk di sofa sementara Gracia sibuk di dapur, entah kenapa aku jadi terpikir sesuatu...


Aku sudah memilih Shania, tapi aku menyesal meninggalkan Gracia...


Aku menatap Gracia.


"Gee?" Bisikku.
Gracia menoleh, "Apa? Udah gausah dibahas lagi!"

"Bukan, aku... Masih nyesel..." Aku merunduk.


Gracia menghentikan kegiatannya. Merunduk, menghampiriku...


"Udahlah, ngapain lagi sih masih nyesel? Aku nggak papa kak...
...Keadaannya udah jadi gini. Kita nggak bisa maksain..."


Aku menatapnya...


"Mungkin bener, seharusnya aku nggak kesini. Seharusnya kita nggak ketemu lagi. Cerita ini harusnya nggak tertulis, karena sekarang aku bakalan di hujat semua orang. Aku kesini buat kamu sama Gio tapi malah...

...Jadi begini..."


Aku menghela nafas, Gracia menatapku.


"Aku sih makasih kakyov udah mau datang buat Gio ya walaupun lebih banyak ngabisin waktu sama aku dan ci Shani ketimbang sama Gio, tapi yang penting Gio tau siapa ayahnya...
...Kita harus tetep bareng-bareng sampe Gio bisa ngerti keadaan kita kak...
...Anggap aja Gio itu Gempita kak, kakyov papa dading, aku mama isel..."


Dia cengegesan. Aku datar menatapnya,

"Aku lagi serius tau..."


"Asal kakak tau ya...
...Aku nggak benci sama Gracia, aku cuman kecewa dia nggak jujur kalo dia suka sama kakak..."

"Aku nggak benci ci Shani! Aku cuman kecewa kenapa cici nggak mau jujur kalo cici suka sama kakyov!"



DEG...


Aku teringat...


Gracia mau bergegas kembali ke dapur, buru-buru kutahan...


"Kamu nggak suka kalo Shani nggak jujur soal dia suka sama aku, tapi kenapa kamu sendiri nggak jujur sama Yuvia soal kamu suka sama aku?"


Dia berubah diam sesaat, wajahnya berusaha tenang. Kembali duduk...


"Aku takut nyakitin perasaannya Yuvia..."


DEG...


"Aku nggak mau nyakitin Yuvia! Aku nggak mau jadi penghalang kalian, yov!" Shania terisak.
"Apanya yang penghalang? Satu-satunya penghalang aku sama Yuvia karena kami sedarah!" Jelasku sedikit naik.


Alasan yang sama kembali aku dengar dari Gracia...


Sedekat itu aku dengan Yuvia? Sampe dua perempuan ini berpikir mereka akan menyakiti Yuvia?



Aku menghela nafas,


"Satu-satunya yang mungkin bisa nyakitin Yuvia itu bukan kamu, Shania, atau bahkan Shani sekalipun. Aku sama Yuvia sadar, kami nggak bisa lebih dari kakak adik..."

Gracia menatapku dalam.

"Sekarang yang jelas harus kamu tau adalah aku akan bagi perhatianku sama rata buat kamu, Shania, Yuvia, Gio, Vella, Velly, dan Junior..." Aku berusaha tersenyum.


Gracia ikut tersenyum,


"Kakyov juga harus inget, kamu nggak perlu harus menetap disini. Itu bukan jawaban semuanya kak, apa kamu bisa jamin kalo tinggal disini sama aku dan Gio kamu nggak kepikiran mereka yang disana?"

"Pasti akan terjadi lagi kejadian ini, kamu kesana, menyesal, memutuskan tinggal disana..."

Aku terdiam mendengar perkataan Gracia, iya, itu benar. Aku sendiri nggak bisa menjamin kalo aku tinggal disini aku nggak akan menyesal ninggalin mereka yang disana. Pasti akan seperti itu terus, jadi sekarang yang terbaik adalah jalani semua yang sudah terjadi...

Aku menatapnya sesaat, menariknya kepelukanku dan mencium keningnya...

"Aku sayang sama kamu, gee..."
"Aku juga sayang sama kakyov..."


***


Shani meringkuk di depanku, kulihat Gracia terkapar lemah disebelah Shani. Tubuh kami telanjang!


"Masukin, yov..." Bisik Shani lemah.


Kucengkram pinggangnya dan mengarahkan penisku masuk kedalam vaginanya!


"MMMAAAHH... Ergh... HAAAHH... Pelan-pelan! OOHH..."


Shani terus melenguh, tangannya mencengkram sprei kuat-kuat sebagai pijakan tubuhnya. Tanganku bergerak naik dari pinggangnya dan meremas pelan payudaranya yang bergerak seirama dengan hentakan pinggangku diselangkangannya...


"Yov! MMHHH!! MMMAAHH!!"


Vagina Shani makin menyempit aku bisa merasakannya sementara pinggangku bergerak makin cepat, penisku perlahan mulai gatal...!


"SHANI...!" Racauku.
"YOV! OOHHH!" Selang beberapa detik Shani melenguh keras.


Shani bergelinjang hebat, tangannya melemah kehilangan tumpuan. Aku telungkup diatasnya. Deru nafas kami terdengar bersautan, kami sama-sama mengalami orgasme selang beberapa detik. Aku merasakan rambutnya yang panjang sudah lepek...


Aku berbalik terlentang menatap Shani yang memejamkan mata sambil mengatur nafasnya, tubuh kami sama-sama basah oleh keringat...


Gracia dengan sisa tenaganya merangkak mendekat dan mendudukiku, dengan sekali tarik mengarahkan penisku yang masih sedikit membesar kedalam vaginanya!


"Ergh! Hah? Gee?"


Dia nyengir perlahan menggerakkan tubuhnya sendiri seperti menggenjot. Aku masih berdiam diri karena lelah. Sekitar lima menit Gracia berusaha menggerakkan tubuhnya sendiri, melihat payudaranya yang bergoyang seirama genjotannya nafsuku naik dengan sendirinya...


Aku berganti duduk dan menarik kaki Gracia hingga dia terlentang dan aku meringkuk diatasnya, dengan begini gerakkanku lebih leluasa...


"Kaak! Ngghh... Ngghh... AAHH!!!"


Gracia melenguh lebih keras seiring hentakkanku di vaginanya, aku cuman berharap aku tidak pingsan saat ini...


"NGGHH! GEE!!!"
"KAAAKK!! AAAAAHHH!!!"



Aku terbangun...

Tubuhku basah keringat...

Aku menoleh, Gracia tertidur pulas disebelahku,


"Mimpi lagi?"


***


Suasana pagi seperti biasa di flat kami, aku sudah mulai terbiasa di negara ini. Ya, setidaknya disini sudah mulai jelas, aku dan Gracia akhirnya memutuskan untuk tetap bersama walaupun tidak ada ikatan di antara kami, aku menyesal tidak menyusulnya kesini saat itu...

"Kakk..."

Gracia turun dari atas mengusap-usap matanya, baru bangun tidur...

"Apa?" Tanyaku tersenyum.
"Laper..." Balasnya manja.
"Itu udah aku buatin nasi goreng..." Aku sedikit tertawa melihat tingkahnya.


Aku sadar saat ini kami bukan seperti saat kami masih jadi junior dan senior di kampus, kami sudah sama-sama dewasa. Tapi, kenapa terkadang aku merasa Gracia masih seperti anak kecil? Entahlah...


"Heh ibu satu anak! Melek dong! Bangun-bangun!" Aku mencolek lengannya.


Gracia yang mungkin masih mengantuk sempat tertidur di meja makan, dia bangun dan kami sama-sama menyantap nasi goreng buatanku...


"Udah tiga hari semenjak kejadian itu, Shani gapapa?" Tanyaku teringat.
"Nanti siang dia mau kesini, mau ngomong sama kamu..." Jelasnya.


DEG...


"Ngapain?" Aku berubah tegang.
"Dia bilang sih mau minta maaf karena masalah kemaren..." Jawab Gracia tenang.


Masalah kemaren bukannya aku yang salah ya?


***

VWVe0Blm_o.jpg


Sekarang Shani sudah ada di flat kami, jujur aku jadi tegang. Aku tau aku yang harusnya salah, tapi kenapa Shani yang mau minta maaf?


"Yov, aku mau minta maaf karena masalah kemaren, ya aku sadar nggak seharusnya aku ada disini ngeganggu privasi kamu sama Gracia. Kadang aku lupa kalo kalian juga butuh privasi dimana seharusnya aku nggak tau-


"NNGAAHH...! YOOVV...!"

"MMMHHH... OOOHHH...!"



Aku tidak mendengarkan dengan jelas perkataan Shani, fokusku terus menatap bibirnya sampai aku mengatakan hal yang diluar kontrolku sendiri...


"Shan, threesome yuk..."


Shani berubah melotot menatapku, aku tersadar lalu panik sendiri. Sementara Gracia wajahnya pucat, tidak ada reaksi berarti darinya. Aku merasa bodoh mengatakan hal senekat ini, sekarang rasa canggung memenuhi diriku. Aku berbalik dan naik keatas meninggalkan mereka berdua yang sepertinya shock...


Bodoh!


Sepanjang hari ini hingga malam tiba, aku benar-benar canggung. Tapi sepertinya mereka tidak mau membahas kejadian bodoh tadi siang, entah berusaha tidak membahas atau emang sudah melupakan, aku nggak tau...


"Kayaknya aku harus pulang deh..." Aku berusaha menghilangkan rasa canggungku.

Gracia menatapku, "Kok tiba-tiba kak?"

Shani terdiam...

"Ya, aku rasa urusan aku disini udah selesai. Aku tau Gio tumbuh dengan baik karena kamu sama Shani, aku akhirnya tau perjuangan kamu besarin Gio sendirian tanpa aku, aku tau kalo kamu masih menyimpan rasa yang sama sampe saat ini sama aku...

Dan...

Ya... Kita bisa jadi orang tua yang baik untuk Gio walau kita nggak bisa bareng-bareng terus..."


Aku menatap Gracia yang menatapku dalam. Saat melihat matanya, aku tau ada rasa ikhlas yang sangat besar dari Gracia untukku. Bahkan hingga disinipun aku masih bisa terpincut oleh Shani...


Sampah...


"Aku nggak tau mau ngomong apa lagi selain makasih kak...
...Buat semuanya, dari awal pertemuan kita sampe sekarang...
...Nggak ada yang sia-sia buat aku, aku banyak belajar bahwa keyakinan itu nggak akan pudar, kalo kita percaya..."


Mendengar perkataannya, air mata ini tiba-tiba menetes. Gracia juga, dan Shani, dia juga menangis. Aku reflek memeluk Gracia. Perempuan paling kuat yang pernah aku kenal sepanjang hidupku...


"Aku juga minta maaf sama kalian, nggak seharusnya aku masuk ke kehidupan kalian..." Shani berbisik.

"Ci... Justru kalo cici nggak masuk ke kehidupan kami, aku nggak akan bisa besarin Gio sendirian..." Gracia melepas pelukanku dan menatapnya.
"Kita emang harus bareng-bareng disini..." Gracia menatap Shani yang masih menitihkan air mata.

Memeluknya. Aku tersenyum menatap dua sahabat ini, persahabatan mereka di uji begitu kuat karena aku, tapi sekarang mereka bisa saling memahami satu sama lain...


"Aku yang minta maaf sama kalian, udah ngerusak persahabatan kalian..." Bisikku.

"Aku juga makasih buat itu, karena kakyov, aku tau ci Shani sahabat terbaik, karena ketika salah satu hilang yang lain harus mencari bukan tidak perduli..." Gracia tersenyum menatap Shani yang menyeka air matanya.


Aku bingung menatapnya.


"Ci Shani udah cerita semuanya waktu itu dia yang nahan kakyov buat pulang terus nyari aku sampe seluruh Nuernberg kan? Bahkan hampir seluruh Jerman kalian puterin buat nyari aku..."


Aku terdiam, iya ya bener juga...


***

Ihjoz1NF_o.jpg


Aku terbangun, melihat jam, jam dua belas? Sejak kapan aku tertidur? Kulihat disebelahku Gracia tertidur pulas. Seperti biasa, tidurnya berantakan...


DEG...


Perutnya yang putih mulus terlihat, ya setidaknya aku harus memberikan hadiah perpisahan padanya sebelum kembali ke Indonesia, aku nyengir. Dengan perlahan kubuka kancing baju tidurnya, seperti biasa Gracia kalo tidur nggak pernah pake beha. Ini memudahkanku untuk... ehehehe...

Dadanya kembang kempis seiring tarikan nafasnya, aku dekati dadanya dan menjilat puting payudaranya. Gracia hanya bergerak sedikit, aku terus menjilati dan sedikit-sedikit menghisap sampai tiba-tiba dia tersadar dan meronta sesaat...


"Stt... Aku pelan-pelan kok..." Bisikku.
"Kak? Bukan itu-
"Stt... Udah nikmatin aja..." Aku memotong perkataannya.


Kembali aku menghisap puting payudaranya bergantian, Gracia seperti berusaha memberitahu sesuatu tapi aku abaikan. Dia menggigit bibir bawahnya menahan rangsangan yang kuberikan diputing payudaranya, kuciumi bibirnya. Dia membalas ciumanku, kami saling pangut...


"Sshh... Kaak... Jangan..."


Desahnya ketika kutarik celananya dan celana dalamnya.


"Kaakk... Oohh... Jangan!"


Kukocok perlahan vaginanya dengan jariku, perlahan makin cepat. Gracia berusaha menahan tanganku sambil menggeleng. Wajahnya memerah, aku semakin bernafsu...


"Kaak! Oohh!"


Dia gelisah, vaginanya makin basah. Beberapa kali berusaha mendesah tapi tertahan...


"Kuarin gee..." Bisikku di telinganya lalu turun ke lehernya.


Gracia reflek memberikan ruang padaku untuk menciumi lehernya. Semakin lama semakin cepat gerakan tanganku di vaginanya...


"KAK! AAAHH!!"


Dia mengerang. Dia squirting cukup deras malam itu, aku tersenyum melihatnya terengah. Dengan sekali gerak kulepaskan celanaku dan mengarahkan penisku ke vaginanya, Gracia sempat menahan tapi tidak kuperdulikan...


"OOHH... JANGAN KAK...!"


Dalam menit selanjutnya Gracia terus mengerang merasakan genjotanku di vaginanya, beberapa kali dia berusaha menahan erangannya agar tidak terlalu keras. Merasa seperti ditantang aku malah mempercepat genjotanku di vaginanya...


"OOOHH... KAAKK...! JANGAN, TAMBAH, MMHHH...! KERAS!"
"Kamu sih... Ngghh... Nafsuin..."


Kami terus berpenetrasi bersama, sepertinya Gracia mulai menikmati setelah tadi sempat gelisah. Sekarang kakinya melingkar di pinggangku sementara tangannya mengunci leherku...


"Kaak... Ssshh... Aahh... Mmmhh...!"
"Gee...! Ngghh... Nnnggaahh...!"


Otot vagina Gracia semakin lama semakin menggigit penisku, dan sekarang penisku gatal...


"Gee? Aku... Nggak kuat...!"
"Kuarin kak...! Ssshhh...!"

Genjotanku makin lama makin kencang, Gracia juga sepertinya merasakan hal yang sama. Dia menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang berkeringat, aku nggak tahan lagi...!


"GRACIA...!"
"NGGAAAHHH...!"


Enam kali aku orgasme di dalam vaginanya, selang beberapa detik squirting kedua Gracia menyusul malam itu. Aku menatap wajahnya yang berantakan lalu tersenyum dan mencium bibirnya...


"Ergh...!"


DEG...


Ada erangan kecil, dari siapa?


"Ada ci Shani di bawah..." Bisik Gracia lemah.


Damn!


Aku terdiam menatap Gracia.


Shani? Dibawah?


Aku memberanikan diri turun dari kasur menuju railing melihat ke bawah, dan benar kata Gracia, Shani berada dibawah di sofa kami. Keadaannya berantakan! Aku menatap Gracia lagi...


"Dia bisa kebangun kak..."
"Bukan bisa lagi! Emang udah bangun!" Aku panik.


Gracia kaget dan mendekatiku menatap kebawah, lalu menatapku lagi...


"Yaudah kalo begini mah keinginan kakyov tadi siang terkabul..." Celetuknya santai.


DEG...


Apa ini? Kenapa Gracia santai banget?


Dia tersenyum.


APA INI?!


Dia menarikku turun kebawah kearah sofa, Shani tersadar lalu berusaha duduk menatapku...


Cengegesan...


"Apa ini?" Tanyaku bingung menatap keduanya bergantian.
"Ya... Yov, threesome yuk..." Shani nyengir menatapku.


DEG...


Damn!


Shani bergerak ke belakangku sementara Gracia berada di depanku, menarik daguku mendekat...


"Rileks aja kak..."

"Kami kabulin permintaan kamu tadi siang..." Suara Shani dari belakangku terdengar.


Jujur aku tegang sekarang. Ini berbeda dengan waktu di Bali-


"Hhhh..."


Nafasku berat ketika Gracia menggenggam penisku dan merasakan nafas Shani di tengkukku. Aku masih bingung mereka ingin melakukan apa padaku, tapi aku berusaha mengikuti permainan mereka...

"Rileks ya kakyov yang nakal..."


Bisikan Gracia terdengar seperti dia yang nakal, dia telungkup...


"Ssshhh..."


Aku mendesah merasakan penisku perlahan di kulum Gracia sementara Shani mulai menciumi tengkuk hingga bahuku, sepertinya mereka berusaha merangsangku...


Makin lama rangsangan mereka makin kuat, aku tidak tahan lagi. Gracia terus mengulum penisku sementara Shani sudah mulai menciumi bibirku! Kerjasama yang baik dari dua sahabat ini...!


"Ergh..." Aku melenguh sesaat karena orgasmeku.


Mereka berdua tertawa...


Penisku masih tegang, menatap Shani yang masih tertawa lalu mendorongnya ke sofa!


"Ergh, Astaga! AAHH...!"


Tanpa aba-aba aku mendorong masuk penisku kedalam vagina Shani yang membuatnya meronta, Gracia juga kaget melihat itu...


"Kak! Jangan kasar-kasar sama ci Shani!"


Dia memukul bahuku, aku tidak perduli...



"Yoov! Ssshhh... AAHH...! Kasar...!"


Shani terus mengerang seiring dengan genjotanku yang makin cepat. Gracia tidak tinggal diam, dia mencoba memilin puting payudara Shani yang bergoyang mengikuti genjotanku. Shani makin mengerang...



"OOHH...! Gree...! Mmmhhh...! Mmmmhhh...!"
"Kuarin ci..." Bisik Gracia.


Entah kenapa semakin lama semakin cepat dengan sendirinya hentakan pinggangku di selangkangan Shani dan penisku semakin gatal...!


"Ssshh... Shan! Ergh! Aku mau kuaarr!!"
"Mmmhh! Bareng YOOVV!"


Shani memerah, keringat membasahi tubuhnya. Gracia masih terus memberikan rangsangan pada Shani dengan terus memilin sambil menghisap puting Shani...


Shani mengerang dan bergelinjang dan beberapa detik kemudian aku orgasme di dalam vaginanya entah berapa kali, rasa gatal masih memenuhi penisku yang terlepas dari vagina Shani yang memerah. Dia memejamkan mata mengatur nafasnya yang tersengal...


"Hhh... Hhh... Hhh..."


Aku masih terduduk didekat sofa, Shani sudah melemah diatas sofa. Ada sesosok ibu satu anak yang sekarang melongo menatap kami berdua. Aku menghela nafas lalu menariknya melorot dari sofa ke lantai...

pNbnrZHl_o.jpg


***


Shani masih lemah diatas sofa, sementara...


"Ngghh... KaaK...! Ngghh... NGGAAHH...!"


Aku dan Gracia melakukan penetrasi, Gracia menungging dan aku berlutut dibelakangnya mendorong dan menarik penisku seirama didalam vaginanya. Gracia terus mengerang ketika aku telungkup diatasnya berusaha menggapai payudaranya yang bergoyang itu...


"Gee! Ngghh... Ngghh... NGGHH...!"
"Kak! Mauu... Mmmhh... Kuarr...!"


Selang beberapa menit kemudian aku juga merasakan hal yang sama...


"Bareng Gee!"


Gracia mengerang hebat dan beberapa detik kemudian aku meledakan entah beberapa kali tembakan didalam vaginanya, dan sekarang penisku mulai sedikit ngilu akibat jarak waktu orgasme yang berdekatan. Gracia terlungkup mengatur nafasnya, aku terduduk. Mataku melihat Shani yang melangkah sedikit gontai menuju kamar mandi. Dengan sisa tenaga aku berdiri menyusul Shani ke kamar mandi...


Sedikit mendorongnya ke kloset duduk dan membuka pahanya dan memasukkan jariku kedalam vaginanya. Hal ini membuatnya kaget dan mengerang...


"Ergh! Astaga yov! Mmmhhh...!"


Aku terus mengocok vaginanya dengan tanganku sementara Shani mulai sayu menatapku. Entah apa tapi aku malah mencium bibirnya sambil mempercepat kocokanku sampai lidah kami saling belit, Shani mencengkram tanganku dan melepas ciumannya tatapannya makin sayu dan mengigit bibir bawahnya...


Shani menggeleng lalu mengerang, perutnya bergetar hebat. Dia squirting lagi saat itu!


Nafasnya berantakan menatapku yang nyengir...


"Ngapain sih?" Tanyanya.
"Enak ya?" Aku masih nyengir.
"Capek tau..." Dia masih berusaha mengatur nafasnya.


Gracia mendekati kamar mandi, mendorongku dan menyentuh penisku!

Ini masih ngilu, hei!

"Gee?! Ergh!"

Dia mengulum penisku lagi! Ampun Gracia!

Shani bergerak cepat...

"Eh?" Gracia tersadar menoleh.

Shani mengocok vagina Gracia dengan cepat, setidaknya itu mengurangi fokus Gracia mengulum penisku sampai...

"GRACIA!" Teriakku.

"Ergh...!"

Beberapa detik kemudian Gracia juga squirting akibat kocokan Shani di vaginanya, dan sekarang... Makin ngilu! Apa aku masih bisa berdiri?

"Aduuh..." Bisikku.
"Parah ya... Gimana? Puas?" Tanya Shani menatapku.
"Ngilu..." Jawabku sekenanya.
"Rasain. Biar nggak nafsuan lagi!" Bisik Gracia lemah masih terlungkup.


Jam menunjukan jam empat pagi, dan kami bertiga masih belum bisa beranjak dari kamar mandi. Terutama aku, seperti mati rasa...



BERSAMBUNG...


beaXcaud_o.jpg



Ehehe ini yang di tunggu-tunggu~ monggo di nikmati hasil pollingnya! As always mohon maap kalo masih ada kurang sana sini~ Maap juga kalo nunggu kelamaan!
 
Terakhir diubah:
Udah lama absen sampe di lock, smua nya malah dihajar. Emang dasar napsuan.

Yupi mana ? Kangen gue yov :D
Sampe Indonesia, Gue gak mau tau. Yupi harus dapet jatah
 
Kangen yupi+shania, pliss kak yov, bawa pulang gracia+shani biar bisa kumpul berempat dibawah naungan satu counti
:pandaketawa::pandaketawa:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd