Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menodai Bidadari Kampus

kaze92

Semprot Kecil
Daftar
5 Sep 2011
Post
60
Like diterima
69
Bimabet
WARNING:
* Cerita-cerita ini memuat adegan pemerkosaan dengan unsur-unsur penyiksaan/BDSM. Bagi yang kurang suka cerita panas dengan unsur tersebut, mungkin bisa di-skip biar gak nyesel.
* Cerita-cerita ini asli karangan ane & belom pernah ane post di forum laen.
* Cerita-cerita ini hanya fiktif, kesamaan nama, tokoh, atau peristiwa adalah tidak disengaja.
* Thanks for reading!

Part I: Updated on 2015-05-01 - Post #1
Part II: Updated on 2015-05-07 - Post #1
Part III:Updated on 2015-05-19 - Post #1
Part IV: Updated on 2015-06-10 - Post #2
Part V (End): Updated on 2015-06-15 - Post #2

19f96c387612708.jpg

Kutuntun tangan lembut itu menyusuri jalan setapak yang sunyi senyap. Sesekali kupandangi wajah gadis yang walaupun nampak sangat lelah dan kesakitan, namun masih memancarkan kecantikannya; kecantikan yang belum pernah aku temukan semasa enam puluh tahun aku menghembuskan napas. Langkahnya terseok-seok, mungkin karena kakinya yang telanjang itu kesakitan saat menginjak jalan yang berkerikil. Dari balik sarung yang membungkus tubuhnya, kuintip belahan dadanya yang sangat merangsang siapapun yang melihatnya. Ingin rasanya kusetubuhi gadis itu sekali lagi, namun aku sudah terlanjur berjanji membawanya ke kantor polisi di desa terdekat.
Terbukti bukan hanya aku yang mengagumi kecantikan gadis itu. Pak polisi yang membukakan pintu kantornya pun terperanjat saat melihat seorang kakek tua yang menuntun sesosok bidadari yang hampir telanjang bulat, hanya dibungkus sarung yang menutupi sebagan payudaranya, sampai beberapa senti di bawah selangkangannya.

"Ada apa ini Kek?" tanya sang polisi dengan muka yang kebingungan; antara dikuasai nafsu dan rasa simpati terhadap sosok bidadari malang di depannya.

"Ini Pak, tadi saya temukan anak ini tergantung di pohon dekat rumah. Kasihan dia, Pak, kayaknya korban pemerkosaan dan penganiayaan."

"Siapa nama kamu, nak?"

"Harumi..." ujar gadis itu lirih. Jujur selama semalaman kunikmati gadis itu, aku belum mengetahui namanya. Sekarang aku tahu mengapa ia begitu mirip gadis Jepang seperti yang di film-film porno – karena ia memang seorang gadis Jepang! Gila, mimpi apa aku semalam bisa meniduri gadis Jepang yang cantik seperti Harumi? Walaupun selama tinggal di kota aku sering "jajan", belum pernah kutemukan gadis yang sesempurna Harumi ini. Aku sedikit menyesal mengantarkan Harumi ke kantor polisi. Harusnya aku simpan gadis ini di rumahku sebagai budak seks pribadiku. Namun kupikir hal itu akan terlalu beresiko.

"Silakan duduk, Neng. Ambil minuman kalau kamu haus," kata pak polisi

"Sekarang kamu bisa ceritakan apa yang terjadi sama kamu?" lanjutnya.

Harumi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya yang sipit menatap tembok dengan tatapan kosong. Aku yakin dia sangat trauma atas apa yang menimpa dirinya sebelum aku menemukan dia di hutan dalam keadaan yang mengenaskan. Aku juga berharap agar dia tidak menceritakan kalau akulah yang terakhir menikmati tubuhnya, toh aku sudah memaksa dia berjanji untuk tidak melaporkan perbuatanku asalkan kuantar dia ke kantor polisi.

Keheningan yang panjang itu terganggu saat kami mendengar suara ketukan di pintu. Seorang lelaki muda – mungkin seumuran dengan Harumi – masuk ke dalam ruangan itu setelah pak polisi membukakan pintunya.

"Pak, saya mau mencari teman saya yang hilang. Kemarin saat... Loh, Harumi, kamu kok bisa di sini??" tanya lelaki itu dengan wajah panik.

Tangisan Harumi langsung meledak saat ia menatap lelaki itu. "Itu orangnya Pak! Dia yang memperkosa saya!" teriak Harumi sambil menunjuk-nunjuk orang tersebut.

Lelaki itu hendak kabur, namun aku dan pak polisi segera menghalangi langkahnya dan menyeret dia ke kursi di sebelah Harumi.

"Siapa nama kamu?!" tanya sang polisi.

"Dimas, Pak. Pak sumpah bukan saya, saya bisa ceritain semua."

"Wah, saya tau dari mana nih mana yang benar. Kita harus periksa kalian bertiga dulu."

"Pak, anak itu bawa tas. Coba diperiksa tasnya, siapa tau ada barang bukti," ujarku menyela percakapan mereka. Aku takut kalau diperiksa, nanti ketahuan kalau aku juga telah memperkosa Harumi. Maka itu aku berusaha untuk membuat Dimas sebagai sosok yang bersalah. Kubuka resleting tasnya, lalu kusibak isinya. Isinya hanya ada dompet, botol minum, dan sebuah buku notes. Kukeluarkan buku itu, lalu kubaca isinya bersama dengan pak polisi. Dari situlah aku mengetahui apa yang telah menimpa Harumi sebelum aku berjumpa dengannya. Bodoh sekali anak ini, pikirku dalam hati, masak ia menuliskan semua yang ia lakukan di buku, kan bisa jadi barang bukti. Entahlah, mungkin ia ingin menjadi penulis cerita seks.

19f96c387612708.jpg


27-04-2014

Kami melangkah turun dari mobil van yang membawa kami dari Jakarta hingga ke tempat kamping ini. Kutunggu sampai mobil van kedua sampai beberapa menit kemudian. Saat pintunya terbuka, turunlah sang bidadari kampus itu dengan senyumnya yang mempesona. Aku benar-benar tidak percaya, mau-maunya gadis lugu ini kita ajak ikut ke tempat ini, padalah kami belum kenal terlalu lama dengannya. Semuanya berawal dari ide Devi, juara kedua lomba Miss University 2014. Ia berencana untuk balas dendam kepada Harumi yang berhasil menjadi juara pertama kontes kecantikan tersebut. Katanya sih Harumi curang karena menjilat para juri, namun kalau aku jadi juri pun aku pasti memenangkan Harumi tanpa harus dijilat, kecuali dia mau "menjilat" penisku, tentu aku tidak menolak hehe.. Devi mengajak teman-temannya dan beberapa cowok yang terkenal berandal di kampus – termasuk aku – untuk mengerjai Harumi. Kapan lagi aku bisa mengerjai cewek paling cantik di kampus, pikirku. Maka akupun tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Aku yakin Harumi sama sekali tidak curiga saat Devi dan teman-teman ceweknya mengajak Harumi untuk ngobrol bareng di dalam pondok yang kami sewa itu. Sementara mereka mengobrol di kamar, kami para cowok mulai merencanakan apa saja yang akan kami lakukan terhadap Harumi.

"Pokoknya gue yang dapet duluan ya! Gue kan yang paling tua!" kata Deni, si mahasiswa abadi yang gak lulus-lulus.

"Terserah lu bro, kita mah ngalah sama orang tua," ujar Roy, disambut dengan tawa anak-anak lainnya.

"Pokoknya gue mau ngerasain pantatnya yang montok nih, penasaran selama ini gue liatnya ketutupan celana melulu," sahut Evan.

"Lu kebiasaan maen sama cowok sih, demennya dari belakang!"

"Ah yang ini kan beda bro, pantat Jepang nih, kapan lagi bisa ngerasain coy!"

"Diem lah lu semua, udah paling enak jadi gue yang merawanin, udah lama nih gue gak ngerasain memek perawan!"

"Salah lu tiap kali pacaran sama lonte melulu"

Percakapan ngelantur kami dihentikan saat cewek-cewek itu mulai keluar dari dalam pondok. Mereka menggandeng tangan Harumi untuk berjalan menuju ke pepohonan yang ada di depan pondok.

"Harumi, kita mau kasih hadiah spesial nih buat kamu yang udah menang Miss University," ujar Devi.

"Wihh apaan nih hadiahnya?" jawab Harumi.

"Kamu tutup mata dulu dong, biar surprise nih," sahut Mita.

Saat Harumi sedang menutup matanya, aku dan Deni langsung memegang kedua tangan Harumi, lalu menyandarkan tubuh Harumi ke sebatang pohon. Dengan cepat kami melingkarkan tangan Harumi ke belakang pohon itu, lalu mengikatnya dengan tali yang kami siapkan.

"Apa-apaan nih, gue mau diapain?" tanya Harumi dengan polosnya.

"Kita mau kasih lo pelajaran, ******!" teriak Mita, dengan nada yang sangat bertentangan dengan caranya bicara sebelumnya.

"Lo kira lo pantes jadi ratu kecantikan di kampus? Lo kan orang asing, bangsa penjajah pula!" tambah Devi, sambil tangannya menampar pipi Harumi.

"Ouch! Heh denger ya, walaupun bokap gue Chinese dan nyokap gue orang Jepang, gue tetep orang Indonesia yah! Gue lahir di Indonesia, tumbuh di sini, bahkan ngomong Jepang atau Mandarin gue gak bisa! Gue kan...mmmphh!" ceramah Harumi terputus saat kami membekap mulutnya dengan sapu tangan.

"Berisik lo jablay, kita gak mau denger khotbah lo! Pokoknya buat kita lo gak pantes menang, dasar tukang curang!" bentak Rina.

"Guys, silakan lakukan tugas kalian!" perintah Devi.

Aku mengeluarkan cutter dari kantong celanaku, lalu mengacungkannya tepat di depan wajah Harumi.

"Denger yah blay, kalo lo berani ngelawan, pentil lo gue potong pake ini!" ujarku dengan nada yang dibuat seolah mengancam. Padalah belum pernah aku mengancam orang seperti itu.

"Mmmmphhhh!" teriakan Harumi tersumbat oleh sapu tangan yang terikat menutup mulutnya, sementara kami mulai mengikat kakinya supaya tidak terus menendang-nendang. Ia semakin histeris saat aku mencengkeram kaosnya dan mengarahkan cutter ke sana. Dengan kasar kusobek kaosnya hingga bagian atas tubuhnya hanya tertutup bra warna putih yang berenda. Aku berhenti sebentar sambil mengagumi pemandangan luar biasa di depanku ini. Dua buah bukit indah yang putih mulus itu berguncang-guncang saat pemiliknya meronta-ronta ingin melepaskan diri, yang rupanya hanya menambah nafsu para penontonnya. Tidak sabar menanti diriku yang hanya terbengong-bengong, Roy segera memeloroti celana pendek Harumi, sementara Evan menarik bra Harumi hingga lepas. Kini tubuh molek itu hanya ditutupi oleh celana dalam berwarna putih, dengan pita pink yang tepat berada di atas kemaluannya. Tidak mau kecolongan bagian yang paling mengasyikkan, aku segera memeloroti celana dalam itu hingga ke lututnya. Kami mundur beberapa langkah untuk menyaksikan sang bidadari kampus yang kini telanjang bulat sambil terus menangis dan berusaha melepaskan diri, namun ikatan yang kami buat cukup kuat untuk menahan dirinya.

"Ih jorok banget mekinya banyak bulu gitu, cantik-cantik kok males cukuran sih," ujar Rina sambil tertawa-tawa. "Nih gue punya silet, tolong cukurin dong, Van!" lanjut Rina, sambil menyerahkan sebuah silet ke tangan Evan. Evan pun langsung mendekatkan kepalanya ke depan selangkangan Harumi, kemudian mengendus aroma organ kewanitaannya itu. Lalu dengan kasar ia mulai mencukur rambut kemaluan Harumi, tanpa mengoleskan krim dan tanpa belas kasihan. Badan Harumi yang senantiasa menggelinjang membuat ujung silet yang tajam itu melukai kulit Harumi, namun nampaknya hal tersebut membuat Evan semakin menikmati pekerjaannya, demikian juga dengan para penonton. Dalam beberapa menit, kami dapat melihat garis tipis di selangkangan Harumi yang tidak ditutupi sehelai rambut pun. Benar-benar luar biasa pemandangan itu, sungguh berbeda dengan punya pacarku yang bentuknya sudah amburadul.

Devi segera mengeluarkan HP-nya untuk mengabadikan momen itu, namun segera dicegah oleh Mita. "Sebentar, gue punya aksesoris nih," katanya. Ia mengeluarkan sebuah mahkota perak yang terbuat dari plastik, lalu meletakannya di kepala Harumi, membuatnya terlihat seperti di malam saat ia memenangkan kontes kecantikan. Selain itu, Mita juga mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan "Ayam Kampus", namun ia kebingungan untuk menempelkannya di tubuh Harumi.

"Nih, gue punya peniti," ujar Rina seraya menyodorkan sebuah peniti ke Mita. Mita menancapkan kertas itu ke peniti, lalu mendekatkannya ke payudara Harumi. Kontan bidadari itu pun menggelengkan kepalanya dengan keras dan berusaha untuk menjerit, namun usahanya sia-sia; Mita tetap menancapkan peniti itu, menembus puting susu Harumi yang sebelah kanan. Aku dapat mendengar jeritan Harumi yang membangkitkan gairahku, di saat darah menetes dari puting susunya yang terluka. Tidak hanya Devi, kami semua mengeluarkan HP untuk memotret si ratu kecantikan yang kini telanjang bulat dan tidak berdaya, lengkap dengan mahkotanya, bahkan dengan kertas "Ayam Kampus" yang menggantikan selendang "Juara I" yang ia kenakan di malam kemenangannya. Cewek-cewek itu terlihat begitu puas karena dapat mempermalukan saingannya itu.

"Sebentar lagi lo jadi artis bokep nih, semua anak di kampus bakal punya foto bugil lo! Kalo perlu kita jual yah, emangnya lo doang yang bisa buka online shop!" kata Devi.

"Jangan lupa cek IG kita ya sis, ada foto cewek Jepang bugil loh," canda Rina, disambut dengan tawa teman-temannya.

"Dim, gue pinjem ikat pinggang lo dong," ujar Mita.

"Buat apaan Mit?" jawabku, sembari melepaskan ikat pinggang.

"Gue pengen bikin adegan kayak di film Fifty Shades nih, kayaknya asik yah."

"Wah ide bagus Mit!" sahut Devi. Para cewek itu pun segera meminjam ikat pinggang kami. Karena tidak semuanya memakai ikat pinggang, beberapa dari mereka mencari ranting atau rotan yang berserakkan di sekitar pohon. Setelah semuanya mendapatkan cambuknya masing-masing, Mita mulai memberi aba-aba.

"Satu... dua... tiga!"

"Ctarrrr!" lecutan ikat pinggang pertama mendarat di perut Harumi yang rata.

"Mmmphhhhhhhhh!" jeritan Harumi tertahan oleh sapu tangan yang membekap mulutnya.

"Gue pengen denger dia teriak dong. Bodo amat toh gak ada yang denger kan di tengah hutan?" usul Deni. Semuanya menyetujui ide tersebut, lalu Deni segera melepas sapu tangan dari mulut Harumi.

"Anjing lo semua! Gue laporin ke rektor lo semua! Gue bakal ..."

"Ctarrrr!" ujung ikat pinggangku yang berbahan kulit itu kembali mendarat di tubuh Harumi, kali ini di buah dadanya. Bukit putih mulus itu kini dinodai oleh sebuah garis merah yang membentang dari puting susu hingga ke pangkal payudaranya.

"AAAAAKKHHHH SAKITTTT ANJENGGG!"

"Makanya jangan berisik, blay! Coba pukul pake rotan, gue mau liat bedanya!" ujar Evan.

"Ctarrrr!" Rina mengayunkan batang rotan tipis di tangannya ke arah paha Harumi. Kali ini bekasnya lebih dari sekedar garis merah, melainkan luka lecet dengan warna merah yang lebih gelap.

"Sakit gilaaa, lepasin gueee!"

Tentu saja tidak ada yang menggubris permintaan gadis lugu itu. Jeritan demi jeritan terus keluar dari mulutnya yang mungil tiap kali tubuhnya yang mulus dilukai oleh sabuk dan rotan.

"Ssshhh... udah please stop, kalian mau minta apa aja gue kasih deh! Gue gak bakal lapor siapa-siapa asal kalian lepasin gue tolonggg.." ujar Harumi sambil menahan sakit yang mendera tubuhnya. Caci maki yang tadinya ia lontarkan mulai berubah menjadi tawaran halus yang terkesan mengiba, walaupun tetap saja sia-sia. Tidak mungkin kami melepaskan bidadari ini begitu saja, sebelum kami menikmati tiap jengkal tubuhnya yang sempurna, sebelum kami menggagahi setiap lubang yang bisa kami manfaatkan.

Cewek-cewek itu juga semakin bernafsu mencambuki tubuh Harumi tanpa mau gantian dengan kami para cowok. Merupakan suatu kebahagiaan bagi mereka untuk menghancurkan tubuh yang konon katanya paling indah di kampus kami. Namun tubuh molek itu kini tampak sangat mengenaskan, kulitnya yang putih mulus dihiasi oleh garis-garis merah dan lecet-lecet, beberapa luka bahkan hingga meneteskan darah. Sebelum tubuh itu semakin tak karuan, aku segera menghentikan mereka.

"Udah woy, kalo sampe terlalu rusak entar gue gak nafsu pakenya ah."

"Ah ga seru lo Dim," ujar Rina. Sementara itu mata Harumi yang berkaca-kaca menatapku dalam-dalam, seolah ingin berterimakasih. Namun ia tidak tahu bahwa itu hanyalah permulaan dari pesta kami para cowok. Kubalas tatapan itu dengan tatapan penuh nafsu, tatapan yang seakan memperkosanya dari jauh. Tanpa basa-basi, Deni yang sudah booking untuk giliran pertama segera melepaskan pakaiannya, lalu mendekati Harumi yang masih terikat di pohon sambil menangis tersedu-sedu. Mulutnya mendekat ke bibir Harumi yang sensual, lalu Deni mulai menciumi bidadari itu dengan paksa, sementara tangannya meremas-remas payudara Harumi.

"Jangan please Den, gue masih perawan Den. Gue bisa nggak dianggep anak kalo gini ceritanya, please.." tutur Harumi dengan lemah.

"Sekali lagi lo berisik, peniti ini gue pindahin ke meki lo ya!" bentak Deni sambil mencabut peniti yang tadi digunakan untuk menancapkan kertas ke puting susu Harumi. Gadisi itu hanya menggeleng pasrah sementara Deni kembali melumat bibirnya, kemudian tangannya mulai mengusap-usap kemaluan Harumi yang baru saja digunduli itu. Tidak lama kemudian, dapat kulihat jari-jarinya mulai bermain di dalam liang vagina Harumi. Gadis itu mulai mendesah tak karuan, kuyakin ini pertama kalinya ia dirangsang seperti itu. Aku yakin pacarnya yang kuliah di luar negeri tidak pernah sampai sejauh ini, ia kelihatannya seperti anak baik-baik. Kasihan sekali cowok polos itu ketika tahu pacarnya yang cantik ini akan kehilangan keperawanannya dengan cara yang menyedihkan. Bodo amat, pasti cowok itu tidak dapat memberikan kenikmatan yang dapat kami berikan.

Permainan jari Deni di dalam liang vagina Harumi semakin liar. Jari-jari Deni mengobok-obok lubang yang kuyakin masih sangat sempit itu. Ekspresi wajah Harumi sungguh luar biasa, antara menahan gairah dan menahan malu karena ditontoni oleh teman-teman kampusnya. Harga dirinya pasti sudah benar-benar hancur pada saat itu, terlihat dari matanya yang terus mengucurkan air mata walaupun ia sedang mengalami kenikmatan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan.
Tiba-tiba Deni mengeluarkan jari-jarinya dari liang vagina Harumi, lalu menciumi jari-jarinya itu.

"Gila, udah basah banget dia! Baru juga bentar, dasar jablay amatir hahahaha" ledeknya. "Nih, kalo ada yang mau cium meki Jepang wanginya kayak gimana, cium tangan gue nih!"

Benar saja, Harumi mengalami orgasme pertamanya dalam hitungan beberapa menit. Maklum, namanya juga baru pertama kali. Tapi dalam hati aku ingin membuatnya sampai orgasme berkali-kali. Aku ingin membuat sampai orgasmenya terasa menyakitkan. Namun aku harus menunggu giliranku sementara Deni mulai menyodokkan batang penisnya ke dalam vagina Harumi.

"Akkkhhhh... jangannnn, pleaaaseeee!"

Deni mulai memompa penisnya dengan brutal, membuat tubuh Harumi tersentak dan terbentur-bentur ke batang pohon di belakangnya. Cewek-cewek segera mengeluarkan HPnya dan merekam adegan persenggamaan itu dari berbagai sudut. Sementara para cowok mulai memegangi penis kami dari balik celana, karena begitu menggairahkannya pemandangan di depan kami. Deni mempercepat gerakannya, hingga tiba-tiba ia mendorong pantatnya kuat-kuat agar penisnya semakin menancap di vagina Harumi dan menembus selaput dara sang bidadari kampus itu.

"Gilaaa enak banget nih merawanin lonte Jepang.. ahhhh sempit bangettt" Deni mulai merancau penuh nikmat.

"Awwwwhhhh sakittt....sialann...akh..akhh..bangsat looo...akh.." sahut Harumi di tengah desahan-desahannya yang tidak dapat ia tahan. Selain penisnya yang semakin brutal, tangan Deni juga semakin brutal meremas dan memilin-milin payudara Harumi yang membusung di hadapannya. Jari-jarinya memencet-mencet puting susu Harumi yang tadi ditancapkan peniti, hingga darah mulai keluar dari putingnya yang terluka itu. Deni juga mengelus-elus luka bekas cambukan yang menghiasi payudara dan perut Harumi, kadang-kadang ia juga mencubit luka yang masih terbuka sehinga Harumi mendesis akibat rasa perihnya.

Beberapa kali Deni berhenti sejenak berusaha untuk menahan orgasme, namun bidadari di hadapannya itu terlalu sulit untuk ditahan, hingga akhirnya Deni memompa vagina Harumi dengan kecepatan maksimum sampai ia mencapai orgasmenya. Ia menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Harumi, walaupun gadis itu telah memohon-mohon supaya Deni tidak mengeluarkan spermanya di dalam. Tangisan Harumi kembali memecah kesunyian hutan itu ketika Deni mencabut batang penisnya dari vagina Harumi. Dengan ekspresi yang sangat kesal, Harumi meludah ke arah Deni hingga mengenai dadanya.

"Plakkk!" sebuah tamparan mendarat di pipi Harumi, hingga bibirnya berdarah. "Kurang ajar yah lo cewek jalang! Udah gue kasih kenikmatan, lo bales gue kayak begini?!" bentak Deni. Tersulut emosi, Deni memungut peniti yang tadi ia lempar ke tanah, lalu berlutut dan menjepit klitoris Harumi.

"Ahhh.. jangan, jangan, ampun gue gak maksud," pinta Harumi setelah menyadari apa yang akan dilakukan Deni. Deni tidak peduli, dengan sadis ia menancapkan peniti itu hingga menembus bagian paling sensitif itu. "Awwwwwhhhh sakitttttt!" pekik Harumi ketika peniti itu melukai klitorisnya sampai mengeluarkan darah, bercampur dengan darah keperawanan dan sperma yang keluar dari vaginanya. Senyum lebar menghiasi wajah Devi dan teman-temannya. Pasti mereka merasa amat puas karena telah memilih para berandalan sadis seperti kami untuk memberi pelajaran kepada gadis malang yang menjadi musuhnya itu.


[Updated on 2015-05-07]

"Minggir lo Den, sumringah amat abis nindik meki aja. Sekarang giliran gue," ujar Evan sambil menepuk pundak Deni yang masih asyik memainkan peniti yang menancap di klitoris Harumi.

"Bantuin gue lepasin iketan lontenya dong, kita puter arahnya ke belakang."

Ternyata Evan tidak bercanda waktu dia bilang kalau dia mau merasakan pantat Harumi. Kasian juga cewe ini, baru saja vaginanya diperawani, kini lubang pantatnya juga harus diterobos oleh seorang maniak seks. Untuk memastikan agar Harumi tidak kabur, kami semua memegangi tangan Harumi saat Evan melepaskan ikatannya, lalu memaksa Harumi untuk berbalik menghadap pohon, sambil tangannya memeluk batang pohon itu. Sebelum Harumi sempat berusaha untuk melepaskan diri, kami kembali mengikat tangan dan kakinya. Mengetahui apa yang akan terjadi dengan pantatnya, ia mulai menangis kembali dan mengiba untuk dilepaskan, yang tentu saja tidak kami hiraukan.

Dengan posisi seperti itu, aku dapat melihat punggungnya yang masih putih bersih, tidak seperti bagian depan tubuhnya yang sudah kami hiasi dengan luka-luka cambukan. DI bawah punggung itu terdapat dua buah bulatan daging yang tampak begitu sekal dan padat, yang terus bergoyang seirama dengan nafas pemiliknya yang tersengal-sengal. Pahanya juga tidak kalah menggugah selera dari belakang. Pokoknya gadis ini benar-benar makhluk paling sempurna yang pernah aku lihat! Sayang sekali tubuh cantik itu kini tidak memiliki masa depan secerah yang sepantasnya ia dapatkan, apalagi kalau ternyata ia hamil akibat perkosaan ini Namun masa bodoh, itu bukan urusanku, yang penting aku akan mengalami kenikmatan yang luar biasa. Sialnya aku harus mengalah sama cowok-cowok ini, karena mereka adalah kakak kelasku.

Evan mulai berlutut di belakang tubuh Harumi, sambil tangannya meremas-remas pantat Harumi yang montok. Remasannya makin lama makin brutal, bahkan hinga kuku-kukunya menancap di pantat Harumi dan meninggalkan bekas merah. Tidak hanya itu, Evan juga menjilati bongkahan daging kenyal di hadapannya itu, bahkan sekali-sekali ia menggigit dan seolah berusaha mencabik pantat Harumi, hingga gadis itu menjerit kesakitan. Mulai bosan dengan permainannya, Evan mulai menggunakan telunjuknya untuk menusuk-nusuk lubang pantat Harumi.

"Van please jangan di pantat, sakittt.."

"Oh bagus dong kalo sakit, tugas kita kan emang bikin lo sakit! Masalahnya lobang pantat lo sempit banget gila, gimana masukinnya nih, malah peret banget lagi.."

"Lo kurang pengalaman ya Van! Lo lebarin dulu lah pake apa kek," sahut Roy memberi saran.

"Nih, pake ranting-ranting aja kan banyak sekitar sini. Cari yang agak gedean," Mita memberi ide, yang langsung disambut dengan penolakan Harumi.

"Lo pada gila apa yah? Jangannn... tolong...please.. gue mohon.." gadis itu berusaha untuk mengucapkan setiap kata tolong yang ada di kepalanya. Tidak ada yang peduli dengan permintaannya, bahkan cewek-cewek mulai mencari ranting yang paling besar yang bisa mendobrak anus Harumi. Akhirnya Devi menemukan ranting – mungkin lebih tepat disebut cabang, entahlah – dengan diameter sekitar 4 cm, lalu menyerahkannya pada Evan.

Dengan tangan kirinya, Evan merekahkan pantat Harumi hingga lubang dengan dinding luar yang berkerut itu mulai terlihat. Kemudian ia menyodokkan ranting pohon itu ke dalam anus Harumi, disambut dengan jerit kesakitan gadis cantik itu. Jeritan yang memekakan telinga itu nampaknya membuat Evan semakin bernafsu menyodok-nyodok anus Harumi, hingga ujung ranting itu terlihat berwarna merah karena darah dari dalam anusnya. Setelah dirasanya cukup, ia mulai memposisikan batang penisnya di antara kedua belah pantat Harumi. Ia mencengkeram pinggul Harumi dengan erat untuk memantapkan posisinya itu.

"Siap-siap ya sayangg, satu..dua..tigaa!"

"Akhh..." Harumi mendesah pelan. Padahal aku berharap ia menjerit sekaras-kerasnya. Namun tampangnya ranting pohon yang berukuran lebih besar daripada penis Evan telah menghabiskan jeritannya, sehingga penis Evan menjadi perkara yang lebih mudah baginya. Namun sodokan-sodokan brutal dari penis Evan lama-lama mulai mengenai dinding anusnya yang tadi terluka akibat disodok dengan ranting kayu dengan brutal, sehingga Harumi mulai kembali menangis kesakitan.

"Udahan dong please, sakit banget Van, ampunn.."

"Lo kira lo doang yang sakit? Kontol gue juga sakit tau nerobos pantat lo yang sempit banget, kayaknya ampe lecet nih. Abisnya enak banget nyodomi cewek Jepang, gimana dong hahahaha..."

Dari pinggul Harumi, tangan Evan mulai bergerilya ke atas, menyusuri lekuk tubuh sempurna sang bidadari. Tangan Evan berhenti di payudara Harumi, lalu ia mulai meremas-remasnya dari belakang. Sementara itu, bibir Evan menciumi leher Harumi yang jenjang, sambil sesekali menggigitnya hingga meninggalkan bekas-bekas letupan asmara.

"Plop..plop..plop.." terdengar bunyi pinggang Evan yang menghantam pantat montok Harumi dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Hanya bunyi tersebut yang dapat kudengar di hutan yang sunyi itu, tentunya selain desahan dan tangisan Harumi yang semakin lama semakin melemah. Pada saat Evan mencapai klimaksnya dan menyemburkan spermanya ke dalam pantat Harumi, gadis itu tidak memberikan respon apapun, bahkan tidak terdengar desahan atau rintihan dari mulutnya. Benar saja, ternyata Harumi jatuh pingsan. Namun karena ikatannya cukup kuat, ia tidak terjatuh sama sekali.

"Yah pingsan bro, gimana nih, gue belom juga pake," keluh Roy.

"Yaelah tenang aja sih, pingsan doang kok bukan mati. Mending kita lepasin dulu deh," Rina memberi ide. Kami mulai melepaskan tali-tali yang mengikat kaki dan tangan Harumi, yang ternyata meninggalkan bekas-bekas merah, membuktikan bahwa ikatan yang kami buat sangat kuat. Kami baringkan gadis yang tidak sadarkan diri itu di atas tanah.

"Bangun woy, kerjaan lo belom selesai di sini!" bentak Devi sambil menggoyang-goyangkan kepala Harumi. Masih tidak ada jawaban, Devi mulai menampar pipi Harumi, kemudian payudaranya juga ditampari. Akhirnya Harumi membuka matanya saat Devi menampar pipinya sekuat tenaga hingga bibirnya kembali berdarah.

"Awhhh sakitt! Ini di mana ya?"

"Jangan pura-pura bego deh! Buruan lanjutin kerjaan lo, udah mulai gelap nih!"

"Udah dong please, gue capek banget. Badan gue udah sakit semua. Kenapa gak lo bunuh gue aja sekalian sih.."

"Apa untungnya kita bunuh lo, blay? Kita cuma pengen liat lo menderita aja kok, simple kan? Udah buruan siapin diri lo, client berikutnya udah antri nih."

Roy tersenyum mendengar aba-aba dari Devi. "Hai cantik, udah siap kan nerima kontol gue?"

"Jangan Roy ampun, gue udah gak sanggup lagi.."

"Bukkk..!Sebuah tinju mendarat di perut Harumi yang rata. "Buruan ikutin perintah gue, lo mau gue siksa sampe mati? Kalo emang elo mau mati, bukannya kita gak bisa bunuh lo, tau gak?! Sekarang buruan nungging, gue mau perkosa lo kayak anjing, soalnya emang orang-orang macem lo itu emang anjing!"

Belum pernah aku melihat Roy marah sekeras itu, padahal biasanya ia cenderung kalem walaupun rada bejat. Harumi juga pasti merasakan hal yang sama, tanpa berkata-kata ia memposisikan tubuhnya sendiri hingga menungging. Pantat sekal itu kini semakin terlihat menggoda, menjulang tinggi ditopang oleh pahanya yang mulus. Tanpa basa-basi, Roy memposisikan penisnya persis di depan vagina Harumi, lalu menyodoknya dari belakang. Roy memaju-mundurkan pinggulnya dengan sangat cepat, tanpa peduli rintihan korbannya yang nampaknya sama sekali tidak menikmati persetubuhan itu. Tangan Roy meremas-remas pantat Harumi yang kenyal, sambil sesekali menampar bongkahan daging itu keras-keras hingga memerah.

Dari atas dapat kulihat batang penis Roy yang rupanya lebih besar dari cowok-cowok yang lain, batang hitam yang berurat itu dijepit oleh kulit yang sangat putih, sungguh pemandangan yang membangkitkan gairahku. Aku tidak dapat menahan gairah ini lagi, pikirku dalam hati. Aku pun segera melepaskan pakaianku, kemudian duduk mengangkang persis di depan kepala Harumi.

"Isep kontol gue," ujarku dengan tenang. Namun gadis itu hanya menatap mataku sebentar, lalu membenamkan wajahnya ke tanah untuk menghindari tatapanku yang penuh nafsu.

"Lo budek apa bego sih? Gue bilang isep kontol gue, ******!" bentakku sambil menjambak rambut Harumi yang hitam bergelombang, hingga kepalanya terangkat. Harumi memperbaiki posisi tangannya supaya tubuhnya tetap stabil, lalu ia mendekatkan kepalanya ke arah selangkanganku. Dengan ragu-ragu ia mulai membuka mulutnya, kemudian melahap penisku perlahan-lahan layaknya memakan buah pisang. Namun kecepatan permainan Roy di belakang tubuh Harumi membuat gadis itu kesulitan menjaga keseimbangannya, hingga akhirnya kuperintahkan Roy untuk menarik tangan Harumi ke belakang dan memeganginya. Kini Roy tampak seperti sedang mengendarai kuda, kuda putih yang begitu seksi dan menantang.

Gila, kini aku benar-benar terangsang. Belum sempat ia mengulum penisku, baru masuk ke rongga mulutnya saja aku sudah merasakan nikmat yang luar biasa. Apalagi saat ia mulai menggunakan lidahnya untuk memainkan batang penisku, aku serasa ada di langit ketujuh. Entah kenapa pacarku tidak bisa memberikan kenikmatan yang seperti ini, padahal gadis di depanku ini kelihatannya anak baik-baik yang tidak pernah mengulum batang penis pria lain. Mungkin cewek-cewek Jepang memang terlahir dengan bakat seperti ini. Namun aku tidak ingin terlihat terlalu mudah dipuaskan.

"Lo bisa nyepong gak sih woy? Roy, pukulin pantatnya sampe dia bisa nyepong yang bener!"

"Dengan senang hati masbro," sahut Roy sambil mulai menampar pantat Harumi, kali ini lebih keras dari tamparan-tamparan sebelumnya. Jeritan Harumi tertahan karena mulutnya penuh dengan batang penisku, namun aku dapat merasakan sensasi nikmat yang luar biasa saat ia menjerit sambil mengulum penisku. Nampaknya pukulan-pukulan di pantatnya berhasil membuat Harumi berusaha untuk memuaskan gairahku lebih lagi, namun aku tidak peduli. Aku terus perintahkan Roy untuk menyakiti gadis itu agar ia kembali menjerit, jeritan yang mengalir dari tenggorokannya sampai ke batang penisku, yang memberikan rasa nikmat tak terbayangkan.

Baru beberapa menit, aku sudah tidak tahan lagi. Begitu juga dengan Roy yang segera mempercepat gerakan pinggulnya, serta nafasnya yang semakin cepat menandakan bahwa ia akan segera berejakulasi. Di saat yang bersamaan, kami menyemburkan sperma kami di vagina dan mulut Harumi. Bedanya, aku tidak ingin menghabiskan spermaku di mulutnya. Kucabut penisku dari mulut Harumi, lalu kusemburkan sisa-sisa cairan nikmat itu ke wajah Harumi yang cantik jelita. Ternyata banyak sekali sperma yang keluar dari penisku, rasanya belum pernah aku berejakulasi sebanyak itu. Wajah Harumi kelihatan penuh oleh spermaku, bahkan sampai turun mengalir ke dagunya.

"Lo harus liat muka lo, makin cantik loh pake make-up peju!" canda Mita. Ia kemudian menyodorkan HP-nya ke depan wajah Harumi dengan posisi kamera depan yang menyala, hingga Harumi dapat melihat wajahnya sendiri yang dipenuhi oleh sperma. Raut mukanya menunjukkan rasa malu yang luar biasa, apalagi saat kupaksa ia menjulurkan lidahnya dan menjilati sperma yang menempel di sekitar mulutnya.

"Dim, lo masih punya giliran satu kali lagi loh. Kasian amat lo yang laen dapet meki ama pantat, masa lo cuma kebagian mulutnya," kata Devi.

"Ahh curang enak amat masa dia dua kali sih?" sahut cowok-cowok lainnya layaknya anak kecil yang cemburuan.

"Ga usah iri lo pada, makanya jadi orang ngalah kayak gue. Har, kita masuk ke dalem aja yuk, di luar udah mulai gelap, gue mau liat badan lu dengan jelas," jawabku sambil beranjak dan menarik tangan Harumi supaya bangun dari tempatnya. Kugiring bidadari itu ke dalam pondok, kubawa ia menuju salah satu kamar di dalamnya, di mana terdapat barang-barang bawaanku. Sebelum teman-temanku mengikuti kami masuk ke kamar itu, segera kututup pintunya dan kuputar kuncinya.

"Woyy ngapain lo pake kunci pintu segala? Kita mau nonton kali!" teriak mereka sambil menggedor-gedor pintu kamar.

"Udah lah biarin aja, mungkin dia punya rencana spesial kali. Dim, asal jangan dibunuh ya!" teriak Devi dari luar. Yep, benar sekali, aku memang punya rencana spesial untuk menikmati gadis cantik ini. Kini gadis cantik itu berdiri diam di hadapanku, tangannya berusaha menutupi kemaluannya walaupun tentu saja tidak mengurangi ketelanjangannya. Matanya yang sembab memandangi mataku, seolah mengiba untuk berhenti menyiksa dirinya.


[Updated on 2015-05-19]


Kusuruh Harumi berbaring di atas kasur, kemudian kuikat kedua tangannya ke tiang ranjang di atas kepalanya, sementara kedua kakinya kurentangkan dan kuikat ke ujung-ujung ranjang. Harumi sama sekali tidak melawan, mungkin ia tahu kalau perlawanannya hanya akan membuatku semakin bernafsu menyiksanya. Kendati demikian, ia tetap memelas supaya aku menyudahi penderitaannya.

"Dim, gue kan anggep lo temen, dulu pas tugas UTS teori warna kan kita pernah sekelompok and gue bantuin lo banyak kan. Kok lo tega sih bales gue kayak gini.."

Aku terhenti sejenak mendengar ucapannya. Walaupun aku cuma satu semester sekelas sama dia, tapi selama itu dia sangat baik kepadaku. Kasihan juga gadis yang tidak bersalah ini. Kupandangi sosok telanjang bulat yang terikat di atas kasur itu. Wajahnya memancarkan kelelahan, namun paras cantiknya sama sekali tidak berkurang, malah dengan rambutnya yang basah berkeringat membuatnya terlihat semakin menggairahkan. Ketiaknya terpampang jelas akibat posisi tangannya yang terikat ke atas, nampak bahwa ia rajin merawat daerah tersebut sehingga tampak sangat mulus. Nafasnya yang tersengal-sengal membuat payudaranya naik turun; menurutku payudaranya agak terlalu besar dibandingkan badannya yang agak kecil. Vaginanya yang telah dicukur bersih seolah mengundang penisku untuk masuk menerobos ke dalamnya. Pemandangan itu benar-benar membuatku gila. Nafsu bejatku telah mengalahkan rasa kasihan yang sempat muncul sebelumnya.

"Oke karena lo baik sama gue, gue kasih lo pilihan deh. Pilih yang di seleting depan apa belakang?"

"Errr.. depan? Buat apa emangnya?"

Tanpa menjawab pertanyaan Harumi, kubuka seleting depan tasku, lalu kukeluarkan sebuah cambuk yang kupinjam dari temanku Adi, si masochist itu. Cambuk itu terdiri dari beberapa jalinan kulit yang ujungnya terikat ke sebuah gagang plastik. Kuayun-ayunkan cambuk itu di depan wajah Harumi.



"Jangan please, tadi udah cukup kan.." ujar Harumi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia juga berusaha untuk melepaskan ikatan tangan dan kakinya, namun ikatan yang kubuat cukup kuat sehinga usahanya sia-sia.

"Ctarrr!" cambukan pertama mendarat di perut Harumi yang rata. Aku menunggu jeritan gadis itu, namun yang kudengar hanya sebuah rintihan kecil. Bekas cambukannya pun hanya berupa garis-garis merah halus, tidak sebrutal pukulan rotan yang ia terima sebelumnya. Kali ini aku arahkan pecutanku ke selangkangannya, dengan sekuat tenaga kucambuk vagina Harumi, sambil berharap agar ia menjerit kesakitan.

"Ssshh.. sakit Dim," ucapnya pelan. Sial, cuma begitu doang responnya? Mungkin cambuk kulit ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ikat pinggang berujung logam dan batang rotan yang terlebih dulu meninggalkan luka-luka di tubuhnya yang putih mulus. Dengan emosi kucambuki selangkangannya berkali-kali dengan tempo yang sangat cepat. Tubuhnya hanya menggelinjang tanpa disertai jeritan kesakitannya. Aku mulai bosan, aku ingin membuat gadis cantik di hadapanku ini benar-benar menderita.

Kukeluarkan satu lagi alat yang kupinjam dari Adi, yaitu sebuah alat berbentuk mirip bor listrik, namun ujungnya berupa penis karet dengan diameter sekitar 4 cm dan panjang kurang lebih 20 cm. Di badan bor itu terdapat dua pemutar: yang satu dapat mengatur kecepatan maju-mundurnya penis karet tersebut, sementara yang satu lagi dapat mengatur kecepatan rotasinya.



Kunyalakan bor tersebut dengan kecepatan rendah, lalu kusentuhkan ujung penis karetnya ke puting susu Harumi. Tubuhnya menggelinjang hingga punggungnya terangkat, disertai dengan desahan sensual yang keluar dari mulutnya. Kuarahkan alat tersebut ke klitorisnya, kali ini desahannya semakin hebat, ia benar-benar tidak mampu lagi menutupi rasa nikmatnya.

Saat aku bersiap mendobrak kemaluannya dengan alat tersebut, ia berteriak, "Jangan dimasukin Dim, itu gede banget gue gaksanggup!" Masa bodoh, aku ingin mendengar jeritan kesakitannya. Sebelumnya, kulepaskan ikatan di kaki Harumi dari tiang ranjang, lalu aku posisikan kedua kakinya hingga mengangkang, kemudian kuikat kembali supaya tidak bergerak. Kumasukkan alat itu dengan paksa ke vagina Harumi yang masih sangat sempit, vagina yang masih perawan beberapa jam yang lalu.

"Aaaaaakh..ahhh. ouh..ouh.." pada awalnya ia melolong kesakitan, namun lama kelamaan jeritan itu berubah menjadi desahan nikmat, persis seperti desahan pacarku ketika aku merangsang kemaluannya. Setengah dari penis karet itu telah menembus vagina Harumi, kugerakkan alat itu maju mundur walaupun penis karet tersebut dapat maju-mundur dan berputar dengan sendirinya.

"Enak, Har?"

"Ouhhh.. iya enak Dim. Tapi jangan dalem-dalem dong.."

Sial, dia malah keenakkan. Padalah tujuanku di sini untuk menyiksanya, membuatnya merasa kesakitan setengah mati. Kuatur kecepatan dan rotasi penis karet itu dari kecepatan rendah ke kecepatan maksimal, lalu kudorong hingga penis karet itu masuk seluruhnya, mungkin sampai menghantam dinding rahimnya.

"Aaaaaaaakkhhh sakitttt stop Dim, stoppp!"

Aha! Jeritan itu yang ingin kudengar dari mulutnya. Rasa nikmatnya kini telah digantikan dengan rasa sakit yang luar biasa. Saat gelagatnya menunjukkan kalau ia akan segera orgasme, kucabut alat tersebut dari vaginanya. Tidak beberapa lama kemudian, cairan kewanitaannya menyembur keluar sampai muncrat dari vaginanya. Baru kali ini kulihat cewek yang mengalami orgasme sedemikian hebatnya.

"Gila dasar jablay lo, saking enaknya sampe squirting gitu?"

"Gak berarti enak juga. Sakit Dim, ngilu banget rasanya. Udah dong please, gue gak tahan.."

"Lho kan baru permulaan, Har," ujarku santai, sambil kembali memasukkan alat itu ke vagina Harumi. Saking kerasnya getaran alat itu, aku dapat mendengar bunyi penis karet yang beradu dengan dinding vaginanya, diiringi dengan jeritan-jeritan yang terus keluar dari mulutnya. Masih belum puas, aku masukkan juga gagang cambuk plastik tadi ke dalam vaginanya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku tetap memegangi bor. Awalnya aku kesulitan karena vagina Harumi telah dipenuhi penis karet yang berdiameter cukup besar itu, namun dengan paksa kurenggangkan bagian atas vaginanya dengan jari tanganku supaya gagang cambuk itu bisa masuk. Dengan paksa kulesakkan gagang cambuk itu, sampai ke titik di mana benda itu tidak dapat masuk lebih dalam lagi. Kini tangan kananku memegangi bor dengan ujung penis karet yang bergetar dan berputar kencang di dalam vagina Harumi, sementara tangan kiriku mengobok-obok liang yang sama dengan gagang cambuk. Jeritan dan tangisan Harumi semakin menjadi-jadi. Walaupun aku tahu siksaan yang kuberikan dapat menghancurkan vagina gadis itu, namun pikiran iblisku mencegah aku untuk berhenti.

Tiba-tiba jeritan Harumi melemah dan akhirnya berhenti, tubuhnya yang dari tadi meronta-ronta tiba-tiba kaku dan kepalanya tergolek. Ternyata Harumi pingsan untuk kedua kalinya hari ini. Kukeluarkan kedua alat tersebut dari kemaluannya, keduanya dilumuri bercak-bercak darah dari dinding vaginanya yang terluka, bercampur dengan cairan kewanitaannya. Untung vaginanya tidak sampai sobek, walaupun bentuknya kini tidak karuan. Tadinya aku berniat untuk memperkosa vagina tersebut, namun melihat bentuknya yang menyedihkan, pikirku lebih baik aku masuk dari belakang. Kulepaskan ikatan-ikatannya, kemudian kuposisikan tubuh Harumi yang masih belum sadar itu hingga menungging. Setelah itu kuarahkan penisku ke lubang pantatnya. Dengan sekali sentak penisku mendobrak lubang anus yang sialnya sudah tidak perawan lagi, namun tetap masih amat sempit. Kini ujung batang penisku tertanam di anus Harumi, sementara sisanya dijepit oleh dua bulatan pantat Harumi yang montok, memberikan rasa nikmat yang luar biasa. Lubang pantatnya seolah tidak dapat melebar lagi walaupun telah beberapa menit aku tembus, otot-otot anusnya seolah memijit batang penisku. Sambil tangan kiriku memegangi pinggul Harumi yang pingsan itu supaya tidak terjatuh, tangan kananku meremas-remas bongkahan pantatnya yang kenyal dan halus seperti mochi. Ketika pantatnya mulai membosankan, tangan kananku berpindah untuk memainkan payudaranya yang sama montoknya dari belakang. Gadis ini benar-benar sempurna, pikirku; setiap jengkal tubuh cewek Jepang-Chinese ini dapat memberikan kenikmatan yang luar biasa. Saat aku merasa akan segera orgasme, kucabut batang penisku dari anusnya, lalu kubalikkan tubuh Harumi hingga kembali telentang. Aku duduk di atas perutnya yang rata, lalu kuposisikan penisku tepat di antara payudaranya. Tanganku menggunakan kedua gunung kembar itu untuk menggosok-gosok penisku. Kulit Harumi yang halus memberikan ransangan yang luar biasa, sehingga aku tidak tahan lagi, kuangkat kepala Harumi dan kusemburkan spermaku ke arah wajahnya. Dengan rasa puas kupandangi wajah cantik yang belepotan sperma itu, sambil kupakai kembali pakaianku dan beranjak meninggalkan kamar tersebut.

"Woy lagi ngapain lu pada?" tanyaku kepada teman-temanku yang sedang berkumpul di ruang tamu sambil menonton sebuah video di HP.

"Gila ini film bokep paling gokil yang pernah gue tonton, barusan direkam live nih, adegan pemerkosaan cewek Jepang di hutan!" ujar Roy. Ternyata mereka mengocok penisnya masing-masing sambil menonton video pemerkosaan Harumi yang tadi direkam oleh cewek-cewek. Sperma yang keluar mereka kumpulkan ke dalam sebuah gelas, hingga gelas itu penuh oleh cairan putih kental yang menjijikan.

"Udahan lo Dim nyiksanya? Gila lo apain aja tuh cewek sampe teriaknya kenceng banget?"

"Sesuai perintah lo, Dev, gue siksa dia sampe setengah mati. Sekarang anaknya pingsan tuh."

Cowok-cowok itu berhamburan menuju kamar untuk melihat keadaan Harumi yang mengenaskan. Sementara Mita mengambil seember air dari kamar mandi, lalu membawanya ke kamar. Kemudian ia menumpahkan isi ember itu ke wajah Harumi hingga gadis itu tersentak kaget.

"Kasian lo diapain aja sampe pingsan gitu?" tanya Devi, dengan nada yang cenderung mengejek daripada kasihan.

"Nih, minum dulu biar tenaga lo balik," ujar Evan sambil menyodorkan gelas yang berisi sperma tadi. Setelah melihat isinya, Harumi menggelengkan kepalanya dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tentu saja kami tidak menerima penolakkan apapun dari Harumi. Evan memencet hidung Harumi sampai gadis itu kehabisan napas, sehingga ia terpaksa membuka mulutnya untuk menghirup napas. Di saat itulah Evan menuangkan isi gelas itu ke dalam mulut Harumi, lalu memaksa Harumi untuk menelan cairan peju itu sampai habis. Gadis itu terbatuk-batuk setelah menelan segelas cairan yang menjijikkan tersebut, disambut dengan gelak tawa para penontonnya, terutama para cewek yang berhasil menjatuhkan harga diri sang bidadari kampus sampai ke titik terendah.

"Udah yang laen pada keluar gih, gue sama Roy mau pake dia lagi, kalau perlu sampe pingsan lagi ya bro?" ujar Deni. Gadis itu rasanya telah menghabiskan spermaku sampai aku tidak ingin lagi memperkosanya. Aku meninggalkan kamar itu, sementara dari belakang dapat kudengar Harumi kembali berteriak lantang,

"Aaaaaaaa jangan Den ampunnnn sakitttttt!"
 
Terakhir diubah:
[Updated on 2015-06-10]


28-04-2014

Aku sempat bingung saat membuka mata dan menemukan diriku berbaring di sofa. Rupanya semalam aku ketiduran di ruang tamu sementara Deni, Roy, dan Evan melanjutkan pesta kecil mereka bersama Harumi. Sial, berarti aku kelewatan berbagai acara seru semalam! Segera aku berlari menuju kamar tempat aku memperkosa Harumi kemarin. Saat kubuka pintunya, ternyata mereka semua masih ada di sana. Harumi tampak tertidur pulas dengan tubuh yang masih telanjang bulat, kedua tangannya terikat di atas kepalanya. Penis karet yang kemarin kugunakan untuk menyiksanya, tampak masih tertancap di dalam kemaluannya yang kelihatan agak membengkak, sementara di sekitarnya tampak bekas sperma kering. Di sebelah kiri dan kanannya ada Deni dan Roy yang juga belum bangun, sementara Evan tidur di lantai, entah bagaimana ceritanya. Melihat sang bidadari dengan tubuh molek yang tidak tertutup sehelai benang pun, penisku langsung mengeras seketika. Aku naik ke atas ranjang itu pelan-pelan supaya tidak ada yang bangun. Kutindih tubuh Harumi yang telentang, lalu mulutku menerkam buah dadanya. Ketika kugigit puting susunya, Harumi tersentak kaget dan mengangkat kepalanya. Sebelum ia sempat mengeluarkan suara, langsung kulumat bibirnya supaya tidak berisik. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulutnya yang mungil, kemudian menari-nari di dalamnya. Sementara itu kedua tanganku kembali meremas-remas payudaranya yang tidak pernah membuatku bosan. Nafsuku kembali memuncak, aku harus memperkosa gadis ini sekali lagi! Saat aku hendak mencabut penis karet dari vaginanya, tiba-tiba para cewek masuk ke ruangan itu.

"Gila Dim sampe pagi masih aja lu entotin itu lonte?" canda Mita.

"Apaan, enak aja lo, semalem gue ketiduran di sofa weh, ini gue baru mau mulai, eh lo pada masuk," jawabku dengan ketus.

"Gantian dong sama kita, kan kita juga mau maen sama dia," ujar Rina yang membawa tali kekang dan kalung yang biasa digunakan untuk anjing peliharaan.

"Tolong dong gue capek banget nih, baru juga tidur satu jam," kata Harumi lirih, dengan muka yang benar-benar memelas.

"Lo masih mau pulang ke rumah apa pengen mati di sini, hah? Kalo masih pengen pulang, ikutin perintah kita!" bentak Deni yang ternyata sudah bangun, mungkin karena percakapan kami yang gaduh.

Rina menyuruh Harumi untuk bangun dan merangkak ke arah pintu. Kemudian ia memasang kalung itu di leher Harumi, mengencangkannya sampai leher Harumi tampak tercekik, lalu menyambungkannya dengan tali kekang.

"Karena lo orangnya anjing, udah pantes lo kita jadiin anjing peliharaan nih," ujar Rina sambil menarik-narik tali kekangnya dan menuntun Harumi merangkak keliling kamar. Untuk melengkapi peran anjingnya, Devi mengambil cambuk pinjamanku yang tergeletak di lantai, lalu memasukkan gagangnya ke lubang pantat Harumi. Gadis itu merintih kesakitan ketika Devi memaksakan gagang cambuk itu supaya masuk seluruhnya ke dalam anus Harumi.

"Nah kan sekarang lengkap ada ekornya juga," kata Devi, disambut tawa anak-anak yang lain. Harumi benar-benar merasa terhina diperlakukan seperti itu, kepalanya tertunduk malu menghadap lantai sambil mulai menangis tersedu-sedu.

"Gue dari bangun belom kencing nih, WC-nya jauh, gue kencing di sini aja ya," kata Roy.

Cowok-cowok yang lain menyetujui ide Roy. Kami berdiri mengelilingi anjing cantik yang bertumpu dengan kedua tangan dan lututnya di atas lantai. Kami arahkan penis kami yang tegang – biasanya orang menyebut ereksi penis di pagi hari dengan istilah "morning boner" – ke arah Harumi, lalu kami mulai mengencingi gadis malang itu. Harumi berusaha menutupi wajahnya supaya tidak terkena air kencing kami, namun kami menendang-nendang tubuhnya hingga jatuh telentang sehingga kami bisa mengencingi seluruh bagian tubuhnya. Muka Harumi tampak menahan jijik yang teramat sangat, mungkin karena kencing cowok di pagi hari biasanya berbau lebih pesing dan jumlahnya sangat banyak.

"Kebetulan kan dia belom mandi dari kemaren, sekalian kalian mandiin pake aer kencing ya guys," ledek Mita, disambut dengan tawa kami semua.

"Sekarang gantian, elo yang kencing!" perintah Devi.

Melihat Harumi yang masih dalam posisi menungging tanpa memberi respon apapun, Evan dan Roy berinisiatif untuk menggelitiki ketiak Harumi dengan brutal, sementara aku dan Deni menggelitiki telapak kaki Harumi.

"Duh geliii..! Ampunnn ga tahannnn...."

Ternyata dugaan kami benar, orang yang kegelian lama-lama pasti tidak dapat menahan kencingnya. Sebelum Harumi sempat mengompol, kami mengangkat pahanya yang sebelah kiri, sehingga ketika pipisnya keluar, ia benar-benar mirip anjing yang sedang buang air. Kami semua pun menertawakan adegan memalukan tersebut, sementara Devi merekamnya di HP. Sesudah itu, kami menyuruh Harumi untuk menyeka air kencingnya di lantai dengan rambutnya yang indah, lalu menjilati sisanya hingga benar-benar bersih.

Kemudian Devi menyeret Harumi ke luar pondok, diikuti oleh kami semua di belakangnya. Ternyata semalam turun hujan, sehingga tanah di luar agak becek. Saat diseret menuju ke halaman, Harumi enggan untuk merangkak ke luar, nampaknya ia tidak mau menyentuh tanah yang kotor itu.

"Sok bersih banget sih lo, meki lo aja lebih kotor dari tanah itu!" bentak Mita. Karena Harumi bersikeras untuk tidak menginjak tanah dengan tangan dan lututnya yang telanjang itu, aku pun mengambil tindakan. Aku mengambil sebilah papan yang tergeletak di teras, bentuknya mirip penggaris kayu yang biasa dipakai di sekolah, namun lebarnya sekitar 10 cm. Kugunakan kayu itu untuk memukul pantat Harumi sekeras-kerasnya.

"Aaaaaakh! Sakittt!" pekik Harumi. Pukulan yang kuberikan cukup keras hingga tubuhnya terdorong ke depan, beranjak dari teras hingga menyentuh tanah. "Plakkk!" kali ini papan kayu itu menghantam bulatan pantat Harumi yang sebelah kanan. Pukulan-pukulan itu terbukti efektif memaksa Harumi untuk terus merangkak ke depan, sehingga Devi menyuruhku untuk terus memukuli pantat Harumi, yang tentu saja kulakukan dengan senang hati.

Rombongan kami terus berjalan menyusuri hutan yang sepi, dipimpin oleh Devi di barisan paling depan yang menuntun Harumi yang merangkak di belakangnya, layaknya majikan yang sedang menuntun anjing peliharaannya berjalan-jalan. Tangan dan lutut Harumi yang tadinya putih bersih kini dikotori oleh tanah yang becek. Setiap beberapa langkah sekali, kuayunkan papan kayu itu ke pantat Harumi, sehingga kedua belah pantatnya kini berwarna merah padam. Jeritan yang keluar dari mulutnya tiap kali kupukul pantatnya memecah kesunyian hutan itu. Gagang cambuk yang menancap di anusnya kelihatan sangat menyiksanya setiap kali ia merangkak ke depan. Tidak hanya itu, Devi juga memaksa Harumi untuk memungut ranting-ranting yang ia temukan sepanjang perjalanan dengan menggunakan mulutnya, persis seperti anjing. Ranting-ranting itu kemudian dikumpulkan ke dalam kantong plastik yang dibawa Mita.

Setelah berjalan (dan merangkak) beberapa jauh, kami mencium bau yang agak menyengat. Ternyata bau itu berasal dari sebuah kubangan lumpur, mungkin lumpur itu bercampur dengan kotoran binatang, entahlah.

"Gue mau liat anjing kita guling-guling di lumpur dong," pinta Rina. Harumi menggelengkan kepalanya, lalu berusaha untuk berpijak kuat-kuat di atas tanah supaya tidak diseret masuk ke dalam kubangan lumpur yang menjijikan itu. Namun usahanya sia-sia ketika Roy menendang pantat Harumi sekuat tenaga, hingga gadis malang itu terjerembab ke dalam kubangan lumpur tersebut. Kemudian kami menendang-nendang tubuh Harumi hingga seluruh tubuhnya yang tadinya putih bening kini berlumuran lumpur. Aku dapat melihat ekspresi puas para cewek yang baru saja membuat gadis paling cantik di kampus kini terlihat seperti seonggok kotoran yang menjijikkan.


Setelah puas, kami mengeluarkan Harumi dari lumpur, lalu membaringkannya di atas tanah. Devi menyuruh Deni dan Evan untuk merentangkan paha Harumi hingga vaginanya terpampang jelas. Kemudian Mita berjongkok tepat di hadapan selangkangan Harumi, kemudian mengeluarkan ranting-ranting dari kantong plastik yang ia bawa.

"Sekarang kita mau liat meki lo bisa dilebarin seapa sih, biar kita tau berapa banyak kontol yang bisa masuk ke sana!" kata Devi.

"Jangan please, rantingnya kan kotor.." ujar Harumi memelas, saat Mita memasukkan ranting pertama ke dalam liang kemaluan Harumi. Lima ranting pertama dimasukkan ke dalam vagina Harumi tanpa kesulitan yang berarti, sembari kami terus memegangi tubuh Harumi kuat-kuat supaya ia tidak memberontak. Harumi mulai merintih kesakitan ketika ranting yang keenam dimasukkan, demikian juga dengan ranting yang ketujuh dan kedelapan. Saat ranting yang kesembilan dimasukkan, vaginanya terlihat penuh sesak oleh delapan ranting sebelumnya, sehingga Mita harus sedikit memaksakan ranting tersebut supaya bisa masuk. Ranting yang kesepuluh membutuhkan usaha ekstra, sehingga Harumi menjerit kesakitan saat Mita menyodok-nyodok ranting tersebut dengan brutal ke dalam vagina Harumi. Permukaan ranting yang kasar pasti melukai dinding vagina Harumi, sehingga gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil membanting-bantingkan pantatnya di atas permukaan tanah. Walaupun nampaknya sudah tidak muat lagi, Mita tetap memaksakan ranting yang kesebelas untuk masuk ke dalam vagina Harumi.

"Ampunnnn sakit banget, please udahan dong!"

"Ini baru ranting loh, Har. Kan lo harus siap buat nerima dua tiga kontol sekaligus, kan pasti lebih gede dari ranting," ujar Mita dengan nada yang dibuat seolah-olah menggurui, sambil terus berusaha untuk memasukkan satu lagi ranting ke dalam kemaluan Harumi. Dengan susah payah, akhirnya ranting yang kesebelas masuk ke dalam. Vagina Harumi terlihat melar hingga ke titik maksimalnya, seolah sedikit lagi hampir sobek. Dapat kulihat tetesan darah mengalir ke luar dari vaginanya, apabila tidak segera diobati, gadis itu mungkin bisa meninggal karena iritasi pada organnya yang paling sensitif. Namun itu bukan urusanku, yang penting aku dapat merasa senang melihat sang bidadari kampus ini meronta-ronta kesakitan di hadapanku, dengan tubuh molek yang telanjang bulat dan berlumuran lumpur.

Tiba-tiba permainan kami diganggu oleh tetes-tetes hujan yang membasahi tubuh kami. Gerimis yang turun memaksa kami untuk menyudahi keseruan kami.

"Mau kita apain nih jablaynya?" tanya Rina.

"Kita gantung aja di pohon depan pondok, sekalian biar badannya dicuci aer ujan. Kan entar kita mau pake lagi, mesti bersih lah," usul Deni. Semua menyetujui ide Deni. Kami menyeret Harumi kembali ke depan pondok, lalu mengikat kedua tangannya ke atas, kemudian menggantungkannya ke dahan sebuah pohon di depan pondok. Kakinya terangkat beberapa senti dari permukaan tanah, sehingga tubuhnya terayun-ayun karena tertiup angin yang cukup kencang.

Saat yang lainnya kembali masuk ke dalam pondok untuk berteduh dari hujan yang semakin deras, aku tetap berdiri memandangi tubuh Harumi yang sempurna itu. Dengan bantuan air hujan, kuusap-usap badan Harumi untuk membersihkan lumpur yang masih menempel di badannya, hingga kulitnya kembali terlihat putih mulus. Gadis itu masih saja menangis karena rasa sakit pada vaginanya. Air matanya masih turun mengalir membasahi pipinya, bercampur dengan tetesan air hujan. Entah mengapa aku ingin membuatnya lebih menderita lagi. Kuambil sebatang rotan yang kemarin dipakai untuk mencambuki Harumi, lalu kuayunkan ke tubuhnya yang basah kuyup.

"Ctarrrr!"

"Awwhhhh! Cukup dong Dim.."

Jeritan kesakitan Harumi semakin membuatku bernafsu. Dengan tempo cepat kucambuki sekujur tubuh Harumi, mulai dari payudaranya yang montok, perutnya yang rata, pahanya yang sekal, punggungnya yang mulus, hingga pantatnya yang kenyal. Suara pukulan rotan yang mendarat di tubuh Harumi bergantian dengan suara jeritan yang keluar dari mulutnya, diiringi dengan bunyi hujan yang semakin lebat. Ketika jeritan Harumi semakin lama semakin melemah, aku takut dia pingsan lagi. Kuhentikan cambukan-cambukanku, lalu kuhampiri gadis itu dan kupeluk tubuhnya untuk memastikan dia masih sadar. Kuelus-elus punggungnya yang dihiasi garis-garis merah bekas cambukanku barusan, rasa ibaku perlahan mulai timbul saat gadis cantik di dekapanku ini kembali menangis tersedu-sedu sambil menggigil kedinginan. Bagaimana tidak, aku yang berpakaian lengkap saja merasa angin dingin pagi ini menusuk tulangku, apalagi Harumi yang telanjang bulat.

Untuk memberikannya sedikit "kehangatan", kuputuskan untuk menyetubuhi Harumi sekali lagi. Kukeluarkan ranting-ranting dari kemaluannya; ujung ranting-ranting tersebut sedikit berlumuran darah akibat luka pada bagian dalam vagina Harumi. Tanpa basa-basi, kugantikan posisi ranting-ranting itu dengan penisku yang sudah tegang sedari tadi.

"Akhhhh perihhh..." Harumi merintih kesakitan. Gesekan antara penisku yang sudah sangat keras dengan dinding vaginanya yang terluka pasti terasa sangat menyakitkan. Kupeluk tubuh Harumi erat-erat supaya dadaku menempel dengan payudaranya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya. Kugerakkan pinggulku maju mundur dengan cepat; aku tidak mau berlama-lama bercinta sambil kehujanan seperti ini, walaupun batinku ingin supaya penisku tidak akan pernah lepas dari jepitan vagina Harumi yang meskipun sudah dimasuki bermacam-macam benda dari kemarin, namun masih terasa sangat sempit. Otot-otot vaginanya seolah mengurut batang penisku, membuatnya tidak dapat menahan cairan di dalamnya lebih lama lagi. Hanya dalam beberapa menit, penisku menyemburkan banyak sekali sperma ke dalam rahim Harumi. Setelah kemarin hanya bisa menikmati mulut dan anusnya, akhirnya penisku seolah mengucapkan terima kasih karena telah berhasil menuntaskan misinya di dalam vagina sang bidadari kampus.

Walaupun penisku mulai kembali menyusut dan keluar dengan sendirinya dari liang senggama Harumi, aku tidak melepaskan pelukanku pada tubuh gadis jelita itu. Kupandangi wajahnya yang meskipun tampak kelelahan dan menderita, namun masih memancarkan kecantikannya.

"Dim, gue laper. Dari kemaren belom makan.." ujar Harumi tiba-tiba. Mukanya yang memelas kembali membangkitkan rasa kasihanku.

"Oke bentar gue ambilin makanan yah kalo ada sisa di dalem. Be right back, cantik.."

Aku meninggalkan Harumi yang masih tergantung di pohon. Ternyata teman-teman yang lain sedang sarapan bersama di dalam pondok. Setelah ikut makan bersama-sama, aku pun lupa ada gadis yang kedinginan dan kelaparan di luar sana yang masih menungguku membawakan makanan.


19f96c387612708.jpg

Di kantor polisi

Kututup buku catatan Dimas tersebut. Wajahku menunjukkan ekspresi yang campur aduk – antara menahan nafsu akibat cerita petualangan seks anak-anak muda itu, serta rasa kasihan terhadap gadis cantik yang masih duduk di sampingku, nampaknya ia tertidur karena kelelahan.

"Saya rasa barang bukti ini sudah cukup untuk menahan kamu dan teman-teman kamu," kata pak polisi dengan nada tegas.

Dimas hanya menunduk lemas, argumen apa lagi yang harus ia sampaikan untuk membela dirinya, semua cerita kriminalnya sudah diketahui berkat tulisannya sendiri. Pasti ia sangat menyesal karena telah mencatat semua kejadian itu, entah apa tujuannya.

"Kek, kakek boleh pergi dari sini. Terima kasih banyak atas bantuannya ya."

"Baik pak polisi, saya senang bisa membantu orang yang tertimpa musibah seperti neng Harumi ini. Semoga pelakunya dihukum yang setimpal ya Pak."

Aku pun melangkah keluar dari kantor kecil itu. Sambil berjalan pulang, aku terus terngiang-ngiang wajah cantik Harumi. Kapan lagi aku bisa melihat gadis secantik dia? Namun lamunanku dibuyarkan oleh sebuah jeritan yang berasal dari kantor polisi yang baru saja kutinggalkan – jeritan yang sangat tidak asing di telingaku. Jeritan sang gadis malang yang kelihatannya masih akan menderita selama beberapa waktu ke depan.

"Aaaaaaaaaa tolonggg Pak, cukup, jangan lagiiii!"

19f96c387612708.jpg

Beberapa jam sebelumnya

Aku bergegas memakai jas hujan untuk mengetahui asal suara mencurigakan yang kudengar berkali-kali di pagi hari ini. Sudah bertahun-tahun aku tinggal sendirian di tengah hutan ini, jadi aku tidak takut akan suara hantu atau semacamnya, aku yakin suara tersebut adalah suara manusia. Sumber suara tersebut menghilang sebelum aku menemukannya, sehingga pencarianku pun semakin sulit. Untungnya, sebelum aku putus asa, aku melihat bayangan sebuah objek yang tergantung di sebuah pohon. Aku terperanjat saat kudekati objek yang ternyata merupakan seorang gadis yang telanjang bulat. Kulitnya putih bening, namun sayangnya dinodai oleh luka-luka mirip bekas pecutan serta bercak-bercak lumpur. Payudaranya bergantung dengan indah, dibasahi oleh tetesan air hujan. Demikian juga dengan pantatnya yang sekal. Rambutnya yang hitam panjang tampak basah sehingga menempel di punggungnya. Namun yang paling menarik perhatianku adalah wajah orientalnya yang sangat menawan, agak mirip dengan tipikal cewek-cewek Chinese yang dulu sering kujumpai di kota, namun sekilas wajah itu juga mengingatkanku akan aktris film bokep Jepang. Sudah lama sekali aku tidak melihat sosok sesempurna ini. Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini, pikirku.

Sebelum gadis itu sempat berteriak minta tolong, kubekap mulutnya dengan tanganku yang keriput.

"Psssttt... saya bisa tolongin kamu, tapi kamu jangan berisik!"

"Mmmphhh..." suara gadis itu tertahan bekapan tanganku, namun ia mengangguk tanda setuju. Kulepaskan ikatannya dari cabang pohon tersebut, lalu dengan keadaan tangan yang masih terikat, kutuntun sang bidadari menuju tempat tinggalku.

"Kek, jangan ke kamar. Di ruang tamu aja, boleh?" tanya gadis itu saat kubawa ia menuju kamarku.

"Selimutnya ada di kamar, Neng. Kasian kamu kedinginan."

"Oh begitu.. terima kasih Kek.." jawabnya dengan sopan, sambil menarik selimut di atas ranjangku untuk menutupi tubuhnya.

"Ehh, siapa yang suruh pakai selimutnya? Selimut itu untuk alas kita bercinta. Biar ranjang Kakek gak kotor sama badan kamu."

"Kek, jangan dong, aku mohonnn... Aku udah berkali-kali diperkosa dan disiksa dari kemaren, aku capek banget Kek, sakit banget.."

"Kalo kamu mau Kakek balikin ke tempat tadi lagi juga boleh kok. Tapi kalo kamu mau nurut sama Kakek, Kakek antar kamu ke kantor polisi. Terserah kamu maunya gimana."

Gadis itu menghela napas panjang, sembari matanya yang cantik melirik ke kanan dan ke kiri. "Oke lah Kek, tapi janji jangan bohong ya, Kek. Aku mohon sebesar-besarnya."

"Kamu juga janji sama Kakek ya, jangan laporin perbuatan Kakek ke polisi."

"Iya Kek aku janji."

"Sekarang balikin selimutnya ke atas ranjang, trus Kakek mau liat kamu ngangkang."

Ajaib, gadis itu melakukan persis seperti yang aku perintahkan. Aku terkagum-kagum melihat vagina gadis itu yang gundul, walaupun bentuknya agak tidak karuan, pasti para pemerkosanya telah merusak benda keramat tersebut. dengan sangat brutal. Anehnya, melihat vagina yang terluka itu malah membuatku semakin terangsang. Kumasukkan jari tengahku ke dalamnya, disusul oleh jari telunjukku. Dapat kurasakan bagian dalam vaginanya yang masih becek, mungkin bekas cairan sperma para pemerkosanya, bercampur dengan cairan kewanitaan dan darah.

"Akhhh... Pelan-pelan Kek, masih sakit banget," ujar sang gadis, antara kesakitan atau kenikmatan yang ia rasakan, aku juga sulit menebak.
Penasaran dengan liang senggama itu, aku memasukkan satu lagi jariku ke dalamnya, kemudian satu lagi, hingga akhirnya kelima jariku berada di dalam vaginanya. Aku agak kaget betapa melarnya vagina gadis ini, entah benda sebesar apa yang sebelumnya masuk ke dalam sana, sehingga seluruh kepalan tanganku dapat masuk dengan cukup mudah. Kumainkan jariku di dalam vaginanya dengan gerakan menguncup dan mengembang, seolah aku akan mencabut keluar sebuah organ di dalam sana. Si cantik menjerit-jerit kesakitan, tubuhnya meronta-ronta, namun ia tidak bisa ke mana-mana selagi kepalan tanganku masih berada di dalam vaginanya. Kumajumundurkan kepalan tanganku keluar masuk vaginanya, semakin lama semakin cepat hingga dapat kurasakan cairan vaginanya mulai membasahi tanganku. Saat kukeluarkan tanganku dari liang penuh nikmat itu, tanganku berlumuran cairan kewanitaanya, yang kemudian kuusapkan ke wajahnya.

Sementara itu, penisku serasa memberontak ingin keluar dari kandangnya. Segera kulepas celana jeans dan kolorku, lalu aku naik ke atas ranjang dan berdiri tepat di depan gadis itu.

"Gimana punya Kakek, walaupun udah keriput tapi gak kalah kan sama cowok-cowok yang merkosa kamu?"

"I-i-iya Kek.."

"Kamu mau kan dientotin sama penis Kakek?"

Si cantik hanya diam saja memandangi penisku.

"Jawab, kalo enggak kamu aku gantung lagi di luar sana ya, nanti siangan dikit bakal lebih banyak orang yang lalu lalang, biar kamu diperkosa rame-rame aja yah kalo ada orang yang lewat."

"Jangan Kek.. Iya deh Kakek boleh.."

"Boleh apa? Bilang yang jelas.."

"K-k-kakek boleh entotin aku.."

"Emang kamunya mau apa enggak? Jawab sejelas mungkin."

"Iya Kek, aku m-mau dientotin Kakek, buruan Kek, aku udah g-g-gak sabar," ucapnya terbata-bata, sambil menahan malu. Aku yakin ucapannya itu sangat bertentangan dengan kata hatinya, namun aku sangat puas melihat penyerahan dirinya. Langsung saja kudorong penisku yang sudah mengeras mendobrak vaginanya yang agak menganga. Namun gadis itu hanya merintih pelan saat seluruh batang penisku berhasil masuk ke dalamnya, mungkin penisku yang sudah uzur ini tidak ada apa-apanya dibandingkan siksaan yang diberikan para pemerkosanya. Masa bodoh, aku tetap merasakan kenikmatan yang luar biasa. Jepitan vagina gadis belia ini memberiku sensasi yang sudah lama tak kurasakan, ditambah dengan udara dingin di luar akibat hujan yang sangat mendukung suasana itu. Tanganku bertumpu pada payudaranya yang lumayan montok, kuremas-remas bukit kembar itu dengan buas.

Tidak mau rugi, aku juga ingin merasakan lubang yang satunya lagi. Sebelum aku sempat orgasme, segera kucabut penisku dari liang vaginanya, lalu kubalikkan tubuhnya hingga menungging. Dengan sekali sentak, batang penisku kini menghujam anusnya – sebuah lubang kecil dengan kerutan di sekitarnya.

"Aaaaaakhh sakit Kek..! Udahan dong, perihhh..."

"Pssssttt.. diem ah, pantat kamu enak banget sih, montok lagi.."

Kedua belah pantatnya yang kenyal menghantam pinggangku setiap kali aku mendorong penisku masuk ke dalam anusnya. Bongkahan daging itu terasa begitu dingin dan lembut walaupun terdapat garis-garis merah bekas cambukan, ingin rasanya kujadikan bantal setiap malam. Aku tidak tahan lagi, aku akan segera orgasme. Cepat-cepat kutarik penisku dari anusnya, lalu kumasukkan lagi kali ini ke dalam vaginanya. Kukeluarkan seluruh spermaku ke dalam vagina gadis cantik yang sedang menungging di hadapanku ini, sembari tanganku mencengkeram pinggul dan pantatnya. Setelah kucabut penisku dari sana, si sexy itu langsung terjatuh ke atas ranjangku. Kakinya meringkuk hingga lututnya menyentuh payudaranya, lalu ia mulai menangis tersedu-sedu.

"Kok malah nangis Neng? Enak kan dientotin Kakek?"

"Aku takut hamil Kek.."

"Kamu tau dari mana?"

"Terakhir kali aku mens sekitar sepuluh hari yang lalu. Kalo kata orang ini lagi masa-masa suburnya. Aku pasti hamil, Kek! Gimana dong?

"Belum tentu lah. Lagian apa yang perlu ditakutin? Orang tua kamu juga pasti ngerti kok kalo kamu korban pemerkosaan."

"Gak mungkin Kek. Papa Mama orangnya strict banget. Mereka pernah ngancem mau usir aku dari rumah kalo sampe aku hamil di luar nikah. Mereka mana mau ngertiin kalo aku diperkosa, bisa aja mereka nuduh aku main sama pacarku.."

Aku duduk di sebelahnya, lalu kubelai punggungnya. "Yang tabah ya Neng.."

"Udah gitu pasti pacarku mutusin aku. Mana mau dia sama cewek yang udah gak perawan lagi, malah lebih parahnya miss V aku udah rusak kayak gini??" ujarnya dengan nada yang semakin tinggi, sementara air matanya bercucuran sederas hujan yang mengguyur di luar.

" Terus aku tau dari mana ini anak siapa? Yang perkosa aku banyak. Aku mesti minta tanggung jawab siapa? Kenapa aku, Kek? Kenapa harus aku??"

"Abisnya kamu cantik banget sih Neng.."

"Emangnya salah aku lahir cantik? Kalo tau begini, aku milih jadi jelek aja, Kek. Buat apa cantik kalo akhirnya aku mesti mengandung anak haram dan diusir dari rumah??!"

"Cup..cup..cup.. udah neng, udah. Kamu bikin Kakek merasa bersalah ikut perkosa kamu. Kakek minta maaf ya.."

"Iya Kek gapapa. Sekarang aku ngerti, semua cowok juga mau perkosa aku kan? Aku lahir emang buat dinikmatin dan disiksa kan?"

"Bukan begitu, Neng.. Udah deh sebaiknya Kakek anter kamu ke kantor polisi sekarang."

Kuambil sarung dari lemari, lalu kulilitkan di tubuh gadis malang itu. Kubuka ikatan tali yang sedari tadi masih mengikat tangannya.

"Yuk, jalan. Jangan marah-marah lagi, gak bakal membalikkan keadaan kok. Ngomong-ngomong terima kasih buat semuanya ya Neng.."

Kutuntun tangan lembut itu menyusuri jalan setapak yang sunyi senyap. Sesekali kupandangi wajah gadis yang walaupun nampak sangat lelah dan kesakitan, namun masih memancarkan kecantikannya; kecantikan yang belum pernah aku temukan semasa enam puluh tahun aku menghembuskan napas. Langkahnya terseok-seok, mungkin karena kakinya yang telanjang itu kesakitan saat menginjak jalan yang berkerikil. Dari balik sarung yang membungkus tubuhnya, kuintip belahan dadanya yang sangat merangsang siapapun yang melihatnya. Ingin rasanya kusetubuhi gadis itu sekali lagi, namun aku sudah terlanjur berjanji membawanya ke kantor polisi di desa terdekat.


[The End]

19f96c387612708.jpg

Thanks buat semua ide & masukan agan-agan sekalian buat cerita ini!
Comment & GRPnya boleh dong gannn hehehe..
 
Terakhir diubah:
Penasaran bagaimana cowok-cowok lainnya memperkosa Harumi?
Ingin tahu bagaimana Kakek bisa menemukan Harumi tergantung di tengah hutan?
Tunggu kelanjutannya sesaat lagi..

Ideas and fantasies are welcome!
Keren nih....
Gimana kalo Harumi dipaksa ngeseks sama binatang seperti anjing, babi, kuda???
 
Penasaran bagaimana cowok-cowok lainnya memperkosa Harumi?
Ingin tahu bagaimana Kakek bisa menemukan Harumi tergantung di tengah hutan?
Tunggu kelanjutannya sesaat lagi..

Ideas and fantasies are welcome!

Fantasies : Harumi hamil tanpa ketahuan siapa bapaknya dan tidak di******. Pemerkosanya ingin menghancurkan masa depan Harumi dengan membuatnya hamil, dan diceritakan dengan vulgar keinginan pemerkosanya untuk menghamilinya, diulang berkali-kali, dan ketakutan Harumi akan kehamilan diceritakan. Proses sampai Harumi hamil juga diceritakan, seperti dalam masa subur, sel telurnya dibuahi oleh sperma pemerkosanya etc.

Well you said fantasies are welcomed, so there it is.
 
Keren nih....
Gimana kalo Harumi dipaksa ngeseks sama binatang seperti anjing, babi, kuda???

Fantasies : Harumi hamil tanpa ketahuan siapa bapaknya dan tidak di******. Pemerkosanya ingin menghancurkan masa depan Harumi dengan membuatnya hamil, dan diceritakan dengan vulgar keinginan pemerkosanya untuk menghamilinya, diulang berkali-kali, dan ketakutan Harumi akan kehamilan diceritakan. Proses sampai Harumi hamil juga diceritakan, seperti dalam masa subur, sel telurnya dibuahi oleh sperma pemerkosanya etc.

Well you said fantasies are welcomed, so there it is.

Well noted, ane usahain supaya bisa masuk yah idenya,
kalo engga ditampung buat cerita2 selanjutnya.
thank you!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cerita baru diupdate gan (sambungannya masih di post #1, di bawah tulisan [Updated on 2015-05-07]),
selamat menikmati! :)
Tunggu update-update berikutnya dalam waktu dekat!
 
Pake ilustrasi gan biar lebih kebayang

double tap tombol home, buka instagram, cari bahannya
ulangin tiap kali pengen ngebayangin hahaha

soalnya yang jadi inspirasi cerita ini kebetulan kenalan ane,
jadi ga enak kalo ane masukin fotonya,
kalo pake foto laen jadi ga afdol wkwk, cheers bro!
 
mantap suhu ceritanya, tp kalo boleh saran dikit sih, ane sempat bingung udah update belum. kalo dipisah enak langsung ketemu.
ditunggu lanjutannya suhu
 
mantap suhu ceritanya, tp kalo boleh saran dikit sih, ane sempat bingung udah update belum. kalo dipisah enak langsung ketemu.
ditunggu lanjutannya suhu

Thanks bro sarannya, mulai berikutnya setiap update baru ane taro di post #2 deh ya. Cheers!
 
info aj gan... kalo meki perawan sampe diobok sama jari sampe 5 jari.. itu selaput dara ud pasti pecah. masukin 2 jari aje pecah :D

next update... si roy nyiksa harumi lbh sadis drpd yg laen.. nusukin peniti k 2 nipplenya hahaha
 
info aj gan... kalo meki perawan sampe diobok sama jari sampe 5 jari.. itu selaput dara ud pasti pecah. masukin 2 jari aje pecah :D

next update... si roy nyiksa harumi lbh sadis drpd yg laen.. nusukin peniti k 2 nipplenya hahaha

Ooo gitu gan, maklum ane mah anak baik2, belom pernah merawanin anak gadis orang wakakakakak.. Oke deh kalo gitu ane revisi biar lbh realistis, thanks for the input bro!
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd