Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan Cerita Pendek 2

•••••

7. Dibalik Kesetiaan Isteri Pak Lurah



SABTU itu sekitar jam 1 siang, Bu Sumirah meminta izin kepada suaminya Pak Parmo untuk pergi ke kantor kelurahan tempat suaminya bekerja, karena Bu Sumirah hendak menghadiri acara yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK kelurahan setempat.

Dengan senang hati Pak Parmo mengizinkan istrinya itu pergi, namun ia berpesan agar setelah selesai acaranya langsung pulang ke rumah. Kemudian Bu Sumirah meraih tangan Pak Parmo dan menciumnya sebelum akhirnya ia meninggalkannya.

Pak Parmo merasa bangga melihat istrinya yang selalu aktif dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh kelurahan yang dipimpinnya itu.

Selain itu istrinya itu juga mampu memberikan pelayanan sebagai ibu rumah tangga, baik kepada dirinya maupun terhadap keempat anaknya, sehingga ia merasa percaya sepenuhnya kepada istrinya itu.

Sesampainya di kantor kelurahan Bu Sumirah yang mengenakan baju panjang dan kain penutup kepala serta bertubuh wangi semerbak itu disambut oleh Pak Dodi salah satu pegawai staff di kantor kelurahan yang telah menunggunya dari tadi.

Diraihnya tangan Bu Sumirah dan dibimbingnya menuju ke ruangan yang berada di paling pojok kantor kelurahan. Ruangan itu adalah ruangan tempat dimana Pak Dirman tinggal.

Pak Dirman sendiri adalah salah satu pesuruh di kantor kelurahan tersebut. Meski ruangan itu tidak ada apa-apanya namun memiliki kasur sekedar tempat untuk tidur dirinya.

Pak Dirman terpaksa tinggal di situ karena semenjak cerai dengan istrinya dan sampai saat ini laki-laki berumur 53 tahun itu belum mampu mengontrak rumah.

Kemudian Pak Dodi mengeluarkan kunci dari saku celananya hendak membukakan pintu ruangan tersebut. Kunci tersebut didapatkan Pak Dodi dari Pak Dirman pada hari sebelumnya.

Mereka berdua masuk dan tidak lupa menguncinya dari dalam. Sebelum mengajak Bu Sumirah ke kasur, Pak Dodi sempat menanyakan kepada Bu Sumirah saat dirinya masih di rumahnya. “Say, tadi gimana di rumah? Suamimu curiga ga kalo kamu sebenarnya ga ada acara dengan ibu-ibu PKK?” tanyanya.

“Ngga, baginya aku adalah istri setia, jadi dia percaya aja kalo aku ada acara, Akang tenang aja.” jawab wanita berjilbab berusia 43 tahun tersebut.

“Baguslah kalo gitu, kamu hebat (bohongnya), sayang.” puji Pak Dodi.

Kemudian Pak Dodi membawa Bu Sumirah membaringkannya di kasur. Keduanya tertawa kecil penuh kemenangan. Mereka tampak seperti remaja yang sedang memadu kasih, canda-tawa; manja; dan romantis berbaur menjadi satu menghiasi suasana saat itu.

Satu demi satu Pak Dodi melepaskan pakaian Bu Sumirah dan hanya menyisakan bra dan celana dalam yang berwarna putih serta melepaskan bajunya sendiri namun tidak dengan celana panjangnya.

Sambil saling melumat bibir masing-masing, tangan Pak Dodi memburu memek Bu Sumirah yang masih terbungkus oleh celana dalam, diusap-usap serta digesek-gesekkannya tangannya di sekitar vagina Bu Sumirah. Dirasakannya gumpalan daging yang tebal itu oleh Pak Dodi sangat kenyal, sekenyal dodol ketan.

Tubuh Bu Sumirah sedikit terguncang karena merasakan nikmat gesekan tangan Pak Dodi pada kemaluannya itu. Meski sudah beranak empat namun tubuhnya masih tampak segar, kulitnya yang putih dan mulus membuat Pak Dodi semakin terangsang.

Kini Pak Dodi benar-benar melepaskan celana panjangnya itu serta celana dalamnya begitu juga dengan bra dan celana dalam Bu Sumirah kini sudah dilucuti oleh laki-laki perkasa berusia 40 tahun itu.

Mereka kembali berciuman, sementara Bu Sumirah yang berbaring terlentang di kasur dan kedua pahanya terbuka mengangkang, lubang memeknya sedang dirogoh dengan 3 jari Pak Dodi sekaligus masuk.

Biji itiel Bu Sumirah diurut-urut dan dipijit-pijit oleh jari jempol Pak Dodi. Kadang ketika jari Pak Dodi sekaligus mengocok lubang basah milik Bu Sumirah hingga mengeluarkan bau amis, selain cairan cinta Bu Sumirah yang licin dan lengket.

“Say, kontolku nih, kamu ituin juga ya...” suruh Pak Dodi sambil memasang posisi berbaring. Bu Sumirah tidak menjawabnya hanya tersenyum kecil karena sudah mengerti apa yang diinginkan Pak Dodi. Kemudian Bu Sumirah meraih kontol yang keras dan gemuk panjang itu dengan tangan dan mulai mengulumnya sepenuh perasaan.

“Akh...” erang Pak Dodi sambil matanya terpejam-pejam dengan wajah menatap ke langit-langit kamar, seakan ia menatap surga karena merasakan nikmatnya kuluman mulut Bu Sumirah pada batang kontolnya.

Sedangkan Bu Sumirah belum pernah mengulum kontol suaminya Pak Parmo sekalipun.

Kurang lebih dilakukannya selama 10 menit. Bu Sumirah yang sudah terangsang itu langsung saja menindih tubuh Pak Dodi dengan posisi kedua paha sedikit dilebarkan mencoba memasukan lubang memeknya ke kontol Pak Dodi. Setelah masuk, Bu Sumirah mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya naik-turun dengan gesit dan profesional. Sesekali menghentikan goyangannya itu dan bibirnya mendekat ke bibirnya Pak Dodi dan saling berciuman sambil kontol Pak Dodi masih berada di dalam lubang memeknya terus digoyang maju-mundur.

Pak Dodi merasa batang kontolnya itu mau patah saja dengan goyangan pinggul Bu Sumirah itu, namun nikmat sekali apalagi sambil diremasnya kedua tetek Bu Sumirah yang montok.

Sementara di rumah Pak Parmo tampak Pak Parmo setia menunggu istrinya pulang. Pikirannya merasa cemas karena sampai waktu telah menunjukan jam 5 sore, istrinya belum juga pulang.

Kemudian ia mencoba menghubunginya ke ponsel istrinya itu, namun tidak berhasil karena rupanya hape istrinya sedang tidak diaktifkan.

Karena khawatir terjadi sesuatu menimpa istrinya Pak Parmo lantas pergi menyusul hendak meyakinkan keadaan istrinya itu. Sesampainya di kantor kelurahan tak tampak satu batang hidungpun, suasananya sangat sunyi sekali.

“Apa mereka sudah pada bubar?” gumam Pak Parmo dalam hati. Namun demikian ia masih penasaran dan segera menuju ruangan demi ruangan.

Usahanya hampir saja sia-sia karena sudah semua ruangan diperiksanya dan masih tidak mendapatkan seseorangpun yang berada di sana.

Kemudian ia hendak pergi ke ruangan yang berada di pojok dan berniat menemui Pak Dirman untuk menanyakan perihal acara yang baru saja diadakan oleh istrinya dan ibu-ibu PKK.

Setelah dekat sekali dengan ruangan tersebut dan tepat berada di depan pintu Pak Parmo mendengar samar-samar suara yang aneh di dalam ruangan tersebut. Kemudian ia berhati-hati memasang telinganya dan menempelkannya ke pintu itu.

Kini suara itu terdengar sangat jelas. Itu adalah suara ritihan seorang perempuan namun Pak Parmo tidak bisa mengenali suara siapa itu.

"Ahhh... ooohh... aahh... ahhh..." rintih Bu Sumirah menerima semprotan peju Pak Dodi di dalam lubang memeknya.

“Siapa perempuan itu, dan sedang bersama siapa di dalam sana?” batin Pak Parmo, lurah yang berusia 47 tahun ini.

“Apa itu perempuan bawaan Pak Dirman, kalo iya kenapa Pak Dirman berbuat seperti itu...?” hati Pak Parmo berkecamuk menimbulkan banyak sekali pertanyaan. “Apa itu istrinya Pak Dirman.. bukankah ia sudah bercerai dengan istrinya...?” batin Pak Parmo lagi.

Setelah agak lama telinganya ditempelkan ke pintu, ia tidak lagi mendengar suara-suara seperti tadi di dalam sana.

Mungkin mereka menyudahinya, pikirnya. Kemudian dengan langkah hati-hati ia pergi dari tempat itu dan menyembunyikan diri untuk mengintip siapa yang akan keluar dari ruangan tersebut.

Rupanya dugaan Pak Parmo benar, karena di dalam sana Bu Sumirah dan Pak Dodi sudah tidak melakukannya lagi dan terlihat Bu Sumirah sedang membersihkan memeknya yang kena sodokan kontol dan limpahan air mani Pak Dodi itu dengan tissu dan Pak Dodi sendiri tengah memakaikan pakaiannya kembali.

Ketika pintu dibukakan, bukan main kagetnya Pak Parmo. Ternyata yang keluar itu adalah istrinya sendiri bersama anak buahnya sendiri Pak Dodi.

Dikecupnya pipi Bu Sumirah oleh Pak Dodi dengan mesranya, “Say, kamu masih hebat tadi, kapan-kapan kita main lagi ya...” puji Pak Dodi.

“Pasti dong say, kamu juga masih hebat, masih seperti dulu.” Bu Sumirah membalas pujian Pak Dodi.

Namun mereka berdua terhentak kaget mendengar teriakan yang suara terdengar tak jauh dari tempat mereka.

“Hey... biadab kalian!!” teriak Pak Parmo.

Kemudian mereka berdua menoleh ke arah suara itu dan mereka lebih dikagetkan lagi karena ternyata itu adalah Pak Parno, suami Bu Sumirah sendiri.

Bu Sumirah yang melihat itu adalah suaminya langsung berlutut merangkul kaki Pak Parmo seraya meminta maaf, “Pak, maafin saya, saya menyesal.” pintanya.

“Huh, minggir kamu...!” teriak Pak Parmo sambil tangannya mendorong tubuh Bu Sumirah sehingga terjatuh dan terus berjalan agak cepat menuju Pak Dodi.

Sementara itu Pak Dodi yang curiga Pak Parmo akan melakukan sesuatu terhadapnya langsung berlari pergi meninggalkan mereka berdua. “Eh b*ngs*t, kembali kamu!!” teriak Pak Parmo sambil mencoba mengejarnya. Namun usahanya tidak berhasil karena kakinya ditahan olah kedua tangan Bu Sumirah.

Kembali tubuh Bu Sumirah didorong sehingga terjatuh lagi, kali ini Pak Parmo meninggalkannya sendirian tanpa bicara sedikit pun.

Sesampainya di rumah Bu Sumirah diinterogasi oleh Pak Parmo dengan banyak sekali pertanyaan.

Namun dari sekian jawaban dari Bu Sumirah, yang membuat Pak Parmo lebih kaget sekaligus marah dan kecewa sekali dengan istrinya itu adalah ternyata bahwa istrinya telah melakukan perselingkuhan yang terencana itu sudah dilakukannya setelah satu tahun anak pertama mereka lahir.

Kini anak pertamanya sudah berumur 19 tahun. Jadi sudah kurang lebih 18 tahun istrinya diam-diam berselingkuh dengan Pak Dodi.

Meskipun demikian Pak Parmo yang sangat mencintai istrinya itu tidak melakukan penganiayaan malah ia banyak memberikan nasihat kepada istrinya itu agar nanti ketika ia hidup bersama dengan orang lain agar tidak mengulangi perbuatannya itu, ia juga tidak melarangnya untuk suatu waktu ingin menemui keempat anaknya.

Akhirnya Pak Parmo menceraikan istrinya dan mengembalikan kepada kedua orangtuanya. Setelah kejadian itu Pak Dodi tidak pernah terlihat lagi di kantor.

Setelah enam bulan sejak ia resmi bercerai dengan istrinya, diketahui bahwa istrinya itu tidak dinikahi oleh Pak Dodi yang sudah pindah ke luar kota bersama keluarganya. (.)(.)
 
●●●●●


8. Tongkat Ajaibku Memulihkan Kesehatan Mami Temanku



RAI RAFLES ANTALANTA adalah namaku. Pada suatu hari aku diajak oleh temanku ICONG KOMBES ke rumahnya. Icong Kombes adalah teman kuliahku. Ternyata mami Icong Kombes sudah duduk di kursi roda.

"Mami gua kurang gaul, Bro." kata Icong padaku. "Sejak Papi meninggal, Mami jatuh sakit parah sampai harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu. Mami gua stroke, Bro. Ayo, gua kenalin lo sama Mami gua." kata Icong padaku.

Diwaktu masih muda mungkin mami Icong itu cantik, sehingga ketika ia duduk dikursi roda ia kelihatan masih tetap cantik. "Mam, ini temanku, namanya Rai." Icong memperkenalkan aku pada maminya.

"Oh.. kamu satu sekolah dengan Icong, ya?" tanya mami Icong.

"Iya, Tante." jawabku mengulurkan tanganku menyalami maminya Icong.

“Duduk Rai," suruh maminya Icong menyalami aku dengan tangan kirinya. "Tangan kanan Tante sudah nggak bisa digerakkan Rai." kata maminya Icong padaku.

"Harus diusahakan Tante, pasti Tante bisa..." jawabku duduk di sebelah kursi roda maminya Icong memberikannya semangat. "Tante masih bisa sehat seperti semula asal Tante semangat dan berusaha,"

"Iya, sudah kubilang, tapi Mami ngeyel Rai, Mami maunya cepat mati saja ikut Papi." balas Icong.

"Nggak boleh begitu dong, Tante." kataku memegang tangan kanan mami Icong yang diletakkan di sandaran tangan kursi roda. "Mati bukan urusan kita, jangan diminta, Tante. Hidup ini harus kita syukuri, nikmati saja seperti nenek Rai, umurnya sudah hampir 100 tahun lho, Tante. Bukan Rai menasehati Tante lho ya, Tante..." ujarku.

"Tante senang Rai, kamu bisa datang ngobrol dengan Tante hari ini." jawab maminya Icong.

"Kalau kita bisa ketemu hari ini, bukan kebetulan Tante..., Rai juga senang bertemu dengan Tante dan Rai harap Tante sih cepat kembali sehat ya, Tante. Sudah berapa lama Tante duduk di kursi roda begini?" tanyaku.

"Sudah hampir 3 tahun kali, Rai."

"O, sudah lama ya, Tante. Tapi percayalah, Tante masih bisa sembuh total kok." ujarku.

"Si Icong suka ngomelin Tante, Rai."

"Mami bandel sih, suruh minum obat gak mau, dikasih pembantu nolak. Pernah jatuh tuh Mami di kamar mandi, Rai. Maka itu nurut, kita maunya Mami sehat. Ngapain duduk dikursi roda, emangnya enak.." kata Icong.

"Iya Tante, Rai juga ingin melihat Tante bisa sehat kembali. Pokoknya kalau Rai datang kesini lagi, Tante harus lebih sehat, ya." kataku. "Janji ya, Tante."

Demikianlah perjumpaanku dengan maminya Icong siang itu. Maminya Icong bernama LINDA HARTINI. Aku tahu nama maminya Icong karena KTP-nya dibawa oleh Icong untuk di foto copy. Umurnya 45 tahun. Tidak beda jauh dengan umur mamiku, hanya selisih 2 tahun. Usia mamimu 43 tahun. Icong mempunyai seorang kakak dan seorang adik.

Hidup mereka cukup baik menurutku. Punya rumah bagus, punya mobil 2 karena dulu papinya Icong kaya, sehingga membuat maminya Icong menjadi sombong, tidak mau bergaul dengan tetangga. Makanya Icong ngomong maminya kurang gaul. Ketika saat jatuh sakit begini, saudara nggak dekat, tetangga menjauh, frustrasilah mami Icong.

"Mami gua minta lo datang ke rumah lagi, Bro." kata Icong setelah beberapa hari aku ketemu dengan maminya.

"Dengan lo, dong." jawabku.

"Iya, Mami gua pengen ngobrol lagi dengan lo. Sekarang Mami gua sudah mau minum obat, mau diurus oleh pembantu...."

Oh... syukurlah, kataku dalam hati.

“Tuh Mami gua, Bro... sudah kelihatan cantik kan?” kata Icong mengantar aku ke tempat duduk maminya di ruang tengah yang sedang nonton televisi.

“Mami lo memang cantik, Bro...” balasku. “Apa kabar, Tante...” kuraih tangan kiri tangan maminya Icong untuk bersalaman.

“Tante nyangka kamu gak mau datang lagi, Rai?”

“Mau dong, Tante... apalagi Rai dengar dari Icong bahwa Tante sudah mau minum obat, tentu saja dengan senang hati Rai akan datang bertemu dengan Tante dan ngobrol dengan Tante agar cepat sembuh...” jawabku.

“Duduklah, Rai...” suruh Tante Linda.

(~~~ biar kuganti menyebut ‘maminya Icong’ dengan sebutan ‘Tante Linda’ saja ya, biar gak nyelimet membacanya ( ~~~)

Aku duduk di bangku yang disediakan di sebelah kursi roda Tante Linda. Tante Linda berkata pada Icong, “Inah mau minta izin pulang Cong, katanya minta libur sehari, anaknya sakit.”

“Nggak apa-apa Mi, biar nanti Icong yang nyuapin Mami makan dan mandiin Mami nanti sore...” jawab Icong. “Sudah siang Rai, lo mau makan apa? Nasi padang aja, ya? Gua mau beliin nih, sekalian beliin nasi buat Mami.” kata Icong.

“Terserah lo, Bro... gua sih gak makan juga gak papa, gua sudah seneng melihat Mami lo gembira banget hari ini. Ya kan Tante?”

Tante Linda tersenyum.

Ah, betapa indahnya senyumanmu, Tante Linda, desahku dalam hati. Kalau boleh kucium bibirku... kalau boleh kubalut luka batinmu dengan tubuhku...

Tante Linda memegang tanganku. Berdesir darahku merasakan kehangatan dan kemulusan tangan Tante Linda. Sebuah cincin emas melingkar di jari manisnya.

Tante Linda memandangku dengan mata tak berkedip.

Tanpa kata-kata, tanpa suara Icong berjalan belum sampai di depan pintu rumah, Tante Linda merebahkan kepalanya di bahuku, lalu kusegerakan memeluk pundak Tante Linda dan menghadiahkannya sebuah kecupan indah di bibirnya yang tipis, tapi sudah kering.

Berhasil juga gua mencium bibirmu, sayang... desahku dalam hati.

Tante Linda tidak menolak kecupan bibirku, malahan ia memejamkan matanya sehingga membuat aku berani mengecup bibirnya sekali lagi. Lebih lama....

Oh... fantastis...

Kali ini Tante Linda merangkul leherku lalu ia menggeluti bibirku dengan panasnya.

Dalam sakitnya ternyata di dalam tubuh Tante Linda, mami dari Icong ini masih terkandung birahinya yang meledak-ledak, apalagi ia bertemu dengan aku yang masih muda.

Mendapat kesempatan seperti ini tentu saja aku tidak tinggal diam. Lidahku merangsek masuk ke dalam rongga mulut Tante Linda. Di sana lidahku saling bergelut dengan lidah Tante Linda, sehingga tidak bisa dihindari lagi kami saling bertukar ludah.

Rumah yang sepi hanya tinggal kami berdua membuat tanganku juga ikut sibuk meremas-remas payudara Tante Linda yang masih berbalut kaos dan BH.

Detik berikutnya, tanganku berhasil masuk ke dalam kaos Tante Linda mendorong naik cup BH-nya. Payudara Tante Linda yang tidak seberapa besar dan masih kenyal itu langsung kuremas-remas. Putingnya yang kecil kujumput dengan jariku dan kupelintir dengan gemas.

Sudah pasti napsu Tante Linda nyalanya semakin membumbung tinggi. Suara yang keluar dari hidungnya menderu-deru.

Dulu setelah suaminya meninggal, napsu Tante Linda hanya berupa tumpukan sekam yang kering, sehingga sekarang tanpa perlu disiram minyak tanah atau bensin, hanya menyalakan sebatang korek api saja, tumpukan sekam itu langsung menyala.

Aku tidak memikirkan Icong lagi. Dan entah dari mana aku mendapat kekuatan yang berlebihan. Kuangkat Tante Linda dari kursi roda, lalu kubopong Tante Linda masuk ke kamarnya.

Kubaringkan Tante Linda di tempat tidur, kembali kami berciuman panas. Tante Linda lebih agresif dari aku. Satu tangannya yang masih bisa digerakkannya meremas-remas tonjolan besar yang terdapat di celana jeansku.

Sehingga sebentar saja tubuh Tante Linda sudah kutelanjangi. Tak terlihat sama sekali kalau wanita bertubuh masih mulus itu sakit stroke. Setelah itu aku melepaskan pakaianku juga.

Pahanya kukangkangi. Vaginanya kucium. Ahh...

Di atas vagina Tante Linda menyebar banyak bulu berwarna hitam tipis. “Setubuhi Tante, Rai... ayo, Rai...” pinta Tante Linda tak sabar lagi ingin segera liang vaginanya kumasukkan penisku yang keras.

Berhubung liang vagina Tante Linda sudah cukup basah, dan lagi pula takut Icong keburu pulang membeli makanan, segera kudekatkan kepala rudalku ke liang vagina Tante Linda. Blesekk... slepp... srett... tidak mudah aku menyambungkan kontolku ke lubang vagina Tante Linda. Mungkin sudah lama tidak disetubuhi, liang vagina Tante Linda jadi agak macet.

Kuusahakan agar penisku bisa masuk semua ke dalam liang vagina ibu dari temanku itu agar Tante Linda puas. Kugoyang penisku dengan penuh napsu sambil kujilat dan kuhisap puting payudara Tante Linda. Payudaranya juga masih cukup padat.

“Sesttt... aahhh... ooohh... ooohhh... ooohhh...” desis Tante Linda merasa kontolku enak di vaginanya.

Blessss... ohhh...

“Memek Tante masih sangat enak, aaahhh...” kataku mendiamkan penisku di dalam vagina Tante Linda yang menjepit kuat batang kontolku. Kuusap rambutnya dan kucium keningnya.

“Puaskan Tante, Rai... ayooo...” minta Tante Linda. Tante Linda berusaha menggoyang pantatnya.

Kusambut goyangan pantat Tante Linda dengan menarik dan mendorong penisku maju-mundur keluar-masuk di vaginanya yang mulai membasah. Rasanya sangat nikmat liang vagina Tante Linda, seperti ia wanita normal.

“Seesttt... ahhhh... enak Rai, penismu...” desis Tante Linda. “Ayoo.... trussss... Raiiii... ahhh... ahhhh...”

“Rai sudah gak tahan, Tante. Memek Tante memabukkan Rai. Bagaimana dengan Tante?”

“Keluarkan saja manimu Rai, kalau kamu sudah gak tahan, Tante sudah sekitar 4 tahun sejak papinya Icong tidak mampu, vagina Tante sudah gak pernah merasakan hangatnya air mani... ooohh, Raiii... ayooo...”

“Ooohhh.... Tanteee... ooohhh Lindaku, sayang...” balasku mencium bibir Tante Linda bersamaan dengan itu kusumbatkan kontolku lebih jauh masuk ke dalam liang vagina Tante Linda.

Sejurus kemudian, “Terimalah air maniku Lindaku sayang, biar penyakitmu cepat disembuhkan....” racauku.

Crroottt.... crrrooottt.... crrooottt.... air maniku menembak kuat dan kencang di rahim Tante Linda. Meskipun tubuhku lemas, segera kulepaskan penisku dari liang vagina Tante Linda.

“Di meja ada tissu, Rai...” kata Tante Linda padaku.

Aku menarik beberapa lembar tissu dari tempatnya, lalu kubersihkan vagina Tante Linda terlebih dahulu. Setelah vagina Tante Linda bersih, kupakaikan kembali pakaiannya, baru kemudian aku berberes-beres.

Icong pulang membeli makanan, aku sudah mendudukkan maminya kembali di singgasananya. Tentu saja Icong sangat senang melihat suasana maminya yang senang dan gembira. Icong barangkali menyangka aku menghibur maminya dengan kata-kata, tapi bukan. Aku menghibur maminya dengan batang ajaibku.

Batang ajaibkulah yang membuat maminya senang dan maminya bisa bangun dari kursi roda dan berjalan perlahan-lahan membawa tongkat pada suatu hari.

Tongkat ajaibku yang telah memulihkan penyakit stroke Tante Linda, meskipun tidak sempurna, paling tidak bisa aku mengajaknya jalan-jalan di mall dan nonton film di bioskop.

Kadang-kadang aku pula yang memandikan Tante Linda, karema aku ingin menjadikan Tante Linda istriku ketika aku tahu ia tidak menstruasi pada suatu hari dan Icong juga mau menerima aku mendampingi maminya yang sudah hamil 2 minggu.

Icong sudah pasti tau berasal dari mana kehamilan maminya kalau bukan dari aku yang sering menyetubuhi maminya... (2020)
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd