Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KISAHKU DENGAN LELAKI LAIN

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sambil menunggu cerita kelanjutan dengan si Ahmad, saya coba berikan satu cerita tentang masa lalu tokoh 'aku'. Semoga mengobati penasaran suhu-suhu semua.

---------------
Oh ya, aku sendiri belum mengenalkan namaku. Namaku Rina. Aku sendiri hanya bekerja mengurus suami dan anakku. Walaupun sebetulnya aku adalah seorang Sarjana Pertanian. Aku bisa menggunakan gelar tersebut untuk mendapatkan kerja. Akan tetapi, suamiku menginginkan aku tinggal di rumah saja. Katanya, dia yang akan berusaha mencukupi semua kebutuhanku dan anakku. Dan, itu semua mampu diwujudkannya. Itu yang membuat aku sangat mencintai Mas Iwan, suamiku.
Selain itu, Mas Iwan juga bisa menerimaku apa adanya. Bagaimana tidak, saat menikah dengannya aku sudah tidak perawan lagi. Kehormatanku telah direnggut oleh mantan pacar saat kuliah dulu.

Memang, Mas Iwan baru mengetahuinya saat kami sudah menikah. Barangkali jika Mas Iwan tahu saat pernikahan belum berlangsung, dia kemungkinan akan meninggalkanku. Tapi, yang terpenting bagiku, Mas Iwan langsung mengatakannya sendiri padaku bahwa ia menerimaku apa adanya. Bahkan Mas Iwan pernah memintaku menceritakan semuanya. Awalnya aku menolak, tapi Mas Iwan tetap memaksa dan aku pun menurutinya.
“Sayang, kamu berapa kali pacaran dulu?” tanya Mas Iwan.

“Berapa ya? Lupa, Mas.”

“Masa lupa?”

“Tiga mungkin.”

“Hmmm. Selama pacaran, ngapain aja?”

“Ngapain ya? Ya samalah kaya orang-orang yang juga pacaran.”

“Belum tentu dong.” Jawab suamiku.

“Yah...pegangan tangan, ciuman.”

“Terus?”

“Ya itu-itu aja, Mas.”

“Hmm. Padahal ngakunya pernah ML.”

“Iya iya, Mas.”

“Siapa pacar pertama?” tanya suamiku.

“Temen SMA.”

“Ngapain aja selama pacaran sama dia?”

“Ciuman aja, Mas. Kan dulu masih SMA.”

“Yakin cuma ciuman? Ciumannya di mana? Di sini?” kata Mas Iwan sambil menyentuh bibirku.

Aku mengangguk.

“Sering?”

“Nggak, Mas.”

“Kalo ciuman di mana biasanya?”

“Di belakang sekolah, Mas. Pernah juga di rumahnya, pas lagi gak ada orang.”

“Pacar yang kedua siapa?”

“Temen KKN.”

“Ngapain aja sama dia? Pasti lebih dari yang sebelumnya. Apalagi pas KKN.”

“Ciuman juga, mas.”

“Hmmm. Bohong.”

“Eh...sama pegang-pegang juga sih, Mas.”

“Pegang apa? Ceritain dong.” Kata Mas Iwan sambil memiringkan badannya dan memelukku. Tangannya juga langsung menyelusup ke dalam bajuku dan meraih puting susuku. Kebetulan, kami saat itu memang akan tidur. Dan aku terbiasa tidak memakai BH.

“Ih, gak usah lah, Mas. Udah masa lalu itu. Gak mau inget-inget lagi.”

“Mas kan pengin tahu. Ayolah.”

“Nanti mas marah lagi.”

“Nggak kok.”

“Janji ya.”

Mas Iwan mengangguk.

“Jadi, aku dulu sempet pacaran sama temen KKN, mas. Kami pacaran setelah dekat selama 2 minggu KKN. Kami, satu kelompok KKN, mengontrak salah satu rumah penduduk. Kami, cowok dan cewek, tinggal dalam satu rumah itu. Oh ya, nama pacarku itu Denis, Mas. Awal-awal pacaran kami hanya sebatas berciuman saja. Tentu kami melakukannya saat tidak ada teman yang lain.

Tapi, setelah satu Minggu pacaran, Denis mulai berani melangkah lebih jauh. Saat itu malam hari. Biasanya tempat tidur cewek dan cowok berpisah. Tapi entah kenapa, malam itu, teman-teman cowok yang lain memilih tidur di luar. Lalu, Denis mengajakku tidur bersama. Aku menolaknya. Tapi, Denis tetap memaksaku dan aku pun tak bisa menolak lagi. Denis memelukku, mula-mula. Lama kelamaan tangannya makin naik ke arah dadaku. Aku menghentikannya. Tapi, kekuatan Denis lebih besar. Akhinya aku kalah dan Denis pun menyentuh payudaraku.”

“Dari dalam apa dari luar?” tanya Mas Iwan.

“Pertama, dia meremas-remas dari luar, Mas. Tapi lama-lama tangannya masuk ke dalam dan menyentuh payudaraku. Aku menolak lagi, tapi gagal.”

“Sudah?”

“Nggak, mas. Selain meremas dia juga memainkan puting susuku. Bahkan dia sempat berbisik katanya ingin 'nyusu'.”

“Kamu kasih?”

“Nggaklah, Mas. Mana berani. Gimana kalo ketahuan yang lain?”

“Terus?”

“Cuma sampe remas-remas susu aja sih, Mas. Sebenernya dia juga meraba selangkanganku dan memaksa masuk. Tapi, saat itu aku berhasil menolak. Dia juga membawa tanganku ke selangkangannya.”

“Kamu remas?”

“Iya, Mas. Penisnya udah tegang banget.”
“Besar ya punya dia?”

“Gak tahu, Mas. Aku cuma pegang dari luar celana.”

“Cuma sekali itu?”

“Ngga, Mas. Sering. Bahkan tiga hari sebelum pulang, aku berturut-turut tidur berdua dengan Denis.”

“Sama? Ciuman sama pegang2 juga?”

“Iya, Mas.”

“Temen-temenmu gimana?”

“Entahlah, Mas. Mereka seolah biasa-biasa saja.”

“Lalu, kenapa putus?”

“Ternyata dia sudah punya pacar sebelumnya.”

“Terus kalo pacar yang ketiga? Ini yang memerawani kamu?”

Aku mengangguk. “Namanya Yogi, Mas. Satu fakultas denganku. Kami juga berada dalam satu UKM. Karena itulah kami saling dekat dan akhirnya menjalin hubungan.”

“Bagaimana sampe bisa ML?”

“Mas yakin mau denger?”

Suamiku mengangguk.

“Awalnya Yogi mengajakku menginap di kost-nya, Mas. Tapi aku menolak. Aku bilang aku takut ketahuan ibu kost-nya. Ternyata kost-nya tidak dijaga oleh si pemilik. Tapi aku tetap menolak. Yogi terus merayuku dan pada akhirnya aku luluh. Aku pun dijemput dan dibawa ke kost-nya. Saat itu kira-kira pukul sembilan.
Maaf ya, Mas. Dulu aku sangat mencintai Yogi. Dia baik, perhatian, atlet voli, dan ya intinya idamanku banget, Mas. Orangnya sih tidak ganteng-ganteng banget. Tapi, entahlah. Aku sangat mencintai dia, Mas.”

“Terus?”

“Saat tiba di sana. Yogi mempersilakanku duduk di kasurnya. Kasurnya berada di lantai. Yogi sendiri langsung mengganti celananya. Yogi mengganti celananya langsung di hadapanku. 'Ih, Yogi. Malu ah,’ Kataku. Tapi Yogi cuek-cuek aja. Malah setelah mengganti celana pendek dia langsung memelukku dan menidurkanku sambil mulutnya menyerang bibirku.
Kami mulai berciuman. Yogi menciumiku dengan ganas. Aku sampai kesulitan untuk bernafas. Tangan Yogi juga mulai bergerilya di dadaku. Lama-lama aku juga mulai bernafsu.”

Mas Iwan semakin asyik memainkan puting susuku. Kuraih juga penisnya, sudah tegang. Rupanya dia terangsang oleh ceritaku.

“Lanjutkan, sayang.” Kata suamiku.

“Sambil berciuman, Yogi mengangakat ujung bawah kaosku ke atas. Aku mencegahnya. Tapi Yogi malah menghentikan ciumannya dan mulai beralih untuk membuka kaosku. Aku terus menolak, tapi Yogi meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku percaya, Mas. Aku membiarkan Yogi membuka kaos yang kukenakan. Tampaklah payudaraku di hadapan Yogi, Mas.”

“Terus apa yang Yogi lakukan?”

“Dia langsung membuka BH-ku, Mas. Setelah terbuka, dia langsung meremas kemudian melahapnya. Itu pertama kalinya aku menampakkan bagian tubuh atasku pada orang lain. Bahkan sampai menciuminya juga, Mas.”

“Kamu gak protes?”

“Awalnya aku agak risih, Mas. Tapi setelah Yogi memainkan lidahnya di putingku, gairahku kian naik, Mas. Rasanya enak. Kadang Yogi juga menggigit kecil puting susuku dan membuatku kesakitan. Kulihat juga dia melakukan cupang di pinggiran susuku, Mas.”

“Yogi gak merabah selangkanganmu?”

“Nggak, Mas.”

“Gak mungkin. Pasti meraba-raba.”

“Iya, Mas,” jawabku malu. “Sambil mencium susuku, tangannya turun ke selangkangan. Dia juga mencoba untuk menyelinap ke dalam celana.”

“Kamu cegah?”

“Iya, Mas. Kali ini aku memohon-mohon dan Yogi pun mau. Tapi...”

“Kenapa?”

“Eh...Yogi minta diganti yang lain.”

“Apa?”

“Aku harus mengocok penisnya, Mas.”

“Oh ya?”

Aku mengangguk.

“Kamu mau?”

“Gak ada cara lain, Mas. Daripada dia menyentuh punyaku.”

“Terus?”

“Yogi ya langsung berdiri dari posisinya yang menindihku. Dia langsung membuka celana pendeknya, berikut juga CD-nya. Aku bisa melihat langsung penis Yogi, Mas. Itu juga pertama kalinya aku melihat barang laki-laki secara langsung.”

“Langsung kamu pegang?”

“Iya, Mas. Yogi langsung menuntunku. Penisnya sudah sangat keras.”

“Besar ya penisnya Yogi?”

“Gak tahu, Mas.”

“Mana besar dengan punya mas?” tanya Mas Iwan.

“Eh...sama mungkin, Mas. Entahlah. Aku sudah lupa.”

“Ah, masa udah lupa. Itu kan perdana kamu pegang penis?”

“Eh, lebih besar punya Yogi sepertinya, Mas.”

“Sama mantanmu yang KKN?”

“Aku gak pernah pegang langsung, Mas. Tapi sepertinya sama.”

Mas Iwan langsung mengarahkan tanganku ke penisnya yang sudah berada di luar. Dia memintaku mengocoknya.

“Langsung kamu kocok?”

“Iya, Mas. Langsung aku kocok. Saat itu tidak sampai 5 menit, Yogi sudah muncrat, Mas. Spermanya banyak sampai terkena ke badanku.”

“Cuma sampai ngocok?”

“Iya, Mas. Kalo yang ML, itu saat aku ketiga kalinya main ke tempat kost-nya.”

“Apa saat itu cuma sekali ngocok?”

“Nggak, Mas. Setelah Yogi keluar, kami berdua tidur. Pagi harinya kami mengulang kejadian semalam. Tapi kali ini Yogi keluar agak lama.”

“Terus yang kedua kalinya?”

“Yang kedua kalinya juga di kost-nya, Mas. Kali ini aku langsung mau begitu diajaknya. Yogi tak perlu memaksaku lagi. Begitu sampai di kamar, aku merasa tidak canggung lagi. Aku langsung menerima ciuman dari Yogi. Kami langsung berciuman dengan penuh nafsu.
Ketika membuka bajuku, aku juga tidak menolak lagi. Yogi pun langsung dengan mudah meraih susuku. Dia langsung menyedot dengan mulutnya. Kanan dan kiri secara bergantian.”

Kurasakan tangan Mas Iwan meraih vaginaku. Tangannya mulai menari-nari di sana. Perlahan aku mulai naik birahi.

“Teruskan, sayang.”

“Yogi kemudian membuka semua pakaiannya sampai telanjang. Maaf, Mas. Ah... aku benar-benar jatuh cinta melihat badan Yogi yang sangat atletis. Ditambah... ahhh.... pemandangan di selangkangannya yang menghitam karena jembutnya. Lalu dia menyuruhku kembali mengocok. Sambil dia berdiri, aku mengocok penisnya.
Untuk yang kali ini, Mas..... ohh... Yogi benar-benar tahan lama. Tanganku sampai capek gara-gara mengocok penisnya. Justru karena tak kunjung keluar, Yogi memintaku untuk oral, Mas.”

“Oh ya?”

“Ahh...iya, Mas...” desahku merasakan nikmat di vaginaku. “Mas, jangan dimainin... ah... gitu... gak konsen ceritanya.”

Suamiku menuruti permintaanku. “Kamu mau?” tanyanya.

Dengan malu-malu aku menjawab, “Iya, Mas.”

“Yogi mendudukkanku di depan selangkangannya. Penisnya berada tepat di depan wajahku. Awalnya aku pegang-pegang dulu, kemudian perlahan aku masukkan ke dalam mulutku, Mas. Aku mulai mengulumnya. Aku dengar Yogi mendesah menikmati kulumanku. Aku hisap penis Yogi, Mas. Kujilati seluruh batangnya. Entah kenapa aku jadi makin bernafsu, Mas. Yogi memajumundurkan kepalaku. Jadilah penisnya keluar masuk di mulutku. Itu aku lakukan kira-kira 15 menit, Mas.
Kemudian, Yogi menarik penisnya dan.... muncratlah spermanya di wajahku, Mas. Rasanya hangat.”

“Terus?”

“Kami langsung tidur. Kemudian paginya, aku terbangun karena sesuatu bergerak-gerak di selangkanganku. Dan setelah kulihat, tangan

[Bersambung]
 
Terakhir diubah:
Hadeeeuh gmn perasaanya mas iwan yaaa apakah mas iwan pernah merasakan perawan mantan pacarnya jg?
 
Duh BuMer sapa siapa ya .... waduh kemana nih Achmad sampai diganti versi lain
Hihihihihihihiihiihh
 
gelargelar, sambil ngupi nunggu yg ekse mertuanyaa.... btw ceritanya oke suhu, jangan dilamain lanjutannya yaa huehehe
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd