Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
Yovie bener2 semalemnya sama Gracia paginya khayalannya sama Shani gimana kalau kejadian bener itu yg dimauin yovie, parah tapi pantas ditunggu setiap update ceritanya gan, mantaaaaab
 
btw, terima kasih untuk updatenya hu. mulai menjadi cerita paling ditunggu dalam beberapa minggu terakhir hahaha..
tapi kok saya baper pas dia plesbek dari pertama ketemu ya.. setia bener ama yovie sih gre, mending saya susulin ke Jerman aja deh kamu. kasian juga tuh si Yovie udh banyak wadahnya hehehehe.
Setia tapi gabisa bersama itu... Sudahlah... Tapi, makasih udah ikutan flesbek unch. Sahabat q nich asq sekaliwww
:senam2::senam2:

Sampe kebawa mimpi lagi gitu yov hehehe, ipuy apa kabar yak
Nah ini wkwk dia baik2 aja kok. Sekarang gemuk jadi seksi ya? Nanti deh kalo Yovie pulang ke Indonesia siksa lagi ehehehe
:devil::devil:

huwadawww indira selalu membayag bayangi
Masuk pak Yovie!! (?)
 
Cerita yang selalu menarik untuk ditunggu dari awal Edisi Cindy, Gracia lalu Crescentia dan sekarang mengisahkan pertemuan kembali dikota Nuernberg bersama Gracia wanita pertama yang jadi kekasih Yovie si pria beruntung, semoga kisah endingnya cerita ini Yovie memilih Gracia yang sangat mencintainya dari awal hingga tiba di kota ini Btw semangat gan ditunggu updatenya.
 
Cerita yang selalu menarik untuk ditunggu dari awal Edisi Cindy, Gracia lalu Crescentia dan sekarang mengisahkan pertemuan kembali dikota Nuernberg bersama Gracia wanita pertama yang jadi kekasih Yovie si pria beruntung, semoga kisah endingnya cerita ini Yovie memilih Gracia yang sangat mencintainya dari awal hingga tiba di kota ini Btw semangat gan ditunggu updatenya.
Iya sih ini salah satu cerita fiksi jeketi paling menarik Dan kyknya satu"nya yg dibuat trilogi gitu. Menarik menanti ending yg cerita nuernberg ini.
 
Cerita yang selalu menarik untuk ditunggu dari awal Edisi Cindy, Gracia lalu Crescentia dan sekarang mengisahkan pertemuan kembali dikota Nuernberg bersama Gracia wanita pertama yang jadi kekasih Yovie si pria beruntung, semoga kisah endingnya cerita ini Yovie memilih Gracia yang sangat mencintainya dari awal hingga tiba di kota ini Btw semangat gan ditunggu updatenya.
Wah masih ada yang ngikutin dari awal ternyata. Kirain udah gaada yang ngikutin wkwk makasih supportnya. Yap pantengin terus ya
:alamak::alamak:

Iya sih ini salah satu cerita fiksi jeketi paling menarik Dan kyknya satu"nya yg dibuat trilogi gitu. Menarik menanti ending yg cerita nuernberg ini.
Wkwkwkw makasih ya. Endingnya ya? Tungguin aja deh. WKWKWKWKW
:haha::haha:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gila ya udah gak waras lagi jadinya ketuker mulu Shani sama Gre. Kalo kata Boboiboy, "Terbaik lah ni!"
 
PART 9

FPRFNMAb_o.jpg


Aku terbangun, terik matahari mengintip dari balik tirai, Gracia masih tertidur. Tiba-tiba muncul ide membuatkannya sarapan. Ya selama ini kan selalu Gracia yang membuatkan sarapan untukku, gaada salahnya lah sekali-kali gantian...

Aku turun menuju dapur, membongkar isi dapur...

Sudah lima belas menit aku di dapur, aku berencana membuatkannya spagetti dengan bahan seadanya. Sedikit lagi selesai dan aku akan membangunkannya...


Aku kembali ke kamar, dia masih tertidur. Hanya wajahnya yang terlihat karena nyaris satu badan terbungkus selimut...

"Hei, bangun..." Bisikku berlutut di sebelah tempat tidur menatapnya.
"Mmhh..." Dia bergerak sedikit.
"Bangun. Aku udah bikin sarapan..." Aku nyengir.

Dia membuka matanya, masih malas...

Aku tersenyum, "Aku tunggu di bawah ya..." Aku mencium keningnya lalu turun ke bawah...

Dia turun dengan sedikit malas lalu duduk di depan meja makan berhadapan denganku sambil mengusap matanya beberapa kali...

bEEQU9Xr_o.jpg

"Emang kakak bisa masak?" Tanyanya.
"Ya... Gatau sih enak apa nggak..." Aku berusaha santai.

Dia menyantap spagetti yang ada di depannya...

"Aneh..." Ekspresinya berubah setelah beberapa kunyahan.
"Kok aneh sih?" Aku bingung,
"Ada pahit-pahitnya gitu..." Jawabnya.

"Yee, itu bukan dari spagettinya, itu dari mulut kamu kali. Mangkanya sebelum makan itu cuci muka ama gosok gigi dulu. Jorok sih..."

Dia berubah datar...

Aku mengambil gelas dan menuangkan air sementara dia kembali melanjutkan makannya...

"Hari ini mau kemana?" Tanyaku.

Dia diam.

"Aku ngomong kali, di cuekin..."

Dia masih tidak perduli.

Aku tertawa melihat tingkahnya, memperhatikan tubuhnya...

Ada yang aneh...

Dia sedikit gemuk sekarang...

Apa jangan-jangan... Ah nggak mungkin!

"Apa ngeliatin gitu? Pasti mesum nih..." Dia melotot menatapku.

"Ng-nggak..." Aku tersadar.
"Kamu hamil ya?" Tanyaku.

Dia tersedak...

"Apaan sih?!" Dia sedikit naik.
"Ya... Ya kan... Cuman nanya..." Aku memelan.

Dia diam...

"Belakangan ini aku sering makan banyak...

...Kakak aja gapernah tau...

...Kakak terlalu sibuk sama ci Shani sih..."


DEG...

Apa dia kecewa?


"Aku kecewa sama kakak, aku jadi mikir, tujuan kakak kesini itu buat aku atau ci Shani..."


Aku diam...


"Tuh kan gabisa ngomong lagi..."
"Yaudah lah gausah di bahas..."


Dia berlalu menuju dapur...


***

Afpi5zGM_o.jpg


Tujuan aku kesini?


Aku menggeleng...


Aku mengajak Gracia keluar rumah mencari udara segar. Setidaknya supaya dia nggak terus-terusan bersedih. Aku tau aku salah. Jauh sebelum sampai kesini aku udah salah. Mangkanya sekarang... Aku harus menentap disini...

Zfh2qYe9_o.jpeg

"Mau kopi? Di ujung jalan sana ada kedai kopi yang enak tuh..." Gracia memecahkan lamunanku.

Kami duduk di pinggir jalanan kota yang cukup sepi hari ini, hanya beberapa mobil dan sesekali trem yang lewat. Lama-lama aku mulai terbiasa suasana di Jerman ini...

"Yaudah aku aja yang beli, kamu disini aja..." Tawarku.

Aku meninggalkan Gracia menuju kedai kopi itu, beberapa orang sudah mengantri. Kedai cukup sepi mungkin karena masih pagi, ada seseorang yang tampaknya familiar duduk di pojok menikmati secangkir kopi...


Aku mendekatinya...


"Ngapain kamu kesini?" Tanyanya membuatku menghentikan langkah.

"Kenapa kamu tiba-tiba ngilang?" Tanyaku.


Dia diam menatapku, sedikit bergetar...


"Sampe kapan kamu mau disini?"

"Aku nggak akan kemana-mana...
...Aku bakalan tetep disini sama Gracia..."

Jelasku menatapnya mantap.

Dia tersenyum ketus, menghabiskan sisa kopinya lalu berdiri mendekatiku...

"Bodoh..." Bisiknya bergegas.


Seketika aku kesal...


"Hei, apa maksudnya?"


Dia cuek melangkah menjauh, aku berusaha mengejarnya...


"Shan!"

"Gausah kejar aku! Kamu kesini mau beli kopi buat Gracia kan?
...Cepet beli, dia nungguin kamu!"


DEG...


Shani berlalu meninggalkanku yang terdiam. Aku kembali ketempat Gracia menungguku membawa dua cup kopi panas...

Dia tersenyum...

"Makasih!"

Aku hanya tersenyum lalu duduk di sebelahnya...


Kenapa Shani bisa tau aku kesana karena Gracia? Apa dia ngebuntutin kami?


"Mikir apa sih?"


"Apa?" Aku tersadar.
"Ci Shani ya?" Gracia menatapku tajam.
"Nggak..." Balasku berusaha tenang.

"Kakak tuh kesini buat siapa sih?"


DEG...


"Buat aku atau ci Shani?"

"Gausah bohong lagi, aku tau kok kakak pasti lagi mikirin ci Shani kan? Pasti tadi waktu ke kedai kopi itu ketemu..."

"Nggak gee, aku kesini buat kamu. Bahkan aku pengen disini nggak balik ke Indonesia..."


Dia menatapku, matanya seperti membaca sesuatu...


"Aku sadar selama ini aku salah. Aku minta maaf kalo selama ini kamu melewati semua ini sendirian... Sekarang kamu nggak akan sendirian, aku akan ada disini dari senja sampe fajar. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik..."


Dia masih diam mendengarkan perkataanku...


"Kamu denger aku kan?
...Gee?"


Dia langsung memelukku...

Erat...


Aku memilih kamu, Shania Gracia...


***

B0vnF885_o.jpg


Gracia berdiri di depanku...

"Bagus nggak?" Tanyanya.

Aku menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki...

"Bagus..."

Dia membeli sebuah switter tebal berwarna merah tadi di toko dan sekarang langsung dipakainya...

"Terus kamu nggak pake celana gitu?" Tanyaku.
"Nggak..." Jawabnya polos.

Aku kaget...

"Tapi celana dalam pake?"
"Nggak..."
"Apa? Ya pake lah! Ini cuacanya lagi dingin!" Aku menasehatinya.

"Nggak. Disini hangat. Kan itu penghangat ruangan udah aku nyalain...
...Oiya aku juga nggak pake beha..." Dia nyengir.

"Terus maksudnya apa?" Tanyaku.
"Ya... Gapapa sih... Siapa tau mau olahraga..." Dia berjalan menuju dapur.


Aku mengerti maksudnya...


"Emang nggak bosen?" Tanyaku menahan tawa.
"Bosen sih, tapi siapa tau kalo kita main lebih soft bisa menjiwai..." Jawabnya dari dapur.
"Apa sih?" Aku bergegas menuju dapur.

"Gatau ya... Aku jadi inget waktu kita di kamar mandi di lantai delapan kampus..." Dia menerawang.

Aku diam memperhatikannya...

"Waktu itu kakak...
Mmhh..."


Aku menarik dagunya dan melumat bibirnya tiba-tiba...

Kami saling memangut...

Tanganku bergerak menyentuh pantatnya, ciumanku turun menuju lehernya. Gracia hanya terpejam sambil memeluk leherku, kuremas pantatnya dia kaget sesaat...

"Ssshh..."

Kuterus meremas pantatnya yang sekarang membesar dan semakin kenyal...

"KaaKkk..."
"Hn?"

Aku memangut bibirnya lagi, kami saling pangut tanpa sadar kami saling dorong dan Gracia sempat terpentok meja...

"Aduh! Sakit ih!"
"Maaf..."

Dia merengut mendorongku menjauh...

Aku tersenyum, dengan cepat aku mengendongnya dan mendudukkannya diatas meja. Dia tidak bereaksi, kubuka pahanya lebar-lebar dia malah tersenyum nakal...

"Mmmhh..."

Suara desahan tertahan keluar ketika aku memasukkan jariku kedalam vaginanya...

"OHH... Kaakk..."

Makin lama desahannya berubah jadi lenguhan setelah aku mempercepat gerakan jariku di dalam vaginanya...

Mulai basah...


Dia mengigit bibirnya mencengkram tanganku lebih kuat...

"NGGGAAAHHH!!!"

Dia squirting...

Aku diam menatapnya yang sekarang terengah...


"Langsung aja ya?" Bisikku di telinganya...


Dia sudah menungging di depanku...


Sekali dorong penisku sudah masuk vaginanya, dia sempat mendesah sesaat.


Setelah beberapa kali genjotan kucabut penisku...


"Eh...

Aku meludahi tanganku dan mengusap daerah sekitar lubang anusnya...

...Kaak?"

"AAKKK... SSHHH... SAKIT!"

Wajah Gracia sontak memerah karena aku tiba-tiba menusuk lubang anusnya...

"KAK! SAKIT!"

"Tahan sayang..." Bisikku.

Perlahan ku coba menarik penisku, sempit sekali...


Gracia makin merah, mungkin menahan perih...

"OOHH..."

Desahannya keluar ketika aku mendorong kembali penisku...


***

FOfmVSiV_o.jpg


"OOHH... KaaKK!!!"

Gracia makin berisik sementara aku terus menggenjot pantatnya sambil mencengkram pinggangnya.

"Udah... Lama... Hn... Kakak... NGH.. Nggak... Gini... Sama... Kamu!"
"Mmhh... Iyahh... AAHH!"

Terasa sempit di dalam pantat Gracia, tapi dia memiliki lubang pantat yang lentur sehingga bisa menyesuaikan penisku. Terasa seperti di dalam vaginanya tapi lebih kesat...

"KaaKK... Kencengan! Kencengan!"


Aku menurutinya.


"OOHH... IYAA... Terus gitu! Hmm..."


Semakin lama lubang pantatnya sudah menyesuaikan ukuran penisku. Aku makin mempercepat genjotanku sementara Gracia wajahnya makin merah, rambutnya sudah mulai basah karena keringat...


Tiba-tiba lubang anusnya menyempit kembali, aku tau dia akan squirting...


"Jangan... Jangan berhenti kak! Aku dikit lagi sampe! AAHH!"

Aku juga merasakan hal yang sama...

"Aku juga gee!"

Aku meringkuk diatas punggungnya, tanganku meremas payudaranya, Gracia mencengkram meja dapur makin kuat. Kakinya bergetar dan kakiku menjinjit. Aku makin mempercepat dorongan penisku di dalam pantatnya...


"KAAAAAKKKKK!!!!!!" Teriaknya.


Dia squirting kedua kalinya. Tangannya gemetaran kakinya berjinjit. Sementara aku...


"GRACIA!!!" Teriakku.


Kuledakan semua spermaku di dalam pantatnya, kakiku gemetaran berjinjit...


Rasanya beda, lebih greget orgasme di pantatnya daripada di vaginanya, aku serius...


Penisku terlepas dari lubang anusnya yang memerah, mengeluarkan sedikit spermaku. Gracia jatuh terduduk sementara aku jatuh berlutut. Kami sama-sama lemas...


"Merah nih... Sakit tau tadi tiba-tiba di remet!" Celetuknya sambil meraba payudaranya sendiri.
Aku tertawa, "Ya maaf, abis reflek..."


Hening...


"Makasih ya..." Aku tersenyum.
"Hmm, nggak bilang-bilang ih kalo mau anal!" Dia bersungut.
"Iya... Abis tadi ngeliat pantat kamu tau-tau nafsu..." Jelasku.
"Pantat aku seksi ya?" Dia cengegesan tapi tersengal.

Aku hanya tersenyum...

"Cuman kamu yang pernah aku anal, gee..."

"Kak..."
"Hm?"
"Besok temenin aku ke rumah ci Shani ya..."
"Nggak ah. Kan kamu tau aku mau ngejauh dari dia..."
"Ih, aku nggak ada temen!"
"Heeeh, yaudah iya! Manja banget!"


***

dg9PYX0t_o.jpg


Kami sudah ada di rumah Shani, Gracia membicarakan sesuatu dengan Shani, aku sempat dimintanya menunggu di mobil. Sekitar setengah jam kemudian Gracia mengajakku masuk ke dalam. Dari pertama datang hingga saat ini Shani dikit-dikit menatapku. Aku tau pasti dia menginginkan agar aku cepat pergi dari tempat ini dan kembali ke Indonesia, tapi aku nggak akan pergi dari sini. Ini tempatku dan Gracia. Kami akan memulai kehidupan kami yang baru disini...


"Kenapa sih? Kalian canggung banget..."


Suara Gracia menyadarkanku.


"Gapapa, aku kedalam dulu sebentar..." Shani ngeluyur kedalam.

Gracia langsung menoleh menatapku, "Susul..."

Aku bingung menatapnya.

"Kakak ada yang mau diomongin sama dia kan?" Dia menatapku.
"Nggak... Nggak ada..." Aku mengelak.
"Jangan bohong..." Dia menatapku tajam.


Entah kenapa aku jadi takut melihatnya dan menurutinya...


Shani sibuk di dapur, entah apa yang di kerjakannya. Aku hanya diam sambil menatapnya...

"Jadi kamu masih pengen aku pergi, Shan?"

"Iya..." Jawabnya tanpa memperhatikanku.

"Nggak akan masalah kalo kamu datang kesini cuman buat Gracia...
...Tapi kenapa aku harus di bawa ke masalah kalian?"

"Jadi maaf kalo aku egois. Tapi aku mau kamu pergi dari sini. Kembali ke Indonesia. Aku nggak mau terus-terusan di bayang-bayangin Gracia kalo lagi sama kamu..."


Dia akhirnya menatapku...


"Aku nggak akan pergi. Aku mau tetap disini. Aku udah memutuskan sama Gracia. Dan soal bawa kamu... Aku sama sekali nggak pernah niat bawa-bawa kamu ke masalah kami. Tapi kamu yang cari tau sendiri nanya-nanya aku sama Gracia..."


Jelasku panjang lalu bergegas meninggalkannya...


Aku menoleh, "Oiya satu lagi, jangan ngebuntutin kami terus kayak waktu itu..."


Aku mengajak Gracia pulang dan meninggalkan tempat itu, sepanjang perjalanan aku hanya diam sementara Gracia fokus menyetir sambil sesekali menatapku. Aku sama sekali tidak bisa bicara. Sekarang pikiranku jadi kusut, satu sisi aku yakin bertahan disini sama Gracia, tapi disisi lain entah kenapa aku malah merasa Shani ada benernya...

Aku suka sama kamu, Yov...


"Kak..."
"Hm?"
"Udah sampe..."


Gracia tersenyum menatapku, terlalu lama diam aku tidak sadar kalo kami sudah sampai di rumah lagi. Dia membuka pintu, aku di belakangnya memperhatikannya. Mataku menangkap bulatan pantatnya. Kencang dan menantang...

sTzlyPJO_o.jpg


"Kak? Ngapain liatin pantat aku?"


DEG...


"Kok aku ngerasa dejavu ya?" Aku menatapnya.

Dia diam seperti berpikir,

"Yaah, disini nggak ada balkon kayak di kampus dulu..." Dia tertawa.
Aku menahan tawa. "Emang masih inget?"
"Inget lah, abis itu kan aku di anal. Dasar..." Dia masuk kedalam.

"Gee..." Bisikku.
"Apa?" Dia menoleh.
"Aku pengen anal lagi..." Aku nyengir.

"Parah ya senior satu ini, junior polos udah diajak anal..." Dia menahan tawa.
"Dih? Ya parahan junior satu ini lah. Mau aja di parah-parahin!" Aku reflek tertawa.


Kami tertawa barengan setelah itu, selintas mengingat masa lalu kami berdua. Ya awal semua kejadian ini. Tertawa mereda. Kami saling tatap...


Sekali gerakan dia memeluk leherku dan mencium bibirku, lidahnya berusaha masuk, kami saling membelit. Tanganku tidak tinggal diam, berusaha membuka kancing kemeja yang dia pakai, setelah terbuka masih saling membelit kuremas payudaranya yang masih tertutup bra itu...

Ciuman terlepas, Gracia menatapku sayu sambil mengigit bibir bawahnya. Ku gendong dia keatas dan kujatuhkan di atas kasur. Dia membuka seluruh bajunya menyisakan bra dan celana dalamnya, begitu juga aku. Kami kembali berciuman...


"Ssshh... Kaakk... Mmmhh..."


Gracia menyentuh penisku yang sudah mulai tegang dari balik celana dalamku...


"Gee... Hmm..."


Gracia mengeluarkan penisku yang sudah tegak dan perlahan menghisapnya...


"Ssshh... Gee... Ooh... Hmm..."


Hisapannya makin lama makin kuat, dia mempercepat gerakan kepalanya menghisap penisku. Kalo begini terus aku nggak kuat!


"Ergh!"


Gracia mendorong kepalanya memasukkan penisku lebih dalam...


"Tumben..." Bisikku.
"Puas-puasin aja kak!" Dia nyengir.


Apa maksudnya?


***


"Kaakk...! OOHH... Iyah! IYAAH!!!"


Aku mendorong penisku lebih dalam ke vaginanya. Kami sudah sama-sama berkeringat. Vaginanya sudah basah karena beberapa kali squirting sementara aku masih terus memompanya. Gracia terlentang sementara kakinya mengunci pinggangku dan tangannya mengalung di leherku. Dia melemah tapi masih melenguh...


"Dikit lagi... Dikit lagi, Gee!"
"AAKK! KaaaKK!!"


Bunyi kelamin kami makin lama makin kencang karena di dalam vagina Gracia yang sudah basah menjepit kepala penisku sehingga terasa di kocok di dalam sana... Aku merasa akan keluar!


"Geee!!!"

Gerakan pinggangku makin cepat dengan sendirinya sementara Gracia tidak bisa berkata-kata. Hanya mengangga...


"GRACIAAAAAA!!"
"KAAAAAAKKKYOOVVVVV!!!!!!"


Satu...
Dua...
Tiga..
Empat...
Lima...
Enam...


Enam kali aku orgasme didalam vaginanya. Kami sama-sama melemah. Hanya deru nafas yang terdengar...

Ini belum selesai!

Dengan sisa tenaga, aku memutar badan Gracia telungkup. Mengangkat pinggangnya...


"Hhh... Mau ngapain?"


Aku tidak menjawab pertanyaannya hanya menempelkan penisku di anusnya...


"Kak?"


Perlahan kucoba masuk...


"Ergh! Sakit!"


Aku meludahi tanganku sendiri dan melumasi lubang anus Gracia supaya basah dan licin. Dia berubah panik. Menggigit bibir bawahnya sendiri...


"Pelan-pelan kak..."
"Iya..."


Lagi, dengan perlahan kucoba dorong penisku masuk...

Aku bisa merasakan pantat Gracia mengeras begitu penisku mulai memenuhi anusnya.


"Masih perih?" Aku memastikan.
"Nggak sih... Tapi rasanya penuh banget..." Jawabnya.
"Aku mulai ya?" Tanyaku.
"Iya... Tapi, pelan-pelan..." Dia berbisik.


Perlahan aku mulai menarik pinggangku, kemudian mendorong, lalu tarik lagi menyesuaikan Gracia yang masih sedikit meringis sampai akhirnya...


"Kaakk... Oohh... Ngghh... AAHHH..."
"Udah... Nggak... Perih... Kan?"
"Enggakk!! Enakk!!"
"Aku cepetin yha?"
"He'eehh... NNGGAAHH!"


Aku mempercepat genjotanku. Di dalam anus Gracia lebih terasa sempit sehingga gesekannya lebih berasa...


"Mmmhh... Ssshh... AAHH!"
"Sempit banget... Gee... NNGHH..."
"Terus kak! Nngghh... AAHH! Lebih cepet!"
"Iyah..."

Semakin lama semakin cepat aku melakukan penetrasi di dalam anusnya, keringat sudah membasahi tubuh kami berdua. Rambut Gracia yang lepek membuatku semakin nafsu menggenjotnya...


Aku merasa akan ada yang keluar lagi. Tiba-tiba Gracia melenguh kencang...


"Dikit lagi kak! Terus! OOHHH!"
"Barengan, gee!"


Gracia menganga, aku memeluk badannya...


"KAAAAKKK!!!!"
"GEEEE!!!"


Squirting kelima Gracia dan orgasme ketigaku malam itu. Setelahnya kami benar-benar lelah. Penisku memerah terlepas dari lubang anus Gracia yang juga memerah...


"Udah puas sama pantat aku?" Tanyanya tiba-tiba.
Aku tertawa, "Makasih..."
"Tapi... Kapan-kapan lagi kak!" Dia berusaha tersenyum.


Aku hanya tersenyum...


Setelahnya karena sama-sama lemas kami tertidur...

kMAWjKJh_o.jpg


BERSAMBUNG...

Hai, ehehehe moga sukak ya!

Next Part.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Seneng sih, akhirnya Yovie bisa nentuin pilihan
Tapi itu,.. yang ada di Indonesia gimana kalo milih buat netap di Jerman?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd